Anda di halaman 1dari 14

TUGAS KIMIA ANALISIS AIR MAKANAN DAN MINUMAN

Disusun Oleh : 1. Jayanti Praharsari 2. Kurnia Ifah N. W 3. Lulut Septiarini 4. Magdalena Lawing 5. Marzela Riyaya S. 6. Meiliana Suryandari 7. Meliana Indrawati 8. Merlin Herofianti 9. Murti Zulfan Rusadi 10. Normalita Nugrohowati 11. Nurma Ayunita Semester/ Kelas Pembimbing P07134112063 P07134112064 P07134112065 P07134112066 P07134112067 P07134112068 P07134112069 P07134112070 P07134112071 P07134112072 P07134112073 : III/ Reguler B : Tim Kimia Amami

POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA JURUSAN ANALIS KESEHATAN 2012/2013

PENDAHULUAN A. Deterjen Definisi Deterjen adalah campuran berbagai bahan, yang digunakan untuk membantu pembersihan dan terbuat dari bahan-bahan turunan minyak bumi. Dibanding dengan sabun, deterjen mempunyai keunggulan antara lain mempunyai daya cuci yang lebih baik serta tidak terpengaruh oleh kesadahan air. Detergen merupakan garam Natrium dari asam sulfonat. Detergen sudah sangat akrab di kehidupan kita, terutama bagi ibu rumah tangga. Detergen digunakan untuk mencuci pakaian. Untuk menyempurnakan kegunaannya, biasanya pabrik menambahkan Natrium Perborat, pewangi, pelembut, Naturium Silikat, penstabil, Enzim, dan zat lainnya agar fungsinya semakin beragam. Tapi diantara zat-zat tersebut ada yang tak bisa dihancurkan/dilarutkan oleh mikroorganisme sehingga otomatis menyebabkan pencemaran lingkungan. Apabila air yang mengandungi detergen dibuang ke dalam air, tercemarlah air dan pertumbuhan Alga yang sangat cepat. Hal ini akan menyebabkan kandungan oksigen dalam air berkurangan dan otomatis ikan, tumbuhan laut, dan kehidupan air lainnya mati. Selain itu limbah Detergen juga menyebabkan pencemaran tanah yang menurunkan kualitas kesuburan tanah yang mengakibatkan tanaman serta hidupan tanah termasuk cacing mati. Padahal cacing bisa menguraikan limbah organik, non organik & menyuburkan tanah. Bahan utamanya ialah garam natrium yaitu asam organik yang dinamakan asam sulfonik. Asam sulfonik yang digunakan dalam pembuatan detergen merupakan molekul berantai panjang yang mengandungi 12 hingga 18 atom karbon per molekul. Detergen pertama disintesis pada tahun 1940-an, yaitu garam natrium dari alkyl hydrogen sulfat. Alkohol berantai panjang dibuat dengan cara penghidrogenan lemak dan minyak. Alkohol berantai panjang ini direaksikan dengan asam sulfat menghasilkan alkil hydrogen sulfat yang kemudian dinetralkan dengan basa. Natrium lauril sulfat adalah detergen yang baik. Karena garamnya berasal dari asam kuat, larutannya hampir netral. Garam kalsium dan magnesiumnya tidak mengendap dalam larutannya, sehingga dapat dipakai dengan air lunak atau air sadah. Pada masa kini, detergen yang umum digunakan adalah alkil benzenasulfonat berantai lurus. Pembuatannya melalui tiga tahap. Alkena rantai lurus dengan jumlah karbon 14-14 direaksikan dengan benzena dan

katalis Friedel-Craft (AlCl3 atau HF) membentuk alkil benzena. Sulfonasi dan penetralan dengan basa melengkapi proses ini. B.Sabun Definisi Sabun adalah surfaktan yang digunakan dengan air untuk mencuci dan membersihkan. Sabun biasanya berbentuk padatan tercetak yang disebut batang karena sejarah dan bentuk umumnya. Penggunaan sabun cair juga telah telah meluas, terutama pada sarana-sarana publik. Jika diterapkan pada suatu permukaan, air bersabun secara efektif mengikat partikel dalam suspensi mudah dibawa oleh air bersih. Di negara berkembang, deterjen sintetik telah menggantikan sabun sebagai alat bantu mencuci atau membersihkan. Banyak sabun merupakan campuran garam natrium atau kalium dari asam lemak yang dapat diturunkan dari minyak atau lemak dengan direaksikan dengan alkali (seperti natrium atau kalium hidroksida) pada suhu 80100 C melalui suatu proses yang dikenal dengan saponifikasi. Lemak akan terhidrolisis oleh basa, menghasilkan gliserol dan sabun mentah. Secara tradisional, alkali yang digunakan adalah kalium yang dihasilkan dari pembakaran tumbuhan, atau dari arang kayu. Sabun dapat dibuat pula dari minyak tumbuhan, seperti minyak zaitun.

I.

PEMBAHASAN

A. Pengertian deterjen dan sabun Deterjen adalah campuran berbagai bahan, yang digunakan untuk membantu pembersihan dan terbuat dari bahan-bahan turunan minyak bumi.

Sabun adalah suatu bentuk senyawa yang dihasilkan dari reaksi saponifikasi. Saponifikasi adalah reaksi hidrolisis asam lemak oleh adanya basa lemah (misalnya NaOH). Hasil lain dari reaksi saponifikasi ialah gliserol. Reaksi pertama : Lemak + NaOH
Hidrolisa mendidih

Gliserol + Asam lemak

Reaksi kedua : 3RCOOH + NaOH


Penyabunan

RCOONa + H2O

Selain C12 dan C16, sabun juga disusun oleh gugus asam karboksilat.

B. Klasifikasi deterjen dan sabun berdasarkan struktur kimia 1. Detergen a. Klasifikasi Deterjen Berdasarkan Kandungan Gugus Aktif yang Terkandung 1) Detergen jenis keras Detergen jenis keras sukar dirusak oleh mikroorganisme meskipun bahan tersebut dibuang akibatnya zat tersebut masih aktif. Jenis inilah yang menyebabkan pencemaran air. Contoh: Alkil Benzena Sulfonat (ABS). Proses pembuatan ABS ini adalah dengan mereaksikan Alkil Benzena dengan Belerang Trioksida, asam Sulfat pekat atau Oleum. Reaksi ini menghasilkan Alkil Benzena Sulfonat. Jika dipakai Dodekil Benzena maka persamaan reaksinya adalah: C6H5C12H25 + Sulfonat) Reaksi selanjutnya adalah netralisasi dengan NaOH sehingga dihasilkan Natrium Dodekil Benzena Sulfonat. SO3 C6H4C12H25SO3H (Dodekil Benzena

2) Detergen jenis lunak Detergen jenis lunak, bahan penurun tegangan permukaannya mudah dirusak oleh mikroorganisme, sehingga tidak aktif lagi setelah dipakai .Contoh: Lauril Sulfat atau Lauril Alkil Sulfonat. (LAS). Proses pembuatan (LAS) adalah dengan mereaksikan Lauril Alkohol dengan asam Sulfat pekat menghasilkan asam Lauril Sulfat dengan reaksi: C12H25OH + H2SO4 C12H25OSO3H + H2O Asam Lauril Sulfat yang terjadi dinetralisasikan dengan larutan NaOH sehingga dihasilkan Natrium Lauril Sulfat. b. Klasifikasi detergen berdasarkan muatannya dibedakan menjadi : 1) Deterjen Anion Deterjen bermuatan negatif yang berasal dari gugus alkil sulfat seperti alkil benzen sulfonat. 2) Deterjen Kation Deterjen bermuatan positif yang berasal dari gugus amonia. Umumnya digunakan untuk germisida pada rumah sakit, sampo, dan pembilas baju. 3) Deterjen Nonionik Deterjen bermuatan netral, umumnya dipakai untuk pencuci piring dan berbusa sedikit dibanding dengan deterjen ionik lainnya. Mempunyai gugus polar yaitu gugus alkohol dan ester serta non polar yaitu rantai hidrokarbon yang panjang. 2. Sabun Berdasarkan bentuknya, sabun ada 3 macam: a. Sabun Natron (sabun keras) Adalah garam natrium asam lemak seperti pada contoh reaksi kimia : C17H35COOH + Na(OH) C17H35COONa + H2O Asam stearat b. Sabun lunak adalah garam kalium asam lemak yang diperoleh dari reaksi asam lemak dengan basa K(OH). Sabun lemak diberi pewarna yang menarik basa sabun

dan pewangi (parfum) yang enak serta bahan antiseptic seperti pada sabun mandi. c. Sabun Toilet Sabun yang bahan dasarnya garam kalium dengan penambahan parfum dan zat aditif.

C. Sifat- sifat Detergen dan Sabun 1. Detergen a. Dalam air akan mengalami ionisasi membentuk komponen bipolar aktif (terbentuk pada ujung dodecylbenzen-sulfonat ) yang akan mengikat ion Ca dan ion Mg pada air sadah. b. Untuk dapat membersihkan kotoran dengan baik, deterjen diberi bahan pembentuk yang bersifat alkalis. Contoh : natrium tripoliposfat. c. Dapat membersihkan pada air sadah. 2. Sabun a. Bersifat basa NaOH karena terjadi hidrolisis sebagian, b. sabun menyatukan air dan minyak. Sabun + air larutan koloid. c. Dalam air terlarut secara koloidal dan bersifat surfaktan yang terdiri dari molekul yang suka air (hidrofil) dan hidrofob. d. Larutan sabun membentuk anion dari alkil karboksilat, yang aktif sebagai pencuci (ZAP), mempunyai sifat membersihkan karena dapat

mengemulsikan kotoran yang melekat pada badan atau pakaian. e. Sabun dengan air sadah tidak dapat membentuk busa, tidak dapat membersihkan pada air sadah, tapi dalam air sadah mengandung Ca dan Mg berlebih sehingga akan membentuk endapan sebagai sabun kalsium / natrium : 2(C17H35COONa) + CaSO4 (C17H35COO)2Ca + Na2SO4

f. Sabun larut dalam alcohol dan sedikit larut dalam pelarut lemak. g. Dalam asam, sabun akan terhidrolisa menjadi asam lemak kembali RCOONa + HCl RCOOH + NaCl. h. Hidrolisis dalam air bersifat alkai dan terbentuk molekul RCOONa, RCOOH, dan ion-ion RCOOH-, OH-, NA+

Panjang rantai alkil akan mempengaruhi sifat fisik sabun seperti derajat hidrolisa, suhu titer, dan titik keruh. Sabun jumlah C-nya 14,15, dan 17

No. Pembeda 1. Komposisi

Detergen

Sabun

Terbuat dari senyawa kimia Terbuat dari garam dari asam /alkali alkil benzene sulphonate / karboksilat ( asam alkanoat ). Yang sulfionat (ABS) memiliki struktur umum CnH2nO2, contohnya cuka, C2H4O. Sabun adalah Garam natrium atau kalium dari asam lemak yang dapat diturunkan dari minyak atau lemak dengan direaksikan dengan alkali (seperti natrium atau kalium hidroksida) pada suhu 80100 C melalui proses saponifikasi.

2.

Kegunaan

Penghilang kotoran berupa digunakan minyak dengan

untuk

membersihkan

cara suatu produk yang berhubungan langsung dengan kulit manusia sabun lebih oleh mudah bakteri

mengemulsi lemak, minyak 3. Keunggulan

a. Daya cuci lebih baik, a. Molekul lebih murah, dan tidak terpengaruhi air. b. Sukar terdegradasi oleh bakteri pengurai. c. Molekul detergen tidak bereaksi dengan ion Ca2+ dan ion Mg2+.sehingga dapat membersihkan/ kesadahan

terdegradasi pengurai. b. Tidak bisa

dipakai

untuk

mencuci dalam air sadah, karena sabun akan bereaksi dengan ion Ca2+ dan Mg2

mencuci pada air sadah.

4.

Dampak negatif

Surfaktan menyebabkan kulit

dapat kasar,

bersifat toksik jika tertelan, non biodegradable

D. Deterjen dan sabun termasuk non biodegradable Deterjen dan sabun termasuk non biodegradable karena senyawa Alkil Benzene Sulphonat yang terkandung dalam deterjen mempunyai tingkat

biodegradable yang sangat rendah. dalam pengolahan limbah konvesional, ABS tidak dapat diurai sekitar 50% bahan aktif ABS lolos dari pengolahan dan masuk dalam

sistem pembuangan. hal ini dapat menimbulkan masalah keracunan pada biota air dan penurunan kualitas air.

E. Efek Deterjen dan Sabun 1. Efek Terhadap Lingkungan Bahan buangan berupa sabun dan deterjen di dalam air lingkungan akan mengganggu karena alasan berikut : a. Larutan sabun akan menaikkan pH air sehingga dapat menggangg kehidupan organisme di dalam air. Deterjen yang menggunakan bahan non-Fosfat akan menaikkan pH air sampai sekitar 10,5-11. b. Bahan antiseptic yang ditambahkan ke dalam sabun/deterjen juga mengganggu kehidupan mikro organisme di dalam air, bahkan dapat mematikan c. Ada sebagian bahan sabun atau deterjen yang tidak dapat dipecah (didegradasi) oleh mikro organisme yang ada di dalam air. Keadaan ini sudah barang tentu akan merugikan lingkungan.

2. Dampak Pencemaran Air Pencemaran air dapat berdampak sangat luas, misalnya dapat meracuni air minum, meracuni makanan hewan, menjadi penyebab ketidak seimbangan ekosistem sungai dan danau, pengrusakan hutan akibat hujan asam dsb. Di badan air, sungai dan danau, nitrogen dan fosfat dari kegiatan pertanian telah menyebabkan pertumbuhan tanaman air yang di luar kendali yang disebut eutrofikasi (eutrofication). Ledakan pertumbuhan tersebut menyebabkan oksigen yang seharusnya digunakan bersama oleh seluruh hewan/tumbuhan air, menjadi

berkurang. Ketika tanaman air tersebut mati, dekomposisinya menyedot lebih banyak oksigen. Akibatnya ikan akan mati dan aktivitas bakteri akan menurun.

Dampak pencemaran air pada umumnya dibagi dalam 4 kategori (KLH, 2004) - dampak terhadap kehidupan biota air - dampak terhadap kualitas air tanah - dampak terhadap kesehatan - dampak terhadap estetika lingkungan

a. Dampak terhadap kehidupan biota air Banyaknya zat pencemar pada air limbah akan menyebabkan menurunnya kadar oksigen terlarut dalam air tersebut. Sehingga akan mengakibatkan kehidupan dalam air yang membutuhkan oksigen terganggu serta mengurangi perkembangannya. Selain itu kematian dapat pula disebabkan adanya zat beracun yang juga menyebabkan kerusakan pada tanaman dan tumbuhan air. Akibat matinya bakteri-bakteri, maka proses penjernihan air secara alamiah yang seharusnya terjadi pada air limbah juga terhambat. Dengan air limbah menjadi sulit terurai. Panas dari industri juaga akan membawa dampak bagi kematian organisme, apabila air limbah tidak didinginkan dahulu. b. Dampak terhadap kualitas air tanah Pencemaran air tanah oleh tinja yang biasa diukur dengan faecal coliform telah terjadi dalam skala yang luas, hal ini telah dibuktikan oleh suatu survey sumur dangkal di Jakarta. Banyak penelitian yang mengindikasikan terjadinya pencemaran tersebut. c. Dampak terhadap kesehatan Peran air sebagai pembawa penyakit menular bermacam-macam antara lain : air sebagai media untuk hidup mikroba pathogen air sebagai sarang insekta penyebar penyakit

jumlah air yang tersedia tak cukup, sehingga manusia bersangkutan tak dapat membersihkan diri air sebagai media untuk hidup vector penyakit Ada beberapa penyakit yang masuk dalam katagori water-borne diseases, atau penyakit-penyakit yang dibawa oleh air, yang masih banyak terdapat di daerah-daerah. Penyakit-penyakit ini dapat menyebar bila mikroba penyebabnya dapat masuk ke dalam sumber air yang dipakai masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sedangkan jenis mikroba yang dapat menyebar lewat air antara lain, bakteri, protozoa dan metazoa. Tabel : Beberapa Penyakit Bawaan Air dan Agennya Agen Virus Rotavirus Virus Hepatitis A Virus Poliomyelitis Bakteri Vibrio cholerae Escherichia Coli Enteropatogenik Salmonella typhi Salmonella paratyphi Shigella dysenteriae Protozoa Entamuba histolytica Balantidia coli Dysentrie amoeba Balantidiasis Typhus abdominalis Paratyphus Dysenterie Cholera Diare/Dysenterie Diare pada anak Hepatitis A Polio (myelitis anterior acuta) Penyakit

Giarda lamblia Metazoa Ascaris lumbricoides Clonorchis sinensis Diphyllobothrium latum Taenia saginata/solium Schistosoma

Giardiasis

Ascariasis Clonorchiasis Diphylobothriasis Taeniasis Schistosomiasis

Sumber : KLH, 2004 d. Dampak terhadap estetika lingkungan Dengan semakin banyaknya zat organic yang dibuang ke lingkungan perairan, maka perairan tersebut akan semakin tercemar yang biasanya ditandai dengan bau yang menyengat disamping tumpukan yang dapat mengurangi estetika lingkungan. Masalah limbah minyak atau lemak juga dapat mengurangi estetika. Selain bau, limbah tersebut juga menyebabkan tempat sekitarnya menjadi licin. Sedangkan limbah detergen atau sabun akan menyebabkan penumpukan busa yang sangat banyak. Inipun dapat mengurangi estetika.

F. Penetapan Kadar Deterjen dan Sabun 1. Penentuan Surfaktan dengan Metilen Biru Metode ini membahas tentang perpindahan metilen biru yaitu larutan kationik dari larutan air ke dalam larutan organik yang tidak dapat campur dengan air sampai pada titik jenuh (keseimbangan). Hal ini terjadi melalui formasi (ikatan) pasangan ion antara anion dari MBAS (methylene blue active substances) dan kation dari metilen biru. Intensitas warna biru yang dihasilkan dalam fase organik merupakan ukuran dari MBAS (sebanding dengan jumlah surfaktan). Surfaktan anion adalah salah satu dari zat yang paling penting, alami dan sintetik yang menunjukkan aktifitas dari metilen biru. Metode MBAS berguna sebagai penentuan kandungan surfaktan anion dari air dan limbah, tetapi

kemungkin adanya bentuk lain dari MBAS (selain interaksi antara metilen biru dan surfaktan anion) harus selalu diperhatikan. Metode ini relatif sangat sederhana dan pasti. Inti dari metode MBAS ini ada 3 secara berurutan yaitu: Ekstraksi metilen biru dengan surfaktan anion dari media larutan air ke dalam kloroform (CHCl3) kemudian diikuti terpisahnya antara fase air dan organik dan pengukuran warna biru dalam CHCl3 dengan menggunakan alat spektrofotometri pada panjang gelombang 652 nm (Franson, 1992). Batas deteksi surfaktan anion menggunakan pereaksi pengomplek metilen biru sebesar 0,026 mg/L, dengan rata-rata persen perolehan kembali 92,3% (Rudi dkk., 2004).

2. Analisis Spektrofotometri pada Metode MBAS Spektrometri merupakan metode pengukuran yang didasarkan pada interaksi radiasi elektromagnetik dengan partikel, dan akibat dari interaksi tersebut menyebabkan energi diserap atau dipancarkan oleh partikel dan dihubungkan pada konsentrasi analit dalam larutan. Prinsip dasar dari spektrofotometri UV-Vis adalah ketika molekul mengabsorbsi radiasi UV atau visible dengan panjang gelombang tertentu, elektron dalam molekul akan mengalami transisi atau pengeksitasian dari tingkat energi yang lebih rendah ke tingkat energi yang lebih tinggi dan sifatnya karakteristik pada tiap senyawa. Penyerapan cahaya dari sumber radiasi oleh molekul dapat terjadi apabila energi radiasi yang dipancarkan pada atom analit besarnya tepat sama dengan perbedaan tingkat energi transisi elektronnya (Rudi,2004). Metilen biru digunakan untuk uji coba bahan pewarna organik. Bahan pewarna organik yang berwarna biru tua ini, akan menjadi tidak berwarna apabila oksigen pada sampel (air yang tercemar yang sedang dianalisis) telah habis dipergunakan (Mahida, 1981). Surfaktan anion bereaksi dengan warna biru metilen membentuk pasangan ion baru yang terlarut dalam pelarut organik, intensitas warna biru yang terbentuk diukur dengan spektrofotometer dengan panjang gelombang 652 nm. Serapan yang diukur setara dengan kadar surfaktan anion (Anonim, 2009). a. Prosedur Kerja 1) Pembuatan Kurva Kalibrasi

a) Larutan induk detergent diambil sebanyak 0, 250, 500, 750 dan 1000 mL dan dimasukkan ke dalam labu ukur 500 mL, ditambahkan air suling hingga tanda tera, kemudian diaduk hingga homogen. Diperoleh kadar 0,00; 0,2; 0,4; 1,0; 1,2 dan 2,0 mg/L MBAS. b) Larutan baku diambil dengan volum masing masing 100 mL dan dimasukkan ke dalam corong pemisah 30 mL. c) Ditambahkan larutan biru methylene sebanyak 25mL. d) Ditambahkan 10 mL CHCl3 , digojog kuat kuat selama 30 detik , sekali kali buka tutup corong untuk mengeluarkan gas. e) Didiamkan hingga terjadi pemisahan fase, corong pemisah digoyang perlahan lahan, jika terbentuk emulsi, tambahkan sedikit isopropil alkohol (10 mL), lapisan bawah (CHCl3) dikeluarkan dan ditampung dalam corong pemisah lain. f) Ekstraksi diulangi seperti butir 4 dan 5 sebanyak 2 kali dan larutan ekstrak digabung dengan larutan ekstrak pada butir 5. g) Ditambahkan 50 mL larutan pencuci ke dalam larutan ekstrak (kloroform gabungan) dan digojog kuat kuat selama 30 detik. h) Didiamkan sampai terjadi pemisahan fase, corong digoyangkan perlahan lahan, lapisan bawah (Chloroform) dikeluarkan melalui serabut kaca, dimasukkan ke dalam labu ukur (jaga agar lapisan air tidak terbawa). i) Ekstraksi diulangi terhadap larutan pencuci dengan kloroform seperti butir 4 dan 5 sebanyak 2 kali. j) Serabut kaca dicuci dengan kloroform sebanyak 5 mL dan digabung dengan larutan ekstrak diatas. k) Larutan ekstrak dimasukkan kedalam labu ukur 50 mL dan ditambahkan kloroform sampai tanda tera. l) Larutan ekstrak dimasukkan kedalam cuvet pada alat

spektrofotometer , dibaca dan dicatat absorbansinya pada panjang gelombang 652 nm, pembacaan dilakukan tidak lebih dari 3 jam setelah ektraksi. m) Apabila perbedaan hasil pengukuran serapan masuk secara duplo lebih besar dari 2% periksa alat dan ulangi pekerjaan dari langkah awal, apabila lebih kecilatau sama dengan 2% , rata ratakan hasil.

n) Kurva kalibrasi dibuat dari data 13 dan ditentukan persamaan garisnya.

2) Prosedur Uji Kadar Surfaktan a) Sampel diambil masing masing 100 mL dan dimasukkan ke dalam corong pemisah 500 mL. b) Ditambahkan larutan biru methylene sebanyak 25 mL. c) Ditambahkan 50 mL kloroform , digojog kuat kuat selama 30 detik , sekali kali buka tutup corong untuk mengeluarkan gas. d) Didiamkan hingga terjadi pemisahan fase, corong pemisah digoyangkan perlahan lahan. e) Ditambahkan 50 mL larutan pencuci ke dalam larutan ekstrak (kloroform gabungan) dan digojog kuat kuat selama 30 detik. f) Didiamkan sampai terjadi pemisahan fase, digoyang perlahan lahan , lapisan bawah (kloroform) dikeluarkan melalui serabut kaca, dimasukkan ke dalam erlenmeyer 100 mL (jaga agar lapisan air tidak terbawa). g) Larutan ekstrak dimasukkan ke dalam kuvet pada alat

spektrofotometer , dibacan dan dicatat absorbansinya pada panjang gelombang 652 nm, pembacaan dilakukan tidak lebih dari 3 jam setelah ektraksi.

Anda mungkin juga menyukai