Anda di halaman 1dari 16

ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRAKTIK PERATAAN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

Rachel Oktora, Elsa Imelda Universitas Bina Nusantara Jl. K. H. Syahdan No. 9 Kemanggisan/Palmerah Jakarta Barat 11480 racheloktora@yahoo.com ABSTRAK This research is designed to analyze factors which have influence income smoothing practice in manufacturing companies that are listed in Indonesian Stock Exchange. The factors are being examined arefirm size, profitability, net profit margin, price to book value, financial leverage, and operating leverage. This study was also to improve consistency of results from prior researchers.The sample of this research consisting of 153 data that has been listing in Indonesian Stock Exchange for the period 2007 until 2009 that has been selected by purpose sampling method. Sample were classified to be smoother and non smoother using Eckel Index from 2007 until 2009. This study uses logistic regression method to see the contribution of each variable in influence income smoothing.The empirical result indicates that all of independent variables (firm size, profitability, net profit margin, price to book value, financial leverage, and operating leverage) do not have influence toward income smoothing. Keywords: Income Smoothing, Firm Size, Profitability, Net Profit Margin, Price to Book valueFinancial Leverage, and Operating Leverage.

PENDAHULUAN Perusahaan menggunakan indikator untuk dijadikan suatu penilaian atas meningkatnya perusahaan tersebut. Laba merupakan indikator yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja operasional perusahaan. Informasi atas laba dan komponen lainnya yang terdapat dalam laporan keuangan beserta penjelasan diharapkan dapat mencerminkan keadaan perusahaan yang sesungguhnya dan merupakan input tersendiri bagi pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan (Dewi dan Carina, 2008). Laporan keuangan yang berkualitas (dalam hal ini kualitas laba) diharapkan dapat membantu para investor dan calon investor untuk membuat keputusan. Langkah dalam menghasilkan laporan laba atas perusahaan seringkali diabaikan oleh para pengguna laporan keuangan, terutama pihak eksternal perusahaan, seperti investor, kreditor, dan pemerintah. Keadaan mengabaikan langkah dalam menghasilkan laba diduga terkandung kecenderungan manajemen untuk melakukan disfunctional behavior (perilaku yang tidak semestinya). Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa manajer melakukan manipulasi laba (earnings management), seperti strategi perataan laba (income smoothing).

Income smoothing didefinisikan sebagai cara yang digunakan oleh manajemen untuk mengurangi naik turun income yang dilaporkan untuk mencapai target yang sesuai dimana pencapaian tersebut agar jumlah suatu periode tidak terlalu berbeda dengan jumlah laba periode berikutnya. Beberapa studi menunjukkan bahwa perataan laba adalah fenomena yang sudah umum. Meskipun perataan laba tidak melanggar aturan, akan tetapi ini dapat menjadi alat untuk menutupi ketidakjujuran manajemen (Stowly and Breton, 2000). Terdapat faktor yang mempengaruhi praktik perataan laba dan ketidakkonsistenan hasil penelitian terdahulu serta hasil yang belum dapat digeneralisasi secara menyeluruh menjadi latar belakang untuk dilakukan penelitian kembali untuk mendapatkan bukti empiris mengenai faktor yang mempengaruhi praktik perataan laba terhadap perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Motivasi dari penelitian ini adalah ingin membuktikan apakah besaran perusahaan, profitabilitas, net profit margin, price to book value, financial leverage, dan operating leverage berpengaruh terhadap praktik perataan laba. Kecenderungan para investor dan kreditor yang lebih menitikberatkan perhatian pada laporan laba rugi dalam menilai kinerja manajemen perusahaan tanpa memperhatikan prosedur yang digunakan untuk memperoleh laba akan menimbulkan terjadinya manipulasi laba (Beattie et al. (1994)) yang dikutip dari Budileksamana dan Adriani (2005). Perataan laba dapat dipandang sebagai cara pengurangan dalam variabilitas laba sejumlah periode tertentu atau dalam suatu periode, yang mengarah pada tingkat yang diharapkan atas laba yang dilaporkan. Secara umum, perataan laba dianggap sebagai suatu aspek dari perilaku manajerial dalam memproduksi dan mengkomunikasikan informasi keuangan kepada publik. Perataan laba didefinisikan oleh Koch (1981) sebagai suatu alat yang digunakan oleh manajemen untuk mengurangi fluktuasi laba yang dilaporkan agar sesuai dengan target yang diinginkan baik secara artificial maupun riil. Perataan laba (income smoothing) adalah upaya yang sengaja dilakukan untuk memperkecil fluktuasi pada tingkat earnings yang dianggap normal suatu perusahaan. Perataan laba menurut Zuhroh (1996) dalam Herni dan Susanto (2008) adalah cara yang digunakan oleh manajer untuk mengurangi fluktuasi laba yang dilaporkan agar sesuai dengan target yang diinginkan baik melalui metoda akuntansi maupun melalui transaksi. Menurut Prasetio et al. (2002:46) praktik perataan laba meliputi usaha untuk memperkecil jumlah laba yang dilaporkan jika laba aktual lebih besar dari laba normal dan usaha untuk memperbesar jumlah laba yang dilaporkan jika laba aktual lebih kecil dari laba normal. Perataan laba dapat dilakukan dengan tiga cara (Ronen dan Sadan, 1981 dan Barnea dalam Belkoui, 1993), yaitu: 1. Manajemen dapat menetapkan serta mengatur waktu terjadinya peristiwa tertentu untuk mengurangi perbedaan laba yang dilaporkan di mana waktu yang diatur tersebut adalah waktu yang dibuat atas kesepakatan manajemen dan bukanlah waktu yang sebenarnya.

2. Manajemen dapat mengalokasikan pendapatan dan beban tertentu pada periode akuntansi yang berbeda yang tujuannya untuk mengurangi fluktuasi laba agar terlihat oleh para pemegang saham bahwa perusahaan mempunyai nilai pendapatan yang relatif stabil. 3. Manajemen dengan kebijaksanaannya mengelompokkan laba atau rugi tertentu ke dalam kategori yang berbeda guna tetap mempertahankan laba perusahaan agar tetatp terlihat stabil dan tetap mendapat kepercayaan dari pemegang saham. METODE PENELITIAN Obyek Penelitian Objek penelitian yang akan diteliti adalah laporan keuangan dari beberapa perusahaan manufaktur yang terdaftar yang tedaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama kurun waktu tiga (3) tahun yaitu tahun 2007, 2008, dan 2009. Pengambilan perusahaan manufaktur disebabkan karena ingin berfokus pada jangkauan atau lingkupan perusahaan manufaktur agar terlihat secara jelas pengaruh faktor terhadap praktik perataan laba serta manufaktur merupakan jenis industri yang berkembang pesat dan memiliki ruang lingkup yang sangat besar. Pemilihan obyek penelitian tersebut didukung oleh penelitian Ronen dan Sadan (1981) dalam Herni dan Susanto (2008) menyimpulkan bahwa perusahaan dalam industri yang berbeda akan meratakan laba mereka pada tingkatan yang berbeda, oleh karena itu tidak dapat digabungkan perusahaan manufaktur dengan non mauufaktur dalam melihat terjadinya praktik perataan laba. Desain Penelitian Berdasarkan karakteristik masalah, penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif ini merupakan penelitian dengan tipe masalah berupa pengaruh antara dua variabel atau lebih dengan mengidentifikasikan fakta atau peristiwa tersebut sebagai variabel yang dipengaruhi (variabel dependen) dan melakukan penyelidikan terhadap variabel yang mempengaruhi (variabel independen), seperti besaran perusahaan, profitabilitas, net profit margin, price to book value, financial leverage, dan operating leverage. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data laporan keuangan dan catatan atas laporan keuangan perusahaan sampel dan data lain yang telah diaudit dengan periode penelitian dari periode 2007 sampai dengan periode 2009. Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung, yaitu melalui media perantara yang diperoleh peneliti dari: 1. Laporan keuangan perusahaan manufaktur yang terdapat di Bursa Efek Indonesia (BEI), 2. Indonesian Capital Market Directory (ICMD),

3. http://www.idx.co.id Penentuan Jumlah Sampel Dalam penelitian ini, sampel yang diambil dari perusahaan yang dianggap telah mewakili populasi dari industri tekstil yang sudah go public sesuai dengan penyaringan kriteria sampel yang ada. Penentuan jumlah sampel perusahaan berdasarkan dengan metode pengumpulan sampel. Perusahaan manufaktur yang terpilih sebagai sampel sebanyak 38 perusahaan. Metode Pengumpulan Sampel Populasi yang ditetapkan pada penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Teknik pemilihan sampel yang digunakan adalah purposive sampling method, yaitu metoda pengambilan sampel yang disesuaikan dengan syarat tertentu atau secara tidak acak (Indriantoro dan Supomo, 1999:131). Karakteristik yang diperlukan untuk mendukung kegiatan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Perusahaan yang telah terdaftar sebelum tanggal 1 Januari 2007 dan masih tercatat di BEI sampai dengan 31 Desember 2009. 2. Harus mempublikasikan laporan keuangan tahunan dan berakhir pada tanggal 31 Desember. 3. Menggunakan mata uang rupiah dalam pelaporan keuangannya. 4. Laporan keuangan tidak mengalami kerugian selama periode penilaian. 5. Tidak melibatkan perusahaan yang melakukan akuisisi, merger, dan mengalami perubahan sektor industri selama periode penelitian. Metode Analisis Data Uji Statistik Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan SPSS for windows 11.5 untuk menguji serta mengetahui variabel bebas terhadap variabel terikat. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan mengunakan analisis statistik deskriptif. Statistik deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran atau deskripsi suatu data. Deskripsi dari suatu data tersebut dapat berupa mean, standar deviasi, nilai maksimum dan nilai minimum (Ghozali, 2006:19). Uji Hipotesis Metode analisa data yang digunakan untuk menganalisis variabel yang mempengaruhi praktik perataan laba adalah logistic regression dengan alpha 5 %. Menurut Ghozali (2006), regresi logistik (logistic regression) digunakan apabila variabel dependen dalam hubungan yang sedang diuji merupakan variabel dummy (dummy variable). Untuk regresi logistic, variabel independennya dimungkinkan berskala interval, rasio atau bahkan

berbentuk variabel dummy. Model persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut: Ln [p / (1-p)] = a + b(TA) + c(PRFT) + d(NPM) + e(PBV) + f(FL) + g(OL) + _ Keterangan : Ln [(p / (1-p)] = Perata laba (1); non perata laba (0) a = Intercept atau konstansta a-d = Koefisien TA = Besaran Perusahaan PRFT = Profitabilitas NPM = Net Profit Margin PBV = Price to Book Value FL = Financial Leverage OL = Operating Leverage Overall Model fit (-2 log likelihood) Menurut Ghozali (2006), nilai -2 log likelihood yaitu langkah pertama dalam menganalisa overall model fit terhadap data. Fungsi likelihood L dari model adalah probabilitas dari model yang dihipotesiskan dapat menggambarkan data input L yang akan ditransformasikn menjadi -2logL yaitu yang hanya memasukkan konstanta dan variabel bebas. Model regresi ini layak digunakan atau baik apabila angka -2 log likelihood menurun nilainya dibandingkan antara iterasi pada block 0 (yang hanya konstanta saja) dengan iterasi pada block 1 (iterasi yang mengikutkan semua variabel independen). Nagelkerke R2 Nilai Nagelkerke R2 dilihat dari tabel model summary. Artinya adalah persentase (%) variasi dari variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variasi variabel independen dalam model ini, dan sisanya dijelaskan oleh variasi variabel independen yang tidak terdapat dalam model (Ghozali, 2006). Hosmer and Lemeshow Test Menurut Ghozali (2006), nilai Hosmer and Lemeshow test menunjukkan nilai signifikansi. Apabila nilai signifikansi > alpha, maka nilainya tidak signifikan dan ini menunjukkan bahwa model fit dengan data observasi penelitian. Hipotesisnya adalah sebagai berikut: Ho = model fit/layak dengan data observasi penelitian Ha = model tidak fit/tidak layak dengan data observasi penelitian Operasionalisasi Variabel Variabel Dependen Variabel dependen merupakan variabel yang dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel independen. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah praktik perataan laba yang merupakan variabel dummy dengan

ukuran binominal, yaitu 1 untuk perusahaan perata laba dan 0 untuk perusahaan non perata laba. Model yang digunakan dalam perataan laba adalah indeks Eckel. Informasi tentang perusahaan mana saja yang dapat dikategorikan perusahaan perata laba dan non perata laba dapat diketahui setelah menggunakan indeks Eckel. Menurut Herni dan Susanto (2008) indeks Eckel diukur dengan Coefficient Variation (CV) variabel penghasilan (laba) dan variabel penjualan bersih. Adapun indeks Eckel dihitung sebagai berikut: Indeks Eckel = CV _I CV _S Keterangan: _I : Perubahan laba dalam satu periode _S : Perubahan penjualan dalam satu periode CV : Koefisien variasi dari variabel yaitu standar deviasi dibagi dengan nilai yang diharapkan. Apabila : CV _I > CV _S Maka perusahaan tidak digolongkan sebagai perusahaan yang melakukan tindakan perataan laba. CV _I = Koefisien variasi untuk perubahan laba CV _S = Koefisien variasi untuk perubahan penjualan CV _I dan CV _S dapat dihitung sebagai berikut : CV _I dan CV _S = Variance atau _( _x - _x )2 : _x Expected Value _ n 1 Keterangan: _x : Perubahan penghasilan bersih atau laba (I) atau penjualan (S) antara tahun n-1 dan tahun n _x : Rata-rata perubahan penghasilan bersih atau laba (I) atau penjualan (S) antara tahun n-1 dan tahun n n : Banyaknya tahun yang diamati Langkah-langkah yang dilakuka untuk perhitungan indeks Eckel adalah sebagai berikut: 1. Menghitung penjualan dan laba bersih dari masing-masing perusahaan dari tahun 2007-2009 2. Menghitung perubahan penjualan dan laba bersih dari tahun 2007-2009 3. Menghitung koefisien perubahan laba dan perubahan penjualan 2007-2009 4. Dengan diperolehnya koefisien perubahan laba dan koefisien perubahan penjualan dari tahun 20072009 maka perhitungan indeks Eckel perusahaan yang diteliti dapat dilakukan. 5. Perusahaan yang memiliki nilai indeks kurang dari satu dikategorikan sebagai perusahaan yang melakukan tindakan perataan laba, sedangkan perusahaan yang mempunyai indeks sama dengan lebih dari satu termasuk perusahaan non perataan laba (Jatiningrum, 2000). Variabel Independen Variabel independen merupakan tipe variable yang menjelaskan dan mempengaruhi vaariabel dependen (Indriantoro dan Supomo, 1999:663). Penelitian ini menggunakan besaran perusahaaan,

profitabitilitas, net profit margin, price to book value, financial leverage, dan operating leverage. Besaran Perusahaan Besaran perusahaan menunjukkan ukuran besar kecilnya suatu perusahaan. Semakin besar skala suatu perusahaan maka semakin kompleks pemasalahan yang dihadapi, sehingga semakin diperlukan adanya pengawasan khusus. Menurut Hadori Junus (1992), besaran (size) perusahaan dapat diukur melalui: total asset, total ekuitas, dan total laba. Total aset, ekuitas, penjualan, jumlah karyawan ataupun jumlah laba yang diperoleh sampai pada jumlah tertentu, diklasifikasikan sebagai perusahaan besar dan sebaliknya. Semakin besar asset demikian juga omset, modal atau jumlah karyawan mengindikasikan semakin komplek kegiaan dalam perusahaan. Dengan demikian, semakin panjang rentang kendali sehingga semakin besar kemungkinan terjadi inefisiensi dan penyimpangan baik dilakukan dengan sengaja maupun tidak disengaja. Dalam kondisi ini jasa eksternal audit diduga akan mendapat peran penting. Size (Total Aset) = natural log aktiva Profitabilitas Rasio profitabilitas merupakan salah satu rasio keuangan yang menunjukkan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut.Jadi dapat disimpulkan bahwa rasio profitabilitas ialah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu (Budiman 2007, p6). Perhitungan rasio profitabilitas diambil dari: Net Income Profitabilitas (ROA) = Total Assets Net Profit Margin Variabel ini diukur dengan rata-rata rasio antara laba bersih setelah pajak dengan total penjualan. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala rasio dengan rumus: Net Income After Tax NPM = Total Sales Price to Book Value Dalam penelitian ini, price to book value mengukur nilai yang diberikan pasar keuangan kepada manajemen dan organisasi perusahaan sebagai sebuah perusahaan yang terus tumbuh (Brigham dan Houstan, 1999:92) dalam Kustono (2008:143). Price to book value (PBV) lebih dari satu menunjukkan bahwa perusahaan

memiliki nilai di mata pasar sehingga pasar mengapresiasinya. Menurut Kustono (2008: 143) price to book value diukur menggunakan rasio, dengan rumus: Harga Pasar per Lembar Saham PBV = Nilai Buku per Lembar Saham Financial leverage Financial leverage adalah kemampuan perusahaan dalam membayar hutang dengan aktiva yang dimiliki perusahaan. Variabel ini diberi simbol FL yang merupakan perbandingan total hutang terhadap nilai buku total aktiva (Suranta dan Merdistusi (2004) dalam Herni dan Susanto (2008)). Skala pengukuran yang digunakan adalah skala rasio dan rumus untuk menghitung financial leverage adalah: Total Liabilities FL = Total Assets Operating Leverage Variabel ini merupakan suatu indikator perubahan laba bersih yang diakibatkan oleh besarnya volume penjualan. Operating leverage bersangkutan dengan penggunaan aktiva atau operasi perusahaan yang disertai dengan biaya tetap dengan harapan bahwa revenue yang dihasilkan oleh aktiva itu akan cukup untuk menutup biaya tetap dan biaya variabel. Skala pengukurannya adalah rasio dengan rumus DOL ( Degree of Operating Leverage): % changes of earnings before interest and taxes DOL = % changes of sales Uji Ketepatan Prediksi Pengujian ketepatan prediksi dapat dilihat dari classification table. Menurut Ghozali (2006:234) dasar pengambilan keputusan adalah dengan melihat nilai overall percentage correct. Pada model yang sempurna, semua kasus akan berada pada diagonal dengan tingkat ketepatan peramalan 100%. Tipe kesalahan dalam prediksi: 1. Kesalahan prediksi tipe 1 (Type 1 prediction error) Yaitu jika perusahaan perata laba diprediksi sebagai non perata laba. 2. Kesalahan prediksi tipe 2 (Type 2 prediction error) Yaitu jika perusahaan non perata laba diprediksi sebagai perata laba. HASIL DAN BAHASAN Estimasi parameter dari model regresi apakah hipotesis diterima atau ditolak dapat terlihat dari tampilan output variable in the equation yang disajikan pada tabel 4.8 sebagai berikut: Tabel 4.8 Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Step 1(a) SIZE -,177 ,126 1,963 1 ,161 ,838 ROA -,268 2,762 ,009 1 ,923 ,765 NPM ,221 ,204 1,170 1 ,279 1,247 PBV -,056 ,074 ,567 1 ,452 ,946 FL -,328 1,267 ,067 1 ,796 ,720 DOL -,063 ,049 1,650 1 ,199 ,939 Constant 5,158 3,406 2,293 1 ,130 173,774 a. Variable(s) entered on step 1: SIZE, ROA, NPM, PBV, FL, DOL. b. Sumber : hasil penghitungan SPSS versi 11.50 Dari hasil tabel di atas persamaan model regresi logistiknya adalah sebagai berikut: Ln [p/(1-p)] = 5,158 - 0,177 SIZE 0,268 ROA + 0,221 NPM 0,056 PBV - 0,328 FL 0,063 DOL + _ a. Nilai dari konstanta adalah 5,158 Hal ini dapat diartikan bahwa apabila variabel independennya (besaran perusahaan, profitabilitas net profit margin, price to book value, financial leverage, dan operating leverage) mengalami kenaikan sebesar 1, maka nilai log dari objektivitas going concern akan naik sebesar 5,158 baik untuk manajemen yang objektif mengungkapkan income smoothing atau yang tidak objektif dalam pengungkapkan income smoothing dengan asumsi bahwa variabel lainnya adalah konstan (ceteris paribus). b. Koefisien regresi besaran perusahaan adalah -0,177 Artinya apabila nilai dari besaran perusahaan mengalami kenaikan sebesar 1, maka nilai log dari objektivitas income smoothing akan turun sebesar 0,177 baik untuk manajemen yang telah objektif atau yang tidak objektif dalam mengungkapkan income smoothing. Penurunan terjadi karena adanya tanda negatif pada koefisien besaran perusahaan. c. Koefisien regresi profitabilitas adalah -0,268 Jika nilai dari profitabilitas mengalami kenaikan sebesar 1, maka nilai log dari objektivitas income smoothing akan turun sebesar 0,268 hal ini karena koefisien dari komisaris independen yang bertanda negatif. Penurunan ini terjadi baik untuk manajemen yang terbuka mengungkapkan income smoothing atau manajemen yang tidak mengungkapkannya. d. Koefisien regresi net profit margin adalah 0,221 Apabila nilai dari net profit margin mengalami kenaikan sebesar 1, maka nilai log dari objektivitas incomee smoothing akan naik sebesar 0,221 baik untuk manajemen yang objektif mengungkapkan income smoothing atau manajemen yang tidak objektif mengungkapkan kondisi income smoothing dengan asumsi bahwa variabel lainnya adalah konstan (ceteris paribus).

e. Koefisien regresi price to book value adalah -0,056 Jika nilai dari price to book value mengalami kenaikan sebesar 1, maka nilai log dari objektivitas income smoothing akan turun sebesar 1,933. Penurunan terjadi karena koefisien price to book value yang negatif. Penurunan dapat terjadi dengan asumsi bahwa variabel lainnya adalah tetap. f. Koefisien regresi financial leverage adalah -0,328 Jika nilai dari financial leverage mengalami kenaikan sebesar 1, maka nilai log dari objektivitas income smoothing akan turun sebesar 0,328. Penurunan terjadi karena koefisien financial leverage yang negatif. Penurunan dapat terjadi dengan asumsi bahwa variabel lainnya adalah tetap. g. Koefisien regresi operating leverage adalah -0,063 Artinya apabila nilai dari operating leverage mengalami kenaikan sebesar 1, maka nilai log dari objektivitas income smoothing akan naik sebesar 0,063 baik untuk manajemen yang mengungkapkan informasi income smoothing atau manajemen yang tidak mengungkapkannya. Tabel 4.8 menunjukkan bahwa hasil pengujian untuk variabel SIZE (besaran perusahaan) memiliki signifikansi sebesar 0,161. Nilai signifikansi SIZE tersebut lebih besar dari tingkat signifikansi yang telah ditetapkan yaitu 5% atau 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa SIZE tidak berpengaruh terhadap praktik perataan laba. Oleh karena itu H01 diterima sedangkan Ha1 ditolak. Hasil pengujian ini konsisten dengan penelitian Ilmainir (1990), Jin dan Machfoedz (1998), Dewi dan Carina (2008), Nasser dan Parulian (2006), Juniarti dan Corolina (2005), Suwito dan Herawaty (2005), Yusuf dan Soraya (2004), serta Jatiningrum (2000), tetapi tidak konsisten dengan hasil penelitian Herni dan Susanto (2008), Budhijono (2006), Moses (1987) dan Wasilah (2005). Tidak adanya pengaruh besaran perusahaan dapat timbul karena perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI rata-rata adalah perusahaan yang berukuran besar, di mana memiliki total aktiva yang besar jumlahnya. Perusahaan yang besar tentunya tidak lepas dari peran serta manajemen yang kuat, seperti dewan komisaris dan komite audit yang akan melakukan pengawasan ketat terhadap kinerja manajer. Hal ini membuat manajer takut untuk melakukan praktik perataan laba. Pengawasan yang ketat juga membangun sistem yang ketat dalam hal pelaporan laporan keuangan perusahaan. Tabel 4.8 menunjukkan bahwa hasil pengujian untuk variabel ROA (profitabilitas) memiliki signifikansi sebesar 0,923. Nilai signifikansi ROA tersebut lebih besar dari tingkat signifikansi yang telah ditetapkan yaitu 5% atau 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa ROA tidak berpengaruh terhadap praktik perataan

laba. Oleh karena itu H02 diterima sedangkan Ha2 ditolak. Hasil pengujian ini konsisten dengan penelitian Juniarti dan Corolina (2005), Yusuf dan Soraya (2004), Zuhroh (1996), serta Jin dan Machfoedz (1998), namun tidak konsisten dengan penelitian Dewi dan Carina (2008), Budhijono (2006). Hal ini terjadi diduga karena semakin tinggi nilai ROA suatu perusahaan maka semakin besar pula nilai net income yang dimiliki dengan asumsi total aktiva yang dimiliki tetap (konstan). manajer diawasi kinerjanya oleh investor atau masyarakat umum, sehingga membuat manajer sulit untuk melakukan praktik perataan laba. Oleh sebab itu, manajer menjadi diawasi kinerjanya oleh investor atau masyarakat umum, sehingga membuat manajer sulit untuk melakukan praktik perataan laba. Tabel 4.8 menunjukkan bahwa hasil pengujian untuk variabel NPM (net profit margin) memiliki signifikansi sebesar 0,279. Nilai signifikansi NPM tersebut lebih besar dari tingkat signifikansi yang telah ditetapkan yaitu 5% atau 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa NPM tidak berpengaruh terhadap praktik perataan laba. Oleh karena itu H03 diterima sedangkan Ha3 ditolak. Hasil pengujian ini konsisten dengan penelitian Dewi dan Carina (2008), Dwimulyani dan Abraham (2006), Suwito dan Herawaty (2005), Prasetio, dkk (2002) serta Salno dan Baridwan (2000), namun hasil penelitian ini tidak konsisten dengan hasil penelitian Dwimulyani dan Abraham (2006). Hal ini mungkin disebabkan karena semakin tinggi nilai NPM suatu perusahaan, maka semakin besar juga nilai salesnya, otomatis income terlihat besar dan dapat membuat banyak investor menaruh minat terhadap perusahaan yang bersangkutan. Hal ini membuat manajer diawasi kinerjanya oleh investor atau masyarakat umum, sehingga membuat manajer sulit untuk melakukan praktik perataan laba. Tabel 4.8 menunjukkan bahwa hasil pengujian untuk variabel PBV (price to book value) memiliki signifikansi sebesar 0,452. Nilai signifikansi PBV tersebut lebih besar dari tingkat signifikansi yang telah ditetapkan yaitu 5% atau 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa PBV tidak berpengaruh terhadap praktik perataan laba. Oleh karena itu H04 diterima sedangkan Ha4 ditolak. Hasil pengujian ini konsisten dengan penelitian Kustono (2008). Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Wasilah (2005) yang menemukan hubungan positif antara price to book value dengan praktik perataan laba. Hal ini terjadi diduga bahwa investor

tidak terlalu memperhatikan perbandingan seberapa besar nilai pasar dengan nilai buku per lembar saham, investor kadang lebih memperhatikan kenaikan nilai pasar yang mudah diperhatikan. Tabel 4.8 menunjukkan bahwa hasil pengujian untuk variabel FL (financial leverage) memiliki signifikansi sebesar 0,796. Nilai signifikansi FL tersebut lebih besar dari tingkat signifikansi yang telah ditetapkan yaitu 5% atau 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa FL tidak berpengaruh terhadap praktik perataan laba. Oleh karena itu H05 diterima sedangkan Ha5 ditolak. Hasil pengujian ini konsisten dengan penelitian Dewi dan Carina (2008), Herni dan Susanto (2008). Akan tetapi hasil penelitian ini tidak konsisten dengan hasil penelitian Budileksmana dan Andriani (2005). Hal ini mungkin saja terjadi karena perusahaan yang sudah terdaftar di BEI adalah perusahaan besar, sehingga ketika mereka memerlukan dana, perusahaan yang bersangkutan dapat dengan mudah mendapatkannya, sehingga tidak perlu melakukan praktik perataan laba. Tabel 4.8 menunjukkan bahwa hasil pengujian untuk variabel OL (operating leverage) memiliki signifikansi sebesar 0,199. Nilai signifikansi OL tersebut lebih besar dari tingkat signifikansi yang telah ditetapkan yaitu 5% atau 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa tidak berpengaruh terhadap praktik perataan laba. Oleh karena itu H06 diterima sedangkan Ha6 ditolak. Hasil pengujuan ini konsisten dengan Nasser dan Parulian (2006), Budileksmana dan Andriani (2005), Suwito dan Herawaty (2005), Budhijono (2006), dan Prasetio, dkk (2002). Penjelasan yang dapat diberikan untuk hal ini adalah bahwa semakin tinggi nilai DOL maka semakin tinggi pula income yang didapat melalui penjualan, tetapi melalui perhitungan tersebut income yang didapat merupakan before bunga dan pajak. Hal tersebut dapat membuktikan bahwa semakin besar nilai income yang didapat maka semakin besar pula nilai DOL dan dapat membuat banyak investor menaruh minat terhadap perusahaan yang bersangkutan. Hal ini membuat manajer diawasi kinerjanya oleh investor atau masyarakat umum, sehingga membuat manajer sulit untuk melakukan praktik perataan laba. Pembahasan Penelitian ini merupakan studi tentang tingkat objektivitas pihak manajemen dalam mengungkapkan informasi income smoothing yang ada di perusahaan. Penelitian ini melihat pengaruh tingkat objektivitas manajemen atas pengungkapan income smoothing dengan menggunakan enam variabel independen. Variabel

independen yang dipergunakan di dalam penelitian ini adalah besaran perusahaan, profitabilitas, net profit margin, price to book value, financial leverage, dan operating leverage. Penelitian dilakukan terhadap perusahaan manufaktur yang berada di Indonesia dan yang telah memenuhi kriteria pemilihan sampel. Adapun kriteria perusahaan yang terpilih sebagai sampel adalah perusahaan harus memiliki laporan keuangan yang lengkap dari periode 2007-2009, perusahaan yang dijadikan sampel harus tidak mengalami kerugian (loss) selama tahun penelitian. Apabila dari keseluruhan populasi yang tercatat di BEI ada yang memenuhi kriteria yang ditetapkan, maka perusahaan tersebut cocok untuk dijadikan sampel penelitian ini. Dari hasil seleksi yang dilakukan dari total 153 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI diperoleh sebanyak 24 perusahaan yang tepat dijadikan sampel selama periode tahun 20072009. Dari pengujian enam variabel yang diajukan di dalam penelitian ini dapat diringkas dan dilihat pada Tabel 4.9 berikut ini : Tabel 4.9 Ringkasan Hasil Pengujian Hipotesis No Variabel H0 Hasil 1 Besaran Perusahaan Besaran perusahaan tidak berpengaruh terhadap praktik perataan laba. Diterima 2 Profitabilitas Profitabilitas tidak berpengaruh terhadap praktik perataan laba. Diterima 3 Net profit margin Net profit margin tidak berpengaruh terhadap praktik perataan laba. Diterima 4 Price to book value Price to book value tidak berpengaruh terhadap praktik perataan laba. Diterima 5 Financial

leverage Financial leverage tidak berpengaruh terhadap praktik perataan laba. Diterima 6 Operating leverage Operating leverage tidak berpengaruh terhadap praktik perataan laba. Diterima SIMPULAN DAN SARAN Penelitian ini dilakukan untuk mencari bukti empiris pengaruh besaran perusahaan, return on assets, net profit margin, dan operating leverage terhadap praktik perataan laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, maka peneliti mengambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Besaran perusahaan tidak berpengaruh terhadap praktik perataan laba. 2. Profitabilitas tidak berpengaruh terhadap praktik perataan laba. 3. Net profit margin tidak memiliki pengaruh terhadap praktik perataan laba. 4. Price to book value (PBV) tidak memiliki pengaruh terhadap praktik perataan laba. 5. Financial leverage tidak berpengaruh terhadap praktik perataan laba. 6. Operating leverage tidak memiliki pengaruh terhadap praktik perataan laba. Pada dasarnya jika dilihat dari sisi publik, praktik perataan laba sebenarnya diperbolehkan dibeberapa negara, misalnya di Swedia. Asalkan dalam melakukan praktik tersebut dilakukan dengan transparan. Publik tentunya menginginkan adanya pelaporan yang transparan dan memiliki akuntabilitas yang tinggi. Karena praktik perataan laba dilakukan dengan mengubah kebijakan akuntansi yang dianut perusahaan, maka perusahaan tersebut berusaha untuk tidak menyalahi aturan, misalnya dengan melakukan pemilihan kebijakan akuntansi yang tepat agar laba terlihat baik. Investor, dewan komisaris, dan komite audit akan menaruh perhatian terhadap kinerja dari manajer dan mereka tidak menginginkan adanya praktik perataan laba. Hal ini membuat manajer sulit untuk melakukan praktik perataan laba. Itu sebabnya dalam penelitian ini, variabel independen (besaran perusahaan, return on assets, net profit margin, price to book value, financial leverage, dan operating leverage) tidak berpengaruh terhadap praktik perataan laba. Keterbatasan Penelitian ini memiliki beberapa kelemahan sebagai berikut: 1. Penelitian ini hanya menggunakan perusahaan manufaktur karena perusahaan manufaktur sudah dapat

mewakili perusahaan di Indonesia karena memiliki jenis usaha yang berbeda-beda. 2. Penelitian ini hanya menggunakan periode penelitian yang relatif pendek, yaitu selama 3 tahun (20072009). 3. Hasil penelitian yang diperoleh tidak terdapat variabel independen (ukuran perusahaan, return on assets, net profit margin, price to book value, financial leverage, dan operating leverage) yang memiliki pengaruh terhadap variabel dependen (praktik perataan laba). Rekomendasi Berdasarkan uraian keterbatasan pada penelitian diatas, maka peneliti memberikan beberapa rekomendasi bagi penelitian selanjutnya, yaitu: 1. Memperluas obyek penelitian dengan menambah jenis industri, seperti real estate and building construction industry. 2. Memperpanjang tahun penelitian sehingga observasi menjadi lebih lama. Tujuannya untuk memperlihatkan dan menggambarkan kondisi perusahaan go public di Indonesia dan kecenderungan yang terjadi dalam jangka panjang. 3. Melakukan pengembangan dengan menambah variabel yang mungkin mempengaruhi praktik perataan laba, seperti return saham, dan pertumbuhan penjualan yang mungkin memiliki pengaruh terhadap praktik perataan laba. REFERENSI Anggraini, F. dan Trisnawati, I. 2008. Pengaruh Earning Management Terhadap Konservatisme Akuntansi. Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Vol. 10, No. 1, hlm 23-36. Belkaouli, A. R. 2004. Accounting Theory. Edisi 5. Inggris: Thomson Learning. Bleidernan, C.R 1973. Income Smoothing.The Role of Management.The Accounting Review vol. 48 (4) Hal 653-667 Brochet, F and Z Gao 2004. Managerial Entrenchment and Earnings Smoothing, (online) (http://www.easternfinance.org/PaperSubmission/Submission2005/S-1-86). (Versi Pdf) Budileksmana, A. dan E. Andriani. 2005. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba pada Perusahaan-Perusahaan di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Akuntansi dan Investasi, Vol. 6, No. 2, hlm. 205222. Dewi, S. P. dan Carina. 2008. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba pada Perusahaan Manufaktur dan Lembaga Keuangan Lainnya yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Akuntasi/Tahun XII, No. 2, hlm. 117-131. Dwimulyani, S. dan Y. Abraham. 2006. Analisis Perataan Penghasilan (Income Smoothing): Factor-Faktor yang Mempengaruhi dan Kaitannya dengan Kinerja Saham Perusahaan Publik di Indonesia. Jurnal Informasi, Perpajakan, Akuntansi dan Keuangan Publik, Vol. 1, No. 1, hlm. 1-14.

Ghozali, I. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Gitman, L. J. 2009. Principles of Managerial Finance. Edisi 12. New York: Pierson Prentice Hall Godfrey, J., Hodgson, A., Holmes, S., et. al . 2006. Accounting Theory (6th ed). Australia: John Wiley & Sons Australia, Ltd. Ikatan Akuntan Indonesia. 2009. Penyajian Laporan Keuangan. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan, hlm 6-7. Jatiningrum. 2000. Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Perataan Penghasilan Bersih/Laba pada Perusahaan yang Terdaftar di BEJ. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 2, No. 2, hlm. 145-155. Juniarti dan Corolina. 2005. Analisa Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Status Perataan Laba (Income Smoothing) pada Perusahaan-Perusahaan Go Public. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 7, No. 2, hlm. 148-162. RIWAYAT PENULIS Rachel Oktora lahir di kota Jakarta pada 30 Oktober 1990. Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang akuntansi pada tahun 2012.

Anda mungkin juga menyukai