Anda di halaman 1dari 14

Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian 6: 67-80

ISSN: 1410~8976

PROSES PERAKITAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PAKAN LENGKAP (Complete Feed) UNTUK MENDUKUNG AGRIBISNIS TERNAK DOMBA
Ruly Hardianto

RINGKASAN
Teknologi pakan lengkap (complete feed) merupakan salah satu metode/tehnik pembuatan pakan yang digunakan untuk meningkatkan pemanfaatan limbah pertanian dan limbah agroindustri melalui proses pengolahan dengan perlakuan fisik dan perlakuan suplementasi untuk produksi pakan ternak domba. Proses pengolahannya meliputi pemotongan untuk merubah ukuran partikel bahan, pengeringan, penggilingan/penghancuran, pencampuran antara bahan serat dan konsentrat yang berupa padatan maupun cairan, serta pengemasan produk akhir. Pakan lengkap yang dikembangkan, diawali dari adanya masalah kelangkaan pakan hijauan di Jawa Timur akibat kemarau panjang pada tahun 1998. Untuk mengatasi persoalan tersebut, dilakukan survei identifikasi mengenai potensi sumber-sumber bahan baku pakan alternatif pengganti hijauan. Dari kegiatan survei dihasilkan rekomendasi bahwa limbah pertanian dan limbah agroindustri dapat dijadikan alternatif bahan baku pakan yang murah dan potensial untuk wilayah Jawa Timur. Kajian dilanjutkan dengan melakukan serangkaian analisis tentang kandungan nutrisi masing-masing bahan di laboratorium makanan ternak IPPTP Grati, Pasuruan. Hasil analisis menunjukkan sebagian besar limbah pertanian dan limbah agroindustri layak digunakan sebagai bahan baku pakan. Kemudian disusun formula pakan lengkap yang siap diuji coba ke ternak domba. Dari hasil-hasil uji coba mulai uji laboratorium, uji adaptasi, kajian SUT dan SUP pada ternak domba diperoleh hasil yang memuaskan dalam peningkatan aspek produktivitas ternak, adopsi teknologi maupun dampak perkembangannya. Ternyata teknologi pakan lengkap ini memiliki nilai komersial yang tinggi dan direspon oleh pihak swasta di Jawa Timur dengan bekerjasama secara kemitraan untuk memproduksi pakan Complete Feed dalam skala pabrik. Dalam aspek kelembagaan, telah dibentuk Forum Komunikasi Peternak Domba Jawa Timur pada tanggal 13 Juli 2002 bertempat di BPTP Jawa Timur Malang dengan jumlah anggota sebanyak 150 orang, terdiri dari para peternak, peneliti/penyuluh, pengusaha, birokrat dan akademisi. Tujuan pembentukan Forum Komunikasi ini adalah untuk menghimpun potensi berbagai pihak yang terkait dengan agribisnis ternak domba di Jawa Timur.
Kata Kunci: Teknologi Complete Feed, domba, agribisnis, komersial, kelembagaan

PENDAHULUAN Pembangunan ekonomi kedepan dalam era otonomi daerah dan desentralisasi ekonomi tidak dapat ditempuh hanya dengan program-program pemulihan (recovery) ekonomi saja, tetapi memerlukan strategi baru pembangunan ekonomi yang bercirikan paling sedikit tiga hal, yaitu : 1. Memiliki kemampuan jangkauan pemecahan masalah ekonomi yang luas dan efek multiplier besar sehingga dengan pelaksanaan strategi tersebut banyak persoalan ekonomi yang dapat dipecahkan sekaligus.

2. Pelaksanaan strategi pembangunan yang dipilih mengandalkan sumber daya domestik (domestic resource based) dan dikuasai oleh rakyat banyak, sehingga dalam pelaksanaannya tidak menuntut penambahan bahan baku import yang terlalu besar dan manfaatnya juga dapat dinikmati oleh seluruh rakyat. 3. Strategi baru pembangunan ekonomi yang memiliki visi dan orientasi pada peningkatan kesejahteraan rakyat melalui pemberdayaan ekonomi kerakyatan dan usaha-usaha kecil, menengah dan koperasi (Wijaya, 2002). 67

Ruly Hardianto: Proses Perakitan dan Pengembangan Teknologi Pakan Lengkap (Complete Feed) Untuk Mendukung Agribisnis Ternak Domba Pengembangan ternak domba perlu mendapat perhatian mengingat permintaan daging sampai saat ini belum dapat dipenuhi di dalam negeri. Kendala yang sering dijumpai antara lain masih rendahnya produktivitas ternak akibat pakan yang kualitasnya rendah. Sementara itu, potensi limbah pertanian dan limbah agroindustri untuk bahan baku pakan cukup dan belum dimanfaatkan secara optimal. Sebagian besar limbah-limbah tersebut masih digunakan sebagai bahan bakar, pupuk organik dan bahan baku industri, dan sebagian lagi dibuang atau dibakar karena mengganggu lingkungan. Pakan ternak merupakan salah satu faktor terpenting dalam usaha ternak. Keberhasilan maupun kegagalan usaha ternak banyak ditentukan oleh pakan yang diberikan. Kenyataan dilapangan menunjukkan masih banyak peternak yang memberikan pakan tanpa memperhatikan persyaratan kualitas, kuantitas, dan teknik pemberiannya. Akibatnya, produktivitas ternak yang dipelihara tidak optimal, bahkan diantara para peternak banyak yang mengalami kerugian akibat pemberian pakan yang kurang sempurna. Kehancuran agribisnis peternakan (perunggasan) pada saat krisis ekonomi, diyakini disebabkan oleh tingginya ketergantungan terhadap bahan baku impor. Sejak tahun 1980-an kelemahan ini sudah disadari, namun sayangnya upaya swasembada sapronak terutama untuk pakan masih belum menggembirakan. Kuncinya terletak pada aspek bahan baku pakan sehingga pemecahannya antara lain melalui upaya swasembada bahan baku pakan dan upaya memperbaiki mutu pakan yang bersumber dari bahan baku lokal. Pada industri ternak ruminansia (sapi, kambing, dan domba), masalah yang sering dihadapi para peternak adalah yang berkaitan dengan ketersediaan sumber hijauan, khususnya selama musim kemarau. Tidak jarang untuk mencukupi pakan hijauan tersebut para peternak harus menjual ternak lainnya untuk biaya membeli hijauan. Kondisi yang lain adalah seringnya terjadi percekcokan/pertengkaran antar penduduk desa karena ternak-ternak yang digembalakan merusak tanaman tetangganya. Disamping itu, pencurian rumput dan daun-daun pohon 68 selama musim kemarau sering terjadi di daerah sekitar areal perkebunan atau kehutanan, sehingga kehadiran ternak dirasakan mengganggu kelestarian lingkungan. Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa sekitar 70% dari produktivitas ternak dipengaruhi oleh faktor lingkungan, sedangkan faktor genetik hanya mempengaruhi sekitar 30% saja. Diantara faktor lingkungan tersebut, faktor pakan mempunyai pengaruh paling besar yaitu sekitar 60%. Hal ini menunjukkan bahwa walaupun potensi genetik ternak itu tinggi, tetapi apabila kualitas pakannya rendah, maka produktivitas yang optimal tidak akan tercapai. Disamping pengaruhnya yang besar terhadap produktivitas ternak, faktor pakan merupakan biaya produksi yang terbesar dalam usaha peternakan. Biaya pakan ini dapat mencapai 60-80% dari keseluruhan biaya produksi. Dengan demikian, memproduksi pakan bukan hanya dituntut dalam pencapaian aspek kualitas saja, tetapi yang lebih penting adalah memproduksi pakan yang ekonomis, murah dan terjangkau oleh kemampuan peternak (Siregar, 1994). Dengan demikian pengembangan sub-sistem agribisnis hulu seperti industri agro-input yang menghasilkan produk pakan ternak merupakan salah satu pendukung dalam pengembangan agribisnis peternakan yang secara langsung akan membantu memecahkan permasalahan para peternak dalam hal pengadaan input produksi berupa pakan. Tujuan perakitan dan pengembangan teknologi complete feed adalah untuk memperoleh pakan alternatif untuk ternak domba dengan memanfaatkan limbah pertanian dan limbah agroindustri sebagai bahan baku utama, sekaligus untuk mengetahui pengaruh pemberian pakan lengkap terhadap produktivitas ternak domba dan efisiensi usaha penggemukan domba secara komersial. PEMANFAATAN LIMBAH PERTANIAN DAN LIMBAH AGROINDUSTRI UNTUK PEMBUATAN PAKAN LENGKAP Diversifikasi pemanfaatan produk samping (by-product) yang sering dianggap sebagai limbah (waste product) dari kegiatan

Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian 6: 67-80

ISSN: 1410~8976 Perlu diingat bahwa tabel kebutuhan nutrisi pakan pada berbagai literatur umumnya menggambarkan jumlah kebutuhan minimum nutrisi. Karena itu, pemberian sedikit kelebihan nutrisi dari standar kebutuhan sangat dianjurkan untuk mencegah kekurangan gizi. Beberapa faktor yang perlu juga dipertimbangkan adalah umur ternak (anak, muda, dewasa), jenis kelamin (jantan/ betina), ukuran tubuh (kecil, sedang, besar), tipe produksi (pemeliharan tubuh, pertumbuhan, penggemukan atau produksi telur), tingkat produksi (awal, puncak, atau menjelang akhir). 2. Bahan Pakan dan Kandungan Gizinya Data kandungan gizi dari berbagai bahan pakan yang digunakan harus diketahui atau telah dianalisis di laboratorium terdekat. Kandungan gizi berbagai bahan pakan dapat juga dilihat pada buku-buku tentang komposisi

agroindustri dan biomas yang berasal dari limbah pertanian menjadi pakan ternak akan mendorong perkembangan usaha agribisnis ternak secara integratif dalam suatu produksi terpadu dengan pola pertanian melalui daur ulang biomas yang ramah lingkungan atau dikenal zero waste production system (Gambar 1). Menurut Chuzaemi (2002), faktor-faktor yang harus diketahui oleh peternak dalam menyusun formula pakan yang ekonomis dengan memanfaatkan sumber daya lokal yang tersedia di lingkungan setempat, adalah: 1. Kebutuhan Nutrisi Peternak harus tahu kebutuhan nutrisi seperti serat kasar, energi, protein, lemak, vitamin,dan mineral bagi ternaknya setiap hari. Kebutuhan nutrisi ini dapat dibaca pada buku-buku ilmiah peternakan, brosur dari pabrik pakan dan sejenisnya.

Pakan Complete Feed Ternak Ruminansia Limbah Limbah Intervensi Teknologi

Intervensi Teknologi

Pertanian Agroindustri Pupuk Organik

Gambar 1. Bagan daur ulang siklus produksi Zero waste

69

Ruly Hardianto: Proses Perakitan dan Pengembangan Teknologi Pakan Lengkap (Complete Feed) Untuk Mendukung Agribisnis Ternak Domba bahan pakan ternak seperti Tabel komposisi pakan untuk Indonesia yang dikeluarkan oleh Fakultas Peternakan IPB maupun UGM. Disamping itu, pengetahuan tentang kandungan zat anti nutrisi pada bahan baku pakan juga perlu dikuasai, misalnya kandungan gosiphol, anti tripsin, tanin, lignin, dan lain-lain. 3. Tipe Pakan Tipe pakan mempunyai ciri khusus sesuai dengan komposisi yang diperlukan dan kandungan gizinya, apakah merupakan pakan komplit, pakan bijian, atau pakan suplemen yang disusun terutama sebagai sumber protein, energi, vitamin dan mineral. Bila merupakan pakan komplit bagaimana cara memberikannya, dibatasi atau diberikan secara ad libitum (selalu tersedia). 4. Konsumsi Pakan Ternak akan mengkonsumsi pakan dalam jumlah tertentu sesuai dengan konsentrasi gizi dalam pakannya, terutama kandungan energinya. Selain itu, konsumsi pakan dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, umur, kesehatan, tingkat produksi, bentuk pakan, palatabilitas, kepadatan kandang dan sebagainya. Pada kondisi lingkungan yang dingin, ternak akan mengkonsumsi pakan lebih banyak, pada keadaan sakit, konsumsinya menurun dan pada kandang yang padat, konsumsinya berkurang. Variasi konsumsi pakan ini sangat perlu diketahui oleh peternak. 5. Harga Bahan Baku Pakan. Bahan baku yang digunakan sebaiknya tersedia dalam jumlah cukup di daerah tersebut. Paling tidak, mudah didapatkan dengan tranportasi yang mudah dan murah. Diutamakan menggunakan bahan pakan yang relatif murah dan tidak mudah melonjak harganya karena persaingan dengan kebutuhan manusia. Selain harga, yang perlu diperhitungkan juga adalah biaya pengangkutan, pengolahan dan penyimpanan. Beberapa bahan pakan memerlukan antioksidan untuk mencegah kerusakan, atau tempat penyimpanan khusus. Ada pula bahan pakan yang menurun kandungan nutrisinya jika disimpan dalam waktu yang terlalu lama. Tujuan formulasi pakan antara 70 lain adalah meminimumkan biaya per unit produksi ternaknya. Proses faali pencernaan makanan pada domba meliputi pengambilan pakan, pencernaan yang berlangsung di dalam mulut dan lambung, penyerapan dan pembuangan sisa-sisa yang tidak berguna bagi tubuh. Proses pencernaan makanan bersifat kompleks karena domba memamah biak. Pencernaan di dalam rumen dan retikulum dilakukan secara mekanik dengan gerakan mencampur, maserasi oleh kerja binatang bersel tunggal, sehingga terjadi lubang-lubang di sela-sela ingesta. Dengan banyaknya lubang yang dibuat oleh binatang tersebut, permukaan total ingesta menjadi meningkat. Hal tersebut sangat membantu pencernaan secara biokimia oleh enzim yang dihasilkan oleh mikroba di dalam rumen. Proses pencernaan oleh jasad renik secara fermentatif merupakan proses yang sangat vital dan mengawali proses fermentatif selanjutnya yang dilakukan di dalam lambung sejati maupun usus halus. Keberadaan mikroorganisme dalam media pencernaan hewan ruminansia mutlak adanya guna membantu suplai mikroorganisme ke dalam tubuh ternak. Pakan Lengkap (Complete Feed) Salah satu teknologi penyajian pakan adalah pakan lengkap yang merupakan salah satu metode yang digunakan untuk meningkatkan pemanfaatan limbah pertanian dan limbah agroindustri yaitu dengan mencampurkan bahan-bahan tersebut dengan mempertimbangkan kebutuhan nutrisi ternak baik kebutuhan serat maupun zat makanan lainnya (Chuzaemi, 2002). Teknologi pakan lengkap dikembangkan dari konsep dasar self feeding yaitu ternak diberi kebebasan memilih pakan sendiri yang telah disediakan oleh peternak. Selanjutnya dikembangkan proses pembuatan pakan menjadi bentuk yang sederhana dan dikemas untuk memudahkan pemberiannya dan dapat menekan biaya operasional khususnya tenaga kerja . Pemberian pakan lengkap dimaksudkan untuk menjaga pH rumen yang stabil karena mikroba dalam rumen dapat tetap dipertahankan terutama pada penggunaan konsentrat yang tinggi dalam ransum. Agar

Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian 6: 67-80

ISSN: 1410~8976 pakan agar disukai ternak. Perlakuan suplementasi adalah dengan cara menambahkan bahan pakan yang berkualitas tinggi yang berasal dari limbah-limbah agroindustri. Tujuan dari suplementasi adalah untuk melengkapi kekurangan zat-zat makanan tertentu yang kurang pada limbah agar kebutuhan ternak akan zat-zat makanan dapat terpenuhi. Sedikitnya ada 6(enam) jenis nutrisi yang harus dipenuhi untuk membuat pakan lengkap untuk ruminansia yaitu serat kasar (SK), protein kasar (PK), lemak kasar (LK), abu (mineral), bahan ekstrak tanpa nitropgen (BETN) dan total digestible nutrient (energi). Bahan-bahan baku pakan lengkap untuk ruminansia dikelompokkan menjadi lima kelompok yaitu: sumber serat, sumber energi, sumber protein, sumber mineral, dan sumber vitamin. Bahan-bahan sumber serat adalah bahan-bahan yang memiliki kandungan serat kasar 18%. Contoh bahan sumber serat antara lain limbah pertanian dan kulit biji polong-polongan. Bahan pakan sumber energi adalah bahan-bahan yang memiliki kandungan protein kasar kurang dari 20% dan serat kasarnya kurang dari 18%, contohnya: biji-bijian, kacang-kacangan, buah-buahan, umbi-umbian dan limbah dari penggilingan. Bahan pakan sumber protein adalah bahanbahan yang kandungan protein kasarnya 20% atau lebih, seperti bungkil, bekatul, silase ikan, dan lain-lain. Bahan pakan sumber mineral adalah bahan-bahan yang memiliki kandungan mineral yang cukup tinggi, misalnya garam dapur, kapur makan, tepung ikan, grit kulit bekicot, grit kulit kerang dan grit tulang ikan. Bahan pakan sumber vitamin adalah bahan-bahan yang memiliki kandungan vitamin cukup tinggi, misalnya umbi-umbian, dan butiran. Beberapa contoh bahan baku pakan lengkap yang digunakan yang berasal dari limbah pertanian dan limbah agroindustri disajikan pada Tabel 1. Dari aspek kualitas, jenis limbah pertanian yang potensial adalah jerami tanaman serelia, sedangkan dari aspek produksinya adalah jerami padi, pucuk tebu dan daun tebu. Namun kualitas jerami padi dan jerami tebu tergolong rendah antara lain, karena kandungan lignin dan selulosanya yang tinggi.

pH rumen mengarah ke netral, bentuk partikel pakan diperbesar sehingga aktivitas ruminasi tetap berjalan. Pakan Complete Feed dapat dibuat dari bahan-bahan limbah pertanian sebagai sumber seratnya seperti baggase, kulit kacang tanah, jerami kedelai, tongkol jagung, pucuk tebu dan lain-lain. Ditambah limbah agroindustri sebagai sumber energi yaitu pollard (limbah gandum), dedak padi, tapioka, tetes/molase, dan onggok (limbah tapioka). Bahan-bahan sumber protein yang digunakan antara lain: bungkil kopra, bungkil sawit, bungkil minyak biji kapuk/randu, kulit kopi, kulit coklat/kakao, dan urea, kemudian dilengkapi dengan bahan sumber mineral seperti garam dapur, zeolit, tepung tulang, mineral, dan mix . Cara pembuatan: a. Bahan-bahan sumber serat dipotong-potong dengan alat pemotong (chopper) berukuran kecil (0,2-0,4 cm), kemudian dikeringkan dengan menggunakan pemanasan (dryer) sampai kadar airny mencapai 10-12%. b. Bahan-bahan sumber serat dan sumber energi serta protein dicampur dalam alat pencampuran/mollen atau mixer horizontal bersama dengan larutan molases sampai merata. c. Seluruh bahan-bahan tersebut selanjutnya digiling dengan penggilingan (grinder) atau hammer mill dan ditambahkan urea, garam dapur, dan tepung tulang sampai ukuran partikelnya kecil-kecil dan tercampur secara merata secara homogen. Apabila telah tercampur, maka bahan-bahan tersebut dikemas kedalam karung yang sudah disiapkan dengan ukuran berat sesuai yang diinginkan. Pembuatan pakan lengkap perlu dilakukan oleh suatu lembaga atau wadah kelompok tani yang selanjutnya mendistribusikan ke anggotanya. Pengolahan pakan lengkap memerlukan alat pencampur mixer horizontal untuk mencampur bahanbahan serat dan konsentrat yang mempunyai perbedaan ukuran partikel dan pencampuran antara padatan dan cairan. Perlakuan fisik dilakukan dengan merubah ukuran pertikel melalui pemotongan (choping), penghancuran dan pengeringan. Tujuannya adalah untuk memperluas permukaan bahan dan melunakkan tekstur

71

Ruly Hardianto: Proses Perakitan dan Pengembangan Teknologi Pakan Lengkap (Complete Feed) Untuk Mendukung Agribisnis Ternak Domba 5) Komersialisasi Teknologi dan Pengembangan Kelembagaan. Tabel 1. Jenis bahan baku pakan dari limbah pertanian dan limbah agroindustri. 1. Penelitian Adaptif Kelompok Nama bahan baku Bahan Kajian teknik penggemukan domba I Limbah 1. Pucuk tebu 6. klobot jagung 11. kulit ka. Tanah dimulai tahun anggaran 1997-1998 di Balai pertania 2. Daun Tebu 7. kulit kopi 12. kulit biji kedele Pengkajian Teknologi Pertanian Jatim n 3. Jerami kedele 8. bulu unggas 13. kulit coklat Karangploso-Malang. Lokasi pengkajian di 4. kulit kedele 9. kulit pol. kedele 14. Jerami padi 5. janggel jagung 10. kulit telor 15. kulit nanas Desa Jimbaran Kecamatan Puspo Kabupaten II. Limbah 1. Ampas tebu 6. Bungkil Sawit 11. Empok jagung Pasuruan meliputi 20 peternak kooperator Agroind 2. Onggok 7. Bungkil kopra 12. Tetes tebu ustri 3. Tumpi jagung 8. Bungkil ka.tanah 13.Tep. terigu afkir dengan materi domba jantan umur 12 bulan 9. Ampas kecap 14. Ampas tahu 4. Dedak Padi sebanyak 100 ekor, terbagi menjadi materi 5. Bungkil klenteng 10. Wheat polard 15. Ampas roti perlakuan dan kontrol, yaitu:
Sumber : Chuzaemi (2002).

Dalam menyusun formula pakan lengkap harus diperhitungkan kandungan nutrisi masing-masing bahan baku, serta kebutuhan nutrisi dari ternak. Komposisi nutrisi disesuaikan dengan kebutuhan zat nutrisi ternak untuk berbagai tujuan misalnya komposisi nutrisi untuk penggemukan akan berbeda dengan komposisi ternak pembibitan atau pembesaran. Sebagai acuan dalam membuat/ memformulasikan pakan lengkap untuk ternak domba dapat dilihat komposisi pakan lengkap untuk pembibitan dan penggemukan yang dicantumkan pada Tabel 2. Kontrol kualitas pakan yang paling terpercaya adalah uji biologis langsung ke ternak, namun untuk waktu yang harus singkat dapat ditempuh dengan uji fisik dan kimiawi di laboratorium makanan ternak melalui analisis prosimat. TAHAP PERAKITAN DAN KERAGAAN PENGKAJIAN Program perakitan dan pengkajian teknologi Complete Feed dilaksanakan melalui tahapan sebagai berikut: 1) Penelitian adaptif tentang teknik penggemukan domba di peternak. 2) Pengkajian sistem usaha tani (SUT) penggemukan domba. 3) Pengkajian sistem usaha pertanian (SUP) berupa Pengkajian Model Kemitraan Penggemukan Domba Ekor Gemuk di lahan kering. 4) Diseminasi hasil pengkajian 72

a. Model kandang panggung dilengkapi sekat dengan ukuran 1 m2/2 ekor. b. Pemberian probiotik bioplus dosis 25 gr/ ekor/6 bulan. c. Penambahan konsentrat 0,25 Kg/ekor/ hari. d. Pemberian obat cacing monil tablet/ ekor/3 bulan. e. Hijauan berupa rumput lapangan 4 Kg/ ekor/hari. Materi kontrol perlakuannya sama, kecuali tidak diberi penambahan konsentrat. Hasil pengkajian menunjukkan penambahan bobot badan harian pada kontrol sebesar 3441 gr/ekor, sedangkan ternak perlakuan sebesar 61-72 gr/ekor, indeks tingkat keuntungan pada perlakuan kontrol dicapai dengan B/C 1,31 sedangkan B/C materi perlakuan sebesar 1,65. 2. Pengkajian SUT Kajian teknik penggemukan domba tahap ke 2 dilanjutkan tahun anggaran 19981999. Lokasi pengkajian sama dengan tahun sebelumnya. Materi ternak domba sebanyak 200 ekor dengan kooperator pada skala usaha penggemukan dibagi menjadi: a. b. c. d. e. Skala 4 ekor Skala 6 ekor Skala 8 ekor Skala 10 ekor Skala 12 ekor.
Dasar penentuan skala usaha berdasarkan kemampuan tenaga kerja keluarga dan penyediaan hijauan.

Lama penggemukan 6 bulan dengan bobot badan awal 16-18 kg. Perlakuan mengacu pada pengkajian sebelumnya dengan penyempurnaan pada penambahan konsentrat yaitu 0,25 kg/ekor/hari selama 3 bulan pertama dan 0,35 kg/ekor/hari pada 3 bulan berikutnya. Pada pengkajian ini tidak

Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian 6: 67-80

ISSN: 1410~8976 Kajian teknik penggemukan domba tahap 3 Tahun Anggaran 1999/2000 merupakan kegiatan lanjutan tahun sebelumnya. Lokasi pengkajian sama dengan

menggunakan materi kontrol. Hasil pengkajian yang meliputi aspek pertambahan bobot harian, efisiensi penggunaan konsentrat pada masing-masing tersaji pada Tabel 3 dan analisis usaha pada Tabel 4.

Tabel 2. Komposisi nutrisi pakan lengkap (Complete Feed) untuk pembibitan dan penggemukan ternak domba.
No Jenis Complete Feed 1 2 Pembibitan Penggemukan Kadar Air (%) 12 12 Bahan Protein Kering (%) Kasar 88 8.4 88 14.7 Hasil Analisa Proksimat (dalam %) Lemak Serat Kadar BETN Kasar Kasar Abu 2.6 16.9 6.8 60.2 3.0 15.4 8.7 51.8 TDN 64.2 64.4

Sumber : Wahyono (2001).

Tabel 3. Data pertambahan bobot badan, konversi pakan dan efisiensinya pada masing-masing skala usaha domba, Puspo Pasuruan
No 1 2 3 4 5 URAIAN Rata-rata berat badan awal (Kg/ekor) Pertambahan bobot badan (g/hari) PBBH 3 bulan berikutnya (g/hari) Konversi Pakan Konsentrat Efisiensi Pakan Konsentrat 4 16,50 75,25 65,20 3,25 0,31 6 Skala Usaha (ekor) 8 10 16,70 80,00 72,50 2,90 0,34 17,25 81,20 75,75 2,95 0,33 12 17,10 77,25 72,25 3,10 0,32

17,00 72,00 70,25 3,20 0,31

Tabel 4. Analisa usaha penggemukan domba pada skala usaha 4, 6, 8, 10 dan 12 ekor (Rp. 1.000)
No URAIAN Bakalan (Rp. 175/Ekor) Pakan Konsentrat (Rp. 0,5/Kg) Bioplus (Rp. 0,75/Ekor) Obat Cacing (Rp. 1,5/Ekor) Perakitan & Penyusutan Kand (Rp) Total Biaya Produksi Penjualan Ternak Keuntungan Rata-Rata Keuntungan/Ekor Benefit Cost Ratio 4 700 150 3 6 25 834 1.250 416 104 1,49 Skala Usaha (ekor) 6 8 10 1.050 1.400 1.750 150 200 250 4,5 6 7,5 9 12 15 30 35 40 1.143,5 1.653 2.062,5 1.850 2.480 3.150 606,5 827 1.087,5 101 103 108 1,48 1,50 1,52 12 2.100 300 9 18 45 2.472 3.900 1.428 119 1,57

A B C D E

Tabel 5. Analisis Usaha Penggemukan domba pada skala usaha 6, 8, 10, dan 12 ekor pada pengkajian TA 1999/200 (Rp. 000,0) Skala usaha (ekor) No URAIAN 6 8 10 12 A Total Biaya produksi (Rp) 1.238,50 1.850,25 2.259,25 3.078,75 B Penjualan ternak 1.850 2.775 3.875 5,100 C Keuntungan 611,5 924,75 1.615,75 2.021,25 D Keuntungan/ekor 101,80 102,75 146,80 134,70 E Benefit Cost ratio 1,49 1,50 1,72 1,65
Sumber : Wahyono et al. (1999)

73

Ruly Hardianto: Proses Perakitan dan Pengembangan Teknologi Pakan Lengkap (Complete Feed) Untuk Mendukung Agribisnis Ternak Domba kegiatan TA. 1998/1999 yaitu di Desa Jimbaran, Kec. Puspo, Kab. Pasuruan. Materi pengkajian menggunakan 120 ekor domba jantan. Pola perlakuan sama mengacu pada kegiatan tahun 1998/1999 yang membedakan adalah pemberian pakan hijauan dibedakan menjadi 2 bagian yaitu peternak kooperator memberikan pakan kering berupa limbah pertanian yaitu jerami kedelai kering, tebon jagung kering, akar alang-alang kering, dan klobot jagung kering sedangkan peternak kooperator lainnya memberikan hijauan segar berupa rumput lapangan dan rumput gajah. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa pertambahan bobot badan harian pada skala usaha penggemukan 6 ekor, 8 ekor, 10 ekor, dan 12 ekor masing-masing 80 g, 78 g, 81,25 g, dan 77,50 g. Konversi penggunaan pakan konsentrat pada masing-masing skala usaha adalah 3,33; 3,45; 2,78; dan 2,94. Hasil pengkajian teknik penggemukan domba tahun 1999/2000 menunjukkan bahwa perlakuan pakan kering menghasilkan produktivitas yang lebih tinggi dibandingkan perlakuan pakan hijauan segar. Pertambahan bobot badan harian pada perlakuan pakan kering mencapai 81,25g, keuntungan usaha selama menggemukan 6 bulan sebesar Rp. 146.800, sedangkan yang menggunakan hijauan segar keuntungannya lebih rendah yaitu pada skala usaha 6 ekor, 8 ekor, dan 12 ekor masing-masing hanya Rp 101.88,-; Rp 102.750,- dan Rp.134,700,-. B/C ratio skala 10 ekor sebesar 1,72 sedangkan pada skala 6, 8 dan 12 ekor masing-masing 1,49 ;1,50 dan 1,65 seperti terlihat pada Tabel 5. Efek samping dari fenomena inilah yang mendasari pemikiran pembuatan pakan lengkap instan berbentuk kering atau Complete Feed untuk ternak domba. Untuk menguji pengaruh pemberian pakan Complete Feed terhadap produktivitas domba, maka dilakukan penelitian terapan skala laboratorium menggunakan 20 ekor domba jantan yang terbagi dalam 2 kelompok perlakuan, yaitu kelompok domba yang diberi Complete Feed dibandingkan dengan kelompok domba yang diberi pakan campuran rumput dan konsentrat. Pengkajian dilaksanakan dikandang laboratorium BPTP Jatim Karangploso-Malang. Pada pengkajian tersebut semua domba diberi obat cacing kalbasen dengan dosis 4 ml/ekor/4 bulan pada awal penggemukan dan domba dicukur 74 bulunya serta dimandikan dua minggu sekali. Perlakuan yang diberikan adalah sebagai berikut : a. Pemberian Complete Feed 1kg /ekor/ hari secara kering b. Tidak diberi rumput sama sekali c. Penggemukan selama 4 bulan Kontrol dilakukan sebagai berikut: a. Pakan berupa hijauan 5 kg/ekor/hari b. Diberi penambahan konsentrat kg/ekor /hari c. Penggemukan 4 bulan.

0,25

Hasil pengkajian menunjukkan bahwa aplikasi pakan Complete Feed dapat meningkatkan pertambahan berat badan harian ternak domba jantan 180% yaitu dari rata-rata 50,5g/ekor/hari pada perlakuan rumput dan konsentrat menjadi 145,9 gr/ ekor/hari pada perlakuan complete feed. Perolehan keuntungan usaha domba juga meningkat hampir 7,5 kali lipat, dari Rp 204.000,- pada perlakuan rumput dan konsentrat menjadi Rp 1.527.000,- pada perlakuan Complete Feed dengan skala pemeliharaan 10 ekor selama 4 bulan masa penggemukan. Disamping itu, dengan aplikasi pakan Complete Feed terjadi efisiensi penggunaan tenaga kerja, yaitu dari rata-rata curahan tenaga pemeliharaan 4 jam/hari pada perlakuan rumput, menjadi hanya rata-rata 1 jam/hari pada perlakuan Complete Feed untuk skala pemeliharaan 10 ekor. Pengkajian SUP Multiplier effect dari keberhasilan uji coba (pengkajian) secara laboratoris di kandang BPTP Jatim Karangploso ditunjukkan dengan maraknya kunjungan dari daerah sekitar seperti Kabupaten Malang, Pasuruan, Probolinggo, Blitar, Tulungagung, Kediri, dan Ponorogo. Peserta studi banding meliputi peternak, PPL, pengusaha, dinas peternakan, perguruan tinggi, anggota DPRD dan aparat Pemda. Untuk melihat dampak ditingkat peternak serta manfaat langsung untuk peternak/pengguna, maka pada tahun 2001 dilakukan pengkajian skala SUP melalui Pengkajian Model Kemitraan Penggemukan Domba Ekor Gemuk Lahan Kering. Pengkajian ini menggunakan pakan Complete

Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian 6: 67-80

ISSN: 1410~8976 Diseminasi Hasil Pengkajian Diseminasi hasil pengkajian dilakukan dalam rangka sosialisasi teknologi dan penyampaian manfaat/dampak dari teknologi yang diintroduksikan. Sumber dana diseminasi berasal dari proyek PAATP BPTP dan biaya sponsor melalui kerjasama dengan perusahaan dan peserta program pelatihan. Beberapa kegiatan dilakukan adalah : diseminasi yang

Feed di peternakan domba di Kecamatan Gandusari, Selopuro, Talun, dan Kanigoro Kab. Blitar. Jumlah kooperator sebanyak 26 orang tersebar di empat kecamatan dengan jumlah materi pengkajian 600 ekor domba jantan. Besarnya skala pemeliharaan berkisar 10-100 ekor. Pertambahan bobot badan harian selama 4 bulan bervariasi dari 100 g hingga 155 g, pendapatan bersih per ekor selama 4 bulan rata-rata Rp100.000,-. Salah satu keunggulan teknologi penggemukan domba dengan Complete Feed adalah efisiensi penggunaan tenaga kerja, sehingga skala usaha ekonomis dengan mudah dapat tercapai. Namun aspek permodalan merupakan salah satu pembatas ditingkat peternak. Pola kemitraan dengan azas saling menguntungkan diharapkan mampu menumbuhkan kemampuan peternak untuk berswasembada dan mempunyai kedudukan ekonomis yang kuat. Pola kemitraan merupakan penyempurnaan dari model gaduhan.

1) Temu Lapang Kajian Teknik penggemukan domba diselenggarakan di Desa Jimbaran Kec. Puspo Kab. Pasuruan, pada bulan September 1998 dengan peserta 70 orang terdiri dari peternak kooperator, peternak desa sekitar pengkajian, PPL, Dinas Peternakan, Kecamatan Puspo. 2) Visualisasi teknologi penggemukan domba dengan dana PAATP ditayangkan oleh TVRI Surabaya pada segmen acara daerah membangun pada bulan November 1998. Tayangan tersebut memuat paket teknologi penggemukan secara lengkap mulai pemilihan bibit, pencukuran bulu,

Tabel 6. Keragaan hasil pengkajian teknologi penggemukan domba mulai tahun 1997/1998, s.d. 2000/2001, dari aspek PBBH, pendapatan, dan efisiensi TK
No 1 2 3 4 5 6 URAIAN/PARAMATER Pertambahan BB harian (g) B/C ratio Keuntungan/ekor/bulan (Rp) Efisiensi TK ( ternak/TK) Lama Penggemukan Faktor pembatas skala Usaha 1997/98 61-72 1,65 18.500 10 6 Rumput Pengkajian Tahun Anggaran 1998/99 1999/00 2000 72-81,2 77,5-81,5 50,5-145 1,50 1,72 1,40 21.000 17.500 22.500 10 25 100 6 Rumput 6 Rumput 4 Modal 2001 100-155 1,36 25.000 300 3 Modal

Sumber : Wahyono et al (2001) dan Hardianto et al. (2000)

Tabel 7. Kerangka bagi hasil dan model kemitraan di lokasi pengkajian


Uraian Modal Kerja Penjamin Bagi hasil Lokasi kandang Pemasaran hasil Pembelian bibit Asistensi teknis Perusahaan/ kelompok tani Bank Perusahaan Sewa kandang dan bunga bank 1 kawasan Perusahaan Perusahaan Perusahaan Swasta peternak Swasta 50 : 50 hasil bersih individual Terpencar Individual Individual Tidak ada Peternak peternak Peternak 65 : 35 Hasil bersih individual Terpencar Individual Individual Tidak ada Corporate Farming Saham anggota Deviden Persaham 1 kawasan Kelompok Kelompok Kelompok

Sumber : Wahyono et al. (2001)

75

Ruly Hardianto: Proses Perakitan dan Pengembangan Teknologi Pakan Lengkap (Complete Feed) Untuk Mendukung Agribisnis Ternak Domba Kabupaten Blitar, Kabupaten Kediri, Tulungagung, Malang, Pedagang Domba dan Sate dari Blitar, Kediri, Tulungagung, Jombang, Nganjuk, Malang, Surabaya, dan Probolinggo. Sumber dana penyelenggaraan berasal dari iuran peternak, sponsor dari Pemda Kabupaten Blitar. Hasil dari temu usaha adalah akses pemasaran domba dari Blitar ke Malang, Surabaya, Pasuruan dan Kediri. Komersialisasi Teknologi dan Pengembangan Kelembagaan Teknologi Complete Feed ternyata memiliki nilai komersial yang tinggi terbukti dengan adanya respons pihak swasta di Jawa Timur yang bersedia memproduksi pakan Complete Feed dengan skala pabrik. Pihakpihak swasta yang bermitra dan bekerjasama dalam pembuatan pakan Complete Feed terdiri dari PT. Jatinom Indah-Blitar, Inkud Feed Factory-Tongas Probolinggo, CV. Agro Lestari-Malang, CV. Andika Cantya PrimaPasuruan, CV. Widodo Prima Sejahtera, Caruban-Madiun dan Koperasi Serba Usaha (KSU) Rukun Sentosa, Srengat-Blitar. Tingginya permintaan masyarakat terhadap produk pakan Complete Feed mendorong dikembangkannya lokasi pabrik pakan menjadi 3 lokasi yaitu 2 lokasi di Pasuruan untuk memenuhi permintaan para peternak yang berada diwilayah Jawa Timur Bagian Tengah dan P. Madura, 1 lokasi pabrik di Caruban-Madiun untuk memenuhi permintaan pakan wilayah jawa Timur Bagian Barat, DIY, Jawa Tengah, Jawa Barat, dan DKI. Pada tahun 2002 ini produksi 3 pabrik yang sudah operasional tersebut mencapai 750 ton/bulan. Untuk memenuhi kebutuhan Complete Feed selama pengkajian tahun 2000 dan pengembangan di tingkat peternak di Kab. Blitar, Pasuruan, Malang, Kediri, Tulungagung, dan Trenggalek, dilakukan kerjasama dengan pabrik pakan ternak Inkud Feed di Tongas- Probolinggo. Formulasi Complete Feed dan bahan baku dari peneliti dan pihak Inkud Feed hanya menangani pengolahan, sehingga dalam kerja sama hanya membayar jasa pengolahan. Pada tahun 2000 juga dirintis jaringan pengadaan bahan baku dengan penggilingan padi, pabrik tapioka dan peternak yang memiliki limbah pertanian sebagai sumber bahan baku.

3)

4)

5)

6)

7)

perkandangan, pengobatan cacing, pemberian Bioplas serta sanitasi perkandangan. Temu Lapang Teknologi Penggemukan Domba kegiatan pengkajian tahun 1999/2000 diselenggarakan pada bulan Oktober 1999 didanai Bag Pro PAATP. Lokasi temu lapang di desa Jimbaran Kecamatan Puspo Kabupaten Pasuruan. Peserta sebanyak 150 orang terdiri dari peneliti, teknisi, penyuluh, peternak, PPL, Dinas peternakan, dan perangkat desa. Gelar Teknologi diselenggarakan pada bulan Maret 2000 di Jimbaran Puspo dihadiri peserta 100 orang terdiri dari peternak, penyuluh, peneliti, dinas peternakan, pengusaha, perbankan, LSM, peternak dari desa lain di luar lokasi pengkajian. Hasil dari gelar teknologi adalah penyampaian hasil sekaligus menjalin kemitraan dengan beberapa peternak pembibitan untuk menyediakan bibit dan akses pasar domba keluar daerah (jaringan pemasaran). Pelatihan penggemukan domba dengan teknologi Complete Feed diselenggarakan oleh Sentra Pengembangan Agribisnis Terpadu (SPAT) Purwodadi bekerjasama dengan majalah Agrobisnis, Jawa Pos dan PT. Jatinom Indah Asri Blitar dengan BPTP Karangploso pada tanggal 25 Maret 2000. Peserta sejumlah 100 orang terdiri dari swasta, pengusaha, perbankan, dan peternak. Sumber dana penyelenggaraan berasal dari sponsor dan iuran peserta pelatihan yang berasal dari Jatim, Bali, Ujungpandang, Jateng, Jakarta, dan Lampung. Pelatihan penggemukan domba dengan teknologi Complete Feed diselenggarakan oleh IP2TP Grati-BPTP Jawa Timur dengan PT. Jatinom Indah Asri, Blitar pada bulan Mei 2000 di Blitar. Peserta berasal dari peternak, perusahaan swasta, dan pengusaha dari berbagai kota di Jatim, Jateng dan Jabar serta Bandar Lampung sebanyak 175 orang. Dana penyelenggaraan berasal dari sponsor perusahaan swasta dan iuran peserta latihan. Temu usaha pengkajian kemitraan penggemukan domba dalam rangka mencari solusi pasar, diselenggarakan di Selopuro Kabupaten Blitar. Peserta terdiri dari 400 orang terdiri dari peternak domba

76

Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian 6: 67-80

ISSN: 1410~8976 ekor domba cukup mengkonsumsi 1-1,5 kg/ekor/hari. Untuk mengantisipasi terjadinya lonjakan hasil produksi dan permintaan bibit dibentuk organisasi Forum Komunikasi Peternak Domba-Kambing Jatim (FKPDK JATIM). Adapun struktur kelembagaan sebagai berikut

Sesuai dengan perkembangan permintaan pengguna (peternak) pada awal tahun 2001 didirikan pabrik Complete Feed di Grati Pasuruan. Investasi sebesar Rp. 250 juta digunakan untuk peralatan dan mesin serta modal kerja, komposisi pemilikan saham 40% iuran peternak pengguna, 35% dari swasta dan 25% peneliti penemu sebagai royalti. Tanah dan bangunan pergudangan merupakan sewa kepada pihak ketiga. Kapasitas produksi pabrik Complete Feed 300-400 ton/bulan dan merupakan prototipe pabrik pakan Complete Feed. Permintaan pasar terus meningkat, sehingga pada awal tahun 2002 didirikan pabrik sejenis di Purwosari Kab. Pasuruan dengan kapasitas yang sama. Kepemilikan saham pada pabrik Complete Feed ke 2 ini adalah 50% saham dari peternak penguna, 25% saham dari hasil keuntungan pabrik Grati-Pasuruan 2001 dan 25% saham milik peneliti penemu sekaligus sebagai royalti. Investasi pabrik senilai Rp 300 juta, tanah dan bangunan pergudangan diperoleh melalui sewa. Pada bulan Juli 2002 dilakukan kerjasama pembuatan pabrik serupa dengan Pemkab. Ngawi Jawa Timur. Pada bulan Agustus 2002 telah memulai produksi perdananya. Komposisi saham sebagai berikut : 50% saham Pemkab Ngawi, 25% saham iuran peternak dan 25% saham peneliti sebagai royalti dengan nilai investasi Rp300 juta untuk, mesin, alat dan modal kerja. Konsep pabrik pakan skala menengah ini memiliki keunggulan, yaitu : investasi murah, mudah dipindah (portable), mendekatkan pada konsumen/pasar dan biaya operasional murah sehingga harga produk sangat kompetitif dan terjangkau peternak. Disisi lain peternak memiliki peluang untuk maju seiring dengan perkembangan usaha dan pabriknya. Penyebaran adopsi teknologi penggemukan domba dengan Complete Feed sangat pesat. Beberapa keunggulan komparatif diantaranya, hemat tenaga kerja, mudah diaplikasi, jaringan distribusi pakan mantap, waktu penggemukan cukup pendek 3-4 bulan, dan pertumbuhan bobot badan harian cukup tinggi. 100 g 145 gr /ekor/hari. Harga Complete Feed cukup murah dengan harga eceran tinggi (HET) Rp. 700/kg. Satu

FKPDK JATIM

KORDA

KORDA

KORDA

KORDA

KORDA

FKPDK JATIM: Merupakan jaringan informasi pemasaran domba, penyediaan bibit dan standarisasi baik domba hasil penggemukan maupun standarisasi kualitas bibit. Personalia di sekretariat pusat terdiri dari Ketua, Sekretaris, Humas dan Divisi Teknologi. KORDA: (Koordinator Daerah) setiap Kabupaten ada satu Korda berfungsi sebagai penyebar sarana produksi, bimbingan teknis, pemasaran bibit dan hasil. Setiap Korda memiliki anggota terdiri dari peternak, belantik, pedagang sate dan pedagang domba. Pertemuan seluruh Korda diatur oleh sekretaris pusat FKPDK setiap 3 bulan di masing-masing Korda secara bergantian. ADPOSI TEKNOLOGI Pesyaratan suatu teknologi agar diadopsi dan diaplikasi pengguna meliputi: a) memiliki tingkat efisiensi baik teknis maupun ekonomis, b) perangkat teknologi mudah diaplikasikan, dan praktis penggunaannya, c) murah, terjangkau dan dapat disimpan lama dalam jumlah cukup, e) mampu menghemat tenaga kerja, sehingga skala ekonomi usaha tercapai. Pada umumnya suatu hasil teknologi pada pengkajian atau penelitian hasilnya cukup bagus. Namun saat peternak ingin mengadopsi menemui kesulitan untuk memperoleh perangkat teknologinya. Beberapa permasalahan klasik adalah dimana 77

Ruly Hardianto: Proses Perakitan dan Pengembangan Teknologi Pakan Lengkap (Complete Feed) Untuk Mendukung Agribisnis Ternak Domba mendapatkan produk teknologi tersebut, bagaimana menggunakan dan bila terbukti produksi meningkat, peternak mengalami kesulitan pemasaran hasil produksi. Hal tersebut disebabkan karena tahapan kegiatan pengkajian tidak dilaksanakan secara tuntas. Biasanya hanya sebatas pelaksanaan, temu lapang dan laporan. Padahal suatu teknologi akan memiliki nilai komersial dan aplikatif apabila dilanjutkan dengan memproduksi perangkat komponen teknologi beserta system operasionalnya secara komersial, distribusi bagus, dilengkapi dengan jaringan pasar, sehingga memiliki sifat ready to use. Dewasa ini peternak lebih menyukai produk teknologi terapan yang bersifat instan, mudah diproduksi dan praktis penggunaan, penyimpanan serta memiliki keuntungan komparatif dan kompetitif. Tingkat adopsi teknologi complete feed oleh para peternak diukur berdasarkan parameter perkembangan dan penyebaran penggunaan pakan complete feed pada ternak domba pada tahun 2001 dan 2002 (Tabel 8). Pada Tabel 8 terlihat bahwa dalam hal penggunaan produk pakan, penyebaran penggunaan complete feed yang diproduksi oleh pabrik di Jawa Timur cukup menyebar ke berbagai daerah. Wilayah pemasaran Complete Feed terus berkembang dan menyebar, hampir meliputi seluruh daerah Jawa Timur, diikuti sebagian wilayah Jawa Tengah, DIY, Bali, NTB, Lampung, Jawa Barat, DKI, serta pada bulan September 2002 telah diexport perdana ke Republik Timor Leste sebanyak satu kontainer melalui pelabuhan Tanjung Perak-Surabaya. Hal yang masih perlu dikembangkan adalah tingkat adopsi oleh para peternak atau kelompok peternak dan koperasi peternak dalam aplikasi pembuatan pakan complete feed secara swadaya dengan menggunakan bahan baku pakan setempat. Untuk merealisasikan tujuan tersebut, perlu dijajagi kerjasama dengan produsen pembuatan mesin dan peralatan untuk merancang kapasitas mesin dan peralatan pengolahan limbah pertanian dan limbah agroindustri dalam skala kecil yang harganya terjangkau oleh kemampuan para peternak. KESIMPULAN 1. Teknologi pakan lengkap (Complete Feed) yang diintroduksikan sudah diadopsi oleh para peternak serta dikomersialisasikan oleh pihak swasta. Penyebaran lokasi penggunaan pakan complete feed pada ternak domba telah meluas meliputi Jawa Timur, Jawa Tengah, Jogjakarta, Jawa Barat, DKI Jakarta, Lampung, Bali dan NTB, serta telah diekspor ke Republik Timor Leste. 2. Aplikasi pakan lengkap pada usaha penggemukan domba berdampak pada peningkatan produktivitas, pendapatan peternak, efisiensi usaha penggemukan terutama pada aspek tenaga kerja dan penggunaan lahan, serta waktu pemeliharaan. Introduksi teknologi pakan lengkap telah memberikan dampak terhadap tumbuh dan berkembangnya kegiatan agribisnis di masyarakat mulai dari perdagangan limbah pertanian dan limbah agroindustri untuk bahan baku pakan, usaha penggemukan dan pembibitan domba. SARAN DAN REKOMENDASI 1. Guna mengoptimalkan pemanfaatan limbah pertanian dan limbah agroindustri untuk produksi pakan lengkap (Complete Feed) maka diperlukan informasi, identifikasi dan pembuatan peta potensi bahan lokal baik berupa limbah pertanian, perkebunan, limbah agroindustri di tiaptiap wilayah sehingga diketahui jenis-jenis pakan alternatif spesifik lokasi. 2. Model penggemukan ternak domba dengan penggunaan pakan Complete Feed perlu dikembangkan di daerahdaerah sentra produksi ternak domba, khususnya pada agroekosistem lahan kering iklim kering. Kerjasama kemitraan dengan pihak swasta daerah dapat dijadikan model dalam agribisnis ternak domba dalam bentuk yang saling menguntungkan. 3. Untuk meningkatkan nilai tambah sumber bahan baku pakan yang berupa limbah pertanian dan limbah agroindustri, maka perlu diupayakan terobosan dalam peningkatan aspek kualitasnya, mobilisasi dan manajemen limbah, serta pengadaan alat dan mesin pengolahan limbah yang tepat guna, murah dan terjangkau untuk skala kelompok tani di pedesaan.

78

Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian 6: 67-80

ISSN: 1410~8976

DAFTAR PUSTAKA Chuzaemi. S. 2002. Arah dan Sasaran Penelitian Nutrisi Sapi Potong di Indonesia. Makalah dalam Workshop Sapi Potong, Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan dan Loka Penelitian Sapi Potong, Grati. Malang 11-12 April 2002. Hardianto, R, D, E. Wahyono, H. Gunawan, B. Tanim dan Sunarto. 2000. Studi Kelayakan Usaha Pabrik Pakan TernakComplete Feed di Propinsi Lampung. Laporan Hasil Studi Kerjasama BPTP Jawa Timur dengan MS Corporation, Lampung. Hardianto. R dan Suharyono. 2002. Kajian Pemanfaatan Limbah Pertanian dan Limbah Agroindustri Sebagai Bahan Baku Pakan Ternak di Kabupaten Tulungagung. Laporan Hasil Studi Kerjasama BPTP Jawa Timur dengan Bapeda Kabupaten Tulungagung. Siregar. S. B. 1994. Ransum Ternak Ruminansia. PT. Penebar Swadaya. Jakarta. Wahyono D.E. D.B Wiyono, U. Umiyasih, D. Pamungkas L. Afandy dan Yogowati, 1999. Kajian Teknik Penggemukan Domba Jantan. Laporan Hasil Pengkajian BPTP Karangploso, Malang. Wahyono D. E. D. Pamungkas. M. A. Yusran, D. B. Wiyono. U. Umiyasih dan Aryogi, 2001. Kajian Penggemukan Domba Ekor Gemuk Jantan Muda Melalui Perbaikan Skema Pemberian Pakan pada Tingkat Umur Bakalan. Laporan hasil Pengkajian BPTP Jawa Timur, Malang. Wijaya D. 2002. Prioritas dan Strategi Baru Pembangunan Ekonomi Jawa Timur. Buletin Litbang Dwi Bulanan Teropong Nomor 02 Edisi Desember 2001Januari 2002, Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah, Propinsi Jawa Timur, Surabaya.

79

Ruly Hardianto: Proses Perakitan dan Pengembangan Teknologi Pakan Lengkap (Complete Feed) Untuk Mendukung Agribisnis Ternak Domba Lampiran Tabel 8. Perkembangan dan penyebaran Peternak dan Populasi Tabel 8. Perkembangan dan penyebaran Peternak dan Populasi Domba yang Menggunakan Teknologi Complete Feed Domba yang

Menggunakan Teknologi Complete Feed

No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35

URAIAN DAERAH PENYEBARAN PASURUAN BLITAR MALANG KEDIRI JOMBANG MOJOKERTO TUBAN TULUNGAGUNG TRENGGALEK PROBOLINGGO LAMONGAN GRESIK TUBAN BOJONEGORO LUMAJANG SITUBONDO BONDOWOSO JEMBER BANYUWANGI BALI MATARAM NGAWI PACITAN SURABAYA BANGKALAN SAMPANG PAMEKASAN SUMENEP SUKABUMI CIANJUR BANDAR LAMPUNG PATI JEPARA JOGJAKARTA MAGELANG

2000 2001 2002 PETERNAK POPULASI PETERNAK POPULASI PETERNAK POPULASI 2 118 10 200 50 1240 97 1250 150 6600 145 7100 5 320 15 400 56 1650 20 700 35 1560 10 240 112 2150 7 200 12 550 8 150 25 750 25 725 43 1720 15 500 37 1300 20 1200 57 2000 5 300 15 475 5 240 15 600 24 720 8 300 13 420 8 295 28 1320 20 640 50 1200 5 75 15 274 5 350 15 425 15 300 20 440 2 50 5 170 3 150 25 400 30 650 4 64 12 180 5 200 7 350 3 110 5 185 2 80 5 160 8 230 12 320 4 90 2 308 2 400 2 115 3 150 1 150 1 200 5 170 10 250 1 30 2 75 3 260 2 70 2 140 413 15392 873 29624

Jumlah 104 1688 Sumber : Wahyono et. At. (2001) dan Hardianto et. Al (2002)

80

Anda mungkin juga menyukai