Anda di halaman 1dari 15

BAB I PENDAHULUAN

2.1. Latar Belakang Narkoba, suatu kata yang tidak asing lagi di telinga kita. Semakin tahun penggunaan narkoba di Indonesia semakin meningkat. Ada berbagai macam jenis narkoba yang bisa didapatkan dengan mudah di Indonesia, salah satunya adalah Metamfetamin. Metamfetamin adalah suatu stimulant dan termasuk salah satu narkotika yang sering disalahgunakan di Indonesia.Metamfetamine serupa dengan amfetamin perbedaannya dalam perbandingan antara efek sntral dan perifer. Metamfetamin (disebut juga "es") adalah bentuk zat murni yang disalahgunakan dengan cara dihirup, dihisap, atau injeksi intravena Efek psikologisnya berlangsung berjam-jam dan sangat kuat. Metamfetamin adalah obat sintetik yang dapat dibuat secara domestik di laboratorium illegal.9 Menurut Badan Narkotika Nasional Kecenderungan penggunaan

metamfetamin berdasarkan jumlah barang bukti yang disita menunjukkan peningkatan sejak 2003 hingga kini. Efek dari metamfetamin sangat banyak mulai dari efek fisikyang dapat terjadi berupa anoreksia, hiperaktivitas, dilatasi pupil, kemerahan pada kulit.Efek psikologis berupa euforia, cemas, peningkatan libido, peningkatan kewaspadaan, konsentrasi, kepercayaan diri.Efek dalam jangka panjang sangat erat

hubungannya dengan munculnya depresi.Efek putus obatberupa lemah, depresi, peningkatan nafsu makan. Untuk itu kami membuat makalah ini, agar kita semua dapat mengenal metamfetamin lebih jauh dan dapat mengetahui kerugian apa yang akan kita dapatkan jika kita menyalahgunakan metamfetamin.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Metamfetamin adalah obat psikostimulant dari golongan amfetamin klasik. Obat ini meningkatkan kewaspadaan, konsentrasi, dan stamina, dan jika digunakan dengan dosis yang lebih tinggi lagi dapat mengakibatkan euforia, meningkatkan percaya diri, dan libido. Metamfetamine bekerja pada sistem saraf pusat dengan mengaktifkan pelepasan neurotransmitter dopamin, norepinefrin, dan serotonin.1

2.2. Proses Terjadinya Metamfetamin biasanya berupa bubuk kristal putih yang tidak berbau, pahit dan mudah larut dalam air atau alkohol.Serbuk ini juga bisa ditemukan dalam warna lain seperti coklat, abu-abu, orange dan merah muda. Benda ini juga dapat dikompresi dalam bentuk tablet.Sebagaimana disebutkan di atas, serbuknyadapat dihisap, dijadikan rokok atau digunakan melalui suntikan. Metamfetamine adalah, zat sintetik kimia buatan, tidak seperti kokain yang berasal dari tanaman.Metamfetamine biasanya diproduksi di laboratorium ilegal dan tersembunyi dengan menggunakan berbagai jenis dari amfetamin aktivitasnya.2 atau

turunannya, yang dicampur dengan berbagai bahan kimia untuk meningkatkan

2.3. Epidemiologi Penelitian epidemiologi telah dilakukan beberapa kali di indonesia menunjukkan hasil yang konsisten, yaitu pengguna zat psikoaktif sebagian besar berusia kurang dari 25 tahun, kebanyakan masih berstatus sebagai pelajar. 100 pasien pertama yang dirawat di Rumah Sakit Ketergantungan Obat (RSKO) sejak tahun 1972 berusia 11-21 tahun. Survei terhadap 323 penghuni enam panti rehabilitasi di indonesia, menemukan umur mereka sekitar 13-15 tahun, 15,49% merokok tembakau, 32% minum alkohol, 27% mengisap ganja, 16%

menggunakan obat psikotropika, dan 6% menggunakan opioida.Berdasarkan hasil perhitungan estimasi yang dilakukan oleh Badan Narkotika Nasional (BNN) diperkirakan ada 3,2juta orang (1.5% dari total populasi) di Indonesia mempunyai riwayat menggunakanNAPZA.3

2.4. Cara Kerja Metamfetamin mempunyai pengaruh yang kuat terhadap neuron dopaminergik, yaitu melepaskan dopamin. Penelitian yang terbaru menunjukkan bahwa metamfetamin dapat menimbulkan kerusakan yang ireversibel pada pembuluh darah otak. Peneliti menemukan kadar N-acethyl-aspartate (NAA) (suatu metabolit yang dihasilkan oleh neuron) menurun pada pengguna metamfetamin, seperti pada penyakit lain yang diakibatkan oleh kerusakan atau kematian neuron (penyakit alzheimer, epilepsi, stroke). Sebaliknya, para peneliti menemukan kadar choline-containing compounds dan myoinositol (MI) meningkat di daerah substansia grisea lobus frontalis. Kedua senyawa ini dihasilkan oleh sel glia, yang jumlahnya meningkat sebagai reaksi terhadap kerusakan neuron akibat met-amfetamin. 4

2.5. Penggunaan di Bidang Medik

Desoxyn (methamphetamine) 5 mg tablet Metamfetamine telah disetujui oleh badan pengatur makanan dan obatobatan di Amerika Serikat untuk penggunaannya di bidang kesehatan dan terapi
3

baik untuk anak-anak maupun dewasa. Metamfetamine dikenal memiliki efek pada sistem saraf pusat seperti golongan stimulan lainnya, tetapi pada dosis yang lebih kecil, didapatkan juga efek yang ringan pada sistem saraf tepi. Sifat methamphetamine yang mudah larut dalam lemak mengakibatkan mudah untuk masuk kedalam sawar darah otak dibandingkan golongan obat stimulant lainnya. Merek dagang Desoxyn digunanakan untuk pengobatan ADHD, narcolepsy, dan depresi yang resistant.5

2.6. Efek dan Gejala Intoksikasi Efek dari metamfetamin lebih kuat dibandingkan efek dari amfetamin. Metamfetamin diketahui lebih bersifat adiktif, dan cenderung mempunyai dampak yang lebih buruk. Pengguna metamfetamin dilaporkan lebih jelas menunjukkan gejala ansietas, agresif, paranoia dan psikosis dibandingkan pengguna amfetamin. Efek psikologis yang ditimbulkan mirip seperti pada pengguna kokain, tetapi berlangsung lebih lama. Metamfetamin mempunyai masa kerja 6-8 jam. Euforia yang begitu kuat dicapai dalam beberapa menit pada penggunaan dengan cara dirokok atau suntikan intravena, 3-5 menit pada penggunaan secara disedot melalui hidung, dan 15-20 menit pada penggunaan secara oral. Penggunaan metamfetamin dalam dosis tinggi berulang kali sering dihubungkan dengan perilaku kekerasan dan psikosis paranoid. Dosis yang demikian tinggi dan berulang itu menyebabkan berkurangnya dopamin dan serotonin untuk jangka waktu yang lama. Perubahan ini tampak ireversibel karena pengaruh metamfetamin terhadap neuron dopaminergik dan serotonergik dapat berlangsung lebih dari satu tahun. Perubahan perilaku yang jelas tidak terlihat, tetapi dapat menimbulkan perubahan pola tidur, fungsi seksual, depresi, gangguan motorik dan psikosis dengan waham mirip skizofrenia paranoid, seperti yang terjadi pada penggunaan kronis kokain. Tidak seperti pada psikosis akibat kokain, psikosis akibat metamfetamin dapat berlangsung beberapa minggu lamanya. Pada penggunaan jangka lama metamfetamin, terjadi pengurangan kepadatan dan jumlah neuron di lobus frontalis dan ganglia basalis.4

Efek dari penggunaan metamfetamin ada yang jangka pendek (akut) dan jangka panjang (kronis). 4 Berikut adalah efek psikologis dan fisik akut dari metamfetamin: SSP, perilaku neurology, Dosis rendah Peningkatan stimulasi, dizziness, ringan Euforia/disforia, bicara berlebihan Meningkatkan percaya diri rasa dan insomia, tremor Dosis tinggi Stereotiphy atau perilaku yang sukar ditebak Perilaku kasar atau irasional, mood yang berubah-ubah, termasuk kejam dan agresif Bicara tak jelas Paranoid, kebingungan dan

kewaspadaan diri Cemas, panik Supresi nafsu makan Dilatasi pupil Peningkatan energi, stamina, dan

gangguan persepsi Sakit kepala, pandangan kabur,

dizziness Psikosis paranoia) Gangguan cerebrovaskular Kejang Koma Gemeretuk gigi (halusinasi, delusi,

penurunan rasa lelah Penambahan dosis,dapat meningkatkan libido Kardiovaskular Sakit kepala Takikardia,

Stimulasi

kardiak

(takikardia,

(mungkin bradikardia, hipertensi) Pernapasan

juga

angina, MI) Vasokonstriksi/hipertensi Kolaps kardiovaskuler

Palpitasi, aritmia Peningkatan frekuensi nafas dan kedalaman pernapasan

Kesulitan bernapas/gagal napas

Gastrointestinal

Mual dan muntah Konstipasi, diare

Mulut kering, Mual dan muntah Kram abdominal Kemerahan atau flushing Hiperpireksia

atau kram abdominal

Kulit

Kulit pucat

berkeringat,

Otot

Hiperpireksia Peningkatan refleks tendon

Efek fisik dan psikologis jangka panjang: Berat badan menurun, malnutrisi, penurunan kekebalan Gangguan makan, anoreksia, atau defisiensi gizi Kemungkinan atrofi otak dan cacat fungsi psikologis Daerah injeksi: bengkak, skar, abses Kerusakan pembuluh darah dan organ akibat sumbatan partikel metamfetamin pada pembuluh darah yang kecil

Disfungsi seksual Gejala kardiovaskuler Delirium, paranoia, ansietas akut, halusinasi Depresi, gangguan mood yang lain Penurunan fungsi kognitif, terutama daya ingat dan konsentrasi

Gejala intoksikasi berat: Agitasi Kehilangan berat badan Takikardia Dehidrasi Hipertermi Imunitas rendah Paranoid Delusi Halusinasi Kehilangan rasa lelah Tidak dapat tidur Kejang Gigi gemerutuk, rahang atas dan bawah beradu Stroke Masalah kardiovaskuler

Kematian

Karakteristik pengguna metamfetamin : Agresif/perkelahian Penggunaan alkohol Berani mengambil resiko Kecelakaan Sex tidak aman Menghindar dari hubungan sosial dengan sekitarnya Penggunaan obat-obatan lain Problem hubungan dengan orang lain

Gejala withdrawal: Depresi Tidak dapat beristirahat Ketergantungan Ide bunuh diri Pikiran-pikiran yang bizzare Mood yang datar

2.7 Diagnosa 8 2.7.1. Tanda Fisik Mata merah

Mulut kering Bibir berwarna kecoklatan Kulit pucat

2.7.2. Pemeriksaan penunjang Studi Laboratorium o Studi laboratorium seharusnya bisa mendapatkan dasar dari gejala pasien. Meskipun dengan analisa rambut dan liur bisa didapatkan, dan banyak monitoring efek racun atau hasil tes dari urin dan sampel darah. o Hitung level serial troponin jika kita ingin mengetahui adanya iskemik miokard dan level beta natriuretik peptide jika terdapat CHF.

2.7.3. Uji klinis Uji Penapisan Screening test Uji penapisan untuk menapis dan mengenali golongan senyawa (analit) dalam sampel. Analit digolongkan berdasarkan baik sifat kimia maupun efek farmakologi yang ditimbulkan. Obat narkotika dan psikotropika secara umum dalam uji penapisan dikelompokkan menjadi golongan opiat, kokain, kanabinoid, turunan amfetamin, turunan benzodiazepin, golongan senyawa anti dipresan tri-siklik, turunan asam barbiturat, turunan metadon. Pengelompokan ini berdasarkan struktur inti molekulnya.6 Uji penapisan seharusnya dapat mengidentifikasi golongan analit dengan derajat reabilitas dan sensitifitas yang tinggi, relatif murah dan pelaksanaannya relatif cepat. Terdapat teknik uji penapisan yaitu: a) Thin Layer Chromatography (TLC) / kromatografi lapis tipis b) Teknik immunoassay6 Uji pemastian confirmatory test

Uji ini bertujuan untuk memastikan identitas analit dan menetapkan kadarnya. Konfirmatori test paling sedikit sesensitif dengan uji penapisan, namun lebih spesifik.

2.8 Penatalaksanaan Penatalaksanaan pra-RS Pasien dengan intoksikasi akut metamfetamin tampak sangat gelisah, fungsi mental pasien cukup terganggu sehingga tidak mampu membuat keputusan yang tepat dalam hal pengobatan. Tindakan medis prehospital yaitu pemberian obat penenang secara intravena dilakukan dengan atau tanpa persetujuan pasien. Hal ini bertujuan untuk mengatasi kejang dan agitasi.8 Tindakan di IGD Kebanyakan kasus ketergantungan metamfetamin bisa diatasi secara suportif. Pada beberapa kasus overdosis yang parah segera lakukan perawatan suportif termasuk kontrol nafas, oksigenasi, ventilasi dan monitoring secara rutin. Pengobatan spesifik untuk keracunan logam berat yang disebabkan karena kontaminasi beberapa preparat metamfetamin juga dibutuhkan. Beberapa overdosis berat menunjukkan gejala kejang hebat dan aritmia yang membutuhkan penanganan segera .penanganan hipertensi, hipertermia abnormal metabolism elekrolit, dan mengontrol gejala psikiatri yang berat. Lakukan pemeriksaan kesehatan seperti tes Hepatitis virus dan HIV serta pengawasan rehabilitasi. 8 Gaduh gelisah Disebabkan kemampuan metamfetamin yang mengaktifkan CNS dan saraf kejiwaan secara signifikan , pasien dengan keracunan akut sering menunjukkan farmakologi. Terapi pada pasien hiperaktif atau gaduh gelisah adalah dengan Haloperidol, Butyrophenon yang merupakan antagonis CNS Dopamin ketergantungan fisik dan memerlukan intervensi

10

reseptor dan mengurangi kecepatan produksi Dopamin dari racun metamfetamin. Beberapa sampel manusia dan hewan pada studi untuk mengecek efektifitas dari Haloperidol dalam kasus akut keracunan metamfetamin. Benzodiazepine meningkatkan GABA neurotransmisi dan sedasi, serta mengurangi efek keracunan metamfetamin yang berupa gangguan prilaku dan kejiwaan. Obat pada kelas ini juga digunakan untuk menghentikan kejang yang disebabkan oleh metamfetamin. Dalam studi kasus, 146 pasien yang menunjukkan gejala agitasi, kekerasan atau gangguan psikotik dari metamfetamin, Droperidol memproduksi lebih cepat dan meghasilkan efek sedasi lebih tinggi daripada Lorazepam. Droperidol dan Lorazepam dalam klinisnya menurunkan secara signifikan sistol TD, RR, dan menurunkan suhu tubuh dalam 60 menit. Beberapa obat anti-psikotik yang masih digunakan seperti Olanzapine dan Risperidone telah digunakan untuk mengobati efek psikotik dari amfetamin. Pada studi 58 pasien terdapat perbandingan Haloperidol dan Olanzapine menunjukkan keduanya efektif, tetapi Olanzapin menunjukkan lebih sedikit efek samping pada sindroma Ekstrapiramidal. Saat ini tidak banyak studi di dalam penanganan IGD dilakukan. Hipertensi dan takikardi Jika efek sedasi gagal untuk menurunkan tekanan darah, agen antihipertensi seperti beta bloker dan vasodilator dapat efektif untuk membalikkan efek induksi hipertensi oleh metamfetamin. Beta bloker, labetolol lebih dipilih karena memiliki efek kombinasi anti alfa dan anti beta adrenergic efek. Esmolol sebagai obat pilihan kedua karena dia mempunyai efek jangka pendek tetapi harus diberikan secara drip IV. Metoprolol memiliki kerja yang sempurna pada penetrasi CNS karakteristik juga memperbaiki agitasi. Obat ini harus diberikan secara IV dalam dosis yang lebih kecil dari biasanya. Pasien dengan nyeri dada dan

11

suspek Acute Coronary Sindrome seharusnya mendapatkan Nitrogliserin sublingual jika TD nya normal atau meningkat. Infark Miokard Pendekatan pada pasien dengan induksi metamfetamin kardiak iskemi seharusnya tidak jauh berbeda dengan penanganan standar ACS. Nitrat, beta-bloker, Aspirin, Heparin dan Morfin dapat diberikan jika ada indikasi pasien dengan ST-elevasi pada hasil EKG mereka. Dan seharusnya diberikan terapi trombolitik dan kateterisasi dengan konsultan kardiologi. Kejang Terapi kejang karena induksi metamfetamin sama seperti pada kejang lainnya yang tidak diketahui etiologinya. Berikan Benzodiazepine IV.Pada pasien yang tidak mendapatkan akses IV, agen dengan absorbs secara IM dapat digunakan ( Lorazepam, Modazolam).Setelah episode akut terkontrol, agen long-acting seperti Phenobarbital dapat digunakan. Pasien dengan kejang karena metamfetamin mempunyai resiko yang tinggi terhadap perdarahan intracranial dan seharusnya mendapatkan gambaran hasil CT-Scan secepat mungkin.

2.9 Prognosa Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan metamfetamin merupakan suatu gangguan mental yang bersifat klinis, berlangsung bertahuntahun, sering kambuh atau terjadi eksaserbasi, diselingi dengan remisi total atau parsial. Prognosis gangguan mental dan perilaku ini sangat bergantung pada banyak faktor, seperti faktor kepribadian, ada tidaknya komorbiditas, lingkungan keluarga, lingkungan pergaulan, mudah tidaknya zat psikoaktif diperoleh.8

2.10 Aspek Medikolegal Metamfetamin Undang-undang No. 35 Tahun 2009 mengatur secara jelas mengenai narkotika. 7

12

Pasal 6 UU tersebut membagi narkotika menjadi tiga golongan, yaitu : 1. Golongan I adalah narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan. 2. Golongan II adalah narkotika berkhasiat pengobatan digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan. 3. Narkotika golongan III adalah narkotika berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan. Berdasarkan Undang-undang No. 35 Tahun 2009 metamfetamin termasuk golongan I. 7 Golongan I Opium Kokain Heroin Amfetamin Deksamfetamin Metamfetamin Tabel. Beberapa Contoh Golongan Narkotika. 7 Golongan II
Alfametadol Alfaprodina

Golongan III
Asetildihidrokodein Dihidrokodein

Metadon Morfin Petidin

Kodein
Buprenorfin

13

BAB III RINGKASAN

3.1. Ringkasan Metamfetamin adalah obat psikostimulan dari golongan phenethylamine dan amfetamine. Obat ini meningkatkan kewaspadaan, konsentrasi, dan stamina, dan jika digunakan dengan dosis yang lebih tinggi dapat mengakibatkan euforia, meningkatkan percaya diri, dan libido. Metamfetamine dikenal memiliki efek pada sistem saraf pusat seperti golongan stimulan lainnya, tetapi pada dosis yang lebih kecil, didapatkan juga efek yang ringan pada sistem saraf tepi Metamfetamin adalah bahan sintetik, biasanya berupa bubuk kristal putih yang tidak berbau, pahit dan mudah larut dalam air atau alcohol. Penggunaan metamfetamin di Indonesia sudah sangat meningkat, terbukti dari penelitian yang telah dilakukan beberapa kali di indonesia menunjukkan hasil yang konsisten, yaitu pengguna zat psikoaktif sebagian besar berusia kurang dari 25 tahun, kebanyakan masih berstatus sebagai pelajar. Efek dari metamfetamin lebih kuat dibandingkan efek dari amfetamin. Metamfetamin diketahui lebih bersifat adiktif, dan cenderung mempunyai dampak yang lebih buruk. Efeknya dapat akut dan kronis.

14

DAFTAR PUSTAKA

1. Satya Joewana, dkk. Pedoman Pelayanan Medik Gangguan Penggunaan NAPZA. 2008. Jakarta: depkes RI 2. http://webpedulikesehatan.blogspot.com/2013/05/fakta-tentang-kristal-shabu-shabu-atau.html 3. Departemen Kesehatan Dirjen Bina Pelayanan Medik Direktorat Bina Pelayanan kesehatan Jiwa. Buku pedoman pelayana kesehatan jiwa di fasilitas pelayanan kesehatan dasar. Jakarta: Departemen Kesehatan Ditjen Bina Pelayanan Medik Direktorat Bina Pelayanan kesehatan Jiwa.2006. hal.20-2. 4. http://ik.pom.go.id/wp-content/uploads/2011/11/shabu-shabu.pdf 5. Yudko, Errol, McPherson, Sandra, Hall, Harold (2008-10-29). Penggunaan Metamfetamin: Aspek Klinis dan Forensik . 408 6. http://ojs.unud.ac.id/index.php/ijlfs/article/download/3212/2310 7. http://www.bnn.go.id/portal/_uploads/perundangan/2009/10/27/uu-nomor-35-tahun-2009tentang-narkotika-ok.pdf

8. Moore and Jefferson. Handbook of Medical Psychiatry, 2nd ed. Philadelpia: Elsevier. 2007. 9. Gunawan SG, Setabudy R, Nafrialdi, dan Elysabeth. Farmakologi dan terapi. Edisi ke-lima. Jakarta: Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI. 2007. hal. 73-4.

15

Anda mungkin juga menyukai