Anda di halaman 1dari 139

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM KIMIA DASAR I

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 1
(FISIKA)
HALOMOAN A.R.S
JUHANA
MERRY YULIANA
SINTA SUGENG ATMAJA

NIM. 11070450
NIM. 1107045019
NIM. 1107045006
NIM. 1107045016

LABORATORIUM KIMIA ANALITIK ANORGANIK DAN FISIK


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2011

iv

LEMBAR PENGESAHAN
PRAKTIKUM KIMIA DASAR I
PERCOBAAN 1

PEMISAHAN DAN PEMURNIAN

PERCOBAAN 2

PEMBUATAN LARUTAN

PERCOBAAN 3

KROMATOGRAFI

PERCOBAAN 4

STOIKIOMETRI

PERCOBAAN 5

LAJU REAKSI

PERCOBAAN 6

SIFAT-SIFAT UNSUR

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 1
HALOMOAN A.R.S

1107045003

JUHANA

1107045019

MERRY YULIANA

1107045006

SINTA SUGENG A.

1107045016

Samarinda, 17 Desember 2011


Pembimbing Praktikum

Koordinator Asisten

EVA MARLIANA,S.Si,M.Si
NIP.19750302 200012 2 001

NURHIDAYAH
NIM.0807035057

Mengetahui,
Kepala Laboratorium Analitik,Anorganik dan Fisik
Drs. Teguh Wirawan, M. Si
NIP. 132 090 591

KATA PENGANTAR
v

Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang
telah melimpahkan rahmat-Nya sehingga penyusunan Laporan Resmi Kimia Dasar
ini dapat terselesaikan.
Isi dari Laporan resmi Kimia Dasar 1 ini adalah hasil percobaan-percobaan
yang telah dilakukan sebelumya, meliputi, Pemisahan dan Pemurnian, Pembuatan
Larutan, Kromatografi, Stiokiometri, Laju Reaksi, dan Sifat-Sifat Unsur yang
dilengkapi oleh rincian teori dasar, Serta detail-detail hasil percobaan. Di samping itu,
Penyusunan Laporan Resmi Praktikum Kimia Dasar 1 ini bermanfaat banyak bagi
praktikan baik penambahan wawasan dari segi teori maupun segi praktek nya.
Pada kesempatan ini, tak lupa penyusun mengucapkan terima kasih kepada
para asisten yang telah mendampingi dan membimbing kami dalam melakukan
percobaan-percobaan ini, serta memberi masukan-masukan untuk menyelesaikan
praktikum dengan baik. Tak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada temanteman yang turut aktif membantu penyusunan Laporan Resmi Kimia Dasar ini.
Penyusun menyadari bahwa dalam laporan resmi ini masih banyak kekurangan serta
kesalahan. Dengan kerendahan dan ketulusan hati, penyusun akan terbuka untuk
menerima kritik yang membangun demi kesempurnaan laporan ini.
Akhir kata, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Samarinda, 13 Desember 2011

Penyusun

DAFTAR ISI

vi

HALAMAN JUDUL..i
LEMBAR PENGESAHAN..ii
KATA PENGANTAR .iii
DAFTAR ISI...iv
PERCOBAAN 1
PEMISAHAN DAN PEMURNIAN
BAB 1 PENDAHULUAN1
1.1

Latar Belakang... ...1

1.2

Tujuan Percobaan.2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA......3


BAB 3 METODOLOGI PERCOBAAN..10
3.1 Alat dan Bahan... .10
3.2

Prosedur Percobaan.....10

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN12


4.1

Data Pengamatan.....12

4.2

Pembahasan.13

BAB 5 PENUTUP.16
5.1

Kesimpulan.. ...16

5.2

Saran ...16

DAFTAR PUSTAKA

PERCOBAAN 2
PEMBUATAN LARUTAN
BAB 1 PENDAHULUAN...17
vii

1.1

Latar Belakang.....17

1.2

Tujuan Percobaan....18

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA19


BAB 3 METODOLOGI PERCOBAAN.........28
3.2 Alat dan Bahan. ...28
3.2

Prosedur Percobaan.....28

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN30


4.1

Data Pengamatan.....30

4.2

Perhitungan.. ...30

4.3

Pembahasan..
...31

BAB 5 PENUTUP...35
5.1

Kesimpulan.. ...35

5.2

Saran ...35

DAFTAR PUSTAKA

PERCOBAAN 3
KROMATOGRAFI
BAB 1 PENDAHULUAN...36
1.1

Latar Belakang37

1.2

Tujuan Percobaan37

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.38


BAB 3 METODOLOGI PERCOBAAN..........44
3.1 Alat dan Bahan44
3.2

Prosedur Percobaan.....45

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN46


4.1

Data Pengamatan.46
viii

4.2

Perhitungan 48

4.3

Pembahasan. ..52

BAB 5 PENUTUP..57
5.1

Kesimpulan.. ..70

5.2

Saran ..70

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

PERCOBAAN 4
STOIKIOMETRI
BAB 1 PENDAHULUAN...58
1.1

Latar Belakang............................................................................. ...58

1.2

Tujuan Percobaan ...59

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA60


BAB 3 METODOLOGI PERCOBAAN.66
3.1 Alat dan Bahan. ...66
3.2

Prosedur Percobaan.....66

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN68


4.1

Data Pengamatan.....68

4.2

Reaksi-reaksi...68

4.3

Perhitungan.... .68

4.4

Grafik..........73

4.5

Pembahasan. ...74

BAB 5 PENUTUP.76
5.1

Kesimpulan .76

5.2

Saran ...76

DAFTAR PUSTAKA

ix

PERCOBAAN 5
LAJU REAKSI
BAB 1 PENDAHULUAN...........77
1.1

Latar Belakang. ...77

1.2

Tujuan Percobaan ...78

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA79


BAB 3 METODOLOGI PERCOBAAN..........85
3.1 Alat dan Bahan. ...85
3.2

Prosedur Percobaan.....85

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN...87


4.1

Data Pengamatan.........87

4.2

Reaksi......87

4.3

Perhitungan.. ...87

4.4

Grafik...89

4.5

Pembahasan.90

BAB 5 PENUTUP.93
5.1

Kesimpulan.. ...93

5.2

Saran ...93

DAFTAR PUSTAKA

PERCOBAAN 6
SIFAT-SIFAT UNSUR
BAB 1 PENDAHULUAN...94
1.1

Latar Belakang. ...94

1.2

Tujuan Percobaan........95

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA................96


BAB 3 METODOLOGI PERCOBAAN102
x

3.1

Alat dan Bahan..102

3.2

Prosedur Percobaan...103

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN..105


4.1

Data Pengamatan .105

4.2

Reaksi-reaksi.105

4.3

Pembahasan. .106

BAB 5 PENUTUP...111
5.1

Kesimpulan.. .111

5.2

Saran .111

DAFTAR PUSTAKA

xi

PERCOBAAN 1
PEMISAHAN DAN PEMURNIAN

xii

LEMBAR PENGESAHAN
PRAKTIKUM KIMIA DASAR I
PERCOBAAN 1
PEMISAHAN DAN PEMURNIAN

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 1
HALOMOAN A.R.S
JUHANA
MERRY YULIANA
SINTA SUGENG ATMAJA

NIM. 1107045003
NIM. 1107045019
NIM. 1107045006
NIM. 1107045016
Samarinda, Desember 2011

Pembimbing praktikum

Asisten Praktikan

Eva Marliana, S.Si, M.Si.


NIP. 19750302 200122 001

Nova Haloho
NIM. 0707035013

xiii

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Dalam ilmu kimia pemisahan dan pemurnian campuran sangat penting dan

diperlukan. Dalam praktikum kimia, pemisahan dan pemurnian dilakukan untuk


mendapatkan zat murni dari suatu camuran. Pada pekerjaan-pekerjaan di
laboratorium banyak melibatkan pemisahan campuran. Seperti dalam pengolahan
minyak bumi dan logam-logam. Untuk dapat melakukan hal tersebut dibutuhkan
keterampilan dan pengetahuan. Oleh karena itu harus mengetahui dan mempelajari
bagaimana cara-cara pemisahan tersebut dalam praktikum kimia ini. Sebelumnya kita
harus mengetahui apa yang dimaksud dengan campuran dan jenis campuran tersebut.
Campuran adalah suatu bahan yang terdiri atas satu atau lebih zat yang berlainan
yang bergabung menjadi satu yang masih mempunyai zat asalnya. Campuran
dibedakan menjadi dua, yaitu :
1. Campuran homogen : zat-zat pembentukan cairan yang cairannya sulit untuk
dibedakan
2. Camputan heterogen : zat-zat pembentuk cairan yang cairannya masih bisa
dibedakan.
Untuk memperoleh zat murni, kita harus memisahkannya dari campurannya.
Untuk mendapatkan zat murni dilakukankah suatu sistem yang dapat memisahkan
antara zat murni dengan bahan-bahan pencemaran ataupun pencampuran lainnya pada
suatu campuran yakni pemisahan dan pemurnian.
Pemisahan dan pemurnian suatu zat yang mengalami campuran atau tercemar
dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu penyaringan (filtrasi), dekantasi,
sublumasi, kristisasi, rekristalisasi,adsorbsi dan ekstraksi.
Cara atau pemisahan campuran tergantung pada jenis wujud dan sifat
komponen yang terkandung didalamnya. Didalam percobaan ini, kita akan membahas
tentang pengertian dari cara-cara pemisahan dan pemurnian, bagaimana cara-cara

xiv

pemisahan dan pemurnian melalui proses dekantasi, filtrasi, rekristalisasi, sublimasi,,


dan ekstraksi, zat murni apa yang dihasilkan dan diharapkan para praktikan dapat
memahami tentang pemisahan dan pemurnian yang dapat diterapkan didalam
kehidupan sehari-hari.
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang metode-metode yang digunakan dalam
pemisahan dan pemurnian.
2. Untuk mengetahui tentang prinsip-prinsip dasar dari pemisahan dan
pemurnian.
3. Untuk memperoleh pengetahuan dasar tentang zat murni.
4. Untuk mengetahui jenis-jenis dari campuran.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Campuran
Campuran adalah suatu bahan yang terdiri atas satu atau lebih zat berlainan
yang bergabung menjadi satu yang masih mempunyai sifat zat asalnya.

xv

Pemisahan dan pemurnian suatu zat merupakan suatu bentuk yang ada dalam
kimia. Zat-zat tersebut ada yang terlarut dan tidak terlarut. Suatu proses pemisahan
tersebut ialah memisahkan beberapa zat yang terdapat dalam suatu larutan dari
berbagai jenis zat, sedangkan pemurnian ilah memurnikan zat dari suatu pearut untuk
mendapatkan suatu zat yang murni.(Chang, R. 2005)
Didalam pemisahan dan pemurnian terdapat sifat dan perubahan zat yaitu sifat
fisika, sifat kimia, perubahan fisika, perubahan kimia, sifat ekstensif dan sifat
intensif. Sifat fisika adalah sifat yang berkaitan dengan keadaan fisik suatu zat,
misalnya : warna, bentuk, bau, kekerasan, daya hantar, dan sebagainya. Sifat kimia
adalah sifat zat yag berhubungan dengan mudah sukarnya beraksi kimia, misalnya:
mudah tidaknya terbakar, memuai dan berkarat. Perubahan fisika adalah mempunyai
cirri-ciri tidak terbntuknya jenis zat bau, misalnya materi tersebut berubah bentuk dari
wujudnya. Perubahan kimia ditandai dengan terbentuknys jenis zat baru, artinya zat
yang terbentuk dari perubahan bentuk dan wujudnya. Perubahan yang dimaksud
adalah perubahan kimia sangat berbeda dengan zat semula. Sifat ekstensif merupakan
zat yang tergantung pada jumlah dan ukuran zat. Sifat intensif merupakan sifat yang
tidak dipengaruhi leh jumlah zat dan ukuran zat.

Pemisahan

campuran

dapat

dibedakan menjadi 2, yaitu campuran homogen dan hetergen. Campuran homogen


adalah campuran yang serba sama sifat-sifatnya sama diseluruh cairan. Tiap
komponen dalam campuran itu selalu mempunyai komposisi sama dengan yang lain.
Campuran heterogen campuran dua fase (cairan+padatan), atau dikatakan pula
sebagai sifat-sifatnya tidak seragam (Sukardjo. 2002).
Entalpi Pelarutan
Dengan cara yang sama seperti sebelumnya, untuk pembentukan larutan dapat
ditulis perubahan entalpi pembebntukan larutan sebagai berikut :
.

H pelarutan =

(2.1)

xvi

Perubahan entalpi disini mengacu pada entalpi atau kalor. Perubahan entalpi yang
dihitung dalam persamaan 2.1 merupakan contoh kalor pelarutan

dalam air.

Karena kelarutan adalah campuran molekul (atom atau ion dalam beberapa hal),
biasanya molekul-molekul pelarut agak berjauhan dalam larutan disbanding dalam
pelarutan murni. Jadi, pembentukan larutan dapat dibuat sebagai proses hipotesis :
pertama, jarak antara molekul-molekul meningkat menjadi jarak rata-rata yang
ditampilkan dalam larutan. Tahap ini memerlukan penyerapan energi untuk
melampaui gaya-gaya intermolekul kohesi. Tahap ini disertai dengan peningkatan
entalpi, reaksinya adalah endoterm. Dalam tahap endoterm kedua, pemisahan yang
sama terhadap molekul-molekul terlarut terjadi. Tahap ketiga dan terakhir adalah
membiarkan molekul-molekul pelarut dan terlarut untuk bercamrpur. Gaya tarik
intermolekul diantara molekul tak sejenis menyebabkan pelepasan energi, entalpi
menurun pada tahap ini. Tergantung pada perbandingan nilai-nilai perubahan entalpi
dalam ketiga tahap tersebut, perubahan entalpi keseluruhan dengan positif (endoterm)
atau negatif (eksoterm) atau dalam beberapa hal seperti yang digambarkan dibawah
ini,

= 0. (Sastrawijaya. 1999)

Pemisahan molekul
zat terlarut

Pemisahan molekul
pelarut

Pencampuran molekul
pelarut dengan TERLARUT

xvii

Gambar 2.1 Diagram entapi pembentukan larutan


Proses pelarut merupakan endoterm, eksoterm atau mempunyai

H = 0,

apabila kedudukan tanda panah dengan garis terputus-putus berturut-turut berada


diatas, dibawah atau pada garis. Unsure terpenting yang menentukan keadaan bahan
dalam larutan adalah pelarut. Komponen yang jumlahnya lebih sedikit dinamakan zat
terlarut (solute). Larutan yang menggunakan air sebagai pelarut dinamakan larutan
dalam air atau aquades. Larutan yang mengandung zat terlarut dalam jumlah banyak
dinamakan larutan pekat. Jika jumlah zat terlarut sedikit, larutan dinamakan larutan
encer. Istilah larutan biasanya mengandung arti pelarut cair dengan cairan, padatan
atau gas sebagai zat yang terlarut. Tiga contoh larutan dalam keadaan cair ialah:
bensin

: campuran sejumlah hidrokarbon cair

air laut

: larutan berair dari natrium klorida dan padatan ion lainnya.

air berkarbonat : larutan berair dari

. (Sastrohamidjojo. 2001)

2.2 Konsentrasi Larutan


Menyatakan komponen-komponen dalam larutan saja tidak cukup menerang
kan larutan secara lengkap, informasi tambahan diperlukan, yaitu konsentrasi larutan.
Banyak cara untuk memberikan konsentrasi larutan, yang semuanya menyatakan
kuantitas zat terlarut dalam kuantitas pelarut (atau larutan). Dengan demikian, setiap
system konsentrasi harus menyatakan butir-butir berikut :
satuan yang digunakan untuk zat terlarut kuantitas kedua dapat berupa
pelarut atau larutan keseluruhan satuan yang digunakan untuk kuantitas kedua.
2.2.1 Konsentrasi Molar (molaritas)
Stoikiometri reaksi kimia didasarkan pada jumlah nilai atom, ion atau molekul
yang bereaksi. Banyak reaksi kimia yang dilakukan dalam larutan. Karena alasan ini
xviii

konsentrasi dinyatakan berdasarkan jumlah partikel terlarut, atau konsentrasi molar


yang dinyatakan dari dua cara.
Konsentrasi (M) =
Konsentrasi molar (molaritas) adalah fungsi siku. Hal ini disebabkan karena
kuantitas larutan didasarkan pada volume, padahal volume merupakan fungsi suhu.
2.2.2 Konsentrasi Molalitas
Untuk bermacam-macam pengguna diperlukan satuan larutan yang tak
tergantung pada suhu. Satuan yang dimaksud adalah apabila keduanya menyatakan
kuantitas terlarut dan pelarut dinyatakan berdasarkan massa. Massa zat tidak
tergantung suhu. Satuan yang berguna adalah molalitas, yaitu jumlah terlarutnya
dinyatakan dalam mol dan kuantitas pelarutnya (bukan larutan dalam kilogram).
Satuan molalitas menjadi mol terlarut perkilogram pelarut.
Konsentrasi molal (m) =

2.2.3 Fraksi Mol


Satuan konsentrasi molalitas dan molaritas menyatakan jumlah terlarut dalam
mol, tetapi kuantitas pelarut atau larutan dalam massa atau volume. Untuk
menghubungkan sifat-sifat fisik larutan dengan konsentrasi larutan, kadang-kadang
perlu digunakan satuan konsentrasi yang semua komponen larutnya dinyatakan
berdasarkan mol. Fraksi mol komponen 1, dilambangkan

adalah fraksi dari semua

molekul dalam larutan yang sejenis 1, fraksi mol komponen 1 adalah


seterusnya.
Fraksi mol dari komponen larutan didefinisikan

xix

dan

2.2.4 Ada beberapa proses melarut (prinsip kelarutan)


2.2.4.1 Cairan-cairan
Kelarutan zat cair dalam zat cair sering dinyatakan like dissolves like
maknanya zat-zat cair yang memiliki struktur serupa akan saling melarutkan
satu sama lain dalam segala perbandingan. Contohnya : heksana dan pentane,air
dan alkohol

H-OH dengan

- OH.

Perbedaan kepolaran antara zat terlarut dan zat pelarut pengaruhnya tidak
besar tehadap kelarutan. Contohnya :

(polar) dengan

(non polar).

Larutan ini terjadi karena terjadinya gaya antar aksi, melalui gaya dispersi
(peristiwa menyebarnya zat terlarut didalam zat pelarut) yang kuat.
2.2.4.2 Padat Cair
Padatan umumnya memiliki kelarutan terbatas di cairan. Hal ini disebabkan
gaya tarik antar molekul zat padat dengan zat padat

zat padat dengan zat cair.

Zat padat non polar (sedikit polar) besar kelarutannya dalam zat cair yang
kepolarannya dalam zat cair yang kepolarannya rendah.
2.2.4.3 Gas Cair
Padatan umumnya mempunyai prinsip-prinsip tertentu, akan tetapi gas
dalam cairan memiliki 2 prinsip:
a. Makin tinggi titk cair suatu gas, akan mendekati zat cair gaya tarik antar
molekulnya. Gas dengan titik cair lebih tinggi, kelarutannya lebih besar.
b. Pelarut terbaik untuk suatu gas ialah pelarut yang gaya tarik antar molekulnya
sangat mirip dengan yang dimiliki oleh suatu gas.
Titik didih gas mulia dari atas kebawah dalam suatu sistem periodic, makin tinggi dan
kelarutannya makin besar.

xx

Pengaruh temperature (T) dan tekanan (P) terhadap kelarutan, yaitu


peningkatan temperatur menguntungkan proses endotermis. Sebaliknya penurunan
temperatur menguntungkan proses eksotermis. Proses kelarutan zat padat dalam zat
cair, umumnya berlangsung endoterm, akibatnya kenaikkan temperatur menaikkan
kelarutan. Proses kelarutan gas dalam cair berlangsung eksoterm, akibatnya
kenaikkan temperatur menurunkan kelarutan.
Proses melarut dianggap proses kesetimbangan
Solute + solvent larutan H =

(eksoterm)

H = + (endoterm)
Faktor tekanan sangat besar pengaruhnya pada kelarutan gas dalam cair. Hubungan
ini dijelaskan dengan hokum Henry, yaitu Cg = k.Pg (tekanan berbanding lurus
dengan konsentrasi).(Chang, R. 2005)
2.3 Pemisahan Campuran
Cara pemisahan dan pemurnian suatu zat dari campurannya secara fisik antara
lain adalah dekantasi, sublimasi, filtrasi, ekstraksi, koagulasi, adsorbsi, destilasi,
kristalisasi, dan rekristalisasi.
2.3.1

Dekantasi
Merupakan proses pemisahan padatan dan cairan. Padatan dibiarkan turun

kedasar labu, kemudian cairannya dituangkan dengan hati-hati agar padatan tidak
terganggu.
2.3.2

Sublimasi
Adalah proses pemurnian suatu zat dengan jalan memanaskan campuran,

sehingga dihasilkan sublimat (kumpulan materi pada tempat tertentu yang terbentuk
pada pemanasan zat yang dapat berubah langsung dari fasa padat ke fasa gas dan
kembali lagi ke fasa padat).

xxi

2.3.3

Filtrasi

Adalah proses pengambilan salah satu komponen campuran dengan menggunakan


pelarut.
2.3.4

Koagulasi

Merupakan proses pengendapan koloid.


2.3.5

Adsorbsi
Adalah kemampuan zat untuk menyerap gas, cairan atau zat terlarut pada

permukaannya.
2.3.6

Destilasi
Adalah pemurnian cairan dengan jalan mendidihkannya, pendinginan uap yang

terbentuk dan menggumpal, cairannya diperoleh dari pendinginan uap.


2.3.7

Kristalisasi

Adalah pemisahan pemisahan padat-cair dimana terjadi transfer massa solute dari
larutan kepadatan. Partikel padatan terbentuk dari suatu fase homogen (larutan).
2.3.8

Rekristalisasi
Merupakan salah satu pemurnian zat yang jamak digunakan, dimana zat-zat

tersebut dilarutkan dalam suatu pelarut kemudian di kristalkan kembali.(Sukardjo.


2002)

xxii

BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Aat dan Bahan
3.1.1 Alat
- spatula
- gelas kimia 100 ml
- corong gelas
- tabung reaksi
- corong pisah
- cawan penguap
- batang pengaduk
3.1.2 Bahan
- aquades
- garam dapur
- pasir
- naftalena
- minyak goreng
- kertas saring
- kapur tulis
3.2 Prosedur Percobaan
- dimasukkan 1 sendok pasir kedalam baker gelas kimia kemudian diisi Air
dan diaduk. Biarkan pasir mengendap lalu dituang bagian atas.
- dimasukkan larutan
kedalam 10 ml aquades. Diuapkan larutan
hingga volumenya berubah sesuai yang di inginkan.
- dimasukkan naftalena kedalam cawan penguap. Ditutup cawan penguap
dengan kertas saring yang telah dilubangi kecil-kecil dan ditutp lagi dengan
corong kaca dengan posisi terbalik dan lehernya disumbat kertas.
- dimasukkan air dan minyak goreng kedalam corong pisah kemudian di kocok
dan biarkan hingga kedua cairan tersebut memisah.

xxiii

BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Pengamatan
No

Perlakuan

1.

Dekantasi
- Dimasukkan 1 sendok pasir
Kedalam baker gelas

Pengamatan
- Pasir tidak larut dalam aquades
- Setelah didiamkan, terbentuk dua fase,

- Ditambahkan aquades diaduk

pada dasar baker gelas, hal tersebut

- Didiamkan dan diamati

dapat terjadi karena massa jenis pasir


lebih besar dibanding massa jenis
aquades

2.

Filtrasi
- Dimasukkan 1 sendokkapur tulis

- Air menjadi keruh karena air dan kapur

yang telah dihaluskan


- Ditambahkan aquades

bercampur
- saat disaring, kapur tertinggal

- Diaduk

disaringan dan airnya jatuh tidak ikut

- Disaring dengan menggunakan

tersaring dan airnya menjadi bening

kertas saring
3.

Rekristalisasi
- Dimasukkan
- Ditambahkan aquades
- Diaduk

larut dan warna airnya


menjadi biru laut

- Air menguap, yang tersisa adalah

- Dipanaskan hingga volume


menjadi setengahnya

- Warnanya biru muda, kristalnya


menjadi halus

xxiv

4.

Sublimasi
- Naftalena yang telah dihaluskan
dicampur dengan garam
- ditutup cawan penguap dengan

- naftalena melekat pada kertas saring


- garam yang dicampur dengan naftalena
tadi, tetap bertahan dibawah

kertas saring dan ditutup lagi


dengan corong kaca posisi
terbalik dan lehernya disumbat
tissue
5.

- dipanaskan
Ekstraksi
- dimasukkan aquades kedalam
corong pemisah

- air dan minyak tidak menyatu, tetapi


warnanya airnya menjadi keruh

- dimasukkan minyak
- dikocok
4.2 Pembahasan
Pemisahan zat murni melalui cara dekantasi di dasarkan pada perbedaan zat
murni yaitu berat jenis dan gaya gravitasi. Pada percobaan ini terlihat endapan pasir
pada baker gelas. Air memiliki massa jenis yang lebih kecil daripada pasir. Pada
pemisahan zat murni melalui cara filtrasi didasarkan pada perbedaan ukuran partikel.
Pada percobaan ini, ukuran partikel air lebih kecil dibanding ukuran partikel kapur
tulis yang tretahan diatas kertas saring. Pemisahan zat murni melalui cara kristalisasi
didasarkan pada perbedaan titik didih. Pada percobaan ini, titik air lebih rendah dari
zat terlarutnya. Sehingga pelarutnya menguap dan menyisakan zat terlarut
didalamnya. Pemisahan zat murni dengan cara sublimasi didasarkan pada perbedaan
titik sublime, yakni pemisahan komponen-komponen yang dapat menyumblim dari
komponen yang tidak dapat menyumblim. Pemisahan zat murni dengan cara ektraksi
didasarkan pada perbedaan kepolaran dan massa jenisnya. Pemisahan terjadi atas
dasar kemampuan larutan yang berbeda dari komponen-komponen dalam campuran.
xxv

Zat-zat dengan struktur kimia yang mirip, umumnya saling bercampur baik,
sedangkan yang tidak, biasanya sukar bercampur atau disebut dengan like dissolves
like. Misalnya saja seperti percobaan ekstraksi minyak dengan air. Dimana kedua
komponen tersebut memiliki sifat kepolaran yang berbeda (air bersifat polar
sedangkan minyak bersifat non polar) sehingga keduanya tidak bisa bercampur.
Dalam kehidupan sehari-hari banyak cara untuk melakukan pemisahan dan
pemurnian. Pemisahan dengan cara dekantasi dapat dilakukan dengan air dan pasir.
Air dan pasir dimasukkan dalam satu wadah, kemudian pasir di endapkan dan
dituangkan ke wadah yang lain. Pemisahan dengan cara filtrasi yaitu pada saat kita
menjernihkan air, menyaring santan, kopi atau the, penghisap debu dan penyejuk
ruangan. Contoh pemisahan dengan cara sublimasi adalah pemisahan campuran
iodine dengan garam. Contoh pemisahan dengan cara ekstraksi adalah pengambilan
sari dari tumbuhan, misalnya tebu penghasil gula. Kemudian contoh dari rekristalisasi
yaitu pemurnian dari garam dapur yang ukurannya kasar dan kotor, memjadi lembut
dan bersih.
Campuran homogen adalah campuran yang berupa larutan dimana dalam
larutan tersebut terdapat zat-zat yang sulit dibedakan. Campuran homogen juga dapat
diartikan sebagai penggabungan dua zat tunggal (atau lebih yang semua partikel
menyebar merata membentuk satu fasa), yang disebut dengan satu fasa adalah zat
yang sifat dan komposisi sama antara satu bagian dengan bagian yang lain
didekatnya. Campuran heterogen adalah campuran suspense dan koloid dan zat-zat
dalam campuran tersebut dapat diartikan sebagai penggabungan yang tidak merata
pada dua zat tunggal atau lebih sehingga perbandingan komponen yang satu dengan
yang lainnya tidak sama. Contoh campuran homogen adalah alcohol dengan air,
sedangkan contoh campuran heterogen adalah air dan minyak tanah.
Faktor-faktor kesalahan saat melakukan praktikum adalah saat dimasukkan
Kristal

kedalam baker gelas, air yang ditambahkan terlalu banyak, sehingga

saat dipanaskan larutan

membutuhkan waktu yang agak lama untuk


xxvi

mengkristal. Kesalahan lainnya adalah kesalahan dalam melipat kertas saring. Kertas
saring yang dilipat terlalu kecil sehingga dapat menghambat kegiatan filtrasi atau saat
air keruh yang akan disaring dituang kedalam corong yang berisi kertas saring, kertas
saring tidak bisa menopang sehingga kertas tersebut ikut larut bersama air yang telah
dituang. Kesalahan yang sama bisa terjadi jika atau saat kran pada corong pisah
dibuka terlalu lebar, tidak hanya air yang akan keluar tetapi minyak yang berada
diatas air akan ikut keluar.

BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan

xxvii

- Metode yang digunakan dalam proses pemisahan dan pemurnian yaitu


dekantasi, filtrasi, rekristalisasi, sublimasi dan ekstraksi.
- Prinsip dasar dari pemurnian adalah memperoleh zat murni suatu zat yang
telah
terkontaminasi zat lain, sedangkan pemisahan adalah upaya untuk
memisahkan dua zat yang telah bercampur.
- Zat murni adalah zat yang tidak terkontaminasi zat lain
- Jenis-jenis campuran ada dua yaitu camputan homogen dan heterogen.
5.2 Saran
Diharapkan pada percobaan berikutnya dapat dilakukan teknik pemisahan dan
pemurnian dengan cara destilasi dan kristalisasi

DAFTAR PUSTAKA
Chang. R. 2005. Kimia Dasar Jilid I. Jakarta : Erlangga
Sukardjo. 2002. Fisika, Mekanika dan panas. Jakarta : Erlangga

xxviii

Sastrawijaya. Tdkk. 1999. Kimia Dasar II. Jakarta : PIPA 3334


Satrohamidjojo. H. 2001. Kimia Dasar. Yogyakarta : Gadjah Mada

xxix

PERCOBAAN 2
PEMBUATAN LARUTAN

LEMBAR PENGESAHAN
PRAKTIKUM KIMIA DASAR I
PERCOBAAN 2
PEMBUATAN LARUTAN

xxx

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 1
HALOMOAN A.R.S
JUHANA
MERRY YULIANA
SINTA SUGENG ATMAJA

NIM. 1107045003
NIM. 1107045019
NIM. 1107045006
NIM. 1107045016
Samarinda, Desember 2011

Pembimbing praktikum

Asisten Praktikan

Eva Marliana, S.Si, M.Si.


NIP. 19750302 200122 001

Rizka Maharana
NIM. 1007035003

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

xxxi

Reaksi kimia biasanya terjadi antara dua campuran zat, bukanya antara zat murni.
Suatu bentuk yang paling lazim dari campuran adalah lautan. Dialam kebanyakan
reaksi berlangsung di dalam lautan air. Sebagai contoh cairan tubuh baik tumbhan
mapun hewan, merupakan larutan dari berbagai jenis zat. Dalam tanahpun reaksi
umumnya berlangsung dalam lapisan tipis larutan yang di absirbsi pada larutan.
Apabila kita mencampurkan gula dengan air kemudian kita aduk ternyata gula
larut maka kita memperoleh larutan gula. Dalam larutan itu kita tidak dapat
membedakan lagi partikel gula dari air walaupun menggunakan mikroskop ultra.
Oleh karena itu larutan di definisikan sebagai campuran homogen dari dua zat atau
lebih zat.
Dalam pembicaraan sehari-hari, larutan di artikan sebagai campuran dalam yang
berbentuk cair. Sebenarnya larutan ada yang berbentuk gas maupun padat. Contoh
larutan yang berbentuk gas adalah udara yang merupakan campuran dari berbagai
jenis gas, terutama gas nitrogen dan gas oksigen. Contoh larutan yang berbentuk
padat adalah emas 22 karat yang merupakan campuran dari emas dan perak atau
logam lain.
Suatu larutan di bedakan atas zat pelarut (solvent) dan zat terlarut (solute) pada
larutan gula yang di sebut di atas, Air merupan pelarut sedangkan gula merupakan zat
terlarut. Biasanya komponen yang merupakan jumlah terbanyak yang larutanya
berbentuk cair, maka aiir di anggap sebagai pelarut. Contoh sirup dengankadar gula
sampai 80

dianggap larutan gula di dalam air. Pada pembahasan selanjutnya istilah

larutan di maksudkan sebagai larutan air (larutan dengan partikel air).


Dalam praktikum ini akan di lakukan percobaan tentang pembuatan larutan di
mana praktikan di harapkan dapat mengetahui serta memahami tentang konsentrasi
suatu larutan yang ada atau yang akan di buat. Dalam hal ini akan di ketahui apakah
larutan tersebut akan terlarut sempurna atau tidak.
Dalam percobaan ini pula, kita dapat mengetahui cara-cara ataupun prosedur
ketika mencampurkan suatu larutan yang mana ukurannya di tentukan terlebih
dahulu. Percobaan ini akan membahas mengenai konsentrasi yang dapat dinyatakan

xxxii

dengan beberapa cara antara lain : Molaritas, Molalitas, normalitas, persen berat,
volum, ppm, dan lain sebagainya.
1.2 Tujuan Percobaan
- Mengetahui cara pembuatan larutan NaOH.
- Mempelajari cara pembuatan larutan NaOH dengan konsentrasi tertentu.
- Dapat membedakan jenis-jenis larutan berdasarkan hasil percobaan.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Larutan adalah campuran molekul atom (atam atau ion dalam hal), biasanya
molekul-molekul pelarut agak berjauhan dalam larutan di banding dalam pelarut
murni, jadi pembuatan larutan dapat di buat sebagai proses hipotesis sebagai berikut:
Tahap pertama, jarak antara molekul-molekul meningkat menjadi jarak rata-rata yang
di tampilkan dalam larutan. Tahap ini memerlukan penyerapan energi yang gayagaya intermolekulnya (kohesi) melampaui gaya-gaya tersebut. Tahap ini di sertai
dengan dengan entalpi, reaksinya adalah endoterm. Dalam tahap endoterm kedua,
pemisahanyang sama terhadap moleku-molekul terlarut terjadi. Tahap ketiga dan
terakhir dalah membiarkan molekul-molekul pelarutdan terlarut untuk bercampur.
Gaya tarik intermolekul diantara molekul tak sejenis menyebabkan pelepasan energi.
xxxiii

Entalpi menurun dalam tahap ini tergantung perbandingan nilai-nilai entalpi dalam
tiga tahap tersebut, perubahan entalpi keseluruhan dapat positif (endoterm) atau
negatif (eksoterm). (Irfan Ansory.199)
Air murni adalah penghantar listrik yang sangat buruk, akan tetapi, jika kedalam
air di larutkan gula tebu, ternyata daya hantar larutan tidak berbeda dengan air murni.
Larutan yang dapat menghantarkan arus listrik, disebut larutan elektrolit. Sedangkan
yang tidak menghantarkan arus listrik di sebut larutan nonelektrolit. Tanah maupun
air limbah mengandung berbagai jenis elektrolit sehingga genangan air, air sungai
atau air selokan dapat menghantarkan listrik. Dalam kehidupan sehari-hari kita
menemukan contoh larutan larutan elektrolit dan larutan nonelektrolit :
1. Larutan elektrolit Garam dapur, larutan cuka makan, larutan asam
sulfat(accu zuur), air laut, air sungai, larutan kapur sirih dan larutan tawas.
2. Larutan nonelektrolit Larutan gula,larutan urea, larutan alkohol dan
larutan glukosa, daya hantar listrik larutan bergantungg pada jenis dan
konsentrasinya.
Larutan dapat mempunyai daya hantar relatif baik walaupun konsentrasinya
relatif rendah disebut elektrolit kuat. Sedangkan larutan yang daya hantarnya buruk
walaupun konsentrasinya relatif besar disebut elektrolit lemah. Pada konsentrasi
yang sama, larutan elektrolit kuat menghantarkan listrik lebih baik dari pada larutan
elektrolit lemah. Contoh lampu, perbedaan daya hantar listrik dii tandai oleh menyala
dan tidaknya lampu. Larutan elektrolit kuat dapat membuat lampu menyala
sedangkan elektrolit lemah hanya menimbulkan gelembung-gelembung pada kedua
elektroda. Contoh elektrolit kuat
1. Larutan garam dapur, larutan asam sulfat dan larutan natrium hidroksida.
2. Larutan asam cuka dan larutan amonia.
Hantaran listrik di kemukakan dan di terangkan dengan teoriSvante August
Arrhenius (1859-1927) dari swedia pada tahun 1887. Menuru orrhenius, larutan
elektrolit mengandung ion-ion yang bergerak bebas (kata ion berasal dari bahasa

xxxiv

yunani) yang berarti pengembara. Ion-ion inilah yang menghantarkan arus listrik
melalui larutan. Sebagai contoh batrai (sumber energi arus searah) memberi muatan
yang berbeda pada kedua elektroda yang di celupkan kedalam larutan. Elektroda yang
bermuatan negatif (yang di hubungkan dengan kutup negatif) disebut katoda,
sedangkan elektroda yang bermuatan positifdisebut anoda. Ion-ion positif kation akan
menuju kanoda dan mengambil elektron. Sementara itu ion-ion negatif (anion)
bergerak menuju anoda dan melepas elektron. Selanjutnya elektron akan dialirkan ke
katoda melalui batrai. Dalam hal ini batrai dapat di pandang sebagai pompa
elektron. (Irfan Ansory.1999)
Senyawa-senyawa yang dapat di hasilkan oleh ion dapat berupa senyawa ion atau
senyawa kovalen yang polar.
-

Senyawa ion terdiri dari ion-ion, jika senyawa ion di larutkan maka ion dapat
bergerrak bebas dan larutan dapat menghantarkan listrik semua senyawa ion
yang larut dalam air tergolong elektrolit kuat. Kristal senyawa ion tidak dapat
menghantarkan listrik sebab walaupun kisttal mengandung ion-ion tetapi ion-ion
itu tidak dapat bergerak bebas. Akan tetapi jika kristal itu di panaskan hingga
meleleh maka ion-ion dapat bergerak bebas. Jadi lelehan senyawa ion dapat

dapat menghantarkan listrik.


Senyawa kovalen polar, seperti di ketahui air tergolong pelarut yang polar, oleh
karena itu antara molekul air dan molekul zat terlarut yang bersifat polar terdapat
suatu gaya tarik-menarik yang cukup kuat sehingga dapat memutuskan salah satu
ikatan membentuk ion-ion. Dengann kata lain, molekul senyawa kovalen yang
polar dapat di uraikan oleh air (mengalami hidrolisis) membentuk ion-ion yang
dapat bergerak bebas.
Konsentrasi larutan dapat di nyatakan sebagai jumlah zat terlarut dalam larutan.

Larutan yang konsentrasi besar di sebut larutan pekat. Sedangkan larutan-larutan


yang konsentrasi kecil di sebut larutan encer.

xxxv

Konsentrasi larutan dapat di nyatakan dalam berbagai satuan yaitu persen


massa, persen volume dan persejuta (bpj),kemolaran, kemolalan dan frekuensi
mol(x).
Persen massa yaiu larutan berdasar mssa yang kuantitas terlarut dan larutannya
di ukur berdasarkan massa. Persen volum misalnya jika zat larut di ukur berdasarkan
massa dan kuantitas larutan berdasarkan volume. Dapat di gunakan istilahh pesen
massa/ volume atau

massa / volume. Jika konsentrasi larutan di berikan

berdasarkan persen tanpa penjelasan lebih lanjut mengenai massa / massa, vol/vol.
atau massa/vol, maka yang di maksud adalah persen massa, persen volume misalnya
massa persatuan volume yaitu terlarut/

larutan. (Uni Buroroh.2004)

Kemolaran menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam satu liter larutan
kemolaran (M) sama dengan jumlah mol (n) zat terlarut di bagi dengan jumlah liter
(v) satuan larutan :
M=

mol

Larutan asam sulfat 1 molar (1M), sebagai contoh adalah larutan yang
mengandung 1 mol

dalam tiap liter larutan.

Kemolaran merupakan konsenttrasi yang paling umum di gunakan dalam


laboratorium, karena memudahkan kita untuk mereaksikan sejumlah zat yang terlarut
dengan jalan mengukur volume larutnnya.
n=VxM
Dengan, n = Jumlah zat terlaarut
v = Volume larutan
m = Kemolaran
Jika V dinyatakan dalam liter, maka n dalam mol,

xxxvi

Jika V dinyatakan dalam Ml, maka n dalam mmol.


Konsentrasi larutan dapat di perkecil dengan jalan menambahkan zat pelarut.
Sebaliknya, jika ingin memperbesar konsentrasi dapat di lakukan dengan menambah
zat terlarut atau mencampurkannya dengan larutan sejenis yang lebih pekat. Pada
pengenceran volume dan kemolaran larutan berubah, tetapi jumlah mol zat terlarut
tidak berubah. Oleh karena itu, pada pengenceran berlaku rumus:
(Uni Buroroh.2004)

dengan :

= Volume larutan mula-mula


= Kemolaran mula-mula
= Volume larutan setelah pengenceran
= Kemolaran larutan setelah pengenceran

Kemolalan menyatakan jumlah mol (n) zat terlarut dalam 1kg (1000 gram) zat
pelarut. Jika n mol zat terlarut di larutkan dalam p gram zat pelrut maka
kemolarannya larutan adalah
m=n
dengan n = Jumlah mol zat terlarut
p = Massa zat pelarut dalam gram
m = Kemolaran
Fraksi mol (X) menyatakan perbandingan jumlah mol zat terlarut terhadap
jumlah mol larutan. Jika jumlah mol zat terlarut n, dan jumlah mol zat pelarut,
maka fraksi mol larutan (fraksi mol terlarut0 dan fraksi mol pelarut adalah

xxxvii

Dengan

=1

= Fraksi mol larutan (fraksi mol zat terlarut)


= Fraksi mol pelarut

Larutan asam dan larutan basa. Istilah asam (acid) berasal dari bahasa latin
acetum yang berarti cuka. Seperti di ketahui, zat terutama dalam cuka adalah asam
asetat. Istilah (basa) (alkali) berasal dari bahasa arabyang berarti abu. Asam dan basa
saling menetralkan membentuk garam.
Para pakar mendefinisikan asam dan basa berdasarkan sifat larutan airnya.
Larutan asam mempunyai rasa asam dapat melarutkan logam-logamaktif serta
memerahkan lakmus biru.Sedangkan larutan basa berasa agak pahit. Berdasar sifat
kaustik (licin seperti sabun) dan membirukan lakmus merah. Dalam bagian ini akan
di bahas beberapa teori tentang asam dan basa beserta sifat-sifat asam dan basa.
-

Tetapan kesetimbangan

Air merupakan elektrolit yang sangat lemah yang dapat terionisasi menjadi

dan

ion OH. Air merupakan elektrolit yang sangat lemah. Air dapat menghantarkan listrik
karena terionisasi menjadi

dan ion OH menurut reaksi kesetimbangan :

(Irfan Anshory.1999)
O (L)

(aq) +

OH

(aq)

Tetapan kesetibangan diatas di sebut tetapan kesetimbangan act dan di beri lambang
.
=[

xxxviii

(Konsentrasi

O (L) di anggap konstan, tidak di perhitungkan). Dari

persamaan di atas menyatakan bahwa konsentrasi ion (

) dan ion (

) dalam air

murni adalah sama besar, sama dengan akar pangkat dua dari tetapan kesetimbangan
air :
Dalam air murni = [
-

]=

Teori asam dan basa Arrhenius


Dalam air, asam melepaskan ion

sedangkan basa melepaskan ion

Larutan asam mempunyai rasa asam sedangkan basa agak pahit. Untuk mengenali
asam dan basa biasanya digunakan kertas lakmus merah atau biru. Warna kertas
lakmus dalam larutan asam, basa dan larutan yang bersifat netral (tidak adsam dan
tidak basa). (Irfan Anshory.1999)
Jenis kertas
lakmus
Lakmus merah
Lakmus biru

Dalam larutan yang bersifat


Asam
Basa
Netral
Merah
Biru
Merah
Merah
Biru
Biru

Tabel 2.1 Warna

kertas lakmus merah dan biru dalam larutan yang bersifat asam, basa dan netral.
Konsep yang cukup memuaskan tentang asam dan basa dan yang terima
hingga sekarang di kemukakan oleh Arrhenius pada tahun1814. Menurut Arrhenius,
asam adalah zat-zat yang ada di da;am air melepaskan ion

sedangkan basa

melepaskan ion

2 Dalam air ter-

. Asam-asam Arrhenius di rumuskan sebagai

ion sebagai berikut :


2(aq) x

xxxix

(aq) +

(aq)

Jumlah ion

yang dapat di hasilkan oleh satu molekul asam di sebut valensi

asam. Sedangkan ion negatif yang terbentuk dari asam setelah melepas ion

di

sebut ion sisa asam.


- Indikator asam-basa
Indikator asam dan basa adalah zat-zat warna yang mempunyai warna berbeda dalam
larutan yang bersifat asam dan dalam larutan yang bersifat basa. Dengan demikian
indikator sam basa dapat digunakan untuk membedakan larutan yang bersifat basa
lakmus. Misalnya, berwarna merah dalam larutan yang bersifat asam dan biru dalam
larutan yang bersifat basa.
- Kekuatan asam
Asam kuat terionisasi dalam air sedangkan asam lemah terionisasi sebagian dalam air.
Daya hantar larutan elektrolitberkaitan dengan jumlah atau konsentrasi ion-ion di
dalamnya. elektrolit kuat terionisasi seluruhnya sehingga konsentrasi ion dalam
larutannya relatif besar, sedangkan elektrolit lemah terionisasihanya sebagian kecil.
=
Harga drajat disosiasi berkisar dari 0 sampai 1 elektrolit kuat yang terion
sempurna mempunyai harga
sebagian kecil mempunyai harga

= 1, sedangkan elektrolit lemah yang terion hanya


mendekati 0.

- Kekuatan basa
Basa kuat terionisasi seutuhnya dalam airsedangkan basa lemah terionisasi
sebagian dalam air. Tetapa ionisasi basa (
=

xl

).

arga

merupakan ukuran kekuatan basa : makin kuat basa makin besar harga

nya dan sebaliknya.


Konsentarsi ion

dan juga drajat ionisasi suatu basa lemah dapat di tentukan

jika harga tetapan ionisasinya di ketahui. Dengan M = Konsetrasi basa.


[

=
=

Derajat keasaman pH larutan. pH Larutan menyatakan konsentrasi ion


dalam larutan . Tingkat keasaman larutan bergantung pada konsentrasi ion

di

dalam larutan secara matematika di ungkapkan persamaan :


pH = -log [

Maka = pOH = -log [


pkw = -log kw
pka = -log ka
pka = -log kb
Karena pH dan konsetrasi ion
besar konsentrasi ion

di hubungkan dengan tanda negatifmaka makin

makin kecil pH, dan karenabilangan logaritma adalah 10

maka larutan yang nilai pH nya berbeda sebesar n mempunyai perbedaan konsetrasi
ion

sebesar

. (Wood.A. Kleinfeller kaenan.1999)

xli

xlii

BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
- Batang pengaduk
- Neraca Analitik
- Labu Takar
- Gelas Kimia
- Corong Kaca
- Pipet Tetes
- Pipet Ukur
3.1.2 Bahan
Aquades
Larutan NaOH
Larutan HNO3
Tissue
3.2 Prosedur Percobaan
3.2.1 Pembuatan Larutan HNO3
- Dipipet 43 ml larutan HNO3 pekat
- Dimasukkan aquades kedalam labu ukur kira

nya

- Dimasukkan larutan HNO3 kedalam labu ukur 100ml


- Ditambahkan aquades hingga tanda tera, lalu dihomogenkan
- Dihitung konsentrasi HNO3
3.2.2 Pembuatan Larutan NaOH
- Ditimbang 1 gram NaOH, ditimbang dengan timbangan digital
- Dipindahkan kedalam baker glass dan dilarutkan dengan 25 ml aquades
dimasukkan kedalam labu takar 50 ml
- Ditambahkan aquades hingga tanda tera, lalu di homogenkan
- Dihitung konsentrasi NaOH

xliii

BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Pengamatan
No
1

Perlakuan
Ditimbang 1 garam NaOH
Ditambahkan
aquades
25ml

homogenkan
Diencerkan 50ml dalam labu takar

Pengamatan
di

M=

20

= 0,6 M

Di pipet 10ml H

Di masukkan dalam beker gelas


Di encerkan dengan aquades

0,5

10 =
=
0,1 =

4.3 Rumus
4.3.1 Dari pengamatan atau percobaan 1
M=

xliv

50

20

= 0,6 M
4.3.2 Dari pengamatan atau percobaan 2
=
0,5

10 =

50

=
0,1 =

4.3 Pembahasan
Dua senyawa dapat bercampur (micible) lebih mudah bila gaya tarik antar
molekul terlarut dan pelarut semakin besar . Besarnya gaya tarik ini di tentukan oleh
jenis ikatan pada masing-masing molekul. Bila gaya tarik antar molekulnya termasuk
dalam kelompok yang sama (misalnya air adn etanol), maka keduanya maka
keduanya akan saling melarutkan. Sedangkan biloa kekuatan gaya tarik antara
molekulnya berbeda jenis (misalnya air dan heksana), maka tidak akan saling
melarutkan.
Dalam ilmu kimia di kenal suatu ungkapan LIKE DISSOLVES LIKE, yaitu
yaitu jika molekul pelarut dalam pelarut mirip, maka akan mudah bercampur. Secara
umum, terdapat kecendrungan kuat bagi senyawa nonpolar, dan senyawa kovalen
polar atau senyawa ion larut kedalam pelarut polar. Dengan kata lain sejenis
melarutkan sejenis, dimana sejenis disini menunjukan persamaan daam hal kekuatan
gaya tarik antara molekulnya.
Untuk membuat suatu larutan perlu di hitung konsentrasinya terlebih dahulu.
Dalam menghitung konsentrasi dapat dinyatakan dengan molaritas, molalitas,
xlv

normalitas, fraksi mol (x), persen berat, dan ppm. Konsentrasi merupakan
perbandingan jumlah zat terlarut dengan jumlah pelarut.
1.

Molaritas
Molaritas ialah jumlah mol zat terlarut dalam satu liter larutan. Dimensi

molaritas ialah mol/L atau mol

, disingkat M dan dapat di ucapkan molar.

M= atau M =
Keterangan : M = Molaritas
n = mol
V = Volume larutan (ml)
Mr = Massa relatif zat terlarut
gr = Massa zat terlarut
Molaritas ialah cara yang paling lazim untuk menyatakan komposisi larutan encer.
Untuk pengukuran yang cermat cara ini kurang menguntungkan karena sedikit
ketergantungan pada suhu. Jika larutan di panaskan atau didinginkan volume berubah
sedangkan mol akan tetap sehingga molaritas akan berubah.
2. Molalitas
Molalitas ialah jumlah zat terlarut pada tiap kilogram pelarut, dalam molalitas
tidak ada volume, tetapi massa rumus molalitas :
m = atau m =
Keterangan : m = Molalitas
n = Mol
p = Massa pelarut
g = Massa terlarut
Mr = Massa relatif terlarut
3. Persen massa
Persen massa atau sering di sebut dengan persen bobot per bobot (
menyatakan jumlah massa zat terlarut dalam 100 bagian massa larutan.
Rumus persen massa :

xlvi

b/b),

Massa =

100

4. Persen volume
Persen volume atau persen volume per volum (

) menyatakan zat terlarut

dalam 100 bagian volume larutan.


Volume =

100

5. Fraksi mol
Fraksi mol meyatakan perbandinganmol zat terlarut dengan jumlah mol zat
seluruh larutan (mol terlarut + mol pelarut)
Rumus fraksi mol
Larutan terhadap jumlah seluruh zat dalam larutan.
=
Keterangan :

= Fraksi mol pelarut


= mol zat terlarut
= mol zat pelarut

Prinsip pembuatan larutan di dasarkan pada konsentrasi suatu zat yang akan di
buat, serta menggunakan ketelitian tinggi, karena jika terjadi kesalahan yang kecil,
maka larutannya tidak akan menjadi larutan yang di inginkan.
Larutan standar primer adalah larutan yang dapat di gunakan untuk
menghasilkan larutan yang stabil atau konsentrasinya dapat di ukur. Larutan ini
normalitasnya dapat di ketahui daei hasil penimbangan dan pelarutan volume tertentu.
Contohnya asam oksalat boraks dan NaCl.
Larutan standar skunder adalah larutan yang stabil atau kunsentrasinya tidak
dapat di pastikan, normalitasnya dapat di ketahui setelah dilakukan pembakaran
dengan larutan standar primer. Contohnya NaOH,

xlvii

dan HCl.

Larutan homogen adalah suatu keadaan larutan di mana dua zat menjadi sama
sifatnya karena bergabung. Contohnya susu dan teh. Sedangkan larutan heterogen
adalah suatu keadaan larutan di mana dua zat bercampur, namun masih bisa di
bedakan unsur-unsurnya. Contohnya campuran air dan pasir.
Proses pembuatan larutan diawali dengan menghitung berapa massa larutan
NaOH yang di butuhkan. Setelah itu di timbang agar massa yang di butuhkan tepat,
kemudian larutkan dengan aquades dengan tujuan agar larutan NaOH larut dengan
aquades, dan di masukkan kedalam labu takar kemiudian di homogenkan.
Faktor kesalahan yang terjadi yaitu ketika memasukka larutan kedalam labu
takar, karena kurangnya ketelitian dalam menuangkan larutan melebihi batas
mineskus.

xlviii

BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
-

Pembuatan larutan dari bahan zat padat dapat di larutkan secara langsung

dengan pelarutnya yang sesuai (di encerkan).


Pembuatan larutan NaOH dengan menimbang secara teliti zat padatnya
kemudian di larutkan dengan aquades hingga larut. Larutan di paskan hingga
tanda tera pada labu takar.
NaOH

M=5

Jenis-jenis larutan ada dua macamyaitu larutan homogen dan larutan


hetorogen. Hetorogen adalah larutan yang terdiri dari dua faseatau lebih
hingga terdapat perbedaan komponen daam larutan, Homogen yaitu larutan
yang terdiri hanya satu fasa dan semua partikelnya seragam.

5.2 Saran
-

Sebaiknya sebelum di lakukan percobaan ini alat-alat yang di perlukan


pada percobaan ini di periksa terlebih dahulu kesiapannya;

Sebaiknya sebelum percobaan di lakukan bahan-bahan yang di perlukan


haruslah telah tersedia agar praktikum tidak terhambat di karenakan tak
tersedinya bahan dan waktu yang di tentukan pada saat praktikum tepat
terlaksana

Dalam melaksanakan percobaan di butuhkan konsentrasi yang tinggi serta


ketelitian serta kehati-hatian agar praktikum dapat berjalan lancar
meminimalisirkan faktor kesalahan.

xlix

DAFTAR PUSTAKA
Anshory.Irfan.1999.Kimia Dasar 1.Jakarta : Erlangga
Bradi,James

E.2001.

Kimia

Universitas

Asas

dan

Struktur

jilid

1.Tanggerang;Banarupa Aksara
Buroroh,Uni L.U.2004.Kimia Dasar 1.Banjar Baru;Universitas Lambung Mangkurat
Kaenan,Kleinfeller Wood A.1999.Kimia Untuk Universitas.Jakarta;Erlangga

li

PERCOBAAN 3
KROMATOGRAFI

lii

LEMBAR PENGESAHAN
PRAKTIKUM KIMIA DASAR I
PERCOBAAN 3
KROMATOGRAFI

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 1
HALOMOAN A.R.S
JUHANA
MERRY YULIANA
SINTA SUGENG ATMAJA

NIM. 1107045003
NIM. 1107045019
NIM. 1107045006
NIM. 1107045016
Samarinda, Desember 2011

Pembimbing praktikum

Asisten Praktikan

Eva Marliana, S.Si, M.Si.


NIP. 19750302 200122 001

Ulinnuha Hammamiyah
NIM. 1007035001

liii

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kromatografi adalah suatu metode analitik untuk pemurnian dann pemisahan
senyawa-senyawa organik dan anorganik, metode ini berguna untuk fraksionasi
campuran kompleks dan pemisahan untuk senyawa yang sejenis. Metode-metode
kromatografi tidak dapat dikelompokkan dengan hanya meninjau satu amcam sifat,
artinya dapat dinyatakan teknik-teknik kolom seperti destilasi, ekstraksi pelarut,
penukar ion kedalam satu gelas.
Kromatografi bermanfaat untuk menguraikan suatu campuran. Dalam
kromatografi, komponen-komponen terdistribusi dalam dua fase. Salah satu fase
adalah fase diam. Transfer massa antara fase bergerak dan fase diam terjadi bila
molekul-molekul campuran terserap pada permukaan partikel-partikel atau terserap
didalam pori-pori partikel atau terbagi kedalam sejumlah cairan yang terikat pada
permukaan atau didalam pori, ini adalah sorbsi (penyerapan).
Laju perpindahan suatu molekul zat terlarut tertentu didalam kolom atau
lapisan tipis zat penyerap secara langsung berhubungan dengan bagian-bagian
molekul tersebut diantara fase bergerak dan fase diam. Jika ada perbedaan penahanan
secara selektif, maka masing-masing komponen akan bergerak sepanjang kolom
dengan laju yang tergantung pada karakteristik masing-masing percobaan. Jika
pemisahan terjadi, masing-masing komponen keluar dari kolom pada interval waktu
yang berbeda, mengingat bahwa proses keseluruhannya adalah fenomena migrasi
secara diferensial yang dihasilkan oleh tenaga pendorong tidak selektif berupa aliran
fase bergerak.
Dengan menggunakan cara kromatografi, pemisahan dalam banyak keadaan
lebih cepat dan efektif daripada sebelumnya dan banyak pemisahan dapat berhasil
yang tidak akan dapat diusahakan dengan teknik yang lain dari penggunaan
kromatografi dalam penelitian biologik.

liv

Oleh karena itu, pada percobaan kali ini akan membahas tentang bagaimana
metode kromatografi tersebut dan membuat praktikan dapat lebih memahami tentang
kromatografi.
1.2 Tujuan
-

Menjelaskan prinsip kromatografi berdasarkan hasil percobaan.

Mengetahui tentang hubungan polarisasi dalam proses pemisahan dangan


metode kromatografi.

Menentukan harga

dari masing-masing noda zat warna.

lv

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Metode Kromatografi
Metode kromatografi merupakan metode yang banyak digunakan dalam
aplikasi higiene industri untuk sampel gas dan uap. Kromatografi berasal dari kata
chromatography yang berasal dari Yunani yang berarti berwarna, karena metode ini
pada awalnya digunakan untuk pemisahan zat warna (Lestari,2007)
Secara umum kromatografi adalah teknik pemisahan campuran berdasarkan
perbedaan

kecepatan

rambatan

komponen

dalam

medium

tertentu.

Pada

kromatografi, komponen-komponennya akan dipisahkan antara dua buah fase, yaitu


fase diam dan fase gerak. Fase diam akan menahan komponen campuran sedangkan
fase gerak akan melarutkan zat komponen campuran. Komponen yang mudah
tertahan pada fase diam akan tertinggal, sedangkan komponen yang mudah larut
dalam fase gerak akan bergerak lebih cepat. (Imam Haqiqi Sohibul. 2008)
Pada pemisahan menggunakan metode kromatografi, sampel campuran
dilewatkan pada permukaan zat inert (zat yang tidak reaktif / tidak mudah bereaksi
secara kimia), seperti alumina silica atau kertas khusus. Dalam hal ini, zat inert
merupakan fase diam, karena tidak ikut bergerak bersama sampel campuran. Selain
fase diam ada juga fase gerak. Fase gerak dapat berupa gs atau cairan. Disebut fase
gerak karena gas atau cairan tersebut akan bergerak bersama-sama sampel campuran
melewati permukaan zat inert (fase diam). Pemisahan dapat terjadi karena perbedaan
daya adsorpsi zat-zat penyusun campuran dengan permukaan zat inert atau perbedaan
kelarutan zat-zat penyusun campuran dalam fase gerak atau efek dari keduanya.
(underwood. 1997)
Kromatografi Lapis Tipis
Kromatografi lapis tipis atau TLC (Thin Layer Chromatography), yaitu
kromatografi yang menggunakan lempeng gelas atau aluminium yang dilapisi dengan

lvi

lapisan tipis alumina, silika gel atau bahan serbuk lainnya. Kromatografi lapis tipis
pada umumnya dijadikan metode pilihan pertama pada pemisahan dengan
kromatografi yang mempunyai satu keunggulan, yaitu dari segi kecepatan. Proses
kromatografi lapis tipis membutuhkan hanya setengah jam saja. TCL sangat terkenal
dan rutin digunkan diberbagai laboratorium. (Underwood. 1999)
Media pemisahannya adalah lapisan dengan ketebalan sekitar 0,1 sampai 0,3
mm. zat padat adsorben pada lempeng kaca, palstik atau aluminium, lempeng yang
paling umum digunakan berukuran 8

2 inci, dan zat padat yang umum digunakan

adalah alumina, gel silica, dan selulosa. Para peneliti biasanya menyiapkan
lempengannya sendiri dengan melapisi lempeng kaca dengan zat padat tersusupensi
encer, yang biasanya mengandung zat pengikat seperti plester paris dan kemudian
mengeringkan lempengan didalam oven. Lempeng dan lembaran kaca dari plstik dan
aluminium foil, telah dilapisi sebelumnya, yang dapat dipotong dengan gunting sudah
diperjualbelikan dan mayoritas dari peneliti sekarang menggunakan lempengan jenis
ini. (Underwood.1999)
Kromatografi lapis tipis (KLT) merupakan cara pemisahan campuran senyawa
menjadi senyawa murninya dan mengetahui kuantitasnya yang menggunakan.
Kromatografi juga merupakan analisis cepat yang memerlukan bahan sangat sedikit,
baik penyerapan maupun cuplikannya. KLT dapat digunakan untuk memisahkan
senyawa-senyawa yang sifatnya hidrofobik seperti lipida-lipida dan hidrokarbon yang
sukar dikerjakan dengan kromatografi kertas. KLT juga dapat berguna untuk mencari
eluen untuk kromatografi kolom, analisis fraksi yang diperoleh dari kromatografi
kolom, identifikasi senyawa secara kromatografi dan isolasi senyawa murni skala
kecil. (Anggraeni, Megawati.2009)
Pemisahan senyawa biasanya menggunakan beberapa teknik kromatografi.
Pemilihan teknik kromatografi sebagian besar bergantung pada sifat kelarutan
senyawa yang akan dipisahkan. Semua kromatografi memiliki fase diam (dapat
berupa padatan atau kombinasi cairan-padatan) dan fase gerak (berupa cairan atau

lvii

gas). Fase gerak bergerak melalui fase diam dan membawa komponen-komponen
yang terdapat dalam campuran. Komponen-komponen yang berbeda bergerak pada
laju yang berbeda. (Anggraeni, Megawati.2009)
Pelaksanaan kromatografi lapis tipis menggunakan sebuah lapis tipis silica
atau alumina yang seragam pada sebuah lempeng gelas atau logam atau plastik yang
keras. Gel (silika atau alumina) merupakan fase diam. Fase diam untuk kromatografi
lapis tipis sering kali juga mengandung substansi yang mana dapat berpendarflour
dalam sinar ultraviolet. Fase gerak merupakan pelarut atau campuran pelarut yang
sesuai. Pelaksaan ini biasanya dalam pemisahan warna yang merupakan gabungan
dari beberapa zat pewarna atau pemisahan dan isolasi pigmen tanaman yang berwarna
hijau dan kuning.
a.Kromatogram
Pelaksanaan kromatografi biasanya digunakan dalam pemisahan warna yang
merupakan sebuah campuran dari beberapa zat pewarna. Contoh pelaksanaan
kromatografi lapis tipis :
Sebuah garis menggunakan pensil digambar dekat bagian bawah lempengan dan
setetes pelarut dari campuran pewarna di tempatkan pada garis itu. Diberikn penanda
pada garis dilempengan untuk menunjukkan posisi awal dari tetesan. Jika ini
dilakukan menggunakan tinta, pewarna dari tinta akan bergerak selayaknya
kromatogram dibentuk / tinta ikut naik keatas. (Underwood.1999)
Kromatografi Kertas
Merupakan kromatografi cairan-cairan dimana sebagai fasa adalah lapisan
tipis air yang diserap dari lembab udara oleh kertas jenis fasa cair lainnya dapat
digunakan. Teknik inisangat sederhana. Prinsip dasar kromatografi kertas adalah
partisi multiplikatif suatu senyawa antara dua cairan yang saling tidak bercampur.
Jadi partisi suatu senyawa terjadi antara kompleks selulosa-air dan fasa yang
melewatinya berupa pelarut organic yang sudah dijenuhkan dengan air atau campuran
pelarut. Cara melakukannya, ciplikan yang mengandung campuran campuran akan
dipisahkan, diteteskan / diletakkan pada daerah yang diberi tanda diatas sepotong
lviii

kertas saring dimana ia akan meluas membentuk noda yang bulat. Bila noda telah
kering, kertas dimasukkan dalam bejana tertutup yang sesuai dengan satu ujung,
dimana tetesan cuplikan ditempatkan, tercelup dalam pelarut yang dipilih sebagai fase
bergerak (jangan sampai noda tercelup karena berarti senyawa yang akan dipisahkan
akan terlarut dari kertas). (Sanagi. 1998)
Pelarut bergerak melalui serat dari kertas oleh gaya kapiler dan menggerakkan
komponen dari campuran cuplikan pada perbedaan jarak dalam arah aliran pelarut.
Bila permukaan pelarut telah bergerak sampai jarak yang cukup jauhnya atau setelah
waktu yang telah ditentukan, kertas diambil dari bejana dan kedudukan dari
permukaan pelarut diberi tanda dan lembaran kertas dibiarkan kering. Jika senyawasenyawa bewarna maka mereka akan terlihat sebagai pita atau noda yang terpisah.
Jika senyawa tidak bewarma harus dideteksi dengan cara fisika dan kimia, yaitu
denhan menggunakan suatu pereaksi-pereaksi yang memberikan sebuah warna
terhadap beberapa atau semua dari senyawa-senyawa. Bila daerah dari noda yang
terpisah telah dideteksi, maka perlu mengidentifikasi tiap individu dari senyawa.
Metode identifikasi yang paling mudah adalah berdasarkan pada kedudukan dari noda
relative terhadap permukaan pelarut, menggunakan harga

. (Khopar. 2003)

Hasil kromatografi kertas


Nilai
Beberapa senyawa dalam campuran bergerak sejauh dengan jarak yang ditempuh
pelarut; beberapa lainnya tetap lebih dekat pada garis dasar. Jarak tenpuh relative
pada pelarut adalah konstan untuk senyawa tertentu sepanjang anda menjaga segala
sesuatunya tetap sama, misalnya jenis kertas dan komposisi pelarut yang tepat. Jarak
relatif pada pelarut disebut sebagai nilai
sebagai berikut:

lix

. untuk setiap senyawa berlaku rumus

=
Harga

merupakan

parameter

karakteristik

kromatografi

kertas

dan

kromatografi lapis tipis. Harga ini merupakan ukuran kecepatan migrasi suatu
senyawa pada kromatogram dan pada kondisi konstan merupakan besaran
karakteristik dan reprodusibel. Harga

didefinisikan sebagai perbandingan antara

jarak senyawa dari titik awal dan jarak tepi muka pelarur-pelarut dari titik awal. Ada
bebarapa factor yang menentukan harga

, yaitu :

1. Pelarut, disebabkan pentingnya koefisien partisi, maka perubahan-perubahan yang


sangat kecil dalam komposisi pearut dapat menyebabkan perubahan-perubahan
harga

2. Suhu, perubahan dalam suhu merubah koefisien partisi dan juga kecepatan aliran.
3. Ukuran dari bejana, volume dari bejana mempengaruhi homogenitas dari atmosfer,
jadi mempengaruhi kecepatan penguapan dari komponen-komponen pelarut dari
kertas. Jika bejana besar digunakan, ada tendensi perambatan lebih lama, seperti
perubahan komposisi pelarut sepanjang kertas, maka koefisien partisi akan
berubah
juga. Dua faktor yaitu penguapan dan komposisi mempengaruhi harga
4. Kertas, pengaruh utama kertas pada harga

timbul dari perubahan ion dan

serapan,
yang berbeda untuk macam-macam kertas. Kertas mempengaruhi kecepatan aliran
juga mempengaruhi kesetimbangan partisi.
5. Sifat dari campuran, berbagai senyawa mengalami partisi diantara volume-volume
yang sama dari fasa tetap dan bergetak. Mereka hamper selalu mempengaruhi

lx

karakteristik dari kelarutan satu terhadap lainnya hingga terhadap harga


mereka.
Kromatografi kertas menggunakan pelarut polar dan non polar. Jika zat
sebagai fase gerak selayaknya menjadi fase diam, akan terdapat perbedaan
mekanisme pada mekanisme kerja antara jumlah waktu substansi dan harus
setimbang untuk pelarut-pelarut polar. Dengan kata lain molekul-molekul polar akan
memiliki atraksi yang tinggi untuk molekul-molekul air dan kurang untuk pelarut
yang non polar. Dan karenanya, cenderung untuk larut dalam lapisan tipis air sekitar
serat lebih besar dari pada pelarut yang bergerak. Kromatografi kertas menggunakan
pelarut non polar kemudian menjadi tipe kromatografi partisi, yaitu kecenderungan
senyawa untuk membagi waktunya antara dua pelarut yang tidak bercampur.
(Underwood.1999)

lxi

BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
- Gelas kimia 100 ml
- Gunting
- Penjepit
- Stopwatch
3.1.2 Bahan
- Tinta hitam
- Tinta merah
- Tinta biru
- Ekstrak pandan
- Ekstrak kunyit
- Ekstrak mawar
- Aquades
- Aseton
- Alkohol
- Kertas saring
3.2 Prosedur Percobaan
- disiapkan 3 kertas saring yang sudah dipotong dengan panjang 10 cm lebar 5 cm
- diberi tanda batas pada ujung kertas saring setinggi 2 cm
- ditotolkan (diberi titik) pada masing-masing kertas saring dengan masingmasing
sampel (tinta hitam, merah dan biru)
- baker gelas diisi dengan masing-masing pelarut (etanol, aquades dan aseton)
sebanyak 5 ml
lxii

- dicelupkan kertas saring yang telah diberi tanda kedalam baker gelas yang telah
diisi dengan pelarut (diamkan selama

5 menit)

- diambil kertas saring lain dan diberi tanda dengan (ekstrak mawar, ekstrak
pandan, ekstrak kunyit, dan tinta).

lxiii

BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Pengamatan
4.1.1 Aquades
No Noda
1. Tinta hitam

Jarak noda
0

Jarak pelarut
8

= =0
2.

Tinta biru

= =0
3.

Tinta merah

= =0
4.

Ekstrak mawar

= = 0,5
5.

Ekstrak pandan

= =0
6.

Ekstrak kunyit

= = 0,5

lxiv

4.1.2 Alkohol
No Noda
1. Tinta hitam

Jarak noda
0,5

Jarak pelarut
6

=
2.

Tinta biru

0,5

=
3.

Tinta merah

= 0,08

= 0,08

= = 0,67
4.

Ekstrak mawar

= =0
5.

Ekstrak pandan

= = 0,67
6.

Ekstrak kunyit

= = 0,67

lxv

4.1.3 Aseton
No Noda
1. Tinta hitam

Jarak noda
4

Jarak pelarut
6

= = 0,67
2.

Tinta biru

4,5

=
3.

Tinta merah

= 0,75

= = 0,83
4.

Ekstrak mawar

4,5

=
5.

Ekstrak pandan

0,5

=
6.

Ekstrak kunyit

lxvi

= 0,75

= 0,08

= = 0,83

4.2 Perhitungan
4.2.1 Aquades
4.2.1.1 Tinta hitam
=

= =0
4.2.1.2 Tinta biru
=

= =0
4.2.1.3 Tinta merah
=

= =0
4.2.1.4 Ekstrak mawar
=

= = 0,5
4.2.1.5 Ekstrak pandan

lxvii

= =0
4.2.1.6 Ekstrak kunyit
=

= = 0,5

4.2.2 Alkohol
4.2.2.1 Tinta hitam
=

= 0,08

4.2.2.2 Tinta biru


=

= 0,08

4.2.2.3 Tinta merah


=

= = 0,67

lxviii

4.2.2.4 Ekstrak mawar


=

= =0
4.2.2.5 Ekstrak pandan
=

= = 0,67
4.2.2.6 Ekstrak kunyit
=

= = 0,67
4.2.3 Aseton
4.2.3.1 Tinta hitam
=

= = 0,67
4.2.3.2 Tinta biru
=

= 0,75

4.2.3.3 Tinta merah

lxix

= = 0,83
4.2.3.4 Ekstrak mawar
=

= 0,75

4.2.3.5 Ekstrak pandan


=

= 0,08

4.2.3.6 Ekstrak kunyit


=

= = 0,83
4.3 Pembahasan
Prinsip dari percobaan kromatografi adalah berdasarkan metode pemisahan
dimana teknik pemisahannya berdasarkan perbedaan kecepatan gerak komponen pada
absorban kertasdibawah pengaruh pelarutan yang bergerak. Kepolaran suatu zat yang
terlibat didalamnya dibedakan menjadi tiga, yaitu polar, non polar, dan semi polar.
Berdasarkan prinsip like dissolves like kepolaran suatu zat. Dimana yang dimaksud
dengan zat atau larutan polar adalah senyawa yang dapat larut dalam pelarut air
pelarut polar lain, memiliki kutub (+) dan kutub (-), akibat tidak meratanya distribusi
lxx

elekton dan memiliki pasangan electron bebas (bila bentuk molekul diketahui) atau
memiliki perbedaan keelektronegatifan. Sedangkan larutan non polar adalah senyawa
yang tidak larut dalam air dan senyawa polar lain. Tidak memiliki kutub (+) dan
kutub (-), akibat meratanya distribusi elektron, serta tidak memiliki pasangan elektron
bebas (bila bentuk molekul diketahui) atau keelektronegatifan sama. Dan senyawa
semi polar adalah senyawa yang bisa melarutkan keduanya.
Didalam kromatografi terdapat beberapa komponen dan salah satunya adalah
reagen, kita perlu mengetahui apa fungsi reagen itu. Fungsi reagen adalah melarutkan
zat terlarut sesuai dengan kepolarannya agar terjadi pemisahan.
- Aquades merupakan larutan polar. Jadi aqudes hanya bisa melarutkan senyawa yang
bersifat polar dan semi polar.
- Aseton bersifat non polar, jadi aseton hanya bisa melarutkan larutan yang bersifat
non
polar.
- Alkohol bersifat semi polar, karena alkohol dapat melarutkan yang bersifat polar
dan
non polar.
Contoh larutan polar ialah
aseton,

larutan non polar yaitu

dan larutan semi polar ialah alkohol, etanol, butanol,

propanol dan pentanol.


Secara umum senyawa alkohol mempunyai sifat dan karakteristik :
1. Mudah terbakar.

lxxi

2. Mudah bercampur dengan air.


3. Bentuk fasa pada suhu ruangan.
4. Mempunyai titik didih yang cukup tinggi disbanding alkananya. Hal ini disebabkan
adanya ikatan hidrokarbon atas molekulnya.
5. Bersifat semi polar.
Adapun fungsi alkohol ialah sebagai antiseptik, sebagai pelarut senyawa polar
dan non polar atau senyawa semi polar. Selanjutnya sifat dan karakteristik aseton:
1. Bersifat non polar
2. Mudah menguap
3. Bersifat korosit (tidak baik untuk tubuh)
Fungsinya yaitu pelarut senyawa non polar dan aquades memiliki sifat dan
karakteristik:
1. Mendidih pada suhu 100
2. Bersifat polar
3. Tidak mengalirkan arus listrik
4. Bersifat cair
5. Dapat digunakan sebagai pelarut yng baik.
Fungsinya yaitu sebagai pelarut senyawa-senyawa polar

lxxii

Pada percobaan kali ini, fungsi perlakuan yaitu:


-

Semua sampel diekstraksi terlebih dahulu, karena yang diambil hanya sebuah
pewarna yang pekat

Pelarut berada dibawah garis kertas agar dapat tertarik sempurna

Pelarut seperti aseton dapat mudah menyerap sehingga percobaan harus labih
cepat dilakukan, sehingga didapatkan faktor kesalahan dari cara melihat ukuran
masing- masing orang.
Teknik kromatografi kertas diperkenalkan Consden, Gardon dan Martin

(1944), yang menggunakan kertas saring sebagai penunjang fase diam. Kertas
merupakan selulosa murni yang mempunyai afinitas besar terhadap air atau pelarut
polar lainnya. Bila air di adsorpsikan pada kertas, maka akan membentuk lapisan tipis
yang dapat analog dengan kolom. Lembaran kertas berperan sebagai penyangga dan
air bertindak sebagai fase diam yang terserap diantara struktur pori kertas. Cairan fase
bergerak yang biasanya berupa campuran dari pelarut organik dan air, akan mengalir
membawa noda cyplikan yang didepositkan pada kertas dengan kecepatan berbeda.
Pemisahan terjadi berdasarkan partisi masing-masing komponen diantara fase diam
dan fase bergeraaknya.
Kromatografi kertas digunakan baik untuk analisis kualitatif, maupun
kuantitatif. Senyawa-senyawa yang dipisahkan kebanyakan bersifat sangat polar,
misalnya asam-asam amino , gula-gula atau pigmen-pigmen alam.
Penggolongan kromatografi yang didasarkan pada jenis fase yang terlibat dibedakan
menjadi :
a. Kromatografi gas cair, bila fase geraknya berupa gas dan fase diamnya berupa
cairan yang dilapiskan pada padatan pendukung yang inert.

lxxiii

b. Kromatografi gas padat, bial fase geraknya berupa gas dan fase diamnya berupa
padatan yang dapat menyerap / mengadsorp.
c. Kromatografi cair cair, bila fase gerak dan diamnya berupa cairan, dimana fase
diamnya dilapiskan pada permukaan padatan pendukung yang inert.
d. Kromatografi cair padat, bila fase geraknya berupa cairan sedangkan

fase

diamnya
berupa padatan yang amorf yang dapat menyerap.
Penggolongan kromatografi yang didasarkan pada teknik yang digunakan,
dapat digolongkan menjadi :
a. Kromatografi kolom, apabila komponen yang akan dipisahkan bergerak bersama
fase gerak melalui sebuah kolom kemudian setiap komponen tepisah berupa zonazona pita.
b. Kromatografi planar (kromatografi lapis tipis dan kromatografi kertas), apabila
komponen yang akan dipisahkan bergerak bersama fase gerak dalam sebuah
bidang datar.

BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
-

Prinsip kromtografi kertas yang kita gunakan adalah dengan menggunakan


prinsip like dissolves like yaitu zat terlarut karena kemiripan syarat
kepolarannya. Dimana kelarutan terjadi pada saat reagen melewati atau
merembes naik melalui arus serap kertas saring dan melarutkan titik noda
yang dilewatinya.
lxxiv

Hubungan kepolaran dalam kromatografi kertas adalah pada saat bisa


tidaknya zat terlarut yang dilewati oleh reagen yang merembes pada kertas
saring,terlarut karena adanya sifat kepolaran yang sama.

Harga masing-masing
1.Aquades
harga

zat :

tinta hitam harga

= 0, tinta biru harga

= 0, ekstrak mawar harga

ekstrak kunyit harga


2.Alkohol

3. Aseton

tinta hitam

= 0 dan

nya = 0,08, tinta biru

nya = 0,08, tinta merah

nya = 0,67, ekstrak mawar

nya = 0 dan

nya = 0,67.
tinta hitam

nya = 0,83, ekstrak mawar


ekstrak kunyit

= 0,5, ekstrak pandan harga

= 0,5.

nya = 0,67, ekstrak pandan


ekstrak kunyit

= 0, tinta merah

nya = 0,67, tinta biru

nya = 0,75, tinta merah

nya = 0,75, ekstrak pandan

nya = 0,08 dan

nya = 0,83.

5.2 Saran
Diharapkan dapat dilakukan penambahan percobaan kromatografi, bukan
hanya kromatografi planar saja, juga diadakan percobaan kromatografi kolom dan
sebaiknya menggunakan noda yang terlihat jelas agar dapat mudah diamati dengan
lebih teliti.

lxxv

lxxvi

DAFTAR PURTAKA
Anggraeni, Megawati. 2009. Mengerti Kimia. Jakarta : EGC
Imam Haqiqi, Sohibul. 2008. Kimia. Jakarta : Buku Kedokteran EGC
Khopkar.2003. Konsep Dasar Kimia Analitik Cetakan Pertama. Jakarta : Universitas
Indonesia
Lestari fatma. 2007. Bahaya Kimia. Jakarta : Buku Kedokteran EGC
Sanagi, Mohd Marsin. 1998. Teknik Pemisahan dalam Analisis Kimia. Malaysia :
Universitas Teknologi Malaysia
Underwood. 1998. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta : Erlangga

lxxvii

PERCOBAAN 4
STOIKIOMETRI

lxxviii

LEMBAR PENGESAHAN
PRAKTIKUM KIMIA DASAR I
PERCOBAAN 4
STOIKIOMETRI

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 1
HALOMOAN A.R.S
JUHANA
MERRY YULIANA
SINTA SUGENG ATMAJA

NIM. 1107045003
NIM. 1107045019
NIM. 1107045006
NIM. 1107045016
Samarinda, Desember 2011

Pembimbing praktikum

Asisten Praktikan

Eva Marliana, S.Si, M.Si.


NIP. 19750302 200122 001

Aici I. M
NIM. 0907045077

LEMBAR PENGESAHAN

lxxix

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam bahasa kimia, tiap zat murni di ketahui, baik unsur maupun senyawa,
mempunyai nama dan rumus uniknya sendiri. Cara tersingkat untuk memeriksa
suatu reksi kimia ialah menulis rumus untuk tiap zat yang terlibat dalm bentuk
suatu persamaan kimia. Suatu persamaan kimia meringkaskan sejumlah besar
informasi mengenaizat-zat yang terlibat dalam reaksi. Persamaan itu tidaklah
sekedar pertanyaan kuantitatif yang menguraikan za-zat yang terlibat.
Proses membuat perhitungan yang didasarkan pada rumus-rumus dan
persamaan-persamaan berimbang di rujuk sebagai stoikiometri (dari kata yunani:
Stoicheio, unsur dan material, ilmu, pengukuran). Sebagai tahap pertama dalam
perhitungan stoikiometri, akan di jelaskan sedikit penulisan rumus untuk zat-zat.
Rumus sustu zat menyatakan jenis dan banyaknya atom yang bersenyawa secara
kimia dalam suatu satuan zat. Terdapat beberapa jenis rumus, di antaranya adalah
rumus molekul dan rumus empiris. Suatu rumus molekul menyatakan banyaknya
atom yang sebenarnya dalam suatu molekul atau satuan terkecil suatu senyawa.
Suatu rumus empiris menyatakan angka banding bilangan bulat terkecil dari
atom-atom dalam suatu senyawa.
Persamaan kimia terdiri dari tiga hal, yaitu pereaksi, anak panah dan hasil
reaksi. Pereaksi adalah zat yang mulu-mula terdapat sebelum reaksi terjadi. Hasil
reaksi adalah zat apa saja yang di hasilkan selama reaksi kimia berlangsumg.
Suatu reaksi kimia berimbang menunjukkan rumus pereaksi kemudian anak
panah dan hasil reaksi daengan julah atom dikiri dan di kanan anak panah sama.
Dalam percobaan kali ini dilakukan pengukuran volume dan suhu dari
masing-masing larutan NaOH,HN
campuran NaOH- HN

, dan

dan NaOH-

. Dan juga akan menukur suhu


. Percobaan ini di lakukan untuk

mengetahui perbedaan suhu larutan sebelum dan sesudah di campurkan. Selain


lxxx

itu, melalui percobaan ini dapat juga di ketahui apakah dalam proses
percampuran tersebut terjadi reaksi endoterm atau eksoterm.

1.2 Tujuan
- Mengetahui perbedaan reaksi stoikiometri dan nonstoikiometri.
- Mengetahui pengertian dari reaksi endoterm dan eksoterm.
- Mengetahui pengertian dari pereaksi pembatas dan peraksi sisa.

lxxxi

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Kata stoikiometri berasal dari bahasa yunani stoicheion, artinya mengukur
unsur-unsur istila ini umumnya di gunakan lebih luas, yaitu meliputi bermacammacam pengukuran yang lebih luas dan meliputi perhitungan yang didasarkan pada
rumus-rumus dan persamaan-persamaan berimbang di rujuk sebagai stoikiometri.
(Petruci,Ralph.1987)
Persamaan Kimia
Suatu pereaksi adalah zat apa saja yang mula-mula erdapat dan di ubah selam
suatu reaksi kimia. Suatu hasil reaksi ialah zat apa saja yang di hasilkan selama reaksi
kimia. Suatu persamaan kimia (atau persamaan kimia berimbang) menunjukkan
rumus pereaksi, kemudian suatu anak panah, dan lalu rumus hasil reaksi, dengan
banyaknya atom tiap unsur di kiri dan dikanan anak panah sama, misalnya persaan
berimbang untuk reaksi antara hydrogen dan oksigen yang menghasilkan air ditulis
sebagai
2

Rumus

O+

menyatakan bahwa sebuah molekul hidrogen tersusun dari dua atom itu

adalah molekul diatom, sama seperti molekul oksigen (

). Molekul air (

O)

merupakan molekul triatom karena terdiri dari tiga atom, dua hidrogen dan satu
oksigen. Persamaan itu menyatakan bahwa dua molekul hidrogen bereaksi dengan
satu molekul oksigen, menghasilkan dua molekul air. (Brandi,James.1999)
Hukum-Hukum Dasar Ilmu Kimia
Antoine Laurent Lavoisier telah menyelidiki massa zat sebelum dan sesudah
reaksi. Lavoiser menimbang zat sebelum bereaksi kemudian menimbang hasil
reaksinya. Ternyata massa zat sebelum dan sesudah bereaksi selalu sama. Lavoisier

lxxxii

menyimpulkan hasil penemuannya dalam suatu hukum yang di sebut Hukum Kekelan
Massa : Dalam sistem tertutup, massa zat sebelum dan sesudah reksi adalah sama.
Perubahan materii yang kita amati dalam kehidupan sehari-hariumumnya
berlangsung dalam wadah terbuka. Misalnya adalah reaksi pembakaran kertas.
Sebagian besar hasil reksi pada pembakaran kertas adalah gas, sehingga massa zat
yang tertinggal menjadi lebih sedikit dari massa kertas semula. Jika pembakaran
kertas di langsungkan dalam ruang tertutup, niscaya massa zat sebelum dan sesudah
reaksi adalah sama. (Purba,Michael.2006)
-

Hukum Praust (Hukum Perbandingan tetap)


Pada tahun 1799, Joseph Lois Proust menemukan satu sifat penting dari
senyawa, yang di sebut hukum perbandingan tetap. Berdasarkan penelitian
terhadap berbagai senyawa yang di lakukannya, Proust menyimpulkan bahwa
perbandinga massa unsu-unsur dalam suatu senyawa adalah tertentu dan tetap.
Senyawa yang sama, meskipun berada dari daerah yang berbeda atau dibuat
dengan cara-cara yang berbeda, ternyata mempunyai komposisi yang sama.

(Purba,Michael.2006)
Hukum Dalton (hukum perbandingan ganda)
Jhon dalton (1804)adalah orang yang pertama kali meneliti kasua adanya
perbandingan tertentu suatu unsur-unsur yang dapat membentuk senyawa
lebih dari satu, yang di kenal dengan nama hukum prbandingan tetap. Hukum
perbandingan ganda berbunyi : Bila dua macam unsur yang sama banyaknya,
massa unsur berikutnya dalam senyawa-senyawa itu akan berbanding sebagai
bilangan bulat positif dan sederhana. Contohnya adalah pasangan karbon dan
oksigen yang dapat membentuk dua jenis senyawa yaitu karbon monoksida
(CO) dan karbon dioksida (

).

Hukum perbandingan volume (Joseph Louis Gy-Lussac)


Hubungan antara dari gas-gas dalam reaksi kimia telah di selidiki oleh Joseph
Louis Gy-Lussac dalam tahun 1905. Hasil penelitian ini lahir hukum
perbandingan volume yang berbunyi : Volume gas-gas yang bereaksi, voume

lxxxiii

gas-gas hasil reaksi, bila di ukur pada suhu dan tekanan yang tetap akan
-

berbanding dengan bilangan bulat dan sederhana. (Purba,Michael.2006)


Hipotesi Avogadro
Pada tahun 1811, Amadeo Avogadro (1776-1856) dari italia, mengemukakan
bahwa parrtikel unsur tidak harus berupa atom yang berdiri sendiri tetapi
dapat juga gabungan dari beberapa atom yang disebut molekul unsur.
Avogadro dapat menjelaskan hukum perbandingan volume denga mengajukan
hipotesis sebagai berikut : Pada suhu dan tekanan yang sama, senua gas
bervolume sama mengandung jumlah molekul yang sama pula. Jadi,
perbandingan volume gas-gas itu juga merupakan perbandingan jumlah
molekul yang terlihat dalam reaksi. Dengan kata lain, perbandingan volume

gas-as yang bereaksi sama dengan koefisien reaksinya. (Purba,Michael.2006)


Menyetarakan Persamaan Reaksi
Telh disebutkan bahwa pada reaksi kimia atom-atom mengalami penataan
ulang, tetapi jenis dan jumlah atomnya sebelum dan sesudah reaksi adalah sama.
Untuk menyamakan jenis dan jumlah atom tersebut maka reaksi perlu di setarakan
yaitu dengan memberi koefisien yang tepat. Banyak reaksi yang dapat di setarakan
dengan jumlah menebak, akan tetapi sebagai permulaan, ikutilah langkah berikut ini.
1. Tetapan koefisien salah satu zat, biasanya zat yang rumusnya paling
kompleks, sama dengan 1, sedangkan zat lain di berikan koefisien sementara
dengan huruf.
2. Setarakan terlebih dahulu unsur yang terkait langsumg dengan zat yang di beri
koefisien 1 itu.
3. Setarakan unsur lainnya. Biasanya akan membantu jika atom 0 di setarakan
paling akhir.
Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh berikut.
Reaksi alaumunium dengan larutan asam klorida membentuk larutan alumunium
klorida dan gas hidrogen.
A
1. Tetapan koefisien AlC
aA

+ b HC

+ HC

AlC

(g) +

= 1, sedangkan zat lainnya dengan koefisien sementara


AlC

(g) +c

lxxxiv

2. Setarakan atom Al dan Cl


Penyataraan atom Al : Jumlah atom Al di ruas kiri = a, sedangkan diruas kanan = 1,
berarti a = 1
Penyataraan atom Cl : Jumlah atom Cl di ruas kiri = b, sedangkan di ruas kanan = 3,
berarti b =3
3. Setarakan H : Jumlah atom H diruas kiri = 3, di ruas kanan = 2c, berarti 2c = 3 c =
1,5
1A

+ 3 HC

AlC

(g) +1,5

Akhirnya untuk membulatkan pecahan setengah semua koefisien di kalikan dua :


2

+ 6 HC

AlC

(g) +3

(setara)

(Kaenan,Kleinfeller Wood A.1999)


Stoikiometri Senyawa
1. Rumus empiris
Rumus empirisatau rumus perbandingan suatu senyawa mwnyatakan
perbandingan paling sederhana dari atom-atom unsur penyusu senyawa. Jadi hal
yang harus di upayakan pada penetapan rumus empiris uatu senyawa adalah
menentukan jumlah mol atau perbandinganmol unsur-unsur penyusun senyawa
tersebut. Data yang di perlukan untuk menentukan rumus empiris adalah:
- Jenis unsur penyusun senyawa, dan
- Perbandingan massa antar unsur dalam senyawa
Sebagai contoh marilah kita lihat rumus molekul dan rumus empiris asam asetat.
Setiap molekul asam asetat terdiri dari 2 atom karbon (c), 4 atom hitrogen (H),
dan 2 atom oksigen(o). Oleh karena itu, rumus molekul asam asetat adalah
atau C

COOH. Dengan dmikian perbandingan jumlah atom C:H:O

dalam asam asetat adalah 2:4:2 = 1:2:1. Jadi rumus empiris asam asetat adalah C
O. (Petruci,Ralph.1987)

lxxxv

2. Rumus molekul
Rumus molekul suatu senyawa menyatakan jenis dan jumlah atom. Atom
unsur dalam satu molekul senyawa itu. Dikenal beberapa senyawa dengan rumus
empiris C

O, antara lain :

Formaldehida, HCHO atau (C

Asam asetat, C

O) ; Mr = 60, dan

COOH atau (C

O) ; Mr = 180. (Purba,Michae.2006)

Stoikiometri Reaksi
Stoikiometri reaksi berkaitan dengan aspwk kuantitatif zat-zat yang terlibat
dalam reaksi.
1. Koefisien Reaksi sebagai dasar stoikiometri reaksi
Koefisien reaksi Merupakan perbandingan jumlah partikel zat-zat yang
terlibat dalam reaksi. Oleh karena 1 mol setiap zat mengandung jumlah
partikel yang sama, Maka koefisien reaksi juga merupakan perbandingan
jumlah mol zat yang terlibat dalam reaksi.(Bradi.James.1999)
Contoh :
Alumunium larut dalam asam sulfat menghasilkan alumunium sulfat dan gas
hidrogen.
2A

+ 6 HC

AlC

(g) +3

Berapa mol gas hidrogen dapat di hasilkan jika di gunakan 0,5 mol
alumunium ?
Jawab :
Ditentukan jumlah mol salah satu zat dalam reaksi, kenudian menentukan
jumlah mol lainnya. Hal ini dapat dilakukan berdasarkan perbandingan
koefisien reaksinya.
Jumla mol zat yang di tanya
=
Jumlah mol

Jumlah mol zat diketahui


=

Jumlah mol Al

lxxxvi

0,5 mol = 0,75

2. Setelah memahami prisip dasar stoikiometri, tiba saatnya menerapkannya


dalam perhitungan kimia. Menghitung jumlah suatu zat yang di perlukan atau
di hasilakan dalam suatu reaksi dimana jumlah salah satu zatdalam reaksi itu
di ketahui, di golongkan sebagai hitungan kimia sederhana. Hitungan kimia
sederhana dapat di selesaikan menurut 4 langkah sebagai berikut :
1. Menulis persaan reaksi
2. Menyatakan jumlah mol zat yang diketahui
3. Menentukan jumlah mol zat yang di tanya berdasarkan perbandingan
koefisien reaksi.
4. Menyesuaikan jawaban dengan pertanyaan.
3. Pereaksi Pembatas dan Pereaksi Sisa
Sering kali zat-zat pereaksi di campurkan tidak dalam jumlah ekuivalen,
artinya tidak sesuai dengan perbandingan koefisien reaksinya. Dalam hal
seperti itu salah satu pereaksi atau habis terlebih dahulu sedangkan pereaksi
lainnya bersisa. Jumlah hasil reaksi akan bergantung pada jumlah pereaksi
yang habis terlebih dahulu. Oleh karena itu, pereaksi yang habis terlebih
dahulu disebut pereaksi pembatas sedangkan pereaksi sisa adalah pereaksi
yang tidak ikut bereksi, sehingga masih tersisa dalam wujud seperti semula
pada akhir reaksi. (Keenan,Kleinfeilen Wood A.1999)

BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1

Alat dan Bahan


3.1.1 Alat
- Gelas Kimia
- Termometer
- Pipet ukur

lxxxvii

3.1.2 Bahan
- Larutan NaOH
- Larutan HN
- Larutan
3.2

- Aquades
Prosedur Percobaan
3.2.1

Stoikiometri sistem NaOH- HN

0,5 M

- Diambil 2ml NaOH dan HN

pada wadah yang berbeda

- Diukur suhu NaOH dan HN

dan di catat suhunya

- Dicampurkan larutan NaOH dan larutan HN


- Diukur suhu campuran dan di catat suhunya
- Diambil 4ml NaOH dan 6ml HN

pada gelas kimia yang berbeda

- Diukur suhu masing-masing larutan dan dicatat suhunya


- Dicampurkan larutan NaOH dan larutan HN
- Diukur suhu campuran dan di catat suhunya
- Diambil 5ml NaOH dan 5ml HN

pada gelas kimia yang berbeda

- Diukur suhu masing-masing larutan dan dicatat suhunya


- Dicampurkan larutan NaOH dan larutan HN
- Diukur suhu campuran dan di catat suhunya
- Diambil 6ml NaOH dan 4ml HN

pada gelas kimia yang berbeda

- Diukur suhu masing-masing larutan dan dicatat suhunya


- Dicampurkan larutan NaOH dan larutan HN
- Diukur suhu campuran dan di catat suhunya
3.2.2

Stoikiometri sistem NaOH-

- Diambil 2ml NaOH dan 8ml

pada gelas kimia yang

berbeda
- Diukur suhu masing-masing larutan dan dicatat suhunya

lxxxviii

- Dicampurkan larutan NaOH dan larutan


- Diukur suhu campuran dan di catat suhunya
- Diambil 4ml NaOH dan 6ml

pada gelas kimia yang

berbeda
- Diukur suhu masing-masing larutan dan dicatat suhunya
- Dicampurkan larutan NaOH dan larutan
- Diukur suhu campuran dan di catat suhunya
- Diambil 5ml NaOH dan 5ml

pada gelas kimia yang

berbeda
- Diukur suhu masing-masing larutan dan dicatat suhunya
- Dicampurkan larutan NaOH dan larutan
- Diukur suhu campuran dan di catat suhunya
- Diambil 6ml NaOH dan 4ml

pada gelas kimia yang

berbeda
- Diukur suhu masing-masing larutan dan dicatat suhunya
- Dicampurkan larutan NaOH dan larutan
- Diukur suhu campuran dan di catat suhunya

BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1

Data Pengamatan

4.1.1 Stoikiometri Sistem NaOH- HN


Volume

Volume HN

NaOH

HN

28

29

Campuran

NaOH
2 ml

8 ml

lxxxix

28

4 ml

6 ml

29

30

30

5 ml

5 ml

27

28

29

6 ml

4 ml

26

27

27

4.1.2 Stoikiometri Sistem NaOHVolume

Volume

NaOH

Campuran

NaOH

4.2

2 ml

8 ml

32

31

32

4 ml

6 ml

29

30

29

5 ml

5 ml

29

29

31

6 ml

4 ml

29

29

30

Reaksi
NaOH + HN

NaN

3NaOH +
4.3

Na

O
+

Perhitungan

4.3.1

2 ml NaOH 0,5 mol dan 8 ml HN


NaOH + HN

NaN

mula 1 mmol 4 mmol


reaksi 1 mmol 1 mmol 1 mmol
sisa
3 mmol 1 mmol
-

Massa HN

= Mr
= 85

0,5 M
O

1 mmol
1 mmol

mmol
1 mmol

= 85 mg
= 0,085 gr

xc

Pereaksi sisa adalah HN

Termasuk reaksi nonstoikiometri karena masih ada reagen yang tersisa

4.3.2

4 ml NaOH 0,5 mol dan 8 ml HN


NaOH + HN

dan pereaksi pembatas adalah NaOH

NaN

0,5 M
O

mula 1 mmol 4 mmol


reaksi 1 mmol 1 mmol
1 mmol
sisa
3 mmol 1 mmol
Massa garam yang terbentuk
Diketahui : Mr = 85
n = 2 mmol
Ditanya : gr = .....?
Jawab : gr = n
=2

1 mmol
1 mmol

Mr
85

=170 mg = 0,17 gr
-

Pereaksi sisa = HN

Termasuk reaksi nonstoikiometri

4.3.3

6 ml NaOH 0,5 mol dan 4 ml HN


NaOH + HN

dan pereaksi pembatas = NaOH

NaN

mula 3 mmol 2 mmol


reaksi 2 mmol 2 mmol
sisa
1 mmol Massa garam yang terbentuk
Diketahui : Mr = 85
n = 2 mmol
Ditanya : gr = .....?
Jawab : gr = n
=2

0,5 M
O

2 mmol
2 mmol

2 mmol
2 mmol

Mr
85

=170 mg = 0,17 gr
-

Pereaksi sisa = NaOH dan pereaksi pembatas = HN

Termasuk reaksi nonstoikiometri

xci

4.3.4

5 ml NaOH 0,5 mol dan 5 ml HN

0,5 M

n NaOH = M.V = 0,5 .5 =2,5 mmol


n HN

= M.V = 0,5 .5 =2,5 mmol

NaOH + HN

NaN

mula 2,5 mmol 2,5 mmol


reaksi 2,5 mmol 2,5 mmol 2,5 mmol
sisa
2,5 mmol
Massa garam yang terbentuk
Diketahui : Mr = 85
n = 2,5 mmol
Ditanya : gr = .....?
Jawab : gr = n
= 2,5

2,5 mmol
2,5 mmol

Mr
85

=212,5 mg = 0,2125 gr
-

Pereaksi sisa = - dan pereaksi pembatas = NaOH dan HN

Termasuk reaksi stoikiometri

4.3.5

2 ml NaOH 0,5 mol dan 8 ml

0,5 M

n NaOH = M.V = 0,5 .2 =1 mmol


n HN

= M.V = 0,5 .8 = 4 mmol

3NaOH +

mula 1 mmol 4 mmol


reaksi 1 mmol 0,3 mmol
sisa
- 3,7 mmol
- Massa garam yang terbentuk
Diketahui : Mr
n
Ditanya

P
P

+3

0,3 mmol
0,3 mmol

0,3 mmol
0,3 mmol

= 23(3) + 31 + 16(4) = 69 + 31+ 64 =164


= 0,3 mmol

: gr = .....?

Jawab : gr = mmol
= 0,3

Mr

164

=492 mg = 0,492 gr
-

Pereaksi sisa =

dan pereaksi pembatas = NaOH

xcii

4.3.6

Termasuk reaksi nonstoikiometri


4 ml NaOH 0,5 mol dan 6 ml HN

0,5 M

n NaOH = M.V = 0,5 .2 =1 mmol


n HN

= M.V = 0,5 .8 = 4 mmol

3NaOH +

+3

mula 2 mmol 3 mmol


reaksi 2 mmol 0,3 mmol 0,3 mmol
sisa
2,7 mmol 0,3 mmol
- Massa garam yang terbentuk
Diketahui : Mr = 164
n = 0,3 mmol
Ditanya : gr = .....?
Jawab : gr = n
= 0,3

O
2 mmol
2 mmol

Mr
164

=492 mg = 0,492 gr
-

Pereaksi sisa = NaOH dan pereaksi pembatas = HN

Termasuk reaksi nonstoikiometri

4.3.7

5 ml NaOH 0,5 mol dan 5 ml HN

0,5 M

n NaOH = M.V = 0,5 .5 =2,5 mmol


n HN

= M.V = 0,5 .5 = 2,5 mmol

3NaOH +

+3

mula 2,5 mmol 2,5 mmol


reaksi 2,5 mmol 0,83 mmol
0,3 mmol
sisa 1,67 mmol
0,83 mmol
- Massa garam yang terbentuk
Diketahui : Mr
n
Ditanya

P
P

= 164
= 0,83 mmol

: gr = .....?

Jawab : gr = mmol

Mr

xciii

2 mmol
2,5 mmol

= 0,83

164

=136,12 mg = 0,136 gr
-

Pereaksi sisa =

Termasuk reaksi nonstoikiometri

4.3.8

dan pereaksi pembatas = NaOH

6 ml NaOH 0,5 mol dan 4 ml HN

0,5 M

n NaOH = M.V = 0,5 .6 =3 mmol


n HN

= M.V = 0,5 .4 = 2 mmol

3NaOH +

mula 3 mmol 2 mmol


reaksi 3 mmol 1 mmol
1 mmol
sisa 1 mmol
1 mmol
- Massa garam yang terbentuk
Diketahui : Mr
n
Ditanya

P
P

+3

3 mmol
3 mmol

= 164
= 1 mmol

: gr = .....?

Jawab : gr = n

Mr

=1

164

=164 mg = 0,164 gr
-

Pereaksi sisa =

dan pereaksi pembatas = NaOH

- Termasuk reaksi nonstoikiometri


4.4 Grafik
4.4.1 Stoikiometri Sistem NaOH-HNO3

xciv

4.4.2 Stiokiometri Sistem NaOH-H3PO4

4.5 Pembahasan
Kata stoikiometri berasal dari bahasa yunani yaitu stoicheion, artinya unsur.
Dari literatur, stoikiometri artinya mengukur unsur-unsur. Istilah itu umumnya di
gunakan lebih luas, yaitu meliputi bernmacam pengukuran yang lebih luas dan

xcv

meliputi perhitunan yang di dasarkan pada rumus-rumus dan persamaanpersamaan berimbang dirujuk sebagai stoikiometri.
Pereaksi pembatas ialah pereaksi yang habis bereaksi dan karena itu
membatasi kemumngkinan di perpanjangnya reaksi itu. Sedangkan pereaksi sisa
adalah pereaksi yang tidak ikut bereaksi, sehingga masih tersisa dalam wujud
seperti semula pada akhir reaksi.
Reaksi eksoterm adalah reaksi pembebasan panas dari sistem kelingkungan
sehingga suhu lingkungan bertambah dan terjadi pada tekanan tetap. Hal ini
menunjukkan bahwa entalpi dari hasil reaksi lebih rendah dari pada entalpi
pereaksi-pereaksi (kalor mengalir dari sistem kelingkungan yang mengakibatkan
entalpi sistem jadi berkurang). Contohnya pertunjukan kembang api, ledakan
bom, pembakaran kayu, besi berkarat dan lain-lain. Sedangkan reaksi endoterm
merupakan reaksi penyerapan panas dari lingkungan sehingga suhu lingkungan
berkurang atau dengan kata lain kalor mengalir dari lingkungan kedalam sistem
yang mengakibatkan entalpi sistem berubah (bertambah). Contohnya elektrolisis
dan lain-lain.
Pada sitem NaOH 0,5 M +

0,5 M, ketika NaOH 4 ml +

6ml

yang menjadi pereaksi pembatas adalah larutan NaOH dan mencapai titk
maksimum taitu 30

sedangkan pada NaOH pada saat NaOH 6ml +

yang menjadi pereaksi pembatas ialah


dan pada saat 5ml NaOH + 5 ml

4ml

dan mencapai titik maksimum 27


tidak ada ppereaksi pembatas karena

termasuk reaksi stoikiometri dan titik yang di bentuk adalah titik stoikiometri.
Pada sistem NaOH +

6ml yang menjadi pereaksi pembatas adalah NaOH

dan mencapai titik minimum 29 , sedangkan pada saat NaOH 2ml +

xcvi

8ml

yang menjadi pereaksi pembatas ialah larutan NaOH dan membentuk titik
maksimum yaitu 32

Faktor-faktor kesalahan pada percobaan ini diantaranya pada percobaan


dengan volume 5ml dan 5ml konsentrasi yang di gunakan ternyata salah,
seharusnya konsentrasi yang di pakai 0,5, hal ini menyebabkab percobaan pada
volume tersebut harus di ulangi. Faktor kesalahan lainnya di antaranya pada saat
menggunakan termometer pada saat meletakkan termometer pada larutan
mengenai dasar gelas, akibatnya suhu yang di ukur bukann suhu larutan
melainkan suhu dari gelas kimia. Hal ini menyebabkan kesalahan dalam
percobaan seharusnya suhu larutan yang kita ukur. Faktor kesalahan berikutnya
yaitu cara memegang termometer pada setiap termometer yang di berikan
terdapat tali sebagai tempat untuk memegang langsung pada termometernya, hal
ini menyebabkan suhu yang terukur bukan suhu larutan atau suhu campuran.
Melainkan suhu badan kita sendiri, tentu saja menyebabkan kesalahan analisa.
Faktor lain yaitu saat membaca termometer, terkadang suhu pada termometer
tidak mencapai suhu yang di atasnya halini tetu saja membuat bingung, apakah di
tulis tidak dengan angka desimal. Faktor kesalahan lain yaitu dalam mencelupkan
termometer pada larutan lama waktunya tidak sama, Hal ini tentu saja
menyebabkan kesalahan dalam menentukan suhu larutan maupun suhu campuran
tersebut.
Titik stoikiometri adalah suatu keadaan di mana dua senyawa mengalami
reaksi stoikiometri. Pada saat ini di peroleh reaksi stoikiometri pada keadaan
setimbang.
Pada percobaan pertama yaitu stoikiometri sistem NaOH-

Pada

percobaan ini di peroleh tiga reaksi nonstoikiometri dan 1 reaksi stoikiometri.


Nonstoikiometri do peroleh banyak karena dari 3 kali volime larutan yang di
pakai terdapat pereaksi sisa, pereaksi (reaktan) tidak habis bereaksi. Pada

xcvii

percobaan kedua yaitu stoikiometri sistem NaOH-

pada percobaan ini di

peroleh reaksi nonstoikiometri semua. Hal ini di sebabkan adanya reagen yang
tersisa dari setiap pereaksi pembatas.

xcviii

BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
- Reaksi stoikiometri adalah reaksi yang tidak memiliki pereaksi pembatas,
sedangkan reaksi nonstoikiometri adalah reaksi yang memiliki pereaksi
pembatas.
- Reaksi endoterm adalah reaksi-reaksi penyerapan panas dari lingkungan
sehingga suhu lingkungan berubah (berkurang) atau dengan kata lain kalor
mengalir dari lingkungan kedalam sistem yang menyebabkan entalpi sistem
bertambah. Sedangkan reaksi eksoterm adalah reaksi pembebasan panas dari
sitemkelingkungan sehingga suhu lingkungan sehingga suhu lingkugan
bertambah dan terjadi pada tekanan tetap.
- Pereaksi pembatas adalah salah satu pereaksi yang habis bereaksi dan karena itu
membatasi keemungkinan di perpanjangnya reaksi itu. Sedangkan pereaksi sisa
adalah pereaksi yang tidak ikut bereaksi, sehingga masih tersisa dalam wujud
seperti semula pada akhir reaksi.
5.2 Saran
- Disarankan pada percobaan selanjutnya bisa di gunakan temperatur dalam satuan
kelvin atau fahrenheit.

DAFTAR PUSTAKA
Brady,James.1999.Kimia Universitas Asas dan edisi kelima Jilid satu.Jakarta;Bina
rupa Aksara

xcix

Kaenan,Kleinfelter

Wood

A.1999.Kimia

Untuk

Universitas

Edisi

Jilid .Jakarta;Erlangga
Petruci,Ralph.1987.Kimia Dasar Edisi Keempat Jilid 1.Jakarta;Erlangga
Purba,Michael.2006.Kimia.Jakarta;Erlangga

VI

PERCOBAAN 5
LAJU REAKSI

ci

LEMBAR PENGESAHAN
PRAKTIKUM KIMIA DASAR I
PERCOBAAN 5
LAJU REAKSI

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 1
HALOMOAN A.R.S
JUHANA
MERRY YULIANA
SINTA SUGENG ATMAJA

NIM. 1107045003
NIM. 1107045019
NIM. 1107045006
NIM. 1107045016
Samarinda, Desember 2011

Pembimbing praktikum

Asisten Praktikan

Eva Marliana, S.Si, M.Si.


NIP. 19750302 200122 001

Wahyu Kusuma
NIM. 0907035046

cii

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Reaksi kimia berlangsung dengan laju yang berbeda-beda. Ada reaksi yang
berlangsung seketika, misalnya suatu ledakan. Ada juga reaksi yang berlangsung
sangat lambat. Misalnya pembuatan besi atau fosokisasi sistem organisme. Selain
itu laju reaksi ternyata di pengaruhi oleh berbagai faktor, seperti suhu,
konsentrasi, dan faktor lainnya.
ciii

Laju menyatakan berapa cepat atau seberapa lambat suatu proses berlangsung
menyatakan besarnya perubahan yang terjadi dalam satuan waktu. Satuan waktu
dapat berubah detik, menit, jam, hari, minggu, bulan atau tahun.
Reaksi kimia adalah proses perubahan zat pereaksi menjadi produk. Seiring
dengan bertambahnya waktu reaksi, maka jumlah zat pereaksi akan semakin
sedikit sedangkan produk semakin laju reakis dinyatakan sebagai lahu
berkurangnya pereaksi atau terbentuknya produk.
Setiap reaksi disertai suatu perubahan fisis yang diamati, seperti pembentukan
endapan, gas atau perubahan wrna. Kelajuan reaksi dapat di pelajaru dengan
mengukur salah satu dari perubahan tersebut bagi reaksi yang menghasilkan gas.
Seperti reaksi magnesium dengan asam klorida, kelajuaan dapat dipelajari dengan
mengukur volume gas yang dihasilkan. Bagi reaksi yang disertai perubahan
warna, kelajuan reaksinya dapat ditemukan dengan mengukur perubahan
intensitas warnanya.
Cepat lambatnya suatu reaksi berlangsung disebut laju reaksi dapat dinyatakan
sebagai perubahan konsetrasi pereaksi atau hasil reaksi persatuan waktu.
Konsentarsi biasanya dinyatkan dengan Mol Perliter. Tetapi untuk fase gas satuan
konsentrasi dapat diganti dengan satuan tekanan seperti atmosfer (atm).
Millimeter markorium (mmHg) atau Pascal (Pa). Untuk mengukur laju reaksi,
perlu menganalisis secara langsung maupun tidak langsung banyaknya produk
yang terbentuk atau banyaknya pereaksi yang tersisa setelah penggal-penggal
waktu tertentu.
Oleh karena itu pada percobaan laju reaksi kali ini akan membahas tentang
bagaimana metode laju reaksi tersebut dan membuat pratikan memahami tentang
laju reaksi.

1.2 Tujuan
1. Mengetahu faktor-faktor dari laju reaksi
civ

2. Membandingkan antara pengaruh suhu dan konsentrasi


3. Mengetahui tentang laju reaksi

cv

BAB 2
TINJUAN PUSTAKA

Konsep Laju Reaksi


1. Pengertian Laju Reaksi
Laju menyatakan seberapa cepat atau seberapa lambat suatu proses
berlangsung. Reaksi kimia adalah proses perubahan zat pereaksi menjadi produk.
Seiring dengan bertambahnya waktu reaksi, maka jumlah zat pereaksi akan
semakin sedikit, sedangkan produk semakin banyak. Oleh karena itu, laju reaksi
dapat dinyatakan sebagai laju berkurangnya pereaksi atau laju terbentuknya
produk. (Respah.1989)
2. Penentuan Laju Reaksi
Laju reaksi ditentukan melalui percobaan, yaitu dengan mengukur banyaknya
pereaksi yang dihabiskan atau banyaknya produk yang dihasilkan pada slang
waktu tertentu, sebagai contoh, laju reaksi antar magnesium dengan larutan HCL
dapat ditentukkan dengan mengukur jumlah salah satu produknya, yaitu gas
hidrogen.
Tidak ada aturan khusus mengenai interval waktu, tetapi hal itu bergantung
pada cepat lambatnya pereaksi. Untuk reaksi yang berlangsung lebih panjang.
Sebagai aturan sederhana interval waktu yang dipilh sebaiknya menghabiskan
dari 5% pereaksi.
3. Ungkapan Laju Reaksi
Laju reaksi dapat dinyatakan dengan berbagai cara, seperti perubahan volume,
perubahan massa, atau perubahan warna. Untuk sistem homogen, cara yang
umum digunakan untuk menyatakan alju reaksi adalah laju pengurangan

cvi

konsentrasi molar pereaksi atau pertambahan konsentrasi molar produk dalam


satu satuan waktu sebagai berikut.
Reaksi = mR nP
V = - [R]/ T atau V = + [P]/ t
Dengan : R = pereaksi
P = Produk
V = laju reaksi
T = waktu reaksi
[R] = perubahan konsentrasi molar pereaksi
[P] = perubahan konsentrasi molar produk
- [R]/ T = Laju pengukuran konsentarsi molar salah satu
pereaksi dalam satuan waktu
+ [P]/ T = Laju pertambahan konsentarsi molar salah satu
produk dalam satu satuan waktu
Satuan laju reaksi dinyatakan dalam Mol L1 per sekon (mol L1 S1) atau MS1.
(Bradi,James E. 2001)
Faktor faktor yang mempengaruhi Laju reaksi
Laju reaksi dipengaruhi oleh
1.

Luas permukaan sentuhan / ukuran partikel

Luas permukaan sentuhan memiliki peranan yang sangat penting. Luas permukaan
sentuh mempercepat laju reaksi karena semakin banyak bagian zat yang saling
bertumbukan dan semakin besar peluang adanya tumbukan efektif menghasilkan
perubahan. Semakin luas permukaan zat, semakin kecil ukuran partikel zat. Jadi
semakin kecil ukuran partikel zat, reaksi pun akan semakin cepat.

cvii

Pengaruh luas permukaan ini banyak diterapkan dalam industri, yaitu dengan
menghaluskan terlebih dahulu bahan yang berupa padatan sebelum direaksikan.
Mengunyah makanan juga merupakan upaya dalam rangka memperluas permukaan
sehingga peruraian selanjutnya dapat berlangsung lebih cepat. (Priyatua,Amien.2001)
2.

Konsentrasi Pereaksi
Konsentrasi

mempengaruhi

laju

reaksi,

karena

banyakknya

partikel

memungkinkan lebih banyak tumbukan, dan itu membuka peluang semakin banyak
tumbukan efektif yang menghasilkan perubahan. Hubungan kuantitatif perubahan
konsentrasi dengan laju reaksi tidak dapat diterapkan dari persamaan reaksi, tetapi
harus melalui percobaan. Dalam penetapan laju reaksi ditetapkan yang menjadi
patokan adalah laju perubahan konsentrasi reaktan. Ada reaktan yang perubahan
konsentrasinya tidak mempengaruhi laju reaksi :
[reaktan] = V
[reaktan = x = V = 1
Xn = 1
n=0
3. Tekanan
Banyak reaksi yang melibatkan pereaksi dalam wujud gas. Kelajuan dari
reaksi seperti itu juga dipengaruhi tekanan. Penambahan tekanan dengan
memperkecil volume akan mempebesar konsentrasi, dengan demikian dapat
memperbesar laju reaksi.
Industri yang melibatkan pereaksi berupa gas, banyak yang dilangsukan pada
tekanan tinggi, misalnya pembuatan amonia yang menggunakan tekanan hingga 400
atm. (Keenan,Kleinfelter,Wood A. 199)
4. Suhu
Laju reaksi dapat juga dipercepat atau diperlambat dengan mengubah suhu.
Kenaikan suhu dapat mempercepat laju reaksi karena dengan naiknya suhu energi

cviii

kinetic partikel zat-zat meningkat sehingga memungkinkan semakin banyaknya


tumbukan efektif yang menghasilkan perubahan hubungan kuantitatif perubahan suhu
terhadap laju reaksi. Hubungan ini ditetapkan dari suatu percobaan missal, diperoleh
data sebagai berikut
Suhu (C)
10
20
30
40
t

Laju Reaksi (M/Detik)


0.3
0.6
1.2
2.4
Vt

Dari data
diperoleh

hubungan :
Setiap kenaikan suhu 10 C, maka laju mengalami kenaikan 2 kali
semula, maka secara matematis dapat dirumuskan
Vt = Vo. 2 t-to/10
Dimana : Vt = laju reaksi pada suhu t
Vo= laju reaksi pada suhu awal (to)
5. Katalis
Katalis adalah suatu zat yang mempercepat laju reaksi kimia pada suhu
tertentu, tanpa mengalami perubahan atau terpakai olegh reaksi itu sendiri. Suatu
katalis berperan dalam reaksi tapi bukan sebagai pereaksi ataupun produk. Katalis
memungkinkan reaksi berlangsung lebih cepat atau memungkinkan reaksi pada suhu
lebih rendah akibat perubahan yang dipicunya terhadap pereaksi. Katalis
menyediakan suatu jalur pilihan dengan energi afktifasi yang lebih rendah. Katalis
mengurangi eneri yang dibutuhkan untuk berlangsungnya reaksi (Respah.1989)
Katalis dapat dibedakan kedalam dua golongan utama yaitu, katalis homogen
dan katalis heterogen :

cix

Katalis heterogan adalah katalis yang ada dalam fase


berbeda dengan pereaksi dalam reaksi yang dikatalisnya.

Katalis homogen adalah katalis yang ada dalam fase yang


sama dengan pereaksi dalam reaksi yang dikataliskan.
Satu contoh sederhana untuk katalis heterogen yaitu bahwa katalis menyediakan

suatu permukaan dimana pereaksi-pereaksi (atau subtrat) untuk sementara terjerat.


Ikatan subtract-subtrat menjadi lemah sedemikian sehingga menadai terbentuknya
produk baru. Ikatan antara produk dan katalis lebih lemah. Sehingga akhirnya
terlepas. Katalis homogen umunya bereaksi dengan satu atau lebih pereaksi untuk
membentuk suatu perantara kimia yang selanjutnya bereaksi membentuk produk
akhir reaksi, dalam suatu proses yamg memulihkan katalisnya. Beikut ini merupakan
skema umum reaksi katalitik, dimana C melambangkan katalisnya :
A+C AC (1)
B+AC AB+C (2)
Meskipun katalis (C) terluarkan oleh reaksi 1, namun reaksi selanjutnya
dihasilkan kembali oleh reaksi 2, sehingga untuk reaksi keseluruhan menjadi
A+B+C AB+C
Beberapa katalis yang pernah dikembangkan antar alain berupa katalis ZlegerNatta yang digunakan untuk produksi masal politetilen dan polipropilen. Reaksi
katalis yang paling dikenal adalah proses Haber, yaitu sintesi amoniak menggunakan
besi biasa sebagai katalis. Konvekter katalik yang dapat menghacurkan produk emisi
kendaraan yang paling sulit diatasi, terbuat dari platina dan rodium.
Molaritas adalah banyaknya mol zat terlarut tiap satuan volume zat pelarut.
Hubungannya mol terlarut dengan laju reaksi adalah bahwa semakin besar molaritas
suatu zat, maka semakin cepat suatu reaksi akan berjalan lebih lambat daripada
molaritas yang tinggi. Hubungan antara laju reaksi dengan molaritas adalah

cx

V = K [A]m [B]n
Dimana : V = laju reaksi
K = konstanta kecepatan reaksi
m = orde reaksi zat A
n = orde reaksi zat B
Ada dua jenis katalis yaitu :
1.

Katalis aktif, adalah katalis yang ikut terlibat reaksi

dan

pada

akhir

reaksi

terbentuk kembali.
2.

Katalis pasif, adalah katalis yang tidak ikut

bereaksi

hanya

sebagai

saja (Brady James E. 2001)

cxi

media

reaksi

Orde Reaksi
Pangkat perubahan konsentarsi terhadap perubahan laju reaksi disebut orde
reaksi.

Ada reaksi berorde 0, dimana tidak terjadi perubahan


laju reaksi berapapun perubahan konsentrasi.

Ada reaksi berorde 1, dimana perubahan konsentrasi


pereaksi berbanding lurus dengan laju reaksi. Jika konsentrasi pereaksi itu dilipattigakan maka laju reaksi akan menjadi 3 atau 3 kali lebih besar.

Ada reaksi berorde 2, jika laju reaksi merupakan


pamgkat dua dari konsentrasi pereaksi itu. Apabila konsentrasi zat itu dilipattigakan, maka laju pereaksi akam menjadi 32 atau 9 kali lebih besar.

Orde reaksi ditentukan melalui percobaan, tidak ada kaitanya dengan koefisien reaksi.
(Keenan,Kleinfelter Wood A. 1999)

cxii

BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat
1. Gelas Kimia
2. Pipet Volume
3. Termometer
4. Stopwatch
5. Penangan Gas
6. Pipet Ukur
3.1.2 Bahan
1.

Larutan Na2S2O3

2.

Larutan HCL 1M

3.

Larutan HCL 2M

4.

Larutan HCL 3M

5.

Kertas (yang diberi tanda silang)

6.

Tissue

3.2 Prosedur Percobaan


3.2.1 Pengaruh Konsentrasi pada laju reaksi

Disiapkan 3 gelas kimia dan diisi masing-masing 10 ml larutan Na2S2O3

Diambil gelas kimia dan diletakkan diatas kertas putih yang telah diberi tanda
silang.

cxiii

Dimasukkan 10 ml larutan HCL 1M kedalam gelas kimia tersebut dan dicatat


waktu yang diperlukan sejak ditambahkan larutan HCL hingga tanda silang tidak
terlihat lagi dari atas.

Ulangi langkah yang sama untuk konsentrasi HCL 2M dan 3M.

3.2.2 Pengaruh Suhu

Disiapkan 1 gelas kima dan diisi dengan 10 ml larutan Na2S2O3

Dipanaskan larutan tersebut pada pemanas air hingga suhunya mencapai 40


kemudian letakkan diatas kertas putih yang telah diberi tanda silang.

Dimasukkan 10 ml larutan HCL 1M kedalam gelas kima tersebut dan dicatat


waktu yang diperlukan sejak ditambahkan larutan HCL dengan tanda silang
tidak terlihat lagi dari atas.

Bandingkan data ini dengan hasil tanpa pemanas

cxiv

BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Pengamatan
4.1.1 Pengaruh Konsentrasi
[HCL]
1M
2M
3M
Pengaruh Suhu

[Na2S2O3]
0.2 M
0.2 M
0.2 M

t
77 detik
32,49 detik
30,42 detik

v
1/77
1/32.49
1/30.42

[HCL]

[Na2S2O3]

1M

0.2 M

Suhu ruangan

42.30 detik

1/42.30

1M

0.2 M

40

19.21 detik

1/19.21

4.2 Reaksi
Na2S2O3 + 2 HCL 2 NaCL + H2O + S+ SO2
4.3 Perhitungan
4.3.1 Pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi
a. Orde reaksi

cxv

4.1.2

23,70 = 2y
2 log 2,370 = y
y = log 2.370
log 2
= 1,246 orde reaksi HCL
Reaksi 2 dan 3

[1,5]

1,246

1 = [1]x [1]
X= 1 orde reaksi Na2S2O3
B. Konstanta Reaksi
K=

cxvi

=
= 0,065 s-1
C. Persamaan Reaksi
V=
=
V= 0.065 [Na2S2O3]1 [HCL]1,246
4.4 Grafik
4.4.1 Grafik Pengaruh konsentrasi

4.4.2 Grafik Pengaruh Suhu

cxvii

4.5 Pembahasan
Prinsip dari percobaan laju reaksi ini adalah didasarkan pada perubahan
konsentrasi yang ada terhadap waktu. Adapun penjelasan tentang laju reaksi
merupakan cepat lambatnya suatu reaksi yang berlangsung atau dapat juga
dinyatakan sebagai perubahan konsentrasi pereaksi atau hasil reaksi per satuan waktu.
Konsentrasi biasanya dinyatakan dalam mol per liter.
Orde reaksi adalah bilangan pangkat yang menyatakan naikknya laju reaksi
akibat naikknya reaksi. Menentukan orde reaksi dari suatu reaksi kimia pada
prinsipnya menentukan seberapa besar penggaruh perubahan konsentrasi pereaksi
terhadap laju reaksi. Terdapat tingkatan orde reaksi yaitu :
Orde 0, reaksi dikatakan berorde 0 terhadap salah satu pereaksinya apabila
perubahan konsentrasi pereaksi tersebut tidak mempengaruhi laju reaksi

cxviii

[konstan]
[A]
Orde 1 dikatakan berorde satu terhadap salah satu pereaksi jika laju reaksi
berbanding lurus dengan konsentrasi

[A]
Orde 2, reaksi dikatakan berorde dua terhadap salah satu pereaksi jika laju
reaksi merupakan pangkat dua dari konsentrasi pereaksi itu.

[A]

cxix

Orde 3, jika reaksi dikatakan berorde 3 terhadap salah satu pereaksi jika laju
reaksi merupakan pangkat tiga dari konsentrasi pereaksi itu.
Orde negatif, reaksi dikatakan berorde negatif bila laju reaksi berbanding
terbalik dengan konsentrasi pereaksi.
Pada percobaan laju reaksi kali ini, ada beberapa faktor yang mempengaruhi
laju reaksi. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi, yaitu :
a. Konsentrasi
Makin besar konsentrasi, makin banyak zat-zat yang bereaksi sehingga makin
besar kemungkinan terjadi tumbukan, dengan demikian makin besar pula
kemungkinan terjadi reaksi.
b. Luas permukaan zat
Satu syarat agar reaksi dapat berlangsung adalah zat-zat pereaksi harus bercampur
atau bersentuhan pereaksi yang heterogen. Reaksi hanya berlangsung pada bidang
batas campuran. Pada luas permukaan, semakin besar. Dan juga laju reaksinya
semakin besar. Dan juga laju reaksi akan berlangsung lebih cepat karena semakin
cepat tumbukan terjadi.
c. Suhu
Pada suhu tinggi, energi molekul-molekul bertambah sehingga laju molekulmolekul juga bertambah dengan demikian laju molekul juga bertambah yang
diperlukan untuk mencapai keadaan. Keadaan disini yaitu, pada saat partikel-partikel
bergerak lebih cepat dan terjadi tumbukan lebih sering, sehingga suatu reaksi dapat
berlangsung disebut energi pengaktifan.
d. Katalis
Berbagai reaksi berlangsung lambat dipercepat dengan menambahkan zat lain
yang disebut katalis. Konsep yang menerapkan pengaruh terhadap laju reaksi
diantaranya katalis menurunkan energi-energi pengaktifan suatu reaksi dengan jalan
membentuk tahap-tahap reaksi yang baru.
Pada percobaan pertama yaitu pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi dengan
menggunakan larutan HCL 1M, 2M, dan 3M dengan larutan Na 2S2O3 0,2 M. Sebelum
cxx

dilakukan percobaan larutan Na2S2O3 0.2 M terlihat bening tetapi setelah dicampurkan
dengan HCL 2M, larutan berybah menjadi keruh dan perubahan tersebut terjadi pada
waktu 77 S. Begitu pula dengan pencampuran yang lain dengan konsentrasi yang
semakin tinggi semakin cepat waktu yang diperoleh saat air menjadi keruh. Ini
disebabkan karena zat yang konsentrasinya lebih besar mangandung jumlah partikel
yang lebih banyak. Sehingga partikel-partikel yang tersusun lebih rapat dibandingkan
dengan zat yang konsentrasinya lebih rendah. Partikel yang susunanya leg\bih rapat
akan lebih sering bertumbukan dibandingkan dengan partikel yang susunanya
renggang, sehingga kemungkinan terjadinya reaksi semakin besar.
Pada percobaan kedua , yaitu pengaruh suhu terhadap laju reaksi. Dengan
menggunakan larutan Na2S2O3 0,2 M dengan larutan HCL 1M. Pertama larutan
Na2S2O3 dengan masing-masing konsentrasi yang berbeda dipanaskan lalu dicampur
dengan larutan HCL yang telah ditentukan. Pada percobaan yang pertama untuk
pengukuran suhu yang didapat adalah 42.30 S dan semakin kecil waktunya akibat
pengaruh konsentrasi pada masing-masing percobaan, sudah terjadi reaksi dengan
ditandai perubahan warna pada larutan yang awalnya bening menjadi keruh. Ini
disebabkan karena setiap partikel selalu bergerak. Dengan menaikkan temperatur,
energi gerak atau energi kinetik molekul akan bertambah. Sehingga tumbukan lebih
cepat bereaksi pada temepratur atau suhu yang lebih tinggi.

cxxi

BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan

Faktor-faktor yang mempemagruhi laju reaksi adalah suhu,luas


permukaan, tekanan , konsentrasi dan katalis.

Karena konsentrasi berarti molekul-molekul konsentrat semakin


banyak dan rapat-rapat pada volume tertentu menyebabkan meningkatkan
kemungkinan hantaman molekul-molekul untuk terjadinya reaksi kimia.

Kenaikkan suhu akan mempercepat laju reaksi, karena semakin


banyak moleku-molekul reaktan yang dapat melampaui energi aktivitas (sehingga
makin banyak juga yang bereaksi).

5.2 Saran
Diharapkan pada percobaan selanjutnya dapat dilakukan pemanasan < 40 C
seperti 35 C atau 30 C dan dapat digunakan larutan lain seperti H2SO4 atau
CH3COOH.

cxxii

DAFTAR PUSTAKA
Bradi, James E.2001. Kimia Universitas Asas dan Struktur Jilid 1. Tangerang :
Binarupa Aksara
Keenan,Kleinfelter,Wood A. 1999. Kimia Untuk Universitas Edisi VI jilid 1. Jakarta:
Erlangga
Priyatna,Amien.2001. Kimia. Yogyakarta : Teknokimia
Respah.1989. Dasar-dasar Ilmu Kimia. Jakarta : Rineka Cipta

cxxiii

PERCOBAAN 6
SIFAT-SIFAT UNSUR

cxxiv

LEMBAR PENGESAHAN
PRAKTIKUM KIMIA DASAR I
PERCOBAAN 6
SIFAT-SIFAT UNSUR

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 1
HALOMOAN A.R.S
JUHANA
MERRY YULIANA
SINTA SUGENG ATMAJA

NIM. 1107045003
NIM. 1107045019
NIM. 1107045006
NIM. 1107045016
Samarinda, Desember 2011

Pembimbing praktikum

Asisten Praktikan

Eva Marliana, S.Si, M.Si.


NIP. 19750302 200122 001

Nurhidayah
NIM. 0807035057

cxxv

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Bila unsur-unsur disusun sesuai dengan massa atomnya, sifat unsur atau senyawa
menunjukan keperiodikan dan pengamatan ini berujung pada penemuan hukum
periodik. Konfigurasi elektron unsur menentukan tidak hanya sifat kimia unsur tetapi
juga sifat fisiknya. Keperiodikan jelas di tunjukan sebab energi ionisasi atom secara
langsung di tentukan oleh konfigurasi elektron. Energi ionisasi didefinisikan sebagai
kalor reaksi yang dibutuhkan untuk mengeluarkan elektron dari atom netral misalnya
natrium:
Na (g) Na+ (g) + eGolongan IA unsur yang termasuk dalam golongan IA (alkali) adalah Li, Na,
K, Rb, Cs dan Fr. Unsur-unsur ini mempunyai elektron pada kulit terluar ns 1 dan
merupakan reduktor kuat karena mudah melepas satu elektron pada kulit terluarnya.
Golongan IIA unsur-unsur yang termasuk dalam golongan IIA (alkali tanah)
adalah Be, Mg, Ca, Sr, Ba dan Ra. Unsur-unsur ini mempunyai susunan elektron
terluar ns2 dan sama hal nya dengan golongan IA bersifat reduktor karena mudah
melepaskan dua elektron pada kulit terluar nya. Jika di bandingkan dengan unsur
golongan IA unsur golongan IIA sifat reduktor nya lebih lemah.
Logam-logam transisi dan transisi dalam, dan logam-logam tetangga mereka
disebelah kanan pada tabel berkala, dikelompokan dalam keluarga-keluarga dengan
sifat-sifat keluarga demikian, sifat-sifat ini sering serupa. Sifat kimia logam-logam ini
sebagian besar ditentukan oleh kecendrungan mereka untuk kehilangan elektron.
Untuk memperjelas maka dilakukan percobaan sifat-sifat unsur.

1.2 Tujuan
-Mengetahui perbedaan sifat-sifat unsur golongan IA dan IIA
-Mengetahui persamaan sifat-sifat unsur golongan IA dan IIA
-Mengetahui kelarutan unsur-unsur dalam satu golongan jika di larutkan dalam
garam sulfat
cxxvi

cxxvii

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Sejarah dalam pengelompokan unsur
Tabel periodik pada ,mulanya diciptakan tanpa mengetahui struktur dalam
atom. Jika unsur-unsur dilarutkan berdasarkan massa atom lalu dibuat grafik yang
menggambarkan hubungan antara beberapa sifat tertentu dan massa atom unsur-unsur
tersebut akan terlihat suatu perulangan atau perioditas sifat-sifat tadi sebagai funsi
dari massa atom.
Orang pertama yang mengenali keteraturan tersebut adalah ahli kimia jerman,
yaitu Johann Wolfgang Dobereiner. Yang pada tahun 1829 memperhatikan adanya
beberapa triade unsur hampir sama.(Brady, 1999)
Contoh beberapa Triade:
Unsur

Massa atom

Kepadatan

Klorin

35,5

0,00156 g/cm3

Bromin

79.9

0,00312 g/cm3

Iodin

126,9

0,00495 g/cm3

Kalsium

40,1

1,55 g/cm3

Stronsium

87,6

2,6 g/cm3

Barium

137

3,5 g/cm3

Temuan ini kemudian diikuti oleh ahli kimia inggris, yaitu John Alexander
Reina Newlands, yang pada tahun 1865 memperlihatkan bahwa unsur-unsur yang
bersifat mirip ini berulang dalam interval delapan, yang ia persamakan dengan oktaf
musik. Meskipun hukum oktafnya di ejek oleh rekan sejawatnya. Akhirnya pada
tahun 1869, ahli kimia jerman Lothar Meyer dan ahli kimia Rusia Dmitry Ivanovich
Mendeleyev hampir sama secara bersamaan mengembangkan tabel periodik pertama,
mengurutkan unsur-unsur berdasarkan massa nya. Akan tetapi Mendeleyev
meletakkan beberapa unsur menyimpang dari aturan urutan massa agar unsur-unsur
cxxviii

tersebut cocok dengan sifat-sifat tetangga dalam tabel membetulkan kesalahan


beberapa nilai massa atom dan meramalkan keberadaan sifat-sifat beberapa unsur
baru dalam sel kosong dalam tabel nya. Keputusan Mendeleyev ini belakangan
terbukti benar dengan ditemukannya struktur elektronik unsur-unsur pada abad ke-19
dan awal abad ke-20.
A. Pengelompokan atas logam dan non logam
Pada 1789, Antoine Lavoiser mengelompokan 33 unsur kimia. Pengelompokan
unsur tersebut berdasarkan sifat kimianya. Unsur-unsur kimia di bagi menjadi empat
kelompok yaitu gas, tanah, logam dan non logam. Pengelompokan ini masih terlalu
umum karena dalam pengelompokan logam masih terdapat berbagai unsur yang
memiliki sifat berbeda.
Unsur gas yang dikelompokan oleh Lavoiser adalah cahaya, kalor, oksigen,
azace (nitrogen) dan hidrogen. Unsur-unsur yang tergolong logam adalah sulfur,
fosfar, karbon, asal klorida, asam flourida, dan asam borak. Adapun unsur-unsur
logam adalah antimon, perak, arsenik, bismuth, kobalt, tembaga, timah, besi, mangan,
raksa, molibolenum, nikel, emas, platina, tobel, tungsten, dan seng. Adapun yang
tergolong unsur tanah adalah kapur, magnesium, barium oksida, alumunium oksida
dan silikon oksida.
Kelemahan dari teori Lavoiser: Pengelompokan masih terlalu umum
Kelebihan dari teori Lavoiser: Sudah mengelompokan 33 unsur yang ada berdasarkan
sifatk kimia sehingga bisa dijadikan refrensi bagi ilmu-ilmu setelah nya.
B. Triade Dobereiner
Dobereiner menemukan adanya beberapa kelompok tiga unsur yang memiliki
kemiripan sifat yang ada hubungan nya dengan massa atom. Contoh kelompokkelompok Triade: Cl, Br, dan I. Ca, Sr, dan Ba. S, Se dan Te.
C. Hukum Oktaf Newlands

cxxix

Apabila unsur disusun berdasarkan kenaikan massa atom unsur kesembilan


mempunyai sifat-sifat yang mirip dengan unsur utama. Unsur kesepuluh mirip
dengan unsur kedua dan seterusnya. Karena setelah unus kedelapan sifat-sifatnya
selalu terulang maka dinamakan hukum oktaf.
Contoh: Li (nomor atom 3) akan mirip sifatnya dengan Na (dengan nomor aton 11).
D. Sistem Periodik Mendelev
Dua ahli kimia Lothar Meyer (jerman) dan Dmitri Ivanovich Mendeleev (Rusia)
berdasarkan pada prinsip dari Newlands melakukan penggolongan unsur. Lothar
Meyer lebih mengutamakan sifat kimia-kimia unsur sedangkan Mendelev lebih
mengutamakan kenaikan massa atom. Menurut Mendelev sifat-sifat unsur adalah
fungsi periodik dari massa atom relatif artinya jika unsur-unsur disusun menurut
kenaikan massa atom relatif, maka sifat tertentu akan berulang secara periodik unsurunsur yang memiliki sifat-sifat serupa ditempatkan pada satu jalir tegak disebut
golongan. Sedangkan lajur horizontal, untuk unsur-unsur berdasarkan pada kenaikan
massa atom relatifnya yang disebut periode.
E. Sistem Periodik Modern Moseley
Pada awal abad 20, pengetahuan kita terhadap atom mengalami perkembangan
yang sangat mendasar. Para ahli menemukan bahwa atom bukanlah suatu partikel
yang tak terbagi melainkan terdiri dari partikel yang lebih kecil yang disebut partikel
dasar atau partikel subatom. Atom kini diyakini terdiri atas tiga jenis partikel dasar
yaitu; proton, elektron dan neutron. Jumlah proton merupakan sifat khas dari unsur
artinya setiap unsur mempunyai jumlah proton yang berbeda dari unsur lainnya.
Jumlah proton dalam satu atom ini disebut nomor atom . Pada 1913 seorang
kimiawan inggris bernama Henry Moseley melakukan eksperimen pengukuran
panjang gelombang unsur menggunakan sinat X.
Berdasarkan hasil eksperimen tersebut diperoleh kesimpulan bahwa sifat-sifat
dasar atom bukan didasari oleh massa atom relatif, melainkan berdasarkan kenaikan

cxxx

jumlah proton. Hal tersebut di akibatkan adanya unsur-unsur yang memiliki massa
atom berbeda. Tetapi memiliki jumlah proton sama atau disebut isotop.
Kenaikan jumlah proton ini mencerminkan kenaikan nomor atom unsur
tersebut.

Pengelompokan

unsur-unsur

sistem

periodik

modern

merupakan

penyempurnaan hukum periodik Mendelev yang disebut juga sistem periodik bentuk
panjang.
Sistem periodik modern disusun berdasarkan kenaikan nomor atom dan
kemiripan sifat. Lajur-lajur horizontal yang disebut periode disusun berdasarkan
kemiripan sifat. Sistem periodik modern terdiri atas 7 periode dan 8 golongan. Setiap
golongan dibagi lagi menjadi golongan A(IA-VIIIA) dan 8 golongan B(IB-VIIIB).
Unsur-unsur golongan A disebut golongan utama, sedangkan golongan B
disebut golongan transisi. Golongan-golongan juga dapat di tandai dengan bilangan 1
dengan 18 secara berurutan dari kiri ke kanan. Dengan cara ini makan unsur transisi
tertelak pada golongan 3 sampai golongan 12. Pada periode 6 dan 7 terdapat masingmasing 14 unsur yang disebut unsur transisi dalam, yaitu unsur-unsur lantanida dan
aktinida. Unsur-unsur transisi dalam semua termasuk golongan IIIB. Unsur lantanida
pada periode 6 golongan IIIB dan unsur-unsur tersebut dibagian bawah tabel periodik
adalah untuk alasan tehnik. Sehingga daftar tidak terlalu panjang.
Sistem periodik modern dibedakan menjadi 2 yaitu berdasarkan kenaikan
nomor atom(periode). Berdasarkan kemiripan sifat (golongan berikut dijelaskan).
(Petrucci, 1987)
Sistem Periodik Modern
Sistem ini merupakan penyempurnaan dari gagasan penemu-penemu terdahulu
seperti yang dijelaskan dalam sejarah penemuan sistem periodik. Dalam sistem
periodik modern kolom menunjukan golongan (konfigurasi elektron yang mirip) dan
baris menunjukan periode (kenaikan nomor atom).
a. Periode

cxxxi

Periode ditempatkan pada lajur horizontal dalam sistem periodik modern. Periode
suatu unsur menunjukan suatu nomor kulit yang sudah terisi elektron (n terbesar).
Bedasarkan konfigurasi elektron. Konfigurasi elektron adalah perbesaran elektron
dalam kulit-kulit atomnya. Dalam sistem periodik modern terdapat 7 periode yaitu:
-

Periode ke 1 terdiri atas 2 unsur


Periode ke 2 terdiri atas 8 unsur
Periode ke 3 terdiri atas 8 unsur
Periode ke 4 terdiri atas 18 unsur
Periode ke 5 terdiri atas 18 unsur
Periode ke 6 terdiri atas 32 unsur
Periode ke 7 terdiri atas unsur karena belum lengkap. Pada periode ini terdiri

deret aktinida.
b. Golongan
Kolom golongan dalam tabel periodik disebut golongan. Ada 18 golongan dalam
tabel periodik baku. Unsur-unsur yang segolongan mempunyai konfigurasi elektron
valensi yang mirip sehingga mempunyai sifat yang mirip pula. Ada tiga sistem
pemberian nomor golongan. Sistem pertama memakai angka arab dan dua sistem
lainnya memakai angka romawi. Nama dengan angka romawi adalah nama golongan
yang asli tradisional. Nama dengan angka arab adalah sistem tata nama baru yang
disaranakan oleh internasional Union of Pure and Appired Chemistry (IUPAC).
Sistem penamaan tersebut dikembangkan untuk menggantikan kedua sistem lama
yang menggunakan angka romawi karena kedua sistem tersebut membingungkan,
menggunakan satu nama untuk beberapa hal yang berbeda.(Suhartono, 1983)
3. Sifat-sifat periodik unsur.
a. Jari-jari atom
Jari-jari atom merupakan jarak elektron terluar ke inti atom dan menunjukan
ukuran suatu atom. Jari-jari atom sukar diukur sehingga pengukuran jari-jari atom
dilakukan dengan cara mengukur jarak inti antar dua atom yang berikatan sesamanya.
Dalam suatu golongan. Jari-jari atom semakin ke atas cenderung semakin kecil.
b. Jari-jari ion
cxxxii

Ion mempunyai jari-jari yang berbeda secara nyata (signifikan) jika dibandingkan
dengan jari-jari atom netralnya.
Ion bermuatan positif (kation) mempunyai jari-jari atom yang lebih kecil,
sedangkan ion bermuatan negatif (anion) mempunyai jari-jari atom netralnya.
c.Energi ionisasi
Jika dalam suatu atom terdapat satu elektron di luar subkulit yang mantab.
Elektron ini cenderung mudah lepas supaya mempunyai konfigurasi seperti gas
mulia. Namun untuk melepaskan elektron daru suatu atom dinamakan energi ionisasi.
Dalam suatu periode semakin banyak elektron dan proton gaya tarik-menarik elektron
terluar dengan inti semakin besar (jari-jari kecil). Akibatnya elektron susah dilepas.
(Brady, 1999).

cxxxiii

BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat dan bahan
3.1.1 Alat-alat:
-

Tabung reaksi
Rak tabung reaksi
Gelas kimia
Pipet tetes
Pinset
Pipet volume 1 ml
Hotplate

3.1.2 Bahan-bahan:
-

Logam Natrium
Indikator pp
Larutan H2SO4 0,5 M
Larutan MgCl2 1 ml 0,5 M
Larutan CaCl2 1 ml 0,5 M
Larutan SrCl2 1 ml 0,5 M
Larutan NaOH 0,5 M
Larutan BaCl2 1ml 0,5 M
Aquades
Pita Mg

3.2 Prosedur Percobaan


3.2.1 Kelarutan garam sulfat
-

Disiapkan 4 tabung reaksi yang bersih


Diisi masing-masing tabung reaksi berturut-turut dengan MgCl2, CaCl2, SrCl2

dan BaCl2 dengan volume masing-masing 1 ml


Dalam masing-masing tabung reaksi tersebut di tambahkan 1 ml larutan

Larutan H2SO4 0,5 M


Diperhatikan endapan yang terbentuk (dibandingkan endapan yang ada pada
setiap tabung reaksi).

cxxxiv

3.2.2 Kelarutan Garam Hidroksida


-

Disiapkan 4 tabung reaksi yang bersih


Diisi masing-masing tabung reaksi berturut-turut dengan MgCl2, CaCl2, SrCl2

dan BaCl2 dengan volume masing-masing 1 ml


Dalam masing-masing tabung reaksi tersebut di tambahkan 1 ml larutan

Larutan NaOH 0,5 M


Diperhatikan endapan yang terbentuk (dibandingkan endapan yang ada pada
setiap tabung reaksi).

3.2.3 Reaktifitas Unsur


a. Logam K + H2O + indikator pp
-

Dimasukan 2 ml H2O ke dalam gelas kimia


Diambil logam K dari tempat penyimpanan dengan menggunakan pinset.
Dimasukan logam K ke dalam gelas kimia.
Diamati reaksi yang terkadi
Ditambahkan dua tetes indikator pp
Diamati perubahan warna yang terjadi.

cxxxv

BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Pengamatan
4.1.1 Reaktifitas Unsur
Perlakuan
- Disiapkan aquades di dalam beker

Pengamatan
- Munculnya percikan api pada

gelas
- Dimasukan potongan logam Kalium
- Diamati perubahan yang terjadi
- Dimasukan indikator pp pada larutan

permukaan aquades
- Warna larutan berubah menjadi merah
lembayung pada saat ditetesi
indikator pp.

tersebut
4.1.2 Kelarutan garam sulfat dan hidroksida
Larutan
MgCl2
CaCl2
SrCl2
BaCl2
Larutan
MgCl2
CaCl2
SrCl2
BaCl2
4.2 Reaksi

+ H2SO4

+NaOH

Keterangan
Tidak ada endapan
Tidak ada endapan
Tidak ada endapan
Tidak ada endapan
Keterangan
Ada bayangan seperti kapas keruh
Ada endapan keruh
Tidak ada endapan keruh
Tidak ada endapan (bening)

4.2.1 Kelarutan Garam Sulfat


-

MgCl2 + H2SO4 MgSO4 + 2HCl


CaCl2 + H2SO4 CaSO4 + 2HCl
SrCl2 + H2SO4 SrSO4 + 2HCl
BaCl2 + H2SO4 BaSO4 + 2HCl

4.2.2 Kelarutan Garam Hidroksida


-

MgCl2 + NaOH Mg(OH)2 + 2NaCl


CaCl2 + NaOH Ca(OH)2 + 2NaCl
SrCl2 + NaOH Sr(OH)2 + 2NaCl

cxxxvi

BaCl2 + NaOH Ba(OH)2 + 2NaCl

4.2.3 Kereaktifitasan Unsur


-

2K + 2 H2O 2KOH + H2

(cek lagi)

O H

O H

4.3 Pembahasan

OK

+ 2 H2 O

2KOH

Prinsip pada percobaan kali ini adalah kita akan mencari dan mempelajari
C

OK

bagaimana perbedaam anatara golongan IA dan golongan IIA melalui sifat fisika dan
kimianya. Percobaan yang dilakukan ada dua yaitu reaktifitas unsur dan kelarutan
garam. Kelarutan garam aktifitas unsur dan kelarutan garam hidroksida. Garam sulfat
dilakukan dengan cara memasukan H2SO4 ke dalam tabung reaksi yang pada masingmasing tabung telah diisi MgCl2, CaCl2, SrCl2 dan BaCl2. Setekah itu diamati
perubahan warna yang terjadi. Pada MgCl2 tidak ada endapan dan warna nya tetap
bening.
Garam hidroksida dilakukan dengan memasukan NaOH kedalam tabung
reaksi yang masing-masing telah diisi dengan MgCl2, CaCl2, SrCl2 dan BaCl2. Setelah
itu diamati perubahan yang terjadi pada MgCl2 terdapat bayangan seperti kapas pada
larutan MgCl2 dan bewarna keruh. Pada SrCl2 terdapat perubahan warna dan tidak
terjadi endapan sedangkan pada BaCl2 tidak ada perubahan yang terjadi adan warna
nya tetap bening serta tidak ada endapan.
Selanjutnya reaktifitas unsur dilakukan dengan memasukan potongan logam
kalium kedalam aquades. Amati perubahan yang terjadi setelah itu dimasukan

cxxxvii

indikator PP, pada awalnya muncul percikan api dari permukaan aquades, setelah
dimasukan indikator PP warna nya berubah menjadi merah lembayung.
Fungsi dari MgCl2, CaCl2, SrCl2 dan BaCl2 adalah untuk mengetahui endapan
yang terjadi didasar tabung akibat reaksi dari H 2O . Pada indikator PP berfungsi untuk
mengetahui apakah zat yang direaksikan sudah bereaksi atau belum.
Sifat fisika dari golongan IA adalah dari atas ke bawah jari-jari nya atom, dan
dari massa jenis (rapatan) bertambah. Sedangkan titik cair dan titik didih berkurang.
Sifat fisika dari golongan IIA dari berilium ke barium jari-jarinya atom
meningkat secara beraturan, pertambahan jari-jari menyebabkan penurunan energi
pengionan dan keelektronegatifan. Potensial elektroda juga meningkat dari kalsium
ke barium akan tetapi berilium menunjukan penyimpangan.
Akibat kecendrungan untuk melepas elektron membentuk senyawa ion makin
besar. Semua senyawa dari kalsium, barium, dan Stronsium yaitu logam-logam alkali
tanah yang bagian bawahnya terbentuk senyawa ion., tetapi magnesium membentuk
beberapa senyawa kovalen sedangkan senyawa-senyawa berilium bersifat kovalen,
sifat logam alkali tanah kurung negatif dari logam alkali seperiode, jadi beriluim
kurang reaktif dibandingkan litium magnesium kurang reaktif dibandingkan terhadap
natrium dan seterrusnya.
Prinsip percobaan pada kali ini adalah kita akan mencari dan mempelajari
bagaimana prinsip percobaan antara golongan IA dan golongan IIA melalui sifat
fisika dan kimianya. Percobaan yang dilakukan dengan cara reaktifitas unsur dan
kelarutan garam disini ada dua macam garam sulfat dan garam hidroksida. Garam
sulfat dilakukan dengan cara memasukan H2SO4 kedalam tabung reaksi yang ada pada
masing-masing tabung telah diisi larutan MgCl2, CaCl2, SrCl2 dan BaCl2 setelah itu
diamati perubahan yang terjadi pada MgCl 2 tidak ada endapan yang terjadi warna nya
tetap bening CaCl2 tidak terdapat endapan dan warna bening sedangkan BaCl 2 sedikit
ada endapan dan warna tetap bening.
Prinsip percobaan mengenai sifat-sifa unsur ini adalah kelarutan dan
kereaktifan suatu senyawa tergantung pada kedudukan nya dalam suatu system
cxxxviii

periodic. Satu golongan dan golongan lainnya mempunyaii sifat yang berbeda
percobaan pertama menggunakan larutan H2SO4 untuk menghasilkan garam sulfat dan
menguji kelarutan dari , CaCl2, SrCl2 dan BaCl2, yaitu golongan alkali tanah dari atas
ke bawah kelarutannya semakin kecil dan endapan semakin banyak. Untuk
menghasilkan garam hidroksida dan menguji kelarutan dari MgCl 2, CaCl2, SrCl2 dan
BaCl2 sifat kebalikan dari atas kebawah, kelarutannya semakin besar dan endapan nya
semakin banyak. Pada percobaan ketiga mengenai kereaktifan unsure menggunakan
logam K. Logam K lebih reaktif dari logam Mg. Selanjutnya reaktifitas unsur
dilakukan dengan memasukan potongan logam K kedalam gelas aquades. Amati
perubahan yang terjadi setelah dimasukan potongan logam Kalium ke dalam aquades,
perubahan yang terjadi setelah itu dimasukan indicator PP, pada awal nya muncul
percikan api dari permukaan aquades setelah dimasukan indicator PP warna berubah
menjadi merah lembayung. Indikator PP berfungsi untuk mengetahui apakah zat yng
di reaksika sudah bereaksi atau belum apabila sudah bereaksi maka warna nya akan
berubah dan jika belum tidak ada perubahan warna yangterjadi. Titik didih dan titik
cair cenderung menurun dari atas kebawah. Sifat-sifat fisik seperti titik cari,
kerapatan dan kereaksian. Logam alkali seperiode. Sifat-sifat kimia dari logam alkali
tanah yaitu kereaktifan logam alkali tanh meningkat daru berilium ke barium. Fakta
ini sesuai dengan yang diharapkan oleh karena itu dari berilium ke barium. Jari-jari
atom bertambah besar sehingga energi ionisasi serta keelektronegatifan berkurang.
Unsur pada golongan IA dan golongan IIA sering digunakan atau
diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari misalnya golongan IA yaitu natrium
adalah sebagai cairan pendingin pada reactor atom. Selain itu merupakan reduktor
kuat. Natrium digunakan pada pengolahan logam-logam tertentu seperti Li, K, Zr dan
logam alkali yang lebih berat. Pada golongan IIA misalnya adalah magnesium
pembakaran. Pembakar magnesium menghasilkan cahaya yang sangat terang
sehingga unsure ini digunakan untuk membuat kembang api dan juga blitz.

cxxxix

Jari-jari atom adalah jarak terdekat antara titik pusat inti atom dari dua atom,
atau ion tersebut. Penetapan jari-jari atom daru dua atom atau ion dalam suatu zat
padat atau zat cair merupakan jumlah jari-jari atom dari atau ion tersebut.
Energi ionisasi adalah energi yang dibutuhkan untuk melepaskan sebuah
electron yang ikatannya paling lemah dari atom unsure dalam keadaann gas yang
dinyatakan dalam kilojoule permol atau KJ/mol. Besar energi ionisasi dari atom-atom
unsure tergantung dari besarnta muatan dari inti atom.
Afitnitas electron adalah energi yang dbebaskan pada penambahan sebuah
electron yang dibebaskan netral dan dalam keadaan gas. Suatu atom netral
mempunyai gaya tarik menarik terhadap electron dari luar sehingga dapat dianggap
sebagai akibat dari ketidaksempurnaan. Efek perlindungan dan kulit electron yang
belum lengkap.
Keelektrongatifan adalah kemampuan atom yang netral dalam satu molekul
untuk

menarik

electron-elektron

ikatan

dengan

electron

negatif.

Dengan

membandingkan nama, harga ionisasi dan afinitas electron dan unsure-unsur tersebut.
Logam alkali memiliki tingkat kebasaan yang lebih tinggi dari pada logam
alkali tanah. Hal ini dikarenakan logam alkali yang bersifat ionic dan mudah laur
dalam air sehingga dapat di hasilkan basa yang kuat sedangkan pada logam alkali
tanah sebaliknnya.
Faktor kesalahan dari percobaan ini adalah sebaliknya ketika larutan MgCl 2,
CaCl2, SrCl2 dan BaCl2 dimasukan H2SO4 dan NaOH didiamkan sejenak agar dapat
diketui endapannya. Jika terlalu cepat maka endapan terbentuk bila saja belum. Jika
endapan belum terbentuk kecepatan reaksi dan tentu akan salah dalam menentukan
sifat kimia dan fisika nya.

cxl

BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
-

Perbedaan sifat-sifat unsure suatu golongan IA dan IIA yaitu golongan IA


memiliki electron valensi 1 dan keelektronegatifan membentuk senyawa ionic.
Sedangkan golongan II memiliki electron valensi 2 dan keeleketronegatifannya

membentuk garam.
Persamaan sifat-sifat unsure golongan IA dan IIA, yaitu:
a.Bersifat reaktif
b.
Ionic dan tidak bewarna
c.Produktif yang baik
Unsur-unsur dalam 1 golongan jika dilarutkan dalam garam sulfat akan
menghasilkan sifat kelarutan yakni dari atas (Be) ke bawah (Ra) hasil kali
kelarutannya (Ksp) makin kecil yang mengakibatkan makin mudah terbentuk
endapan.

5.2 Saran
-

Sebaiknya unsur-unsur dalam 1 golongan yang digunakan pada percobaan 1


hingga 4 di perbanyak sehingga lebih mudah dalam membandingkan sifat-sifat
kelarutan dari unsure dengan periode paling atas hingga ke bawah.

DAFTAR PUSTAKA
Brady, GE.1999. Kimia Universitas Asas dan Struktur. Jakarta: Binarupa Askara
cxli

Brady, James.1999. Kimia Untuk Universitas. Jakarta. Binarupa Askara


Petrucci. Ralph, N.1987. Kimia Dasar. Jakarta: Erlangga
Suhartono.1983. Ilmu Kimia. Yogyakarta: Gadjah Mada

cxlii

Anda mungkin juga menyukai