Anda di halaman 1dari 4

Pengaruh Pola Pengasuhan Pasien Kanker Endomterium Stadium 4 oleh Keluarga dengan Risiko Terjadinya Malnutrisi

ABSTRAK LATAR BELAKANG Jumlah penyakit kanker di Indonesia Dari beberapa faktor penyebab kematian pada penderita kanker, sebanyak 20-40%-nya disebabkan karena status gizi buruk. Kemunduran status gizi dapat menimbulkan berbagai komplikasi dan masalah kesehatan serius, seperti yang terjadi pada penderita kanker. Kanker memang dapat membunuh penderitanya dengan berbagai cara, tetapi yang paling sering adalah akibat kekurangan gizi berat (kaheksia). Pada penderita kanker dengan kaheksia, tubuh penderita akan mengalami kurus kering dan lemah lunglai, seperti orang yang menderita kelaparan dengan jangka waktu yang lama. Malnutrisi pada kanker ini disebabkan oleh faktor-faktor primer dan sekunder, baik langsung maupun tidak langsung. Pada kasus-kasus tertentu, berbagai terapi pengobatan yang dilakukan terkadang dapat memperparah status gizi seseorang. Laporan sebuah hasil penelitian mengungkapkan bahwa sebanyak 40% penderita kanker mengalami penurunan status gizi setelah menjalani kemoterapi, dan 43% penderita lainnya juga mengalami hal serupa setelah melakukan terapi radiasi. Karena tingginya prevalensi gizi buruk pada sebagian besar penderita kanker maka pemeriksaan mengenai kondisi atau status gizi mereka harus selalu diperhatikan. Oleh karena itu, banyak penderita kanker dengan status gizi buruk kemudian harus menjalani perawatan paliatif.

DESKRIPSI KASUS Nama Usia Alamat Agama Pekerjaan Status Pernikahan : NN. RN : 47 tahun : Jl. Adi Sucipto RT 02/09 Tanggerang : Islam : Guru Honorer : Belum Menikah

Pasien dengan diagnosis Ca Endometrium stadium 4 dengan metastasis pada ginjal, bulibuli, KGB, M.piriformis dan M. Iliopsoas. Riwayat penyakit telah di diagnosis Ca Endometrium sejak 3 tahun dan sudah dilakukan operasi di RS Sari Asih, Tanggerang. Pasien telah di rujuk ke RSCM untuk melakukan terapi radiasi, tetapi setelah melakukan 5 kali radiasi pasien merasa tidak kuat danmenghentikan terapi radiasi sudah merasa sehat. Sejak bulan Agustus 2013, keluhan yang sama muncul kembali dan pasien memeriksakan diri pada dokter yang melakukan operasi pertama kali. Pasien kemudian dirujuk ke RS Kanker Dharmais. Pada anamnesis ditemukan pasien mengalami kelemahan secara umum, gangguan tidur dan gangguan kesadaran. Terdapat keluhan pada saluran pencernaan yaitu gangguan nafsu makan, gangguan pada mulut seperti mulut kering, dan konstipasi. Pada susunan saraf pusat pasien mengalami paraplegi,bingung,kehilangan memori,halusinasi dan mimpi buruk. Secara psikologis pasien tampak cemas. Penilaian nyeri pada pasien didapatkan riwayat nyeri sejak 3 bulan yang lalu secara terus menerus dengan progesivitas memburuk serta keluhan rasa nyeri yang menjalar. Pemeriksaan fisik pasien tampak compos mentis.Status performa menurut Karnofsky Scale menujukkan angka 40 % yang artinya pasien tergantung orang lain untuk perawatan diri dan banyak membutuhkan perawatan medis. Pemeriksaan penunjang yang dilakukan adalah pemeriksaan specimen darah, BNO-IVP, Rontgen Thorax dan MSTC Pelvis. Pemeriksaan darah dilakukan 2 kali yaitu pada tanggal 28 Oktober dan 4 November, Pada tanggal 28 Oktober hanya melakukan pemeriksaan darah rutin dengan hasil tampak penurunan hematocrit, lain dalam batas normal. Pemeriksaan kedua dilakukam pemeriksaan hematologi rutin dengan hasil peningkatan leukosit, pemeriksaan hemostasis dengan hasil peningkatan kadar D-dimer dan pemeriksaan kimia klinik pada ginjal ditemukan kadar eGFR meningkat serta pada pemeriksaan elektrolit darah ditemukan hipernatremia. Pemeriksaan Rontgen Thorax yang dilakukan pada tanggal 5 Oktober menunjukkan tidak tampak kelainan radiologis pada COR dan pulmo. Pada pemeriksaan BNO IVP fungsi sekresi dan ekskersi kedua ginjal baik, tidak tampak tanda- tanda bendungan. Pada tanggal 22 Oktober dilakukan pemeriksaan MSTC Pelvic dan menunjukkan hasil residif massa pada superior pungtum dengan tanda infliltrasi pada M.piriformis dan M.iliopsoas kanan serta dinding buli-buli. Terdapat limfadenopati parailiaka kiri dan pericaval, hidronefrosis kanandan tombus pada vena cava inferior. Tidak terdapat kelainan pada intra abdominal dan bagian lainnya. Keadaan pasiem saat ini dilakukan perawat dirumah, tidak memakai NGT maupun kateter. Pasien tidak dapat duduk, punggung kaki kanan bengkak dan nyeri, kaki kanan tidak bisa diluruskan serta tedapat rasa nyeri yang hebat. Pasien mengeluh lidah kering dan tampak kotor. Urin berbau,kadang berdarah dan frekuensi BAK sangat jarang,hampir 2 hari sekali demikian pula frekuensi BAB hanya 1 minggu sekali. Pasien juga mengeluhkan rasa obat yang pahit.

DISKUSI Menurut dr. Maria A. Witjaksono, dokter Palliative Care Rumah Sakit Kanker Dharmais, Jakarta, prinsip-prinsip perawatan paliatif adalah sebagai berikut:1. Menghargai setiap kehidupan.2. Menganggap kematian sebagai proses yang normal.3. Tidak mempercepat atau menunda kematian.4. Menghargai keinginan pasien dalam mengambil keputusan. 5. Menghilangkan nyeri dan keluhan lain yang menganggu.6. Mengintegrasikan aspek psikologis, sosial, dan spiritual dalam perawatan pasien dan Keluarga.7. Menghindari tindakan medis yang sia-sia.8. Memberikan dukungan yang diperlukan agar pasien tetap aktif sesuai dengan kondisinya sampai akhir hayat.9. Memberikan dukungan kepada keluarga dalam masa duka cita. Pada pasien yang saya temui, kondisi kecukupan gizi pasien terlihat kurang. Faktor-faktor primer yang mempengaruhi malnutrisi pada pasien kanker antara lain umur, pengetahuan tentang gizi, asupan makanan, dan penyakit infeksi. Sedangkan faktor sekunder meliputi stadium dan pengobatan kanker. Umumnya, penyakit kanker dapat diobati dengan pembedahan, radiasi, kemoterapi, imunoterapi, atau kombinasi beberapa jenis pengobatan tersebut. Namun, penurunan status gizi pada sebagian besar penderita kanker disebabkan karena ketiadaan asupan zat-zat gizi, baik akibat dari gejala penyakit kankernya sendiri atau karena efek samping dari pengobatan, misalnya anoreksia, mual, muntah, dan diare. Kekurangan gizi juga merupakan salah satu faktor penting yang sangat mempengaruhi hasil pengobatan kanker, karena pasien dengan kecukupan gizi dan status gizi yang baik relatif lebih tahan terhadap terapi kanker daripada pasien yang berstatus gizi buruk atau kecukupan gizi kurang. Hal ini disebabkan karena penderita kanker memiliki sistem metabolik yang tinggi akibat kanker, rendah asupan makanan sehat karena kemoterapi, sehingga mengakibatkan perubahan pada indera pencecap dan pembau.

Anda mungkin juga menyukai