Anda di halaman 1dari 25

Hernia Inguinalis

HERNIA INGUINALIS
PENDAHULUAN Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian lemah atau dinding rongga bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo-aporneurotik dinding perut. Hernia terdiri dari cincin, kantong, dan isi hernia. Berdasarkan terjadinya, hernia dibagi atas hernia bawaan atau kongenital dan hernia dapatan atau akuisita. Hernia diberi nama menurut letaknya umpamanya diafragma, inguinal, umbilikal, femoral. Menurut sifatnya, hernia dapat disebut hernia reponibel bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus keluar jika berdiri atau mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk, tidak ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus. Bila isi kantong hernia tidak dapat dikembalikan ke dalam rongga disebut hernia ireponibel. Ini biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada peritoneum kantong hernia. hernia ini disebut hernia akreta. Tidak ada keluhan rasa nyeri ataupun tanda sumbatan usus. Bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia disebut hernia inkarserata atau hernia strangulata. Hernia inkarserata berarti isi kantong terperangkap, tidak dapat kembali ke dalam rongga perut disertai akibatnya yang berupa gangguan pasase atau vaskularisasi. Secara klinis hernia inkarserata lebih dimaksudkan untuk hernia ireponibel dengan gangguan pasase sedangkan gangguan vaskularisasi disebut sebagai hernia strangulata. Pada keadaan sebenarnya gangguan vaskularisasi telah terjadi pada saat jepitan dimulai, dengan berbagai tingkat gangguan mulai dari bendungan sampai nekrosis. Nama yang lazim dipakai ialah hernia strangulata walaupun tidak ada gejala dan tanda stangulasi. Operasi darurat untuk hernia inkarserata merupakan operasi terbanyak nomor dua setelah operasi darurat untuk apendisitis. Selain itu hernia inkarserata merupakan penyebab obstruksi usus nomor satu di Indonesia.
Herman, Wiwit, Shahna, Maulina, Meidi KKS SMF Anesthesi RSU. Dr. Pirngadi Medan 2004 Halaman

Hernia Inguinalis

Jika hanya mengalami strangulasi hanya sebagian dinding usus disebut hernia Richter. Biasanya pasase usus masih ada mungkin terganggu karena usus terlipat sehingga disertai obstruksi usus. Hernia eksternal adalah hernia yang menonjol ke luar melalui dinding perut, pinggang, atau perineum. Hernia interna adalah tonjolan usus tanpa kantong hernia melalui suatu lobang dalam rongga perut seperti foramen Winslow, resesus retrosekalis atau defek dapatan pada mesenterium umpamanya setelah anastomosis usus. Hernia insipiens merupakan hernia indirek yang berada di kanalis inguinalis yang ujuangnya tidak keluar dari anulus ekstermus. Kalau kantong suatu hernia menonjol ke dalam celah antara lapisan dinding perut dinamakan hernia interparietalis atau hernia interstisialis. Pada hernia inguinalis lateralis ujung kantong hernia mungkin terletak di dalam kanalis inguinalis di antara lapisan otot. Apabila sebagian dinding kantong hernia terbentuk dari organ yang merupakan hernia seperti sekum, kolon sigmoid, atau kandung kemih, disebut hernia geser. Hernia geser dapat terjadi karena isi kantong berasal dari organ yang letaknya retroperitoneal. Alat bersangkutan tidak masuk kantong hernia, melainkan tergeser dari retroperitoneal. Hernia epigastrika menonjol melalui defek di linea kranial dari umbilikus. Yang jarang terjadi ialah hernia Spieghel yang muncul melalui tempat lemah diantara tepi lateral m.rektus abdominis dengan linea semisirkularis. Hernia lumbalis menempati dinding perut bagian lateral. Contohnya herniasikatriks pada bekas luka operasi ginjal, hernia di trigonum lumbale inferior Petit, dan trigonum lumbale superior Grijnfelt. Hernia di trigonum lumbale jarang ditemukan. Hernia sikatriks atau hernia insisional terjadi pada bekas luka laparotomi.. Sayatan pada nervus mengakibatkan anestesi kulit dan paralisis otot pada segmen yang dilayani oleh saraf yang rusak. Jika lebih dari dua saraf dipotong mungkin terjadi hernia ventralis umpamanya pada insisilumbotomi.

Herman, Wiwit, Shahna, Maulina, Meidi KKS SMF Anesthesi RSU. Dr. Pirngadi Medan 2004

Halaman

Hernia Inguinalis

Bentuk hernia lainnya yang juga jarang dijumpai ialah hernia obturatoria melalui foramen obturatorium dan hernia diafragmatika melalui foramen Bochdalek di diafragma. Hernia Littre adalah hernia dengan divertikulum Meckel sebagai isi kantong hernia.

REGIO INGUINALIS Kanalis Inguinalis Kanalis inguinalis dibatasi di kraniolateral oleh anulus inguinalis internus yang merupakan bagian terbuka dari fasia transversalis dan aponeurosis m.tranversus abdominis. Di medial bawah diatas tuberkulum pubikum kanal ini dibatasi oleh anulus inguinalis eksternus, bagian terbuka dari aponeurosis m. oblikus eksternus, dan didasarnya terdapat ligamentum inguinale. Kanal berisi tali sperma pada pria, dan ligamentum rotundum pada wanita. Hernia inguinalis indirek, disebut juga hernia inguinalis lateralis, karena keluar dari rongga peritoneum melalui anulas inguinalis internus yang terletak lateral dari pembuluh epigastrika inferior, kemudian hernia masuk ke dalam kanalis inguinalis dan, jika cukup panjang, menonjol keluar dari anulus inguinalis eksternus. Apabila hernia ini berlanjut, tonjolan akan sampai ke skrotum, ini disebut hernia skrotalis kantong hernia berada di dalam m.kremaster letaknya anteromedial terhadap vas deferens dan struktur lain dalam tali sperma. Hernia inguinalis direk, disebut juga hernia inguinalis medialis, menonjol langsung kedepan melalui segitiga Hessel-Bach, daerah yang dibatasi oleh ligamentum inguinale di bagian inferior, pembuluh epigastrika inferior di bagian lateral dan tepi otot rektus di bagian medial. Dasar segitiga Hessebach dibentuk oleh serat aponeurosis m.transversus abdominis yang kadang-kadang tidak sempurna sehingga daerah ini potensial untuk menjadi lemah. Hernia medialis, karena tidak keluar melalui kanalis inguinalis dan tidak skrotum, umumya tidak disertai strangulasi karena cincin hernia longgar.

Herman, Wiwit, Shahna, Maulina, Meidi KKS SMF Anesthesi RSU. Dr. Pirngadi Medan 2004

Halaman

Hernia Inguinalis

Nervus ilioinguinalis dan iliofemoralis mempersarafi otot di regio inguinalis, sekitar kanalis inguinalis, dan tali sperma, serta sensibilitas kulit regio inguinalis, skrotum dan sebagian kecil kulit tungkai atas bagian proksimomedial..

DEFENISI

Hernia ingguinalis lateralis adalah hernia yang melalui analus inguinalis internus yang terletak di sebelah lateral vasa epigastrika inferior, menyusuri kanalis inguinalis dan keluar ke rongga perut melalui anulus inguinalis eksternus. Pada pria normal kanalis inguinalis berisi fasikulus spermatikus, vasa spermatika, nervus spermatikus, muskulus kremaster, prosesus vaginalis peritonei, dan ligamentum rotundum. Sedangkan pada wanita kanalis ini hanya berisi ligamentum rotundum. Hernia inguinalis medialis adalah hernia yang melalui dinding inguinal posteromedial dari vasa epigastrika inferior di daerah yang dibatasi segitiga Hasselbach.

ETIOLOGI Hernia inguinalis dapat terjadi karena sebab yang didapat. Hernia dapat dijumpai pada setiap usia. Lebih banyak pada pria ketimbang pada wanita. Berbagai faktor penyebab berperan pada pembentukan pintu masuk hernia pada analus internus yang cukup lebar sehingga dapat dilalui oleh kantong dan isi hernia. Disamping itu diperlukan pula faktor yang dapat mendorong isi hernia melewati pintu yang sudah terbuka cukup lebar tersebut. Pada orang yang sehat ada tiga mekanisme yang dapat mencegah terjadinya hernia inguinalis, yaitu kanalis inguinalis yang berjalan miring. Adanya struktur m.oblikus internus abdominis yang menutup anulus inguinalis internus ketika berkontraksi. Dan adanya fasia transversa yang kuat dan yang menutupi trigonum Hasselbach yang umumnya hampir tidak berotot. Gangguan pada mereka ini dapat menyebabkan terjadinya hernia.
Herman, Wiwit, Shahna, Maulina, Meidi KKS SMF Anesthesi RSU. Dr. Pirngadi Medan 2004 Halaman

Hernia Inguinalis

Faktor yang dipandang berperan kausal adalah adanya prosesus vaginalis yang terbuka. Dan kelemahan otot dinding perut karena usia. Proses turunnya testis mengikuti prosesus vaginalis. Pada neonatus kurang lebih 90% prosesus vaginalis belum tertutup. Tetapi kejadian hernia pada umur ini hanya beberapa persen. Tidak sampai 10% anak dengan prosesus vaginalis paten menderita hernia. Pada anak dengan hernia unilateral dapat dijumpai prosesus vaginalis paten kontralateral lebih dari separuh, sedangkan insidens hernia tidak melebihi 20%. Umumnya disimpulkan bahwa adanya prosesus vaginalis yang paten merupakan penyebab tunggal terjadinya hernia tetapi diperlukan faktor lain analus inguinalis yang cukup besar. Tekanan intraabdomen yang meninggi secara kronik seperti batuk kronik, hipertrofi prostat, konstipasi, dan asites sering disertai hernia inguinalis. Insidens hernia meningkat dengan bertambahnya umur mungkin karena meningkatnya penyakit yang meninggikan tekanan intraabdomen dan jaringan penunjang berkurang kekuatannya. Dalam keadaan relaksasi otot dinding perut, bagian yang membatasi anulus internus turut kendur. Pada keadaan itu tekanan intraabdomen tidak tinggi dan kanalis inguinalis berjalan lebih vertikal. Sebaliknya bila otot dinding perut berkontraksi, kanalis inguinalis berjalan lebih transversal dan anulus inguinalis tertutup sehingga dapat mencegah masuknya usus ke dalam kanalis inguinalis. Kelemahan otot dinding perut antara lain terjadi akibat kerusakan n.ilioinguinalis dan n. iliofemoralis setelah apendektomi. Jika kantong hernia inguinalis lateralis mencapai skrotum disebut hernia skrotalis.

Herman, Wiwit, Shahna, Maulina, Meidi KKS SMF Anesthesi RSU. Dr. Pirngadi Medan 2004

Halaman

Hernia Inguinalis

Patogenesis Hernia Inguinalis lateralis Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8 kehamilan, terjadi desensus testis melalui kanal tersebut. Penurunan testis tersebut akan menarik peritoneum ke daerah testis melalui kanal tersebut. Penurunan testis tersebut akan menarik peritoneum ke daerah skrotum sehingga terjadi penonjolan peritoneum yang disebut deng prosesus vaginalis peritonei. Pada bayi yang sudah lahir, umumnya prosesus ini telah mengalami obliterasi sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut. Namun dalam beberapa hal, seringkali kanalis tidak menutup. Karena testis kiri turun terlebih dahulu, maka kanalis inguinalis kanan lebih sering terbuka. Bila kanalis kiri terbuka maka biasanya yang kanan juga terbuka. Dalam keadaan normal, kanalis yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan. Bila prosesus terbuka terus (karena tidak mengalami obliterasi), akan timbul hernia inguinalis lateralis kongenital. Pada orang tua kanalis tersebut telah menutup. Namun karena merupakan lokus minoris resistensie, maka pada keadaan yang menyebabkan tekanan intraabdominal meningkat, kanal tersebut dapat terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis lateralis akuisita. Keadaan yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan intraabdominal adalah kehamilan, batuk kronik, pekerjaan mengangkat benda berat, mengejan pada saat defekasi, dan mengejan pada saat miksi misalnya akibat hipertrofi prostat.

Hernia Inguinalis Medialis Hernia inguinalis direk ini hampir selalu disebabkan faktor peninggian tekanan intraabdomen kronik dan kelemahan otot dinding di trgonum Hesselbach. Oleh karena itu hernia ini umumnya terjadi bilateral, khususnya pada pria tua. Hernia ini jarang, bahkan hampir tidak pernah, mengalami inkarserasi dan strangulasi. Mungkin terjadi hernia geser yang mengandung sebagian dinding kantong kemih. Kadang ditemukan pada segala umur dengan defek kecil di m. oblikus internus abdominis dengan cicin kaku dan tajam yang sering mengalami strangulasi.

Herman, Wiwit, Shahna, Maulina, Meidi KKS SMF Anesthesi RSU. Dr. Pirngadi Medan 2004

Halaman

Hernia Inguinalis

Manifestasi Klinis Hernia Inguinalis lateralis Umumnya pasien mengatakan turun berok,burut.atau kelingsir Atau mengatakan adanya benjolan diselangkang /kemaluan. Benjolan tersebut bisa mengecil atau menghilang pada waktu tidur ,menangis ,megedan ,mengangkat benda berat atau bila posisi waktut pasien berdiri dapat timbul kembali.Bila telah terjadi komplikasi dapat ditemukan nyeri .bayi sering gelisah , banyak menangis ,dan kadang kadang perut kembung ,harus dipikirkan kemugkinan hernia strangulata . Hernia ini disebut lateral karena menonjol dari perut dilareral pembuluh epigastrika interior.Disebut indirek karena keluar melalui dua pintu dan saluran yaitu anulus dan kanalis inguinalis,berbeda dengan hernia medialis yang langsung menonjol melalui segitiga Hesslbaach dan disebut sebagai hernia direk . Pada pemeriksaan hernia lateralis, akan tampak tonjolan berbentuk lonjong sedangkan hernia medial berbentuk tonjolan bulat.. Pada bayi dan anak ,hernia leteralis disebabkan oleh kelainan bahwah berupa tidak menutupinya prosesus vaginalis peritoneum sebagai akibat proses penurunan testis keskrotum Hernia ini dapat terjadi disebelah kanan atau kiri. Sebelah kanan isi hernia biasanya terdiri dari sekum dan sebahagian kolon asendens. Sedangkan sebelah kirinya terdiri dari sebahagian kolon desendens. Keadan umum pasien biasanya baik Bila benjolan tidak nampak ,pasien dapat disuruh mengedan dengan tutup menutup mulut dalam keadaan berdiri .Bila ada hernia maka akan tampak benjolan harus diperiksa apakah benjolan tersebut dapat dimasukan kembali . Pasien diminta berbaring ,bernapas dengan mulut untuk mengurangi tekanan intra abdominal. Lalu skrotum diangkat berlahan lahan . Diagnosis pasti hernia pada umumnya sudah dapat ditegakkan dengan pemeriksaan klinis yang teliti. Keadaan cincin hernia juga diperiksa. Melalui skrotum jari telunjuk dimasukan diatas lateral dari tuberkulum pubikum. Ikuti fasikulus spermatikus sampai ke anulus inguinalis internus. Pada keadaan normal jari tangan tidak dapat
Herman, Wiwit, Shahna, Maulina, Meidi KKS SMF Anesthesi RSU. Dr. Pirngadi Medan 2004 Halaman

Hernia Inguinalis

masuk. Pasien diminta mengedan dan merasakan apakah ada massa yang menyentuh jari tangan. Bila massa tersebut menyentuh maka diagnosisnya adalah hernia inguinalis medialis.

Hernia Inguinalis Medialis. Pada pasien terlihat adanya massa bundar pada anulus inguinalis eksterna yang sudah mengecil bila pasien tidur. Karena besarnya defek pada dinding posterior maka hernia ini jarang sekali menjadi ireponibilis. Hernia ini disebut direkta karena langsung menuju anulus inguinalis eksterna sehingga meskipun anulus inguinalis interna ditekan bila pasien berdiri atau mengedan, tetap akan timbul benjolan. Bila hernia ini sampai ke skrotum, maka hanya akan sampai ke bagian atas skrotum, sedangkan testis dan funikulus spermatikus dapat dipisahkan dari massa hernia. Bila jari dimasukkan dalam analus inguinalis eksterna, tidak akan ditemukan dinding belakang. Bila pasien disuruh ngedan tidak akan terasa tekanan dan ujung jari dengan mudah dapat meraba ligamentum Cowperi pada ramus superior tulang pubis. Pada pasien kadang-kadang ditemukan gejala mudah kencing karena buli-buli ikut membentuk dinding medial hernia.

DIAGNOSIS Gejala dan tanda klinik hernia banyak ditentukan oleh keadaan isi hernia. Pada hernia reponibel keluhan satu-satunya adalah adanya benjolan di lipat paha yang muncul pada waktu berdir, batuk, bersin, atau mengedan, dan menghilang setelah berbaring. Keluhan nyeri jarang dijumpai ; kalau ada biasanya dirasakan di daerah epigastrium atau paraumbilikal berupa nyeri viseral karena regangan pada mesenterium sewaktu satu segmen usus halus masuk kedalam kantong hernia. Nyeri yang disertai mual atau muntah baru timbul kalau terjadi inkaserata karena ileus atau strangulasi karena nekrosis atau gangren. Tanda klinik pada pemeriksaan fisik bergantung pada isi hernia. pada inspeksi saat pasien mengedan dapat dilihat hernia inguinalis lateralis muncul sebagai
Herman, Wiwit, Shahna, Maulina, Meidi KKS SMF Anesthesi RSU. Dr. Pirngadi Medan 2004 Halaman

Hernia Inguinalis

penonjolan di regio inguinalis yang berjalan dari lateral atas ke medial bawah. Kantong hernia yang kosong kadang dapat diraba pada funikulus spermatikus sebagai gesekan dari dua lapis kantong yang memberikan sensasi gesekan dua permukaan sutera. Tanda ini disebut tanda sarung tangan sutera, tetapi umumnya tanda ini sukar ditentukan. Kalau kantong hernia berisi organ maka tergantung isinya. Pada palpasi mungkin teraba usus, omentum ( seperti karet ), atau ovarium. Dengan jari telunjuk atau jari kelingking pada anak dapat coba mendorong isi melaui anulus eksternus sehingga dapat direposisi atau tidak. Dalam hal hernia dapat direposis, pada waktu jari masih berada dalam anulus eksternus, pasien diminta mengegan. Kalau hernia menyentuh ujung jari, berarti: hernia inguinalis lateralis, dan kalau samping jari yang menyentuh menandahkan hernia inguinalis medialis. Isi hernia pada bayi wanita yang teraba seperti sebuah massa yang padat biasanya terdiri dari ovarium.

DIAGNOSIS BANDING. Hernia Ingunalis Lateralis Hidrokel. Hidrokel mempunyai batas atas tegas, iluminerasi positif, dan tidak dapat dimasukan kembali. Testis pada pasien hidrokel tidak dapat diraba. Pada hidrokel, pemeriksaan transiluminasi atau diapanoskopi akan memberi hasil positif. Limfadenopati inguinal. Perhatikan apakah ada infeksi pada kaki sesisi. Testis ektopik, yaitu testis yang masih beradar di kanalis inguinalis. Lipoma atau herniasi lemak properitonel melalui cincin inguinal. Orkitis

KOMPLIKASI 1. Terjadi perlengketan antara isi hernia dengan dinding kantong hernia sehingga isi hernia tidak dapat dimasukan kembali. Keadaan ini disebut hernia inguinalis ireponibilis. Pada keadaan ini belum ada dada gangguan penyaluran isi usus. Isi hernia yang tersering menyebabkan keadaan ireponibilis adalah omentum, karena mudah melekat pada dinding hernia dan
Herman, Wiwit, Shahna, Maulina, Meidi KKS SMF Anesthesi RSU. Dr. Pirngadi Medan 2004 Halaman

Hernia Inguinalis

isinya dapat menjadi lebih besar karena in filtrasi lemak. Usus besar lebih sering menyebabkan ireponibilis dari pada usus halus. 2. Terjadi penekanan terhadap cincin hernia akibat makin banyaknya usus yang masuk. Keadaan ini menyebabkan gangguan aliran isi usus diikuti dengan gangguan vaskular ( proses stramgulasi ). Keadaan ini disebut hernia inguinalis strangulata.

Pada keadaan strangulata akan timbul gejala ileus, yaitu perut kembung, muntah, dan obstipasi, pada strangulasi nyeri yang timbul lebih hebat dan kontinyu, daerah benjolan menjadi merah, dan pasien menjadi gelisah.

Penatalaksanaan Hernia Inguinalis lateralis. Pada hernia inguinalis reponibilis dan ireponibilis dilakukan tindakan bedah elektif karena ditakutkan terjadinya komplikasi, sebaliknya bila telah terjadi proses strangulasi tindakan bedah harus dilakukan secepat mungkin sebelum terjadinya nekrosis usus. Prinsip terapi operatif pada hernia inguinalis : Untuk memperoleh keberhasilan maka faktor-faktor yang menimbulkan terjadinya hernia harus dicari dan diperbaiki ( batuk kronik, prostat, tumor, asites, dan lain-lain ) dan defek yang ada direkonsutruksi dan diaproksimasi tanpa teganggan. Sakkus hernia indrek harus diisolasi, dipisahkan dari peritoneum, dan diligasi. Pada bayi dan anak-anak yang mempunyai anatomi inguinal normal, repair hanya terbatas pada ligasi tinggi. Hernia rekuren yang terjadi dalam beberapa bulan atau setahun biasanya menunjukkan adanya repair yang tidak adekuat. Sedangkan rekuren yang terjadi setelah dua tahun atau lebih cenderung disebabkan oleh timbulnya kelemahan yang progresif pada fasia pasien. Rekurensi berulang setelah repair berhati-hati yang dilakukan oleh seorang ahli menunjukkan adanya efek dalam sintesis kolagen.
Herman, Wiwit, Shahna, Maulina, Meidi KKS SMF Anesthesi RSU. Dr. Pirngadi Medan 2004 Halaman 10

Hernia Inguinalis

Tindakan bedah pada hernia adalah herniotomi, dan dilakukan Bassiny Plasty atau teknik yang lain untuk memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis. Pada bedah darurat, prinsipnya hampir sama dengan bedah elektif. Cincin hernia langssung dicari dan dipotong. Usus halus dilihat vital atau tidak. Bila vital dikembalikan ke rongga perut, sedangkan bila tidak, dilakukan reseksi dan anastomosis end. Untuk fasilitas dan kelihatan terbatas, setelah cincin hernia dipotong dan usus dinyatakan vital langsung tutup kulit dan dirujuk ke rumah sakit dengan fasilitas lebih lengkap.

Penatalaksanaan Hernia Ingunalis medialis Terapi definitif adalah pembedahan. Kantong hernia tidak perlu dieksisi tetapi cukup dikembalikan ke rongga perut. Kemudian perlu dilakukan perbaikan terhadap kelemahan atau kerusakan dinding perut. Sebelum diperbaiki, dilihat dulu keadaan anulus inguinalis interna untuk melihat kemungkinan adanya hernia inguinalis lateralis atau hernia femoralis.

Herman, Wiwit, Shahna, Maulina, Meidi KKS SMF Anesthesi RSU. Dr. Pirngadi Medan 2004

Halaman 11

Hernia Inguinalis

DAFTAR PUSTAKA
1. R. Syamsu Hidayat, Wim de Jong, Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi, 1997, Jakarta. 2. Media Aesculapius, Kapita Selekta Kedokteran, Fakultas Kedokteran UI, Jilid 2, 2001, Jakarta. 3. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah, Bagian Bedah , Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1995, Jakarta. 4. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah, Bagian Bedah, Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran, 1995, Bandung. 5. Mowschenson M. Peter, Segi Praktis Ilmu Bedah, Edisi Ke-2, Binarupa Aksara, 1992, Jakarta. 6. Stiff Moris. G dan Foster E.M, Tekhnik Bedah Umum, Farmedia, 2001, Jakarta.

Herman, Wiwit, Shahna, Maulina, Meidi KKS SMF Anesthesi RSU. Dr. Pirngadi Medan 2004

Halaman 12

Hernia Inguinalis

STATUS ORANG SAKIT

1.Anamnesa pribadi
Nama Umur : Muhammad Jhoni : 47 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki Alamat Agama Berat badan Tgl masuk : Jl. Pembangunan Gg. Dahlia No.9 Medan : Islam : 61 kg : 9 September 2004

2. Keadaan penyakit
Keluhan utama Telaah : Benjolan pada lipat paha. :- Hal ini dialami os sejak 2 bulan yang lalu, Benjolan bersifat dapat keluar masuk, benjolan keluar bila os melakukan aktifitas berat atau mengedan dan dapat masuk kembali bila os berbaring atau tidur. Namun dalam 2 hari ini benjolan hanya dapat masuk bila dibantu dengan tangan. - Mual (-), Muntah (-). - BAB (+) N, BAK (+) N.

Herman, Wiwit, Shahna, Maulina, Meidi KKS SMF Anesthesi RSU. Dr. Pirngadi Medan 2004

Halaman 13

Hernia Inguinalis

RPT RPO

: Tidak jelas : Tidak jelas

3. Keadaan pra bedah


1. status present sensorium TD HR RR : Compos mentis : 120/80 mmHg : 88 x/mnt : 20 x/mnt Anemia Ikterus Dyspneu Sianosis Oedema :::::-

Temperature : 36,8 oC KU/ KP/ KG : sedang/ sedang/ baik 2. Status generalisata a. Kepala Mata

: Konjungtiva palpebra inferior pucat (-), pupil isokor, refleks cahaya (+)

Hidung Telinga Mulut Leher b. Thorax depan Inspeksi Palpasi

: Tidak ada kelainan : Tidak ada kelainan : Tidak ada kelainan : Tidak ada kelainan

: Simetris fusiform. : Stem fremitus kanan = kiri, kesan normal.


Halaman 14

Herman, Wiwit, Shahna, Maulina, Meidi KKS SMF Anesthesi RSU. Dr. Pirngadi Medan 2004

Hernia Inguinalis

Perkusi Auskultasi Thorax belakang Inspeksi Palpasi Perkusi Auskultasi c. Abdomen Inspeksi Palpasi Perkusi Auskultasi d. Inguinal Inspeksi

: Sonor pada kedua lapangan paru. : Suara pernafasan vesikuler, suara tambahan (-).

: Simetris fusiform. : Supel. : Sonor pada kedua lapangan paru. : Suara pernafasan vesikuler, suara tambahan (-).

: Simetris. : Soepel : Tympani : Peristaltik (+) N

: Tampak benjolan ukuran 3 cm x 4 cm, warna sama dengan kulit sekitar.

Palpasi

: Batas atas benjolan tidak tegas, batas bawah benjolan tegas, nyeri tekan (-).

Perkusi Auskultasi e. Ekstremitas

: Tidak dilakukan pemeriksaan. : Tidak dilakukan pemeriksaan. : Superior Inferior : Tidak ada kelainan. : Tidak ada kelainan.

Herman, Wiwit, Shahna, Maulina, Meidi KKS SMF Anesthesi RSU. Dr. Pirngadi Medan 2004

Halaman 15

Hernia Inguinalis

IV. Pemeriksaan laboratorium tgl. 8 September 2004 Hb LED Leukosit : 15,3 gr% : 48 mm/ jam : 8800/ mm3

Bilirubin total : 0,86 mg/ dl Bilirubin direk : 0,13 mg/ dl SGOT SGPT : 24 U/ L : 22 U/ L

Persiapan Anastesi B1 ( breath ) Pernafasan Frekuensi nafas Suara pernafasan Suara tambahan Riwayat asma : Spontan : 20 x/mnt : Vesikuler ::-

B2 ( blood ) Frekuensi nadi Tekanan darah : 88 x/mnt : 120/ 80 mmHg

Herman, Wiwit, Shahna, Maulina, Meidi KKS SMF Anesthesi RSU. Dr. Pirngadi Medan 2004

Halaman 16

Hernia Inguinalis

B3 ( brain ) Sensorium Parese Hemiparese : Compos mentis ::-

B4 ( bladder ) Urine Warna Ureum Kreatinin : Normal : Kuning : 19 mg/ dl : 1,01 mg/ dl

B5 ( bowel ) BAB Mual Muntah : (+) N ::-

B6 ( bone )

: Tidak ada kelainan.

Diagnosa Status fisik Rencana anastesi Rencana operasi

: Hernia Inguinalis lateralis reponible. : ASA I : Spinal anasthesi : Hernioraphy.

Herman, Wiwit, Shahna, Maulina, Meidi KKS SMF Anesthesi RSU. Dr. Pirngadi Medan 2004

Halaman 17

Hernia Inguinalis

Persiapan pra anastesi


1. Persiapan pasien Penyediaan abocath No.18 dan infus ringer laktat 2. Persiapan alat Mesin operasi dan perangkat operasi Mesin anastesi dan perangkat anastesi spinal Instrumen anestesi Monitor, stetoskop Sphygmomanometer Spuit Duk steril Plester

Obat-obatan yang dipakai Medikasi Markain 0,5% Dosis 20 mg Waktu 09.25

Penatalaksanaan anastesi
1. Sebelum induksi Pasien dibaringkan dimeja operasi Pemasangan infus ditangan kanan Pemasangan alat ukur nadi dan frekuensi pernafasan digital
Halaman 18

Herman, Wiwit, Shahna, Maulina, Meidi KKS SMF Anesthesi RSU. Dr. Pirngadi Medan 2004

Hernia Inguinalis

Pengukuran nadi dan frekuensi pernafasan Pemasangan alat sphygmomanometer pada lengan kiri

2. Anastesi Anestesi dengan Markain spinal 0,5 % 4 ml dengan spinal anestesi via subarachnoid antara L2 L3 dengan posisi berbaring lateral dengan punggung fleksi maksimal. 3. Durante operasi Setelah pasien di desinfeksi dan dibersihkan, pasien dibaringkan dengan posisi supine. Mempertahankan dan memonitor cairan infus. Memonitor tekanan darah, frekuensi nadi dan frekuensi nafas setiap 15 menit.

Tabel monitoring tekanan darah, nadi dan frekuensi nafas Jam 09.25 09.40 09.55 10.10 10.25 10.40 10.55 Tekanan darah 150/ 90 mmHg 160// 90 mmHg 150/ 90 mmHg 140/ 80 mmHg 130/ 80 mmHg 130/ 80 mmHg 130/ 90 mmHg Nadi 88 x/mnt 96 x/mnt 100 x/mnt 92 x/mnt 88 x/mnt 100 x/mnt 88 x/mnt Frekuensi nafas 24 x/mnt 24 x/mnt 24 x/mnt 24 x/mnt 24 x/mnt 24 x/mnt 24 x/mnt

Herman, Wiwit, Shahna, Maulina, Meidi KKS SMF Anesthesi RSU. Dr. Pirngadi Medan 2004

Halaman 19

Hernia Inguinalis

Perhitungan cairan Diagnosa prabedah Jenis pembedahan Lama anastesi Lama operasi Golongan operasi BB pasien Lama puasa : Hernia inguinalis lateralis reponible : Hernioraphy : 09.25 10.55 wib : 09.30 10.55 wib : Sedang : 61 kg : 8 jam

Cairan pengganti puasa

= 2cc x BB x lama puasa = 2cc x 61 x 8 jam = 976 cc

Kebutuhan cairan selama operasi : = 0,5 cc x BB x lama operasi = 0,5 cc x 61 x 1,25 jam = 38,125 cc

Kebutuhan cairan trauma jaringan = Golongan operasi x kebutuhan cairan selama operasi = 6 x 38,125 = 228,75 cc/jam

Perdarahan : Jumlah kasa = 20 x 5 = 100 cc

Herman, Wiwit, Shahna, Maulina, Meidi KKS SMF Anesthesi RSU. Dr. Pirngadi Medan 2004

Halaman 20

Hernia Inguinalis

EBV = 70 x BB = 70 x 61 = 4270 cc

Penguapan Golongan operasi x BB x Lama operasi = 6 x 61 x 1,25 = 457,5 cc

% Perdarahan: Total perdarahan x 100 % EBV = 100 x 100 % = 2,3 % 4270

Kebutuhan cairan durante operasi = 50%(Cairan pengganti puasa) + IWL + perdarahan + kebutuhan cairan trauma jaringan + penguapan = 50% (976) + 38,125 + 100 + 228,75 + 457,5 = 1312 cc Balance cairan A. Jumlah pemasukan (RL) : 500 cc + 500 cc + 500 cc = 1500 cc B. Jumlah kebutuhan cairan: 1312 cc Balance cairan : 1500 cc 1312 cc = 188 cc (kelebihan cairan) Cairan maintenance = 40 x 61/ 24 jam = 2440 cc/ 24 jam

Herman, Wiwit, Shahna, Maulina, Meidi KKS SMF Anesthesi RSU. Dr. Pirngadi Medan 2004

Halaman 21

Hernia Inguinalis

Kebutuhan cairan 24 jam post operasi = Cairan maintenance/ 24 jam - kelebihan cairan = 2440 cc/ 24jam - 188 cc/24 jam = 2252 cc/24 jam

Jumlah tetes permenit : 20 tts x kebutuhan cairan 24 jam post operasi 24 jam x 60 menit = 20 x 2252 24 x 60 = 45040 1440 = 31,3 tts/mnt = 31 tts/mnt

Herman, Wiwit, Shahna, Maulina, Meidi KKS SMF Anesthesi RSU. Dr. Pirngadi Medan 2004

Halaman 22

Hernia Inguinalis

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat dan karunianya kami dapat menyelesaikan laporan kasus ini Dengan judul Hernia Inguinalis . Tujuan penulisan ini adalah Sebagai salah satu syarat dalam kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior di SMF Anesthesiologi Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan. Dalam kesempatan ini kami ingin menghaturkan banyak terima kasih kepada: Dr. Rina Manurung, Sp.An. Dr. Syamsul Bahri, Sp.An. Dr. A. Hanafi, Sp.An. Dr. Walman Sihotang, Sp.An. Dr. Asmin Lubis, Sp.An. Atas bimbingan dan arahannya selama kami mengikuti KKS di bagian Anesthesiologi RSU. Pirngadi Medan. Kami menyadari bahwa laporan kasus ini belumlah sempurna serta terdapat berbagai kekurangan, kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan untuk perbaikan di masa yang akan datang. Dan semoga laporan kasus ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan,

September 2004 Hormat kami,

Penulis

Herman, Wiwit, Shahna, Maulina, Meidi KKS SMF Anesthesi RSU. Dr. Pirngadi Medan 2004

Halaman 23

Hernia Inguinalis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................... DAFTAR ISI .................................................................................................... PENDAHULUAN ........................................................................................... REGIO INGUINALIS ..................................................................................... DEFENISI ........................................................................................................ ETIOLOGI ....................................................................................................... PATOGENESA ............................................................................................... MANIFESTASI KLINIK................................................................................. DIAGNOSIS .................................................................................................... DIAGNOSIS BANDING ................................................................................. KOMPLIKASI ................................................................................................. PENATALAKSANAAN ................................................................................. DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... i ii 1 3 4 4 6 7 8 9 9 10 12

Herman, Wiwit, Shahna, Maulina, Meidi KKS SMF Anesthesi RSU. Dr. Pirngadi Medan 2004

Halaman 24

Hernia Inguinalis

Herman, Wiwit, Shahna, Maulina, Meidi KKS SMF Anesthesi RSU. Dr. Pirngadi Medan 2004

Halaman 25

Anda mungkin juga menyukai

  • Malrotasi
    Malrotasi
    Dokumen2 halaman
    Malrotasi
    nadiaalfarizki
    Belum ada peringkat
  • Bab I Pendahuluan
    Bab I Pendahuluan
    Dokumen13 halaman
    Bab I Pendahuluan
    nadiaalfarizki
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar Mioma Uteri
    Kata Pengantar Mioma Uteri
    Dokumen1 halaman
    Kata Pengantar Mioma Uteri
    nadiaalfarizki
    Belum ada peringkat
  • Tugas
    Tugas
    Dokumen24 halaman
    Tugas
    nadiaalfarizki
    Belum ada peringkat
  • Bipolar2 New
    Bipolar2 New
    Dokumen24 halaman
    Bipolar2 New
    nadiaalfarizki
    Belum ada peringkat
  • PEB
    PEB
    Dokumen13 halaman
    PEB
    nadiaalfarizki
    Belum ada peringkat
  • Cover Jurnal Anak
    Cover Jurnal Anak
    Dokumen2 halaman
    Cover Jurnal Anak
    nadiaalfarizki
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen2 halaman
    Daftar Pustaka
    nadiaalfarizki
    Belum ada peringkat
  • Cover Referat Zal
    Cover Referat Zal
    Dokumen1 halaman
    Cover Referat Zal
    nadiaalfarizki
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen1 halaman
    Daftar Pustaka
    nadiaalfarizki
    Belum ada peringkat
  • Cover BST Pemeriksaan Ginekologi
    Cover BST Pemeriksaan Ginekologi
    Dokumen3 halaman
    Cover BST Pemeriksaan Ginekologi
    nadiaalfarizki
    Belum ada peringkat
  • Cover Placenta Previa
    Cover Placenta Previa
    Dokumen3 halaman
    Cover Placenta Previa
    nadiaalfarizki
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    nadiaalfarizki
    Belum ada peringkat
  • Obgin Hiperemesis Gravidarum
    Obgin Hiperemesis Gravidarum
    Dokumen9 halaman
    Obgin Hiperemesis Gravidarum
    nadiaalfarizki
    Belum ada peringkat
  • Bab I App
    Bab I App
    Dokumen5 halaman
    Bab I App
    Dimas Agung
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen2 halaman
    Bab Iii
    nadiaalfarizki
    Belum ada peringkat
  • Daftar App
    Daftar App
    Dokumen1 halaman
    Daftar App
    Dimas Agung
    Belum ada peringkat
  • Bab Iv
    Bab Iv
    Dokumen4 halaman
    Bab Iv
    nadiaalfarizki
    Belum ada peringkat
  • Cover Refrat Mata
    Cover Refrat Mata
    Dokumen4 halaman
    Cover Refrat Mata
    Rahma Sha Dyah
    Belum ada peringkat
  • Laporan Kasus Tinea Corporis
    Laporan Kasus Tinea Corporis
    Dokumen4 halaman
    Laporan Kasus Tinea Corporis
    sistawidya
    Belum ada peringkat
  • Cover Jurnal
    Cover Jurnal
    Dokumen2 halaman
    Cover Jurnal
    Neng Ida Yusmawati
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen6 halaman
    Bab I
    nadiaalfarizki
    Belum ada peringkat
  • Cover Case Report Session
    Cover Case Report Session
    Dokumen5 halaman
    Cover Case Report Session
    nadiaalfarizki
    Belum ada peringkat
  • Cover Jurnal Anak
    Cover Jurnal Anak
    Dokumen2 halaman
    Cover Jurnal Anak
    nadiaalfarizki
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen5 halaman
    Bab Ii
    nadiaalfarizki
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar Mioma Uteri
    Kata Pengantar Mioma Uteri
    Dokumen1 halaman
    Kata Pengantar Mioma Uteri
    nadiaalfarizki
    Belum ada peringkat
  • Cover Css Mata
    Cover Css Mata
    Dokumen3 halaman
    Cover Css Mata
    nadiaalfarizki
    Belum ada peringkat
  • Cover Lapsus Q
    Cover Lapsus Q
    Dokumen1 halaman
    Cover Lapsus Q
    nadiaalfarizki
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen3 halaman
    Kata Pengantar
    nadiaalfarizki
    Belum ada peringkat