DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 1
(FISIKA)
HALOMOAN A.R.S
JUHANA
MERRY YULIANA
SINTA SUGENG ATMAJA
NIM. 11070450
NIM. 1107045019
NIM. 1107045006
NIM. 1107045016
iv
LEMBAR PENGESAHAN
PRAKTIKUM KIMIA DASAR I
PERCOBAAN 1
PERCOBAAN 2
PEMBUATAN LARUTAN
PERCOBAAN 3
KROMATOGRAFI
PERCOBAAN 4
STOIKIOMETRI
PERCOBAAN 5
LAJU REAKSI
PERCOBAAN 6
SIFAT-SIFAT UNSUR
DISUSUN OLEH
KELOMPOK 1
HALOMOAN A.R.S
1107045003
JUHANA
1107045019
MERRY YULIANA
1107045006
SINTA SUGENG A.
1107045016
Koordinator Asisten
EVA MARLIANA,S.Si,M.Si
NIP.19750302 200012 2 001
NURHIDAYAH
NIM.0807035057
Mengetahui,
Kepala Laboratorium Analitik,Anorganik dan Fisik
Drs. Teguh Wirawan, M. Si
NIP. 132 090 591
KATA PENGANTAR
v
Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang
telah melimpahkan rahmat-Nya sehingga penyusunan Laporan Resmi Kimia Dasar
ini dapat terselesaikan.
Isi dari Laporan resmi Kimia Dasar 1 ini adalah hasil percobaan-percobaan
yang telah dilakukan sebelumya, meliputi, Pemisahan dan Pemurnian, Pembuatan
Larutan, Kromatografi, Stiokiometri, Laju Reaksi, dan Sifat-Sifat Unsur yang
dilengkapi oleh rincian teori dasar, Serta detail-detail hasil percobaan. Di samping itu,
Penyusunan Laporan Resmi Praktikum Kimia Dasar 1 ini bermanfaat banyak bagi
praktikan baik penambahan wawasan dari segi teori maupun segi praktek nya.
Pada kesempatan ini, tak lupa penyusun mengucapkan terima kasih kepada
para asisten yang telah mendampingi dan membimbing kami dalam melakukan
percobaan-percobaan ini, serta memberi masukan-masukan untuk menyelesaikan
praktikum dengan baik. Tak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada temanteman yang turut aktif membantu penyusunan Laporan Resmi Kimia Dasar ini.
Penyusun menyadari bahwa dalam laporan resmi ini masih banyak kekurangan serta
kesalahan. Dengan kerendahan dan ketulusan hati, penyusun akan terbuka untuk
menerima kritik yang membangun demi kesempurnaan laporan ini.
Akhir kata, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penyusun
DAFTAR ISI
vi
HALAMAN JUDUL..i
LEMBAR PENGESAHAN..ii
KATA PENGANTAR .iii
DAFTAR ISI...iv
PERCOBAAN 1
PEMISAHAN DAN PEMURNIAN
BAB 1 PENDAHULUAN1
1.1
1.2
Tujuan Percobaan.2
Prosedur Percobaan.....10
Data Pengamatan.....12
4.2
Pembahasan.13
BAB 5 PENUTUP.16
5.1
Kesimpulan.. ...16
5.2
Saran ...16
DAFTAR PUSTAKA
PERCOBAAN 2
PEMBUATAN LARUTAN
BAB 1 PENDAHULUAN...17
vii
1.1
Latar Belakang.....17
1.2
Tujuan Percobaan....18
Prosedur Percobaan.....28
Data Pengamatan.....30
4.2
Perhitungan.. ...30
4.3
Pembahasan..
...31
BAB 5 PENUTUP...35
5.1
Kesimpulan.. ...35
5.2
Saran ...35
DAFTAR PUSTAKA
PERCOBAAN 3
KROMATOGRAFI
BAB 1 PENDAHULUAN...36
1.1
Latar Belakang37
1.2
Tujuan Percobaan37
Prosedur Percobaan.....45
Data Pengamatan.46
viii
4.2
Perhitungan 48
4.3
Pembahasan. ..52
BAB 5 PENUTUP..57
5.1
Kesimpulan.. ..70
5.2
Saran ..70
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
PERCOBAAN 4
STOIKIOMETRI
BAB 1 PENDAHULUAN...58
1.1
1.2
Prosedur Percobaan.....66
Data Pengamatan.....68
4.2
Reaksi-reaksi...68
4.3
Perhitungan.... .68
4.4
Grafik..........73
4.5
Pembahasan. ...74
BAB 5 PENUTUP.76
5.1
Kesimpulan .76
5.2
Saran ...76
DAFTAR PUSTAKA
ix
PERCOBAAN 5
LAJU REAKSI
BAB 1 PENDAHULUAN...........77
1.1
1.2
Prosedur Percobaan.....85
Data Pengamatan.........87
4.2
Reaksi......87
4.3
Perhitungan.. ...87
4.4
Grafik...89
4.5
Pembahasan.90
BAB 5 PENUTUP.93
5.1
Kesimpulan.. ...93
5.2
Saran ...93
DAFTAR PUSTAKA
PERCOBAAN 6
SIFAT-SIFAT UNSUR
BAB 1 PENDAHULUAN...94
1.1
1.2
Tujuan Percobaan........95
3.1
3.2
Prosedur Percobaan...103
4.2
Reaksi-reaksi.105
4.3
Pembahasan. .106
BAB 5 PENUTUP...111
5.1
Kesimpulan.. .111
5.2
Saran .111
DAFTAR PUSTAKA
xi
PERCOBAAN 1
PEMISAHAN DAN PEMURNIAN
xii
LEMBAR PENGESAHAN
PRAKTIKUM KIMIA DASAR I
PERCOBAAN 1
PEMISAHAN DAN PEMURNIAN
DISUSUN OLEH
KELOMPOK 1
HALOMOAN A.R.S
JUHANA
MERRY YULIANA
SINTA SUGENG ATMAJA
NIM. 1107045003
NIM. 1107045019
NIM. 1107045006
NIM. 1107045016
Samarinda, Desember 2011
Pembimbing praktikum
Asisten Praktikan
Nova Haloho
NIM. 0707035013
xiii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Dalam ilmu kimia pemisahan dan pemurnian campuran sangat penting dan
xiv
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Campuran
Campuran adalah suatu bahan yang terdiri atas satu atau lebih zat berlainan
yang bergabung menjadi satu yang masih mempunyai sifat zat asalnya.
xv
Pemisahan dan pemurnian suatu zat merupakan suatu bentuk yang ada dalam
kimia. Zat-zat tersebut ada yang terlarut dan tidak terlarut. Suatu proses pemisahan
tersebut ialah memisahkan beberapa zat yang terdapat dalam suatu larutan dari
berbagai jenis zat, sedangkan pemurnian ilah memurnikan zat dari suatu pearut untuk
mendapatkan suatu zat yang murni.(Chang, R. 2005)
Didalam pemisahan dan pemurnian terdapat sifat dan perubahan zat yaitu sifat
fisika, sifat kimia, perubahan fisika, perubahan kimia, sifat ekstensif dan sifat
intensif. Sifat fisika adalah sifat yang berkaitan dengan keadaan fisik suatu zat,
misalnya : warna, bentuk, bau, kekerasan, daya hantar, dan sebagainya. Sifat kimia
adalah sifat zat yag berhubungan dengan mudah sukarnya beraksi kimia, misalnya:
mudah tidaknya terbakar, memuai dan berkarat. Perubahan fisika adalah mempunyai
cirri-ciri tidak terbntuknya jenis zat bau, misalnya materi tersebut berubah bentuk dari
wujudnya. Perubahan kimia ditandai dengan terbentuknys jenis zat baru, artinya zat
yang terbentuk dari perubahan bentuk dan wujudnya. Perubahan yang dimaksud
adalah perubahan kimia sangat berbeda dengan zat semula. Sifat ekstensif merupakan
zat yang tergantung pada jumlah dan ukuran zat. Sifat intensif merupakan sifat yang
tidak dipengaruhi leh jumlah zat dan ukuran zat.
Pemisahan
campuran
dapat
H pelarutan =
(2.1)
xvi
Perubahan entalpi disini mengacu pada entalpi atau kalor. Perubahan entalpi yang
dihitung dalam persamaan 2.1 merupakan contoh kalor pelarutan
dalam air.
Karena kelarutan adalah campuran molekul (atom atau ion dalam beberapa hal),
biasanya molekul-molekul pelarut agak berjauhan dalam larutan disbanding dalam
pelarutan murni. Jadi, pembentukan larutan dapat dibuat sebagai proses hipotesis :
pertama, jarak antara molekul-molekul meningkat menjadi jarak rata-rata yang
ditampilkan dalam larutan. Tahap ini memerlukan penyerapan energi untuk
melampaui gaya-gaya intermolekul kohesi. Tahap ini disertai dengan peningkatan
entalpi, reaksinya adalah endoterm. Dalam tahap endoterm kedua, pemisahan yang
sama terhadap molekul-molekul terlarut terjadi. Tahap ketiga dan terakhir adalah
membiarkan molekul-molekul pelarut dan terlarut untuk bercamrpur. Gaya tarik
intermolekul diantara molekul tak sejenis menyebabkan pelepasan energi, entalpi
menurun pada tahap ini. Tergantung pada perbandingan nilai-nilai perubahan entalpi
dalam ketiga tahap tersebut, perubahan entalpi keseluruhan dengan positif (endoterm)
atau negatif (eksoterm) atau dalam beberapa hal seperti yang digambarkan dibawah
ini,
= 0. (Sastrawijaya. 1999)
Pemisahan molekul
zat terlarut
Pemisahan molekul
pelarut
Pencampuran molekul
pelarut dengan TERLARUT
xvii
H = 0,
air laut
. (Sastrohamidjojo. 2001)
xix
dan
H-OH dengan
- OH.
Perbedaan kepolaran antara zat terlarut dan zat pelarut pengaruhnya tidak
besar tehadap kelarutan. Contohnya :
(polar) dengan
(non polar).
Larutan ini terjadi karena terjadinya gaya antar aksi, melalui gaya dispersi
(peristiwa menyebarnya zat terlarut didalam zat pelarut) yang kuat.
2.2.4.2 Padat Cair
Padatan umumnya memiliki kelarutan terbatas di cairan. Hal ini disebabkan
gaya tarik antar molekul zat padat dengan zat padat
Zat padat non polar (sedikit polar) besar kelarutannya dalam zat cair yang
kepolarannya dalam zat cair yang kepolarannya rendah.
2.2.4.3 Gas Cair
Padatan umumnya mempunyai prinsip-prinsip tertentu, akan tetapi gas
dalam cairan memiliki 2 prinsip:
a. Makin tinggi titk cair suatu gas, akan mendekati zat cair gaya tarik antar
molekulnya. Gas dengan titik cair lebih tinggi, kelarutannya lebih besar.
b. Pelarut terbaik untuk suatu gas ialah pelarut yang gaya tarik antar molekulnya
sangat mirip dengan yang dimiliki oleh suatu gas.
Titik didih gas mulia dari atas kebawah dalam suatu sistem periodic, makin tinggi dan
kelarutannya makin besar.
xx
(eksoterm)
H = + (endoterm)
Faktor tekanan sangat besar pengaruhnya pada kelarutan gas dalam cair. Hubungan
ini dijelaskan dengan hokum Henry, yaitu Cg = k.Pg (tekanan berbanding lurus
dengan konsentrasi).(Chang, R. 2005)
2.3 Pemisahan Campuran
Cara pemisahan dan pemurnian suatu zat dari campurannya secara fisik antara
lain adalah dekantasi, sublimasi, filtrasi, ekstraksi, koagulasi, adsorbsi, destilasi,
kristalisasi, dan rekristalisasi.
2.3.1
Dekantasi
Merupakan proses pemisahan padatan dan cairan. Padatan dibiarkan turun
kedasar labu, kemudian cairannya dituangkan dengan hati-hati agar padatan tidak
terganggu.
2.3.2
Sublimasi
Adalah proses pemurnian suatu zat dengan jalan memanaskan campuran,
sehingga dihasilkan sublimat (kumpulan materi pada tempat tertentu yang terbentuk
pada pemanasan zat yang dapat berubah langsung dari fasa padat ke fasa gas dan
kembali lagi ke fasa padat).
xxi
2.3.3
Filtrasi
Koagulasi
Adsorbsi
Adalah kemampuan zat untuk menyerap gas, cairan atau zat terlarut pada
permukaannya.
2.3.6
Destilasi
Adalah pemurnian cairan dengan jalan mendidihkannya, pendinginan uap yang
Kristalisasi
Adalah pemisahan pemisahan padat-cair dimana terjadi transfer massa solute dari
larutan kepadatan. Partikel padatan terbentuk dari suatu fase homogen (larutan).
2.3.8
Rekristalisasi
Merupakan salah satu pemurnian zat yang jamak digunakan, dimana zat-zat
xxii
BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Aat dan Bahan
3.1.1 Alat
- spatula
- gelas kimia 100 ml
- corong gelas
- tabung reaksi
- corong pisah
- cawan penguap
- batang pengaduk
3.1.2 Bahan
- aquades
- garam dapur
- pasir
- naftalena
- minyak goreng
- kertas saring
- kapur tulis
3.2 Prosedur Percobaan
- dimasukkan 1 sendok pasir kedalam baker gelas kimia kemudian diisi Air
dan diaduk. Biarkan pasir mengendap lalu dituang bagian atas.
- dimasukkan larutan
kedalam 10 ml aquades. Diuapkan larutan
hingga volumenya berubah sesuai yang di inginkan.
- dimasukkan naftalena kedalam cawan penguap. Ditutup cawan penguap
dengan kertas saring yang telah dilubangi kecil-kecil dan ditutp lagi dengan
corong kaca dengan posisi terbalik dan lehernya disumbat kertas.
- dimasukkan air dan minyak goreng kedalam corong pisah kemudian di kocok
dan biarkan hingga kedua cairan tersebut memisah.
xxiii
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Pengamatan
No
Perlakuan
1.
Dekantasi
- Dimasukkan 1 sendok pasir
Kedalam baker gelas
Pengamatan
- Pasir tidak larut dalam aquades
- Setelah didiamkan, terbentuk dua fase,
2.
Filtrasi
- Dimasukkan 1 sendokkapur tulis
bercampur
- saat disaring, kapur tertinggal
- Diaduk
kertas saring
3.
Rekristalisasi
- Dimasukkan
- Ditambahkan aquades
- Diaduk
xxiv
4.
Sublimasi
- Naftalena yang telah dihaluskan
dicampur dengan garam
- ditutup cawan penguap dengan
- dipanaskan
Ekstraksi
- dimasukkan aquades kedalam
corong pemisah
- dimasukkan minyak
- dikocok
4.2 Pembahasan
Pemisahan zat murni melalui cara dekantasi di dasarkan pada perbedaan zat
murni yaitu berat jenis dan gaya gravitasi. Pada percobaan ini terlihat endapan pasir
pada baker gelas. Air memiliki massa jenis yang lebih kecil daripada pasir. Pada
pemisahan zat murni melalui cara filtrasi didasarkan pada perbedaan ukuran partikel.
Pada percobaan ini, ukuran partikel air lebih kecil dibanding ukuran partikel kapur
tulis yang tretahan diatas kertas saring. Pemisahan zat murni melalui cara kristalisasi
didasarkan pada perbedaan titik didih. Pada percobaan ini, titik air lebih rendah dari
zat terlarutnya. Sehingga pelarutnya menguap dan menyisakan zat terlarut
didalamnya. Pemisahan zat murni dengan cara sublimasi didasarkan pada perbedaan
titik sublime, yakni pemisahan komponen-komponen yang dapat menyumblim dari
komponen yang tidak dapat menyumblim. Pemisahan zat murni dengan cara ektraksi
didasarkan pada perbedaan kepolaran dan massa jenisnya. Pemisahan terjadi atas
dasar kemampuan larutan yang berbeda dari komponen-komponen dalam campuran.
xxv
Zat-zat dengan struktur kimia yang mirip, umumnya saling bercampur baik,
sedangkan yang tidak, biasanya sukar bercampur atau disebut dengan like dissolves
like. Misalnya saja seperti percobaan ekstraksi minyak dengan air. Dimana kedua
komponen tersebut memiliki sifat kepolaran yang berbeda (air bersifat polar
sedangkan minyak bersifat non polar) sehingga keduanya tidak bisa bercampur.
Dalam kehidupan sehari-hari banyak cara untuk melakukan pemisahan dan
pemurnian. Pemisahan dengan cara dekantasi dapat dilakukan dengan air dan pasir.
Air dan pasir dimasukkan dalam satu wadah, kemudian pasir di endapkan dan
dituangkan ke wadah yang lain. Pemisahan dengan cara filtrasi yaitu pada saat kita
menjernihkan air, menyaring santan, kopi atau the, penghisap debu dan penyejuk
ruangan. Contoh pemisahan dengan cara sublimasi adalah pemisahan campuran
iodine dengan garam. Contoh pemisahan dengan cara ekstraksi adalah pengambilan
sari dari tumbuhan, misalnya tebu penghasil gula. Kemudian contoh dari rekristalisasi
yaitu pemurnian dari garam dapur yang ukurannya kasar dan kotor, memjadi lembut
dan bersih.
Campuran homogen adalah campuran yang berupa larutan dimana dalam
larutan tersebut terdapat zat-zat yang sulit dibedakan. Campuran homogen juga dapat
diartikan sebagai penggabungan dua zat tunggal (atau lebih yang semua partikel
menyebar merata membentuk satu fasa), yang disebut dengan satu fasa adalah zat
yang sifat dan komposisi sama antara satu bagian dengan bagian yang lain
didekatnya. Campuran heterogen adalah campuran suspense dan koloid dan zat-zat
dalam campuran tersebut dapat diartikan sebagai penggabungan yang tidak merata
pada dua zat tunggal atau lebih sehingga perbandingan komponen yang satu dengan
yang lainnya tidak sama. Contoh campuran homogen adalah alcohol dengan air,
sedangkan contoh campuran heterogen adalah air dan minyak tanah.
Faktor-faktor kesalahan saat melakukan praktikum adalah saat dimasukkan
Kristal
mengkristal. Kesalahan lainnya adalah kesalahan dalam melipat kertas saring. Kertas
saring yang dilipat terlalu kecil sehingga dapat menghambat kegiatan filtrasi atau saat
air keruh yang akan disaring dituang kedalam corong yang berisi kertas saring, kertas
saring tidak bisa menopang sehingga kertas tersebut ikut larut bersama air yang telah
dituang. Kesalahan yang sama bisa terjadi jika atau saat kran pada corong pisah
dibuka terlalu lebar, tidak hanya air yang akan keluar tetapi minyak yang berada
diatas air akan ikut keluar.
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
xxvii
DAFTAR PUSTAKA
Chang. R. 2005. Kimia Dasar Jilid I. Jakarta : Erlangga
Sukardjo. 2002. Fisika, Mekanika dan panas. Jakarta : Erlangga
xxviii
xxix
PERCOBAAN 2
PEMBUATAN LARUTAN
LEMBAR PENGESAHAN
PRAKTIKUM KIMIA DASAR I
PERCOBAAN 2
PEMBUATAN LARUTAN
xxx
DISUSUN OLEH
KELOMPOK 1
HALOMOAN A.R.S
JUHANA
MERRY YULIANA
SINTA SUGENG ATMAJA
NIM. 1107045003
NIM. 1107045019
NIM. 1107045006
NIM. 1107045016
Samarinda, Desember 2011
Pembimbing praktikum
Asisten Praktikan
Rizka Maharana
NIM. 1007035003
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
xxxi
Reaksi kimia biasanya terjadi antara dua campuran zat, bukanya antara zat murni.
Suatu bentuk yang paling lazim dari campuran adalah lautan. Dialam kebanyakan
reaksi berlangsung di dalam lautan air. Sebagai contoh cairan tubuh baik tumbhan
mapun hewan, merupakan larutan dari berbagai jenis zat. Dalam tanahpun reaksi
umumnya berlangsung dalam lapisan tipis larutan yang di absirbsi pada larutan.
Apabila kita mencampurkan gula dengan air kemudian kita aduk ternyata gula
larut maka kita memperoleh larutan gula. Dalam larutan itu kita tidak dapat
membedakan lagi partikel gula dari air walaupun menggunakan mikroskop ultra.
Oleh karena itu larutan di definisikan sebagai campuran homogen dari dua zat atau
lebih zat.
Dalam pembicaraan sehari-hari, larutan di artikan sebagai campuran dalam yang
berbentuk cair. Sebenarnya larutan ada yang berbentuk gas maupun padat. Contoh
larutan yang berbentuk gas adalah udara yang merupakan campuran dari berbagai
jenis gas, terutama gas nitrogen dan gas oksigen. Contoh larutan yang berbentuk
padat adalah emas 22 karat yang merupakan campuran dari emas dan perak atau
logam lain.
Suatu larutan di bedakan atas zat pelarut (solvent) dan zat terlarut (solute) pada
larutan gula yang di sebut di atas, Air merupan pelarut sedangkan gula merupakan zat
terlarut. Biasanya komponen yang merupakan jumlah terbanyak yang larutanya
berbentuk cair, maka aiir di anggap sebagai pelarut. Contoh sirup dengankadar gula
sampai 80
xxxii
dengan beberapa cara antara lain : Molaritas, Molalitas, normalitas, persen berat,
volum, ppm, dan lain sebagainya.
1.2 Tujuan Percobaan
- Mengetahui cara pembuatan larutan NaOH.
- Mempelajari cara pembuatan larutan NaOH dengan konsentrasi tertentu.
- Dapat membedakan jenis-jenis larutan berdasarkan hasil percobaan.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Larutan adalah campuran molekul atom (atam atau ion dalam hal), biasanya
molekul-molekul pelarut agak berjauhan dalam larutan di banding dalam pelarut
murni, jadi pembuatan larutan dapat di buat sebagai proses hipotesis sebagai berikut:
Tahap pertama, jarak antara molekul-molekul meningkat menjadi jarak rata-rata yang
di tampilkan dalam larutan. Tahap ini memerlukan penyerapan energi yang gayagaya intermolekulnya (kohesi) melampaui gaya-gaya tersebut. Tahap ini di sertai
dengan dengan entalpi, reaksinya adalah endoterm. Dalam tahap endoterm kedua,
pemisahanyang sama terhadap moleku-molekul terlarut terjadi. Tahap ketiga dan
terakhir dalah membiarkan molekul-molekul pelarutdan terlarut untuk bercampur.
Gaya tarik intermolekul diantara molekul tak sejenis menyebabkan pelepasan energi.
xxxiii
Entalpi menurun dalam tahap ini tergantung perbandingan nilai-nilai entalpi dalam
tiga tahap tersebut, perubahan entalpi keseluruhan dapat positif (endoterm) atau
negatif (eksoterm). (Irfan Ansory.199)
Air murni adalah penghantar listrik yang sangat buruk, akan tetapi, jika kedalam
air di larutkan gula tebu, ternyata daya hantar larutan tidak berbeda dengan air murni.
Larutan yang dapat menghantarkan arus listrik, disebut larutan elektrolit. Sedangkan
yang tidak menghantarkan arus listrik di sebut larutan nonelektrolit. Tanah maupun
air limbah mengandung berbagai jenis elektrolit sehingga genangan air, air sungai
atau air selokan dapat menghantarkan listrik. Dalam kehidupan sehari-hari kita
menemukan contoh larutan larutan elektrolit dan larutan nonelektrolit :
1. Larutan elektrolit Garam dapur, larutan cuka makan, larutan asam
sulfat(accu zuur), air laut, air sungai, larutan kapur sirih dan larutan tawas.
2. Larutan nonelektrolit Larutan gula,larutan urea, larutan alkohol dan
larutan glukosa, daya hantar listrik larutan bergantungg pada jenis dan
konsentrasinya.
Larutan dapat mempunyai daya hantar relatif baik walaupun konsentrasinya
relatif rendah disebut elektrolit kuat. Sedangkan larutan yang daya hantarnya buruk
walaupun konsentrasinya relatif besar disebut elektrolit lemah. Pada konsentrasi
yang sama, larutan elektrolit kuat menghantarkan listrik lebih baik dari pada larutan
elektrolit lemah. Contoh lampu, perbedaan daya hantar listrik dii tandai oleh menyala
dan tidaknya lampu. Larutan elektrolit kuat dapat membuat lampu menyala
sedangkan elektrolit lemah hanya menimbulkan gelembung-gelembung pada kedua
elektroda. Contoh elektrolit kuat
1. Larutan garam dapur, larutan asam sulfat dan larutan natrium hidroksida.
2. Larutan asam cuka dan larutan amonia.
Hantaran listrik di kemukakan dan di terangkan dengan teoriSvante August
Arrhenius (1859-1927) dari swedia pada tahun 1887. Menuru orrhenius, larutan
elektrolit mengandung ion-ion yang bergerak bebas (kata ion berasal dari bahasa
xxxiv
yunani) yang berarti pengembara. Ion-ion inilah yang menghantarkan arus listrik
melalui larutan. Sebagai contoh batrai (sumber energi arus searah) memberi muatan
yang berbeda pada kedua elektroda yang di celupkan kedalam larutan. Elektroda yang
bermuatan negatif (yang di hubungkan dengan kutup negatif) disebut katoda,
sedangkan elektroda yang bermuatan positifdisebut anoda. Ion-ion positif kation akan
menuju kanoda dan mengambil elektron. Sementara itu ion-ion negatif (anion)
bergerak menuju anoda dan melepas elektron. Selanjutnya elektron akan dialirkan ke
katoda melalui batrai. Dalam hal ini batrai dapat di pandang sebagai pompa
elektron. (Irfan Ansory.1999)
Senyawa-senyawa yang dapat di hasilkan oleh ion dapat berupa senyawa ion atau
senyawa kovalen yang polar.
-
Senyawa ion terdiri dari ion-ion, jika senyawa ion di larutkan maka ion dapat
bergerrak bebas dan larutan dapat menghantarkan listrik semua senyawa ion
yang larut dalam air tergolong elektrolit kuat. Kristal senyawa ion tidak dapat
menghantarkan listrik sebab walaupun kisttal mengandung ion-ion tetapi ion-ion
itu tidak dapat bergerak bebas. Akan tetapi jika kristal itu di panaskan hingga
meleleh maka ion-ion dapat bergerak bebas. Jadi lelehan senyawa ion dapat
xxxv
berdasarkan persen tanpa penjelasan lebih lanjut mengenai massa / massa, vol/vol.
atau massa/vol, maka yang di maksud adalah persen massa, persen volume misalnya
massa persatuan volume yaitu terlarut/
Kemolaran menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam satu liter larutan
kemolaran (M) sama dengan jumlah mol (n) zat terlarut di bagi dengan jumlah liter
(v) satuan larutan :
M=
mol
Larutan asam sulfat 1 molar (1M), sebagai contoh adalah larutan yang
mengandung 1 mol
xxxvi
dengan :
Kemolalan menyatakan jumlah mol (n) zat terlarut dalam 1kg (1000 gram) zat
pelarut. Jika n mol zat terlarut di larutkan dalam p gram zat pelrut maka
kemolarannya larutan adalah
m=n
dengan n = Jumlah mol zat terlarut
p = Massa zat pelarut dalam gram
m = Kemolaran
Fraksi mol (X) menyatakan perbandingan jumlah mol zat terlarut terhadap
jumlah mol larutan. Jika jumlah mol zat terlarut n, dan jumlah mol zat pelarut,
maka fraksi mol larutan (fraksi mol terlarut0 dan fraksi mol pelarut adalah
xxxvii
Dengan
=1
Larutan asam dan larutan basa. Istilah asam (acid) berasal dari bahasa latin
acetum yang berarti cuka. Seperti di ketahui, zat terutama dalam cuka adalah asam
asetat. Istilah (basa) (alkali) berasal dari bahasa arabyang berarti abu. Asam dan basa
saling menetralkan membentuk garam.
Para pakar mendefinisikan asam dan basa berdasarkan sifat larutan airnya.
Larutan asam mempunyai rasa asam dapat melarutkan logam-logamaktif serta
memerahkan lakmus biru.Sedangkan larutan basa berasa agak pahit. Berdasar sifat
kaustik (licin seperti sabun) dan membirukan lakmus merah. Dalam bagian ini akan
di bahas beberapa teori tentang asam dan basa beserta sifat-sifat asam dan basa.
-
Tetapan kesetimbangan
Air merupakan elektrolit yang sangat lemah yang dapat terionisasi menjadi
dan
ion OH. Air merupakan elektrolit yang sangat lemah. Air dapat menghantarkan listrik
karena terionisasi menjadi
(Irfan Anshory.1999)
O (L)
(aq) +
OH
(aq)
Tetapan kesetibangan diatas di sebut tetapan kesetimbangan act dan di beri lambang
.
=[
xxxviii
(Konsentrasi
) dan ion (
) dalam air
murni adalah sama besar, sama dengan akar pangkat dua dari tetapan kesetimbangan
air :
Dalam air murni = [
-
]=
Larutan asam mempunyai rasa asam sedangkan basa agak pahit. Untuk mengenali
asam dan basa biasanya digunakan kertas lakmus merah atau biru. Warna kertas
lakmus dalam larutan asam, basa dan larutan yang bersifat netral (tidak adsam dan
tidak basa). (Irfan Anshory.1999)
Jenis kertas
lakmus
Lakmus merah
Lakmus biru
kertas lakmus merah dan biru dalam larutan yang bersifat asam, basa dan netral.
Konsep yang cukup memuaskan tentang asam dan basa dan yang terima
hingga sekarang di kemukakan oleh Arrhenius pada tahun1814. Menurut Arrhenius,
asam adalah zat-zat yang ada di da;am air melepaskan ion
sedangkan basa
melepaskan ion
xxxix
(aq) +
(aq)
Jumlah ion
asam. Sedangkan ion negatif yang terbentuk dari asam setelah melepas ion
di
- Kekuatan basa
Basa kuat terionisasi seutuhnya dalam airsedangkan basa lemah terionisasi
sebagian dalam air. Tetapa ionisasi basa (
=
xl
).
arga
merupakan ukuran kekuatan basa : makin kuat basa makin besar harga
=
=
di
maka larutan yang nilai pH nya berbeda sebesar n mempunyai perbedaan konsetrasi
ion
sebesar
xli
xlii
BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
- Batang pengaduk
- Neraca Analitik
- Labu Takar
- Gelas Kimia
- Corong Kaca
- Pipet Tetes
- Pipet Ukur
3.1.2 Bahan
Aquades
Larutan NaOH
Larutan HNO3
Tissue
3.2 Prosedur Percobaan
3.2.1 Pembuatan Larutan HNO3
- Dipipet 43 ml larutan HNO3 pekat
- Dimasukkan aquades kedalam labu ukur kira
nya
xliii
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Pengamatan
No
1
Perlakuan
Ditimbang 1 garam NaOH
Ditambahkan
aquades
25ml
homogenkan
Diencerkan 50ml dalam labu takar
Pengamatan
di
M=
20
= 0,6 M
Di pipet 10ml H
0,5
10 =
=
0,1 =
4.3 Rumus
4.3.1 Dari pengamatan atau percobaan 1
M=
xliv
50
20
= 0,6 M
4.3.2 Dari pengamatan atau percobaan 2
=
0,5
10 =
50
=
0,1 =
4.3 Pembahasan
Dua senyawa dapat bercampur (micible) lebih mudah bila gaya tarik antar
molekul terlarut dan pelarut semakin besar . Besarnya gaya tarik ini di tentukan oleh
jenis ikatan pada masing-masing molekul. Bila gaya tarik antar molekulnya termasuk
dalam kelompok yang sama (misalnya air adn etanol), maka keduanya maka
keduanya akan saling melarutkan. Sedangkan biloa kekuatan gaya tarik antara
molekulnya berbeda jenis (misalnya air dan heksana), maka tidak akan saling
melarutkan.
Dalam ilmu kimia di kenal suatu ungkapan LIKE DISSOLVES LIKE, yaitu
yaitu jika molekul pelarut dalam pelarut mirip, maka akan mudah bercampur. Secara
umum, terdapat kecendrungan kuat bagi senyawa nonpolar, dan senyawa kovalen
polar atau senyawa ion larut kedalam pelarut polar. Dengan kata lain sejenis
melarutkan sejenis, dimana sejenis disini menunjukan persamaan daam hal kekuatan
gaya tarik antara molekulnya.
Untuk membuat suatu larutan perlu di hitung konsentrasinya terlebih dahulu.
Dalam menghitung konsentrasi dapat dinyatakan dengan molaritas, molalitas,
xlv
normalitas, fraksi mol (x), persen berat, dan ppm. Konsentrasi merupakan
perbandingan jumlah zat terlarut dengan jumlah pelarut.
1.
Molaritas
Molaritas ialah jumlah mol zat terlarut dalam satu liter larutan. Dimensi
M= atau M =
Keterangan : M = Molaritas
n = mol
V = Volume larutan (ml)
Mr = Massa relatif zat terlarut
gr = Massa zat terlarut
Molaritas ialah cara yang paling lazim untuk menyatakan komposisi larutan encer.
Untuk pengukuran yang cermat cara ini kurang menguntungkan karena sedikit
ketergantungan pada suhu. Jika larutan di panaskan atau didinginkan volume berubah
sedangkan mol akan tetap sehingga molaritas akan berubah.
2. Molalitas
Molalitas ialah jumlah zat terlarut pada tiap kilogram pelarut, dalam molalitas
tidak ada volume, tetapi massa rumus molalitas :
m = atau m =
Keterangan : m = Molalitas
n = Mol
p = Massa pelarut
g = Massa terlarut
Mr = Massa relatif terlarut
3. Persen massa
Persen massa atau sering di sebut dengan persen bobot per bobot (
menyatakan jumlah massa zat terlarut dalam 100 bagian massa larutan.
Rumus persen massa :
xlvi
b/b),
Massa =
100
4. Persen volume
Persen volume atau persen volume per volum (
100
5. Fraksi mol
Fraksi mol meyatakan perbandinganmol zat terlarut dengan jumlah mol zat
seluruh larutan (mol terlarut + mol pelarut)
Rumus fraksi mol
Larutan terhadap jumlah seluruh zat dalam larutan.
=
Keterangan :
Prinsip pembuatan larutan di dasarkan pada konsentrasi suatu zat yang akan di
buat, serta menggunakan ketelitian tinggi, karena jika terjadi kesalahan yang kecil,
maka larutannya tidak akan menjadi larutan yang di inginkan.
Larutan standar primer adalah larutan yang dapat di gunakan untuk
menghasilkan larutan yang stabil atau konsentrasinya dapat di ukur. Larutan ini
normalitasnya dapat di ketahui daei hasil penimbangan dan pelarutan volume tertentu.
Contohnya asam oksalat boraks dan NaCl.
Larutan standar skunder adalah larutan yang stabil atau kunsentrasinya tidak
dapat di pastikan, normalitasnya dapat di ketahui setelah dilakukan pembakaran
dengan larutan standar primer. Contohnya NaOH,
xlvii
dan HCl.
Larutan homogen adalah suatu keadaan larutan di mana dua zat menjadi sama
sifatnya karena bergabung. Contohnya susu dan teh. Sedangkan larutan heterogen
adalah suatu keadaan larutan di mana dua zat bercampur, namun masih bisa di
bedakan unsur-unsurnya. Contohnya campuran air dan pasir.
Proses pembuatan larutan diawali dengan menghitung berapa massa larutan
NaOH yang di butuhkan. Setelah itu di timbang agar massa yang di butuhkan tepat,
kemudian larutkan dengan aquades dengan tujuan agar larutan NaOH larut dengan
aquades, dan di masukkan kedalam labu takar kemiudian di homogenkan.
Faktor kesalahan yang terjadi yaitu ketika memasukka larutan kedalam labu
takar, karena kurangnya ketelitian dalam menuangkan larutan melebihi batas
mineskus.
xlviii
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
-
Pembuatan larutan dari bahan zat padat dapat di larutkan secara langsung
M=5
5.2 Saran
-
xlix
DAFTAR PUSTAKA
Anshory.Irfan.1999.Kimia Dasar 1.Jakarta : Erlangga
Bradi,James
E.2001.
Kimia
Universitas
Asas
dan
Struktur
jilid
1.Tanggerang;Banarupa Aksara
Buroroh,Uni L.U.2004.Kimia Dasar 1.Banjar Baru;Universitas Lambung Mangkurat
Kaenan,Kleinfeller Wood A.1999.Kimia Untuk Universitas.Jakarta;Erlangga
li
PERCOBAAN 3
KROMATOGRAFI
lii
LEMBAR PENGESAHAN
PRAKTIKUM KIMIA DASAR I
PERCOBAAN 3
KROMATOGRAFI
DISUSUN OLEH
KELOMPOK 1
HALOMOAN A.R.S
JUHANA
MERRY YULIANA
SINTA SUGENG ATMAJA
NIM. 1107045003
NIM. 1107045019
NIM. 1107045006
NIM. 1107045016
Samarinda, Desember 2011
Pembimbing praktikum
Asisten Praktikan
Ulinnuha Hammamiyah
NIM. 1007035001
liii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kromatografi adalah suatu metode analitik untuk pemurnian dann pemisahan
senyawa-senyawa organik dan anorganik, metode ini berguna untuk fraksionasi
campuran kompleks dan pemisahan untuk senyawa yang sejenis. Metode-metode
kromatografi tidak dapat dikelompokkan dengan hanya meninjau satu amcam sifat,
artinya dapat dinyatakan teknik-teknik kolom seperti destilasi, ekstraksi pelarut,
penukar ion kedalam satu gelas.
Kromatografi bermanfaat untuk menguraikan suatu campuran. Dalam
kromatografi, komponen-komponen terdistribusi dalam dua fase. Salah satu fase
adalah fase diam. Transfer massa antara fase bergerak dan fase diam terjadi bila
molekul-molekul campuran terserap pada permukaan partikel-partikel atau terserap
didalam pori-pori partikel atau terbagi kedalam sejumlah cairan yang terikat pada
permukaan atau didalam pori, ini adalah sorbsi (penyerapan).
Laju perpindahan suatu molekul zat terlarut tertentu didalam kolom atau
lapisan tipis zat penyerap secara langsung berhubungan dengan bagian-bagian
molekul tersebut diantara fase bergerak dan fase diam. Jika ada perbedaan penahanan
secara selektif, maka masing-masing komponen akan bergerak sepanjang kolom
dengan laju yang tergantung pada karakteristik masing-masing percobaan. Jika
pemisahan terjadi, masing-masing komponen keluar dari kolom pada interval waktu
yang berbeda, mengingat bahwa proses keseluruhannya adalah fenomena migrasi
secara diferensial yang dihasilkan oleh tenaga pendorong tidak selektif berupa aliran
fase bergerak.
Dengan menggunakan cara kromatografi, pemisahan dalam banyak keadaan
lebih cepat dan efektif daripada sebelumnya dan banyak pemisahan dapat berhasil
yang tidak akan dapat diusahakan dengan teknik yang lain dari penggunaan
kromatografi dalam penelitian biologik.
liv
Oleh karena itu, pada percobaan kali ini akan membahas tentang bagaimana
metode kromatografi tersebut dan membuat praktikan dapat lebih memahami tentang
kromatografi.
1.2 Tujuan
-
Menentukan harga
lv
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Metode Kromatografi
Metode kromatografi merupakan metode yang banyak digunakan dalam
aplikasi higiene industri untuk sampel gas dan uap. Kromatografi berasal dari kata
chromatography yang berasal dari Yunani yang berarti berwarna, karena metode ini
pada awalnya digunakan untuk pemisahan zat warna (Lestari,2007)
Secara umum kromatografi adalah teknik pemisahan campuran berdasarkan
perbedaan
kecepatan
rambatan
komponen
dalam
medium
tertentu.
Pada
lvi
lapisan tipis alumina, silika gel atau bahan serbuk lainnya. Kromatografi lapis tipis
pada umumnya dijadikan metode pilihan pertama pada pemisahan dengan
kromatografi yang mempunyai satu keunggulan, yaitu dari segi kecepatan. Proses
kromatografi lapis tipis membutuhkan hanya setengah jam saja. TCL sangat terkenal
dan rutin digunkan diberbagai laboratorium. (Underwood. 1999)
Media pemisahannya adalah lapisan dengan ketebalan sekitar 0,1 sampai 0,3
mm. zat padat adsorben pada lempeng kaca, palstik atau aluminium, lempeng yang
paling umum digunakan berukuran 8
adalah alumina, gel silica, dan selulosa. Para peneliti biasanya menyiapkan
lempengannya sendiri dengan melapisi lempeng kaca dengan zat padat tersusupensi
encer, yang biasanya mengandung zat pengikat seperti plester paris dan kemudian
mengeringkan lempengan didalam oven. Lempeng dan lembaran kaca dari plstik dan
aluminium foil, telah dilapisi sebelumnya, yang dapat dipotong dengan gunting sudah
diperjualbelikan dan mayoritas dari peneliti sekarang menggunakan lempengan jenis
ini. (Underwood.1999)
Kromatografi lapis tipis (KLT) merupakan cara pemisahan campuran senyawa
menjadi senyawa murninya dan mengetahui kuantitasnya yang menggunakan.
Kromatografi juga merupakan analisis cepat yang memerlukan bahan sangat sedikit,
baik penyerapan maupun cuplikannya. KLT dapat digunakan untuk memisahkan
senyawa-senyawa yang sifatnya hidrofobik seperti lipida-lipida dan hidrokarbon yang
sukar dikerjakan dengan kromatografi kertas. KLT juga dapat berguna untuk mencari
eluen untuk kromatografi kolom, analisis fraksi yang diperoleh dari kromatografi
kolom, identifikasi senyawa secara kromatografi dan isolasi senyawa murni skala
kecil. (Anggraeni, Megawati.2009)
Pemisahan senyawa biasanya menggunakan beberapa teknik kromatografi.
Pemilihan teknik kromatografi sebagian besar bergantung pada sifat kelarutan
senyawa yang akan dipisahkan. Semua kromatografi memiliki fase diam (dapat
berupa padatan atau kombinasi cairan-padatan) dan fase gerak (berupa cairan atau
lvii
gas). Fase gerak bergerak melalui fase diam dan membawa komponen-komponen
yang terdapat dalam campuran. Komponen-komponen yang berbeda bergerak pada
laju yang berbeda. (Anggraeni, Megawati.2009)
Pelaksanaan kromatografi lapis tipis menggunakan sebuah lapis tipis silica
atau alumina yang seragam pada sebuah lempeng gelas atau logam atau plastik yang
keras. Gel (silika atau alumina) merupakan fase diam. Fase diam untuk kromatografi
lapis tipis sering kali juga mengandung substansi yang mana dapat berpendarflour
dalam sinar ultraviolet. Fase gerak merupakan pelarut atau campuran pelarut yang
sesuai. Pelaksaan ini biasanya dalam pemisahan warna yang merupakan gabungan
dari beberapa zat pewarna atau pemisahan dan isolasi pigmen tanaman yang berwarna
hijau dan kuning.
a.Kromatogram
Pelaksanaan kromatografi biasanya digunakan dalam pemisahan warna yang
merupakan sebuah campuran dari beberapa zat pewarna. Contoh pelaksanaan
kromatografi lapis tipis :
Sebuah garis menggunakan pensil digambar dekat bagian bawah lempengan dan
setetes pelarut dari campuran pewarna di tempatkan pada garis itu. Diberikn penanda
pada garis dilempengan untuk menunjukkan posisi awal dari tetesan. Jika ini
dilakukan menggunakan tinta, pewarna dari tinta akan bergerak selayaknya
kromatogram dibentuk / tinta ikut naik keatas. (Underwood.1999)
Kromatografi Kertas
Merupakan kromatografi cairan-cairan dimana sebagai fasa adalah lapisan
tipis air yang diserap dari lembab udara oleh kertas jenis fasa cair lainnya dapat
digunakan. Teknik inisangat sederhana. Prinsip dasar kromatografi kertas adalah
partisi multiplikatif suatu senyawa antara dua cairan yang saling tidak bercampur.
Jadi partisi suatu senyawa terjadi antara kompleks selulosa-air dan fasa yang
melewatinya berupa pelarut organic yang sudah dijenuhkan dengan air atau campuran
pelarut. Cara melakukannya, ciplikan yang mengandung campuran campuran akan
dipisahkan, diteteskan / diletakkan pada daerah yang diberi tanda diatas sepotong
lviii
kertas saring dimana ia akan meluas membentuk noda yang bulat. Bila noda telah
kering, kertas dimasukkan dalam bejana tertutup yang sesuai dengan satu ujung,
dimana tetesan cuplikan ditempatkan, tercelup dalam pelarut yang dipilih sebagai fase
bergerak (jangan sampai noda tercelup karena berarti senyawa yang akan dipisahkan
akan terlarut dari kertas). (Sanagi. 1998)
Pelarut bergerak melalui serat dari kertas oleh gaya kapiler dan menggerakkan
komponen dari campuran cuplikan pada perbedaan jarak dalam arah aliran pelarut.
Bila permukaan pelarut telah bergerak sampai jarak yang cukup jauhnya atau setelah
waktu yang telah ditentukan, kertas diambil dari bejana dan kedudukan dari
permukaan pelarut diberi tanda dan lembaran kertas dibiarkan kering. Jika senyawasenyawa bewarna maka mereka akan terlihat sebagai pita atau noda yang terpisah.
Jika senyawa tidak bewarma harus dideteksi dengan cara fisika dan kimia, yaitu
denhan menggunakan suatu pereaksi-pereaksi yang memberikan sebuah warna
terhadap beberapa atau semua dari senyawa-senyawa. Bila daerah dari noda yang
terpisah telah dideteksi, maka perlu mengidentifikasi tiap individu dari senyawa.
Metode identifikasi yang paling mudah adalah berdasarkan pada kedudukan dari noda
relative terhadap permukaan pelarut, menggunakan harga
. (Khopar. 2003)
lix
=
Harga
merupakan
parameter
karakteristik
kromatografi
kertas
dan
kromatografi lapis tipis. Harga ini merupakan ukuran kecepatan migrasi suatu
senyawa pada kromatogram dan pada kondisi konstan merupakan besaran
karakteristik dan reprodusibel. Harga
jarak senyawa dari titik awal dan jarak tepi muka pelarur-pelarut dari titik awal. Ada
bebarapa factor yang menentukan harga
, yaitu :
2. Suhu, perubahan dalam suhu merubah koefisien partisi dan juga kecepatan aliran.
3. Ukuran dari bejana, volume dari bejana mempengaruhi homogenitas dari atmosfer,
jadi mempengaruhi kecepatan penguapan dari komponen-komponen pelarut dari
kertas. Jika bejana besar digunakan, ada tendensi perambatan lebih lama, seperti
perubahan komposisi pelarut sepanjang kertas, maka koefisien partisi akan
berubah
juga. Dua faktor yaitu penguapan dan komposisi mempengaruhi harga
4. Kertas, pengaruh utama kertas pada harga
serapan,
yang berbeda untuk macam-macam kertas. Kertas mempengaruhi kecepatan aliran
juga mempengaruhi kesetimbangan partisi.
5. Sifat dari campuran, berbagai senyawa mengalami partisi diantara volume-volume
yang sama dari fasa tetap dan bergetak. Mereka hamper selalu mempengaruhi
lx
lxi
BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
- Gelas kimia 100 ml
- Gunting
- Penjepit
- Stopwatch
3.1.2 Bahan
- Tinta hitam
- Tinta merah
- Tinta biru
- Ekstrak pandan
- Ekstrak kunyit
- Ekstrak mawar
- Aquades
- Aseton
- Alkohol
- Kertas saring
3.2 Prosedur Percobaan
- disiapkan 3 kertas saring yang sudah dipotong dengan panjang 10 cm lebar 5 cm
- diberi tanda batas pada ujung kertas saring setinggi 2 cm
- ditotolkan (diberi titik) pada masing-masing kertas saring dengan masingmasing
sampel (tinta hitam, merah dan biru)
- baker gelas diisi dengan masing-masing pelarut (etanol, aquades dan aseton)
sebanyak 5 ml
lxii
- dicelupkan kertas saring yang telah diberi tanda kedalam baker gelas yang telah
diisi dengan pelarut (diamkan selama
5 menit)
- diambil kertas saring lain dan diberi tanda dengan (ekstrak mawar, ekstrak
pandan, ekstrak kunyit, dan tinta).
lxiii
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Pengamatan
4.1.1 Aquades
No Noda
1. Tinta hitam
Jarak noda
0
Jarak pelarut
8
= =0
2.
Tinta biru
= =0
3.
Tinta merah
= =0
4.
Ekstrak mawar
= = 0,5
5.
Ekstrak pandan
= =0
6.
Ekstrak kunyit
= = 0,5
lxiv
4.1.2 Alkohol
No Noda
1. Tinta hitam
Jarak noda
0,5
Jarak pelarut
6
=
2.
Tinta biru
0,5
=
3.
Tinta merah
= 0,08
= 0,08
= = 0,67
4.
Ekstrak mawar
= =0
5.
Ekstrak pandan
= = 0,67
6.
Ekstrak kunyit
= = 0,67
lxv
4.1.3 Aseton
No Noda
1. Tinta hitam
Jarak noda
4
Jarak pelarut
6
= = 0,67
2.
Tinta biru
4,5
=
3.
Tinta merah
= 0,75
= = 0,83
4.
Ekstrak mawar
4,5
=
5.
Ekstrak pandan
0,5
=
6.
Ekstrak kunyit
lxvi
= 0,75
= 0,08
= = 0,83
4.2 Perhitungan
4.2.1 Aquades
4.2.1.1 Tinta hitam
=
= =0
4.2.1.2 Tinta biru
=
= =0
4.2.1.3 Tinta merah
=
= =0
4.2.1.4 Ekstrak mawar
=
= = 0,5
4.2.1.5 Ekstrak pandan
lxvii
= =0
4.2.1.6 Ekstrak kunyit
=
= = 0,5
4.2.2 Alkohol
4.2.2.1 Tinta hitam
=
= 0,08
= 0,08
= = 0,67
lxviii
= =0
4.2.2.5 Ekstrak pandan
=
= = 0,67
4.2.2.6 Ekstrak kunyit
=
= = 0,67
4.2.3 Aseton
4.2.3.1 Tinta hitam
=
= = 0,67
4.2.3.2 Tinta biru
=
= 0,75
lxix
= = 0,83
4.2.3.4 Ekstrak mawar
=
= 0,75
= 0,08
= = 0,83
4.3 Pembahasan
Prinsip dari percobaan kromatografi adalah berdasarkan metode pemisahan
dimana teknik pemisahannya berdasarkan perbedaan kecepatan gerak komponen pada
absorban kertasdibawah pengaruh pelarutan yang bergerak. Kepolaran suatu zat yang
terlibat didalamnya dibedakan menjadi tiga, yaitu polar, non polar, dan semi polar.
Berdasarkan prinsip like dissolves like kepolaran suatu zat. Dimana yang dimaksud
dengan zat atau larutan polar adalah senyawa yang dapat larut dalam pelarut air
pelarut polar lain, memiliki kutub (+) dan kutub (-), akibat tidak meratanya distribusi
lxx
elekton dan memiliki pasangan electron bebas (bila bentuk molekul diketahui) atau
memiliki perbedaan keelektronegatifan. Sedangkan larutan non polar adalah senyawa
yang tidak larut dalam air dan senyawa polar lain. Tidak memiliki kutub (+) dan
kutub (-), akibat meratanya distribusi elektron, serta tidak memiliki pasangan elektron
bebas (bila bentuk molekul diketahui) atau keelektronegatifan sama. Dan senyawa
semi polar adalah senyawa yang bisa melarutkan keduanya.
Didalam kromatografi terdapat beberapa komponen dan salah satunya adalah
reagen, kita perlu mengetahui apa fungsi reagen itu. Fungsi reagen adalah melarutkan
zat terlarut sesuai dengan kepolarannya agar terjadi pemisahan.
- Aquades merupakan larutan polar. Jadi aqudes hanya bisa melarutkan senyawa yang
bersifat polar dan semi polar.
- Aseton bersifat non polar, jadi aseton hanya bisa melarutkan larutan yang bersifat
non
polar.
- Alkohol bersifat semi polar, karena alkohol dapat melarutkan yang bersifat polar
dan
non polar.
Contoh larutan polar ialah
aseton,
lxxi
lxxii
Semua sampel diekstraksi terlebih dahulu, karena yang diambil hanya sebuah
pewarna yang pekat
Pelarut seperti aseton dapat mudah menyerap sehingga percobaan harus labih
cepat dilakukan, sehingga didapatkan faktor kesalahan dari cara melihat ukuran
masing- masing orang.
Teknik kromatografi kertas diperkenalkan Consden, Gardon dan Martin
(1944), yang menggunakan kertas saring sebagai penunjang fase diam. Kertas
merupakan selulosa murni yang mempunyai afinitas besar terhadap air atau pelarut
polar lainnya. Bila air di adsorpsikan pada kertas, maka akan membentuk lapisan tipis
yang dapat analog dengan kolom. Lembaran kertas berperan sebagai penyangga dan
air bertindak sebagai fase diam yang terserap diantara struktur pori kertas. Cairan fase
bergerak yang biasanya berupa campuran dari pelarut organik dan air, akan mengalir
membawa noda cyplikan yang didepositkan pada kertas dengan kecepatan berbeda.
Pemisahan terjadi berdasarkan partisi masing-masing komponen diantara fase diam
dan fase bergeraaknya.
Kromatografi kertas digunakan baik untuk analisis kualitatif, maupun
kuantitatif. Senyawa-senyawa yang dipisahkan kebanyakan bersifat sangat polar,
misalnya asam-asam amino , gula-gula atau pigmen-pigmen alam.
Penggolongan kromatografi yang didasarkan pada jenis fase yang terlibat dibedakan
menjadi :
a. Kromatografi gas cair, bila fase geraknya berupa gas dan fase diamnya berupa
cairan yang dilapiskan pada padatan pendukung yang inert.
lxxiii
b. Kromatografi gas padat, bial fase geraknya berupa gas dan fase diamnya berupa
padatan yang dapat menyerap / mengadsorp.
c. Kromatografi cair cair, bila fase gerak dan diamnya berupa cairan, dimana fase
diamnya dilapiskan pada permukaan padatan pendukung yang inert.
d. Kromatografi cair padat, bila fase geraknya berupa cairan sedangkan
fase
diamnya
berupa padatan yang amorf yang dapat menyerap.
Penggolongan kromatografi yang didasarkan pada teknik yang digunakan,
dapat digolongkan menjadi :
a. Kromatografi kolom, apabila komponen yang akan dipisahkan bergerak bersama
fase gerak melalui sebuah kolom kemudian setiap komponen tepisah berupa zonazona pita.
b. Kromatografi planar (kromatografi lapis tipis dan kromatografi kertas), apabila
komponen yang akan dipisahkan bergerak bersama fase gerak dalam sebuah
bidang datar.
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
-
Harga masing-masing
1.Aquades
harga
zat :
3. Aseton
tinta hitam
= 0 dan
nya = 0 dan
nya = 0,67.
tinta hitam
= 0,5.
= 0, tinta merah
nya = 0,83.
5.2 Saran
Diharapkan dapat dilakukan penambahan percobaan kromatografi, bukan
hanya kromatografi planar saja, juga diadakan percobaan kromatografi kolom dan
sebaiknya menggunakan noda yang terlihat jelas agar dapat mudah diamati dengan
lebih teliti.
lxxv
lxxvi
DAFTAR PURTAKA
Anggraeni, Megawati. 2009. Mengerti Kimia. Jakarta : EGC
Imam Haqiqi, Sohibul. 2008. Kimia. Jakarta : Buku Kedokteran EGC
Khopkar.2003. Konsep Dasar Kimia Analitik Cetakan Pertama. Jakarta : Universitas
Indonesia
Lestari fatma. 2007. Bahaya Kimia. Jakarta : Buku Kedokteran EGC
Sanagi, Mohd Marsin. 1998. Teknik Pemisahan dalam Analisis Kimia. Malaysia :
Universitas Teknologi Malaysia
Underwood. 1998. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta : Erlangga
lxxvii
PERCOBAAN 4
STOIKIOMETRI
lxxviii
LEMBAR PENGESAHAN
PRAKTIKUM KIMIA DASAR I
PERCOBAAN 4
STOIKIOMETRI
DISUSUN OLEH
KELOMPOK 1
HALOMOAN A.R.S
JUHANA
MERRY YULIANA
SINTA SUGENG ATMAJA
NIM. 1107045003
NIM. 1107045019
NIM. 1107045006
NIM. 1107045016
Samarinda, Desember 2011
Pembimbing praktikum
Asisten Praktikan
Aici I. M
NIM. 0907045077
LEMBAR PENGESAHAN
lxxix
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam bahasa kimia, tiap zat murni di ketahui, baik unsur maupun senyawa,
mempunyai nama dan rumus uniknya sendiri. Cara tersingkat untuk memeriksa
suatu reksi kimia ialah menulis rumus untuk tiap zat yang terlibat dalm bentuk
suatu persamaan kimia. Suatu persamaan kimia meringkaskan sejumlah besar
informasi mengenaizat-zat yang terlibat dalam reaksi. Persamaan itu tidaklah
sekedar pertanyaan kuantitatif yang menguraikan za-zat yang terlibat.
Proses membuat perhitungan yang didasarkan pada rumus-rumus dan
persamaan-persamaan berimbang di rujuk sebagai stoikiometri (dari kata yunani:
Stoicheio, unsur dan material, ilmu, pengukuran). Sebagai tahap pertama dalam
perhitungan stoikiometri, akan di jelaskan sedikit penulisan rumus untuk zat-zat.
Rumus sustu zat menyatakan jenis dan banyaknya atom yang bersenyawa secara
kimia dalam suatu satuan zat. Terdapat beberapa jenis rumus, di antaranya adalah
rumus molekul dan rumus empiris. Suatu rumus molekul menyatakan banyaknya
atom yang sebenarnya dalam suatu molekul atau satuan terkecil suatu senyawa.
Suatu rumus empiris menyatakan angka banding bilangan bulat terkecil dari
atom-atom dalam suatu senyawa.
Persamaan kimia terdiri dari tiga hal, yaitu pereaksi, anak panah dan hasil
reaksi. Pereaksi adalah zat yang mulu-mula terdapat sebelum reaksi terjadi. Hasil
reaksi adalah zat apa saja yang di hasilkan selama reaksi kimia berlangsumg.
Suatu reaksi kimia berimbang menunjukkan rumus pereaksi kemudian anak
panah dan hasil reaksi daengan julah atom dikiri dan di kanan anak panah sama.
Dalam percobaan kali ini dilakukan pengukuran volume dan suhu dari
masing-masing larutan NaOH,HN
campuran NaOH- HN
, dan
dan NaOH-
itu, melalui percobaan ini dapat juga di ketahui apakah dalam proses
percampuran tersebut terjadi reaksi endoterm atau eksoterm.
1.2 Tujuan
- Mengetahui perbedaan reaksi stoikiometri dan nonstoikiometri.
- Mengetahui pengertian dari reaksi endoterm dan eksoterm.
- Mengetahui pengertian dari pereaksi pembatas dan peraksi sisa.
lxxxi
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Kata stoikiometri berasal dari bahasa yunani stoicheion, artinya mengukur
unsur-unsur istila ini umumnya di gunakan lebih luas, yaitu meliputi bermacammacam pengukuran yang lebih luas dan meliputi perhitungan yang didasarkan pada
rumus-rumus dan persamaan-persamaan berimbang di rujuk sebagai stoikiometri.
(Petruci,Ralph.1987)
Persamaan Kimia
Suatu pereaksi adalah zat apa saja yang mula-mula erdapat dan di ubah selam
suatu reaksi kimia. Suatu hasil reaksi ialah zat apa saja yang di hasilkan selama reaksi
kimia. Suatu persamaan kimia (atau persamaan kimia berimbang) menunjukkan
rumus pereaksi, kemudian suatu anak panah, dan lalu rumus hasil reaksi, dengan
banyaknya atom tiap unsur di kiri dan dikanan anak panah sama, misalnya persaan
berimbang untuk reaksi antara hydrogen dan oksigen yang menghasilkan air ditulis
sebagai
2
Rumus
O+
menyatakan bahwa sebuah molekul hidrogen tersusun dari dua atom itu
). Molekul air (
O)
merupakan molekul triatom karena terdiri dari tiga atom, dua hidrogen dan satu
oksigen. Persamaan itu menyatakan bahwa dua molekul hidrogen bereaksi dengan
satu molekul oksigen, menghasilkan dua molekul air. (Brandi,James.1999)
Hukum-Hukum Dasar Ilmu Kimia
Antoine Laurent Lavoisier telah menyelidiki massa zat sebelum dan sesudah
reaksi. Lavoiser menimbang zat sebelum bereaksi kemudian menimbang hasil
reaksinya. Ternyata massa zat sebelum dan sesudah bereaksi selalu sama. Lavoisier
lxxxii
menyimpulkan hasil penemuannya dalam suatu hukum yang di sebut Hukum Kekelan
Massa : Dalam sistem tertutup, massa zat sebelum dan sesudah reksi adalah sama.
Perubahan materii yang kita amati dalam kehidupan sehari-hariumumnya
berlangsung dalam wadah terbuka. Misalnya adalah reaksi pembakaran kertas.
Sebagian besar hasil reksi pada pembakaran kertas adalah gas, sehingga massa zat
yang tertinggal menjadi lebih sedikit dari massa kertas semula. Jika pembakaran
kertas di langsungkan dalam ruang tertutup, niscaya massa zat sebelum dan sesudah
reaksi adalah sama. (Purba,Michael.2006)
-
(Purba,Michael.2006)
Hukum Dalton (hukum perbandingan ganda)
Jhon dalton (1804)adalah orang yang pertama kali meneliti kasua adanya
perbandingan tertentu suatu unsur-unsur yang dapat membentuk senyawa
lebih dari satu, yang di kenal dengan nama hukum prbandingan tetap. Hukum
perbandingan ganda berbunyi : Bila dua macam unsur yang sama banyaknya,
massa unsur berikutnya dalam senyawa-senyawa itu akan berbanding sebagai
bilangan bulat positif dan sederhana. Contohnya adalah pasangan karbon dan
oksigen yang dapat membentuk dua jenis senyawa yaitu karbon monoksida
(CO) dan karbon dioksida (
).
lxxxiii
gas-gas hasil reaksi, bila di ukur pada suhu dan tekanan yang tetap akan
-
+ b HC
+ HC
AlC
(g) +
(g) +c
lxxxiv
+ 3 HC
AlC
(g) +1,5
+ 6 HC
AlC
(g) +3
(setara)
dalam asam asetat adalah 2:4:2 = 1:2:1. Jadi rumus empiris asam asetat adalah C
O. (Petruci,Ralph.1987)
lxxxv
2. Rumus molekul
Rumus molekul suatu senyawa menyatakan jenis dan jumlah atom. Atom
unsur dalam satu molekul senyawa itu. Dikenal beberapa senyawa dengan rumus
empiris C
O, antara lain :
Asam asetat, C
O) ; Mr = 60, dan
COOH atau (C
O) ; Mr = 180. (Purba,Michae.2006)
Stoikiometri Reaksi
Stoikiometri reaksi berkaitan dengan aspwk kuantitatif zat-zat yang terlibat
dalam reaksi.
1. Koefisien Reaksi sebagai dasar stoikiometri reaksi
Koefisien reaksi Merupakan perbandingan jumlah partikel zat-zat yang
terlibat dalam reaksi. Oleh karena 1 mol setiap zat mengandung jumlah
partikel yang sama, Maka koefisien reaksi juga merupakan perbandingan
jumlah mol zat yang terlibat dalam reaksi.(Bradi.James.1999)
Contoh :
Alumunium larut dalam asam sulfat menghasilkan alumunium sulfat dan gas
hidrogen.
2A
+ 6 HC
AlC
(g) +3
Berapa mol gas hidrogen dapat di hasilkan jika di gunakan 0,5 mol
alumunium ?
Jawab :
Ditentukan jumlah mol salah satu zat dalam reaksi, kenudian menentukan
jumlah mol lainnya. Hal ini dapat dilakukan berdasarkan perbandingan
koefisien reaksinya.
Jumla mol zat yang di tanya
=
Jumlah mol
Jumlah mol Al
lxxxvi
BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1
lxxxvii
3.1.2 Bahan
- Larutan NaOH
- Larutan HN
- Larutan
3.2
- Aquades
Prosedur Percobaan
3.2.1
0,5 M
berbeda
- Diukur suhu masing-masing larutan dan dicatat suhunya
lxxxviii
berbeda
- Diukur suhu masing-masing larutan dan dicatat suhunya
- Dicampurkan larutan NaOH dan larutan
- Diukur suhu campuran dan di catat suhunya
- Diambil 5ml NaOH dan 5ml
berbeda
- Diukur suhu masing-masing larutan dan dicatat suhunya
- Dicampurkan larutan NaOH dan larutan
- Diukur suhu campuran dan di catat suhunya
- Diambil 6ml NaOH dan 4ml
berbeda
- Diukur suhu masing-masing larutan dan dicatat suhunya
- Dicampurkan larutan NaOH dan larutan
- Diukur suhu campuran dan di catat suhunya
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Data Pengamatan
Volume HN
NaOH
HN
28
29
Campuran
NaOH
2 ml
8 ml
lxxxix
28
4 ml
6 ml
29
30
30
5 ml
5 ml
27
28
29
6 ml
4 ml
26
27
27
Volume
NaOH
Campuran
NaOH
4.2
2 ml
8 ml
32
31
32
4 ml
6 ml
29
30
29
5 ml
5 ml
29
29
31
6 ml
4 ml
29
29
30
Reaksi
NaOH + HN
NaN
3NaOH +
4.3
Na
O
+
Perhitungan
4.3.1
NaN
Massa HN
= Mr
= 85
0,5 M
O
1 mmol
1 mmol
mmol
1 mmol
= 85 mg
= 0,085 gr
xc
4.3.2
NaN
0,5 M
O
1 mmol
1 mmol
Mr
85
=170 mg = 0,17 gr
-
Pereaksi sisa = HN
4.3.3
NaN
0,5 M
O
2 mmol
2 mmol
2 mmol
2 mmol
Mr
85
=170 mg = 0,17 gr
-
xci
4.3.4
0,5 M
NaOH + HN
NaN
2,5 mmol
2,5 mmol
Mr
85
=212,5 mg = 0,2125 gr
-
4.3.5
0,5 M
3NaOH +
P
P
+3
0,3 mmol
0,3 mmol
0,3 mmol
0,3 mmol
: gr = .....?
Jawab : gr = mmol
= 0,3
Mr
164
=492 mg = 0,492 gr
-
Pereaksi sisa =
xcii
4.3.6
0,5 M
3NaOH +
+3
O
2 mmol
2 mmol
Mr
164
=492 mg = 0,492 gr
-
4.3.7
0,5 M
3NaOH +
+3
P
P
= 164
= 0,83 mmol
: gr = .....?
Jawab : gr = mmol
Mr
xciii
2 mmol
2,5 mmol
= 0,83
164
=136,12 mg = 0,136 gr
-
Pereaksi sisa =
4.3.8
0,5 M
3NaOH +
P
P
+3
3 mmol
3 mmol
= 164
= 1 mmol
: gr = .....?
Jawab : gr = n
Mr
=1
164
=164 mg = 0,164 gr
-
Pereaksi sisa =
xciv
4.5 Pembahasan
Kata stoikiometri berasal dari bahasa yunani yaitu stoicheion, artinya unsur.
Dari literatur, stoikiometri artinya mengukur unsur-unsur. Istilah itu umumnya di
gunakan lebih luas, yaitu meliputi bernmacam pengukuran yang lebih luas dan
xcv
meliputi perhitunan yang di dasarkan pada rumus-rumus dan persamaanpersamaan berimbang dirujuk sebagai stoikiometri.
Pereaksi pembatas ialah pereaksi yang habis bereaksi dan karena itu
membatasi kemumngkinan di perpanjangnya reaksi itu. Sedangkan pereaksi sisa
adalah pereaksi yang tidak ikut bereaksi, sehingga masih tersisa dalam wujud
seperti semula pada akhir reaksi.
Reaksi eksoterm adalah reaksi pembebasan panas dari sistem kelingkungan
sehingga suhu lingkungan bertambah dan terjadi pada tekanan tetap. Hal ini
menunjukkan bahwa entalpi dari hasil reaksi lebih rendah dari pada entalpi
pereaksi-pereaksi (kalor mengalir dari sistem kelingkungan yang mengakibatkan
entalpi sistem jadi berkurang). Contohnya pertunjukan kembang api, ledakan
bom, pembakaran kayu, besi berkarat dan lain-lain. Sedangkan reaksi endoterm
merupakan reaksi penyerapan panas dari lingkungan sehingga suhu lingkungan
berkurang atau dengan kata lain kalor mengalir dari lingkungan kedalam sistem
yang mengakibatkan entalpi sistem berubah (bertambah). Contohnya elektrolisis
dan lain-lain.
Pada sitem NaOH 0,5 M +
6ml
yang menjadi pereaksi pembatas adalah larutan NaOH dan mencapai titk
maksimum taitu 30
4ml
termasuk reaksi stoikiometri dan titik yang di bentuk adalah titik stoikiometri.
Pada sistem NaOH +
xcvi
8ml
yang menjadi pereaksi pembatas ialah larutan NaOH dan membentuk titik
maksimum yaitu 32
Pada
xcvii
peroleh reaksi nonstoikiometri semua. Hal ini di sebabkan adanya reagen yang
tersisa dari setiap pereaksi pembatas.
xcviii
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
- Reaksi stoikiometri adalah reaksi yang tidak memiliki pereaksi pembatas,
sedangkan reaksi nonstoikiometri adalah reaksi yang memiliki pereaksi
pembatas.
- Reaksi endoterm adalah reaksi-reaksi penyerapan panas dari lingkungan
sehingga suhu lingkungan berubah (berkurang) atau dengan kata lain kalor
mengalir dari lingkungan kedalam sistem yang menyebabkan entalpi sistem
bertambah. Sedangkan reaksi eksoterm adalah reaksi pembebasan panas dari
sitemkelingkungan sehingga suhu lingkungan sehingga suhu lingkugan
bertambah dan terjadi pada tekanan tetap.
- Pereaksi pembatas adalah salah satu pereaksi yang habis bereaksi dan karena itu
membatasi keemungkinan di perpanjangnya reaksi itu. Sedangkan pereaksi sisa
adalah pereaksi yang tidak ikut bereaksi, sehingga masih tersisa dalam wujud
seperti semula pada akhir reaksi.
5.2 Saran
- Disarankan pada percobaan selanjutnya bisa di gunakan temperatur dalam satuan
kelvin atau fahrenheit.
DAFTAR PUSTAKA
Brady,James.1999.Kimia Universitas Asas dan edisi kelima Jilid satu.Jakarta;Bina
rupa Aksara
xcix
Kaenan,Kleinfelter
Wood
A.1999.Kimia
Untuk
Universitas
Edisi
Jilid .Jakarta;Erlangga
Petruci,Ralph.1987.Kimia Dasar Edisi Keempat Jilid 1.Jakarta;Erlangga
Purba,Michael.2006.Kimia.Jakarta;Erlangga
VI
PERCOBAAN 5
LAJU REAKSI
ci
LEMBAR PENGESAHAN
PRAKTIKUM KIMIA DASAR I
PERCOBAAN 5
LAJU REAKSI
DISUSUN OLEH
KELOMPOK 1
HALOMOAN A.R.S
JUHANA
MERRY YULIANA
SINTA SUGENG ATMAJA
NIM. 1107045003
NIM. 1107045019
NIM. 1107045006
NIM. 1107045016
Samarinda, Desember 2011
Pembimbing praktikum
Asisten Praktikan
Wahyu Kusuma
NIM. 0907035046
cii
BAB 1
PENDAHULUAN
Laju menyatakan berapa cepat atau seberapa lambat suatu proses berlangsung
menyatakan besarnya perubahan yang terjadi dalam satuan waktu. Satuan waktu
dapat berubah detik, menit, jam, hari, minggu, bulan atau tahun.
Reaksi kimia adalah proses perubahan zat pereaksi menjadi produk. Seiring
dengan bertambahnya waktu reaksi, maka jumlah zat pereaksi akan semakin
sedikit sedangkan produk semakin laju reakis dinyatakan sebagai lahu
berkurangnya pereaksi atau terbentuknya produk.
Setiap reaksi disertai suatu perubahan fisis yang diamati, seperti pembentukan
endapan, gas atau perubahan wrna. Kelajuan reaksi dapat di pelajaru dengan
mengukur salah satu dari perubahan tersebut bagi reaksi yang menghasilkan gas.
Seperti reaksi magnesium dengan asam klorida, kelajuaan dapat dipelajari dengan
mengukur volume gas yang dihasilkan. Bagi reaksi yang disertai perubahan
warna, kelajuan reaksinya dapat ditemukan dengan mengukur perubahan
intensitas warnanya.
Cepat lambatnya suatu reaksi berlangsung disebut laju reaksi dapat dinyatakan
sebagai perubahan konsetrasi pereaksi atau hasil reaksi persatuan waktu.
Konsentarsi biasanya dinyatkan dengan Mol Perliter. Tetapi untuk fase gas satuan
konsentrasi dapat diganti dengan satuan tekanan seperti atmosfer (atm).
Millimeter markorium (mmHg) atau Pascal (Pa). Untuk mengukur laju reaksi,
perlu menganalisis secara langsung maupun tidak langsung banyaknya produk
yang terbentuk atau banyaknya pereaksi yang tersisa setelah penggal-penggal
waktu tertentu.
Oleh karena itu pada percobaan laju reaksi kali ini akan membahas tentang
bagaimana metode laju reaksi tersebut dan membuat pratikan memahami tentang
laju reaksi.
1.2 Tujuan
1. Mengetahu faktor-faktor dari laju reaksi
civ
cv
BAB 2
TINJUAN PUSTAKA
cvi
Luas permukaan sentuhan memiliki peranan yang sangat penting. Luas permukaan
sentuh mempercepat laju reaksi karena semakin banyak bagian zat yang saling
bertumbukan dan semakin besar peluang adanya tumbukan efektif menghasilkan
perubahan. Semakin luas permukaan zat, semakin kecil ukuran partikel zat. Jadi
semakin kecil ukuran partikel zat, reaksi pun akan semakin cepat.
cvii
Pengaruh luas permukaan ini banyak diterapkan dalam industri, yaitu dengan
menghaluskan terlebih dahulu bahan yang berupa padatan sebelum direaksikan.
Mengunyah makanan juga merupakan upaya dalam rangka memperluas permukaan
sehingga peruraian selanjutnya dapat berlangsung lebih cepat. (Priyatua,Amien.2001)
2.
Konsentrasi Pereaksi
Konsentrasi
mempengaruhi
laju
reaksi,
karena
banyakknya
partikel
memungkinkan lebih banyak tumbukan, dan itu membuka peluang semakin banyak
tumbukan efektif yang menghasilkan perubahan. Hubungan kuantitatif perubahan
konsentrasi dengan laju reaksi tidak dapat diterapkan dari persamaan reaksi, tetapi
harus melalui percobaan. Dalam penetapan laju reaksi ditetapkan yang menjadi
patokan adalah laju perubahan konsentrasi reaktan. Ada reaktan yang perubahan
konsentrasinya tidak mempengaruhi laju reaksi :
[reaktan] = V
[reaktan = x = V = 1
Xn = 1
n=0
3. Tekanan
Banyak reaksi yang melibatkan pereaksi dalam wujud gas. Kelajuan dari
reaksi seperti itu juga dipengaruhi tekanan. Penambahan tekanan dengan
memperkecil volume akan mempebesar konsentrasi, dengan demikian dapat
memperbesar laju reaksi.
Industri yang melibatkan pereaksi berupa gas, banyak yang dilangsukan pada
tekanan tinggi, misalnya pembuatan amonia yang menggunakan tekanan hingga 400
atm. (Keenan,Kleinfelter,Wood A. 199)
4. Suhu
Laju reaksi dapat juga dipercepat atau diperlambat dengan mengubah suhu.
Kenaikan suhu dapat mempercepat laju reaksi karena dengan naiknya suhu energi
cviii
Dari data
diperoleh
hubungan :
Setiap kenaikan suhu 10 C, maka laju mengalami kenaikan 2 kali
semula, maka secara matematis dapat dirumuskan
Vt = Vo. 2 t-to/10
Dimana : Vt = laju reaksi pada suhu t
Vo= laju reaksi pada suhu awal (to)
5. Katalis
Katalis adalah suatu zat yang mempercepat laju reaksi kimia pada suhu
tertentu, tanpa mengalami perubahan atau terpakai olegh reaksi itu sendiri. Suatu
katalis berperan dalam reaksi tapi bukan sebagai pereaksi ataupun produk. Katalis
memungkinkan reaksi berlangsung lebih cepat atau memungkinkan reaksi pada suhu
lebih rendah akibat perubahan yang dipicunya terhadap pereaksi. Katalis
menyediakan suatu jalur pilihan dengan energi afktifasi yang lebih rendah. Katalis
mengurangi eneri yang dibutuhkan untuk berlangsungnya reaksi (Respah.1989)
Katalis dapat dibedakan kedalam dua golongan utama yaitu, katalis homogen
dan katalis heterogen :
cix
cx
V = K [A]m [B]n
Dimana : V = laju reaksi
K = konstanta kecepatan reaksi
m = orde reaksi zat A
n = orde reaksi zat B
Ada dua jenis katalis yaitu :
1.
dan
pada
akhir
reaksi
terbentuk kembali.
2.
bereaksi
hanya
sebagai
cxi
media
reaksi
Orde Reaksi
Pangkat perubahan konsentarsi terhadap perubahan laju reaksi disebut orde
reaksi.
Orde reaksi ditentukan melalui percobaan, tidak ada kaitanya dengan koefisien reaksi.
(Keenan,Kleinfelter Wood A. 1999)
cxii
BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN
Larutan Na2S2O3
2.
Larutan HCL 1M
3.
Larutan HCL 2M
4.
Larutan HCL 3M
5.
6.
Tissue
Diambil gelas kimia dan diletakkan diatas kertas putih yang telah diberi tanda
silang.
cxiii
cxiv
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Pengamatan
4.1.1 Pengaruh Konsentrasi
[HCL]
1M
2M
3M
Pengaruh Suhu
[Na2S2O3]
0.2 M
0.2 M
0.2 M
t
77 detik
32,49 detik
30,42 detik
v
1/77
1/32.49
1/30.42
[HCL]
[Na2S2O3]
1M
0.2 M
Suhu ruangan
42.30 detik
1/42.30
1M
0.2 M
40
19.21 detik
1/19.21
4.2 Reaksi
Na2S2O3 + 2 HCL 2 NaCL + H2O + S+ SO2
4.3 Perhitungan
4.3.1 Pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi
a. Orde reaksi
cxv
4.1.2
23,70 = 2y
2 log 2,370 = y
y = log 2.370
log 2
= 1,246 orde reaksi HCL
Reaksi 2 dan 3
[1,5]
1,246
1 = [1]x [1]
X= 1 orde reaksi Na2S2O3
B. Konstanta Reaksi
K=
cxvi
=
= 0,065 s-1
C. Persamaan Reaksi
V=
=
V= 0.065 [Na2S2O3]1 [HCL]1,246
4.4 Grafik
4.4.1 Grafik Pengaruh konsentrasi
cxvii
4.5 Pembahasan
Prinsip dari percobaan laju reaksi ini adalah didasarkan pada perubahan
konsentrasi yang ada terhadap waktu. Adapun penjelasan tentang laju reaksi
merupakan cepat lambatnya suatu reaksi yang berlangsung atau dapat juga
dinyatakan sebagai perubahan konsentrasi pereaksi atau hasil reaksi per satuan waktu.
Konsentrasi biasanya dinyatakan dalam mol per liter.
Orde reaksi adalah bilangan pangkat yang menyatakan naikknya laju reaksi
akibat naikknya reaksi. Menentukan orde reaksi dari suatu reaksi kimia pada
prinsipnya menentukan seberapa besar penggaruh perubahan konsentrasi pereaksi
terhadap laju reaksi. Terdapat tingkatan orde reaksi yaitu :
Orde 0, reaksi dikatakan berorde 0 terhadap salah satu pereaksinya apabila
perubahan konsentrasi pereaksi tersebut tidak mempengaruhi laju reaksi
cxviii
[konstan]
[A]
Orde 1 dikatakan berorde satu terhadap salah satu pereaksi jika laju reaksi
berbanding lurus dengan konsentrasi
[A]
Orde 2, reaksi dikatakan berorde dua terhadap salah satu pereaksi jika laju
reaksi merupakan pangkat dua dari konsentrasi pereaksi itu.
[A]
cxix
Orde 3, jika reaksi dikatakan berorde 3 terhadap salah satu pereaksi jika laju
reaksi merupakan pangkat tiga dari konsentrasi pereaksi itu.
Orde negatif, reaksi dikatakan berorde negatif bila laju reaksi berbanding
terbalik dengan konsentrasi pereaksi.
Pada percobaan laju reaksi kali ini, ada beberapa faktor yang mempengaruhi
laju reaksi. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi, yaitu :
a. Konsentrasi
Makin besar konsentrasi, makin banyak zat-zat yang bereaksi sehingga makin
besar kemungkinan terjadi tumbukan, dengan demikian makin besar pula
kemungkinan terjadi reaksi.
b. Luas permukaan zat
Satu syarat agar reaksi dapat berlangsung adalah zat-zat pereaksi harus bercampur
atau bersentuhan pereaksi yang heterogen. Reaksi hanya berlangsung pada bidang
batas campuran. Pada luas permukaan, semakin besar. Dan juga laju reaksinya
semakin besar. Dan juga laju reaksi akan berlangsung lebih cepat karena semakin
cepat tumbukan terjadi.
c. Suhu
Pada suhu tinggi, energi molekul-molekul bertambah sehingga laju molekulmolekul juga bertambah dengan demikian laju molekul juga bertambah yang
diperlukan untuk mencapai keadaan. Keadaan disini yaitu, pada saat partikel-partikel
bergerak lebih cepat dan terjadi tumbukan lebih sering, sehingga suatu reaksi dapat
berlangsung disebut energi pengaktifan.
d. Katalis
Berbagai reaksi berlangsung lambat dipercepat dengan menambahkan zat lain
yang disebut katalis. Konsep yang menerapkan pengaruh terhadap laju reaksi
diantaranya katalis menurunkan energi-energi pengaktifan suatu reaksi dengan jalan
membentuk tahap-tahap reaksi yang baru.
Pada percobaan pertama yaitu pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi dengan
menggunakan larutan HCL 1M, 2M, dan 3M dengan larutan Na 2S2O3 0,2 M. Sebelum
cxx
dilakukan percobaan larutan Na2S2O3 0.2 M terlihat bening tetapi setelah dicampurkan
dengan HCL 2M, larutan berybah menjadi keruh dan perubahan tersebut terjadi pada
waktu 77 S. Begitu pula dengan pencampuran yang lain dengan konsentrasi yang
semakin tinggi semakin cepat waktu yang diperoleh saat air menjadi keruh. Ini
disebabkan karena zat yang konsentrasinya lebih besar mangandung jumlah partikel
yang lebih banyak. Sehingga partikel-partikel yang tersusun lebih rapat dibandingkan
dengan zat yang konsentrasinya lebih rendah. Partikel yang susunanya leg\bih rapat
akan lebih sering bertumbukan dibandingkan dengan partikel yang susunanya
renggang, sehingga kemungkinan terjadinya reaksi semakin besar.
Pada percobaan kedua , yaitu pengaruh suhu terhadap laju reaksi. Dengan
menggunakan larutan Na2S2O3 0,2 M dengan larutan HCL 1M. Pertama larutan
Na2S2O3 dengan masing-masing konsentrasi yang berbeda dipanaskan lalu dicampur
dengan larutan HCL yang telah ditentukan. Pada percobaan yang pertama untuk
pengukuran suhu yang didapat adalah 42.30 S dan semakin kecil waktunya akibat
pengaruh konsentrasi pada masing-masing percobaan, sudah terjadi reaksi dengan
ditandai perubahan warna pada larutan yang awalnya bening menjadi keruh. Ini
disebabkan karena setiap partikel selalu bergerak. Dengan menaikkan temperatur,
energi gerak atau energi kinetik molekul akan bertambah. Sehingga tumbukan lebih
cepat bereaksi pada temepratur atau suhu yang lebih tinggi.
cxxi
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Diharapkan pada percobaan selanjutnya dapat dilakukan pemanasan < 40 C
seperti 35 C atau 30 C dan dapat digunakan larutan lain seperti H2SO4 atau
CH3COOH.
cxxii
DAFTAR PUSTAKA
Bradi, James E.2001. Kimia Universitas Asas dan Struktur Jilid 1. Tangerang :
Binarupa Aksara
Keenan,Kleinfelter,Wood A. 1999. Kimia Untuk Universitas Edisi VI jilid 1. Jakarta:
Erlangga
Priyatna,Amien.2001. Kimia. Yogyakarta : Teknokimia
Respah.1989. Dasar-dasar Ilmu Kimia. Jakarta : Rineka Cipta
cxxiii
PERCOBAAN 6
SIFAT-SIFAT UNSUR
cxxiv
LEMBAR PENGESAHAN
PRAKTIKUM KIMIA DASAR I
PERCOBAAN 6
SIFAT-SIFAT UNSUR
DISUSUN OLEH
KELOMPOK 1
HALOMOAN A.R.S
JUHANA
MERRY YULIANA
SINTA SUGENG ATMAJA
NIM. 1107045003
NIM. 1107045019
NIM. 1107045006
NIM. 1107045016
Samarinda, Desember 2011
Pembimbing praktikum
Asisten Praktikan
Nurhidayah
NIM. 0807035057
cxxv
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Bila unsur-unsur disusun sesuai dengan massa atomnya, sifat unsur atau senyawa
menunjukan keperiodikan dan pengamatan ini berujung pada penemuan hukum
periodik. Konfigurasi elektron unsur menentukan tidak hanya sifat kimia unsur tetapi
juga sifat fisiknya. Keperiodikan jelas di tunjukan sebab energi ionisasi atom secara
langsung di tentukan oleh konfigurasi elektron. Energi ionisasi didefinisikan sebagai
kalor reaksi yang dibutuhkan untuk mengeluarkan elektron dari atom netral misalnya
natrium:
Na (g) Na+ (g) + eGolongan IA unsur yang termasuk dalam golongan IA (alkali) adalah Li, Na,
K, Rb, Cs dan Fr. Unsur-unsur ini mempunyai elektron pada kulit terluar ns 1 dan
merupakan reduktor kuat karena mudah melepas satu elektron pada kulit terluarnya.
Golongan IIA unsur-unsur yang termasuk dalam golongan IIA (alkali tanah)
adalah Be, Mg, Ca, Sr, Ba dan Ra. Unsur-unsur ini mempunyai susunan elektron
terluar ns2 dan sama hal nya dengan golongan IA bersifat reduktor karena mudah
melepaskan dua elektron pada kulit terluar nya. Jika di bandingkan dengan unsur
golongan IA unsur golongan IIA sifat reduktor nya lebih lemah.
Logam-logam transisi dan transisi dalam, dan logam-logam tetangga mereka
disebelah kanan pada tabel berkala, dikelompokan dalam keluarga-keluarga dengan
sifat-sifat keluarga demikian, sifat-sifat ini sering serupa. Sifat kimia logam-logam ini
sebagian besar ditentukan oleh kecendrungan mereka untuk kehilangan elektron.
Untuk memperjelas maka dilakukan percobaan sifat-sifat unsur.
1.2 Tujuan
-Mengetahui perbedaan sifat-sifat unsur golongan IA dan IIA
-Mengetahui persamaan sifat-sifat unsur golongan IA dan IIA
-Mengetahui kelarutan unsur-unsur dalam satu golongan jika di larutkan dalam
garam sulfat
cxxvi
cxxvii
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Sejarah dalam pengelompokan unsur
Tabel periodik pada ,mulanya diciptakan tanpa mengetahui struktur dalam
atom. Jika unsur-unsur dilarutkan berdasarkan massa atom lalu dibuat grafik yang
menggambarkan hubungan antara beberapa sifat tertentu dan massa atom unsur-unsur
tersebut akan terlihat suatu perulangan atau perioditas sifat-sifat tadi sebagai funsi
dari massa atom.
Orang pertama yang mengenali keteraturan tersebut adalah ahli kimia jerman,
yaitu Johann Wolfgang Dobereiner. Yang pada tahun 1829 memperhatikan adanya
beberapa triade unsur hampir sama.(Brady, 1999)
Contoh beberapa Triade:
Unsur
Massa atom
Kepadatan
Klorin
35,5
0,00156 g/cm3
Bromin
79.9
0,00312 g/cm3
Iodin
126,9
0,00495 g/cm3
Kalsium
40,1
1,55 g/cm3
Stronsium
87,6
2,6 g/cm3
Barium
137
3,5 g/cm3
Temuan ini kemudian diikuti oleh ahli kimia inggris, yaitu John Alexander
Reina Newlands, yang pada tahun 1865 memperlihatkan bahwa unsur-unsur yang
bersifat mirip ini berulang dalam interval delapan, yang ia persamakan dengan oktaf
musik. Meskipun hukum oktafnya di ejek oleh rekan sejawatnya. Akhirnya pada
tahun 1869, ahli kimia jerman Lothar Meyer dan ahli kimia Rusia Dmitry Ivanovich
Mendeleyev hampir sama secara bersamaan mengembangkan tabel periodik pertama,
mengurutkan unsur-unsur berdasarkan massa nya. Akan tetapi Mendeleyev
meletakkan beberapa unsur menyimpang dari aturan urutan massa agar unsur-unsur
cxxviii
cxxix
cxxx
jumlah proton. Hal tersebut di akibatkan adanya unsur-unsur yang memiliki massa
atom berbeda. Tetapi memiliki jumlah proton sama atau disebut isotop.
Kenaikan jumlah proton ini mencerminkan kenaikan nomor atom unsur
tersebut.
Pengelompokan
unsur-unsur
sistem
periodik
modern
merupakan
penyempurnaan hukum periodik Mendelev yang disebut juga sistem periodik bentuk
panjang.
Sistem periodik modern disusun berdasarkan kenaikan nomor atom dan
kemiripan sifat. Lajur-lajur horizontal yang disebut periode disusun berdasarkan
kemiripan sifat. Sistem periodik modern terdiri atas 7 periode dan 8 golongan. Setiap
golongan dibagi lagi menjadi golongan A(IA-VIIIA) dan 8 golongan B(IB-VIIIB).
Unsur-unsur golongan A disebut golongan utama, sedangkan golongan B
disebut golongan transisi. Golongan-golongan juga dapat di tandai dengan bilangan 1
dengan 18 secara berurutan dari kiri ke kanan. Dengan cara ini makan unsur transisi
tertelak pada golongan 3 sampai golongan 12. Pada periode 6 dan 7 terdapat masingmasing 14 unsur yang disebut unsur transisi dalam, yaitu unsur-unsur lantanida dan
aktinida. Unsur-unsur transisi dalam semua termasuk golongan IIIB. Unsur lantanida
pada periode 6 golongan IIIB dan unsur-unsur tersebut dibagian bawah tabel periodik
adalah untuk alasan tehnik. Sehingga daftar tidak terlalu panjang.
Sistem periodik modern dibedakan menjadi 2 yaitu berdasarkan kenaikan
nomor atom(periode). Berdasarkan kemiripan sifat (golongan berikut dijelaskan).
(Petrucci, 1987)
Sistem Periodik Modern
Sistem ini merupakan penyempurnaan dari gagasan penemu-penemu terdahulu
seperti yang dijelaskan dalam sejarah penemuan sistem periodik. Dalam sistem
periodik modern kolom menunjukan golongan (konfigurasi elektron yang mirip) dan
baris menunjukan periode (kenaikan nomor atom).
a. Periode
cxxxi
Periode ditempatkan pada lajur horizontal dalam sistem periodik modern. Periode
suatu unsur menunjukan suatu nomor kulit yang sudah terisi elektron (n terbesar).
Bedasarkan konfigurasi elektron. Konfigurasi elektron adalah perbesaran elektron
dalam kulit-kulit atomnya. Dalam sistem periodik modern terdapat 7 periode yaitu:
-
deret aktinida.
b. Golongan
Kolom golongan dalam tabel periodik disebut golongan. Ada 18 golongan dalam
tabel periodik baku. Unsur-unsur yang segolongan mempunyai konfigurasi elektron
valensi yang mirip sehingga mempunyai sifat yang mirip pula. Ada tiga sistem
pemberian nomor golongan. Sistem pertama memakai angka arab dan dua sistem
lainnya memakai angka romawi. Nama dengan angka romawi adalah nama golongan
yang asli tradisional. Nama dengan angka arab adalah sistem tata nama baru yang
disaranakan oleh internasional Union of Pure and Appired Chemistry (IUPAC).
Sistem penamaan tersebut dikembangkan untuk menggantikan kedua sistem lama
yang menggunakan angka romawi karena kedua sistem tersebut membingungkan,
menggunakan satu nama untuk beberapa hal yang berbeda.(Suhartono, 1983)
3. Sifat-sifat periodik unsur.
a. Jari-jari atom
Jari-jari atom merupakan jarak elektron terluar ke inti atom dan menunjukan
ukuran suatu atom. Jari-jari atom sukar diukur sehingga pengukuran jari-jari atom
dilakukan dengan cara mengukur jarak inti antar dua atom yang berikatan sesamanya.
Dalam suatu golongan. Jari-jari atom semakin ke atas cenderung semakin kecil.
b. Jari-jari ion
cxxxii
Ion mempunyai jari-jari yang berbeda secara nyata (signifikan) jika dibandingkan
dengan jari-jari atom netralnya.
Ion bermuatan positif (kation) mempunyai jari-jari atom yang lebih kecil,
sedangkan ion bermuatan negatif (anion) mempunyai jari-jari atom netralnya.
c.Energi ionisasi
Jika dalam suatu atom terdapat satu elektron di luar subkulit yang mantab.
Elektron ini cenderung mudah lepas supaya mempunyai konfigurasi seperti gas
mulia. Namun untuk melepaskan elektron daru suatu atom dinamakan energi ionisasi.
Dalam suatu periode semakin banyak elektron dan proton gaya tarik-menarik elektron
terluar dengan inti semakin besar (jari-jari kecil). Akibatnya elektron susah dilepas.
(Brady, 1999).
cxxxiii
BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat dan bahan
3.1.1 Alat-alat:
-
Tabung reaksi
Rak tabung reaksi
Gelas kimia
Pipet tetes
Pinset
Pipet volume 1 ml
Hotplate
3.1.2 Bahan-bahan:
-
Logam Natrium
Indikator pp
Larutan H2SO4 0,5 M
Larutan MgCl2 1 ml 0,5 M
Larutan CaCl2 1 ml 0,5 M
Larutan SrCl2 1 ml 0,5 M
Larutan NaOH 0,5 M
Larutan BaCl2 1ml 0,5 M
Aquades
Pita Mg
cxxxiv
cxxxv
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Pengamatan
4.1.1 Reaktifitas Unsur
Perlakuan
- Disiapkan aquades di dalam beker
Pengamatan
- Munculnya percikan api pada
gelas
- Dimasukan potongan logam Kalium
- Diamati perubahan yang terjadi
- Dimasukan indikator pp pada larutan
permukaan aquades
- Warna larutan berubah menjadi merah
lembayung pada saat ditetesi
indikator pp.
tersebut
4.1.2 Kelarutan garam sulfat dan hidroksida
Larutan
MgCl2
CaCl2
SrCl2
BaCl2
Larutan
MgCl2
CaCl2
SrCl2
BaCl2
4.2 Reaksi
+ H2SO4
+NaOH
Keterangan
Tidak ada endapan
Tidak ada endapan
Tidak ada endapan
Tidak ada endapan
Keterangan
Ada bayangan seperti kapas keruh
Ada endapan keruh
Tidak ada endapan keruh
Tidak ada endapan (bening)
cxxxvi
2K + 2 H2O 2KOH + H2
(cek lagi)
O H
O H
4.3 Pembahasan
OK
+ 2 H2 O
2KOH
Prinsip pada percobaan kali ini adalah kita akan mencari dan mempelajari
C
OK
bagaimana perbedaam anatara golongan IA dan golongan IIA melalui sifat fisika dan
kimianya. Percobaan yang dilakukan ada dua yaitu reaktifitas unsur dan kelarutan
garam. Kelarutan garam aktifitas unsur dan kelarutan garam hidroksida. Garam sulfat
dilakukan dengan cara memasukan H2SO4 ke dalam tabung reaksi yang pada masingmasing tabung telah diisi MgCl2, CaCl2, SrCl2 dan BaCl2. Setekah itu diamati
perubahan warna yang terjadi. Pada MgCl2 tidak ada endapan dan warna nya tetap
bening.
Garam hidroksida dilakukan dengan memasukan NaOH kedalam tabung
reaksi yang masing-masing telah diisi dengan MgCl2, CaCl2, SrCl2 dan BaCl2. Setelah
itu diamati perubahan yang terjadi pada MgCl2 terdapat bayangan seperti kapas pada
larutan MgCl2 dan bewarna keruh. Pada SrCl2 terdapat perubahan warna dan tidak
terjadi endapan sedangkan pada BaCl2 tidak ada perubahan yang terjadi adan warna
nya tetap bening serta tidak ada endapan.
Selanjutnya reaktifitas unsur dilakukan dengan memasukan potongan logam
kalium kedalam aquades. Amati perubahan yang terjadi setelah itu dimasukan
cxxxvii
indikator PP, pada awalnya muncul percikan api dari permukaan aquades, setelah
dimasukan indikator PP warna nya berubah menjadi merah lembayung.
Fungsi dari MgCl2, CaCl2, SrCl2 dan BaCl2 adalah untuk mengetahui endapan
yang terjadi didasar tabung akibat reaksi dari H 2O . Pada indikator PP berfungsi untuk
mengetahui apakah zat yang direaksikan sudah bereaksi atau belum.
Sifat fisika dari golongan IA adalah dari atas ke bawah jari-jari nya atom, dan
dari massa jenis (rapatan) bertambah. Sedangkan titik cair dan titik didih berkurang.
Sifat fisika dari golongan IIA dari berilium ke barium jari-jarinya atom
meningkat secara beraturan, pertambahan jari-jari menyebabkan penurunan energi
pengionan dan keelektronegatifan. Potensial elektroda juga meningkat dari kalsium
ke barium akan tetapi berilium menunjukan penyimpangan.
Akibat kecendrungan untuk melepas elektron membentuk senyawa ion makin
besar. Semua senyawa dari kalsium, barium, dan Stronsium yaitu logam-logam alkali
tanah yang bagian bawahnya terbentuk senyawa ion., tetapi magnesium membentuk
beberapa senyawa kovalen sedangkan senyawa-senyawa berilium bersifat kovalen,
sifat logam alkali tanah kurung negatif dari logam alkali seperiode, jadi beriluim
kurang reaktif dibandingkan litium magnesium kurang reaktif dibandingkan terhadap
natrium dan seterrusnya.
Prinsip percobaan pada kali ini adalah kita akan mencari dan mempelajari
bagaimana prinsip percobaan antara golongan IA dan golongan IIA melalui sifat
fisika dan kimianya. Percobaan yang dilakukan dengan cara reaktifitas unsur dan
kelarutan garam disini ada dua macam garam sulfat dan garam hidroksida. Garam
sulfat dilakukan dengan cara memasukan H2SO4 kedalam tabung reaksi yang ada pada
masing-masing tabung telah diisi larutan MgCl2, CaCl2, SrCl2 dan BaCl2 setelah itu
diamati perubahan yang terjadi pada MgCl 2 tidak ada endapan yang terjadi warna nya
tetap bening CaCl2 tidak terdapat endapan dan warna bening sedangkan BaCl 2 sedikit
ada endapan dan warna tetap bening.
Prinsip percobaan mengenai sifat-sifa unsur ini adalah kelarutan dan
kereaktifan suatu senyawa tergantung pada kedudukan nya dalam suatu system
cxxxviii
periodic. Satu golongan dan golongan lainnya mempunyaii sifat yang berbeda
percobaan pertama menggunakan larutan H2SO4 untuk menghasilkan garam sulfat dan
menguji kelarutan dari , CaCl2, SrCl2 dan BaCl2, yaitu golongan alkali tanah dari atas
ke bawah kelarutannya semakin kecil dan endapan semakin banyak. Untuk
menghasilkan garam hidroksida dan menguji kelarutan dari MgCl 2, CaCl2, SrCl2 dan
BaCl2 sifat kebalikan dari atas kebawah, kelarutannya semakin besar dan endapan nya
semakin banyak. Pada percobaan ketiga mengenai kereaktifan unsure menggunakan
logam K. Logam K lebih reaktif dari logam Mg. Selanjutnya reaktifitas unsur
dilakukan dengan memasukan potongan logam K kedalam gelas aquades. Amati
perubahan yang terjadi setelah dimasukan potongan logam Kalium ke dalam aquades,
perubahan yang terjadi setelah itu dimasukan indicator PP, pada awal nya muncul
percikan api dari permukaan aquades setelah dimasukan indicator PP warna berubah
menjadi merah lembayung. Indikator PP berfungsi untuk mengetahui apakah zat yng
di reaksika sudah bereaksi atau belum apabila sudah bereaksi maka warna nya akan
berubah dan jika belum tidak ada perubahan warna yangterjadi. Titik didih dan titik
cair cenderung menurun dari atas kebawah. Sifat-sifat fisik seperti titik cari,
kerapatan dan kereaksian. Logam alkali seperiode. Sifat-sifat kimia dari logam alkali
tanah yaitu kereaktifan logam alkali tanh meningkat daru berilium ke barium. Fakta
ini sesuai dengan yang diharapkan oleh karena itu dari berilium ke barium. Jari-jari
atom bertambah besar sehingga energi ionisasi serta keelektronegatifan berkurang.
Unsur pada golongan IA dan golongan IIA sering digunakan atau
diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari misalnya golongan IA yaitu natrium
adalah sebagai cairan pendingin pada reactor atom. Selain itu merupakan reduktor
kuat. Natrium digunakan pada pengolahan logam-logam tertentu seperti Li, K, Zr dan
logam alkali yang lebih berat. Pada golongan IIA misalnya adalah magnesium
pembakaran. Pembakar magnesium menghasilkan cahaya yang sangat terang
sehingga unsure ini digunakan untuk membuat kembang api dan juga blitz.
cxxxix
Jari-jari atom adalah jarak terdekat antara titik pusat inti atom dari dua atom,
atau ion tersebut. Penetapan jari-jari atom daru dua atom atau ion dalam suatu zat
padat atau zat cair merupakan jumlah jari-jari atom dari atau ion tersebut.
Energi ionisasi adalah energi yang dibutuhkan untuk melepaskan sebuah
electron yang ikatannya paling lemah dari atom unsure dalam keadaann gas yang
dinyatakan dalam kilojoule permol atau KJ/mol. Besar energi ionisasi dari atom-atom
unsure tergantung dari besarnta muatan dari inti atom.
Afitnitas electron adalah energi yang dbebaskan pada penambahan sebuah
electron yang dibebaskan netral dan dalam keadaan gas. Suatu atom netral
mempunyai gaya tarik menarik terhadap electron dari luar sehingga dapat dianggap
sebagai akibat dari ketidaksempurnaan. Efek perlindungan dan kulit electron yang
belum lengkap.
Keelektrongatifan adalah kemampuan atom yang netral dalam satu molekul
untuk
menarik
electron-elektron
ikatan
dengan
electron
negatif.
Dengan
membandingkan nama, harga ionisasi dan afinitas electron dan unsure-unsur tersebut.
Logam alkali memiliki tingkat kebasaan yang lebih tinggi dari pada logam
alkali tanah. Hal ini dikarenakan logam alkali yang bersifat ionic dan mudah laur
dalam air sehingga dapat di hasilkan basa yang kuat sedangkan pada logam alkali
tanah sebaliknnya.
Faktor kesalahan dari percobaan ini adalah sebaliknya ketika larutan MgCl 2,
CaCl2, SrCl2 dan BaCl2 dimasukan H2SO4 dan NaOH didiamkan sejenak agar dapat
diketui endapannya. Jika terlalu cepat maka endapan terbentuk bila saja belum. Jika
endapan belum terbentuk kecepatan reaksi dan tentu akan salah dalam menentukan
sifat kimia dan fisika nya.
cxl
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
-
membentuk garam.
Persamaan sifat-sifat unsure golongan IA dan IIA, yaitu:
a.Bersifat reaktif
b.
Ionic dan tidak bewarna
c.Produktif yang baik
Unsur-unsur dalam 1 golongan jika dilarutkan dalam garam sulfat akan
menghasilkan sifat kelarutan yakni dari atas (Be) ke bawah (Ra) hasil kali
kelarutannya (Ksp) makin kecil yang mengakibatkan makin mudah terbentuk
endapan.
5.2 Saran
-
DAFTAR PUSTAKA
Brady, GE.1999. Kimia Universitas Asas dan Struktur. Jakarta: Binarupa Askara
cxli
cxlii