Anda di halaman 1dari 30

BAB III KERANGKA PENELITIAN 1.

Kerangka Konsep Kerangka konsep penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui Gambaran Tingkat Kecemasan dan Beban Keluarga Pada Pasien yang Menderita Diabetes melitus Di Rumah Sakit Umum Aceh Tamiang Tahun 2012. Berdasarkan tinjauan teoritis maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Skema 3.1 Kerangka penelitian Gambaran tingkat kecemasan dan beban keluarga terhadapa pasien yang menderita diabetes melitus.
Pasien diabetes

Kecemasan keluarga pada pasien Diabetes Melitus : Terhadap komplikasi Perawatan yang lama

Ringan Sedang Berat

Beban Keluarga: Obyektif Subyektif Iotrogenik

Ringan Sedang
Berat

Ket :

Diteliti Tidak diteliti

Universitas Sumatera Utara

2.

Defenisi Operasional Variabel Penelitian3 Tabel 1. Defenisi Operasional Variabel Penelitian

No 1.

Variabel Kecemasan keluarga pada pasien diabetes melitus

Defenisi Operasional Kecemasan merupakan kekhawatiran keluarga pada anggota keluarga yang menderita

Alat Ukur Dengan menggunakan kuesioner Dengan angka

Hasil Ukur Ringan 1428 Sedang 2942 Berat 56 43-

Skala Ukur Interval

diabetes melitus beserta (skor) tambahan penyakit yang mengikuti diabetes melitus, sehingga keluarga 1 : gejala ringan 2 : gejala sedang

merasa khawatir ,cemas 3 : gelaja berat ,gelisah dan takut akan sesuatu hal yang buruk terjadi dimasa depan akan lamanya dirawat meliputi : Cemas Ringan Cemas Sedang Cemas Berat 4 : gejala berat sekali

Universitas Sumatera Utara

2.

Beban

Sesuatu yang sulit

Dengan menggunakan Quesioner

Ringan 0- 4 Interval Sedang 5-8 Berat 12 9-

Keluarga pada ditanggung anggota pasien diabetes melitus keluarga yang menyebabkan meningkatkn stres emosional dan ekonomi keluarga terhadap pasien diabetes melitus pada saat perawatan dengan waktu yang lama dan pengobatan yang rutin

dengan jawaban Ya :1

Tidak : 0

Universitas Sumatera Utara

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

1.

Desain Penelitian Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif, yang

bertujuan untuk mengetahui bagaimana tingkat kecemasan dan beban keluarga (suami, istri, anak, ayah dan ibu), menghadapi anggota keluarganya yang menderita Diabetes Melitus di Rumah Sakit Umum Aceh Tamiang.

2.

Populasi dan Sampel 2.1 Populasi Populasi adalah Keseluruhan subjek penelitian atau subjek yang diteliti (Arikunto, 2010). Populasi dari penelitian ini adalah keluarga yang mengalami diabetes melitus diruang rawat inap dan rawat jalan, dengan jumlah 170 orang di Rumah Sakit Umum Aceh Tamiang. 2.2 Sampel Sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel Purposive Sampling yaitu teknik sampling yang digunakan dengan cara

memilih sampel di antara populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti, sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik (Nursalam, 2008). Adapun kriteria inklusi yang ditentukan oleh peneliti adalah : 2.1.1 Sampel bersedia menjadi responden 2.1.2 Salah satu keluarga pasien (suami, istri, anak, ayah dan ibu)

Universitas Sumatera Utara

2.1.3 Bisa berbahasa indonesia dan 2.1.4 Umur minimal 17 tahun. Menurut Nursalam (2008) Dalam menentukan besarnya sampel dimana sampel lebih kecil dari 1000, maka peneliti menggunakan rumus : N n= N (d)2 +1

Dimana : n = Jumlah sampel N = Jumlah populasi d=Tingkat kesalahan yang dipilih ( 0,1, 0,5, atau 0,01) N n= N (d) + 1 170 n= 170 ( 0,1 ) + 1 170 n = 2,7 = = 62,96 63 responden

Universitas Sumatera Utara

Sehingga jumlah sampel sebanyak 63 orang responden di Rumah Sakit Aceh Tamiang. 3. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di ruang rawat inap dan rawat jalan Rumah Sakit Umum Aceh Tamiang dan pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada bulan Juli sampai dengan September 2012. Peneliti memilih Rumah Sakit Aceh Tamiang sebagai tempat penelitian karena belum pernah ada dilakukan penelitian di Rumah Sakit Aceh Tamiang mengenai tingkat kecemasan dan beban keluarga pada pasien yang menderita diabetes melitus. Pertimbangan lain adalah efektivitas waktu serta terjangkaunya daerah yang mudah dikunjungi. 4. Pertimbangan Etik Pertimbangan etik dalam penelitian ini bertujuan agar peneliti dapat menjaga dan menghargai hak asasi para respondennya. Dalam penelitian ini, peneliti mengajukan permohonan izin kepada Direktur Rumah Sakit Aceh Tamiang tempat saya melakukan penelitian. Setelah mendapat izin persetujuan kemudian melakukan penelitian dengan menekankan pertimbangan etik yang meliputi : 1. Onotomi Otonomi. Peneliti memberi kebebasan kepada responden untuk

menentukan apakah bersedia atau tidak untuk mengikuti kegiatan penelitian.

Universitas Sumatera Utara

2. Informed Consent Peneliti menanyakan kesediaan menjadi responden setelah peneliti memperkenalkan diri, menjelaskan tujuan, dan manfaat penelitian. Jika responden bersedia menjadi peserta penelitian maka responden diminta menandatangani lembar persetujuan. 3. Anonimity Peneliti tidak mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data, tetapi akan memberikan kode pada masing-masing lembar persetujuan tersebut. 4. Confidentiality Peneliti menjamin kerahasiaan informasi responden dan kelompok data tertentu yang dilaporkan sebagai hasil penelitian. 5. Beneficience Selalu berupaya bahwa kegiatan yang diberikan kepada responden mengandung prinsip kebaikan bagi responden guna mendapatkan suatu metode atau konsep baru untuk kebaikan responden. 6. Nonmaleficience Penelitian yang dilakukan tidak mengandung unsur bahaya atau merugikan apalagi sampai mengancam jiwa bagi responden. 7. Veracity. Penelitian yang dilakukan harus dijelaskan secara jujur tentang manfaat, efek dan apa yang didapat jika responden terlibat di dalam penelitian tersebut.

Universitas Sumatera Utara

8. Juctice. Peneliti harus berusaha semaksimal mungkin untuk tetap melaksanakan prinsip juctice (keadilan) pada saat melakukan penelitian. (Hidayat, 2007) 5. Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini dibuat dalam bentuk kuesioner yang terdiri dari tiga bagian yaitu lembar pertama mengenai data demografi meliputi : terdiri dari umur, jenis kelamin, suku, pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan keluarga, penghasilan, bagian kedua mengenai tingkat kecemasan keluarga tentang komplikasi diabetes melitus dan perawatan yang lama. Alat ukur kecemasan berdasarkan (HARS) Hamington Anxiety Rating

Scale (Nursalam, 2008). Kuesioner mengenai tingkat kecemasan terdiri dari 14 pertanyaan. Data untuk mengisi kuesioner mengenai tingkat kecemasan menggunakan angka (skor) antara 1 4 dengan nilai sebagai berikut : Nilai 1 = (satu gejala dari pilihan yang ada) Nilai 2 = (separuh dari gejala yang ada) Nilai 3 = (lebih dari separuh dari gejala yang ada) Niali 4 = (semua gejala ada) Dengan menggunakan rumus statistik menurut Sudjana (2005), Panjang kelas = Rentang Banyak kelas Rentang adalah selisih nilai tertinggi dan terendah. Untuk tingkat kecemasan, nilai tertinggi adalah 56 dan nilai terendah 14. Maka rentang untuk tingkat kecemasan adalah 14, dengan banyak kelas tiga kategori yaitu ringan, sedang, dan berat. Maka didapat panjang kelas adalah 14 dengan nilai terendah

Universitas Sumatera Utara

14 sebagai batas bawah kelas ordinal pertama. batas bawah pertama maka persepsi di kategorikan sebagai berikut :

14-28 : karakteristik cemas ringan 29-42: karakteristik cemas sedang 43-56: karakteristik cemas berat Bagian ketiga tentang beban keluarga terdiri dari pertanyaan beban obyektif, beban subyektif dan beban iantrogenik pada komplikasi diabetes melitus dan perawatan yang lama. kuesioner beban keluarga dibuat berdasarkan tinjauan pustaka yang terdiri dari 12 pertanyaan, pertanyaan no 1 sampai 4 tentang obyektif, 5 sampai 8 tentang subyektif dan 9 sampai 12 tentang iontrogenik. dengan penilaian

menggunakan skala Guttman dengan jawaban Ya dan Tidak. ( pernyataan yang tepat diberi nilai 1 dan yang salah diberi nilai 0). Nilai yang tertinggi 12 dan terendah 0 . Untuk beban keluarga, nilai tertinggi adalah 12 dan nilai terendah 0. Maka rentang untuk motivasi adalah 12, dengan banyak kelas tiga kategori yaitu rendah, sedang dan tinggi. Maka didapat panjang kelas adalah 12 dengan nilai terendah 0 sebagai batas bawah kelas ordinal pertama. Maka beban keluarga pada klien yang menderita diabetes melitus dapat dikategorikan : 0-4 : karakteristik ringan 5-8 : karakteristik sedang 9-12 : karakteristik berat

Universitas Sumatera Utara

6.

Uji Validitas dan Reliability Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan kevalidan suatu

instrumen. Suatu instrumen yang valid adalah instrumen yang mempunyai validitas yang tinggi. Sebaliknya instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah (Arikunto, 2010). Uji validitas dilakukan oleh dosen yang ahli dibidang ini berupa uji content validitas. Berdasarkan uji reliabilitas tersebut, kuesioner disusun kembali dengan bahasa yang lebih efektif dan dengan item-item pernyataan yang akan mengukur sasaran yang ingin di ukur sesuai dengan teori atau konsep. Setelah dilakukan uji validitas maka didapatkan hasil bahwa instrument penelitian yang digunakan telah valid dan dapat di gunakan untuk penelitian selanjutnya. Uji Reliabilitas merupakan indeks yang menunjukan sejauh mana suatu alat pengukuran dapat dipercaya dan tetap konsisten bila dilakukan beberapa kali dengan menggunakan alat ukur yang sama (Notoadmodjo, 2010). Uji reliabilitas dilakukan pada keluarga klien yang menderita diabetes melitus di Rumah Sakit Umum Daerah Langsa pada bulan Agustus. Instrumen reliabel diujikan kepada 30 orang responden sesuai kriteria penelitian yang sudah ditentukan. Pada penelitian ini diperoleh hasil uji reliabilitas yaitu nilai Cronbach Alpha untuk variabel kecemasan 0,887 dimana r tabel 0,378 dan untuk variabel beban keluarga diperoleh alpha 0,846. Karena nilai Alpha >0,7 maka dinyatakan bahwa seluruh instrumen atau pertanyaan yang digunakan dalam penelitian ini realibel.

Universitas Sumatera Utara

7.

Prosedur Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan setelah peneliti menerima surat dari institusi

pendidikan (Fakultas Keperawatan USU) dan surat izin dari lokasi penelitian yaitu Rumah Sakit Aceh Tamiang. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan menggunakan kuesioner dan sebelum membagikan kuesioner, terlebih dahulu peneliti meminta kesediaan menjadi responden penelitian, kemudian responden diberi kesempatan membaca surat persetujuan menjadi responden. Sebelum mengisi kuesioner, responden terlebih dahulu diberi penjelasan dan menandatangani informed concent sebagai tanda persetujuan menjadi responden penelitian. Setelah diisi sendiri oleh responden, kuesioner dikumpulkan oleh peneliti dan diperiksa kelengkapannya sesuai dengan petunjuk (editing), memberikan kode tertentu pada kuesioner untuk mempermudah sewaktu mengadakan tabulasi dan analisa data (coding), dan mempermudah analisa data, pengolahan dan pengambilan kesimpulan dengan melakukan tabulasi (tabulating). pengolahan data dilakukan secara komputerisasi, kemudian dilakukan labelisasi variabel, dimana yang di ukur adalah frekuensi, persen dan mean. Hasil analisa data disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentase untuk melihat gambaran tingkat kecemasan dan beban keluarga pada klien yang menderita diabetes melitus. 8. Analisa Data Setelah data terkumpul, maka dilakukan analisa data melalui beberapa tahapan. Pertama dimulai dengan editing untuk memeriksa kelengkapan identitas dan memastikan semua jawaban telah diisi, kemudian dilanjutkan dengan

Universitas Sumatera Utara

memberi kode untuk memudahkan peneliti dalam melakukan mentabulasi data yang telah dikumpulkan. Kemudian dilakukan pengolahan data dengan menggunakan teknik komputerisasi. Hasi penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentase sehingga memperoleh gambaran tentang objek yang diteliti dengan gambaran tingkat kecemasan 3 kategori: ringan, sedang dan berat serta gambaran beban keluarga 3 kategori yaitu: beban ringan, beban sedang dan beban berat. Kesimpulan dibuat dengan bentuk kesimpulan induktif dimana hasil dari para responden akan disimpulkan sebagai jawaban secara umum yang memwakili jawaban seluruh responden di Rumah Sakit Umum Aceh Tamiang

Universitas Sumatera Utara

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini menjelaskan tentang hasil penelitian serta pembahasan yang diperoleh dari pengumpulan data terhadap 63 responden di Rumah sakit Aceh Tamiang selama bulan Juli sampai November 2012. Hasil penelitian ini menguraikan mengenai tingkat kecemasan dan beban keluarga pada klien yang menderita diabetes melitus di Rumah Sakit Umum Aceh Tamiang. 1. Hasil penelitian Hasil penelitian dibawah ini menguraikan gambaran data demografi responden dan gambaran tingkat kecemasa dan beban keluarga pada klien yang menderita diabetes melitus di Rumah sakit Aceh Tamiang. 1.1 Data demografi responden Responden dalam penelitian ini adalah keluarga pada klien yang menderita diabetes melitus dirumah sakit umum daerah aceh tamiang dengan jumlah 63 responden. Hasil penelitian didapatkan bahwa umur responden terbanyak berada pada rentang 27-33 tahun yaitu sebanyak 19 responden (30,2%). Sedangkan jenis kelamin responden terbanyak lakilaki sebanyak 33 responden (52,4%). Berdasarkan Suku didapatkan hasil bahwa mayoritas suku aceh sebanyak 37 responden (58,7%), Pendidikan responden terbanyak adalah perguruan tinggi sebanyak 31 responden (49,2%). Pekerjaan responden mayoritas sebagai pegawai negeri sipil

Universitas Sumatera Utara

sebanyak 26 responden (41,3%), hubungan dengan keluarga terbanyak adalah suami sebanyak 24 responden (38,1%), sebagian besar responden mengungkapkan bahwa penghasilan perbulan besar dari Rp 1.000.0003.000.000 yaitu 31 responden (49,2%). Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Data Demografi keluarga pada klien yang menderita Diabetes Melitus di Rumah Sakit Aceh Tamiang (n=63)
Data Demografi Umur 20 - 26 tahun 27 - 33 tahun 34 - 40 tahun 41 - 47 tahun 48 - 54 tahun 55 - 61 tahun 62 - 68 tahun Jenis kelamin Suku Laki-laki Perempuan 3 19 15 10 12 3 1 4,8 30,2 23,8 15,9 19,0 4,8 1,6 Frekuensi (n) Persentase (%)

33 30 37 10 16

52,4 47,6 58,7 15,9 25,4

Aceh Jawa Melayu Pendidikan SD SMP SMA Perguruan Tinggi Pekerjaan PNS Wiraswasta Buruh Nelayan Petani Hubungan dengan keluarga Suami Istri Anak Ayah Ibu Penghasilan <Rp 500.000 >Rp 500.000- 1.000.000 >Rp 1.000.000- 3.000.000 >Rp 5.000.000

3 7 22 31

4,8 11,1 34,9 49,2

26 14 6 9 8

41,3 22,2 9,5 14,3 12,7

24 20 17 1 1

38,1 31,7 27,0 1,6 1,6

23 7 31 2

36,5 11,1 49,2 3,2

Universitas Sumatera Utara

1.2 Tingkat Kecemasan Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari keseluruhan responden yang berjumlah 63 orang responden yakni keluarga pada klien yang menderita diabetes melitus terdapat 3 kategori kecemasan yaitu, cemas ringan, cemas sedang dan cemas berat. Mayoritas responden mengalami kecemasan sedang yakni sebanyak 38 responden (60,3%), dan sebagian lagi mereka menunjukkan kecemasan berat yaitu sebanyak terdapat 15 responden (23,8%), serta kecemasan ringan hanya 10 responden (15,9%). Data tersebut dapat di lihat pada tabel 5.2 Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi tingkat kecemasan keluarga pada klien yang menderita Diabetes Melitus di Rumah Sakit Aceh Tamiang (n=63) Tingkat Kecemasan keluarga Cemas Ringan Cemas Sedang Cemas Berat Frekuensi n=(63) 10 38 15 Persentase (%) 15,9 60,3 23,8

1.3 . Beban Keluarga Hasil penelitian menunjukkan bahwa beban keluarga dari 63 orang responden keluarga pada klien yang menderita diabetes melitus dapat dibedakan 3 kategori beban yaitu, beban ringan, beban sedang dan beban berat di peroleh hasil bahwa mayoritas keluarga mengalami beban berat yakni sebanyak 27 responden (42,9%), dan sebagian lagi mereka mengalami beban sedang yaitu sebanyak 25 responden (93,7%), serta

Universitas Sumatera Utara

beban ringan hanya 11 responden (17,6%). Data tersebut dapat di lihat pada tabel 5.4

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi beban keluarga pada klien yang menderita Diabetes Melitus di Rumah Sakit Aceh Tamiang (n=63)

Beban keluarga Beban Ringan Beban Sedang Beban Berat

Frekuensi n=(63) 11 25 27

Persentase (%) 17,6 39,7 42,9

Universitas Sumatera Utara

2.

Pembahasan Bab ini menguraikan tentang tingkat kecemasan dan beban keluarga pada

klien yang menderita diabetes melitus di Rumah Sakit Umum Aceh Tamiang. 2.1. Tingkat kecemasan Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecemasan yang dialami oleh keluarga pada klien diabetes melitus mayoritas mengalami tingkat kecemasan sedang yakni sebanyak 38 responden (60,3%), kemudian diikuti dengan kecemasan berat yaitu sebanyak terdapat 15 responden (23,8%), dan kecemasan ringan hanya 10 responden (15,9%). Menurut Suliswati (2002) mengatakan

bahwa tingkat kecemasan sedang pada individu akan lebih memusatkan perhatian pada hal yang penting yang dirasakan, yakni penyakit diabetes melitus dan mengesampingkan hal lain diluar masalah yang telah dialami sehingga individu mengalami perhatian selektif yang lebih terarah. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan data bahwa mayoritas responden yakni keluarga pada klien yang menderita diabetes melitus didapatkan hasil bahwa mayoritas responden berusia pada rentang 27-33 tahun yakni sebanyak 19 responden (30,2%), menurut Fausiah (2008) bahwa umumnya gangguan kecemasan sering terjadi pada masa dewasa muda yang merupakan usia cukup matang dalam pengalaman hidup dan kematangan jiwanya, meskipun dapat pula muncul pada usia yang lebih tua atau bahkan lebih muda. Usia berhubungan dengan keputusan untuk menggunakan pelayanan kesehatan dimana semakin bertambah usia seseorang maka semakin besar kepercayaannya untuk mencari pertolongan ke fasilitas kesehatan terutama dalam keluarga adalah berhubungan

Universitas Sumatera Utara

dengan kematangan untuk memperhatikan anggota keluarga lain yang butuh pertolongan kesehatan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Elsa (2011) tentang hubungan dukungan perawat dengan tingkat kecemasan keluarga di ruangan rawat penyakit dalam, menyatakan bahwa kecemasan dapat terjadi pada semua usia, lebih sering terjadi pada masa dewasa dan kecemasan dapat disebabkan oleh berbagai hal seperti peran sebagai pencari nafkah dan merawat keluarga. Hasil penelitian berdasarkan jenis kelamin responden mayoritas laki-laki sebanyak 33 responden (52,4%). Menurut Djiwandono (2002) kecemasan lebih banyak terjadi pada wanita, karena wanita lebih mudah cemas dan wanita menggunakan perasaan, sedangkan laki laki berfikir dengan logika. tingkat beban keluarga lebih tergantung kepada pengalaman keluarga dalam merawat dan tidak memandang apakah keluarga tersebut berjenis kelamin laki-laki atau perempuan. Pengalaman tersebut terkonseptualisasi sebagai sikap individu yang berhubungan dengan perannya dalam keluarga. Hasil penelitian berdasarkan suku menunjukkan mayoritas responden bersuku aceh sebanyak 37 responden (58,7%), menurut Wiramihardja (2007) suku sangat kuat mempengaruhi tampilnya kecemasan. Berdasarkan observasi langsung yang dilakukan peneliti, bahwa suku aceh meyakini bahwa peran istri sangat penting perannya dalam mengurus rumah tangga, sedangkan suami hanya mencari nafkah, semua urusan rumah tanggung jawab istri. Hasil penelitian tingkat pendidikan responden mayoritas adalah perguruan tinggi sebanyak 31 responden (49,2%). Menurut Setiawati (2008) tingkat

Universitas Sumatera Utara

kecemasan keluarga klien dipengaruhi oleh koping dan tingkat pengetahuan, informasi dan keyakinan. Semakin banyak informasi yang diketahui maka tingkat kecemasan keluarga semakin meningkat dan akan menimbulkan kekhawatiran yang berlebih. Pentingnya pendidikan sebagai sumber koping dalam menghadapi masalah dan bermakna untuk menentukan penggunaan fasilitas kesehatan. Tingkat pendidikan keluarga yang terkategori tinggi berhubungan dengan kemampuan pengetahuan mereka dalam menggunakan dan memilih fasilitas kesehatan yang tepat dalam mengobati dan merawat klien diabetes melitus, sehingga bisa mengurangi beban keluarga karena lebih cepat dan tepat dalam mendapatkan bantuan dari petugas kesehatan. Terkait tingkat kecemasan sedang keluarga pada klien diabetes melitus, diperlukan intervensi secara psikologis jangka panjang meliputi terapi keluarga yang bersifat psikososial dan tidak langsung maupun jangka pendek bersifat suportif dan mendidik, jika keluarga tidak mendapatkan intervensi yang tepat akan mempengaruhi fungsi dan tugas keluarga, hal ini sesuai dikatakan Friedman (2010) bahwa adanya penyakit yang serius dan kronis yang terdapat pada salah satu anggota keluarga biasanya memiliki pengaruh yang mendalam pada sistim keluarga, khususnya pada struktur peran dan pelaksasanaan fungsi-fungsi keluarga yakni fungsi afektif, fungsi sosialisasi, fungsi reproduktif, fungsi ekonomi dan fungsi perawatan kesehatan diterapkan keluarga terhadap klien diabetes melitus diantaranya adalah menjelaskan kepada klien diabetes melitus tentang kondisi dan penyakit yang dialaminya dan menjelaskan cara perawatan

Universitas Sumatera Utara

yang tepat pada klien diabetes melitus agar klien termotivasi menjaga dan mengontrol kadar gula, memahami manfaat obat untuk mematuhinya. Berdasarkan hasil penelitian juga didapatkan bahwa sebanyak 15 (2010)

responden (23,8%) mengalami kecemasan berat. Menurut Lumongga

mengatakan bahwa pada tingkat kecemasan berat tidak mampu menyelesaikan masalah, perasaan terancam, verbalisasi cepat. Penyakit diabetes melitus dipersepsikan sebagai ancaman dalam kehidupan karena kebutuhan untuk bertahan yang tidak terpenuhi. Pada penyakit diabetes melitus yang sudah komplikasi yang membutuhkan tindakan pembedahan, sehingga terjadinya keluhan fisik dan individu terus menerus merasa takut dan mengalami kesulitan untuk berkosentrasi dalam mengambil keputusan. Selanjutnya menurut Tarwanto (2003) mengatakan bahwa cemas berat biasanya seseorang akan mengalami lapangan persepsi sempit, seseorang cendrung memusatkan sesuatu yang terinci dan spesifik dan tidak memikirkan hal yang lain. Semua prilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan dalam menghadapi penyakit diabetes melitus dalam keluarga. Intervensi yang dilakukan untuk mengatasi kecemasan berat dengan mekanisme koping yang berorientasi pada tugas dan mekanisme pertahanan ego, dengan cara tindakan untuk memenuhi tuntutan situasi stres secara realistik, mengatasi hambatan kebutuhan, menjauhkan diri dari ancaman, baik secara fisik maupun psikologis dan membrikan informasi pelayanan atau informasi dalam pengambilan persetujuan atas tindakan keperawatan yang diberikan kepada klien diabetes melitus.

Universitas Sumatera Utara

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecemasan yang dialami oleh keluarga pada klien diabetes melitus sebagian mengalami tingkat kecemasan ringan yakni hanya 10 responden (15,9%). Menurut Suliswati (2005) mengatakan bahwa pada tingkat kecemasan ringan di hubungkan dengan ketegangan yang di alami seharisehari dan menyababkan waspada serta lapang persepsinya meluas, menajamkan indra. Kecemasan ini dapat memotivasi individu untuk belajar dan mampu

memecahkan masalah secara elektif dan menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas. Selanjutnya menurut Asmadi (2010) mengatakan kecemasan ringan, tidak ada intervensi khusus sebab pada ansietas ringan ini pasien masih mampu mengontrol dirinya dan mampu membuat keputusan yang tepat dalam penyelesaian masalah. Manifestasi yang muncul pada tingkat ini adalah kelelahan, iritabel, lapang persepsi meningkat, kesadaran tinggi, mampu untuk belajar, motivasi meningkat dan tingkah laku sesuai situasi. Tingkat kecemasan ringan intervensi yang diperlukan yakni mekanisme pertahanan ego, dengan cara mengidentifikasi metode koping sebelumnya terhadap masalah kehidupannya, mendengarkan secara aktif terkait dengan masalah kehidupan, mengidentifikasi persepsi tentang tentang apa yang sedang terjadi dan memberi informasi tentang cara untuk menghadapi kecemasan, misalnya keterampilan menyelesaaikan masalah. 2.2. Beban keluarga Berdasarkan hasil penelitian ini didapatkan bahwa beban keluarga pada klien diabetes melitus mayoritas mengalami beban berat, yakni sebanyak 27 responden (42,9%), sebagian lagi mereka mengalami beban sedang yaitu

Universitas Sumatera Utara

sebanyak 25 responden (39,7%), serta mengalami beban ringan hanya responden

11

(17,6%). Menurut Fontane (2009) bahwa beban keluarga adalah

tingkat pengalaman distres keluarga sebagai efek dari kondisi anggota keluarganya, beban keluarga terjadi ketika disabilitas satu anggota keluarga secara signifikan mempengaruhi keluarga dan fungsinya, sebagaimana perilaku keluarga dan anggota keluarga secara simultan mempengaruhi perjalanan dan karakteristik disabilitas. Hal tersebut tergambar jelas pada keluarga yang mempunyai anggota keluarga mengalami diabetes melitus, bahwa diabetes melitus sebagai suatu disabilitas membutuhkan pengobatan dan perawatan jangka panjang, serta menuntut dukungan keluarga dan kepatuhan keluarga untuk mengikuti pengobatan dan perawatannya. Berdasarkan Friedman (2010) mengatakan beban berat adalah pemberian perawatan fisik pada klien sakit kronis. Kondisi beban keluarga tersebut bahwa anggota keluarga merupakan pihak utama yang menanggung beban fisik, emosional dan finansial karena adanya salah satu anggota keluarga yang menderita diabetes melitus. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Surjeet (2005) tentang beban pengasuh pada klien diabetes melitus, bahwa beban berat terjadi karena kurangnya dukungan atau informasi kepada keluarga mengenai penyakit kronis dan pendapatan keluarga juga mempengaruhi. Hasil penelitian berdasarkan pekerjaan menunjukkan mayoritas responden sebagai pegawai negeri sipil sebanyak 26 responden (41,3%). Menurut Stuart (2005) pekerjaan berhubungan dengan dukungan keluarga dan beban keluarga dengan pertimbangan bahwa berperan sebagai yang merawat anggota keluarga

Universitas Sumatera Utara

yang mengalami diabetes melitus tentunya memerlukan waktu luang yang cukup, sehingga bagaimana mengatur antara bekerja dengan peran tersebut.. Hasil penelitian berdasarkan penghasilan menunjukan mayoritas

berpenghasilan perbulan besar dari Rp 1.000.000- 3.000.000 yaitu 31 responden (49,2%). Menurut Achjar (2010) Beban keluarga dapat dikurangi karena penghasilan yang cukup dan adanya pelayanan gratis, hal lain yang mempengaruhi beban keluarga yakni ketidakmampuan keluarga dalam

menghadapi masalah seperti ketdakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan, ketidakmampuan keluarga membuat keputusan tindakan kesehatan, ketidakmampuan ketidakmampuan keluarga keluarga merawat menciptakan anggota suasana keluarga rumah yang yang sakit, sehat,

ketidakmampuan keluarga memamfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan. Menurut Stuart (2005) keluarga dengan penghasilan tetap sebagian besar mengalami kecemasan ringan sedangakan responden yang tidak bekerja lebih cemas terkait masalah pembiayaan. Penghasilan merupakan sebuah faktor resiko yang sangat menentukan dalam mencari fasilitas kesehatan, faktor penghasilan rendah bisa menjadi penyebab kekambuhan karena keluarga tidak sanggup mematuhi pengobatan dan perawatan kesehatannya. Hubungan dengan klien didapatkan bahwa mayoritas adalah suami sebanyak 24 responden (38,1%). Peran sebagai suami mempunyai hubungan emosianal yang cukup yang cukup erat dalam keluarga, hal ini sesuai dikatakan Friedman (2010), bahwa dukungan keluarga internal, seperti dukungan dari ibu atau ayah, suami atau istri, atau dukungan dari saudara kandung atau dukungan

Universitas Sumatera Utara

keluarga eksternal. beban keluarga akan dirasakan lebih berat pada individu yang mempunyai hubungan langsung dengan klien. pada klien diabetes melitus ini dan keluarga mendapatkan suatu perkembangan pengobatan dan perawatan klien yang berkembang cukup baik, tentunya akan membuat keluarga dengan kedekatan hubungan tersebut merasakan sudah cukup tidak menjadi beban. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Sari (2009) tentang pengaruh family psychoeducation therapy terhadap beban dan kemampuan keluarga dalam merawat klien, bahwa beban keluarga akan dirasakan lebih berat pada individu yang mempunyai hubungan langsung dengan klien. Hubungan dengan klien ini walaupun terkategori cukup dekat, jika pengembangan koping keluarga sudah cukup baik, apalagi dengan hasil prngobatan dan perawatan pada klien diabetes melitus, sehingga keluarga mendapatkan suatu perkembangan pengobatan dan perawatan klien yang berkembang cukup baik, tentunya akan membuat keluarga dengan kedekatan hubungan tersebut merasakan sudah cukup tidak menjadi beban. Kondisi beban keluarga tersebut sesuai juga dengan laporan WHO (2008) yang menyatakan bahwa anggota keluarga merupakan pihak utama yang menanggung beban fisik, emosional dan finansial karena adanya salah satu anggota keluarga yang menderita diabetes melitus.

2.2.1 Beban obyektif Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa sebanyak 32 responden (50,7%) menyatakan tidak mengalami beban karena lamanya rawatan akibat diabetes melitus membuat keluarga kesulitan dalam hal pembiyaan. sebanyak 34

Universitas Sumatera Utara

responden (54,0%) keluarga merasa kesulitan untuk menjangkau pelayanan kesehatan untuk pengobatan, 40 responden (63,5%) Keluarga kesulitan dalam mengatur pola makan pasien diabetes melitus, sebanyak 38 responden (60,3%) mengalami beban karena Tempat tinggal yang jauh membuat keluarga kesulitan menjangkau pelayanan kesehatan. Menurut fontane (2009) beban obyektif merupakan beban dan hambatan yang dijumpai dalam kehidupan suatu keluarga yang berhubungan dangan pelaksanaan merawat salah satu anggota keluarga yang mengalami diabetes melitus. Informasi yang jelas mengenai perawatan dan pengobatan, sehingga bisa mengurangi beban keluarga. Yang termasuk dalam beban obyektif adalah beban biaya finansial untuk merawat dan pengobatan, tempat tinggal, makan, dan trasportasi. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hasana (2009), dalam penelitian Expressed Emotion Keluarga Pada Pasien Diabetes Melitus menyatakan, bahwa diabetes melitus merupakan penyakit kronis yang menyebabkan kecacatan dan perawatan dalam waktu yang lama, yang mempengaruhi fungsi keluarga, ketika salah satu anggota keluarga mengalami sakit, maka akan mempengaruhi kondisi keluarga dalam pengobatan dan perawatanya dalam faktor psikososial, biologis dan ekonomi dan mempengaruhi penderita. Menurut Friedman (2010) bahwa beban keluarga obyektif meliputi beban keluarga dalam pelaksanaan merawat salah satu anggota keluarga yang

Universitas Sumatera Utara

mengalami diabetes melitus, termasuk dalam beban keluarga obyektif ini adalah beban biaya finansial, untuk perawatan dan pengobatan, tempat tinggal, makanan, dan transportasi. Diperlukan dukungan instrumental keluarga yang merupakan fungsi ekonomi dan fungsi perawatan kesehatan yang diterapkan keluarga terhadap anggota keluarga yang sakit. Contohnya memberikan perhatian dengan mengantar secara teratur klien pergi ke pelayanan kesehatan, berkonsultasi mengenai perkembangan perawatan klien dan mempertahankan kepatuhan minum obat serta serta memberikan tentang aktivitas dan pola makan pada klien diabetes melitus dan merawat kemungkinan terjadinya komplikasi, sehingga memerlukan dukungan instrumental yang kuat. Hal tersebut harus dilakukan walaupun beban keluarga untuk mengakses fasilitas pelayanan kesehatan sangat sulit terutama berhubungan dengan finansial keluarga. 2.2.2 Beban Subyektif Berdasarkan hasil penelitian juga didapatkan bahwa sebanyak 48 responden (76,2%) Keluarga merasa cemas akan pola aktivitas penderita yang terbatas. Sebanyak 49 responden (77,8%) merasa frustasi akan penyakit diabetes melitus yang tak bisa sembuh total, serta 39 responden (61,9%) keluarga merasa bosan selama merawat pasien diabetes melitus, dan 49 responden (77,8%) Keluarga sedih melihat keadaan pasien yang menderita komplikasi diabetes melitus. Menurut Setiadi (2008) Anggota keluarganya berperan penting untuk saling berusaha dan bersedia berkorban untuk menjaga keutuhan keluarga dengan memberikan keperawatan anggota keluarganya yang menderita diabetes melitus,

Universitas Sumatera Utara

jadi peranan keluarga menggambarkan seperangkat prilaku interpersonal dengan situasi yang di alami keluarga yang menderita diabetes melitus. Menurut Fontane (2009) Beban subyektif merupakan beban yang berupa distres emosional yang dialami anggota keluarga yang berkaitan dengan tugas merawat anggota keluarga yang menderita. Yang termasuk kedalam beban obyektif adalah ansietas akan masa depan, sedih, frustasi, merasa bersalah, kesal, dan bosan. Menurut Teschinsky (2000) bahwa adanya distress psikologis pada keluarga yang merawat anggota keluarga dengan diabetes melitus yang merupakan faktor penting dalam tingkat fungsi sistem keluarga. Keluarga yang merawat anggota keluarga dengan diabetes melitus akan mengalami reaksi emosi dengan dampak lainnya, frustasi dan beban finansial terutama dalam mencapai fasilitas pelayanan kesehatan. 2.2.3 Beban Iontrogenik Dari hasil penelitian juga didapatkan bahwa sebanyak 41 responden (65,1%) Keluarga kurang informasi dalam perawatan kesehatan diabetes melitus, serta 44 responden (69,8%) Keluarga kurang informasi kesehatan tentang penyakit diabetes melitus, sebanyak 39 responden (61,9%) keluarga kurang informasi dalam mengatur pola diet pada penyakit diabets melitus, dan sebanyak 46 responden (73,0%) Keluarga kurang informasi tentang sistem rujukan pada penderita diabetes melitus. Menurut Fontane (2009) bahwa Beban iatrogenik merupakan beban yang disebabkan karena tidak berfungsinya sistem pelayanan kesehatan jiwa yang dapat mengakibatkan intervensi dan rehabilitas tidak berjalan

Universitas Sumatera Utara

sesuai fungsinya, termasuk dalam beban ini, bagaimana sistem rujukan dan program pendidikan kesehatan. Menurut Friedman (2010) Bentuk dukungan informasi yang diberikan keluarga adalah dengan memberikan saran atau masukan, nasehat atau arahan dan memberikan informasi-informasi penting yang sangat dibutuhkan klien diabetes melitus dalam upaya meningkatkan status kesehatannya. Dukungan informasi yang diberikan keluarga terhadap klien diabetes melitus merupakan salah satu bentuk fungsi perawatan kesehatan keluarga dalam mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki produktivitas yang tinggi. Demikian penting upaya bantuan informasi seperti saran, nasehat, dan pemberian informasi penting bagi klien diabetes melitus untuk meningkatkan semangat dan motivasi klien diabetes melitus agar dapat meningkatkan status kesehatannya secara optimal. Memberikan dukungan informasi secara langsung dapat mengurangi beban keluarga yang bersifat obyektif, karena beban obyektif ini merupakan beban keluarga yang berhubungan dengan pelaksanaan merawat salah satu anggota keluarga yang mengalami diabetes melitus. Informasi yang jelas mengenai perawatan dan pengobatan tentunya bisa dipahami oleh klien diabetes melitus dan keluarga yang pada akhirnya bisa mengurangi beban keluarga.

Universitas Sumatera Utara

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian tentang tingkat kecemasan dan beban keluarga pada klien yang menderita diabetes melitus di Rumah Sakit Umum Aceh Tamiang: a. Responden berjumlah 63 orang dan mayoritas umur responden pada rentang 27-33 tahun, mayoritas responden berjenis kelamin laki, mayoritas bersuku aceh, mayoritas Pendidikan responden perguruan tinggi, pekerjaan responden mayoritas sebagai pegawai negeri sipil, hubungan dengan keluarga terbanyak adalah suami, serta mayoritas penghasilan perbulan besar dari Rp 1.000.000- 3.000.000 . b. Berdasarkan hasil penelitian tingkat kecemasan keluarga mayoritas responden dalam penelitian ini mengalami kecemasan sedang dan sebagian mengalami kecemasan berat, serta kecemasan ringan. c. Berdasarkan hasil penelitian beban keluarga menunjukan bahwa mayoritas respon mengalami beban berat, dan mengalami beban sedang, serta mengalami beban ringan.

Universitas Sumatera Utara

2. Rekomendasi 2.1 Praktek Keperawatan Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa tingkat kecemasan keluarga pada penderita diabetes melitus mayoritas sedang, berat dan ringan dan mengalami beban keluarga mayoritas berat dan sedang. Bagi praktek keperawatan diharapkan agar dapat meningkatkan pelayanan keperawatan keluarga, terutama intervensi untuk keluarga yakni informasi kesehatan berupa penyuluhan khususnya mengenai penyakit diabetes melitus 2.2 Institusi Pendidikan keperawatan Hasil penelitian ini dapat di gunakan sebagai masukan bagi mahasiswa keperawatan tentang meminimalisirkan kecemasan dan beban keluarga pada penderita diabetes melitus, serta dalam melakukan asuhan keperawatan dapat lebih optimal, komprehensif dan lebih peka terhadap psikologis keluarga, sehingga keluarga dapat menerima kondisi anggota keluarganya sebagaimana mestinya. 2.3 Penelitian keperawatan selanjutnya Untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan dan beban yang dialami keluarga pada penderita diabetes melitus dengan jumlah sampel yang representatif, sehingga memudahkan bagi petugas untuk membantu meminimalisirkan kecemasan dan beban keluarga yang di alami keluarga.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai