Anda di halaman 1dari 28

TUGAS ENERGI TERBARUKAN PROPOSAL TA KEMAMPUAN PENYERAPAN KALOR RADIASI MATAHARI OLEH SOLAR WATER HEATER BERDASARKAN WAKTU

U DI DAERAH CILEGON

Disusun Oleh :

ALOYSIUS FERNANDO
3331081412

JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA CILEGON - BANTEN 2011

JUDUL

KEMAMPUAN PENYERAPAN KALOR RADIASI MATAHARI OLEH SOLAR WATER HEATER BERDASARKAN WAKTU DI DAERAH CILEGON ABSTRAK Matahari dapat dikatakan sebagai sumber dari segala aktifitas kehidupan manusia di muka bumi. Energi yang dihasilkan oleh matahari adalah energi panas dan energi cahaya. Dengan pemanfaatan energi matahari yang gratis dan berlimpah serta dirancang sesuai iklim Indonesia, energi radiasi matahari dapat dimanfaatkan untuk sistem pemanas air solar water heater. Datangnya radiasi matahari yang tidak konstan sepanjang hari, mengakibatkan pemanfaatannya sebagai sistem pemanas air juga tidak tetap. Oleh karena itu, dilakukan penelitian mengenai besarnya energi radiasi matahari yang digunakan untuk memanaskan air pada solar water heater. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis untuk mengolah data. Dengan batasan temperatur air panas yang harus tersedia ditentukan berkisar antara 40 60 C karena tidak membahayakan dan dapat disimpan sebagai air mandi Dari hasil pengujian serta perhitungan, maka akan diperoleh besarnya nilai kalor dari radiasi matahari yang berhasil diserap oleh kolektor.Sehingga dapat diketahui nilai efisiensi dari kerja kolektor untuk tiap jam pada tiap hari pengujian dengan warna pipa yang berbeda.. Dimana nilai efisiensi dari pipa tembaga yang menggunakan warna hitam lebih besar yakni rata-rata sebesar 82.54 % dibandingkan dengan warna asli dari tembaga yang hanya rata-rata sebesar 26.4 %.

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Hampir 65% energi yang digunakan berasal dari bahan bakar fosil,

dimana saat ini ketersediaannya terbatas. Berdasarkan hasil survey, penggunaan energi di dunia masih menggunakan energi tak terbarukan sebagai tumpuan utama dalam penyediaan energi. Padahal telah diketahui bahwa energi terbarukan memiliki potensi yang sangat besar. Untuk memenuhi kebutuhan energi yang terus meningkat tersebut, maka perlu dilakukan pemanfaatan energi terbarukan sebagai sumber energi alternatif. Pemanfaatan energi terbarukan ini memiliki banyak keuntungan diantaranya adalah tidak mencemari lingkungan dan dapat didaur ulang. Namun, sampai saat ini potensi energi terbarukan belum banyak dimanfaatkan, padahal di Indonesia, potensi energi ini sangat besar. Sebagai salah satu energi alternatif dan terbarukan, energi matahari merupakan salah satu potensi energi yang sangat potensial untuk dikembangkan. Matahari

menghasilkan energi panas (melalui radiasi) dan juga energi cahaya. Matahari dapat dikatakan sebagai sumber dari segala aktifitas kehidupan manusia di muka bumi. Energi yang dihasilkan oleh matahari adalah energi panas dan energi cahaya. Besar energi radiasi matahari yang jatuh ke bumi, tiap satu satuan luas adalah sekitar 1000 W/m dalam keadaan cerah. Energi yang berasal dari matahari dapat dimanfaatkan secara langsung maupun tidak langsung.

Dengan berkembangnya teknologi dan meningkatnya gaya hidup masyarakat, banyak teknologi yang diciptakan dengan menggunakan sumber dari sinar matahari. Contohnya, pancaran radiasi panas matahari tersebut dapat dimanfaatkan untuk mentenagai suatu sistem. Salah satunya adalah sistem pemanas air (water heater), pemanas air merupakan satu contoh produk yang sekarang ini banyak diminati untuk mencukupi kebutuhan rumah tangga, perhotelan, pusat perbelanjaan maupun restoran. Dengan pemanfaatan energi matahari yang gratis dan berlimpah serta dirancang sesuai iklim Indonesia, solar
water heater

menjadi pilihan terbaik alat pemanas air yang hemat energi dan

aman. Datangnya radiasi matahari yang tidak konstan sepanjang hari, mengakibatkan pemanfaatannya sebagai sistem pemanas air juga tidak tetap. Oleh karena itu, dilakukan penelitian mengenai besarnya energi radiasi matahari yang digunakan untuk memanaskan air pada solar water heater.

12

Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas dapat di rumuskan suatu permasalahan

dari radiasi matahari yang dapat berubah-ubah tiap waktu pada setiap hari. Oleh karena itu, ketidak seragaman kondisi radiasi matahari perlu dilakukan penelitian mengenai kemampuan solar water heater dalam menyerap energi matahari dari radiasi tersebut. Sehingga dapat diketahui jumlah kalor radiasi matahari yang

mampu diserap oleh air pada solar water heater yang dipasang pada atap suatu bangunan.

1.3

Batasan Masalah Dalam penyusunan tugas akhir kali ini, adapun yang menjadi batasan

masalah, antara lain sebagai berikut : 1. Perhitungan laju panas dan panas yang diserap oleh fluida kerja dimulai dari jam 08.00 sampai 17.00, dengan selisih waktu 60 menit untuk setiap perhitungan. 2. Pelat yang digunakan untuk mengalirkan air menggunakan material tembaga. 3. Jumlah panas radiasi matahari yang mampu diserap air ditentukan oleh peningkatan kandungan kalor dalam air. 4. 5. Variasi warna plat adalah warna asli tembaga dan warna hitam. Posisi matahari pada saat pengujian dianggap sejajar dengan posisi kolektor. 6. Penelitian ini tidak membahas komponen maupun kinerja dari pompa.

1.4.

Tujuan Penelitian Ada beberapa tujuan yang akan dicapai dari pelaksanaan tugas akhir ini.

Adapun tujuannya antara lain :

1. Mengetahui hubungan antar jumlah kalor radiasi matahari yang mampu diserap air terhadap kondisi lingkungan berdasarkan tiap waktu yang ditentukan. 2. Mengetahui pengaruh warna pelat tembaga yang digunakan pada saat menyerap kalor radiasi matahari.

BAB II LANDASAN TEORI

2.1.

Radiasi Matahari Matahari merupakan sumber energi utama bagi kelangsungan hidup di

muka bumi demgan komposisi : 80% hidrogen, dan 20% helium. Bintang ini memiliki diameter 1.392.400 km dan massa sekitar 1,987 x 10 kg. Berat jenis matahari adalah sekitar 1410 kg/m. Sebagai perbandingan, diameter bumi sekitar12.170 km, dengan massa sekitar 6 x 24 kg, dan massa jenis sekitar 5517 kg/m. Temperatur matahari yang dekat dengan titik pusatnya diperkirakan adalah 2 x 10 K. Matahari dapat dikatakan sebagai sumber dari segala aktifitas kehidupan manusia di muka bumi. Energi yang dihasilkan oleh matahari adalah energi panas dan energi cahaya. Besar energi radiasi matahari yang jatuh ke bumi, tiap satu satuan luas adalah sekitar 1000 W/m dalam keadaan cerah. Energi yang berasal dari matahari merupakan salah satu sumber energi alternatif yang dapat dimanfaatkan secara langsung maupun tidak langsung. Bedasarkan data penyinaran matahari yang dihimpun dari beberapa lokasi di Indonesia, radiasi surya di Indonesia dapat diklasifikasikan sebagai berikut : 1) Untuk Kawasan Barat Indonesia (KBI) sekitar 4,5 kWh/m/hari dengan variasi bulanan sekitar 10 %.

2) Untuk Kawasan Timur Indonesia (KTI) sekitar 5,1 kWh/m/hari dengan variasi bulanan 9 %. 3) Dengan demikian, potensi radiasi rata-rata di Indonesia sekitar 4,8kWh/m/hari dengan variasi bulanan 9.5 %. Tabel 2.1. Radiasi Penyinaran Matahari di Indonesia Februari 2008

(sumber http://theindonesiannoor.com)

2.1.1. Sifat-Sifat Radiasi Pada gelombang elektromagnet berjalan melalui suatu medium (vakum) dan mengenai suatu permukaan atau medium lain maka sebagian gelombang akan dipantulkan, sedangkan gelombang yang tidak dipantulkan akan menembus ke dalam medium atau permukaan yang dikenainya. Pada saat melalui medium gelombang secara berkelanjutan akan mengalami pengurangan. Jika pengurangan tersebut berlangsung sampai tidak ada lagi gelombang yang akan menembus

permukaan yang dikenainya maka permukaan itu disebut sebagai benda yang bertingkahlaku seperti benda hitam. Jika gelombang melalui suatu medium tanpa mengalami pengurangan hal ini disebut sebagai benda (permukaan) transparan dan jika hanya sebagian dari gelombang yang mengalami pengurangan hal ini disebut sebagai permukaan semi transparan. Suatu benda bertingkahlaku seperti benda hitam, transparan atau semi transparan tergantung kepada ketebalan lapisan materialnya. Benda logam biasanya bersifat seperti benda hitam. Benda non logam umumnya memerlukan ketebalan yang lebih besar sebelum benda ini bersifat seperti benda hitam. Permukaan yang bersifat seperti benda hitam tidak akan memantulkan cahaya radiasi yang diterimanya, oleh karena itu kita sebut sebagai penyerap paling baik atau permukaan hitam. Jadi permukaan yang tidak memantulkan radiasi akan terlihat hitam oleh kita karena tidak ada sinar radiasi yang dipantulkan mengenai mata kita. Benda hitam merupakan penyerap dan penghasil energi yang baik pada setiap panjang gelombang dan arah radiasi.

2.2.

Dasar-Dasar Perpindahan Kalor Definisi dari perpindahan kalor adalah berpindahnya energi dari suatu

daerah ke daerah lainya sebagai akibat perbedaan suhu antara daerah-daerah tersebut. Secara umum perpindahan kalor dapat dikategorikan dalam tiga cara yang berbeda , yaitu :

a) Perpindahan kalor secara konduksi Konduksi adalah suatu proses dimana kalor mengalir dari daerah yang bersuhu tinggi menuju daerah yang bersuhu lebih rendah di dalam satu media (padat, cair dan gas), atau antara media-media yang berlainan yang bersinggungan secara lansung. Untuk menghitung laju aliran secara konduksi dapat dijabarkan dalam suatu persamaan yang dinyatakan dengan hukum Fourier, yaitu [3] :

...pers. ( 2.1)

Dimana: Qkond = Laju perpindahan kalor dengan cara konduksi, (W) k A = Konduktivitas thermal, (W/m.K) = Luas penampang tegak lurus pada aliran kalor, (m) = Gradien temperatur dalam arah aliran panas

Dalam aliran kalor konduksi, perubahan energi terjadi karena hubungan molekul secara lansung tanpa adanya perpindahan molekul-molekul yang cukup besar. b) Perpindahan Kalor Secara Konveksi Konveksi adalah proses perpindahan kalor dengan kerja gabungan dan kalor konduksi, menyimpan energi dan gerakan mencampur. Perpindahan kalor secara konveksi sangat penting sebagai mekanisme perpindahan kalor antara

permukaan benda padat dan cairan atau gas. Panas secara konveksi menurut cara menggerakannya dibagi dua bagian yaitu : a) Konveksi alamiah (free convection) terjadi jika gerakan mencampur berlangsung, semata-mata akibat dari perbedaan kerapatan yang disebabkan oleh gradien massa jenis. b) Konveksi paksa (forced convection) terjadi jika gerakan mencampur di sebabkan oleh suatu alat dari luar, seperti pompa atau kipas. Pada umumnya, perpindahan kalor dengan cara konveksi antara suatu permukaan dengan suatu fluida dapat dihitung dengan suatu persamaan, yaitu [3] : ...pers. ( 2.2) Dimana : Qkonv =Laju perpindahan panas dengan cara konveksi, (W) A H Tf Tw = Luas permukaan perpindahan kalor, (m) = Koefesien konveksi, (W/(m.K)) = Temperatur fluida, (K) = Temperatur dinding, (K)

c) Perpindahan Kalor Secara Radiasi Radiasi adalah proses dimana kalor mengalir dari benda bersuhu tinggi menuju ke suatu benda yang bersuhu lebih rendah, bila benda-benda itu terpisah dalam ruangan dan bahkan bila terdapat ruang hampa di antara benda-benda tersebut.

Untuk menghitung laju pancaran radiasi pada suatu permukaan dapat digunakan persamaan sebagai berikut [3] : Q = ..A.( T1 T2) Dimana : Q = Laju perpindahan kalor radiasi, (W)

...pers. (2.3)

= Emisivitas benda, (0<


= -

<1)

T1 T2
A

= Temperatur permukaan pertama , (K)


=

Temperatur permukaan kedua , (K)

= Luas permukaan bidang, (m)

2.3.

Pemanas Air Hasil perkembangan dunia teknologi yang menggunakan energi alternatif

untuk menggerakkan suatu sistem, semakin banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Bagi sebagian manusia yang memiliki tingkat kepadatan dalam beraktifitas, kadangkala membutuhkan sedikit waktu untuk menyegarkan kembali kondisi tubuhnya dengan cara mandi dengan menggunakan air panas. Dunia teknologi telah mengembangkan berbagai jenis pemanas air untuk mempermudah manusia untuk memenuhi kebutuhan air hangat. Pada saat ini terdapat beberapa jenis pemanas air yang mempunyai sumber tenaga yang berbeda-beda. Akan tetapi, setiap jenis pemanas air tersebut memiliki

kekurangan dan kelebihan masing-masing. Terdapat beberapa contoh pemanas air yang dibedakan berdasarkan sumber tenaga yang digunakan untuk memanaskan air sebagai fluida kerjanya : a) Pemanas air dari listrik. Pemanas air jenis ini memiliki resiko bahaya lebih besar daripada jenis lainnya. karena jika salah cara mengunakannya, dapat mengakibatkan kontak listrik langsung dengan pengguna. Namun untuk menghindarkan kontak listrik tersebut dapat dipasang anti kontak pada pemanas air. b) Pemanas air dari gas. Jenis water heater ini menggunakan tabung gas untuk memanaskan air, dan lebih aman digunakan dibandingkan water heater dari listrik. Namun memerlukan waktu beberapa menit untuk mengubah air menjadi panas. c) Pemanas air dari matahari Yaitu pemanas air menggunakan energi panas matahari, dimana panas matahari di simpan yang kemudian digunakan untuk memanaskan air, dan dipasang diatap rumah. dibandingkan kedua jenis water heater diatas, pemanas air tenaga matahari paling aman. Namun kekurangannya, jika cuaca mendung dan tidak ada matahari, air tidak menjadi panas. Untuk mengatasi hal tersebut, ada produsen water heater yang mendesain secara otomatis menggunakan listrik 1000 watt untuk memanaskan

airnya. Harganya pun lebih mahal dibandingkan water heater listrik dan gas. Agar pemakaian listrik tidak terlalu boros, termostat water heater dapat diatur tidak terlalu panas, jadi water heater tidak nyala terus menerus.

2.4.

Pemanas Air Tenaga Surya Keberadaan posisi indonesia pada tropis, memungkinkan setiap manusia

untuk memanfaatkan energi matahari. Di samping persediaan energi yang tak terbarukan semakin menipis, penggunaan energi terbarukan seperti matahari sangat membantu manusia untuk memanaskan air.

2.4.1. Kolektor surya plat datar Kolektor surya plat datar merupakan suatu peralatan yang dapat digunakan untuk memanaskan air. Kolektor tersebut menyerap energi radiasi dari matahari dan mengkonversikannya menjadi panas pada pipa-pipa kolektor. Komponenkomponen sebuah kolektor surya plat datar terdiri dari permukaan sebagai penyerap energi radiasi matahari yang kemudian di refleksikan ke pipa-pipa pengalir fluida. Penutup tembus cahaya berfungsi mengurangi efek radiasi dan konveksi yang hilang ke atmosfir. Pipa-pipa aliran fluida berfungsi mengalirkan fluida yang akan dipanaskan serta isolasi untuk mengurangi kerugian konduksi ke lingkungan.

Gambar 2.1. Aliran energi radiasi matahari pada kolektor dengan satu pelat penutup [9].

Kolektor pelat datar dapat dibedakan lagi berdasarkan jenis fluida kerjanya, yaitu kolektor pelat datar untuk air dan kolektor pelat datar untuk udara. Dibawah ini akan dijelaskan kolektor pelat datar yang digunakan pada sistem pemanas air surya. Kolektor pelat datar terdiri dari empat elemen dasar: 1. Absorber. Berfungsi untuk menyerap radiasi matahari yang datang dan memindahkan energi panas ini ke fluida. Terdiri dari pelat absorber (sirip), pipa pengumpul. Pelat absorber (sirip) berfungsi untuk memperluas permukaan penyerap panas. Panas ini kemudian diserap oleh air dalam pipa-pipa pengumpul yang dihubungkan dengan pipa induk. 2. Penutup transparan. Berfungsi untuk mengurangi kehilangan panas radiasi dan perpindahan panas konveksi dari kolektor kesekeliling.

3. Isolasi. Berfungsi untuk mengurangi kehilangan panas dari bagian-bagian absorber yang tidak terkena matahari. 4. Rangka dan rumah (casing) kolektor. Tempat untuk meletakkan seluruh komponen pada posisinya dan menyangga berat kolektor.

Gambar 2.2. Bagian- bagian kolektor pelat datar [8]. 2.4.1.1. Pelat Absorber

Karakteristik optik dari pelat absorber sangat berpengaruh terhadap efisiensi dimana radiasi matahari yang datang diubah menjadi energi berguna. Sifat permukaan yang melakukan reradiasi panjang gelombang termal menentukan banyaknya losses radiasi secara langsung. Rugi-rugi ini tetap ada pada kolektor meskipun terdapat pelat penutup karena luas pemukaan kolektor cukup besar. Besar pemantulan cahaya tampak dan infra merah sangat menentukan seberapa besar energi panas yang diserap.

Gambar 2.3. Fungsi kerja pelat absorber [8]

Pelat absorber yang ideal memiliki permukaan dengan absorptivitas yang tinggi untuk menyerap sebanyak mungkin radiasi matahari, akan tetapi memiliki emissivitas yang rendah untuk meminimalkan losses secara reradiasi. Tabel 2.2. Nilai emisivitas dan absoptovitas dari beberapa material [1].

2.4.1.2.

Kaca Penutup Transparan Pada sistem kerja solar collector dibutuhkan sebuah material yang

digunakan untuk menangkap pancaran radiasi matahari. Umumnya material yang dipakai sebagai pentup kolektor ini digunakan untuk meneruskan gelombang radiasi matahari hingga menuju ke pelat kolektor. Material penutup kolektor harus mempunyai nilai transmisivitas yang tinggi, sedangkan absorpsivitas dan refleksivitas yang seminimal mungkin. Hal ini disebabkan karena radiasi matahari yang diterima oleh pelat penutup harus dapat diteruskan secara maksimal ke pelat absorber agar energi radiasi tersebut sebanyak-banyaknya dipindahkan ke fluida kerja.

Gambar 2.4. Transmisivitas kaca penutup berdasarkan sudut datang [1]. Ada banyak material yang dapat meneruskan radiasi matahari dengan baik, tetapi menyerap sedikit energi dari sinar yang datang. Kaca, udara, air dan bahan plastik yang transparan termasuk diantara material tersebut. Secara umum, kaca menyerap 5-10% dari sinar yang datang.

2.4.2. Storage tank atau tanki penyimpanan Storage tank berfungsi sebagai penyimpan air panas dalamsistem pemanas air, yang kemudian digunakan untuk berbagai kebutuhan. Adapun material yang umum digunakan sebagai bahan dasar pembuatan tanki penyimpanan adalah baja tahan karat (stainless steel). Penggunaan material ini didasarkan pada karakter stainless steel yang tahan terhadap pengaruh perubahan temperatur dan efek korosi yang dihasilkan oleh medium fluida (air). Tangki dibuat berbentuk silinder horizontal dan dilengkapi dengan 3 buah pipa dengan fungsi masing-masing, yaitu : 1. Saluran air panas dari kolektor Untuk saluran air yang telah dipanaskan di kolektor. Air yang tersirkulasi akan didinginkan di dalam tangki. Sehingga pada saat air akan masuk kembali ke dalam kolektorm temperaturnya telah menurun. 2. Saluran air dingin Pipa ini berfungsi sebagai saluran air dingin ke kolektor dan sebagai saluran masuk untuk air dingin pengganti. 3. Saluran pengambilan air panas / pemakaian Berfungsi untuk mengalirkan air panas yang akan digunakan.

Gambar 2.5. Tangki penyimpanan air panas [8]

2.5.

Proses Transfer Energi Konveksi Konveksi secara umum merupakan pergerakan dari molekul yang berada

dalam fluida (misalnya cairan atau gas). Konveksi merupakan salah satu dari beberapabentuk utama akan transfer panas (heat transfer) dan transfer massa (mass transfer). Di dalam thermosyphon transfer energi konveksi berawal dari radiasi energi matahari yang memanaskan solar collector. Di dalam solar collector terdapat beberapa elemen penyerap energi radiasi ini, di antaranya pelat alumunium yang membentuk fin atau sayap. Plat ini kemudian menutupi rangkaian pipa-pipa tembaga yang di dalamnya mengalir fluida (air). Oleh karena energi dari radiasi matahari,maka proses transfer panas konveksi pun terjadi, akibatnya fluida di dalam pipa mengalami peningkatan suhu, sehingga tingkat densitasnya pun berubah yang berakhir pada terjadinya sirkulasi air di dalam sistem pemanas air.

2.6.

Karakteristik Radiasi dari Permukaan yang Bertingkahlaku Seperti Benda Hitam Sifat dari permukaan radiasi (emisivitas) didefinisikan sebagai

perbandingan radiasi yang dihasilkan oleh permukaan terhadap radiasi yang dihasilkan oleh permukaan benda hitam pada temperatur yang sama. Emisivitas mempunyai nilai yang berbeda tergantung kepada panjang gelombang dan arahnya. Nilai emisivitas bervariasi dari 0 sampai dengan 1, dimana benda hitam mempunyai nilai emisivitas 1.

Gambar 2.6. Grafik Nilai total, normal emisivitas dari beberapa benda [2].

2.7.

Kesetimbangan Energi pada Kolektor Pelat Datar Langkah awal untuk melakukan analisis kolektor pelat datar adalah

kesetimbangan energi. Kesetimbangan energi ini menunjukkan adanya energi matahari yang diterima menjadi energi yang berguna, rugi-rugi termal dan rugirugi optik. Dengan mengasumsikan kolektor beroperasi dalam keadaan tunak, energi panas yang digunakan (Qu) sama dengan energi yang diserap (Qa) dikurangi dengan rugi-rugi ke sekeliling (Qloss).

Qa = Qu + Qloss

...pers. ( 2.4)

Energi panas yang diserap sebanding dengan perkalian intensitas radiasi matahari yang datang ( It )dengan nilai transmisi absorpsi rata rata(T) [1].
=S. . () .

...pers. ( 2.5)

Energi thermal yang hilang dari kolektor ke sekeliling dengan konduksi konveksi, dan radiasi infra merah dapat diwakili dengan koefisien kehilangan panas keseluruhan terhadap perbedaan antara temperatur rata-rata pelat absorber, Tp , temperatur isolator dan temperatur lingkungan Ta. Persamaan rugi-rugi

termal didefinisikan sebagai berikut [1] : = UL (Tin Ta ). Ac = + ( - ) ( - ) + ( - ) ...pers. ( 2.6)

Ukuran kinerja kolektor adalah efisiensi kolektor, yang didefinisikan sebagai perbandingan dari energi yang berguna sepanjang periode waktu tertentu terhadap energi matahari yang datang dalam periode waktu yang sama [1].

...pers. ( 2.7)

Dimana : Ac adalah luas penampang dari solar kolektor

Nilai dari efisiensi kolektor biasanya berkisar antara nol dan satu. Tetapi bernilai negatif ketika radiasi yang datang tidak dapat mengimbangi rugi-rugi yang terjadi. 2.8. Koefisien Kehilangan Panas Kolektor Keseluruhan Pada beberapa lokasi tertentu pada pelat kolektor dimana temperaturnya adalah Tp sejumlah energi matahari diserap oleh pelat yang sebanding dengan radiasi matahari yang datang dikurangi rugi-rugi optik. Energi yang diserap ini akan didistribusikan menjadi losses melalui bagian atas dan bawah kolektor, dan juga menjadi energi berguna.

Gambar 2.7.. Rangkaian thermal kolektor dengan satu pelat penutup [6]

R3/R4 = Penjumlahan tahanan termal konveksi akibat sekeliling dan tahanan termal radiasi. R2 = Penjumlahan tahanan termal konveksi dalam ruang antara kaca dengan pelat absorber dan tahanan termal radiasi. R1 Ta Tc1 Tp Tb = Tahanan termal konduksi isolasi = Temperatur sekeliling. = Temperatur kaca. = Temperatur pelat absorber. = Temperatur isolasi bagian bawah.

Rugi-rugi energi yang melewati bagian atas kolektor disebabkan oleh konveksi dan radiasi diantara pelat sejajar. Perpindahan energi antara pelat kolektor yang bertemperatur Tp dan pelat penutup yang bertemperatur Tc adalah sama dengan rugi-rugi energi ke sekeliling dari pelat penutup atas. Rugi-rugi yang melewati bagian atas kolektor tiap satu satuan luas adalah sama dengan perpindahan energi panas dari pelat absorber ke pelat penutup [1] :

...pers. ( 2.8)

hp-c= koefisien perpindahan panas antara pelat kolektor dan pelat penutup.
Dimana hp-c = W/mC ...pers. ( 2.9)

Persamaan ini berlaku jika antara absorber dan kaca memiliki media untuk menghantarkan panas.

Dengan melinearkan perpindahan panas secara radiasi, maka [1] : ...pers.(2.10)

Dimana : =
( )( )

...pers. ( 2.11)

Tahanan R2, dinyatakan sebagai [1] :

...pers. ( 2.12)

Persamaan untuk tahanan dari pelat penutup atas ke sekeliling, R3 sama dengan persamaan R2 tetapi koefisien perpindahan panas konveksi-nya adalah untuk angin yang bertiup di sekitar kolektor. Tahanan radiasi dari bagian atas pelat penutup memperhitungkan perubahan radiasi dengan langit pada Ts. Diambil referensi untuk tahanan ini dengan temperatur lingkungan Ta. Maka koefisien perpindahan panas secara radiasi dapat ditulis sebagai berikut [1] : ...pers. ( 2.13)

Dimana : Ts =
...pers.

( 2.14)

tahanan ke sekeliling ditulis sebagai [1] :

R3 =

...pers. ( 2.15)

Dimana

merupakan koefisien perpindahan panas akibat angin. Dimana

menurut Wattmuf et all (1977) nilai dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan [1] : = 2.8 + 3.0 V Dengan V = kecepatan angin ( m/s ) untuk sistem satu pelat penutup, koefisien rugi-rugi untuk bagian atas pelat kolektor ke sekeliling adalah [1] : W/mC ...pers. ( 2.16)

Ut =

...pers. ( 2.17)

Sedangkan untuk koefisien rugi rugi bagian bawah kolektor ( Ub ), dapat dinyatakan sebagai berikut [1] :

...pers. ( 2.18)

dengan k = konduktivitas thermal isolasi dan L = ketebalan isolasi. Menurut Whillier, koefisien rugi rugi bagian tepi dari kolektor dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut [1] :
=

...pers. ( 2.19)

Dimana : Ac = luas penampang kolektor = keliling kolektor U =

dengan k = konduktivitas thermal bagian sisi dan L = ketebalan sisi kolektor. Sehingga koefisien rugi-rugi kolektor keseluruhan( UL), dapat dituliskan sebagai berikut [1] : ...pers. ( 2.20)

BAB III PERSIAPAN PENGUJIAN DAN ALAT UJI 3.1. Metodologi Penelitian
mulai Pemilihan material dan lokasi pengujian

Pembuatan / perakitan peralatan pengujian

Pemasangan alat ukur

Pengambilan data pengujian Pengolahan data hasil pengujian

lengkap

Y
perakitan peralatan pengujian dengan variasi warna Pemasangan alat ukur

Pengambilan data pengujian

lengkap

Y
Pengolahan data hasil pengujian Perbandingan Kesimpulan Selesai

Gambar 3.1. Diagram alir percobaan dengan menggunakan variasi warna absorber.

Anda mungkin juga menyukai