Anda di halaman 1dari 9

HUBUNGAN PENGETAHUAN, KOMUNIKASI INTERPERSONAL, DAN KETERAMPILAN TEKNIK DENGAN PENERAPAN PROSES KEPERAWATAN

ABSTRAKSI Keperawatan sebagai suatu profesi mengharuskan pelayanan keperawatan diberikan secara profesional berdasarkan pelaksanaan proses keperawatan dengan

menggunakan pengetahuan, komunikasi interpersonal, dan keterampilan teknik yang baik. RSUD Kota Yogyakarta mempunyai perawat dengan berbagai perbedaan pengetahuan, keterampilan komunikasi interpersonal, dan keterampilan teknik yang tentunya akan berpengaruh terhadap pelaksanaan proses keperawatan. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan antara pengetahuan dengan penerapan proses keperawatan di RSUD Kota Yogyakarta, hubungan antara komunikasi interpersonal dengan penerapan proses keperawatan di RSUD Kota Yogyakarta, hubungan antara keterampilan teknik yang dimiliki perawat dengan penerapan proses keperawatan di RSUD Kota Yogyakarta. Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode cross-sectional. Data pengetahuan responden dikumpulkan dengan kuesioner, data tentang komunikasi interpersonal, keterampilan teknik, dan penerapan proses keperawatan dikumpulkan dengan observasi. Subyek penelitian berjumlah 50 orang yaitu semua perawat pelaksana yang melakukan asuhan keperawatan yang bertugas di ruang rawat inap dan instalansi rawat darurat dengan kriteria : pendidikan minimal SPK, telah bekerja di rumah sakit tersebut minimal 1 tahun, tidak sedang cuti dan mendapat tugas belajar, bersedia menjadi responden. Uji hipotesis menggunakan analisis korelasi Rank Spearman dengan tingkat kepercayaan 95% atau = 0,05. Hasil penghitungan hubungan antara pengetahuan dengan penerapan proses keperawatan didapatkan rho = 0,186 dan p = 0,197; penghitungan hubungan komunikasi interpersonal dengan penerapan proses keperawatan didapatkan rho = 0,384 dan p = 0,006; penghitungan hubungan keterampilan teknik dengan penerapan proses rho = 0,343 dan p = 0,015. Penelitian ini menunjukkan tidak ada

hubungan

yang

bermakna

antara

pengetahuan

dengan

penerapan

proses

keperawatan; ada hubungan positif dan bermakna antara komunikasi interpersonal dengan penerapan proses keperawatan; ada hubungan positif dan bermakna antara keterampilan teknik dengan penerapan proses keperawatan.

Latar Belakang Keperawatan sebagai suatu profesi mengharuskan pelayanan keperawatan diberikan secara profesional oleh perawat. Untuk dapat dikatakan profesional salah satu cirinya adalah pelayanan keperawatan yang diberikan berdasarkan pada ilmu pengetahuan (Flexner, Cit Chitty, 1997). Tingkat pengetahuan yang cukup memungkinkan perawat untuk mengerti tentang suatu hal dan dapat menanggapi berdasarkan rasional dan secara konseptual memahami apa yang harus dilakukan untuk mancapai tujuan yang diinginkan (Taylor et al 1993). Menurut Nursalam (2001), perawat dituntut untuk mempunyai pengetahuan tentang konsep dan teori sebagai dasar interaksi dalam mengartikan suatu informasi yang diterima serta dapat menjalin komunikasi yang efektif. Mencari data dan bekerjasama dengan pasien sangat diperlukan dalam pelaksanaan proses keperawatan, untuk itu sangat penting menyediakan lingkungan yang aman secara emosional yang mengijinkan pasien untuk merasa di dukung dan diterima. Komunikasi memainkan peran kunci dalam mempertahankan lingkungan ini (Sieh dan Brentin, 1997). Komunikasi disini diartikan sebagai komunikasi interpersonal, dimana ketrampilan komunikasi interpersonal memungkinkan perawat untuk

menciptakan dan menjaga hubungan terapeutik yang baik yang akan memfasilitasi tercapainya tujuan. Keterampilan berkomunikasi yang baik sangat dibutuhkan dalam semua bidang. Setiap perawat yang ingin menjadi seorang pemberi pelayanan yang efektif pertama-tama harus belajar berkomunikasi. Keterampilan komunikasi juga memungkinkan perawat untuk mengenal pasien, membuat diagnosa dan memenuhi kebutuhan mereka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa didalam unit keperawatan dimana perawat bertukar informasi dan ide, pemecahan masalah dilakukan bersamasama, moral pegawai tinggi, pasien mendemonstrasikan peningkatan kesehatan dan peningkatan kerjasama dalam prosedur keperawatan (Taylor et al, 1993). Menurut

Meredith Cit Soenarto (2000), dari hasil penelitian yang sudah dikerjakan selama 30 tahun menunjukkan bahwa komunikasi yang jelek merupakan penyebab terbesar ketidakpuasan pasien. Melakukan tindakan keperawatan atau implementasi harus menggunakan keterampilan tehnik yang bagus. Kepercayaan pasien juga terletak pada bagaimana kemampuan perawat melakukan tindakan-tindakan keperawatan.

Keterampilan tehnik yang baik memungkinkan perawat untuk memanipulasi peralatan yang ada dengan terampil sesuai dengan prosedur untuk mencapai tujuan yang diinginkan, meliputi penggunaan alat-alat yang tersedia sesuai dengan kompetensi sehingga menimbulkan stress minimum terhadap klien dan melaksanakan prosedur tindakan dengan benar (Taylor et al, 1993). Rumah Sakit Umum Daerah Kota Yogyakarta (RSUD Kota Yogyakarta) merupakan rumah sakit milik Pemerintah Kota Yogyakarta yang terdiri dari ruang rawat inap Kelas III, II, I, VIP, ICU/ICCU, Instalansi Bedah Sentral, Instalansi Rawat Darurat, dan Rawat Jalan. Menurut data yang diperoleh dari bagian Keperawatan didapatkan bahwa pendidikan tenaga keperawatan yang melakukan asuhan keperawatan di RSUD Kota Yogyakarta terdiri dari beraneka ragam jenis pendidikan diantaranya 1 orang lulusan sarjana, 74 orang lulusan DIII, 35 orang lulusan SPK, 2 orang SPRG, 3 orang pekarya, 4 orang asisten perawat. Dari studi pendahuluan yang dilakukan bulan April 2005 tentang dokumentasi penerapan proses keperawatan dari status pasien bulan Januari sampai Maret yang diambil secara acak di lima ruang rawat inap di RSUD Kota Yogyakarta yang dilakukan oleh tenaga keperawatan, diperoleh hasil bahwa dari lima tahap proses keperawatan telah dilaksanakan pengkajian 77%, diagnosa 56%, perencanaan 46%, pelaksanaan 56,5%, evaluasi 38%. Dari observasi yang dilakukan pada pada bulan Maret 2005 pada tiga orang perawat di tiga ruang rawat inap diperoleh data bahwa dua orang perawat melakukan tindakan keperawatan tidak sesuai dengan prosedur yang ditetapkan baik dalam persiapan alat maupun pelaksanaan, teknik komunikasi yang dilakukan perawat terhadap pasien dan keluarga bukan merupakan tehnik hubungan yang terapeutik, perawat tidak mengajak anggota keluarga untuk bekerjasama dalam menyelesaikan masalah pasien. Dari hasil wawancara pada bulan April 2005 yang dilakukan pada lima perawat di lima ruang rawat inap diperoleh data bahwa tiga orang perawat melakukan penerapan proses keperawatan hanya sebatas yang mereka ketahui dan dilakukan

sebatas rutinitas, dua orang perawat diantaranya mengatakan mengisi dokumentasi keperawatan berdasarkan yang mereka mengerti saat ini dan bukan berdasarkan standar asuhan keperawatan yang ada karena mereka belum begitu paham tentang standar tersebut dan satu orang perawat mengatakan tidak tahu tentang standar asuhan keperawatan tersebut, perawat mengatakan mengetahui lima tahap dalam proses keperawatan tetapi tidak bisa menjelaskan komponen-komponen yang terdapat dalam lima tahap proses keperawatan tersebut, shift jaga sore dan malam tidak mendokumentasikan kegiatan keperawatan yang dilakukan (tidak berkesinambungan). Dari data tersebut diatas diperoleh data bahwa terdapat perbedaan tingkat pengetahuan, teknik komunikasi interpersonal, dan tingkat keterampilan teknik yang dimiliki perawat di RSUD Kota Yogyakarta, padahal ketiga hal tersebut adalah keterampilan yang harus dimiliki perawat untuk dapat melaksanakan proses keperawatan dengan baik. Disamping itu juga RSUD Kota Yogyakarta adalah rumah sakit yang menjadi lahan praktek mahasiswa program Diploma III maupun mahasiswa program S1 keperawatan yang semuanya menjadi calon tenaga keperawatan. Dalam fungsinya sebagai lahan praktek maka segala sesuatu yang dilaksanakan dalam memberikan asuhan keperawatan menjadi salah satu materi untuk belajar bagi peserta praktek. Dari latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang Hubungan pengetahuan, komunikasi interpersonal, dan keterampilan teknik dengan penerapan proses keperawatan dalam asuhan keperawatan RSUD Kota Yogyakarta. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan yang dimiliki perawat dengan penerapan proses keperawatan di RSUD Kota Yogyakarta. 2. Untuk mengetahui hubungan antara komunikasi interpersonal yang dilakukan perawat dengan penerapan proses keperawatan di RSUD Kota Yogyakarta. 3. Untuk mengetahui hubungan antara keterampilan teknik yang dimiliki perawat dengan penerapan proses keperawatan di RSUD Kota Yogyakarta.

Metode Penelitian Populasi dan Sampel Populasi penelitian ini adalah perawat di RSUD Kota Yogyakarta sebanyak 125 orang. Sampel penelitian ini berjumlah 50 orang yaitu semua perawat pelaksana yang melakukan asuhan keperawatan yang bertugas di ruang rawat inap dan instalansi rawat darurat dengan kriteria: 1. Pendidikan minimal SPK 2. Telah bekerja di rumah sakit tersebut minimal 1 tahun 3. Tidak sedang cuti dan mendapat tugas belajar 4. Bersedia menjadi responden Pengambilan sampel menggunakan tehnik purposive sampling. Instrumen Penelitian Instrumen dalam penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu menggunakan kuesioner dan observasi. Untuk menilai tingkat pengetahuan perawat tentang proses keperawatan digunakan kuesioner yang dibuat oleh peneliti dengan menggunakan pertanyaan tertutup yang terdiri dari 40 item pernyataan, perawat kemudian memberi jawaban benar atau salah dari pernyataan yang telah disediakan. Pernyataan berisi tentang pengetahuan proses keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan dokumentasi. Penilaian dilakukan dengan menghitung jawaban yang benar, apabila jawaban yang diberikan benar akan diberi nilai 1 dan jawaban yang diberikan salah diberi nilai 0. Komunikasi interpersonal perawat dinilai dengan observasi menggunakan check list yang dibuat peneliti. Lembar observasi terdiri dari 20 item yang berisi tentang kegiatan komunikasi yang dilakukan perawat saat melakukan pengkajian/wawancara terhadap pasien/keluarga. Penilaian terhadap komunikasi interpersonal dengan menghitung skor yang telah didapat. Untuk tiap item diberi nilai 2 apabila pernyataan dilakukan responden dengan sempurna, nilai 1 apabilai pernyataan dilakukan responden tetapi tidak sempurna, dan nilai 0 apabila pernyataan tidak dilakukan. Keterampilan teknik dinilai dengan observasi menggunakan check list yang disadur dari instrumen C evaluasi standar asuhan keperawatan di rumah sakit dari DepKes RI 1997. Instrumen yang diambil adalah 8 kegiatan yang sering dilakukan di setiap ruangan antara lain memberikan oksigen, memasang infus, menolong pasien BAB, melaksanakan ambulasi dini, mengukur suhu badan per axillary (ketiak), menghitung nadi dan pernafasan, mengukur tekanan darah, dan memberikan

obat melalui suntikan. Perawat diobservasi saat melakukan salah satu tindakan keperawatan. Observasi yang dilakukan adalah untuk item tindakan yang sama atau berbeda. Untuk item tindakan yang dilakukan diberi nilai 1, dan keterampilan yang tidak dilakukan diberi nilai 0 . Untuk mengetahui penerapan proses keperawatan dilakukan dengan observasi terhadap pendokumentasian asuhan keperawatan dengan

menggunakan check list instrumen A evaluasi standar asuhan keperawatan di rumah sakit dari DepKes RI 1997. Pada studi dokumentasi setiap item diberi tanda bila kegiatan dilakukan dan tanda 0 bila kegiatan tidak dilakukan. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Sebelum melakukan penelitian, peneliti terlebih dahulu melakukan uji validitas dan reliabilitas kuesioner yang dilakukan di RSUD Sleman dengan responden 20 orang dari perawat yang bertugas di ruang rawat inap dan rawat darurat. Dari olah data yang dilakukan dengan tehnik korelasi Product Moment dari Pearson didapat hasil 7 item dari 40 item pernyataan dalam kuesioner tentang pengetahuan proses keperawatan yang tidak valid dan peneliti menghilangkan item tersebut sehingga dalam kuesioner tentang pengetahuan hanya terdapat 30 pernyataan. Untuk uji reliabilitas kuesioner tidak dilakukan. Instrumen observasi tidak dilkukan uji validitas, karena instrumen A dan intrumen C SAK merupakan instrumen yang sudah baku. Untuk menentukan toleransi perbedaan hasil observasi yang dilakukan observer pada studi dokumentasi digunakan tehnik uji reabilitas pengamatan (observasi) yang dikemukakan oleh H.J.X. Fernandes (Arikunto, 2002). Setelah koefisien kesepakatan diperoleh kemudian diinterpretasikan sesuai dengan ketentuan: nilai 1 berarti ideal, nilai 0,8 1 berarti sangat baik, nilai 0,6 0,8 berarti memadai, dan nilai < 0,6 berarti kurang baik. Uji reliabilitas dokumentasi dilakukan dengan cara dua orang observer melakukan pengamatan terhadap satu catatan keperawatan pasien kemudian hasil kedua pengamatan tersebut dimasukkan kedalam tabel 2x2 untuk dilakukan penilaian dan hasil yang didapat adalah 0,68 yang berarti memadai. Untuk menentukan toleransi hasil observasi yang dilakukan observer pada observasi komunikasi interpersonal digunakan tehnik uji reabilitas pengamatan (observasi) yang dikemukakan oleh H.J.X. Fernandes (Arikunto, 2002). Setelah koefisien kesepakatan diperoleh kemudian diinterpretasikan sesuai dengan ketentuan:

nilai 1 berarti ideal, nilai 0,8 1 berarti sangat baik, nilai 0,6 0,8 berarti memadai, dan nilai < 0,6 berarti kurang baik. Uji reliabilitas observasi komunikasi terapeutik dilakukan dengan cara dua orang observer melakukan pengamatan terhadap satu responden kemudian hasil kedua pengamatan tersebut dimasukkan kedalam tabel 3x3 untuk dilakukan penilaian dan hasil yang didapat adalah 0,7 yang berarti memadai. Untuk menentukan toleransi hasil observasi yang dilakukan observer pada observasi keterampilan teknik, digunakan tehnik uji reabilitas pengamatan (observasi) yang dikemukakan oleh H.J.X. Fernandes (Arikunto, 2002). Setelah koefisien kesepakatan diperoleh kemudian diinterpretasikan sesuai dengan ketentuan: nilai 1 berarti ideal, nilai 0,8 1 berarti sangat baik, nilai 0,6 0,8 berarti memadai, dan nilai < 0,6 berarti kurang baik. Uji reliabilitas observasi keterampilan teknik dilakukan dengan cara dua orang observer melakukan pengamatan terhadap satu responden yang sedang melakukan tindakan keperawatan kemudian hasil kedua pengamatan tersebut dimasukkan kedalam tabel 2x2 untuk dilakukan penilaian dan hasil yang didapat untuk pengamatan memberikan oksigen didapat hasil 0,81 yang berarti sangat baik, memasang infus didapat hasil 0,88 yang berarti sangan baik, mengukur suhu badan per axillary (ketiak) didapat hasil 0,88 yang berarti sangat baik, menghitung nadi dan pernafasan didapat hasil 0,81 yang berarti sangat baik, mengukur tekanan darahdidapat hasil 0,83 yang berarti sangat baik, serta memberikan obat melalui suntikan didapat hasil 0,83 yang berarti baik. Dari hasil uji kesepakatan didapatkan hasil yang memadai pada studi dokumentasi, hasil yang memadai pada observasi komunikasi interpersonal, dan hasil yang baik dan sangat baik pada observasi keterampilan teknik dengan sekali pengamatan maka uji kesepakatan hanya dilakukan sekali. Dan dari hasil yang didapat maka kegiatan observasi dapat dilaksanakan. Analisa Data Analisa data dilakukan dengan mengecek kelengkapan data dan mengecek kembali instrumen. Kuesioner dicek kembali kelengkapan identitas pengisinya. Selanjutnya dilakukan tabulasi yang meliputi scoring terhadap item-item dalam kuesioner; memberi kode item; pendidikan, lama kerja, dan penataran/pelatihan yang pernah diikuti; dan yang terakhir mengolah data dengan memberikan kode dan melakukan analisa data

dengan uji hipotesis. Untuk memperoleh nilai dari kuesioner pengetahuan dilakukan dengan menjumlahkan nilai dari aspek yang didapat kemudian dibagi dengan jumlah nilai aspek yang dinilai dan dikalikan seratus persen. Interpretasi dari nilai tersebut menggunakan pedoman menurut Sugiyono (1996), yaitu: pengetahuan perawat tinggi/baik apabila 76%-100% pertanyaan dijawab benar: pengetahuan sedang apabila 56%-75% pertanyaan dijawab benar : pengetahuan perawat rendah apabila 55% pertanyaan dijawab benar. Memperoleh nilai dari komunikasi interpersonal

menggunakan observasi dilakukan dengan menjumlahkan nilai dari setiap item dari aspek yang didapat kemudian dibagi dengan jumlah nilai aspek yang dinilai dan dikalikan seratus persen. Interpretasi dari nilai tersebut menggunakan pedoman: komunikasi perawat tinggi/baik apabila perolehan nilai 76%-100% ; komunikasi sedang apabila perolehan nilai 56%-75%; komunikasi perawat rendah/buruk apabila perolehan nilai 55%. Penilaian keterampilan teknik menggunakan observasi dilakukan dengan menjumlahkan nilai dari setiap item dari aspek yang didapat kemudian dibagi dengan jumlah nilai aspek yang dinilai dan dikalikan seratus persen. Untuk masing-masing observasi dihitung sendiri. Setelah diperoleh hasil kemudian ketiga hasil observasi tersebut dijumlahkan dan diambil nilai rata-rata. Interpretasi dari nilai tersebut menggunakan pedoman: keterampilan teknik perawat tinggi/baik apabila perolehan nilai 76%-100% ; keterampilan teknik sedang apabila perolehan nilai 56%-75%; keterampilan teknik perawat rendah/buruk apabila perolehan nilai 55%. Penilaian dari penerapan proses keperawatan lewat studi dokumentasi dilakukan dengan

menjumlahkan nilai dari setiap item dari aspek yang didapat kemudian dibagi dengan jumlah nilai aspek yang dinilai dan dikalikan seratus persen. Interpretasi dari nilai tersebut menggunakan pedoman nilai 76%-100%: dokumentasi baik, 56%-75%: dokumentasi cukup, 55%: dokumentasi kurang. Uji hipotesis asosiatif korelasi hubungan pengetahuan, komunikasi interpersonal, dan keterampilan tehnik dengan penerapan proses keperawatan dilakukan dengan teknik Korelasi Rank Spearman. Kemudian ditetapkan taraf kesalahan 5% ( = 0,05), apabila didapatkan p0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti menunjukkan ada hubungan antar variabel, tetapi jika hasil yang didapat p0,05 maka Ho diterima yang berarti tidak ada hubungan antar variabel.

Sumber

http://karyatulisilmiahkesehatan.blogspot.com/2008/10/hubungan-

pengetahuan-komunikasi.html

Anda mungkin juga menyukai