Anda di halaman 1dari 5

Pencegahan dan Penatalaksanaan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)

Febriane Adeleide Everdine 102012238 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Alamat korespondensi: Jalan Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat Email: febri_adhel@yahoo.com
Abstrak Deman Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit demam akut, ditemukan di daerah tropis, dan disebabkan oleh empat virus serotipe dari genus Flavivirus, family Flaviviridae dan dikenal sebagai breakbone fever. Sekarang DBD telah menjadi penyakit epidemi di lebih dari 100 negara. Tindakan pencegahan DBD lebih efektif dilakukan melalui perubahan perilaku masyarakat.1 Di Indonesia, jumlah kasus demam berdarah sering kali mengalami peningkatan. Pengetahuan orang tua tentang demam berdarah pada anak sangat penting karena bila terjadi keterlambatan akan berakibat fatal.1 Terdapat 4 gambaran klinis utama dari penyakit DBD pada anak, yaitu demam tinggi, manifestasi perdarahan, hepatomegali, dan terjadinya renjatan (syok). Diagnosis pasti DBD adalah dengan ditemukannya virus dengue sebagai penyebab DBD pada penderita. Tatalaksana terhadap penyakit DBD meliputi pemberian antipretik untuk menurunkan suhu tubuh, pemberian cairan untuk mencegah renjatan (syok), dan mengatasi perdarahan.2 Kata kunci: Demam Berdarah Dengue, diagnosis, tatalaksana

Abstract Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) are acute febrile diseases, found in the tropics , and caused by four closely related virus serotypes of the genus Flavivirus, family Flaviviridae. It is also known as breakbone fever. The disease is now epidemicin more than 100 countries. DHFs Preventive Action more effective has be done by changed of people behavior such as knowledge, attitude and action. Dengue fever case s in Indonesia often increase in number. It is necessary to know early detection of dengue fever in children because if the delay occurs the disease is highly fatal. 1There are 4 main clinical features of dengue fever in children, there are: high fever, bleeding manifestations, hepatomegaly, and the occurrence of shock (shock). Definitive diagnosis of DHF is the discovery of dengue virus as a cause of DHF in patients. Treatment for dengue disease includes providing antipretik to lower body temperature, infusion of fluids to prevent shock (shock), and the bleeding.2 Key words : Dengue Hemorrhahic Fever, diagnosis, treatment

Pendahuluan Demam Berdarah Dengue (DBD) bukan penyakit baru di Indonesia. Tahun 1969, kasus pertama DBD dilaporkan di Jakarta. Jauh hari sebelum itu, penyakit dengue cikal bakal munculnya penyakit DBD, sudah dikenal di Indonesia sejak 1779.3 Di musim hujan, hampir tidak ada daerah di Indonesia yang terbebas dari serangan penyakit DBD. Penelitian menunjukkan bahwa DBD telah ditemukan di seluruh propinsi di Indonesia. Dua ratus kota melaporkan adanya kejadian luar biasa (KLB). Angka kejadian meningkat dari 0,005 per 100.000 penduduk pada tahun 1968 dan secara drastis melonjak menjadi 627 per 100.000 penduduk. Biasanya jumlah penderita semakin meningkat saat memasuki bulan april.4
1

Tujuan pembuatan tinjauan pustaka ini, untuk mengetahui lebih dalam mengenai DBD serta pencegahan dan penatalaksanaannya khususnya bagi anak-anak. Dimana anakanak merupakan dianggap paling berisiko tertular virus melalui gigitan nyamuk. 2. Demam Berdarah Dengue (DBD) Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus DEN-1, DEN-2, DEN-3 atau DEN-4 (baca virus denggi tipe 1-4) yang ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes aegypti dan aedes albopictus yang sebelumnya telah terinfeksi oleh virus dengue dari penderita DBD lainnya.5 Masa inkubasi penyakit DBD, yaitu periode sejak virus dengue menginfeksi manusia hingga menimbulkan gejala klinis, antara 3-14 hari, rata-rata antara 4-7 hari.5 Penyakit DBD tidak ditularkan langsung dari orang ke orang. Penderita menjadi infektif bagi nyamuk pada saat viremia, yaitu beberapa saat menjelang timbulnya demam hingga saat masa demam berakhir, biasanya berlangsung 3-5 hari.5 Setelah virus berada dalam tubuh penderita akan menimbulkan berbagai efek klinis, mulai dengan demam tinggi, pendarahan, sampai terjadinya renjatan (syok). Tatalaksana yang cepat dapat menyelamatkan penderita. Untuk tatalaksana yang adekuat, pasien dengan penyakit DBD perlu diklasifikasikan menurut derajat ringan penyakit. Dengan demikian, dapat ditentukan apakah seorang anak dengan penyakit DBD hanya dapat berobat jalan, dirawat di puskesmas atau perlu perawatan intensive di rumah sakit.2 2.1 Diagnosis Diagnosis DBD ditegakkan berdasarkan kriteria diagnosis World Health Organization (WHO) tahun 1997 yang terdiri dari kriteria klinis dan laboratoris. Penggunaan kriteria ini dimaksudkan untuk mengurangi diagnosis yang berlebihan (overdiagnosis).2 Kriteria klinis sebagai berikut: 1. Demam tinggi mendadak berlangsung terus menerus 2-7 hari. 2. Manifestasi perdarahan, paling sedikit tes bendungan positif. 3.Pembesaran hati 4. Syok ditandai nadi cepat dan lemah serta penurunan tekanan nadi, hipotensi, kaki dan tangan dingin, kulit lembab dan pasien tampak gelisah.2 Kriteria laboratoris adalah sebagai berikut: 1. Trombositopenia (100.000/mm3 atau kurang) 2. Hemokonsentrasi dilihat dari peningkatan hermatokrit (Ht) 20% atau lebih menurut rata-rata usia, jenis kelamin, dan populasi. Penurunan hematokrit setelah tindakan penggantian volume > 20% data dasar atau adanya tanda-tanda perembesan plasma seperti efusi pleura, asites, dan hipopro-teinemia.2 Diagnosis pasti DBD adalah dengan ditemukannya virus dengue sebagai penyebab DBD pada penderita. Menemukan virus dengue pada penderita hanya dapat dilakukan di laboratorium dengan cara isolasi virus, deteksi antigen atau RNA dalam serum atau jaringan tubuh, dan deteksi antibodi spesifik dalam serum penderita.2 Hingga kini, dikenal 5 jenis uji serologik yang biasa dipakai untuk menentukan adanya infeksi virus dengue, yaitu: 1. Uji hemaglutinasi inhibisi (Hemaglutination inhibition test = HI test) 2. Uji kompleman fiksasi (Complemen fixation test = CF test) 3. Uji neutralisasi (Neutralization test = NT test) 4. IgM Elisa (Mac Elisa) 5. IgG Elisa. Pada dasarnya, hasil uji serologi dibaca dengan melihat kenaikan titer antibodi fase konvalesen terhadap titer antibodi fase akut (naik 4 kali lipat atau lebih).2 Derajat beratnya penyakit DBD diklasifikasikan dalam 4 kategori, yaitu: Derajat I : Demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya manifestasi perdarahan ialah uji tourniquet/bendungan. Derajat II : Derajat I disertai perdarahan spontan di kulit dan atau perdarahan di tempat lain. Derajat III : Didapatkan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lembut, tekanan nadi menurun (20mmHg atau kurang) atau hipotensi, sianosis disekitar
2

mulut, kulit dingin dan lembab, dan anak tampak gelisah. Derajat IV : Syok berat, nadi tidak dapat diraba, tekanan darah tidak terukur.2 2.2 Penatalaksanaan Penatalaksanaan DBD adalah bersifat suportif karena tidak ada antiviral yang spesifik untuk infeksi ini. Prinsip terapi pada pasien DBD adalah penggantian cairan plasma yang hilang akibat peningkatan permeabilitas vaskular. Oleh karena itu harus diusahakan untuk mendeteksi adanya perembesan plasma secara dini sehingga dapat mencega terjadinya syok. Pemberian cairan kristaloid isotonis atau koloid merupakan pilihan untuk mengganti volume plasma. Pemilihan jenis cairan dan kecermatan penghitungan volume cairan pengati merupakan kunci keberhasilan pengobatan.2 Pemakaian obat-obatan lain diberikan atas indikasi yang tepat. 15% kasus syok secara signifikan mengalami perdarahan dan memerlukan tranfusi darah. Tranfusi darah dapat diberikan seandainya terjadi penurunan hematokrit. Fase penurunan suhu (masa kritis) biasanya terjadi hari ketiga sampai hari kelima sakit sehingga pada rentang waktu tersebut kewaspadaan perlu ditingkatkan. Pengawasan dapat dicapai dengan pengawasan klinis secara ketat disertai pemauntauan kadar hematokrit dan trombosit.2 Tatalaksana DBD didasarkan pada derajad beratnya penyakit. Karena itu, terapi DBD menjadi 4 bagian yaitu: (1) Tersangka infeksi dengue, (2) DBD derajad I atau II tanpa peningkatan hematokrit, (3) DBD derajad II dengan peningkatan hematokrit 20%; (4) DBD derajad III dan IV. Untuk tersangka DBD derajad I atau derajad II, tatalaksana adalah sebagai berikut : 1. Pemberian cairan. Tujuan pemberian cairan adalah untuk mengatasi kehilangan cairan plasma sebagai akibat peningkatan permeabilitas kapiler dan pendarahan. Jika masih bisa minum dan tidak ada muntah diberikan minum banyak 1-2 liter/hari. Jenis minuman yang di berikan berupa: air putih, teh manis, sirup, jus buah, susu,oralit. Pemberian cairan intra-vena (infus) jika : (1) anak terus-menerus muntah, tidak mau minum, demam tinggi, dehidrasi; (2) nilai hematokrit cenderung meningkat pada pemeriksaan berkala. 2. Pemberian antiseptik. Tujuannya adalah untuk menurunkan suhu tubuh. Yang diajurkan adalah parasetamol.2 Untuk DBD derajad III dan IV, tatalaksana lebih difokuskan untuk mengatasi syok. Karena itu, tatalaksana adalah sebagai berikut: 1. Pemberian cairan. Pada DBD derajad III dan IV, pemberian cairan dilakukan dengan infus (intravena) untuk menggantikan plasma yang mengalami kebocoran. Cairan yang diberikan adalah Ringer Laktat (RL) sebanyak 1020 ml/KgBB secara bolus, dalam waktu 30 menit. Apabila syok belum teratasi tetap diberikan RL 20 ml/KgBB, ditambah koloid 20-30 ml/KgBB/jam, maksimal 1500 ml/hari. Setelah syok teratasi, cairan dilanjutkan dengan dosis 10 ml/KgBB/jam sampai 24 jam setelah syok teratasi. Kemudian volume cairan diturunkan bertahap menjadi 7 ml/KgBB/jam dan selanjutnya 5 ml, dan 3 ml apabila tanda vital baik. 2. Pemberian oksigen. Pemberian oksigen sebanyak 2-4 liter/menit per nasal. 3. Transfusi darah. Pemberian transfusi darah hanya diberikan jika terdapat perdarahan yang keluar melalui anus (melena). Transfusi darah yang diberikan bisa berupa darah segar (whole blood) atau suspensi trombosit. Transfusi darah segar sebanyak 10 ml/KgBB diberikan jika setelah pemberian kristaloid atau koloid, syok tidak teratasi dan hematokrit turun. Transfusi plasma beku segar dan suspensi trombosit berguna untuk koreksi gangguan Koagulopati atau Koagulasi Intravaskuler Diseminata
3

(KID). Jika telah mengalami KID, maka pemberian suspensi trombosit harus selalu disertai plasma segar (berisi faktor koagulasi yang diperlukan), untuk mencegah perdarahan lebih hebat.2 Pengobatan pertama demam pada anak yaitu dengan: 1. Kompreslah anak dengan air hangat di bagian tubuh yang memiliki pembuluh-pembuluh darah besar (seperti di leher, ketiak, dan selangkangan/lipatan paha), juga di bagian luar dan terbuka (dahi dan perut). Kompres hangat dapat membuat pembuluh darah tepi di kulit melebar yang selanjutnya membuat pori-pori terbuka sehingga memudahkan pengeluaran panas dari tubuh. Hindari mengompres dengan menggunakan air dingin atau es batu karena tindakan ini mengakibatkan pembuluh darah tepi mengecil sehingga panas yang seharusnya dialirkan darah ke kulit agar keluar tubuh menjadi terhalang sehingga panas tubuh tidak berkurang.6 Rasa haus dan dehidrasi dapat timbul karena demam tinggi, tidak ada nafsu makan dan muntah. Maka anak perlu diberikan minum banyak, kira-kira 50ml/kg berat badan dalam 4-6 jam pertama berupa air teh dengan gula, sirup, susu, sari buah, atau oralit. Apabila terjadi gejala muntah terus-menerus, anak perlu dirawat di rumah sakit untuk diberikan cairan infus.6 2.3 Pencegahan Pencegahan/Pemberantasan DBD dengan membasmi nyamuk dan sarangnya dengan melakukan tindakan 3M, yaitu: Menguras tempat-tempat penampungan air secara teratur seminggu sekali atau menaburkan bubuk larvasida (abate), menutup rapat-rapat tempat penampungan air, menguburkan/menyingkirkan barang bekas yang dapat menampung air.2 Anak-anak tidak perlu tidur siang (kalau pagi sekitar jam 9-10 dan kalau sore hari sekitar jam 3-5 sore). Pada jam-jam ini lebih baik anak-anak bermain di luar rumah. Nasihat orang tua untuk tidur di siang hari, perlu ditinjau lagi.7 Pakaian-pakaian yang tergantung di balik lemari atau di balik pintu sebaiknya dilipat dan disimpan dalam lemari. Nyamuk aedes aegypti senang hinggap di tempat-tempat gelap dan kain tergantung seperti gorden apalagi bila berwarna gelap seperti hitam dan biru.7 2.4 Prognosis Angka kematian yang disebabkan oleh DBD adalah kurang dari 1% tetapi bila timbul Syndroma Syok Dengue (SSD) maka angka kematian bisa sampai 40-50%. Sehingga prognosis SSD sangat tergantung dari pengenalan dini dengan cara pemantauan cermat dan tindakan cepat dan tepat.2 3. Kesimpulan Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan suatu penyakit demam yang mematikan. Dahulu memang pada permulaan penyakit DBD dianggap umur anak-anak dianggap paling berisiko tertular virus melalui gigitan nyamuk. Tetapi pengamatan belakangan ini menunjukkan bahwa orang dewasa juga sudah banyak menderita penyakit DBD. Oleh karena itu, untuk mencegah penyakit DBD ini, kita harus menjaga kebersihan lingkungan sekitar kita agar terhindar dari nyamuk aedes agypti. Dalam penyembuhannya, yang terutama adalah bersifat suportif pada anak untuk menghindari syok. Yang dapat mengakibatkan penyakit menjadi lebih tambah parah. Selain itu, sangat dibutuhkan sikap aktif dari orang tua, jika anak demam segera diobati atau dibawa ke dokter, tidak menunggu beberapa hari lagi. Karena nanti akan berakibat fatal jika terlambat. Daftar Pustaka 1. Pangemanan J, Nelwan J. Perilaku masyarakat tentang program pemberantasan penyakit DBD. Jurnal Kesmas. 2012;1(1):45-50
4

2. Taib B. Penyakit demam berdarah dengue pada anak. Maj Ilmiah unimus. 2009 Juni; 1(1):50-5 3. Nadesul H. Mengalahkan demam berdarah. Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara; 2007.h.1-2 4. Satari HI. Demam berdarah: perawatan di rumah dan rumah sakit + menu. Edisi ke-2. Jakarta: Puspa Swara, Anggota IKAPI; 2008. 5. Ginanjar G. Apa yang dokter anda katakan tentang demam berdarah. Yogyakarta: Bentang Pustaka; 2008 6. Febri AB, Marenda Z. Smart parents: pandai mengatur menu dan tanggap pada saat anak sakit. Jakarta: Gagas Media; 2010.h.103 7. Yatim F. Macam-macam penyakit menular dan pencegahannya. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia; 2007.h.112-13

Anda mungkin juga menyukai