Anda di halaman 1dari 15

INFEKSI SALURAN NAPAS ATAS (ISPA)

{ April 28, 2011 @ 12:23 am } { Health } 1. KONSEP TEORI 1. I.

Pengertian

ISPA adalah radang akut saluran pernafasan atas maupun bawah yang disebabkan oleh infeksi jasad renik bakteri, virus maupun riketsia, tanpa / disertai radang parenkim paru. (Mohamad, 35) 1. II. Penyebab

ISPA dapat disebabkan oleh virus, bakteri, maupun riketsia. Infeksi bakterial merupakan penyulit ISPA oleh karena virus, terutama bila ada epidemic atau pandemi. Penyulit bakterial umumnya disertai keradangan parenkim. ISPA oleh Virus Dalam klinik dikenal 6 kelompok besar virus pernafasan sebagai penyebab ISPA Grup Virus Orthomyxovirus Sub Grup Influenzavirus Tipe A B C 1-4

Paramyxovirus Metamyxovirus

Parainfluenzavirus Respiratory synctial Virus (RS-Virus)

Ademovirus Picornavirus

Rhinovirus Coxsackie virus A Coxsackie virus B Echovirus

1-31 1-51 1-21 1-6 1-32

1. III.

Penggolongan ISPA

Klasifikasi penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Atas menurut (Wong. 2008 : 935) digolongkan menjadi 3 yaitu: 1. Nasofaringitis Manifestasi klinis

anak yang lebih kecil: Demam ditimbulkan oleh senyawa yang dinamakan pirogen seperti sitokin, interleukin 1, interleukin 6, tumor nekrosis faktor( TNF-a, b) dan interveron. pirogen endogen yang dihasilkan oleh sel monosit, magrofag secara langsung atau dengan perantara pembuluh darah limfe masuk sIstem sirkulasi dan di bawa ke hipotalamus. didalam pengendalian suhu tubuh pirogen endogen menimbulkan perubahan metabolik antara lain sintesis prostaglandin E2 (PGE2) yang mempengaruhi pusat pengendalian suhu tubuh sehingga set point untuk suhu tersebut ditingkatkan untuk suatu suhu tubuh yang lebih tinggi. Pusat ini mengirimkan impuls ke pusat produksi panas untuk meningkatkan aktivitasnya ke pusat pelepasan panas untuk mengurangi aktivitasnya sehingga suhu tubuh meningkat atau terjadi demam (Sumarmo. 2002: 48) Iritabilitas, gelisah

Bersin hidung bertindak sebagai perangkat filtrasi, bekerja untuk menghilangkan partikelpartikel halus dengan bersin. Pada anak yang lebih besar Hidung dan tenggorokan kering dan iritasi karena sekresi menjadi kental dan nanah. dan obstruksi hidung menyebabkan bernapas melalui mulut sehingga terjadi pengeringan membranmembran mukosa tenggorokan akan menambah rasa sakit. Bersin dan rasa pedas, nyeri otot, batuk kadang-kadang. 1. Faringitis Manifestasi klinis Anak yang lebih kecil: demam, malaise umum, anoreksia, sakit tenggorokan sedang, sakit kepala Anak yang lebih besar: demam, sakit kepala, anoreksia, disfagia, nyeri abdomen, muntah

3. Tonsilitis Tonsil menyaring dan melindungi saluran pernapasan serta saluran pencernaan dari invasi organism pathogen dan berperan dalam pembentukan antibody. anak-anak umumya memiliki tonsil yang lebih besar dari pada remaja atau orang dewasa sebagai mekanisme perlindungan kerena anak kecil rentan terutama terhadap ISPA. Manifestasi klinis: sakit tenggorokan, kesulitan menelan dan bernapas, 1. IV. Pemeriksaan Penunjang (Muhamad, 40) ISPA oleh karena virus dapat ditegakkan dengan pemeriksaan laboratorium terhadap jasad renik itu sendiri. Ada 3 cara pemeriksaan yang lazim dikerjakan :

1. Biakan Virus Bahan secret hidung atau hapusan dinding belakang faring dikirim dalam media GLY (Gelatine, Lactalbumine, dan Ekstrak Ragi : Yeast) dalam suhu 40 C. Untuk entero virus dan adeno virus selain bahan diambil dari dua tempat tersebut, juga diambil dari tinja dan hapusan rectum. Untuk mikoplasma pneumonia digunakan media TSB (Trypticase, Soya boillon, dan Bovine albumin). Dalam biakan sel / jaringan kemudian akan terjadi perubahan-perubahan sitopatogen yang khas. 1. Reaksi serologis yang dipergunakan antara lain reaksi pengikatan komplemen, reaksi hambatan hemadsorpsi, reaksi hambatan hemaglutinasi, reaksi netralisasi, RIA, serta ELISA. 2. Diagnostik virus secara langsung. Dengan cara khusus imunofluoresensi RIA, ELISA untuk identifikasi virus influenza, RSV, dan mikoplasma pneumonia. Mikroskop electron juga dipergunakan pada pemeriksaan corona virus. Selain ketiga cara tersebut dapat juga dilakukan cara yang sederhana walaupun tidak khas. Pemeriksaan darah tepi, jumlah lekosit, dan hitung jenis dapat pula membantu. Jarang sekali lekositosis, paling sering jumlahnya normal atau rendah. Lekopenia yang rendah bilangan angkanya menunjukkan gambaran klinik yang berat. Pada hitung jenis dapat dijumpai eosinofilia, limfofenia, netrofilia. Beberapa infeksi dengan bakteri dapat pula memberikan lekopenia (tifus abdominalis). Lekositosis dengan peningkatan sel PMN yang juga ditemukan dalam sputum menandakan adanya infeksi sekunder bakterial. 1. V. Penatalaksanaan (Wong. 2008: 939-942)

1) Nasofaringitis: antipiretik untuk demam dan ketidaknyamanan ringan, aspirin untuk mengurangi iritabilitas, rasa nyeri badan.anak dianjurkan untuk istirahat sampai tidak demam sedikitnya 1 hari, meninggikan kepala tempat tidur membantu drainase sekresi, penghisapan dapat mengurangi sekresi 2) Faringitis

Penisislin oral dengan dosis yang cukup untuk mengendalikan manifestasi lokal akut dan untuk mempertahankan kadar adekuat selama sedikitnya 10 hari guna menghilangkann organisme. dan antibiotik yang lain eritromisin, sefalosporin, kompres hangat di berikan untuk menurunkan panas, kumur salin normal untuk meredakan rasa tidak nyaman di tenggorokan (anak yang lebih besar). 3)

Tonsilitis Pemberian kenyamanan dan meminimalkan aktivitas yang dapat memisu terjadinya perdarahan. diberikan diet lunak sampai cair, uap dingin membantu memepertahanakan kelembapan membrane mukosa selam periode pernapasan mulut.obat analgesic/antipiretik seperti asetaminofen dan kodein berguna untuk meningkatkan kenyamanan.

Tonsilektomi diindikasikan pada kasus hiperttrofi masif yang menyebabkan kesulitan bernapas atau makan.

Kontraindikasi tonsilektomi: Sumbing langit-langit karena kedua tonsil membantu meminimalkan keluarnya udara ketika berbicara. Infeksi akut pada saat pembedahan karena jaringan yang mengalami inflamsi lokal meningkatkan resiko pembedahan. VI. Pencegahan Infeksio Saluran Pernapasan Atas (Wong. 2008: 939)

Menghindari kontak dengan penderita nasofaringitis dan jika anggota keluarga yang menderita flu harus berusaha menahan diri dengan membuang tisu yang benar, tidak memakai handuk bersama, gelas atau alat makan lainnya, menutup mulut dan hidung dengan tisu ketika batuk atau bersin, mencuci tangan. B. ASUHAN KEPERAWATAN 1. PENGKAJIAN a. Identitas

Sering terjadi pada bayi & anak karena belum membentuk ketahanan terhadap berbagai jenis virus b. Keluhan Utama

Demam, gelisah, batuk kadang-kadang, hidung dan tenggorokan kering, muntah c. Riwayat Penyakit Sekarang

Demam, nyeri telan, sakit kepala, anoreksia, disfagia, nyeri abdomen, muntah, nyeri otot, batuk kadang-kadang d. Riwayat Penyakit Dahulu

Keluarga mempunyai penyakit/riwayat ISPA dapat menularkan kepada anggota keluarga yang lain e. Lingkungan

Lokasi rumah sekitar pabrik, atau pinggir jalan raya, lingkungan sekitar banyak yang merokok

f.

Pola Pemenuhan nutrisi dan cairan

Pemenuhan nutrisi terganggu karena adanya penururnan nafsu makan yang disebabkan adanya penumpukan sekret pada saluran nafas. g. Aktivitas, istirahat

Aktivitas, istirahat anak menurun/terganggu karena adanya sesak nafas, batuk dan demam, h. Eliminasi miksi dan defekasi

Tidak ada permasalahan namun bila sampai terjadi dehidrasi maka produksi urine akan menurun. 1. i. Pemeriksaan Fisik :

TTV: nadi teraba cepat, RR meningkat, suhu meningkat 390C-400C, tensi meningkat Kepala dan leher: konjungtiva merah muda atau anemis, sclera putih atau ikterus mukosa bibir kering dan sianosis disekitar mulut, hiperemi faring, pernafasan cuping hidung, bila sampai terjadi dehidrasi maka dapat muncul ubun ubun cekung, mata cowong, penggunaan otot bantu nafas ( sternum cledomastoideus ). Dada: Dispneu, pernafasan cepat dan dangkal, auskultasi paru terdengar ronki retraksi dada sedang, batuk dengan atau tanpa sputum. Abdomen: distensi abdomen, peningkatan bising usus Genetalia: tidak ada masalah, bila sampai dehidrasi terjadi penurunan produksi urine.

Ektremitas/Integumen: fisik lemah karena tonus otot menurun, kulit lembab karena sesak, turgor kulit mungkin menurun, akral dingin, CRT dapat > 2 detik. 1. j. Riwayat Tumbuh kembang

k. Reaksi hospitalisasi anak usia prasekolah

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN.
1) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi sputum 2) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan difusi oksigen yang ditandai dengan dispnea, pernafasan cuping hidung, wheezing, PCO2 meningkat, PO2 menurun, sianosis dan batuk kering.

3) Ketidakefektifan pola pernafasan berhubungan dengan sekresi yang kental atau berlebihan sekunder akibat ispa yang di tandai dengan takipneu, pernafasan cupping hidung , nadi meningkat. 4) Hipertermi berhubungan dengan kerusakan control suhu sekunder akibat infeksi 5) Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan sekunder akibat demam 6) Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan nafsu makan akibat adanya penumpukan sekret 7) Ansietas pada anak berhubungan dengan lingkungan yang baru ditandai dengan anak menangis ketika didekati perawat. 8) Ansietas orang tua berhubungan dengan lingkungan baru ditandai dengan orang tua cemas dengan kondisi anak. 9) Kurang pengetahuan orang tua tentang proses penyakit dan perawatan pasien infeksi saluran pernapasan atas berhubungan dengan kurangnya informasi 1. 3. INTERVENSI

1) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi sputum yang ditandai dengan RR meningkat (>30x/menit), terdengar ronkhi, batuk tidak efektif, sesak, produksi sputum (warna: kuning kehijauan, merah; kekentalan, jumlah). Tujuan: Pasien menunjukkan keefektifan bersihan jalan nafas setelah dilakukan Tindakan keperawatan selama ..x24jam dengan kriteria hasil: RR normal (30x/menit) Ronkhi berkurang/tidak terdengar ronkhi Sesak nafas berkurang/tidak sesak lagi

Intervensi: 1. Jelaskan pada oarangtua penyebab ketidakefektifan jalan nafas R/ Peradangan pada parenkim paru menyebabkan produksi sekret meningkat ditunjang dengan batuk tidak efektif sehingga terjadi penumpukan sekret dan mengalami obstruksi jalan nafas yang mengakibatkan ketidakefektifan jalan nafas. 1. Lakukan bronkial toilet.

Humidifikasi dengan nebulizer

R/ Kelembapan akan menurunkan kekentalan secret, sehingga mempermudah pengeluaran dan membantu mencegah pembentukkan mucus tebal pada bronkus. Perkusi dan fibrasi dada

R/ Perkusi dan fibasi dada membantu merontokkan mucus sehingga masuk ke saluran nafas yang lebih besar. Anjarkan dan motivasi pasien untuk nafas dalam dan batuk efektif

R/ Nafas dalam akan meningkatkan inspirasi maksimal.inspirasi dalam meningkatkan volume paru dan membuka jalan nafas untuk memungkinkan udara mencapai bagian belakang mukus dan mendorongnya ke depan. batuk efektif: membersihkan secret dari jalan nafas dengan menggunakan dorongan udara dan kontraksi otot. 1. Berikan cairan sesuai kebutuhan setelah fisioterapi nafas R/ cairan membantu untuk mencegah terjadi kekurangan cairan dan mencegah sekret yang kental sehingga sekret menjadi encer dan mudah dikeluarkan 1. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian. Obat-obat mukolitik, bronkhodilator

R/ Obat mukolitik membantu mengencerkan dahak sehingga secret dapat dengan mudah dikeluarkan. R/ Bronchodilator untuk melebarkan jalan napas sehingga secret mudah di keluarkan 1. Observasi keluhan anak, karakteristik secret, frekuensi RR, suara nafas tambahan, ketidakefektifan batuk. R/ Observasi secret untuk melihat adanya manifestasi tubuh mengatasi kesulitan bernafas akibat penyempitan saluran nafas. Ronkhi untuk menilai adanya penumpukkan secret pada jalan nafas. Ketidakefektifan batuk menandakan terdapat penumpukan secret pada jalan nafas. RR: adanya penumpukan secret di jalan napas menyebabkan obstruksi jalan napas sehingga kompensasi tubuh dengan bernapas cepat. 2) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan di fusi oksigen yang ditandai dengan dispnea, pernafasan cuping hidung, wheezing, PCO2 meningkat, PO2 menurun, sianosis dan batuk kering.

Tujuan Pasien menunjukkan perbaikan pertukaran gas setelah dilakukan tindakan keperawatan dengan kriteria hasil: 1. 2. 3. 4. 5. Pasien tidak sesak BGA normal (PCO2 35-45 mmHg, PO2 80-100 mmHg) Tidak ada dipsnoe Tidak ada sianosis Tidak ada pernapasan cuping hidung

Intervensi 1. Jelaskan kepada pasien penyebab sianosis R/ Sianosis disebabkan karena ketidak efektifan suplai oksigen ke jaringan perifer dan dengan penjelasan yang diberikan diharapkan pasien lebih kooperatif 1. Berikan posisi semi fowler(memodifikasi tempat tidur atau menyangga kepala dengan bantal) R/ Posisi semi fowler akan meningkatkan ekspansi paru 1. Kolaborasi dengan dokter dalam Pemberian oksigen R/ Mempertahankan PO2 lebih dari 80 mmHg 1. Pemberian obat bronkodilator (teofilin) R/ Obat bronco dilator akan melebarkan jalan napas dan mengurangi bronco spasme 1. Pemberian antihistamin R/ Obat antihistamin bekerja untuk menghambat efek histamine yang dibebaskan pada reaksi alergi 1. Pemeriksaan BGA R/ Untuk mengetahui kadar PCO2, PO2 dan pH 1. Observasi keluhan sesak, BGA, bunyi napas, sianosis dan batuk R/ Untuk mengetahui keberhasilan tindakan keperawatan Sesak

R/ Untuk menilai adanya menifestasi tubuh mengatasi kesulitan bernapas akibat penyempitan saluran napas dan penumpukan secret BGA R/ Hipoksemi ada pada pada berbagai derajat bergantung pada jumlah obstruksi jalan napas. 1. Bunyi napas Adanya wheezing menandakan adanya penyempitan saluran pernapasan R/ Sianosis Untuk menilai keadekuatan suplai oksigen ke jaringan perifer Batuk R/ Untuk menilai manifestasi tubuh untuk mengeluarkan secret 3) Ketidakefektifan pola pernafasan berhubungan dengan sekresi yang kental atau berlebihan sekunder akibat ispa yang di tandai dengan takipneu, pernafasan cupping hidung , nadi meningkat. 1. Jelaskan kepada keluarga penyebab dari sesak R/ sesak terjadi karena adanya penumpukan sekret sehingga terjadi penyempitan jalan nafas, hal ini menyebabkan oksigen yang masuk menjadi berkurang 1. Tinggikan kepala dan dorong sering mengubah posisi R/ Meningkatkan inspirasi maksimal, dan meningkatkan pengeluaran sekret untuk memperbaiki ventilasi 1. Berikan oksigen dgn metoda yg diharuskan R/ Oksigen memperbaiki hypoksia, diperlukan observasi yg cermat,thd aliran dan prosentase pemberian dan efeknya pada pasien. 1. Pertahankan istrirahat tidur R/ Mencegah pasien terlalu lelah dan memudahkan perbaikan infeksi 1. Berikan bronchodilator sesuai yg ditentukan R/ Bronkhodilator mendilatasi jalan nafas dan membantu melawan oedema mukosa bronchial dan spasmemuskuler

1. Observasi sesak pasien, nadi, tanda hypoksia: gelisah, SpO2,suara nafas tambahan Sesak R/ Untuk menilai adanya menifestasi tubuh mengatasi kesulitan bernapas akibat penyempitan saluran napas dan penumpukan secret hipoksia R/ untuk mengetahui sirkulasi oksigen di jaringan tubuh SpO2 R/ untuk mengetahui oksigen dalam darah suara napas tambahan ronkhi R/ mengetahui adanya penumpukan secret di jalan napas mengi R/ mengetahui penyempitan salutan napas akibay secret 4) Hipertermi berhubungan dengan kerusakan kontrol suhu sekunder akibat infeksi yang ditandai dengan suhu >37,5oC, kulit kemerahan, akral panas, takikardia. Tujuan: Pasien mengalami penurunan suhu setelah dilakukan tindakan keperawatan selama x24 jam dengan kriteria hasil : Intervensi: 1. jelaskan kepada orang tua penyebab demam. R/ penyebab demam adalah proses infeksi yang terjadi di dalam tubuh sehingga memicu terjadinya peningkatan suhu. Pasien panasnya turun (36,5-37,5oC) Kulit tidak tampak kemerahan Akral hangat Nadi normal (120-160x/menit)

1. Berikan kompres air hangat R/ Kompres air hangat berguna untuk melebarkan pembuluh darah sehingga panas dalam tubuh dapat keluar. 1. Anjurkan orangtua memberikan pakaian tipis dan menyerap keringat. R/ Pakaian tipis mempercepat penurunan suhu dengan cara radiasi. 1. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antibiotik dan antipiretik (10-15mg/kgBB) R/ Antipiretik mangandung parasetamol yang dapat membantu untuk menurunkan panas R/ antibiotic berfungsi untuk membunuh dan menghambat pertumbuhan kuman yang ada di dalam tubuh 1. Observasi suhu ,Kulit tidak tampak kemerahan, Akral hangat, nadi suhu, nadi R/ peningkatan suhu tubuh menandakan adanya infeksi dalam tubuh dan di sertai dengan peningkatan nadi. kemerahan R/panas menyebabkan pembuluh darah vasodilatasi sehingga kulit kemerahan 5) Resiko kekurangan volume cairan berhubungan kehilangan cairan sekunder akibat dengan demam . Tujuan: Anak tidak mengalami kekurangan cairan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama .. x 24 jam dengan kriteria hasil: Mukosa bibir lembab Mata tidak cowong Turgor kulit elastis Produksi urine 1-2 cc/kg BB/jam Nadi 110-140x/mnt Fontanela anterior tidak cekung BB ideal sesuai dengan usia

Kesadaran baik

Intervensi: 1. Jelaskan pada ibu tentang pentingnya masukan oral yang adekuat bagi anak R/ Masukan oral yang adekuat dapat mengganti kehilangan cairan akibat diare. b. Jelaskan dan anjurkan ibu untuk tetap memberikan ASI R/ASI penting untuk mencegah kekurangan cairan,sebagai sumber nutrisi dan sebagai antibodi untuk mencegah infeksi lanjut. c. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian cairan melalui IV sesuai ketentuan untuk dehidrasi dan muntah. R/ Cairan IV mengganti cairan yang hilang karena muntah agar terjadi keseimbangan cairan. 1. Observasi mukosa bibir, mata cowong, turgor kulit R/ mukosa bibir lembab, mata tidak cowong, turgor kulit elastis menunjukan terpenuhinya kebutuhan cairan dalam tubuh 6) Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan nafsu makan akibat adanya penumpukan sekret yang ditandai dengan BB menurun, lemas, ibu mengungkapkan anak kurang napsu makan. Tujuan : Anak menunjukkan perbaikan nutrisi setelah dilakukan tindakan keperawatan selama x24 jam dengan kriteria hasil:

Anak tidak lemas Tidak muntah BB dalam batas normal: Hb normal :11.0 gr/dl

Intervensi 1. Jelaskan pentingnya nutrisi yang adekuat dan tipe diet yang dibutuhkan pada orang tua pasien. R/ Intake nutrisi yang adekuat memberikan kalori untuk tenaga dan protein untuk proses penyembuhan.

1. Berikan makanan dalam jumlah sedikit tapi sering, jika mungkin kombinasikan dengan makanan yang disukai anak. R/ Makanan dalam jumlah sedikit namun sering akan menambah energi. Makanan yang menarik dan disukai dapat meningkatkan selera makan. 1. Kolaborasi dalam pemberian obat antiemetik. R/ Mengurangi tidak enak pada perut. 1. Observasi BB tiap hari dengan alat ukur yang sama. R/ Peningkatan berat badan menunjukan nafsu makan anak baik sehingga terjadi peningkatan berat badan 7) Ansietas pada anak berhubungan dengan lingkungan yang baru ditandai dengan anak menangis ketika didekati perawat. Tujuan : Stress hospitalisasi pada anak berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan dengan kriteria hasil: anak menunjukkan perilaku yang kooperatif dalam proses pengobatan dan perawatan, anak tidak menangis ketika didekati perawat. Intervensi: 1. Anjurkan orang tua untuk sekamar dengan anak R/ mengurangi kecemasan anak dan anak merasa terlindungi ole orang tua 1. anjurkan orang tua untuk meninggalkan permainan kesangan anak R/ permainan kesayangan dapat membuat anak terhibur dan mengurangi kecemasan anak 1. ajak anak bermain R/ mengajak anak bermain meminimalkan stress 1. observasi tingkat kecemasan anak R/ anak tersenyum jika didekati petugas, menandakan anak mulai menerima petugas dan kecemasan anak berkurang. 8) Ansietas orang tua berhubungan dengan lingkungan yang baru yang ditandai orangtua tampak cemas dengan kondisi anak dengan

Tujuan : Stress hospitalisasi pada orangtua dan anak berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan dengan kriteria hasil: wajah orang tua menunjukkan kecemasan berkurang, orang

tua dan anak menunjukkan perilaku yang kooperatif dalam proses pengobatan dan perawatan, anak tidak menangis ketika didekati perawat. intervensi: 1. Jelaskan kepada orangtua tentang penyebab infeksi saluran pernapasan atas R/ Karena adanya bakteri atau virus yang masuk ke dalam saluran nafas maka terjadi proses infeksi pada saluran nafas dimana akan mengeluarkan dahak yang banyak 1. Berikan dukungan kepada orangtua pasien R/ Dukungan dapat menurunkan kecemasan. 1. Observasi stress ibu. R/ Ibu tampak tenang. koperatif terhadap tindakan keperawatan menujukan kecemasan ibu berkurang 9) Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit dan perawatan pasien ispa berhubungan dengan kurangnya informasi yang ditandai dengan ibu sering bertanya tentang tentang kondisi anaknya, ibu tampak gelisah dan cemas. Tujuan: Pengetahuan keluarga bertambah tentang penyakit anaknya setelah mendapatkan tindakan perawatan dengan kriteria : Keluarga mengerti tentang penyakit ispa Keluarga mengerti cara pencegahan keluarga kooperatif terhadap tindakan keperawatan

Intervensi : 1. Jelaskan setiap tindakan perawatan yang akan dilakukan. R/agar keluarga mengetahui tujuan setiap tindakan perawatan Mengetahui sejauh mana pengetahuan yang dimiliki keluarga dan kebenaran informasi yang didapat. 1. Jelaskan tentang penyebab dan gejala ispa R/Penjelasan tentang kondisi yang dialami dapat membantu menambah wawasan keluarga

1. Observasi pemahaman keluarga tentang penjelasan yang sudah diberikan dengan menanyakan kembali keluarga yang telah dijelaskan R/ keluarga mengerti dan mampu menjelaskan kembali tentang ispa, penyebab dan cara pencegahan DAFTAR PUSTAKA Berhman, Richard. 1983. Ilmu Kesehatan Anak. alih bahasa Moelia dkk. 1992. Jakarta: EGC Carpenito, Lynda Juall. 1999. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Alih Bahasa: I Made Kariasa, Ni Made Sumarwati. 2000. Jakarta: EGC. Donges, Marilynn E. 1993. Rencana Asuhan Keperawatan. Alih Bahasa: Brahm U. 2000.Jakarta: EGC. Sumarmo, dkk. 2002. Buku Ajar Infeksi Dan Pediatriri Tropis. Jakarta: FKUI Supartini. 2004. Buku ajar konsep dasar keperawatan anak. Jakarta: EGC Wong, Donna L. 1996. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Alih Bahasa: Monica Ester. 2003. Jakarta: EGC. Wong, Donna L. 2001. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Alih Bahasa:Egi Komara. 2008. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai

  • Ghant Chart
    Ghant Chart
    Dokumen2 halaman
    Ghant Chart
    Ilmiyah Kisya El-Farroh
    Belum ada peringkat
  • PENUTUP
    PENUTUP
    Dokumen3 halaman
    PENUTUP
    Ilmiyah Kisya El-Farroh
    Belum ada peringkat
  • Absensi Mahasiswa & Lembar Konsultasi
    Absensi Mahasiswa & Lembar Konsultasi
    Dokumen2 halaman
    Absensi Mahasiswa & Lembar Konsultasi
    Ilmiyah Kisya El-Farroh
    Belum ada peringkat
  • Askep Binaan
    Askep Binaan
    Dokumen11 halaman
    Askep Binaan
    Ilmiyah Kisya El-Farroh
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen1 halaman
    Daftar Pustaka
    Ilmiyah Kisya El-Farroh
    Belum ada peringkat
  • Deteksi Kanker Servik Dengan Metode Iva
    Deteksi Kanker Servik Dengan Metode Iva
    Dokumen5 halaman
    Deteksi Kanker Servik Dengan Metode Iva
    karina chaswin
    Belum ada peringkat
  • Cover & Lembar Pengesahan Gadar Hcu
    Cover & Lembar Pengesahan Gadar Hcu
    Dokumen2 halaman
    Cover & Lembar Pengesahan Gadar Hcu
    Ilmiyah Kisya El-Farroh
    Belum ada peringkat
  • Insyaallaah Terpakai Nanti
    Insyaallaah Terpakai Nanti
    Dokumen1 halaman
    Insyaallaah Terpakai Nanti
    Ilmiyah Kisya El-Farroh
    Belum ada peringkat
  • LP Hcu
    LP Hcu
    Dokumen3 halaman
    LP Hcu
    Ilmiyah Kisya El-Farroh
    Belum ada peringkat
  • Lembar Konsultasi
    Lembar Konsultasi
    Dokumen2 halaman
    Lembar Konsultasi
    Ilmiyah Kisya El-Farroh
    Belum ada peringkat
  • Halaman 1
    Halaman 1
    Dokumen37 halaman
    Halaman 1
    Ilmiyah Kisya El-Farroh
    Belum ada peringkat
  • NP
    NP
    Dokumen1 halaman
    NP
    Ilmiyah Kisya El-Farroh
    Belum ada peringkat
  • Tabulasi New Kontrol
    Tabulasi New Kontrol
    Dokumen1 halaman
    Tabulasi New Kontrol
    Ilmiyah Kisya El-Farroh
    Belum ada peringkat
  • Quesioner 1
    Quesioner 1
    Dokumen1 halaman
    Quesioner 1
    Ilmiyah Kisya El-Farroh
    Belum ada peringkat
  • Quesion Er
    Quesion Er
    Dokumen1 halaman
    Quesion Er
    Ilmiyah Kisya El-Farroh
    Belum ada peringkat
  • Prenatal
    Prenatal
    Dokumen5 halaman
    Prenatal
    Ilmiyah Kisya El-Farroh
    Belum ada peringkat
  • Hiperlink Contoh Intervensi Keperawatan Yang Berkaitan Dengan Pendekatan Spiritual
    Hiperlink Contoh Intervensi Keperawatan Yang Berkaitan Dengan Pendekatan Spiritual
    Dokumen4 halaman
    Hiperlink Contoh Intervensi Keperawatan Yang Berkaitan Dengan Pendekatan Spiritual
    Ilmiyah Kisya El-Farroh
    Belum ada peringkat
  • Satuan Acara Penyuluhan
    Satuan Acara Penyuluhan
    Dokumen1 halaman
    Satuan Acara Penyuluhan
    Ilmiyah Kisya El-Farroh
    Belum ada peringkat
  • Quesion Er
    Quesion Er
    Dokumen1 halaman
    Quesion Er
    Ilmiyah Kisya El-Farroh
    Belum ada peringkat
  • Lembar Konsultasi
    Lembar Konsultasi
    Dokumen1 halaman
    Lembar Konsultasi
    Ilmiyah Kisya El-Farroh
    Belum ada peringkat
  • Satuan Acara Penyuluhan
    Satuan Acara Penyuluhan
    Dokumen1 halaman
    Satuan Acara Penyuluhan
    Ilmiyah Kisya El-Farroh
    Belum ada peringkat
  • Kutipan PR B.indo
    Kutipan PR B.indo
    Dokumen1 halaman
    Kutipan PR B.indo
    Ilmiyah Kisya El-Farroh
    Belum ada peringkat
  • Triger 2
    Triger 2
    Dokumen2 halaman
    Triger 2
    Ilmiyah Kisya El-Farroh
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    Ilmiyah Kisya El-Farroh
    Belum ada peringkat
  • BAB I-Perencanaan2 Print
    BAB I-Perencanaan2 Print
    Dokumen18 halaman
    BAB I-Perencanaan2 Print
    Ilmiyah Kisya El-Farroh
    Belum ada peringkat
  • Swot Print
    Swot Print
    Dokumen9 halaman
    Swot Print
    Ilmiyah Kisya El-Farroh
    Belum ada peringkat
  • Print Absen
    Print Absen
    Dokumen1 halaman
    Print Absen
    Ilmiyah Kisya El-Farroh
    Belum ada peringkat
  • Kuis
    Kuis
    Dokumen4 halaman
    Kuis
    Ilmiyah Kisya El-Farroh
    Belum ada peringkat
  • Pengertian Kepemimpinan Efektif
    Pengertian Kepemimpinan Efektif
    Dokumen3 halaman
    Pengertian Kepemimpinan Efektif
    Ilmiyah Kisya El-Farroh
    Belum ada peringkat
  • Pak Polisi
    Pak Polisi
    Dokumen1 halaman
    Pak Polisi
    Vanda Love D'javaneis
    Belum ada peringkat