Anda di halaman 1dari 3

Ajarkan Modisco Untuk Gizi Buruk

Badan Koordinasi Keluarga Berencana DKI Jakarta menyebutkan, hingga Agustus 2006 tercatat 9.253 anak balita yang berat badannya di bawah garis merah atau gizi buruk (Kompas 5 Agustus 2006). Gizi buruk saat ini memang tengah jadi sorotan. Permasalahan ini seolah menjadi masalah klasik bangsa ini sejak dulu. Gizi buruk di masa ini bukan saja disebabkan karena masalah ekonomi. Kurangnya pengetahuan, pendidikan serta wawasan masyarakat akan pentingnya asupan makanan yang cukup nutrisi menjadi penyebab lain bertambahnya angka kejadian gizi buruk. Balita yang menderita gizi buruk, terkadang disebabkan karena pola asuh yang kurang benar. Gizi dan nutrisi yang cukup sangat dibutuhkan pada masa pertumbuhan anak. Sebaiknya orang tua tetap mengusahakan agar anaknya mendapatkan yang terbaik. Karena mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan seperti kecacatan otak, keterlambatan pertumbuhan, dll, lebih baik dari pada harus menghadapi pengobatan dengan tindakan rawat inap untuk anaknya. Selain biaya yang harus dikeluarkan akan lebih besar, pertumbuhan anak pun tak akan optimal. Beberapa pasien gizi buruk datang ke tempat pelayanan kesehatan dengan keadaan sudah parah. Beberapa lagi tak membawa anaknya ke rumah sakit atau puskesmas karena alasan malu atau tak punya biaya. Nutrisi yang baik bukan berarti harus disertai dengan bahan-bahan yang mahal tetapi usahakan komposisi 50 % karbohidrat, 30% lemak, 20% protein dengan vitamin dan mineral ada dalam menu sehari-hari. Asalkan nutrisi yang diberikan seimbang, seorang anak bisa mendapatkan kebutuhan gizi yang diperlukan tubuhnya. Untuk itu diperlukan cara yang sederhana untuk mengatasi Gizi Buruk ini, salah satunya adalah mengajarkan dan menyebarluaskan informasi pembuatan MODISCO. MODISCO (Modified Disco) adalah minuman bernilai gizi tinggi, mudah dicerna, kaya kalori dan protein.Modisco terdiri dari bahan-bahan lokal yang mudah diperoleh dan dibuat serta dapat diolah dalam beraneka ragam masakan dan minuman. MODISCO diperuntukan kepada orang-orang dengan keadaan dimana membutuhkan tambahan protein dan kalori karena infeksi menahun, masa penyembuhan dari penyakit berat, kesulitan makan karena adanya kelainan bawaan, sebagai makanan tambahan untuk anak sehat yang kurus, menghadapi ujian, dan pada orang-orang yang melakukan olahraga berat dan tentu saja sebagai minuman pada penderita gizi buruk.Poli gizi di Puskesmas Simpang Empat mengajarkan pembuatan Modisco III yang baik dikonsumsi pasien gizi buruk. Modisco ini terdiri dari bahan-bahan yang mudah dan murah didapat, antara lain : 12 gr / 1 setengah sendok makan full cream milk 100 cc susu segar 7,5 gr gula pasir 5 gr margarine cara membuat :

susu bubuk dicampur gula dan minyak / margarine cair, kemudian diberi air panas sedikit demi sedikit sambil diaduk sampai tercampur. Kemudian disaring. Minuman ini bisa langsung diminum. Atau supaya lebih tahan lama dapat di-tim dahulu selama 15 menit, baru diminum (* dalam 100cc Modisco mengandung 130 kalori, 3 gr protein, dan 7,5 gr lemak). Modisco dapat dihidangkan sebagai minuman sehari-hari, campuran es krim, dicampur dengan bubur kacang hijau atau kolak pisang, sebagai campuran puding agar-agar atau roti, dan sebagainya. Namun, tidak semua orang dapat mengkonsumsi MODISCO, Modisco tidak dapat diberikan pada anak bila gemuk, dan penyakit ginjal, hati (kuning), jantung tanpa atau dengan konsultasi dokter. Untuk bayi, Modisco baru boleh diberikan saat bayi berusia 6 bulan.

Pelaksanaan upaya pencegahan gizi buruk dibagi dalam tigatahap meliputi rencana jangka pendek untuk tanggap darurat dengan menerapkan prosedur tatalaksana penanggulangan gizi buruk denganmelaksanakan sistem kewaspadaan dini secara intensif melalui pelacakan kasus dan penemuan kasus baru kemudian ditangani di puskesmas dan di rumah sakit. Kemudian tahap pencegahan terhadap peningkatan status dengan koordinasi lintas program dan lintas sektor, memberikan bantuan pangan, memberikan makanan pendamping ASI (MP-ASI). Sedangakn tahap ketiga pengobatanpenyakit, penyediaan air bersih, memberikan penyuluhan gizi dan kesehatan terutama peningkatan ASI eksklusif sejak lahir sampai 6 bulan kemudian diberikan makanan pendamping ASI setelah usia 6 bulan dengan meneruskan pemberian ASI sampai usia dua tahun.

Kebijakan tatalaksana anak gizi buruk ini mengacu pada surat keputusan Menkes Nomor 1209/MENKES/X/1998 tentang monitoring dan penanggulangan krisis kesehatan (KLB gizi buruk) dan Surat keputusan Menkes Nomor 128/MENKES/SK/II/2004, tentang Kebijakan

Dasar Puskesmas. Berdasarkan hal tersebut, Puskesmas berperan terhadap penanganan gizi buruk sesuai pedoman tatalaksana penanggulangan anak gizi buruk dengan memberikan pelayanan optimal terhadap balita gizi buruk. Prosedur Kerja Tatalaksana Gizi buruk Prosedur kerja tatalaksana gizi buruk secara garis besar dibagi menjadi tiga kegiatan, meliputi penentuan status gizi, intervensi, dan pelaporan. 1. Penentuan Status gizi Penentuan status gizi dilakukan dengan dua cara, yaitu secara klinis antropometri, laboratorium, dan anamnese riwayat gizi. Secara klinis antara lain dengan mendeteksi Hipotermia, Hipoglikemia,
Dehidrasi, dan Infeksi. Mekanisme pelaksanaan dilakukan pada setiap pasien baru dan dimonitor setiap hari. Secara Antropometri dilakukan dengan pengukuran berat badan dan tinggi badan. Prosedur laboratorium dapat diambil sediaan glukosa darah, haemoglobine, urine, atau faeces. Sedangkan anamnese riwayat gizi dilakukan dengan wawancara.

2. Intervensi Intervensi gizi buruk dilakukan secara klinis maupun dengan diet. Secara klinis terutama untuk mengatasiHipoglikemia,hipotermia, dehidrasi dan infeksi. Sedangkan mekanisme
intervensi diet dilakukan dengan Memberikan rujukan ke puskesmas, menerjemahkan prescript diet kedalam jumlah dan jenis bahan makanan, Pemantauan konsumsi makanan, Pemantauan Status gizi, Penyuluhan gizi, pemberian diet, Persiapan pulang, serta penyuluhan gizi utk di rumah

3. Pelaporan Mekanisme pelaporan meliputi jenis item perkembangan, laboratorium, antropometri, serta asupan makanan. Refference :

pemeriksaan

fisik,

Rencana Aksi Nasional Pencegahan dan Penanggulangan Gizi Buruk 2005-2009. Depkes RI (2005). Tata Laksana Penanggulangan Gizi Buruk. (2000), Jakarta: Direktorat Pedoman tatalaksana anak gizi buruk. Jakarta: Direktorat Bina Gizi Masyarakat Ditjen Binkesmas(2006)

Anda mungkin juga menyukai