Anda di halaman 1dari 4

III.

METODOLOGI

3.1 WAKTU DAN TEMPAT


Penelitian ini dilakukan dari bulan November 2011 sampai Mei 2012 di tujuh kecamatan di kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten.

3.2 ALAT DAN BAHAN


Survei geolistrik dimaksudkan untuk mengetahui nilai tahanan jenis batuan di bawah permukaan tanah. Beberapa peralatan lapangan yang diperlukan pada suatu survei geolistrik antara lain ; 1. Resistivity meter Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Earth Resistivity Metre tipe SAZ 3000 G100. Alat ini menggunakan input power dari accu 12V, 45A dengan output yang dihasilkan mulai dari 5-500 A. 2. Elektroda Elektroda yang dipergunakan dapat dibuat dari logam alumunium, tembaga, ataupun baja tahan karat. Elektroda tersebut ditancapkan ke dalam tanah dengan kedalaman beberapa senti hingga 40 cm sesuai kebutuhan. Elektroda yang dipergunakan terdiri dari dua buah elektroda arus dan dua buah elektroda potensial. 3. Kabel penghubung Untuk menghubungkan elektroda dengan alat pengukur diperlukan kabel yang memiliki hambatan rendah dan terisolasi dengan baik. Kabel yang dibutuhkan sepanjang 500 m sebanyak dua unit untuk elektroda arus dan kabel sepanjang 300 m sebanyak dua unit untuk elektroda potensial. 4. Ohmmeter Alat ini dipergunakan untuk mengecek apakah sambungan antara kabel dengan elektroda sudah baik atau belum. Pengecekkan harus selalu dikerjakan sebelum dilakukan pengukuran. 5. Kompas geologi Dipergunakan untuk mengetahui posisi pengukuran (jika tidak terdapat alat ukur GPS) dan azimuth lintasan yang dibuat terhadap arah utara geografis. 6. Komputer Komputer digunakan untuk mengolah data hasil pengukuran geolistrik dengan menggunakan bantuan software (Progress Version 3.0). 7. Alat-alat penunjang Terdiri dari GPS yang berfungsi untuk mengetahui koordinat lokasi pengukuran, Handy talky sebanyak tiga unit, palu sebanyak empat unit, dan rol meter sepanjang 50 m sebanyak empat unit. Bahan-bahan yang dipergunakan berupa peta topografi, geologi, dan hidrogeologi dengan skala 1 : 75.000. Berdasarkan peta tersebut dapat ditentukan letak titik-titik pengamatan, distribusi titik ukur, arah bentangan/lintasan, profil topografi lintasan, dan rencana sayatan yang hendak dilakukan serta untuk mengetahui informasi-informasi litologi dan sebaran akuifer di loksi penelitian.

13

3.3 METODE PENELITIAN


Kegiatan penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahapan, yakni ; tahap pengumpulan data yang terdiri dari data primer dan data sekunder, tahap pengolahan data hasil pengukuran di lapangan, dan tahap analisis data primer dan sekunder yang dikorelasikan dengan tabel tahanan jenis batuan. Setelah itu dilakukan penyusunan laporan dan presentasi hasil penelitian.

3.3.1 Pengumpulan Data


Data yang dipergunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data hasil dari pengukuran menggunakan geolistrik dengan seperangkat perlengkapannya, sedangkan data sekunder berupa informasi-informasi yang terdapat pada peta topografi, geologi, dan hidrogeologi. Untuk melakukan pembahasan diperlukan pengumpulan data melalui studi literatur baik melalui buku-buku, laporan-laporan hasil penelitian sebelumnya serta melalui internet. Pengukuran menggunakan geolistrik dimulai dengan penentuan titik-titik pengukuran. Untuk mendapatkan gambaran sebaran akuifer di Kota Tanggerang Selatan, Provinsi Banten maka pengukuran dilakukan disetiap Kecamatan yang berada di Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten yang terdiri dari Kecamatan Setu, Kecamatan Serpong, Kecamatan Serpong Utara, Kecamatan Pondok Aren, Kecamatan Pamulang, Kecamatan Ciputat dan Kecamatan Ciputat Timur. Masingmasing kecamatan diwakili oleh dua titik pengukuran geolistrik. Pengukuran menggunakan geolistrik pada prinsipnya adalah dengan cara menginjeksikan arus ke dalam tanah melalui dua elektroda arus (A dan B), dan mengukur hasil beda potensial yang ditimbulkan pada dua elektroda potensial (M dan N). Dari pengukuran tersebut diperoleh data harga arus (I) dan beda potensial (V). Dengan menggunakan persamaan konfigurasi Schlumberger maka diperoleh nilai tahanan jenis litologi batuan penyusun di lokasi penelitian. Contoh data hasil pengukuran geolistrik dapat dilihat pada Lampiran 1 dan Lampiran 2.

3.3.2 Pengolahan dan Analisis Data


Nilai tahanan jenis yang dihitung bukanlah nilai tahanan jenis bawah permukaan yang sebenarnya, namun merupakan nilai semu (apparent) yang merupakan tahanan jenis dari bumi yang dianggap homogen dan memberikan nilai resistensi yang sama untuk susunan elektroda yang sama. Untuk menentukan nilai tahanan jenis bawah permukaan yang sebenarnya diperlukan proses perhitungan secara inversi maupun forward dengan menggunakan bantuan komputer (Software progress Version 3.0). Proses pengolahan data terdiri dari beberapa tahap yaitu tahap pemasukkan data, tahap estimasi model parameter, tahap iterasi, dan tahap interpretasi data. Pada tahap pemasukkan data, data yang dimasukkan berupa data jarak spasing AB/2 dan nilai tahanan jenis yang diperoleh dari hasil pengukuran geolistrik, perhitungan dilakukan dengan persamaan konfigurasi Schlumberger. Tahap estimasi model parameter dilakukan untuk menduga lapisan batuan beserta ketebalannya. Hal ini dilakukan dengan memperkirakan kedalaman batuan dan nilai tahanan jenis dari hasil pengukuran geolistrik. Estimasi ini dilakukan pada lembar forward modelling pada Software Progress 3.0. Cara melakukan estimasi adalah dengan memasukkan kedalaman batuan dalam kolom depth dan nilai tahanan jenisnya dalam kolom resistivity. Nilai kedalaman batuan dan resistivitasnya dimasukkan dengan cara mendekati titik-titik yang terplotkan pada input data pada lembar observed data. Banyak lapisan dipilih sebanyak enam lapisan. Setelah data dimasukkan, tombol panah di samping tombol

14

forward modelling diklik, kemudian nilai RMS akan terlihat. Nilai kedalaman dan tahanan jenis dirubah sampai didapatkan nilai RMS yang terkecil. Pada tahap iterasi dengan menggunakan Software Progress Version 3.0, dari hasil pengolahan data akan diperoleh kurva Vertical Electrical Sounding beserta kedalaman litologi batuan dan nilai tahanan jenisnya, yang disajikan pada lembar interpretasi data. Proses iterasi Dikerjakan pada lembar invers modelling pada Software Progress Version 3.0. Cara melakukan proses iterasi dengan mengubah nilai max.iteration dan RMS cut off sampai didapatkan nilai RMS terkecil. Nilai max.iteration dan RMS cut off dapat diatur dengan cara mengklik tanda panah kebawah di samping tombol max.iteration maupun melalui tombol Option, kemudian mengatur kolom pada max.iteration dan RMS cut off. Interpretasi data atau penerjemaahan data dan hasil pengukuran dilakukan pada lembar interpreted data pada Software Progress Version 3.0. Setelah data diiterasi dalam lembar invers modelling, interpretasi data ditampilkan pada kurva hubungan resistivity dan spacing, tabel hasil interpretasi data, dan legenda yang berisi titik pengukuran, konfigurasi yang digunakan, nilai RMS, deskripsi simbol dalam grafik dan penampang vertikal titik pengukuran/resistivity log. Pengolahan data menggunakan Software Progress Version 3.0 dapat dilihat pada Lampiran 7 dan Lampiran 8. Setelah data hasil pengukuran geolistrik diolah menggunakan Software Progress Version 3.0 maka dapat diketahui jenis tanah penyusun lapisan tersebut beserta kedalaman lapisan batuan. Analisis dilakukan berdasarkan Gambar 5 dan Tabel 4.

Sumber : Anonim 2012

Gambar 5. Nilai tahanan jenis batuan Airtanah terdapat pada lapisan akuifer yang memiliki ciri-ciri tersusun atas batuan pasir. Dengan mengetahui litologi lapisan tanah maka dapat diduga posisi akuifer, ketebalan lapisan akuifer dan penyebarannya di lokasi penelitian.

15

Tabel 4. Nilai tahanan jenis batuan Jenis Batuan Nilai Resistivitas (ohmmeter) Batuan Beku Batuan Ubahan Lempung Serpih Lunak Serpih Keras Pasir Batupasir Gamping Poros Gamping Padat
Sumber : Anonim 2012

100 - 1.000.000 15 - 1.000.000 1 - 11 0,8 - 12 2 - 500 13 - 1.000 50 - 2.000 50 - 2000 5.500 - 1.000.000

Gambar 6. Diagram alir penelitian

16

Anda mungkin juga menyukai