Anda di halaman 1dari 9

Nama : Rifka Hanifa Huwaida NPM : 1102011234 LI 1. Memahami dan Menjelaskan Anatomi Coxae dan Femur LO.1.1.

Makroskopik Anatomi Femur

Anatomi Coxae

LO.1.2. Mikroskopik Sel tulang dibagi dalam 4 jenis : 1. Ostoeprogenitor Merupakan sel jaringan penyambung yang terdapat pada permukaan tulang, berbentuk kumparan, berwarna pucat, tugas utamanya adalah bereproduksi, menghasilkan sel-sel yang akan terus berproduksi atau berdifferensiasi khusus seperti osteoblas. 2. Osteoblast Memproduksi matriks organik tulang. Osteoblast terdapat pada permukaan balok tulang, disebut daerah osteogenesis. 3. Osteocyte Osteoblast setelah membuat matriks tulang akan terperangkap di dalam matriks menjadi osteosit. Terdapat kanal-kanal kecil menjulur keluar dari lakuna, yaitu kanalikuli yang mengandung cabang sitoplasma osteosit, 4. Osteoclast Merupakan sel besar berinti banyak,sitoplasma asidofil dengan banyak vakuola, sehingga tampak berbusa.osteoklas aktif berperan dalam destruksi atau absorbsi tulang. Penulangan Interkartilaginosa / Endokondral Sebagian besar tulang terbentuk melalui proses penulangan endrokondral. Kerangka dari tulang rawan hialin ini terbentuk melalui pertumbuhan interstitial dan aposisional dari tulang rawan. Pusat pertulangan mula-mula timbul di daerah diafisis. Pada tempat ini terjadi hipertrofi kondrosit, sementara itu terjadi kalsifikasi matriks disertai disintegrasi kondrosit yang kemudian mati. Disaat bersamaan terjadi perubahan pada perikondrium. Dengan perubahan lingkungan sel perikondrium berubah menjadi osteogenik, sel bagian dalam berubah menjadi sel osteoprogenitor untuk selanjutnya berdiferensiasi menjadi osteoblas. Daerah yang tadinya merupakan tulang rawan berubah menjadi pusat penulangan. Daerah tulang rawan pada penulangan endokondral dapat dibagi menjadi beberapa zona, yaitu : 1) zona istirahat/resting, 2) zona proliferasi, 3) zona maturasi, 4) zona pengapuran/kalsifikasi, 5) zona degenerasi dan 6) zona penulangan/ossifikasi.

Remodeling Tulang Remodeling tulang (peremajaan tulang) adalah sebuah proses seumur hidup di mana sel-sel tulang tua dihapus dari tulang dan diganti dengan sel-sel tulang baru. Ada dua tahap, reabsorpsi dan pembentukan, yang perlu keseimbangan hati-hati untuk menjaga kekuatan tulang. Dengan menopause, reabsorpsi tulang lebih besar dari pembentukan tulang, aktivitas osteoblast tidak dapat bersaing dengan aktivitas osteoklas, dan wanita mulai kehilangan tulangnya lebih cepat. Keseimbangan antara aktivitas osteoblas dan osteoklas menyebabkan terus menerus diperbarui atau mengalami remodeling. Osteoklas membuat terowongan ke dalam tulang korteks yang diikuti oleh osteoblas, sedangkan remodeling tulang trabekular terjadi di permukaan trabekular. Pada kerangka manusia, setiap saat sekitar 5% tulang mengalami remodeling oleh sekitar 2 juta unit remodeling tulang. Kecepatan pembaruan untuk tulang adalah sekitar 4% per tahun untuk tulang kompak dan 20% per tahun untuk tulang trabekular. Pada anak dan remaja, aktivitas osteoblas melebihi aktivitas osteoklas, sehingga kerangka menjadi panjang dan menebal. Aktivitas osteoblas juga melebihi aktivitas osteoklas pada tulang yang pulih dari fraktur. Pada orang dewasa muda, aktivitas osteoblas dan osteoklas biasanya setara, sehingga jumlah total massa tulang konstan. Pada usia pertengahan, khususnya pada wanita, aktivitas osteoklas melebihi aktivitas osteoblas dan kepadatan tulang mulai berkurang. aktivitas osteoklas juga meningkat pada tulang. Pada usia dekade ketujuh atau kedelapan, dominasi aktivitas osteoklas dapat menyebabkan tulang menjadi rapuh sehingga mudah patah. LO.1.3. Kinesiologi Articulatio Coxae - Tulang : antara caput femoris dan acetabulum - Jenis sendi : enarthrosis spheroidea - Penguat sendi : terdapat tulang rawan pada facies lunata - Ligamentum illiofemorale yang berfungsi mempertahankan art. Coxae tetap ekstensi, menghambat rotasi femur, mencegah batang badan berputar ke belakang pada waktu berdiri sehingga mengurangi kebutuhan kontraksi otot untuk mempertahankan posisi tegak. Ligamentum ischiofemorale yang berfungsi mencegah rotasi interna. Ligamentum pubofemorale berfungsi mencegah abduksi, ekstensi dan rotasi externa. Diperkuat juga oleh ligamnetum transversum acetabuli dan ligamentum capitisfemoris. Bagian bolong disebut zona orbicularis. - Gerak sendi : Fleksi : M. Illiopsoas, M. Pectineus, M. Rectus femoris, M. Adductoir longus, M. Adductor brevis, M. Adductor magnus pars anterior tensor fascia latae Ekstensi : M. Gluteus maximus, M. Semitendinosis, M. Semimembrinosus, M. Biceps femoris caput longum, M. Adductor magnus pars posterior Abduksi : M. Gluteus medius, M. Gluteus minimus, M. Priformis, M. Sartorius, M. Tensor fasciae latae

Adduksi : M. Adductor magnus, M. Adductor longus, M. Adductor brevis, M. Gracilis, M. Pectineus, M. Obturator externus, M. Quadratus femoris Rotasi medialis : M. Gluteus medius, M. Gluteus minimus, M. Tensor fasciae latae, M. Adductor magnus (pars posterior) Rotasi Lateralis : M. Piriformis, M. Obturator internus, Mm. Gamelli, M. Obturator externus, M. Quadratus femoris, M. Gluteus maximus dan Mm. Adductores LI 2. Memahami dan Menjelaskan Fraktur LO.2.1. Definisi Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh trauma, baik langsung maupun tidak langsung. LO.2.2. Etiologi 1. Faktor Ekstrinsik Meliputi kecepatan dan durasi trauma yang mengenai tulang, arah serta kekuatan tulang. 2. Faktor Instrinsik Meliputi kapasitas tulang mengabsorbsi energi trauma, kelenturan, densitas serta kekuatan tulang. 3. Trauma Langsung Benturan pada tulang dan mengakibatkan fraktur di tempat terjadinya. 4. Trauma Tidak Langsung Titik tumpu benturan dengn terjadinya fraktur letaknya berjauhan. LO.2.3. Klasifikasi Berdasarakan Klinis a. Fraktur Tertutup : tidak ada luka yang menghubungkan fraktur dengan udara luar atau permukaan kulit atau kulit diatasnya masih utuh. b. Fraktur Terbuka : terdapat luka yang menghubungkan fraktur dengan udara luar atau permukaan kulit yang cenderung mengalami kontaminasi dan infeksi. c. Fraktur dengan Komplikasi Berdasarkan Etiologi a. Patologis b. Trauma - Langsung - Tidak Langsung c. Stress (trauma terus-menerus) Berdasarkan Radiologis a. Lokalisasi - Fraktur Diafisis - Fraktur Metafisis - Fraktur intra-artikuler b. Kontgurasi - Retak - Fraktur Oblik - Fraktur Transversal - Fraktur Segmental - Fraktur Spiral - Fraktur Longitudinal - Fraktur Kominutif - Fraktur Kompresi - Fraktur Avulsi

- Fraktur Depresi - Fraktur Impaksi

c. Ekstensi - Fraktur Total - Fraktur Tidak Total - Fraktur Buckle/Torus - Fraktur Garis Rambut - Fraktur Green Stick - Hubungan antar Fragmen d. Hubungan antar fragmen - Tidak Bergeser - Bergeser Bersampingan Angulasi Rotasi Distraksi Over-riding Impaksi http://www.scribd.com/doc/89942424/1-Fraktur-ppt http://www.scribd.com/doc/79013666/FRAKTUR LI 3. Memahami dan Menjelaskan Fraktur Collum Femoris LO.3.1. Definisi Fraktur collum femur adalah fraktur interkapsuler yang terjadi di femur proximal pada daerah yang berawal dari distal permukaan artikuler caput femur hingga berakhir di proximal daerah intertrochanter. LO.3.2. Etiologi 1. Trauma Langsung Misalnya penderita terjatuh dengan posisi miring dimana daerah trochanter mayor langsung terbentur benda keras (jalanan). 2. Trauma Tidak Langsung Gerakan eksorotasi mendadak dari tungkai bawah. Pada lansia disebabkan oleh trauma ringan dan dipengaruhi oleh faktor ketuaan. LO.3.3. Klasifikasi Fraktur Interkapsuler (terjadi di kapsul sendi pinggul) a. Fraktur Kapital : fraktur pada caput femur b. Fraktur subkapital : fraktur yang terletak di bawah caput femur c. Fraktur Transervikal : fraktur pada kolum femur

Fraktur Ekstrakapsuler (terjadi di luar kapsul sendi pinggul) a. Fraktur sepanjang Trochanter Mayor dan Minor b. Fraktur Intertrochanter c. Fraktur Subtrochanter Klasifikasi Menurut Gardens a. Grade I : fraktur inkomplit (abduksi dan terimpaksi) b. Grade II : fraktur lengkap tanpa pergeseran fragmen tulang c. Grade III : fraktur lengkap dengan pegeseran sebagian fragmen fraktur (varus malaligment) d. Grade IV : fraktur dengan pergeseran seluruh fragmen tanpa ada bagian segmen yang bersinggungan

LO.3.4. Patofisiologi Fraktur terjadi ketika tulang mendapatkan energi kinetik yang lebih besar dari yang dapat diserap oleh tulang. Pada saat terjadi fraktur periosteum, pembuluh darah sumsum tulang dan daerah sekitar ajringan lunak akan mengalami gangguan. Sementara itu pendarahan akan terjadi di bagian ujung dari tulang yang patah serta dari jaringan lunak (otot) terdekat. Hematoma akan terbentuk pada medulary canal antara ujung farktur dengan bagian dalam dari periosteum. Jaringan tulang akan segera baerubah menjadi tulang yang mati. Kemudian jaringan nekrotik ini akan secara intensif menstimulasi terjadinya peradangan yang dikarakteristikkan dengan terjadinya vasodilatasi, edema, nyeri, hilangnya fungsi, eksudasidari plasma dan leukosit, serta in filtrasi dari sel darah putih lainnya. Proses ini akan berlanjut ke pemulihan tulang yang fraktur tersebut. LO.3.5. Manifestasi Klinis 1. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai tulang dimobilisasi 2. Deformitas disebabkan karena pergeseran fragmen pada fraktur lengan atau tungkai 3. Pemendekan tulang terjadi karena kontraksi otot yang melekat di atas dan bawah tempat fraktur 4. Krepus, teraba akibat gesekan antara fragmen satu dengan fragmen lainnya 5. Pembengakakan lokal dan perubahan warna lokal pada kulit bterjadi sebagai akibat trauma dan gangguan sirkulasi yang mengikuti fraktur Dislokasi dan fraktur dislokasi sendi panggul dibagi dalam 3 jenis : 1. Dislokasi Posterior a. Tanpa fraktur b. Disertai fraktur rim posterior yang tunggal dan besar c. Disertai fraktur komunitif asetabulum bagian posterior dengan atau tanpa kerusakan pada dasar asetabulum d. Disertai fraktur caput femur 2. Dislokasi Anterior

a. Obturator b. Iliaka c. Pubik d. Disertai fraktur caput femur 3. Dislokasi sentral asetabulum a. Hanya mengenai bagian dalam dinding asetabulum b. Fraktur sebagian dari kubah asetabulum c. Pergeseran menyeluruh ke seluruh panggul disertai fraktur asetabulum yang komunitif LO.3.6. Diagnosis Anamnesis Pada penderita ditemukan riwayat trauma ataupun cedera dengan keluhan bagian dari tungkai tidak dapat digerakkan. Pemeriksaan Fisik 1. Look : Pembengkakan, memar dan deformitas (penonjolan yang abnormal, angulasi, rotasi, pemendekan) mungkin terlihat jelas, tetapi hal yang penting adalah apakah kulit itu utuh; kalau kulit robek dan luka memiliki hubungan dengan fraktur, cedera terbuka 2. Feel : Terdapat nyeri tekan setempat, tetapi perlu juga memeriksa bagian distal dari fraktur untuk merasakan nadi dan untuk menguji sensasi. Cedera pembuluh darah adalah keadaan darurat yang memerlukan pembedahan. 3. Movement :Krepitus dan gerakan abnormal dapat ditemukan, tetapi lebih penting untuk menanyakan apakah pasien dapat menggerakan sendi sendi dibagian distal cedera. Pemeriksaan Penunjang 1. X. Ray Pemeriksaan dengan sinar x harus dilakukan dengan 2 proyeksi yaitu anterior posterior dan lateral, kekuatan yang hebat sering menyebabkan cedera pada lebih dari satu tingkat karena itu bila ada fraktur pada kalkaneus atau femur perlu juga diambil foto sinar x pada pelvis dan tulang belakang. 2. Pemeriksaan Laboratorium 3. Bone scans, Tomogram, atau MRI scans 4. Arteriogram : dilakukan bila ada kerusakan vaskuler 5. CCT jika banyak kerusakan otot LO.3.7. Diagnosis Banding Fraktur collum femur di diagnosis banding dengan kelainan berikut : 1. Osteitis Pubis 2. Slipped Capital Femoral Epiphysis 3. Sanpping Hip Syndrome LO.3.8. Penatalaksanaan Terapi Konservatif 1. Proteksi 2. Immobilisasi saja tanpa reposisi 3. Reposisi tertutup dan fiksasi dengan gips 4. Traksi Terapi Operatif 1. ORIF

Adalah Metode penata pelaksanaan patah tulang dengan cara pembedahan reduksi terbuka dan fiksasi internal dimana insisi dilakukan pada tempat yang mengalami cedera dan ditemukan sepanjang bidang anatomik tempat yang mengalami fraktur, fraktur diperiksa dan diteliti. Fraktur direposisi agar menghasilkan posisi yang normal kembali, sesudah reduksi, fragmen fragmen tulang dipertahankan dengan alat alat orthopedi. Indikasi ORIF : Fraktur yang tidak bisa sembuh atau bahaya avasculair necrosis tinggi Fraktur yang tidak bisa direposisi tertutup Fraktur yang dapat direposisi tetapi sulit dipertahankan Fraktur yang berdasarkan pengalaman memberi hasil yang lebih baik dengan operasi Excisional Arthroplasty Membuang fragmen yang patah yang membentuk sendi Excisi fragmen dan pemasangan endoprosthesis Dilakukan excisi caput femur dan pemasangan endoprosthesis Moore Faktor yang mempengaruhi penyembuhan fraktur. Imoblisasi fragmen tulang Kontak fragmen tulang maksimal Asupan darah yang memadai nutrisi yangbaik Latihan pembebanan untuk tulang panjang Hormon-hormonn pertumbuhan , tiroid, kaisitonon, vitamin D, steroid dan anabolik Potensial listrik pada patahan tulang Faktor yang menghambat penyembuhan tulang Trauma lokal ekstensif Kehilangan tulang Imoblisasi tak memadai Rongga atau ajaringan diantara fragmen tulang Infeksi Keganasan lokal Penyakit tulang metabolik (paget) Tadiasi tulang (nekrosis radiasi) Nekrosis evakuler Fraktur intraartikuler (cairan senovial mengandung fibrolisin, yang akan melisis bekuan darah awal dan memperlambat pertumbuhan jendalan) Usia (lansia sembuh lebih lama) Kartikusteroid (menghambat kecepata perbaikan LO.3.9. Komplikasi 1. Kerusakan nervus skiatik 2. Kerusakan pada caput femur 3. Kerusakan pada pembuluh darah 4. Fraktur diafisis femur Komplikasi lanjut 1. Nekrosis avaskuler 2. Miositis osifikans 3. Dislokasi yang tidak dapat direduksi 4. Osteoarthritis

Komplikasi Awal 1. Syok : Syok hipovolemik atau traumatik akibat pendarahan (baik kehilangan darah eksterna maupun yang tidak terlihat) dan kehilangan cairan eksternal ke jaringan yang rusak. 2. Sindrom emboli lemak : pada saat terjadi fraktur, glubola lemak dapat masuk ke dalam pembuluh darah karena tekanan sumsum tulang lebih tinggi dari tekanan kapiler atau karena katekolamin yang dilepaskan oleh reaksi stres pasien akan memobilisasi asam lemak dalam aliran darah. 3. Sindrom kompartemen : merupakan masalah yang terjadi saat perfusi jaringan dalam otot kurang dari yang dibutuhkan untuk kehidupan jaringan. Bisa disebabkan karena penurunan ukuran kompartemen otot karena fasia yang membungkus otot terlalu ketat, penggunaan gips atau balutan yang menjerat ataupun peningkatan isi kompartemen otot karena edema atau perdarahan sehubungan dengan berbagai masalah (iskemi, cidera remuk). Komplikasi lambat 1. Delayed union : proses penyembuhan tulang yang berjalan dalam waktu yang lebih lama drai perkiraan (tidak sembuh setelah 3-5 bulan) 2. Non union : keghagalan penyambungan tulang setelah 6-9 bulan 3. Mal union : proses penyembuhan tulang berjalan normal terjadi dalam waktu yang semestinya, namun tidak dengan bentuk aslinya atau abnormal. LO.3.10. Prognosis

Anda mungkin juga menyukai