Anda di halaman 1dari 24

BAB I PENDAHULUAN

Dioxyribo Nucleat Acid (DNA) adalah asam nukleat yang mengandung materi genetik dan berfungsi mengatur perkembangan biologis seluruh kehidupan manusia. Dalam bidang forensik, DNA memiliki peranan penting sebagai penyampai informasi genetik dan dapat menunjang dalam kasus forensik seperti mencocokkan bukti dengan orang yang dicurigai, dalam tes paternitas untuk identifikasi orangtua, investigasi orang hilang, dalam kasus bencana massal, DNA militer dan pembentukan database DNA.1 Tes paternitas adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui apakah seorang pria adalah ayah biologis dari seorang anak. Pemeriksaan forensik serologis yang pertama kali digunakan untuk menyelesaikan kasus paternitas adalah sistem ABO yang pertama kali ditemukan di Jerman pada tahun 1910. Setelah itu ditemukan sistem MNS dan rhesus pada tahun 1940. Pemeriksaan serologi dengan menggunakan sistem-sistem ini terutama digunakan untuk mengeksklusi seseorang yang dituduh sebagai ayah biologis seorang anak atau dapat memastikan bahwa seorang pria pasti bukan ayah biologis anak tersebut.1,2,3 Pengelompokan sistem yang digunakan dalam tes paternitas dibagi menjadi empat yaitu: 1. Sistem sel darah merah terdiri dari: sistem ABO, Rhesus (Rh), MNS, Kell (K), Duffy (Fy), Kidd (Jk), Lutheran. 2. Sistem biokimia meliputi pemeriksaan plasma protein dan enzim sel darah merah terdiri dari: haptoglobin (Hp), phosphoglucomutase (PGM), esterase D (EsD), erythrocyte acid phosphatase (EAP), glyoxalase (GLO), adenosine deaminase (ADA), adenylate kinase (AK), group specific component (GC), Gm dan KM. 3. Human Leucocyte Antigen (HLA) yang mengidentifikasi antigen pada leukosit. 4. DNA profiling.

Pada prinsipnya dalam penyelesaian kasus disputed paternity (ragu ayah) semakin banyak sistem yang diperiksa, maka peluang untuk memastikan bukan ayah akan semakin besar. Dengan pemeriksaan semua serologi forensik yaitu pemeriksaan sel darah merah, biokimia, dan HLA maka peluang eksklusi yang memastikan bukan ayah sebesar 99,7% dengan pemeriksaan HLA yang memberikan peluang eksklusi tertinggi yaitu sebesar 94%. Pemeriksaan dengan serologi forensik kurang kuat jika dibandingkan dengan pemeriksaan DNA yang memiliki peluang memastikan status keayahan sebesar 99,9%. Berikut ini tabel peluang eksklusi bukan ayah dari masing-masing sistem pemeriksaan serologis pada tes paternitas. 3 Tabel 1. Peluang Eksklusi Bukan Ayah 3 Sistem Antigen sel darah merah MNS Rhesus Kidd Duffy ABO Kell Lutheran Protein Serum GC Hp Glm Km 24,7 17,5 6.5 32.1 28.0 19.0 18.0 17.6 3.3 3.3 Peluang (%)

Enzim sel darah merah PGM EAP GPT Glyoxalase Esterase AK ADA Human Leukocyte Antigen (HLA)

6.0

25.3 21.0 19.0 18.4 9.0 4.5 4.5 94.0

Total kombinasi semua sistem

99.7

Tes paternitas yang sering digunakan untuk untuk menyelesaikan kasus ragu ayah yaitu metode konvensional dengan analisis fenotip berupa tes golongan darah sistem ABO, Rhesus, MNS dan tes Human Leukocyte Antigen (HLA) serta tes paternitas yang menggunakan metode forensik molekular yaitu tes DNA. Analisis fenotip hanya dapat memberikan jawaban pasti jika si X bukan ayah si anak, sedangkan tes DNA didasarkan pada analisis informasi genetik yang sangat spesifik dalam membedakan ciri setiap individu sehingga dapat menentukan identitas seseorang hampir 100 % pasti sebagai ayah biologis si anak. Pada tugas paper ini akan lebih banyak membahas mengenai tes DNA sebagai tes paternitas untuk menyelesaikan kasus disputed paternity (ragu ayah).3

BAB II ISI II.1 Karakteristik DNA DNA adalah asam nukleat yang mengandung materi genetik dan berfungsi mengatur perkembangan biologis seluruh kehidupan secara biologis. DNA memiliki struktur pilinan utas ganda yang terdiri dari komponen gula pentosa (deoksiribosa), gugus fosfat dan pasangan basa. Pasangan basa pada DNA terdiri dari dua macam yaitu basa pirin dan pirimidin. Basa pirin terdiri atas adenin (A) dan guanin (G) yang memiliki struktur cincin ganda sedangkan basa pirimidin terdiri atas sitosin dan timin yang mempunyai struktur cincin tunggal. Adenin selalu berpasangan dengan timin dan sitosin selalu berpasangan dengan berpasangan dengan guanin, kedua basa pada masing-masing pasangan dihubungkan dengan ikatan hidrogen. Kedua rantai berjalan memilin satu sama lain dalam rantai helix ganda. DNA sebagai pembawa keterangan genetik dalam sel mempunyai unit esensial berupa kodon yaitu yang merupakan triplet urutan basa dan masing-masing triplet mengkodekan sebuah asam amino tertentu. Kode genetik hanya menentukan struktur protein primer. Protein ini dapat merupakan komponen struktural makromolekul atau enzim yang mengendalikan sintesis non protein.4 Di dalam setiap sel berinti terdapat dua jenis DNA yaitu core DNA (c-DNA) yang terdapat di dalam inti sel dan mitokondria DNA (mt-DNA) yang terdapat dalam organel mitokondria. c-DNA merupakan materi genetik yang membawa sifat individu dan diturunkan dari ayah dan ibu menurut hukum Mendel. Berdasarkan pola pewarisan ini maka pemeriksaan c-DNA dapat digunakan untuk mencari hubungan anak-ibu maupun anak-bapak. DNA mitokondria (mt-DNA) merupakan materi genetik yang membawa kode genetik dari berbagai enzim dan protein yang berkaitan dengan proses pembentukan dan penuaan. Berbeda dengan c-DNA, mt-DNA berbentuk lingkaran ganda yang hanya diturunkan dari ibu kepada anak, sehingga pemeriksaan mt-DNA hanya dapat digunakan untuk mencari hubungan anak-ibu.

Dalam forensik yang dimaksud dengan pemeriksaan DNA umumnya merujuk pada pemeriksaan c-DNA yang penggunannya lebih luas.4 II.2 Kromosom Setiap sel dalam tubuh seseorang memiliki rangkaian DNA identik. Rangkaian DNA setiap sel disebut kromosom. Setiap kromosom dibagi menjadi lokus-lokus yang menandai posisi gen dalam kromosom. Setiap sel dalam tubuh manusia memiliki 23 pasang kromosom yang terdiri atas 22 pasang kromosom autosomal dan satu pasang kromosom seks (XX pada wanita, dan XY pada laki-laki). Rangkaian DNA pada setiap orang didapatkan dari kontribusi sel ovum ibunya dan sel sperma ayahnya. Kromosom Y menempati posisi yang unik dalam hal kriminologi dan genealogi. Kromosom Y merupakan salah satu kromosom terkecil dari 23 pasang kromosom manusia, namun memiliki sejumlah gen aktif dan memiliki nilai penting dalam DNA-typing.5 Kromosom Y mengandung SRY (Sex Determining Region Y) yang berperan menentukan kelelakian seseorang dengan peranannya mengatur terbentuknya hormon testosterone. Kromosom Y bersifat unik karena setiap kromosom Y pada seorang pria akan diturunkannya secara langsung hanya kepada anak laki-lakinya dan kemudian diteruskan oleh anak laki-lakinya kepada cucunya hingga keturunan laki-laki selanjutnya. Peran penting kromosom Y dalam DNA typing antara lain untuk kriminologi dan analisis forensik, analisis orang hilang, kasus warisan yang melibatkan keterkaitan genetik antara anggota keluarga laki-laki, kasus imigrasi untuk menentukan kekerabatan genetik, dan kepentingan antropologi.5 II.3 Proses Analisis DNA untuk Tes Paternitas Tes paternitas dengan menggunakan analisis DNA adalah analisis informasi genetik yang sangat spesifik dalam membedakan ciri setiap individu sehingga dapat menentukan identitas seseorang hampir 100 % pasti sebagai ayah biologis si anak, sedangkan metode konvensional dengan analisis fenotip berupa

tes golongan darah sistem ABO, Rhesus, MNS dan tes Human Leukocyte Antigen (HLA) hanya dapat mengeksklusi pria yang diduga sebagai ayah biologis. Selain pada kasus paternitas tes DNA juga sangat berguna pada kasus-kasus yang membutuhkan pembuktian forensik. Beberapa kelebihan pemeriksaan DNA dibandingkan dengan pemeriksaan konvensional lainnya adalah sebagai berikut:3,6 1. Ketepatan yang lebih tinggi Sebagai contoh dalam pemeriksaan suatu bercak darah sebelum ditemukannya pemeriksaan DNA dilakukan pemeriksaan golongan darah. Hasil pemeriksaan golongan darah yang tidak cocok akan menyebabkan orang yang dicurigai tersingkir sebagai sumber darah tersebut, namun jika cocok maka merupakan suatu kemungkinan saja. Sedangkan hasil pemeriksaan DNA terhadap bercak darah tersebut akan nyaris sempurna dalam menentukan siapa sumber bercak darah tersebut. 2. Kestabilan yang tinggi Pada kasus-kasus dimana bukti sebagai sampel sudah membusuk, maka hanya tes DNA yang masih dapat dilakukan, karena DNA bersifat tahan pembusukan dibandingkan protein. 3. Pilihan sampel yang luas Penyebaran DNA hampir pada seluruh bagian tubuh membuat sampel untuk tes DNA dapat diambil dari berbagai bagian tubuh kecuali sel darah merah. 4. Dapat mengungkap kasus sulit Hanya tes DNA yang dapat dilakukan untuk pemecahan kasus -kasus sulit yang tidak dapat dipecahkan oleh metode konvensional antara lain seperti: penentuan keayahan, kasus incest, kasus paternitas dengan bayi dalam kandungan, kasus paternitas dengan bayi yang sudah meninggal dan kasus paternity tanpa kehadiran sang ayah.

5. Dapat

mengungkap

kasus

perkosaan

dengan

banyak

pelaku,

pemeriksaan DNA dapat memastikan berapa orang pelaku dan siapa saja pelakunya.

6. Sensitifitas yang amat tinggi Sensitifitas tes DNA dapat mencapai 99,9 %. Tes DNA juga dapat dilakukan pada sampel dengan jumlah kecil dengan metode PCR. II.4 Sampel pada tes DNA Bahan sampel DNA dapat dipilih dari jaringan apa saja, karena DNA dapat diperoleh dari semua sel berinti. Sel yang tidak memiliki DNA hanyalah sel darah merah karena sel darah merah tidak memiliki inti. Untuk tes diperlukan spesimen yang diambil dari ibu, anak dan pria yang diduga sebagai ayah biologisnya. Tes tidak dapat dilakukan jika spesimen tidak lengkap, misalnya tanpa spesimen yang diambil dari ibu. Kalaupun dilakukan, kesimpulan tes yang akan diperoleh sangat rendah yaitu kurang dari 50 %. 6 Hal yang paling penting pada tahap pengambilan bahan atau spesimen adalah jangan sampai terjadi kontaminasi. Artinya spesimen yang akan diperiksa tercampur dengan spesimen individu lain sehingga mengakibatkan kesalahan pengambilan kesimpulan dalam menentukan siapa ayah biologis anak tersebut. Bahan sampel setelah dikumpulkan harus diberi perlakuan tertentu agar tidak rusak. Secara umum DNA dapat rusak akibat pengaruh lingkungan seperti paparan sinar matahari, terkena panas, bahan kimia, air dan akibat kerja enzim DNAase yang terdapat dalam jaringan sendiri. Untuk itu terhadap berbagai bahan sampel tersebut harus diberi perlakuan sebagai berikut:6 1. Jaringan Untuk bahan sampel yang segar, sampel terbaik adalah jaringan limpa, kelenjar getah bening dan hati. Sedangkan untuk bahan yang telah busuk, otak yang terbaik meskipun kondisinya telah mencair. Bahan sampel diambil, dibungkus kertas alumunium dan dibekukan pada suhu dibawah 20C.

2. Darah Darah cair diberikan pengawet EDTA, dan disimpan dalam termos es atau lemari es. Alternatif lain, bahan diserap dengan kain kasa lalu dikeringkan. Bercak kering dapat dikerok dengan scalpel, dibawa dengan bendanya atau diusap dengan kain kasa basah lalu dikeringkan. 3. Cairan mani Diserap dengan kain kasa kemudian dikeringkan 4. Tulang, Gigi dan Rambut Dibungkus dengan kertas alumunium dan disimpan pada suhu di bawah 20C. Bahan yang telah dikeringkan dapat disimpan pada suhu kamar. Sampel rambut diambil 10 15 helai beserta akarnya. Sampel gigi dipilih paling sedikit empat, molar jika mungkin. Sampel gigi sebaiknya tidak rusak oleh endodontia. Sampel tulang sebaiknya dari femur. II.5 Teknik Analisis DNA Adapun jenis-jenis teknik analisa DNA adalah sebagai berikut:2,
y

Restriction Fragment Length Polymorphis m (RFLP) Teknik pertama yang digunakan analisa DNA dalam bidang forensiik adalah RFLP. Polimorfisme yang dinamakan Restriction Fragment Leght Polymorphism (RFLP) adalah suatu polimorfisme DNA yang terjadi akibat variasi panjang fragmen DNA setelah dipotong dengan enzim retriksi tertentu menjadi fragmen Variable Number Of Tandem Repeat (VNTR). Teknik ini dilakukan dengan memanfaatkan enzim retriksi yang berfungsi memotong DNA pada tempat-tempat tertentu dengan cara mengenali urutan basa tertentu seperti AATT. Urutan basa tersebut disebut sebagai recognition sequence. Enzim yang berbeda memiliki recognition sequence yang berbeda. Enzim ini lalu memotong DNA menjadi segmen-segmen yang berbeda. Panjang segmen tersebut

bervariasi pada tiap orang, hal ini disebabkan karena titik potong enzim yang berbeda dan panjang segmen antara titik potong juga berbeda.6,7 Analisa yang dihasilkan adalah variasi pada panjang fragmen

DNA yang telah ditentukan. Setelah selesai, pola RFLP tampak seperti kode batang (bar code). Saat membandingkan hasil analisa dua sampel, pola batang pada autoradiograf dibandingkan untuk menentukan apakah kedua sampel tersebut berasal dari sumber yang sama.6,7 Proses pada teknik Restriction Fragment Leght Polymorphism (RFLP) diawali dengan proses pemotongan dengan menggunakan enzim retriksi tertentu. Kemudian dengan menggunakan gel yang dialiri arus listrik, potongan DNA diurutkan berdasarkan panjangnya. Proses ini dinamakan electrophoresis, prinsip pada proses in adalah potongan DNA yang lebih pendek bergerak lebih cepat daripada yang lebih panjang. Untuk mendeteksi adanya segmen yang bersifat polimorfik maka dilakukan suatu prosedur yang disebut sebagai Southern Blooting. Dalam prosedur ini pada gel ditambahkan suatu zat kimia yang berfungsi untuk memisahkan rantai ganda menjadi rantai tunggal, kemudian membran nilon diletakkan diatas gel dan bahan penyerap diatas membran nilon. Cairan akan bergerak ke dalam bahan penyerap bersama potongan DNA rantai tunggal. Kemudian dengan menggunakan fragmen pendek DNA (DNA probe) yang mengandung petanda radioaktif maka akan dideteksi DNA yang berasal dari lokasi pada genome yang memiliki ciri yang jelas dan sangat polimorfik. Pada proses ini DNA probe akan berikatan dengan potongan DNA rantai tunggal dan membentuk DNA rantai ganda pada bahan nilon. DNA probe yang tidak berikatan akan dicuci. Membran nilon yang berisi potongan DNA yang telah ditandai dengan DNA probe selanjutnya ditransfer pada selembar film X-ray. Pada proses ini akan tampak hasil berupa kode batang yang disebut autorad. Pola inilah yang dibandingkan untuk mengetahui apakah kedua sampel bersal dari sumber yang sama. Pada teknik RFLP

tidak hanya digunakan satu DNA probe, diamana DNA probe yang berbeda menandai lokus yang berbeda.6,7 Walaupun penggunaanya telah mulai digeser oleh teknologi baru RFLP tetap adalah teknik terbaik untuk diskriminasi masing-masing lokus. Hal ini disebabkan oleh karena lokus-lokus yang dipergunakan untuk RFLP dapat menunjukkan ratusan variasi untuk tiap lokus. Dengan demikian jika dua sampel berasal dari sumber yang berbeda, RFLP dapat membedakannya menggunakan jumlah lokus yang lebih sedikit. RFLP dapat menentukan apabila sebuah sampel berasal dari lebih satu sumber dan dapat membedakan sumbernya dengan baik. Tingginya daya diskriminasi teknik ini disebabkan oleh hipervariabilitas pada tiap lokus dan kemampuan untuk memeriksa lebih dari satu lokus. Kelemahan teknik ini adalah memerlukan sampel DNA dalam jumlah lebih besar dan harus dalam kondisi baik jika dibandingkan dengan teknik menggunakan PCR. Teknik ini juga membutuhkan lebih banyak tenaga.
y

Polymerase Chain Reaction (PCR) Metode analisa DNA yang selanjutnya adalah Polymerase Chain Reaction (PCR) yaitu suatu metode untuk memperbanyak fragmen DNA tertentu secara in vitro dengan enzim polymerase DNA. Teknik ini didesain agar yang diperbanyak hanya segmen tertentu dari sampel dengan tingkat akurasi yang tinggi, sehingga dapat diperoleh informasi dari sampel yang jumlahnya sedikit atau bahkan pada sampel DNA yang sudah mulai terdegradasi.2,6,7 Sampel DNA yang disiapkan dengan metode PCR dapat diananlisis menggunakan beberapa cara. Secara umum variasi per lokus sampel DNA yang disiapkan melalui PCR lebih rendah daripada variasi pada RFLP. Dengan demikian hasil dapat diperoleh dari sampel yang kurang secara kualitas maupun kuantitas namun kekuatan

deskriminasinya lebih rendah dengan jumlah lokus yang sama. Kekuatan

10

metode analisis PCR adalah kemampuan untuk menganalisa beberapa lokus secara bersamaan dengan proses yang otomatis.2,6,7 Proses yang terjadi pada teknik ini serupa dengan cara DNA memperbanyak jumlahnya dalam sel. Ada tiga tahap yang dilakukan di laboratorium. Pertama, proses yang dinamakan denaturation yaitu

segmen atau urutan DNA rantai ganda dipisahkan menjadi dua rantai tunggal dengan cara memanaskan. Kedua proses Annealing atau Hybridization, pada proses ini setiap rantai tunggal tersebut dipersiapkan dengan cara mengikatkannya dengan DNA primer. DNA primer adalah DNA pendek yang dibuat secara sintetis yang menunjukkan urutan DNA yang akan diperbanyak. Proses ketiga disebut Extension yaitu enzim DNA polymerase ditambahkan bersama dengan sejumlah basa bebas dari keempat jenis basa DNA dilanjutkan dengan proses replikasi. Keunggulan PCR dibandingkan RFLP adalah:2 1) Simpel dan mudah dilaksanakan di laboraturium 2) Hasil diperoleh dalam waktu singkat (dalam beberapa hari) 3) Oleh karena kapasitas produksi segmen DNA yang tidak terbatas maka metode yang berdasarkan PCR memungkinkan untuk menganalisa DNA dalam jumlah sangat sedikit. Kekurangan metode PCR adalah:2,8 1) Mudah terkontaminasi Kontaminasi merupakan masalah yang besar pada PCR karena sistem ini memperbanyak DNA yang ada dengan tingkat akurasi yang tinggi. Sebuah molekul DNA dapat menjadi jutaan bahkan milyaran DNA dalam waktu tiga jam, jika ada sebuah molekul DNA bakteri atau kontaminan lain tercampur maka molekul tersebut juga akan diperbanyak dalam laju yang sama sehingga akan terjadi salah kesimpulan. 2) Kebanyakan lokus dalam PCR memiliki alel lebih sedikit dibandingkan VNTR pada metode RFLP.

11

3) Tidak seperti VNTR yang menggunakan area yang tidak berfungsi, beberapa lokus dari PCR adalah gen yang fungsional, ini berarti telah terjadi seleksi alam yang menyebabkan perbedaan yang lebih besar dari subgroup populasi.
y

STRs (Short Tandem Repeats) Metode STRs (Short Tandem Repeats) adalah salah satu metode analisis yang berdasar pada metode Polymerase Chain Reaction (PCR). STRs (Short Tandem Repeat) adalah suatu istilah genetik yang digunakan untuk menggambarkan urutan DNA pendek (2 5 pasangan basa) yang diulang. Genome setiap manusia mengandung ratusan STRs. Metode ini paling banyak dikembangkan karena metode ini cepat, otomatis dan memiliki kekuatan diskriminasi yang tinggi. Dengan metode STRs dapat memeriksa sampel DNA yang rusak atau dibawah standar karena ukuran fragmen DNA yang diperbanyak oleh PCR hanya berkisar antara 200 500 pasangan basa. Selain itu pada metode ini dapat dilakukan pemeriksaan pada setiap lokus yang memiliki tingkat polimorfisme sedang dengan memeriksa banyak lokus dalam waktu bersamaan. Teknik yang digunakan adalah multiplexing yaitu dengan memeriksa banyak lokus dan berbeda pada satu tabung. Dengan cara ini dapat menghemat waktu dan menghemat sampel. Analisis pada teknik ini didasarkan pada perbedaan urutan basa STRs dan perbedaan panjang atau pengulangan basa STRs.2,6

Y- STRs (Y-Short Tandem Repeats) Y- STRs adalah STRs yang ditemukan pada kromosom Y. Y- STRs dapat diperiksa menggunakan jumlah sampel kecil dan rusak dengan metode dan alat yang sama dengan pemeriksaan STRs pada kromosom autosomal. Karena kromosom Y hanya terdapat pada pria maka Y - STRs dapat berguna untuk menyaring informasi genetik yang spesifik dari pria yang yang menjadi sampel. Pemeriksaan Y- STRs dapat digunakan untuk memeriksa sampel tanpa sperma yang bercampur antara sampel laki-laki dan perempuan, seperti sampel darah atau air liur yang diambil

12

dari korban kasus perkosaan. Pemeriksaan ini juga dapat mendeteksi profil pria ketika hanya profil wanita yang tampak jelas saat menggunakan STRs. Karena kromosom Y tidak mempunyai homolog pada genom manusia, maka disebut hemizygous. Kromosom Y tidak mempunyai partner yang sama seperti pada kromosom autosomal. Walaupun ia berpasangan selama pembelahan sel, rekombinasi genetik yang terjadi hanya sedikit atau yidak ada sama sekali, hal ini diwariskan kepada keturunannya. Y- STRs sangat berguna untuk menyelesaikan kasus disputed paternity pada anak laki-laki, karena kromosom Y diturunkan oleh ayah kepada anak laki-laki.2,6
y

mtDNA (Mitochondrial DNA) Aplikasi penggunaan mitokondria DNA (mtDNA) dalam identifikasi forensik dimulai pada tahun 1990. Mitokondria adalah partikel intraselular yang terdapat di luar nukleus dalam sitoplasma sel.

Mitokondria mengandung DNA kecil berupa molekul berbentuk sirkular yang terdiri dari 16569 pasangan basa yang dapat diidentifikasi. Setiap sel mengandung 100 1000 mitokondria. Ciri khas dari mtDNA adalah pola penurunannya. Tidak seperti DNA inti yang tersusun dari kombinasi separuh DNA orang tua, mitokondria DNA hanya mengandung DNA ibu. Mitokondria

diturunkan melalui sel telur tidak melalui sperma walaupun sperma secara struktural juga mengandung mitokondria dalam jumlah kecil, hal ini disebabkan karena bagian mitokondria sperma tidak masuk ke dalam sel telur sehingga hanya mitokondria ibu yang secara normal diturunkan pada anaknya.2,6 Mitokondria DNA bersifat seperti kromosom Y yang tidak mempunyai homolog pada genom manusia, maka disebut hemizygous hal ini menyebabkan Mitokondria DNA dan Kromosom Y diturunkan secara spesifik. Jika dari pemeriksaan Mitokondria DNA dapat mengetahui garis ibu, maka dari pemeriksaan Kromosom Y dapat mengetahui garis ayah pada anak laki-laki. Perbedaan yang terlihat

13

bahwa Mitokondria DNA adalah marker sitoplasmik yang diturunkan ibu kepada semua anaknya sedangkan Kromosom Y adalah marker nuklear yang hanya diturunkan seorang ayah pada anak laki -lakinya.6
y

CODIS (Combined DNA Index System) CODIS merupakan analisis DNA yang baru dikembangkan FBI. FBI memilih 13 STR yang digunakan sebagai deretan lokus utama standar dan meningkatkan pengembangan kemampuan laboraturium untuk melakukan pemeriksaan pada lokus tersebut. Laboratorium di seluruh dunia menggunakan lokus yang sama. Pengumpulan 13 lokus utama meningkatkan kemampuan diskriminasi. Kemungkinan ditemukan kecocokan antara dua orang yang tidak berhubungan berdasarkan random di Caucasian Amerika adalah satu diantara 575 trilyun. Angka kemungkinan ini lebih kecil dibandingkan UK system. FBI secara aktif dilibatkan dalam pengumpulan data frekuensi populasi pada grup dan subgrup populasi yang berbeda. Populasi ini kemudian dibagi lagi, misalnya data dari Jepang, Cina, Korea dan Vietnam. Pada dunia bagian barat terdapat data untuk Bahamian, Jamaica dan Trinidadian.2,7,8,9 FBI menyediakan software sebagai fasilitas pada penggunaan CODIS, termasuk pelatihan penggunaan sistem serta menyediakan dukungan bagi laboraturium untuk melakukan analisis DNA. CODIS menggunakan dua indeks atau putunjuk untuk melakukan pemeriksaan pada kasus kriminal dengan analisis dna. Convicted Offender Index mengandung profil narapidana yang melakukan tindakan criminal. The Forensik Index mengandung profil DNA dari fakta yang didapatkan pada kasus criminal misalnya darah atau semen. Kedua indeks ini didapatkan dengan komputer.2

14

II.6 Analisis Hasil Tes DNA Analisis DNA untuk tes paternitas meliputi beberapa tahap yaitu tahap pengambilan spesimen, tahap proses laboraturium, tahap perhitungan statistik dan pengambilan kesimpulan. Untuk metode tes DNA di Indonesia, masih memanfaatkan metode elektroforesis DNA. Intreprestasi hasilnya adalah dengan cara menganalisa pola DNA menggunakan marka STR (short tandem repeats). STR adalah lokus DNA yang tersusun atas pengulangan 2-6 basa. Dalam genom manusia dapat ditemukan pengulangan basa yang bervariasi jumlah dan jenisnya. Dengan menganalisa STR ini, maka DNA tersebut dapat diprofilkan dan dibandingkan dengan sampel DNA terduga lainnya. Beberapa tahapan tes DNA yaitu:9 1. Tahapan preparasi sampel yang meliputi pengambilan sampel DNA (isolasi) dan pemurnian DNA. Dalam tahap ini diperlukan kesterilan alat-alat yang digunakan. Untuk sampel darah, dalam isolasinya dapat digunakan bahan kimia phenolchloroform sedangkan untuk sampel rambut dapat digunakan bahan kimia Chilex. Selanjutnya DNA dimurnikan dari kotoran-kotoran seperti protein, sel debris, dan lain lain. Untuk metode pemurnian biasanya digunakan tehnik sentrifugasi dan metode filtrasi vakum. Tetapi berbagai ilmuwan telah banyak meninggalkan cara tersebut dan beralih ke produk-produk pemurnian yang telah dipasarkan seperti produk butir magnet yang memanfaatkan silica-coated paramagnetic resin yang memungkinkan metode pemisahan DNA yang lebih sederhana dan cepat. 2. Tahapan selanjutnya adalah memasukan sampel DNA yang telah dimur nikan kedalam mesin PCR (polymerase chain reaction) sebagai tahapan amplifikasi. Hasil akhir dari tahap amplifikasi ini adalah berupa kopi urutan DNA lengkap dari DNA sampel. Selanjutnya kopi urutan DNA ini akan dikarakterisasi dengan elektroforesis untuk melihat pola pitanya. Karena urutan DNA setiap orang berbeda maka jumlah dan lokasi pita DNA (pola elektroforesis) setiap individu juga berbeda. Pola pita inilah yang disebut DNA sidik jari (DNA finger print) yang akan dianalisa pola STR nya. Tahap terakhir adalah DNA berada dalam

15

tahapan typing, proses ini dimaksudkan untuk memperoleh tipe DNA. Mesin PCR akan membaca data-data DNA dan menampilkannya dalam bentuk angka-angka dan gambar-gambar identfikasi DNA. Finishing dari tes DNA ini adalah mencocokan tipe-tipe DNA. 3. Hasil analisis laboratorium atau profil DNA akan terlihat berupa pita-pita DNA yang terdapat pada gel poliakrilamid. Pita DNA anak kemudian dibandingkan dengan pita DNA ayah dan ibunya. Dapat dilihat bahwa masing-masing orang memiliki dua pita sebagai representasi dua alel yang menggambarkan DNA pada satu pasang kromosom. Salah satu pita pada kolom DNA anak sama tinggi dengan salah satu pita ibu yang menunjukkan alel tersebut berasal dari ibu, artinya pita anak yang kedua berasal dari pihak ayah terlihat bahwa salah satu pita ayah sama tinggi dengan pita kedua anak. Kemudian dilakukan perhitungan statistik sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa pria tersebut kemungkinan besar adalah ayah dengan kemungkinan sekian persen dibandingkan dengan orang lain dalam ras yang sama.

16

BAB III LAPORAN KASUS Mr. A adalah seorang laki-laki usia 65 tahun berkebangsaan Australia, memiliki anak laki-laki MDA dari Istri pertamanya di Australia. Pada tahun 2008, diketahui Mr. A telah memilki istri kedua di Bali Nyonya S dan dari hubungan mereka lahir seorang bayi laki-laki RJ yang pada saat pemeriksaan telah berusia satu bulan. Karena keluarga besar Mr. A yang berada di Australia ingin mengetahui pasti apakah bayi tersebut benar-benar anak dari Mr. A, maka mereka meminta dilakukannya uji keayahan atau tes paternitas dengan menggunakan tes DNA. Permasalahannya, Mr. A telah meninggal sejak tahun 2009, sehingga sampel dari ayah tidak mungkin di peroleh. Sehingga, sampel yang dipakai sebagai pembanding adalah sampel dari anak pertama Mr. A (MDA). Dari tes tersebut dapat diperoleh hasil, apakah MDA berasal dari satu garis keturunan yang sama dengan RJ atau tidak. Pada kasus ini keluarga pasien meminta pengujian DNA kepada bagian forensik melalui Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar. Selanjutnya, setelah dilakukannya informed concent, sampel diambil dari MDA sebagai pembanding dan RJ sebagai individu yang ingin di uji. Sampel yang digunakan untuk MDA adalah darah, sedangkan sampel untuk RJ diambil dari swab pipi. Kemudian sampel dikirim ke bagian/ unit Biologi Molekuler Fakultas Kedokteran Universitas Udayana untuk dilakukannya pengujian DNA. Pengujian DNA yang di pakai pada kasus ini adalah menggunakan DNA kromosom Y. Tes Y-STR penurunan paternal digunakan untuk menentukan apakah dua atau lebih laki-laki mempunyai hubungan keluarga melalui ayah mereka (secara paternal/garis ayah). Tes ini sering digunakan untuk memberikan bukti tambahan pada kasus paternitas yang sulit dimana terduga ayah tidak dapat di tes (dalam kasus ini, ayah telah meninggal). Hasil tes ini juga dapat digunakan untuk konfirmasi hubungan biologis dari anak laki-laki angkat. Dimana hasil dari pengujian tersebut dapat dilihat pada lampiran dibawah ini :

17

BAGIAN / SMF / INSTALASI KEDOKTERAN FORENSIK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA / RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH DENPASAR
Jl. Diponegoro, Denpasar 80114 Telp. (0361) 227911 15. Fax. (0361) 224206 Email : info@sanglahbalihospital.com Website : www.sanglahbalihospital.com

SURAT KETERANGAN ME S NO : KF 296/SKM/III/2010 Sehubungan dengan permintaan saudara MB kami yang bertanda tangan

di bawah ini dokter I MADE MARKER Sp.F, dokter pemer intah pada Instalasi Kedokteran Forensik Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar, telah melakukan pemer iksaan DNA dari sampel darah dan swab pipi, beker ja sama dengan Unit Biomol Fakultas Kedokteran Uni ersitas Udayana terhadap :

Nama Jenis kelamin Kewarganegaraan Umur Tanggal Lahir Nama Jenis kelamin Kewarganegaraan Umur Tanggal Lahir
Hasil pemeriksaan :

: : : : : : : : : :

MDA Laki laki Australian 37 tahun 9 Mei 1973 RJ Laki laki 1 bulan 9 Februar i 2010

1. Dari hasil pemeriksaan DNA kromosom Y dengan metode standar menunjukkan MBA dan RJ adalah saudara se ayah.-------------------------------- -------

2. Hasil pemeriksaan secara lengkap terlampir. -------------------------------- ---------------

18

Kes :
y

Dari peeriksaan DNA, MBA dan RJ adalah berasal dari individu dengan garis ke urunan ayah (Paternal) yang sama.-------------------------------- -----------------

Demikian surat keterangan ini di buat untuk digunakan sebagaimana mestinya.

Denpasar, 25 Maret 2010 Yang membuat keterangan

dr. MADE MARKER, Sp.F NIP. 194506301976021001

19

UNIT BIOLOGI MOLEKULER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIFERSITAS UDAYANA PELAYANAN IDENTIFIKASI DNA Hasil Pemeriksaan Hubungan Saudara Laki-laki

Terduga kakak Nama Nomor Jenis sampel Tanggal lahir Tgl terima sp MBA BF0004 Darah 9-5-1973 7-3-2010

Adik RJ BF0005 Swab mucosa 9-2-2010 7-3-2010

Ibu kandung SRH -

Tgl Laporan : 25-03-2010 Variasi alel dilaporkan sebagai angka dari pasangan alel dalam base pair STR Loci DYS 395 DYS 393 DYS 390 DYS 19 MBA 128 bp 136 bp 0 (nol) 200 bp RJ 128 bp 136 bp 0 (nol) 200 bp Keterangan cocok Cocok Cocok cocok

Probabilitas Paternity : 100%

20

Conclusion : DNA Profiling was performed by standart methods and has been completed on blood sample in the name of MBA as allege brother and RJ as brother. Based on the observed scintific evidence, it is concluded, in reference to the samples from 4 STR Loci that have been analyzed, the alleged brother MBA was match in the brother RJ as brother. There is 100% probability that MBA was brother RJ. Therefore, MBA as brother of RJ.

21

BAB IV PEMBAHASAN Permintaan uji keayahan pada laporan kasus ini awalnya di sampaikan oleh keluarga Mr. A (ayah) yang ingin mengetahui pasti apakah bayi RJ benar-benar anak dari Mr. A. Pihak keluarga Mr.A meminta dilakukannya uji keayahan atau tes paternitastas dengan menggunakan tes DNA kepada bagian Forensik melalui Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar. Ada beberapa surat-surat yang perlu dipersiapkan sebelum melakukan tes DNA, seperti informed consent, surat keterangan lahir, Kartu Tanda Penduduk (KTP), atau tanda pengenal lain, serta foto-foto dari korban dan terduga untuk mengetahui identitas yang benar dari mereka. Pada kasus ini semua berkas-berkas tersebut telah dipersiapkan dengan baik. Namun keluarga Mr. A selaku orang yang meminta pengujian tes DNA tidak menyertakan surat dari polisi atau jaksa, sehingga hasil tes ini diterbitkan sebagai surat keterangan medis yang nantinya tidak memiliki kekuatan hukum di pengadilan. Sampel yang dipilih pada kasus ini adalah dari darah dan swab mukosa pipi bagian dalam. Hampir semua bagian tubuh dapat digunakan untuk sampel tes DNA, tetapi yang sering digunakan adalah darah, rambut, usapan mulut pada pipi bagian dalam dan kuku. Sampel DNA yang digunakan bisa dari inti sel maupun mitokondrianya. Namun yang paling akurat adalah inti sel karena inti sel tidak bisa berubah. Sampel pemeriksaan DNA inti yang digunakan adalah sampel sel darah putih karena lebih mudah dalam pengambilannya. Hal yang penting adalah bagaimana bahan sampel setelah dikumpulkan harus diberi perlakuan tertentu agar tidak rusak. Dalam kasus ini darah telah diberikan bahan pengawet, yaitu EDTA dan disimpan dalam lemari es. Ada beberapa tes yang dapat digunakan utnuk menguji keayahan seseorang, seperti: Sistem sel darah merah, Sistem biokimia, tes Human Leukocyte Antigen (HLA), dan tes DNA sendiri. Dalam kasus ini Mr. A selaku ayah RJ sudah meninggal, sehingga tes paternitas yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah ini hanyalah tes DNA. Tes DNA itu sendiri memiliki

22

berbagai cara, namun yang dapat digunakan dalam kasus ini adalah tes Y -Short Tandem Repeats (Y-STR) dengan memeriksa kromosom Y. Y-STR merupakan DNA inti (c-DNA) yang diturunkan secara total dari seorang pria kepada semua anak laki-lakinya. Pada kasus ini, Y-STR diturunkan oleh ayah (Mr. A) kepada anak dari istri pertamanya (MDA) dan anak dari istri keduanya (RJ). Jadi jika benar RJ adalah anak kandung dari Mr. A maka profil Y-STR RJ akan sama persis dengan profil Y-STR MDA. Untuk metode tes DNA di Indonesia, masih memanfaatkan metode elektroforesis DNA. Dengan intreprestasi hasil dengan cara menganalisa pola DNA menggunakan marka STR (short tandem repeats) seperti tes DNA yang diterapkan Unit Biologi Molekuler Universitas Udayana pada kasus ini. Karena urutan DNA setiap orang berbeda maka jumlah dan lokasi pita DNA (pola elektroforesis) setiap individu juga berbeda. Pola pita inilah yang disebut DNA sidik jari (DNA finger print) yang akan dianalisa pola STR nya. Tahapan terakhir dari tes DNA ini adalah tahapan typing, proses ini dimaksudkan untuk memperoleh tipe DNA. Mesin PCR akan membaca data-data DNA dan menampilkannya dalam bentuk angka-angka dan gambar-gambar identfikasi DNA. Finishing dari tes DNA ini adalah mencocokan tipe-tipe DNA. Dari hasil tes Y-STR pada kasus ini (table II.2) ternyata Profil Y-STR dari sampel RJ cocok dengan profil Y-STR dari anak pertama dari istri pertama Mr. A MDA. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa MDA dan RJ adalah berasal dari individu dengan garis keturunan ayah/ Paternal (Mr. A) yang sama.

23

DAFTAR PUSTAKA
1. Anonim. Brief History of Forensik DNA Typing. Available at:

www.cstl.nist.gov/strbase/ppt/intro.pdf. Accessed on: August 20, 2010 2. Samuels Julie E., Asplen Christopher The Future of Forensik DNA Testing, Prediction of the Research and Development Working Group. Available: http:/ /www. denverda.org /DNA/Forensik _DNA_ Articles. htm. Accessed on: August 20, 2010. 3. Anonim. Pusdokkes Polri The Indonesian police centre for medical and Health Service. Available at: http://www. pusdokkes. polri.go .id/ naskah /dokpol/ ladok poli html. Accessed on: August 10, 2009. 4. Cantor Charles, Spengler Sylvia.Primer on Molecular Genetiks Available at: www.ornl.gov/hgmis/publicat/primer/toc. Accessed on: August 10, 2009. 5. Kolbinsky L, Levine, Margolis-Nuno H. 2007. Analysis DNA Forensik. Chelsea House of Publishing Infobase, New York. 6. Modul Bahan Ajar, Proyek Pengembangan Kewirausahaan Melalui Integratif Bahan Ajar Kriminalistik. Buku II. Jakarta: Universitas Indonesia, 2000. 7. Norah Rudin & Keith Inman. Introduction to Forensik DNA Analysis. 2 nd ed. London New York Washington DC: CRC Press LLC, 2002 8. Curran Thomas. Forensik DNA Analisys : Technology and Aplication. Available at: http ://www. denverda. August 10, 2009. 9. anonym. DNA Genetik Testing-Paternity and Forensik Use. Available at: http://www.genetiks.edu.au. Accessed on: August 20, 2010. org/DNA/Forensik_ DNA_ Articles.htm. Accessed on:

24

Anda mungkin juga menyukai