Anda di halaman 1dari 13

1

MAKALAH SISTEM UTILITAS

Disusun Oleh: 1. 2. 3. 4. 5. Novike Bela Sumanik NIM 1014008 Alivia Alfiarty NIM 1014013

Lois Yunita Anggraeni NIM 1014023 Rosi Syana Fahila Deni Fernandes NIM 1014029 NIM 1014030

JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 2012

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan penulisan makalah ini dengan baik. Makalah yang disusun untuk memenuhi tugas kuliah Sistem Utilitas ini berisikan materi mengenai sumber-sumber air, parameter yang mempengaruhi kualitas air industri, dan system pengolahan air industri. Makalah ini disusun secara sistematis dengan bahasa yang sederhana yang disertai dengan penjelasan penjelasan yang mudah dipahami oleh setiap pembaca, sehingga mempermudah pembaca untuk mempelajarinya. Dengan makalah ini kami berharap semoga bermanfaat bagi pembaca. Mampu membuat pembaca menganalisis mampu memahami peran air dan pengolahannya dalam dunia industri. Kami sebagai penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalh ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Malang, 27 Maret 2012

Penyusun

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................. ii Daftar isi ........................................................................................................... iii A. B. C. D. E. F. G. H. I. J. K. Pendahuluan ............................................................................................ 1 Sumber-Sumber Air ................................................................................ 1 Air Kebutuhan Utama Manusia .............................................................. 2 Kriteria dan Standar ................................................................................ 2 Penggunaan Air di Industri ..................................................................... 3 Pemilihan Teknologi ............................................................................... 3 Pengolahan Air ....................................................................................... 4 Jenis Pengolahan Air Bersih ................................................................... 5 Water Treatment Plant (Surface Water Supply) ..................................... 5 Pengolahan Air Umpan Ketel ................................................................. 7 Pengolahan Air Pendingin ...................................................................... 8

Daftar Pustaka .................................................................................................. 10

A.

Pendahuluan Air adalah zat yang sangat dibutuhkan oleh manusia maupun hewan dan

tumbuh-tumbuhan. Planet bumi ini hampir 70% luas permukaannya diisi oleh air, dengan sumber utamanya adalah air laut. Laut dan sumber-sumber air lain di alam ini merupakan suatu mata rantai yang membentuk siklus yang dikenal sebagai daur hidrologi (hydrology cycle). B. Sumber-Sumber Air Sumber-sumber air yang dapat dimanfaatkan untuk mendukung kehidupan adalah sebagai berikut: Air laut Air laut memiliki kandungan garam-garam yang cukup banyak jenisnya dan salah satu diantaranya adalah garam NaCl (2,7%) Air tawar Air tawar dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu : Air hujan Air hujan merupakan sumber air yang sangat penting terutama bagi daerah

yang tidak memiliki atau memiliki sedikit sumber air tanah maupun air permukaan. Air Permukaan Air permukaan merupakan air baku utama bagi produksi air minum di kotakota besar. Sumber air permukaan dapat berupa sungai, danau, mata air, waduk, empang, dan air dari saluran irigasi. Kandungan pengotor (impurities) yang terdapat dalam air permukaan sangat bervariasi, bergantung pada lingkungannya. Bahan-bahan seperti pestisida, herbisida, dan limbah industri, banyak terkandung pada air permukaan. Air Tanah Air tanah merupakan sumber air yang berbentuk mata air atau sumur. Sumur dapat berupa sumur dangkal (kedalaman 5-20 meter) atau sumur dalam (deep well) dengan kedalaman rata-rata 250 meter. Berbeda dengan air permukaan,

kandungan bahan pengotor (impurities) yang terdapat dalam air tanah lebih sedikit dan komposisi air tanah cenderung konstan. C. Air Kebutuhan Utama Manusia Bagi manusia, air munum adalah salah satu kebutuhan utama, untuk kebutuhan: minum, mandi, cuci, dsb. Air minum yang ideal adalah: jernih tidak berwarna tidak berbau tidak berasa tidak mengandung kuman dan zat-zat yang berbahaya Tujuannya adalah untuk mengurai kandungan bahan pencemar di dalam air terutama senyawa organik, padatan tersuspensi, mikroba patogen, dan senyawa organik yang tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme yang terdapat di alam. D. Kriteria dan Standar

Kriteria dan standar kualitas air didasarkan atas: Kesehatan : logam dan logam berat, anorganik (nitrit), zat organik Estetika Teknis Polusi Ekonomi : bau, rasa, warna : the best technology available atau best practical technology

Toksisitas : efek racun : mencegah teremisinya pencemar ke lingkungan : kerugian-kerugian ekonomi

Standar air minum di indonesia : diterapkan untuk sumber air minum (air baku) dan air minum sehingga tidak akan menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan manusia: Standar sumber air minum (air baku) : PP 82/2001 Standar air minum : Keputusan Menkes No. 907/2002

E.

Penggunaan Air di Industri Air bagi suatu industri adalah bahan penunjang baik untuk kegiatan

langsungatau tak langsung. Penggunaan air di industri biasanya untuk mendukung beberapa sistem, antara lain: Sistem pembangkit uap (boiler) Sistem pendingin Sistem pemroses (air proses) Sistem pemadam kebakaran Sistem air minum F. Pemilihan Teknologi Pemilihan proses yang tepat didahului dengan mengelompokkan karakteristik kontaminan dalam air limbah dengan menggunakan indikator parameter yang sudah ditampilkan di tabel di atas. Setelah kontaminan dikarakterisasikan, diadakan pertimbangan secara detail mengenai aspek ekonomi, aspek teknis, keamanan, kehandalan, dan kemudahan peoperasian. Pada akhirnya, teknologi yang dipilih haruslah teknologi yang tepat guna sesuai dengan karakteristik limbah yang akan diolah. Setelah pertimbangan-pertimbangan detail, perlu juga dilakukan studi kelayakan atau bahkan percobaan skala laboratorium yang bertujuan untuk: Memastikan bahwa teknologi yang dipilih terdiri dari proses-proses yang sesuai dengan karakteristik limbah yang akan diolah. Mengembangkan dan mengumpulkan data yang diperlukan untuk menentukan efisiensi pengolahan yang diharapkan. Menyediakan informasi teknik dan ekonomi yang diperlukan untuk penerapan skala sebenarnya.

G.

Pengolahan Air

Pengolahan air dapat dibagi menjadi 5 (lima) tahap: 1. Pengolahan Awal (Pretreatment) Tahap pengolahan ini melibatkan proses fisik yang bertujuan untuk menghilangkan padatan tersuspensi dan minyak dalam aliran air limbah. Beberapa proses pengolahan yang berlangsung pada tahap ini ialah screen and grit removal, equalization and storage, serta oil separation. 2. Pengolahan Tahap Pertama (Primary Treatment) Pada dasarnya, pengolahan tahap pertama ini masih memiliki tujuan yang sama dengan pengolahan awal. Letak perbedaannya ialah pada proses yang berlangsung. Proses yang terjadi pada pengolahan tahap pertama ialah neutralization, chemical addition and coagulation, flotation, sedimentation, dan filtration. 3. Pengolahan Tahap Kedua (Secondary Treatment) Pengolahan tahap kedua dirancang untuk menghilangkan zat-zat terlarut dari air limbah yang tidak dapat dihilangkan dengan proses fisik biasa. Peralatan pengolahan yang umum digunakan pada pengolahan tahap ini ialah activated sludge, anaerobic lagoon, tricking filter, aerated lagoon, stabilization basin, rotating biological contactor, serta anaerobic contactor and filter. 4. Pengolahan Tahap Ketiga (Tertiary Treatment) Proses-proses yang terlibat dalam pengolahan air limbah tahap ketiga ialah coagulation and sedimentation, filtration, carbon adsorption, ion exchange, membrane separation, serta thickening gravity or flotation. 5. Pengolahan Lumpur (Sludge Treatment) Lumpur yang terbentuk sebagai hasil keempat tahap pengolahan sebelumnya kemudian diolah kembali melalui proses digestion or wet combustion, pressure filtration, vacuum filtration, centrifugation, lagooning or drying bed, incineration, atau landfill.

H.

Jenis Pengolahan Air Bersih

Jenis pengolahan air bersih secara umum: Penjernihan : bertujuan menurunkan kekeruhan, Fe dan Mn Pelunakan : bertujuan menurunkan kesadahan air Desinfeksi : bertujuan membunuh bakteri patogen Jenis proses pengolahan air bersih: Secara fisika : tidak ada penambahan zat kimia (aditif), contoh: pengendapan, filtrasi, adsorpsi. Secara kimiawi : penambahan bahan kimia sehingga terjadi reaksi kimia. Contoh penyisihan logam berat, pelunakan, netralisasi, klorinasi, ozonisasi, UV, dsb. Secara biologi : memanfaatkan aktivitas mikroorganisme. Contoh saringan pasir lambat. I. 1. Water Treatment Plant (Surface Water Supply) Konfigurasi penjernihan air: Koloid dengan kekeruhan tinggi conditioning koagulasi + flukolasi sedimentasi filtrasi distribusi desinfeksi Koloid dengan kekeruhan sedang atau rendah: conditioning koagulasi + flokulasi filtrasi distribusi desinfeksi Koloid dengan kekeruhan rendah: conditioning saringan pasir lambat desinfeksi Non koloid: Filtrasi langsung (direct filtration) Pengendapan langsung (direct sedimentation) 2. Conditioning Pengaturan pH Penambahan kekeruhan Pra-sedimentasi: pengendapan partikel diskrit, misal: pasir

3.

Koagulasi Destabilisasi partikel koloid Pembubuhan bahan kimia: koagulan, misal koagulan, misal : tawas Dilakukan pengadukan cepat (rapid mixing)

4.

Flokulasi Pembentukan dan pembesaran flok Dilakukan pengadukan lambat (slow mixing)

5.

Sedimentasi Pengendapan secara gravitasi ( partikel > air) Sedimantasi Pra-sedimentasi Dengan kemiringan : pengendapan flok : pengendapan settleable particle : plate settler

6.

Filtrasi Penyaringan dengan menggunakan media berbutir Penyisihan partikel dengan cara penyaringan untuk ukuran diameter partikel lebih besar dari ukuran media filter

7.

Desinfeksi Penghilangan mikroorganisme patogen: klorinasi,ozonisasi, sinar ultra violet, pemanasan, dll Desinfeksi (klorinasi)

8. 9.

Penambahan Fluoride (F) Membran Menyisihkan partikel-partikel koloidal dan ion-ion terlarut Selektivitas pemisahan berdasarkan ukuran pori : Mikrofiltrasi Ultrafiltrasi : 0,02 10 mm : 0,01 0,02 mm

Membran dense : 0,0001 0,001 mm Reverse osmosis : 0,0001 mm Membran digunakan dalam proses pengolahan air limbah dengan nilai recovery tinggi.

10

J.

Pengolahan Air Umpan Ketel Kebutuhan energi dan sistem pemanasan dalam industri umumnya

dipenuhi dengan cara memanfaatkan steam yang dibangkitkan dalam suatu ketel (boiler). Air yang berasal dari sungai, danau, dan sumur, tidak dapat langsung digunakan untuk air umpan ketel. Air yang digunakan harus diolah terlebih dahulu, karena jika tidak, maka masa pakai ketel akan berkurang. Penggunaan air umpan ketel yang tidak memenuhi persyaratan akan menimbulkan beberapa masalah, antara lain: Pembentukan Kerak Ketel Kerak pada ketel dapat terjadi karena pengendapan (precipitation) langsung dari zat pengotor pada permukaan perpindahan panas, atau karena pengendapan zat tersuspensi dalam air yang kemudian, melekat pada logam dan menjadi keras. Kerak dapat mengakibatkan terjadinya pemanasan-lanjut setempat (local overheating) dan logam ketel gagal berfungsi (failure). Korosi pada Ketel Pengertian korosi secara sederhana adalah perubahan kembali logam menjadi bentuk bijihnya. Proses korosi sebenarnya merupakan proses elektrokimia yang rumit dan kompleks. Korosi dapat menimbulkan kerusakan yang luas pada permukaan logam. Penyebab utama timbulnya korosi, antara lain: pH air yang rendah Gas-gas yang terlarut dalam air seperti : O2, CO2, dan lain-lain Garam-garam terlarut dan padatan tersuspensi Pembentukan busa Pembentukan busa (foaming) adalah peristiwa pembentukan

gelembunggelembung di atas permukaan air dalam drum boiler. Penyebab timbulnya busa adalah adanya kontaminasi oleh zat-zat organik atau zat-zat kimia yang ada dalam air ketel tidak terkontrol dengan baik. Busa dapat mempersempit ruang pelepasan uap-panas (steam-release space) dan dapat menyebabkan terbawanya air serta kotoran-kotoran bersama-sama uap air. Kerugian yang dapat ditimbulkan oleh hal ini adalah terjadinya endapan dan

11

korosi pada logam-logam dalam sistem ketel. Untuk mengatasi permasalahan di atas perlu diterapkan persyaratan terhadap air umpan ketel. K. Pengolahan Air Pendingin Air pendingin (cooling water) adalah air yang dilewatkan melalui alat penukar panas dengan maksud untuk menyerap dan memindahkan panasnya. Sistem yang dilalui oleh aliran air pendingin disebut sebagai sistem air pendingin (cooling water system). Sistem air pendingin dibagi dalam dua jenis, yaitu jenis resirkulasi dan jenis sekalilewat (once-through). Pada jenis resirkulasi, air pendingin yang telah digunakan, digunakan kembali untuk keperluan yang sama, sedangkan pada sistem sekali-lewat air yang telah digunakan langsung dibuang. Jenis resirkulasi dibagi lagi dalam dua jenis, yaitu resirkulasi terbuka dan resirkulasi tertutup. Pada sistem resirkulasi terbuka sebagian air yang telah digunakan diuapkan untuk mendinginkan bagian air sisanya. Pada sistem resirkulasi tertutup, pendinginan kembali tidak dengan cara memanfaatkan panas laten penguapan, melainkan dengan menggunakan suatu jenis alat penukar panas. Pada sub-bab berikut, akan dijelaskan mengenai persyaratan air pendingin serta metoda pengendalian terhadap masalah yang sering timbul pada sistem air pendingin. Metoda pengendalian tersebut meliputi sistem air pendingin resirkulasi terbuka, system air pendingin resirkulasi tertutup, dan sistem air pendingin sekalilewat. Air pendingin adalah air yang dilewatkan melalui alat penukar panas (heat exchanger) dengan maksud untuk menyerap dan memindahkan panasnya. Masalah yang sering timbul dalam sistem air pendingin adalah: terjadinya korosi pembentukan kerak dan deposit terjadinya fouling akibat aktivitas mikroba Korosi pada Sistem Air Pendingin Kerugian yang ditimbulkan oleh korosi pada sistem air pendingin adalah penyumbatan dan kerusakan pada sistem perpipaan. Kontaminasi produk yang diinginkan karena adanya kebocorankebocoran, dan menurunnya efisiensi perpindahan panas.

12

Pembentukan Kerak dan Deposit pada Sistem Air Pendingin Gangguan yang ditimbulkan oleh terbentuknya kerak antara lain : penurunan efisiensi perpindahan panas, naiknya kehilangan tekanan karena naiknya tahanan dalam Fouling pada Sistem Air Pendingin Menara pendingin (cooling tower) merupakan bagian dari sistem air pendingin yang memberikan lingkungan yang baik untuk pertumbuhan dan perkembangan mikroorganisma. Algae dapat berkembang dengan baik pada bagian yang cukup mendapat sinar matahari, sedangkan "lendir" (slime) dapat berkembang pada hampir di seluruh bagian dari sistem air pendingin ini. Mikroorganisma yang tumbuh dan berkembang tersebut merupakan deposit (foul) yang dapat mengakibatkan korosi lokal, penyumbatan dan penurunan efisiensi perpindahan panas. Penggunaan air yang memenuhi persyaratan dapat mencegah timbulnya masalah-masalah dalam sistem air pendingin. Persyaratan bagi air yang dipergunakan sebagai air pendingin tidak seketat persyaratan untuk umpan ketel.

13

DAFTAR PUSTAKA
_____undip.digilib.ac.id Sugiharto, Dasar-dasar pengolahan air limbah (Jakart: UI Press, 1987). Indonesia, Departemen Kesehatan RI, Sistem pengawasan kualitas airminum dan pencemaran air (Jakarta: DEPKES RI, 1980).

Anda mungkin juga menyukai