Anda di halaman 1dari 10

BAB I PENDAHULUAN A.

LATAR BELAKANG Selama ini, strategi penyelenggaraan pendidikan bersifat klasikalmassal, memberikan perlakuan yang standar (rata-rata) kepada semua siswa, padahal setiap siswa memiliki kebutuhan yang berbeda. Akibatnya, siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasan di bawah rata-rata, karena memiliki kecepatan belajar di bawah kecepatan belajar siswa lainnya, akan selalu tertinggal dalam mengikuti kegiatan belajar-mengajar; sebaliknya, siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasan di atas rata-rata, karena memiliki kecepatan belajar di atas kecepatan belajar siswa lainnya, akan merasa jenuh, sehingga sering berprestasi di bawah potensinya (under achiever). Agar siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa dapat berprestasi sesuai dengan potensinya, diperlukan pelayanan pendidikan yang berdiferensiasi, yaitu pemberian pengalaman pendidikan yang disesuaikan dengan kemampuan dan kecerdasan siswa; dengan menggunakan kurikulum yang berdiversifikasi, yaitu kurikulum standar yang diimprovisasi alokasi waktunya sesuai dengan kecepatan belajar dan motivasi belajar siswa. Pelayanan pendidikan yang berdiferensiasi dengan menggunakan kurikulum yang berdiversifikasi dapat diimplementasikan melalui

penyelenggaraan sistem percepatan kelas (akselerasi). Dengan sistem percepatan kelas (akselerasi), siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa diberi peluang untuk dapat menyelesaikan studi di SD kurang dari 6 tahun (misalnya 5 tahun), di SLTP dan SMU masing-masing kurang dari 3 tahun (misalnya 2 tahun), dengan menyelesaikan semua target kurikulum tanpa meloncat kelas. Penyelenggaraan sistem percepatan kelas (akselerasi) bagi siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa merupakan salah satu strategi alternatif yang relevan; di samping bertujuan untuk memberikan pelayanan

pendidikan sesuai dengan potensi siswa, juga bertujuan untuk mengimbangi kekurangan yang terdapat pada strategi klasikal-massal. Pada hakikatnya, ditinjau dari aspek kemampuan dan kecerdasan, siswa dapat dikelompokkan kedalam tiga strata, yaitu: yang memiliki kemampuan dan kecerdasan di bawah rata-rata, rata-rata, dan di atas rata-rata. Siswa yang berada di bawah rata-rata, memiliki kecepatan belajar di bawah kecepatan belajar siswa-siswa pada umumnya. Sedangkan siswa yang berada di atas ratarata, memiliki kecepatan belajar di atas kecepatan belajar siswa-siswa lainnya. Bagi siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasan rata-rata, selama ini diberikan pelayanan pendidikan dengan mengacu pada kurikulum yang berlaku secara nasional, karena memang kurikulum tersebut disusun terutama diperuntukkan bagi anakanak yang memiliki kemampuan dan kecerdasan ratarata. Sementara itu, bagi siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasan di bawah rata-rata, karena memiliki kecepatan belajar di bawah siswa-siswa lainnya, diberikan pelayanan pendidikan berupa pengajaran remidi (remedial teaching), sehingga untuk menyelesaikan materi kurikulum membutuhkan waktu yang lebih panjang dari siswa-siswa lainnya. Sedangkan bagi siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasan di atas rata-rata, meskipun memiliki kecepatan belajar di atas kecepatan belajar siswa-siswa lainnya, belum mendapat pelayanan pendidikan sebagaimana mestinya. Bahkan, kebanyakan sekolah memberikan perlakuan yang standar (rata-rata), bersifat klasikal dan massal, terhadap semua siswa, baik siswa di bawah rata-rata, ratarata, dan di atas rata-rata, yang sebenarnya memiliki kebutuhan berbeda. Akibatnya, siswa yang di bawah rata-rata, akan selalu tertinggal dalam mengikuti kegiatan belajar-mengajar yang berlangsung; sebaliknya, siswa yang di atas rata-rata, akan merasa jenuh karena harus menyesuaikan diri dengan kecepatan belajar siswa-siswa lainnya. Akibat lebih lanjut, sekitar 30% siswa SMU (di Jakarta) yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa berprestasi di bawah potensinya (under achiever) (Yaumil, 1991). Demikian pula, 20% siswa SLTP dan 22% siswa SD (di Jawa Barat, Jawa Timur, Lampung, dan Kalimantan Barat) yang

memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa, beresiko tinggal kelas karena nilai rata-rata raportnya untuk semua mata pelajaran pada catur wulan 1 dan 2 kurang dari 6 (Herry, dkk., 1997).1 Berkenaan dengan hal tersebut, dipandang perlu adanya sistem percepatan kelas bagi siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa. Untuk siswa SLTP dan SMU; bagi yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa, diberi peluang untuk dapat menyelesaikan studinya kurang dari 3 tahun, misalnya 2 tahun, seperti yang sudah dilakukan oleh SLTP Negeri 2 Semarang. Hal ini sejalan dengan amanat Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), yang tertuang dalam Garis-garis Besar Haluan Negara tahun 1999, bahwa arah kebijakan pendidikan antara lain adalah melakukan pembaharuan sistem pendidikan termasuk pembaharuan kurikulum, berupa diversifikasi kurikulum untuk melayani keberagaman peserta didik. Selanjutnya, sejalan pula dengan amanat Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN), yang menegaskan bahwa warga negara yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa berhak memperoleh perhatian khusus {pasal 8 ayat (2)}; dan setiap peserta didik mempunyai hak menyelesaikan program pendidikan lebih awal dari waktu yang ditentukan (pasal 24 butir 6).

B. PENEGASAN ISTILAH Untuk memperolah gambaran yang jelas dan menghindari

kesalahpahaman, maka akan dijabarkan beberapa istilah sebagai berikut: 1. Implementasi Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia kata implementasi berarti "pelaksanaan".2

http://www.hamline.edu/apakabar/basisdata/2001/08/31/0142.html W.J.S. Purwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1985), hlm. 337.
2

2. Program Akelerasi Program Akselerasi adalah program pelayanan kepada anak berbakat secara intelektual, untuk menyelesaikan pendidikan lebih awal sekaligus mensinkronkan kemampuan intelektual yang lebih dengan kecerdasan emosional maupun spiritual.3

C. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, ada beberapa pokok permasalahan, antara lain: 1. Bagaimana implementasi Program Akselerasi dalam Pembelajaran PAI di SMP Negeri 2 Semarang. 2. Mengapa dilaksanakan Program Akselerasi di SMP Negeri 2 Semarang?

D. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN Berdasarkan permasalahan tersebut diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui dengan jelas implementasi Program Akselerasi dalam pembelajaran PAI di SMP Negeri 2 Semarang 2. Mengetahui dengan jelas alasan dilaksanakannya Program Akselerasi di SMP Negeri 2 Semarang Sedangkan hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat antara lain: 1. Dapat memberi gambaran kepada pembaca tentang subtansi pelaksanaan program Akselerasi 2. Dapat memberikan gambaran beberapa alasan pelaksanaan program Askelerasi 3. Dapat memberikan sumbangan pengembangan dan garis petunjuk bagi pendidikan masa depan.

http://www.depdiknas.go.id/Jurnal/26/sistem_percepatan_herry.htm

E. KAJIAN PUSTAKA Pertama, The Accelerated Learning Hand Book, Isi buku ini memaparkan dengan jelas subtansi dari Accelerated Learning yang dilengkapi dengan beberapa contoh dan gambar sehingga pembaca mudah untuk memahami gagasan inti dari buku itu. Kedua, Genius Learning Strategy: Petunjuk praktis untuk menerapkan Accelerated Learning, buku ini berisi tentang arahan-arahan dalam menerapkan metode Accelerated Learning yang sudah disesuaikan dengan karakter dan kultur manusia Indonesia yang relative berbeda dengan manusia Barat dalam beberapa hal tertentu, dan dalam buku ini dipaparkan beberapa petunjuk dalam pelaksanaan Accelerated Learning sehingga bagi para pelaku program ini akan sangat dibantu dengan adanya buku ini. Ketiga, Accelerated Learning (cara belajar cepat abad XXI), buku ini menawarkan kepada pembaca metode belajar paling efektif yang pernah dikembangkan orang, metode yang bisa membantu kita untuk sukses dipersaingan yang meningkat dan ditengah percepatan teknologi yang senantiasa berubah. Program ini memperlihatkan kepada pembaca bagaimana mengidentifikasi gaya belajar khas, menggali bakat tersembunyi dan secara dramatis, melejitkan kemampuan anda untuk menyerap dan menyimpan informasi baru. Ini bukan rencana studi. Inilah cara yang sepenuhnya baru untuk memperoleh berbagai kecakapan yang harus dikuasai oleh setiap orang yang bekerja, orang tua dan siswa dan berbagai ketrampilan yang harus diajarkan oleh setiap guru. Keempat, Revolusi cara belajar (The Learning Revolution), buku ini membahas tentang beberapa rahasia-rahasia prestasi puncak manusia di era pergantian millennium, dan menyajikan beberapa riset yang sangat mencengangkan tentang potensi otak manusia. Kelima, Active Learning (101 cara belajar siswa aktif), buku ini berisi tentang strategi-strategi praktis dan cara-cara khusus yang bisa digunakan untuk mempelajari hampir semua mata pelajaran. Strategi-strategi itu ada yang sangat menyenangkan dan sebagian yang lain sangat serius, namun semuanya

dimaksudkan untuk menyemarakkan kelas, memperdalam proses belajar dan memperkuat ingatan. Keenam, skripsi saudara wawan dwi atmoko dengan judul

Implementasi Accelerated learning dalam pendidikan agama Islam: Problem dan solusinya (Studi kasus di SD Isriati Baiturrahman Semarang tahun 2003). Dalam skripsi ini memaparkan tentang pelaksanaan accelerated learning dalam pendidikan dasar. Yang dalam pelaksanaannya masih mendapatkan beberapa kendala seperti kesenjangan, kurangnya pelatihan bagi pendidik di kelas akselerasi. Tetapi sudah diusahakan tentang solusi bagi permasalahan yang ada.

F. METODE PENELITIAN Metode penelitian mengandung prosedur dan cara melakukan verifikasi data yang diperlukan untuk memecahkan dan menjawab masalah penelitian. Dengan kata lain metode penelitian akan memberikan petunjuk bagaimana penelitian itu dilaksanakan.4 1) Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif yaitu penelitian yang bersifat atau memiliki karakteristik, bahwa datanya dinyatakan dalam keadaan yang sebenarnya atau sebagaimana adanya (Natural Setting) dengan tidak merubah dalam bentuk simbol simbol atau bilangan.5 Sehingga dalam penelitian ini penulis menggambarkan peristiwa maupun kejadian yang ada di lapangan tanpa mengubah menjadi angka maupun simbol (Kualitatif lapangan). Penelitian ini menggambarkan proses pelaksanaan pembelajaran PAI melalui Accelerated Learning di SMP Negeri 2 Semarang.

Nana Sujana dan Ibrahim, Penelitian dan Penelitian Pendidikan, (Bandung: Sinar Baru, 1989), hlm.16. 5 Hadarin Nawawi dan Mini Martini, Penelitian Terapan, (Yogyakarta: Gajahmada University Press, 1996), hlm.174.

2) Fokus Penelitian Dalam penelitian ini penulis lebih memfokuskan pada masalah penelitian yang bertumpu pada pelaksanaan Program Akselerasi dalam pembelajaran PAI di SMP Negeri 2 Semarang.

3) Sumber Data dan Data Penelitian a) Sumber data penelitian Menurut Lofland and Lofland sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata kata dan tinakan, selebihnya adalah data data tambahan seperti dokumen dan lain lain. Berkaitan dengan hal itu, maka jenis data dibagi dalam kata kata dan tindakan, sumber data tertulis, foto dan statistik.6 Sementara Suharsimi Arikunto mengklasifikasikan sumber data menjadi tiga:7 1) Person, Yaitu sumber data yang bisa memberikan data berupa jawaban lisan melalui wawancara atau jawaban tertulis melalui angket. Sumber data ini adalah orang orang yang berkompeten terkati dengan penelitian meliputi: Kepala Sekolah, Guru PAI dan direktur kelas Akselerasi SMP Negeri 2 Semarang. 2) Place, yaitu sumber data yang menyajikan tampilan berupa keadaan diam dan bergerak. Sumber ini berasal dari tempat observasi penelitian. 3) Paper, yaitu sumber data yang menyajikan tanda tanda berupa huruf, angka, gambar atau simbol simbol lain. Sumber data ini berupa dokumen atau arsip sekolah, struktur organisasi dan keadaan guru serta dokumen dokumen yang ada di SMP Negeri 2 Semarang yang berkaitan dengan penelitian.

Lexy J. Moloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2001), Cet.XI, hlm.3. 7 Suharsimi Arikunto, Op. Cit., hlm.134.

b) Data Penelitian Data adalah hasil penelitian, baik berupa fakta atau angka. Data penelitian yang penulis gunakan adalah data primer dan data skunder, yaitu: 1) Data Primer Adalah data yang langsung dan segera diperoleh dari sumber data oleh penyelidik untuk tujuan yang khusus.8 Data ini berupa dokumen dan perangkat pembelajaran PAI di kelas Akselerasi. 2) Data Skunder Adalah data yang terlebih dahulu dikumpulkan dengan dilaporkan oleh orang dari luar diri peneliti sendiri, walaupun yang telah dikumpulkan itu sesungguhnya adalah data asli.9 Data ini merupakan data pendukung dan pelengkap dari data primer. Data ini dapat diperoleh dari buku buku, majalah, artikel atau karya ilmiah yang dapat melengkapi data dalam penelitian ini.

4) Metode Pengumpulan Data a) Metode Observasi Observasi adalah pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra.10 Metode ini peneliti gunakan untuk mendapatkan data melalui pengamatan langsung terhadap fenomena-fenomena yang diselidiki meliputi pelaksanaan Program Akselerasi dalam pembelajaran PAI di SMP Negeri 2 Semarang, serta data-data lain yang diperlukan. Dalam observasi ini peneliti menggunakan observasi langsung dengan menggunakan pedoman sebagai pengamatan. Pedoman observasi berisi sebuah daftar jenis kegiatan yang mungkin timbul dan akan diamati. Dalam observasi

Winarno Surakhmad, Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar, (Bandung: Tarsito, 1980), hlm.134. 9 Ibid. 10 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 1996), hlm.145

pangamat tinggal memberi tanda pada kolom tempat peristiwa muncul. b) Interview Interview merupakan metode pengumpulan data yang

menghendaki komunikasi langsung antara penyelidik dengan subjek atau responden.11 Dalam melaksanakan interview pewawancara membawa pedoman yang hanya garis besar tentang hal-hal yang akan ditanyakan. Tanya jawab ini dilakukan oleh peneliti kepada guru dan siswa yang bersangkutan untuk memperoleh data tentang pembelajaran PAI di kelas akselerasi SMP Negeri 2 Semarang. c) Metode Dokumentasi Metode dokumentasi yaitu sekumpulan data yang berbentuk tulisan seperti dokumen, buku-buku, majalah, peraturan-paraturan, catatan harian dan sebagainya.12 Metode ini digunakan untuk memperkuat data hasil observasi yakni data tentang pembelajaran PAI seperti perangkat KBM Pendidikan Agama Islam, Rencana

Pembelajaran, Silabus dan lain-lain.

5) Metode Analisis Data Dalam penelitian ini penulis menerapkan fakta pola pikir serta metode analisis data non statistk, dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif yaitu mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi.13 Metode deskripsi yang penulis gunakan dengan menggunakan pendekatan induktif yaitu: peneliti menganalisis berangkat dari kasus yang bersifat khusus bedasarkan pengalaman nyata (ucapan atau perilaku obyek

Yatim Rianto, Metodologi Penelitan Pendidikan, Suatu Tinjauan Dasar, (Surabaya: SIC, 1996), hlm.67. 12 Suharsimi Arikunto, Op. Cit., hlm.144. 13 Nana Sudjna dan Ibrahim, Penelitian dan Penelitian Pendidikan, (Bandung: Sinar Baru Agesindo, 2001), Cet.2, hlm. 64.

11

10

penelitian atau situasi dilapangan) untuk kemudian dirumuskan menjadi konsep teroti, prinsip, proposi atau definisi yang berifat umum.14 Adapun langkah-langkah analisis data sebagaimana yang

ditawarkan oleh Lexi Meleong yaitu dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, setelah dibaca, dipelajari dan ditelaah kemudian mengadakan reduksi yang dilakukan dengan jalan membuat abstrakasi, dan selanjutnya adalah menyusunnya dalam satuan-satuan.15 Metode ini digunakan untuk menjelaskan ketarangan-ketarangan dari pihak guru dengan selalu memperhatikan sisi mana suatu analisa dikembangkan secara berimbang dengan melihat kelebihan dan

kekurangan obyek penelitian.

14

Dedi Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), Lexi Meleong, Op. Cit., hlm.190.

hlm. 181
15

Anda mungkin juga menyukai