Anda di halaman 1dari 10

BAB I PENDAHULUAN 1.

1 Latar Belakang Masalah Istirahat dan tidur merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh semua orang agar dapat mempertahankan kesehatan secara optimal. Kebutuhan istirahat dan tidur sangat diperlukan pada individu yang sakit untuk menyimpan energi dan mempercepat proses penyembuhan. Pasien post operasi mayor di rumah sakit dapat mengalami berbagai kondisi yang mempengaruhi terhadap kualitas istirahat dan tidur. Nyeri sebagai akibat tindakan pebedahan, kondisi psikologis seperti kecemasan, kelelahan, serta status nutrisi dapat mengganggu kualitas istirahat dan tidur pada pasien dengan post operasi mayor. Jumlah operasi/pembedahan di dunia telah meningkat tajam 20 tahun terakhir. Menurut World Health Organization menyatakan bahwa lebih dari 234 juta prosedur operasi besar dilakukan di seluruh dunia setiap tahunnya (William, 2010). Tindakan bedah di Indonesia pada tahun 2000 sebesar 47,22% tahun 2001 sebesar 45,19% tahun 2002 sebesar 47,13% dan mengalami peningkatan pada tahun 2006 yaitu sebesar 53,68% (Cumiati, 2013). Berdasarkan data dari Departemen Kesehatan RI pada tahun 2007, merinci jumlah operasi sebanyak 642.632 pasien pada 401 rumah sakit umum dan pemerintah daerah, yang dirinci menurut tingkat kelas A, B, C, dan D, data tersebut diklasifikasikan berdasarkan jenis operasi. Pada kelas A jumlah 1

operasi besar adalah 8.364 (16,2%), kelas B operasi besar 76.969 (19,8%), pada kelas C jumlah operasi besar adalah 65.987 (34,0%), pada kelas D jumlah operasi besar adalah 3.307 (41,0%) (Depkes R.I,2007). Menurut Susetyowati et.al (2010) pembedahan merupakan tindakan pengobatan yang menggunakan teknik invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani melalui sayatan yang diakhiri dengan penutupan dan penjahitan luka. Menurut Baradero (2009 : 03) bedah mayor adalah suatu tindakan pebedahan yang mengandung risiko cukup tinggi bagi pasien dengan pembedahan yang luas serta dilakukan anastesi umum. Menurut Banyak faktor yang dapat menyebabkan gangguan tidur pada pasien pascaoperasi, jika berlangsung terus selama periode yang lama, akan menghambat penyembuhan dan bahkan dapat memperburuk penyakit. Menurut Potter dan Perry (2005 :1477) seseorang masuk dan dirawat di rumah sakit atau pelayanan kesehatan lainnya pola tidur klien dapat dengan mudah berubah dan mengalami gangguan sebagai akibat dari penyakit yang dapat memaksa klien untuk tidur dalam posisi yang tidak biasa. Tindakan pembedahan atau operasi sering kali menimbulkan suatu gangguan baik psikologis maupun fisiologis. Gangguan psikologis yang dapat terjadi pada pasien dengan post operasi adalah kecemasan.................... Menurut Potter dan Perry (2005 : 1487) pasien yang baru saja mengalami pembedahan akan mengalami gangguan tidur akibat keparahan nyeri yang dialami setelah pembedahan. Pasien dapat sering terbangun pada malam hari

setelah dilakukan pembedahan dan hanya mendapat sedikit tidur dalam atau tidur REM. Diperlukan beberapa hari sampai siklus tidur kembali normal tergantung pada jenis pembedahan. Nyeri yang dirasakan pasien bedah akan meningkat seiring berkurangnya pengaruh anastesi. Menurut Jensen et al (2011) keadaan lelah yang ditimbulkan oleh pasien setelah mengalami pembedahan adalah keluhan utama yang sering terjadi pada pasien post operasi. Lemasnya tubuh, hilangnya kekuatan otot pada pasien, mual muntah, status gizi yang turun dan lamanya rawat inap post operasi juga merupakan dampak dari pembedahan. Pasien dengan post operasi diharuskan untuk menjalani rawat inap, kondisi tersebut mengakibatkan perubahan lingkungan tempat tidur pada pasien yang juga menjadi faktor penyerta yang mengakibatkan pasien sulit untuk tidur. Menurut Potter Perry (2005 : 1479) kondisi tempat tidur yang kurang nyaman, ventilasi yang tidak esensial, suara ribut dari teman sekamar, pintu kamar yang sering dibuka dan ditutup, bunyi langkah kaki, bunyi telepon, dan pencahayaan yang tidak sesuai dengan tempat tidur, serta suhu ruangan yang terlalu hangat dapat mempengaruhi kebutuhan tidur pasien dan

memperpanjang proses pemulihan individu yang sakit. Motivasi juga mempengaruhi tidur, dengan adanya keinginan untuk tetap bangun dan waspada menahan kantuk dapat menimbulkan gangguan proses tidur. Motivasi merupakan dorongan dan usaha untuk memenuhi suatu kebutuhan untuk mencapai suatu tujuan. Klien sering mengalami peningkatan

jumlah waktu bangun sehingga berkurangnya total waktu tidur yang mempengaruhi keinginannya untuk sembuh dari sakit. Berdasarkan penelitian Nuraini, dkk (2001) tentang gangguan pola tidur pasien pasca operasi yang dilakukan di RSUPN Dr. Cipto Magunkusumo Jakarta, menunjukkan bahwa gangguan tidur pada pasien dewasa awal umumnya disebabkan oleh nyeri (34,5%), takut penyakit berulang (17,24%), cemas tidak akan kembali normal (10,3%), tindakan perawat (10,34%) dan lain-lain (25%). Sedangkan pada orang dewasa menengah disebabkan oleh nyeri (32,8%), takut penyakit berulang (15,5%), cemas tidak kembali normal (15,5%), tindakan perawat (3,5%), pusing (5,2%) dan lain-lain termasuk sesak nafas, berkeringat, perut kembung, udara panas atau dingin dan tidak nyaman (25,86%). Berdasarkan perbandingan tempat kejadian, hasil survey yang dilakukan di suatu rumah sakit di Amerika mengatakan bahwa stimulus yang dapat mengganggu tidur di rumah sakit meliputi kesulitan menemukan posisi nyaman (62%), nyeri (58%), cemas (30%), takut (25%), lingkungan tidak dikenal (18%), kebisingan kantor perawatan (25%), temperatur (17%), suara ribut (17%), tempat tidur yang tidak nyaman (10%), kebiasaan terganggu (20%) dan lain - lain (15%). Hasil survei yang dilakukan di rumah sakit Cipto Mangunkusumo menyatakan yang dapat menyebabkan gangguan pola tidur meliputi nyeri (34.5%), cemas peyakit berulang (17,24%), cemas tidak kembali normal (15,5%), cemas tindakan perawat (3,5%) demam (2%) dan

lain- lain (25.8%) termasuk cemas keluarga dirumah, udara panas, tidak nyaman, pusing, berkeringat, lelah (Rohman, 2009). Hasil penelitian terkait dilakukan oleh Nurlela, et al (2009) berdasarkan hasil analisis penelitian yang dilakukan di RS PKU Muhammadiyah hubungan antara faktor fisiologis

Gombong, didapatkan hasil adanya

dengan kualitas tidur pasien post operasi laparatomi di ruang rawat inap RS PKU Muhammadiyah Gombong serta faktor yang paling dominan yang mempengaruhi kualitas tidur pasien post operasi laparatomi diruang rawat inap RS PKU Muhamadiyah Gombong adalah faktor fisiologis. Berdasarkan data yang di peroleh dari bagian Rekam Medik RSUD 45 Kuningan, pada tahun 2012 di dapatkan jumlah pasien rawat inap di ruangan bedah kelas III sebanyak 2236 pasien, dan mengalami peningkatan pada tahun 2013 sebanyak 2592 pasien. Melihat data perbandingan jumlah pasien perbulan dalam rentang waktu tahun 2013-2014 juga mengalami peningkatan, di dapatkan hasil bahwa pada bulan Januari 2013 jumlah pasien sebanyak 170, mengalami peningkatan pada bulan Januari tahun 2014 yaitu sebanyak 231. begitu pun pada bulan Februari 2013 jumlah pasien hanya 156 dan mengalami peningkatan yang cukup signifikan pada bulan Februari 2014 yaitu di dapatkan jumlah pasien sebanyak 213 pasien. Data yang diperoleh dari Rekam Medik RSUD 45 Kuningan, jumlah operasi mayor pada tahun 2012 sebanyak 1593 tindakan bedah mayor, sementara itu pada tahun 2013 sebanyak 1548 tindakan bedah mayor. Data lain yang diperoleh dari Rekam Medik bahwa pada bulan Januari dan Februari

2014 untuk khusus bedah mayor di ruang rawat inap bedah kelas III sebanyak 286 pasien. Studi Pendahuluan yang dilakukan peneliti pada tanggal 08 Maret 2014 melalui wawancara terhadap 10 pasien post operasi mayor di dapatkan hasil bahwa ada beberapa faktor yang membuat pasien post operasi mayor elektif di ruangan Bedah Kelas III mengalami gangguan pada kualitas tidur nya, pasien mengatakan nyeri dan pusing, serta mengatakan cemas terhadap kondisi penyakitnya, pasien mengatakan mengalami kesulitan untuk memulai tidur maupun bangun pagi, tidur hanya bisa 5-6 jam, serta sering terbangun di malam hari, faktor lingkungan seperti suara bising di ruangan dan suhu ruangan menjadi faktor lain pasien mengalami gangguan tidur. Perawat yang mempunyai fungsi vital sangat berperan penting dalam membantu pasien untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia yang salah satunya adalah memenuhi kebutuhan istirahat dan tidur. Menurut Potter dan Perry (2005 : 1470) penting bagi perawat untuk mengidentifikasi dan menangani gangguan pola tidur pada pasien, perawat harus memahami sifat alamiah dari tidur, faktor yang mempengaruhi, serta kebiasaan tidur pada pasien. Mencermati kenyataan tersebut di atas, peneliti ingin meneliti lebih jauh faktor-faktor yang berhubungan dengan kualitas istirahat dan tidur pasien di ruangan Bedah Kelas III RSUD 45 Kuningan. Peneliti tertarik melakukan penelitian di RSUD 45 Kuningan karena RSUD 45 Kuningan merupakan .......................... dan penelitian ini untuk memberi masukan kepada semua

pihak RSUD 45, terutama pada perawat yang senantiasa berhubungan 24 jam dengan pasien untuk lebih meningkatkan kualitas pelayanan melalui faktorfaktor yang berhubungan dengan kualitas tidur pada pasien post operasi bedah mayor di Ruangan Bedah Kelas III. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis dapat menentukan permasalahan yaitu: faktor-faktor apa sajakah yang berhubungan dengan kualitas istirahat dan tidur pada pasien hospitalisasi di ruang bedah RSUD 45 Kuningan pada tahun 2014?. 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Menganalisi faktor-faktor apa sajakah yang berhubungan dengan kualitas istirahat tidur pada pasien post operasi bedah mayor elektif di ruang bedah III RSUD 45 Kuningan pada tahun 2014. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui karakteristik individu (usia, jenis kelamin) penyebab yang dapat mempengaruhi kualitas istirahat tidur pada pasien hospitalisasi di ruangan bedah RSUD 45 Kuningan pada tahun 2014. 2. Untuk mengetahui gambaran kualitas istirahat tidur pada pasien post operasi bedah mayor elektif di Ruangan Bedah III RSUD 45 Kuningan pada tahun 2014.

3. Untuk mengetahui hubungan penyakit dengan kualitas istirahat tidur pada pasien post operasi bedah mayor elektif di ruangan bedah III RSUD 45 Kuningan pada tahun 2014. 4. Untuk mengetahui hubungan latihan dan kelelahan dengan kualitas istirahat tidur pada pasien operasi bedah mayor elektif di Ruangan Bedah III RSUD 45 Kuningan pada tahun 2014. 5. Untuk mengetahui hubungan stress psikologis dengan kualitas istirahat tidur pada pasien operasi bedah mayor elektif di Ruangan Bedah III RSUD 45 Kuningan pada tahun 2014 . 6. Untuk mengetahui hubungan obat dengan kualitas istirahat tidur pada pasien operasi bedah mayor elektif di Ruangan Bedah III RSUD 45 Kuningan pada tahun 2014. 7. Untuk mengetahui hubungan nutrisi dengan kualitas istirahat tidur pada pasien post operasi bedah mayor elektif di Ruangan Bedah III RSUD 45 Kuningan pada tahun 2014. 8. Untuk mengetahui hubungan lingkungan dengan kualitas istirahat tidur pada pasien post operasi bedah mayor elektif di Ruangan Bedah III RSUD 45 Kuningan pada tahun 2014 9. Untuk mengetahui hubungan motivasi dengan kualitas istirahat tidur pada pasien post operasi bedah mayor elektif di Ruangan Bedah III RSUD 45 Kuningan pada tahun 2014

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1

Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan Ilmu Keperawatan Medikal Bedah, khusus nya mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan kualitas tidur pada pasien post operasi bedah mayor elektif guna peningkatan profesionalisme keperawatan.

1.4.2

Manfaat Praktis 1. Bagi Pasien Dapat menambah wawasan dan pengetahuan pasien post bedah mayor tentang pentingnya istirahat/tidur sesudah pelaksanaan operasi yang bermanfaat untuk memulihkan kondisi fisik dan psikis pasien post operasi. 2. Bagi Perawat Dapat menambah pengetahuan bagi perawat tentang faktorfaktor yang berhubungan dengan kualitas tidur pada pasien post operasi sehingga dapat dilakukan tindakan keperawatan post operatif secara profesional yang dapat meningkatkan mutu asuhan keperawatan. 3. Bagi Rumah Sakit Umum 45 Kuningan Dapat dilakukan upaya peningkatan kualitas asuhan

keperawatan post operatif melalui peningkatan pengetahuan dan keterampilan perawat dalam merawat pasien bedah melalui in house training, seminar atau pelatihan sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan keperawatan di rumah sakit.

4. Bagi Program Studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kuningan (STIKKU) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi sebagai gambaran awal mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas istirahat dan tidur pasien hospitalisasi di ruangan bedah, sehingga dapat menjadi acuan dalam perbaikan sistem atau manajemen pelayanan keperawatan di Rumah Sakit khususnya tentang pemenuhan kebutuhan tidur pasien. 5. Bagi Peneliti Penelitian ini merupakan suatu kesempatan yang berharga bagi peneliti untuk dapat mengaplikasikan ilmu yang telah dimiliki selama masa pendidikan.

10

Anda mungkin juga menyukai