Anda di halaman 1dari 27

BAB I PENDAHULUAN

Cedera kepala atau yang disebut dengan trauma kapitis adalah ruda paksa tumpul / tajam pada kepala atau wajah yang berakibat disfungsi cerebral sementara. Merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan utama pada kelompok usia produktif, dan sebagian besar karena kecelakaan lalu lintas. Hal ini diakibatkan karena mobilitas yang tinggi di kalangan usia produktif sedangkan kesadaran untuk menjaga keselamatan di jalan masih rendah, disamping penanganan pertama yang belum benar - benar , serta rujukan yang terlambat. Di ndonesia kejadian cedera kepala setiap tahunnya diperkirakan mencapai !"".""" kasus. Dari jumlah diatas , #"$ penderita meninggal sebelum tiba di rumah sakit. Dari pasien yang sampai di rumah sakit , %"$ dikelompokan sebagai cedera kepala ringan, #" $ termasuk cedera sedang, dan #" $ termasuk cedera kepala berat. Cedera kepala merupakan keadaan yang serius, sehingga diharapkan para dokter mempunyai pengetahuan praktis untuk melakukan pertolongan pertama pada penderita. &indakan pemberian oksigen yang adekuat dan mempertahankan tekanan darah yang cukup untuk perfusi otak dan menghindarkan terjadinya cedera otak sekunder merupakan pokok-pokok tindakan yang sangat penting untuk keberhasilan kesembuhan penderita. 'ebagai tindakan selanjutnya yang penting setelah primary sur(ey adalah identifikasi adanya lesi masa yang memerlukan tindakan pembedahan, dan yang terbaik adalah pemeriksaan dengan C& 'can kepala. )ada penderita dengan cedera kepala ringan dan sedang hanya *$ -!$ yang memerlukan tindakan operasi dan sisanya dirawat secara konser(atif. )ragnosis pasien cedera kepala akan lebih baik bila penatalaksanaan dilakukan secara tepat dan cepat.

Trauma Kapitis

+dapun cerebri,

pembagian

trauma

kapitis

adalah, Simple head injury, Commutio Contusion cerebri, Laceratio cerebri, Basis cranii fracture. Simple head injury dan Commutio cerebri sekarang digolongkan sebagai cedera kepala ringan, sedangkan Contusio cerebri dan Laceratio cerebri digolongkan sebagai cedera kepala berat. )ada penderita korban cedera kepala, yang harus diperhatikan adalah pernafasan, peredaran darah dan kesadaran, sedangkan tindakan resusitasi, anamnesa dan pemeriksaan fisik umum dan neurologist harus dilakukan secara serentak. &ingkat keparahan cedera kepala harus segera ditentukan pada saat pasien tiba di -umah 'akit.

Trauma Kapitis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi &rauma .apitis atau cedera kepala adalah trauma mekanik pada kepala yang terjadi baik secara langsung atau tidak langsung yang kemudian dapat berakibat pada gangguan fungsi neurologis, fungsi fisik, kognitif, psikososial, yang dapat bersifat temporer ataupun permanent. Menurut Brain Injury Assosiation of America, cedera kepala adalah suatu kerusakan pada kepala, bukan bersifat kongenital ataupun degeneratif, tetapi disebabkan oleh serangan / benturan fisik dari luar, yang dapat mengurangi atau mengubah kesadaran, sehingga menimbulkan kerusakan kemampuan kognitif dan fungsi fisik /0apardi, 1""23. 2.2. Anatomi Kepala a. .ulit kepala .ulit kepala terdiri dari ! lapisan yang disebut sebagai 'C+4) yaitu, 'kin atau kulit Connecti(e tissue atau jaringan penyambung +poneuris atau galea aponeurotika yaitu jaringan ikat yang berhubungan langsung dengan tengkorak 4oose areolar tissue atau jaringan penunjang longgar. )erikranium

Trauma Kapitis

0aringan penunjang longgar memisahkan galea aponeurotika dari perikranium dan merupakan tempat yang biasa terjadinya perdarahan subgaleal. .ulit kepala memiliki banyak pembuluh darah sehingga bila terjadi perdarahan akibat laserasi kulit kepala akan menyebabkan banyak kehilangan darah terutama pada anak-anak atau penderita dewasa yang cukup lama terperangkap sehingga membutuhkan waktu 4ama untuk mengeluarkannya /+merican college of surgeon, #5563

Trauma Kapitis

b. &ulang &engkorak &erdiri dari kubah /kal(aria3 dan basis kranii. &ulang tengkorak terdiri dari beberapa tulang yaitu frontal, parietal, temporal dan oksipital. .al(aria khususnya diregio temporal adalah tipis, namun disini dilapisi oleh otot temporalis. 7asis cranii berbentuk tidak rata sehingga dapat melukai bagian dasar otak saat bergerak akibat proses akselerasi dan deselerasi. -ongga tengkorak dasar dibagi atas * fosa yaitu fosa anterior tempat lobus frontalis, fosa media tempat temporalis dan fosa posterior ruang bagi bagian bawah batang otak dan serebelum /+merican college of surgeon, #5563.

Trauma Kapitis

c. Meninges 'elaput meninges menutupi seluruh permukaan otak dan terdiri dari * lapisan yaitu , #. Duramater Duramater secara kon(ensional terdiri atas dua lapisan yaitu lapisan endosteal dan lapisan meningeal. Duramater merupakan selaput yang keras, terdiri atas jaringan ikat fibrosa yang melekat erat pada permukaan dalam dari kranium. .arena tidak melekat pada selaput arachnoid di bawahnya, maka terdapat suatu ruang potensial /ruang subdura3 yang terletak antara duramater dan arachnoid, dimana sering dijumpai perdarahan subdural/0apardi, 1""23 )ada cedera otak, pembuluh-pembuluh (ena yang berjalan pada permukaan otak menuju sinus sagitalis superior di garis tengah atau disebut Bridging Veins, dapat mengalami robekan dan menyebabkan perdarahan subdural. 'inus sagitalis superior mengalirkan darah (ena ke sinus trans(ersus dan sinus sigmoideus. 4aserasi dari sinus-sinus ini dapat mengakibatkan perdarahan hebat/0apardi,1""23 +rteri meningea terletak antara duramater dan permukaan dalam dari kranium /ruang epidural3. +danya fraktur dari tulang kepala dapat menyebabkan laserasi pada arteri-arteri ini dan menyebabkan perdarahan epidural. 8ang paling sering mengalami cedera adalah arteri meningea media yang terletak pada fosa temporalis /fosa media3. 1. 'elaput +rakhnoid 'elaput arakhnoid merupakan lapisan yang tipis dan tembus pandang. 'elaput ini dipisahkan dari dura mater oleh ruang potensial, disebut spatium subdural dan dari pia mater oleh spatium subarakhnoid yang terisi oleh liquor serebrospinalis surgeon,#5563 )erdarahan sub arakhnoid umumnya disebabkan akibat cedera kepala /+merican college of

Trauma Kapitis

*. )ia mater )ia mater melekat erat pada permukaan korteks serebri. )ia mater adalah membrana (askular yang dengan erat membungkus otak, meliputi gyri dan masuk kedalam sulci yang paling dalam. Membrana ini membungkus saraf otak dan menyatu dengan epineuriumnya. +rteri-arteri yang masuk kedalam substansi otak juga diliputi oleh pia mater /japardi, 1""23.

Trauma Kapitis

d. 9tak

9tak merupakan suatu struktur gelatin dengan berat pada orang dewasa sekitar #2 kg. 9tak terdiri dari beberapa bagian yaitu proensefalon /otak depan3 terdiri dari serebrum dan diensefalon, mesensefalon /otak tengah3 dan rhombensefalon /otak belakang3 terdiri dari pons, medula oblongata dan serebellum. :isura membagi otak menjadi beberapa lobus. 4obus frontal berkaitan dengan fungsi emosi, fungsi motorik dan pusat ekspresi bicara. 4obus parietal berhubungan dengan fungsi sensorik dan orientasi ruang. 4obus temporal mengatur fungsi memori tertentu. 4obus oksipital bertanggung jawab dalam proses penglihatan. Mesensefalon dan pons bagian atas berisi sistem akti(asi retikular yang berfungsi dalam kesadaran dan kewaspadaan. )ada medulla oblongata terdapat pusat kardiorespiratorik. 'erebellum bertanggung jawab dalam fungsi koordinasi dan keseimbangan /+merican college of surgeon, #5563. e. Cairan serebrospinalis Cairan serebrospinal /C''3 dihasilkan oleh ple;us khoroideus dengan kecepatan produksi sebanyak 1" ml/jam. C'' mengalir dari dari (entrikel lateral melalui foramen monro menuju (entrikel , dari akuaduktus syl!ius menuju (entrikel <. C'' akan direabsorbsi ke dalam sirkulasi (ena melalui granulasio arakhnoid yang terdapat pada sinus sagitalis superior. +danya darah dalam C'' dapat menyumbat granulasio
Trauma Kapitis 8

arakhnoid sehingga mengganggu penyerapan C'' dan menyebabkan kenaikan tekanan intracranial. +ngka rata-rata pada kelompok populasi dewasa (olume C'' sekitar #!" ml dan dihasilkan sekitar !"" ml C'' per hari/Hafidh, 1""63.

f. &entorium &entorium serebeli membagi rongga tengkorak menjadi ruang supratentorial /terdiri dari fosa kranii anterior dan fosa kranii media3 dan ruang infratentorial /berisi fosa kranii posterior3 /japardi,1""23

g. <askularisasi 9tak 9tak disuplai oleh dua arteri carotis interna dan dua arteri (ertebralis. .eempat arteri ini beranastomosis pada permukaan inferior otak dan membentuk sirkulus =illisi. <ena-(ena otak tidak mempunyai jaringan otot didalam dindingnya yang sangat tipis dan tidak mempunyai katup.

Trauma Kapitis

<ena tersebut keluar dari otak dan bermuara ke dalam sinus (enosus cranialis/japardi,1""23.

2.3. Aspek isiolo!is "e#e$a Kepala a. &ekanan intracranial 7erbagai proses patologi pada otak dapat meningkatkan tekanan intracranial yang selanjutnya dapat mengganggu fungsi otak yang akhirnya berdampak buruk terhadap penderita. &ekanan intracranial yang tinggi dapat menimbulkan konsekwensi yang mengganggu fungsi otak. & . >ormal kira-kira sebesar #" mmHg, & . lebih tinggi dari 1"mmHg dianggap tidak normal. 'emakin tinggi & . setelah cedera kepala, semakin buruk prognosisnya /+merican college of surgeon,#5563 b. Hukum Monroe-.ellie .onsep utama <olume intrakranial adalah selalu konstan karena sifat dasar dari tulang tengkorak yang tidak elastik. <olume intrakranial /<ic3 adalah sama dengan jumlah total (olume komponen-komponennya yaitu (olume jaringan otak /< br3, (olume cairan serebrospinal /< csf3 dan (olume darah /<bl3. <ic ? < br@ < csf @ < bl /+merican college of surgeon,#5563 c. &ekanan )erfusi otak &ekanan perfusi otak merupakan selisih antara tekanan arteri rata-rata /mean arterial presure3 dengan tekanan intrakranial. +pabila nilai &)9

Trauma Kapitis

10

kurang dari 6"mmHg akan memberikan prognosa yang buruk bagi penderita./+merican college of surgeon,#5563 d. +liran darah otak /+D93 +D9 normal kira-kira !" ml/#"" gr jaringan otak permenit. 7ila +D9 menurun sampai 1"-1!ml/#"" gr/menit maka akti(itas AAB akan menghilang. +pabila +D9 sebesar !ml/#"" gr/menit maka sel-sel otak akan mengalami kematian dan kerusakan yang menetap /+merican college of surgeon, #5563. 2.%. Patofisiolo!i )ada cedera kepala, kerusakan otak dapat terjadi dalam dua tahap yaitu cedera primer dan sekunder. Cedera primer merupakan cedera akibat langsung dari suatu ruda paksa, dapat disebabkan benturan langsung kepala dengan suatu benda keras maupun proses akselerasi deselerasi dari gerakan kepala. Dalam mekanisme cedera kepala dapat terjadi peristiwa coup dan contrecoup. Cedera primer yang diakibatkan oleh adanya benturan pada tulang tengkorak dan daerah sekitarnya disebut lesi coup. )ada daerah yang berlawanan dengan tempat benturan akan terjadi lesi yang disebut contrecoup. +kselarasi-deselarasi terjadi karena kepala bergerak dan berhenti secara mendadak dan kasar saat terjadi trauma. )erbedaan densitas antara tulang tengkorak /substansi solid3 dan otak /substansi semisolid3 menyebabkan tengkorak bergerak lebih cepat dari muatan intrakranialnya. 7ergeraknya isi dalam tengkorak memaksa otak membentur permukaan dalam tengkorak pada tempat yang berlawanan dari benturan /contrecoup3 /japardi, 1""23 Cedera sekunder merupakan cedera yang terjadi akibat berbagai proses patologis yang timbul sebagai tahap lanjutan dari kerusakan otak primer, berupa perdarahan, edema otak, kerusakan neuron berkelanjutan, iskemia, peningkatan tekanan intrakranial dan perubahan neurokimiawi.

2.&. Klasifikasi
Trauma Kapitis 11

Cedera kepala diklasifikasikan dalam berbagai aspek. 'ecara praktis dikenal * deskripsi kalsifikasi yaitu berdasarkan mekanisme, beratnya cedera kepala, dan morfologinya. a. Mekanisme cedera kepala 7erdasarkan mekanismenya cedera kepala dibagi atas cedera kepala tumpul dan cedera kepala tembus. Cedera kepala tumpul biasanya berkaitan dengan kecelakaan mobil atau motor, jatuh atau terkena pukulan benda tumpul. 'edang cedera kepala tembuus disebabkan oleh peluru atau tusukan /7ernath, 1""53. b. 7eratnya cedera Cedera kepala diklasifikasikan berdasarkan nilai "lasgo# Coma Scale adalah sebagai berikut , #. >ilai BC' sama atau kurang dari % didefenisikan sebagai cedera kepala berat. 1. Cedera kepala sedang memiliki nilai BC' 5-#* *. Cedera kepala ringan dengan nilai BC' #2-#!. "lasgo# Blasgow Coma 'cale -espon membuka mata /A3 7uka mata spontan 7uka mata bila dipanggil/rangsangan suara 7uka mata bila dirangsang nyeri &ak ada reaksi dengan rangsangan apapun -espon (erbal /<3 .omunikasi (erbal baik, jawaban tepat 7ingung, disorientasi waktu, tempat, dan orang .ata-kata tidak teratur 'uara tidak jelas &ak ada reaksi dengan rangsangan apapun nilai ai 2 * 1 #

! 2 * 1 #

-espon motorik /M3 Mengikuti perintah C Dengan rangsangan nyeri, dapat mengetahui tempat rangsangan ! Dengan rangsangan nyeri, menarik anggota badan 2 Dengan rangsangan nyeri, timbul reaksi fleksi abnormal * Dengan rangsangan nyeri, timbul reaksi ekstensi abnormal 1
Trauma Kapitis 12

Dengan rangsangan nyeri, tidak ada reaksi c. Morfologi cedera

'ecara morfologis cedera kepala dapat dibagi atas fraktur cranium dan lesiintrakranial. #. :raktur cranium :raktur cranium dapat terjadi pada atap atau dasar tengkorak, dan dapat berbentuk garis atau bintang dan dapat pula terbuka atau tertutup. :racture dasar tengkorak biasanya memerlukan pemeriksaan C& 'can dengan dengan teknik bone window untuk memperjelas garis frakturnya. +danya tanda-tanda klinis fraktur dasar tengkorak menjadikan petunjuk kecurigaan untuk melakukan pemeriksaan lebih rinci. &anda-tanda tersebut antara lain ekimosis periorbital /raccoon eye sign3, ekimosis retroauikular /battle sign3, kebocoran C''/-hinorrhea, otorrhea3 dan paresis ner(us fasialis /7ernath, 1""53 :raktur cranium terbuka atau komplikata mengakibatkan adanya hubungan antara laserasi kulit kepala dan permukaan otak karena robeknya selaput duramater. .eadaan ini membutuhkan tindakan dengan segera. +danya fraktur tengkorak merupakan petunjuk bahwa benturan yang terjadi cukup berat sehingga mengakibatkan retaknya tulang tengkorak. :rekuensi fraktura tengkorak ber(ariasi, lebih banyak fraktura ditemukan bila penelitian dilakukan pada populasi yang lebih banyak mempunyai cedera berat. :raktura kal(aria linear mempertinggi risiko hematoma intrakranial sebesar 2"" kali pada pasien yang sadar dan 1" kali pada pasien yang tidak sadar. :raktura kal(aria linear mempertinggi risiko hematoma intrakranial sebesar 2"" kali pada pasien yang sadar dan 1" kali pada pasien yang tidak sadar. Dntuk alasan ini, adanya fraktura tengkorak mengharuskan pasien untuk dirawat dirumah sakit untuk pengamatan /Da(idh, 1""53 1. 4esi ntrakranial

Trauma Kapitis

13

4esi intrakranial dapat diklasifikasikan sebagai fokal atau difusa, walau kedua bentuk cedera ini sering terjadi bersamaan. 4esi fokal termasuk hematoma epidural, hematoma subdural, dan kontusi /atau hematoma intraserebral3. )asien pada kelompok cedera otak difusa, secara umum, menunjukkan C$ scan normal namun menunjukkan perubahan sensorium atau bahkan koma dalam keadaan klinis/7ernath, 1""53 #. Hematoma Apidural Apidural hematom /ADH3 adalah perdarahan yang terbentuk di ruang potensial antara tabula interna dan duramater dengan ciri berbentuk bikon(ek atau menyerupai lensa cembung. )aling sering terletak diregio temporal atau temporoparietal dan sering akibat robeknya pembuluh meningeal media. )erdarahan biasanya dianggap berasal arterial, namun mungkin sekunder dari perdarahan (ena pada sepertiga kasus. .adang-kadang, hematoma epidural akibat robeknya sinus (ena, terutama diregio parietal-oksipital atau fossa posterior. =alau hematoma epidural relatif tidak terlalu sering /".!$ dari keseluruhan atau 5$ dari pasien koma cedera kepala3, harus selalu diingat saat menegakkan diagnosis dan ditindak segera. 7ila ditindak segera, prognosis biasanya baik karena penekan gumpalan darah yang terjadi tidak berlangsungg lama. .eberhasilan pada penderita pendarahan epidural berkaitan langsung dengan status neurologis penderita sebelum pembedahan. Bejala yang sangat menonjol ialah kesadaran menurun secara progresif. )asien dengan kondisi seperti ini seringkali tampak memar di sekitar mata dan di belakang telinga. 'ering juga tampak cairan yang keluar pada saluran hidung atau telinga. )asien seperti ini harus di obser(asi dengan teliti. 'etiap orang memiliki kumpulan gejala yang bermacam-macam akibat dari cedera kepala. 7anyak gejala yang muncul bersaman pada saat terjadi cedera kepala.

Trauma Kapitis

14

Bejala yang sering tampak , E)enurunan kesadaran, bisa sampai koma E 7ingung E )englihatan kabur E 'usah bicara E >yeri kepala yang hebat E .eluar cairan darah dari hidung atau telinga E >ampak luka yang dalam atau goresan pada kulit kepala. E Mual E )using E 7erkeringat E )ucat E )upil anisokor, yaitu pupil ipsilateral menjadi melebar. )ada tahap kesadaran sebelum stupor atau koma, bisa dijumpai hemiparese atau serangan epilepsi fokal. )ada perjalanannya, pelebaran pupil akan mencapai maksimal dan reaksi cahaya pada permulaan masih positif menjadi negatif. nilah tanda sudah terjadi herniasi tentorial. &erjadi pula kenaikan tekanan darah dan bradikardi. )ada tahap akhir, kesadaran menurun sampai koma dalam, pupil kontralateral juga mengalami pelebaran sampai akhirnya kedua pupil tidak menunjukkan reaksi cahaya lagi yang merupakan tanda kematian. Bejala-gejala respirasi yang bisa timbul berikutnya, mencerminkan adanya disfungsi rostrocaudal batang otak. 0ika Apidural hematom di sertai dengan cedera otak seperti memar otak, inter(al bebas tidak akan terlihat, sedangkan gejala dan tanda lainnya menjadi kabur. Dengan pemeriksaan C& 'can akan tampak area hiperdens yang tidak selalu homogeny, bentuknya bicon(e; sampai planocon(e;, melekat pada tabula interna dan mendesak (entrikel ke sisi kontralateral / tanda space occupying lesion 3. 7atas dengan corteks licin, densitas
Trauma Kapitis 15

duramater biasanya jelas, bila meragukan dapat diberikan injeksi media kontras secara intra(ena sehingga tampak lebih jelas /BaFali, 1""63. 1. Hematoma subdural

Hematoma subdural /'DH3 adalah perdarahan yang terjadi diantra duramater dan aracnoid. 'DH lebih sering terjadi dibandingkan ADH, ditemukan sekitar *"$ penderita dengan cedera kepala berat. &erjadi paling sering akibat robeknya (ena bridging (ein antara kortek cerebral dan sinus draining. >amun ia juga dapat of surgeon, #5563. 'elain itu, kerusakan otak yang mendasari hematoma subdural akuta biasanya sangat lebih berat dan prognosisnya lebih buruk dari hematoma epidural. Mortalitas umumnya C"$, namun mungkin diperkecil oleh tindakan operasi yang sangat segera dan pengelolaan medis agresif. 'ubdural hematom terbagi menjadi akut, subakut, dan kronis, a.Hematoma 'ubdural +kut Hematoma subdural akut menimbulkan gejala neurologik dalam 12 sampai 2% jam setelah cedera. Dan berkaitan erat dengan trauma otak berat. Bangguan neurologik progresif disebabkan oleh tekanan pada jaringan otak berkaitan dengan laserasi permukaan atau substansi otak. :raktura tengkorak mungkin ada atau tidak. /+merican college

Trauma Kapitis

16

dan herniasi batang otak dalam foramen magnum, yang selanjutnya menimbulkan tekanan pada batang otak. .eadaan ini dengan cepat menimbulkan berhentinya pernapasan dan hilangnya kontrol atas denyut nadi dan tekanan darah. b. Hematoma 'ubdural 'ubakut Hematoma ini menyebabkan defisit neurologik dalam waktu lebih dari 2% jam tetapi kurang dari 1 minggu setelah cedera. 'eperti pada hematoma subdural akut, hematoma ini juga disebabkan oleh perdarahan (ena dalam ruangansubdural. +namnesis klinis dari penmderita hematoma ini adalah adanya trauma kepala yang menyebabkan ketidaksadaran, selanjutnya diikuti perbaikan status neurologik yang perlahan-lahan. >amun jangka waktu tertentu penderita memperlihatkan tanda-tanda status neurologik yang memburuk. &ingkat kesadaran mulai menurun perlahan-lahan dalam beberapa jam.Dengan meningkatnya tekanan intrakranial seiring pembesaran hematoma, penderita mengalami kesulitan untuk tetap sadar dan tidak memberikan respon terhadap rangsangan bicara maupun nyeri. )ergeseran isi intracranial dan peningkatan intracranial yang disebabkan oleh akumulasi darah akan menimbulkan herniasi unkus atau sentral dan melengkapi tandatanda neurologik dari kompresi batang otak. c.Hematoma 'ubdural .ronik &imbulnya gejala pada umumnya tertunda beberapa minggu, bulan dan bahkan beberapa tahun setelah cedera pertama.&rauma pertama merobek salah satu (ena yang melewati ruangan subdural. &erjadi perdarahan secara lambat dalam ruangan subdural. Dalam 6 sampai #" hari setelah perdarahan terjdi, darah dikelilingi oleh membrane fibrosa.Dengan adanya selisih tekanan osmotic yang mampu menarik cairan ke dalam hematoma, terjadi kerusakan sel-sel darah dalam hematoma. )enambahan ukuran hematoma ini yang menyebabkan perdarahan lebih lanjut dengan merobek membran atau pembuluh darah di sekelilingnya, menambah ukuran dan tekanan hematoma.
Trauma Kapitis 17

Hematoma subdural yang bertambah luas secara perlahan paling sering terjadi pada usia lanjut /karena (enanya rapuh3 dan pada alkoholik. )ada kedua keadaan ini, cedera tampaknya ringanG selama beberapa minggu gejalanya tidak dihiraukan. Hasil pemeriksaan C& scan dan M- bisa menunjukkan adanya genangan darah. Hematoma subdural pada bayi bisa menyebabkan kepala bertambah besar karena tulang tengkoraknya masih lembut dan lunak. Hematoma subdural yang kecil pada dewasa seringkali diserap secara spontan. Hematoma subdural yang besar, yang menyebabkan gejala-gejala neurologis biasanya dikeluarkan melalui pembedahan. *. .ontusi dan hematoma intraserebral .ontusi serebral murni bisanya jarang terjadi. 'elanjutnya, kontusi otak hampir selalu berkaitan dengan hematoma subdural akut. Majoritas terbesar kontusi terjadi dilobus frontal dan temporal, walau dapat terjadi pada setiap tempat termasuk serebelum dan batang otak. )erbedaan antara kontusi dan hematoma intraserebral traumatika tidak jelas batasannya. 7agaimanapun, terdapat Fona peralihan, dan kontusi dapat secara lambat laun menjadi hematoma intraserebral dalam beberapa hari. Hematoma intraserebri adalah perdarahan yang terjadi dalam jaringan /parenkim3 otak. )erdarahan terjadi akibat adanya laserasi atau kontusio jaringan otak yang menyebabkan pecahnya pula pembuluh darah yang ada di dalam jaringan otak tersebut. 4okasi yang paling sering adalah lobus frontalis dan temporalis. 4esi perdarahan dapat terjadi pada sisi benturan /coup3 atau pada sisi lainnya /countrecoup3. Defisit neurologi yang didapatkan sangat ber(ariasi dan tergantung pada lokasi dan luas perdarahan /Hafidh, 1""63.

Trauma Kapitis

18

2. Cedera difus Cedara otak difus merupakan kelanjutan kerusakan otak akibat cedera akselerasi dan deselerasi, dan ini merupakan bentuk yang sering terjadi pada cedera kepala. .omosio cerebri ringan adalah keadaan cedera dimana kesadaran tetap tidak terganggu namun terjadi disfungsi neurologis yang bersifat sementara dalam berbagai derajat. Cedera ini sering terjadi, namun karena ringan kerap kali tidak diperhatikan. 7entuk yang paling ringan dari komosio ini adalah keadaan bingung dan disorientasi tanpa amnesia. 'indroma ini pulih kembali tanpa gejala sisa sama sekali.cedera komosio yang lebih berat menyebabkan keadaan binggung disertai amnesia retrograde dan amnesia antegrad /+merican college of surgeon, #5563. .omosio cerebri klasik adalah cedera yang mengakibatkan menurunnya atau hilangnya kesadaran. .eadaan ini selalu disertai dengan amnesia pasca trauma dan lamanya amnesia ini merupakan ukuran beratnya cidera. Dalam beberapa penderita dapat timbul defisit neurologis untuk beberapa waktu. Defisit neurologis itu misalnya kesulitan mengingat, pusing, mual, anosmia, dan depresi serta gejala lain. Bejala-gajala ini dikenal sebagai sindroma pasca komosio yang dapat cukup berat. Cedera aksonal difus /Diffuse +;onal njury, D+ 3 adalah keadaan dimana penderita mengalami koma pasca cedera yang berlangsung lama dan tidak diakibatkan oleh suatu lesi masa atau serangan iskemik. 7iasanya
Trauma Kapitis 19

penderita dalam keadaan koma yang dalam dan tetap koma selama beberapa waktu. )enderita sering menuunjukan gejala dekortikasi atau deserebrasi dan bila pulih sering tetap dalam keadaan cacat berat, itupun bila bertahan hidup. )enderita sering menunjukan gejala disfungsi otonom seperti hipotensi, hiperhidrosis dan hiperpireksia dan dulu diduga akibat cedera aksonal difus dan cedeera otak kerena hipoksia secara klinis tidak mudah, dan memang dua keadaan tersebut sering terjadi bersamaan /+merican college of surgeon,#5563 Dalam beberapa referensi, trauma ma;illofacial juga termasuk dalam bahasan cedera kepala. .arenanya akan dibahas juga mengenai trauma wajah ini, yang meski bukan penyebab kematian namun kecacatan yang akan menetap seumur hidup perlu menjadi pertimbangan. Cedera Ma;illofacial #. :aktur ma;ilaris :raktur ma;illa merupakan cedera wajah yang paling berat, dan dicirikan oleh, Mobilitas palatum Mobilitas hidung yang menyertai palatum Apistaksis Mobilitas #/* wajah bag tengah.

.lasifikasi menurut le fort 4efort # :raktur melintang rendah pada ma;ila yang hanya melibatkan palatum, dicirikan oleh pergeseran arcus dentalis ma;ila dan palatum, maloklusi gigi biasanya bisa terjadi /7oies, 1""13.

4efort
Trauma Kapitis 20

:raktur ini dicirikan mobilitas palatum dan hidung end-block, juga epistaksis yang jelas. 7iasanya maloklusi gigi dan pergeseran pllatum kebelakang. :raktur end-block pada palatum dan sepertiga tengah wajah tremasuk hidung/7oies, 1""13

4efort Merupakan cedera paling berat, dimana perlekatan seluruh rangka wajah terputus.seluruh komplek Figomatikus menjadi mobile dan tergeser /7oies, 1""13

Trauma Kapitis

21

1. :raktur mandibula )ada palpasi teraba garis fraktur dan mungkin terdapat mati rasa bibir bawah akibat kerusakan pada ner(us mandibularis. :raktur pada umumnya akan disertai dislokasi fragmen tulang sesuai dengan tonus otot yang berinsersi di tempat tersebut. )ada fraktur daerah dagu, otot akan menarik fragmen tulang kearah dorsokaudal, sedangkan pada fraktur bagian lateral tulang akan tertarik kearah cranial /7oies,1""13. *. :raktur gigi Merupakan fraktur tersendiri atau bersama- sama dengan fraktur maksila maupun mandibula, dimana gigi yang hancur perlu dicabut, sementara yang patah dibiarkan/7oies, 1""13 2. :raktur os nasal 7iasanya disebabkan oleh trauma langsung, dimana pada pemeriksaan didapatkan pembengkakan, epistaksis nyeri tekan dan teraba garis fraktur. :oto radiologi diperlukan dalam membantu diagnosis yakni, proyeksi foto )+ dan lateral, sedangkan tindakan yang perlu dilakukan adalah reposisi atau septoplasty /7oies, 1""13 !. :raktur orbita 7iasanya didapatkan gejala klinis berupa hematom monokel yang dapat disertai diplopia, hemomaksila dan mati rasa pipi karena cedera ner(us infraorbitalis atau mati rasa dahi karena kerusakan ner(us supraorbitalis. :raktur juga dapat menyebabkan enoftalmus dan sering disertai terjepitnya muskulus rectus inferior di dalam patahan sehingga gerakan bola mata sangat terganggu dan penderita mengalami diplopia/7oies, 1""13 C. :raktur os Fygoma :raktur ini sering terbatas pada arcus dan pinggir orbita sehingga tidak disertai hematom orbita, tetapi terlihat sebagai pembengkakan pipi di daerah arcus Fygomaticus. Diagnosis ditegakan secara klinis atau dengan foto rontgen proyeksi waters, yaitu temporooksipital/7oies, 1""13

2.'. Peme$iksaan Pen(n)an! a. :oto polos kepala &idak semua penderita dengan cedera kepala diindikasikan untuk pemeriksaan kepala karena masalah biaya dan kegunaan yang sekarang makin dittinggalkan. 0adi indikasi meliputi jejas lebih dari ! cm, luka tembus /tembak/tajam3, adanya corpus alineum, deformitas kepala /dari inspeksi dan palpasi3, nyeri kepala yang menetap, gejala fokal neurologis, gangguan kesadaran. 'ebagai indikasi foto polos kepala meliputi jangan mendiagnose foto kepala normal jika foto tersebut tidak memenuhi syarat, )ada kecurigaan adanya fraktur depresi maka dilakukan foto polos posisi +)/lateral dan obliHue. b. C&-'can /dengan atau tanpa kontras3 ndikasi C& 'can adalah , #3 >yeri kepala menetap atau muntah I muntah yang tidak menghilang setelah pemberian obatIobatan analgesia/anti muntah. 13 +danya kejang I kejang, jenis kejang fokal lebih bermakna terdapat lesi intrakranial dibandingkan dengan kejang general. *3 )enurunan BC' lebih # point dimana faktor I faktor ekstracranial telah disingkirkan /karena penurunan BC' dapat terjadi karena misal terjadi shock, febris, dll3. 23 +danya lateralisasi. !3 +danya fraktur impresi dengan lateralisasi yang tidak sesuai, misal fraktur depresi temporal kanan tapi terdapat hemiparese/plegi kanan. C3 4uka tembus akibat benda tajam dan peluru 63 )erawatan selama * hari tidak ada perubahan yang membaik dari BC'. %3 7radikardia /Denyut nadi kurang C" J / menit3. 53 Mengidentifikasi luasnya lesi, perdarahan, determinan (entrikuler, dan perubahan jaringan otak. Catatan , Dntuk mengetahui adanya infark / iskemia jangan dilekukan pada 12 - 61 jam setelah injuri. c. M- , Digunakan sama seperti C&-'can dengan atau tanpa kontras radioaktif. d. Cerebral +ngiography, Menunjukan anomali sirkulasi cerebral, seperti , perubahan jaringan otak sekunder menjadi udema, perdarahan dan trauma. e. 'erial AAB, Dapat melihat perkembangan gelombang yang patologis

f. J--ay,

Mendeteksi

perubahan

struktur

tulang

/fraktur3,

perubahan

struktur

garis/perdarahan/edema3, fragmen tulang. g. 7+A-, Mengoreksi batas fungsi corteks dan otak kecil h. )A&, Mendeteksi perubahan akti(itas metabolisme otak i. C':, 4umbal )unksi ,Dapat dilakukan jika diduga terjadi perdarahan subarachnoid. j. +7Bs, Mendeteksi keberadaan (entilasi atau masalah pernapasan /oksigenisasi3 jika terjadi peningkatan tekanan intracranial k. .adar Alektrolit , Dntuk mengkoreksi keseimbangan elektrolit sebagai akibat peningkatan tekanan intrkranial l. 'creen &o;icologi, Dntuk mendeteksi pengaruh obat sehingga menyebabkan penurunan m. .esadaran /Haryo, 1""%3 2.*. Penatalaksanaan )enatalaksanaan awal penderita cedara kepala pada dasarnya memiliki tujuan untuk memantau sedini mungkin dan mencegah cedera kepala sekunder serta memperbaiki keadaan umum seoptimal mungkin sehingga dapat membantu penyembuhan sel-sel otak yang sakit. )enatalaksanaan cedera kepala tergantung pada tingkat keparahannya, berupa cedera kepala ringan, sedang, atau berat/ariwibowo, 1""%3. )rinsip penanganan awal meliputi sur(ei primer dan sur(ei sekunder. Dalam penatalaksanaan sur(ei primer hal-hal yang diprioritaskan antara lain airway, breathing, circulation, disability, dan e;posure, yang kemudian dilanjutkan dengan resusitasi. )ada penderita cedera kepala khususnya dengan cedera kepala berat sur(ei primer sangatlah penting untuk mencegah cedera otak sekunder dan mencegah homeostasis otak/ariwibowo, 1""%3. &idak semua pasien cedera kepala perlu di rawat inap di rumah sakit. ndikasi rawat antara lain, a. +mnesia posttraumatika jelas /lebih dari # jam3 b. -iwayat kehilangan kesadaran /lebih dari #! menit3 c. )enurunan tingkat kesadaran d. >yeri kepala sedang hingga berat e. ntoksikasi alkohol atau obat f. :raktura tengkorak g. .ebocoran C'', otorrhea atau rhinorrhea

h. Cedera penyerta yang jelas i. &idak punya orang serumah yang dapat dipertanggung jawabkan j. C$ scan abnormal/BhaFali, 1""63 &erapi medikamentosa pada penderita cedera kepala dilakukan untuk memberikan suasana yang optimal untuk kesembuhan. Hal-hal yang dilakukan dalam terapi ini dapat berupa pemberian cairan intra(ena, hiper(entilasi, pemberian manitol, steroid, furosemid, barbiturat dan antikon(ulsan. )ada penanganan beberapa kasus cedera kepala memerlukan tindakan operatif. ndikasi untuk tindakan operatif ditentukan oleh kondisi klinis pasien, temuan neuroradiologi dan patofisiologi dari lesi. 'ecara umum digunakan panduan sebagai berikut, a. (olume masa hematom mencapai lebih dari 2" ml di daerah supratentorial atau lebih dari 1" cc di daerah infratentorial b. kondisi pasien yang semula sadar semakin memburuk secara klinis c. tanda fokal neurologis semakin berat d. terjadi gejala sakit kepala, mual, dan muntah yang semakin hebat e. pendorongan garis tengah sampai lebih dari * mm f. terjadi kenaikan tekanan intrakranial lebih dari 1! mmHg. g. terjadi penambahan ukuran hematom pada pemeriksaan ulang C& scan h. terjadi gejala akan terjadi herniasi otak i. terjadi kompresi / obliterasi sisterna basalis /7ernath, 1""53 2.*. P$o!nosis +pabila penanganan pasien yang mengalami cedera kepala sudah mendapat terapi yang agresif, terutama pada anak-anak biasanya memiliki daya pemulihan yang baik. )enderita yang berusia lanjut biasanya mempunyai kemungkinan yang lebih rendah untuk pemulihan dari cedera kepala /+merican college of surgeon,#5563. 'elain itu lokasi terjadinya lesi pada bagian kepala pada saat trauma juga sangat mempengaruhi kondisi kedepannya bagi penderita.

BAB III

KESI+PULAN &rauma .apitis atau cedera kepala bisa menyebabkan kematian tetapi juga penderita bisa mengalami penyembuhan total. 0enis dan beratnya kelainan tergantung kepada lokasi dan beratnya kerusakan otak yang terjadi. &erjadinya cedera kepala, kerusakan dapat terjadi dalam dua tahap, yaitu cedera primer yang merupakan akibat yang langsung dari suatu ruda paksa dan cedera sekunder yang terjadi akibat berbagai proses patologis yang timbul sebagai tahapmlanjutan dari kerusakan otak primer. +spek-aspek terjadinya cedera kepala dikelompokan menjadi beberapa klasifikasi yaitu berdasarkan mekanisme cedera kepala, beratnya cedera kepala, dan morfologinya. &etapi dari beberapa referensi, trauma ma;illofacial juga termasuk dalam bahasan cedeera kepala, yang walaupun bukan merupakan penyebab kematian namun merupakan penyebab kecacatan yang akan menetap seumur hidup yang perlu dipertimbangkan. .erusakan otak sering kali menyebabkan kelainan fungsi yang menetap, yang ber(ariasi tergantung kepada kerusakan yang terjadi, apakah terbatas /terlokalisir3 atau lebih menyebar /difus3. .elainan fungsi yang terjadi juga tergantung kepada bagian otak mana yang terkena. Bejala yang terlokalisir bisa berupa perubahan dalam gerakan, sensasi, berbicara, penglihatan dan pendengaran. .elainan fungsi otak yang difus bisa mempengaruhi ingatan dan pola tidur penderita, dan bisa menyebabkan kebingungan dan koma. 7erbagai fungsi otak dapat dijalankan oleh beberapa area, sehingga area yang tidak mengalami kerusakan bisa menggantikan fungsi dari area lainnya yang mengalami kerusakan. &etapi semakin tua umur penderita, maka kemampuan otak untuk menggantikan fungsi satu sama lainnya, semakin berkurang.

DA TA, PUSTAKA

#. +merican College of 'urgeons, #556, Ad!ance $rauma Life Suport. Dnited 'tates of +merica, :irs mpression 1. +riwibowo Haryo et all, 1""%, Art of $herapy% Sub Ilmu Bedah. 8ogyakarta, )ustaka Cendekia )ress of 8ogyakarta
3. 7ernath Da(id, 1""5, Head njury, www.e-medicine.com

2. 7oies adam., 1""1, 7uku +jar )enyakit &H&, Adisi C, 0akarta, ABC. !. Hafid +, 1""6, Buku Ajar Ilmu Bedah% edisi kedua, 0ong =.D. 0akarta, penerbit buku kedokteran ABC C. BhaFali Malueka, 1""6, -adiologi Diagnostik, 8ogyakarta, )ustaka Cendekia. 6. 0apardi iskandar, 1""2, &enatalaksanaan Cedera 'epala secara (peratif. 'umatra Dtara, D'D )ress. %. .luwer wolters, 1""5, $rauma and acute care surgery, )hiladelphia, 4ippicott =illiams and =ilkins

Anda mungkin juga menyukai