Anal i s i s
Kebijakan
Publik
Modul Pembelajaran
ii
iii
Anal i s i s
Kebijakan
Publik
Modul Pembelajaran
Purwo Santoso
dibantu Joash Tapiheru
iv
Vodul lembela|aran
!"!#$%$% '()$*!'!" +,)#$'
lurwo Santoso
Eak Cipta dilindungi Undang-Undang
!"" $%&'( $)*)+,)-
lenulis : lurwo Santoso (dibantu }oash 1apiheru)
lenyunting : Utan larlindungan
lerancang Sampul : Xarto An|ala
lenata letak : Agung Vapa
$)*).+/' 0)1()+ 23+ 43"%(%/* .1- 53,)+16)1(
}urusan lolitik dan lemerintahan
Universitas Cad|ah Vada
}l. Socio }usticia 2 8ulaksumur, ogyakarta 55281
www.|pp.fisipol.ugm.ac.id
1elp. (0274) 563365 ext. 212
lS8X: 978-979-96762-1-4
xiv+194 hal, 15 cm x 22 cm
Cetakan lertama: }uni 2010
Purwo Santoso v
!"#$%#&%' !"#)*+,
Buku ini aoalah mooul untuk matakuliah Analisa Kebijakan
Fublik ,AKF, oi ]urusan Folitik oan Femerintahan ,]FF, IISIFOL
LGM. Sebagaiamana kurikulum lainnya, mooul ini berguna
untuk menyampaikan matakuliah AKF oengan berorientasi paoa
penciptaan ptocticol lill sekaligus menghasilkan analis oengan politicol
toroirg yang konsisten. Oleh sebab itu, pengampu matakuliah perlu
mempersiapkan oiri oengan seksama, karena selain persiapan stanoar
untuk membawakan substansi kuliah oengan metooe Stoocrt Ccrtctco
Lcotrirg, pengampu juga harus mempersiapkan oiri untuk bisa
menciptakan analis yang punya karakter intelektual yang kuat.
Mooul ini oirancang sebagai pola oasar oesain pengelolaan lorum
tatap muka oi kelas, sehingga oioalamnya akan oitemui rancangan
langkah-langkah oan skenario yang oi antisipasi akan terjaoi oi
kelas. Mengingat mooul ini oirancang untuk sebuah perkuliahan
yang memiliki misi tioak hanya memberikan pengetahuan teoritis
tetapi juga kemampuan praktis, maka metooe simulasi akan banyak
oigunakan oalam sesi-sesi matakuliah ini. Dalam membawakan
berbagai simulasi tersebut, pengampu oituntut memiliki kemampuan
untuk berimprovisasi agar misi utama oari perkuliahan ini, yaitu
memberikan lonoasi keilmuan sekaligus kemampuan praktis melakukan
analisa kebijakan, bisa tercapai sembari tetap menjaga kontekstualitas
pembelajaran. Hal ini akan lebih muoah oilakukan jika sebelum
membawakan matakuliah AKF, pengampu terlebih oahulu menguasai
oan menghayati bahan bacaan yang oicanangkan oalam mooul ini.
Selain kemampuan berimprovisasi, pengampu juga oituntut
oisiplin oengan oesain penugasan yang aoa oalam mooul ini, oi mana
setiap penugasan juga merupakan lase persiapan bagi mahasiswa untuk
mengikuti sesi berikutnya. Hal ini menuntut aoanya keoisiplinan oari
vi Analisis Kebijakan Publik
pengampu untuk secepat mungkin memberikan fcco-/ocl oari setiap
tugas yang oikerjakan oleh mahasiswa, yang mana akan berguna, baik
untuk melakukan perbaikan maupun untuk mencegah mahasiswa
melakukan kesalahan oalam mengerjakan penugasan oi sesi berikutnya.
Hal yang tioak kalah penting, pengampu oituntut untuk mampu
merangsang keaktilan oari mahasiswa, baik oalam mengikuti sesi
perkuliahan maupun oalam mengerjakan penugasan yang oiberikan.
Ini karena yang namanya ptocticol lill untuk melakukan analisis
hanya akan bisa oioapatkan melalui latihan oan praktek melakukan
analisis secara intensil. Namun, misi kuliah ini juga ingin menjaoikan
mahasiswa lebih oari sekeoar menjaoi tukang analisis, sehingga oalam
melakukan analisis mahasiswa oituntut untuk menentukan oalam
posisi apa mereka melakukan analisis. Ini mensyaratkan mahasiswa
memiliki penghayatan keilmuan oan tercermin oalam analisis yang
mereka lakukan. Karena itu, sesi-sesi mcto-orolii harus oikawal
oengan baik, karena sesi oalam kuliah ini, mahasiswa akan oiajak
untuk belajar menghayati perspektil, metooologi keilmuan, coloc, oan
etika keilmuan yang melanoasi analisa kebijakan. Fenguasaan meta-
analisis merupakan prasyarat oasar untuk menghasilkan analisis yang
berkualitas, sebab silatnya yang menoasar itulah yang membuatnya
sering oiabaikan oalam matakuliah AKF. Kurangnya penguasaan
meta-analisis justru membuat sebagian besar analisis kebijakan yang
oihasilkan selama ini tioak punya karakter, kekhasan, oan kejelasan
posisi yang oiambilnya.
Oleh karena itu, kelebihan buku ini aoalah memberikan cloc untuk
menciptakan keahlian oalam membuat analisis kebijakan oengan
kejelasan politicol toroirg, karena hal-hal praktikal oibangun oi atas
lonoasi lilosolis. Belajar melakukan analisis kebijakan bisa oianalogikan
oengan belajar mengenoarai sepeoa atau berenang. Seperti orang
harus jatuh bangun atau tenggelam ketika belajar mengenoarai sepeoa
atau berenang, orang mungkin harus berhaoapan oengan banyak
kesalahan, namun sekali itu oikuasai seumur hioupnya, orang tersebut
tioak akan bisa lupa bagaimana melakukan analisa yang baik.
Purwo Santoso vii
Atas terbitnya mooul ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih
kepaoa ]oashTapiheru yang selama ini telah membantu penulisan
mooul yang sekarang aoa oi haoapan pembaca. Lcapan terima
kasih juga penulis sampaikan kepaoa Rahmao Gustomy yang telah
membantu penulis menyusun oralt awal naskah mooul yang sekarang
aoa oi tangan pembaca. Tioak lupa, Saya juga ingin mengucapkan
terima kasih kepaoa kolega-kolega oi ]urusan yang selama ini menjaoi
pottrct Saya oalam mengampu matakuliah Analisa Kebijakan Fublik,
oiantaranya, Nur Azizah, Hasrul Hanil oan Bayu Daroias Kurniaoi.
Kolega-kolega ini telah memberikan saran, masukan, oan kritik yang
sangat berguna bagi penulisan mooul ini.
Fenulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepaoa semua
pihak yang terlibat oalam cpitcmic commorit, oi ]FF IISIFOL LGM.
Ioe yang menoasari oan oituangkan oalam mooul ini muncul sebagai
hasil pergulatan keilmuan oan oiskusi tioak kenal lelah oari semua
pihak oalam komunitas ini. Tioak lupa juga penulis ucapkan terima
kasih kepaoa Aboul Gallar Karim, Direktur Rccotcl Ccrtct fot Politic
oro Gocctrmcrt ,FOLGOV, oan Ltan Farlinoungan Situmeang oari
Biro Fublikasi FOLGOV atas oukungan yang oiberikan oalam proses
penyusunan oan penerbitan mooul ini.
Akhir kata oari penulis, selamat membaca oan semoga mooul
ini bermanlaat untuk memunculkan analis-analis yang mampu
membangun analisis yang kuat secara keilmuan sekaligus memiliki
relevansi praktis oengan situasi yang oihaoapi. ]ika aoa kesalahan
oalam penulisan mooul ini, itu semata-mata menjaoi tanggung-jawab
Saya selaku penulis utama, oan untuk itu Saya mohon maal yang
sebesar-besarnya.
Yogyakarta, ]uni 2010
!"#$% '()*%+%
viii
Purwo Santoso ix
-%.&%' +,+
!,)-()*(# !,)"./+ ........................................................................... v
0(1*(# 2+/ .......................................................................................... ix
!,#*,3"() 2
!45675879 :787 ;<=27>?
@,#A/B/# ;#/*/+ *,)*()- ;,C/D(B() !"C./B
E() !,)"()-())F( E(.(3 7)(./+/+ ............................................. 1
A. Btoirtotmirg ............................................................................... 1
B. Dc/ticfirg .................................................................................... 2
C. Segmentasi Ferkuliahan ............................................................ 3
D. Bersikap Kritis: Mensikapi Moirttcom Analisis Kebijakan ............ 8
E. Fenutup Ferkuliahan ............................................................... 10
!,#*,3"() 22
;G:!94>45'2H287' 075 ;4I75662>75
757=2'2' ......................................................................................... 12
A. Analisis Kebijakan oan Kompleksitas Ienomena Kebijakan ...... 12
B. Filihan Seorang Analis ............................................................ 21
C. Mengkritisi Logika Rotiorol-Comptclcricc ................................ 22
D. Tugas Akhir Sesi ..................................................................... 2
x Analisis Kebijakan Publik
!,#*,3"() 222
G@J4;82H287' 757=2'2'?
;%)*#%K,#+/ 7)(./+/+ ")*"B ;,C/D(B() E() 7)(./+/+
*,#L(E(A ;,C/D(B() ...................................................................... 26
A. Filihan Dilematis ..................................................................... 26
B. Kontroversi Analisa untuk Kebijakan oan Analisa terhaoap
Kebijakan: Feroebatan Seputar Obyektivitas Analis .............. 30
C. Memahami Feran Analis oalam Dua Traoisi Analisis
Kebijakan Fublik..................................................................... 32
D. Kepiawaian Dasar yang Dibutuhkan oleh Seorang Analis ........ 36
E. Fenugasan .............................................................................. !
!,#*,3"() 2H
:4564:@756;75 ;49756;7 757=2'7 ;4@2M7;75 ..... !
A. Mooel oalam Analisa Kebijakan Fublik ................................. !
B. Memperkenalkan Mooel ........................................................ !9
C. Mengembangkan oan Menggunakan Mooel untuk Analisa
Kebijakan ................................................................................ 6
D. Moocllirg untuk Menganalisis Substansi Kebijakan ................ 60
E. Moocllirg untuk Menganalisis Froses Kebijakan ..................... 63
I. Moocllirg untuk Analisis Konteks Kebijakan ........................... 66
G. Konsekuensi oan Ancaman Fenggunaan Mooel .................... 6
H. Tugas oan Fersiapan Sesi Selanjutnya .................................... 69
!,#*,3"() H
757=2'2' AGE`DA SETTI`G ;4@2M7;75 ................................. 1
A. Belajar Menganalisis Ienomena Agenoa Setting Kebijakan ...... 1
B. Agenoa: Mahluk Apakah Itu? ................................................ 2
C. Latihan Analisis untuk Agcroo - Scttirg` ...................................
D. Latihan untuk Kelompok Analisis Terhaoap Agcroo-Scttirg` ....... 80
E. Fersiapan untuk Sesi Selanjutnya ........................................... 82
Purwo Santoso xi
!,#*,3"() H2
757=2'2' NG9:<=7'2 075 !4567:@2=75
;4!<8<'75 ;4@2M7;75 OPQ .................................................... 8!
A. Analisis oan Fengambilan Keputusan Kebijakan ................... 8!
B. Memahami Dcciior Molirg ..................................................... 86
C. Latihan Analisa untuk Iormulasi oan Fengambilan
Keputusan Kebijakan: Cot Bcrcfit Arol,i ........................... 89
D. Latihan Analisa untuk Iormulasi oan Fengambilan
Keputusan Kebijakan: S1OT Arol,i .................................... 96
E. Latihan Analisis terhaoap Fengambilan Keputusan
Kebijakan .............................................................................. 101
I. Fersiapan untuk Sesi Berikutnya ........................................... 103
!,#*,3"() H22
757=2'2' NG9:<=7'2 075 !4567:@2=75
;4!<8<'75 ;4@2M7;75ORQ .................................................... 10
A. Mooel Got/ogc-Cor untuk Analisa Fengambilan
Keputusan Kebijakan ........................................................... 10
B. Memahami Mooel Got/ogc-Cor oalam Analisa
Fengambilan Keputusan ....................................................... 106
C. Latihan Analisis untuk Fengambilan Keputusan Kebijakan
oengan Mooel Got/ogc-Cor ................................................... 112
D. Latihan Analisis Terhaoap Fengambilan Keputusan Kebijakan
oengan Mooel Got/ogc-Cor ................................................... 11!
E. Fersiapan untuk Sesi Berikutnya ........................................... 11
!,#*,3"() H222
757=2'2' !4567:@2=75 ;4!<8<'75
;4@2M7;75 OSQ ............................................................................. 11
A. Mooel Mixco-Scorrirg, Keluar oari Feroebatan Mooel
Rasional oan Got/ogc-Cor ..................................................... 11
xii Analisis Kebijakan Publik
B. Memahami Mooel Mixco Scorrirg ......................................... 118
C. Berlatih Melakukan Analisis untuk Fengambilan Keputusan
Kebijakan oalam Logika Mixco Scorrirg .............................. 120
D. Latihan Analisis terhaoap Fengambilan Keputusan Kebijakan:
Mooel Mixco Scorrirg ............................................................ 122
E. Fersiapan untuk Sesi Berikutnya ........................................... 123
!,#*,3"() 2T
757=2'7 2:!=4:4587'2 ;4@2M7;75 ............................... 12!
A. Feran Analisa oalam Implementasi Kebijakan ..................... 12!
B. Memahami Froses Implementasi oan Iungsi Analisis
oalam Froses tersebut .......................................................... 12
C. Fenoekatan oalam Implementasi ......................................... 128
D. Berlatih Melakukan Analisis untuk Implementasi Kebijakan ... 13!
E. Analisa terhaoap Implementasi Kebijakan .......................... 138
!,#*,3"() T
757=2'2' MO`ITORI`G ;4@2M7;75 ...................................... 1!0
A. Memahami Moritotirg Kebijakan .......................................... 1!0
B. Berlatih Melakukan Analisis untuk Moritotirg Kebijakan ..... 1!6
C. Latihan Analisis Terhaoap Moritotirg Kebijakan .................. 10
D. Fersiapan untuk Sesi Berikutnya ........................................... 11
!,#*,3"() T2
4H7=<7'2 ;4@2M7;75 .............................................................. 13
A. Analisis Dan Evaluasi Kebijakan .......................................... 13
B. Berlatih Melakukan Analisis untuk Evaluasi Kebijakan ....... 160
C. Berlatih Melakukan Analisis terhaoap Evaluasi Kebijakan ...... 163
D. Frinsip-prinsip Fengembangan Mekanisme Kebijakan
Fartisipatil ............................................................................ 169
Purwo Santoso xiii
-%.&%' &%/"*
Tabel II.1. Ferbeoaan Mooel-Mooel Fengambilan Keputusan ...... 1
Tabel II.2. Matriks Isian Simulasi.................................................... 23
Tabel III.1. Matriks Ferbeoaan Analisis Sebagai Kegiatan yang
Obyektil oan Analisis Sebagai Kegiatan yang
Subyektil ........................................................................ 29
Tabel III.2. Kontras Antara Analisis untuk Kebijakan oan Analisis
Terhaoap Kebijakan oalam Kehioupan Sehari-hari
oi Berbagai Area Frolesi ................................................ 33
Tabel III.3. Kuaoran Fosisi Analis Kebijakan .................................. 38
Tabel III.3. Kuaoran Fosisi Analis Kebijakan .................................. 39
Tabel III.!. Matriks Kapasitas Diri Analis ........................................ !0
Tabel III.. Bias Khas Tipe Analis Kebijakan .................................. !6
Tabel IV.I. ]enis Feta Menurut Inlormasi yang Disajikan
oan Kegunaannya .......................................................... 1
Tabel IV.2. Berbagai Mooel Delinisi Ferpolitikan Inoonesia ...........
Tabel IV.3. Beberapa Filihan Orientasi Analisis
oan Konsekuensinya ...................................................... 9
Tabel V.1. Ferbeoaan Kerangka Pilit Teknokratis oan Folitik
oalam Analisa Agcroo cttirg .........................................
Tabel VI.1. Strategi-strategi oalam Soot Arol,i .............................. 99
Tabel IX.1. Kontras Fenoekatan Top Door oan Bottom Up ....... 130
Tabel X.1. Contoh Foin Verilikasi untuk Analisis Implementasi
Kebijakan: ................................................................... 1!
xiv Analisis Kebijakan Publik
-%.&%' /%$%#
Box II. 1. Contoh Kasus: Kebijakan Fengurusan ........................ 1!
Bagan II.1. Feta Femikiran Analisis Kebijakan ............................... 1
Bagan II.2. Derajat Komprehensivitas Analisis Kebijakan ............. 20
Bagan III.1. Hubungan Antara Analisis Lntuk Kebijakan
oan Analisis terhaoap Kebijakan ................................. 30
Bagan III.2. Ilustrasi Analis Aktivitas untuk Memahami Ienomena
Kebijakan oari Ferspektil Tertentu .............................. 3!
Bagan IV.1. Feta Lonoon ................................................................. 2
Bagan IV.2. Feta Teori Menurut Klaus von Beyme ......................... 3
Bagan IV.3. Contoh Visualisasi Kesejajaran Ioe Gooo Gocctrorcc
oan Demokrasi ............................................................. !
Bagan IV.!. Dimensi Kebijakan .......................................................
Bagan IV.. Lrutan Analisis Substansi Kebijakan ........................... 62
Bagan IV.6. Siklus Fenanggulangan Bencana .................................. 66
Bagan V.I. Ringkasan Alur Froses Agcroo - Scttirg Menurut
]ohn w. Kingoon ........................................................... 9
Box VI.2. Ilustrasi Analisis CBA Seoerhana untuk Fengambilan
Keputusan .................................................................... 93
Bagan VI.1. Alur SWOT .................................................................. 9
Bagan VII.1 Alur Fengambilan Keputusan Mooel Got/ogc-Cor ..... 109
Bagan IX.1. Froses Implementasi Kebijakan sebagai Froses
Aoministratil oan Folitis ............................................ 128
Bagan IX.1. Spektrum Instrumen Kebijakan ................................. 132
Bagan IX.2. Filihan-pilihan Kritis oalam Froses Implementasi
Kebijakan ................................................................... 13
Bagan XI.1. Elemen-elemen Desain Kebijakan ............................. 162
Bagan X.2. Kebijakan Fublik sebagai Froses Folitik Berbasis
Kekuatan Masyarakat ............................................... 16!
Bagan X.3. Ferspektil Sociol Motlctirg ............................................ 16
Purwo Santoso 1
!01203456 +
!"#$%#&%' 7%&% 8)*+%9
/01:;<;1 81;2;= 206256> 80?;@5<56 !4?A;< B56
!06456>566C5 B5A53 %65A;=;=
!"#" %&#" '&()*+",-,.
Merumuskan konLrak belajar
Memperkenalkan rancangan perkuliahan
%*/#0,.#" %&#" '&()*+",-,.
KonLrak belajar
Pemaparan umum sLudi analisa kebijakan dan
pembedaannya dengan sLudi kebijakan , uLamanya
kerangka penyajian dan berbagai keLenLuan yang
berlaku.
!&012& '&()*+",-,.
Ceramah
1uLorial
Diskusi kelas
7U Btoirtotmirg
Fertemuan ini oioesain untuk membawa mahasiswa mengenal oan
mulai belajar merasakan oimensi-oimensi analisis kebijakan yang selama
ini mungkin tioak terlalu oiperhatikan oleh orang paoa umumnya.
Lntuk itu, kelas oibuka oengan menanyakan kepaoa mahasiswa apa
yang mereka pahami tentang analisis. Dalam opini banyak orang, ketika
menoengar kata analisa` atau analisis`-tctmool orolii lc/iolor-kata
tersebut selalu oiasosiasikan oengan proses rumit oan kompleks untuk
mengukur sesuatu. Fengukuran ini juga harus oilakukan oengan alat ukur
yang rumit oan kompleks pula. Semakin rlimct proses pengukuran oan
alat ukurnya, maka semakin tclio/lc oan akurat hasil analisisnya. Namun,
2 Analisis Kebijakan Publik
untuk merangsang keberanian mahasiwa oalam melakukan analisis,
oosen bisa meminta mahasiswa untuk mengutarakan pemahaman
mereka senoiri tentang analisis, tanpa harus selalu mengacu paoa oelinisi
analisa yang commor cricol tersebut.
Setelah menyaring pemahaman mahasiswa tentang analisa` oan
memetakan penoapat mereka tentang makna analisis, perkuliahan
oilanjutkan oengan penyerapan harapan mahasiswa oari matakuliah
ini. Lntuk itu, mahasiswa oiminta untuk menuliskan oalam selembar
kertas berbagai hal yang mereka harapkan, baik yang silatnya substantil,
metooologis maupun teknis.
Setelah mahasiswa selesai memberikan jawaban, oosen
memaparkan makna etimologis oari kata Analisa atau Analisis.
Lntuk itu, oosen bisa memulai oari oelinisi istilah orol,i oari `co
Oxfoto Amcticor Dictiorot,, yang menoelinisikan analisis sebagai: octoilco
cxomirotior of tlc clcmcrt ot ttoctotc of omctlirg, t,picoll, o o /oi fot oicoior
oro irtctptctotior`. Menurut sumber yang sama, proses menganalisa juga
melibatkan: ptocc of cpototirg omctlirg irto it cortitocrt; tlc iocrtificotior
oro mcootcmcrt of . clcmcrt, ..
Dari oelinisi oi atas, oosen mengajak mahasiswa untuk sampai
paoa kesimpulan bahwa, secara seoerhana, analisis meliputi
kegiatan mencermati ,cxomirc,, memecah hal yang oianalisis oalam
elemen-elemen pembentuknya yang lebih kecil, serta, kegiatan
menginoentilikasi oan mengukur. Nah, karena mooul ini berbicara
tentang analisis kebijakan publik, berarti mooul ini terkait oengan
hal mencermati, memecah hal yang oianalisis oalam elemen-elemen
pembentuknya yang lebih kecil, serta mengioentilikasi oan mengukur
kebijakan publik.
@U Dc/ticfirg
Setelah memaparkan secara singkat makna etimologi oari analisis,
oengan mengkait-kaitkan penoapat mahasiswa yang suoah oiajukan,
oosen memaparkan kepaoa mahasiswa bahwa analisa kebijakan,
beroasarkan tujuannya, bisa oioelinisikan juga sebagai aktivitas untuk
menciptakan pengetahuan tentang` oan untuk` proses pembuatan
Purwo Santoso 3
kebijakan.
1
Di sini oosen perlu mengingatkan mahasiswa bahwa tujuan
oari aktivitas mencermati, memecah yang oianalisis oalam elemen-
elemen pembentuknya yang lebih kecil, serta mengioentilikasi oan
mengukur kebijakan publik aoalah untuk menoapatkan pengetahuan
yang relevan bagi proses kebijakan. Fengetahuan yang relevan bagi
kebijakan ini, secara garis besar, meliputi sebab, akibat, oan kinerja
kebijakan. Fengetahuan ini kemuoian, meski tioak selalu, oimanlaatkan
oleh pembuat kebijakan, termasuk publik, sebagai irpot oan bahan
pertimbangan oalam pengambilan keputusan kebijakan.
Dosen perlu menekankan paoa mahasiswa bahwa kecakapan
melakukan analisis tioak bisa oioapatkan melalui proses pemahaman
atas obyek kebijakan yang oi analisis semata. Kecakapan analisis
tentang suatu kebijakan harus oioukung oleh kemampuan membangun
pemahaman terhaoap konteks kebijakan yang oianalisis, oan oioukung
kemampuan untuk menuangkan pemahaman tersebut ke oalam naskah.
Lntuk membangun pemahaman ini, oiperlukan tioak hanya kapasitas
kognitil, tetapi juga kepekaan serta kejelian ketika menelaah suatu proses
kebijakan. Kepekaan oan kejelian ini aoalah aspek psikomotoris oari
seorang analis, oan aspek psikomotoris harus oiasah melalui berbagai
latihan agar seseorang bisa menjaoi analis yang bisa oianoalkan.
Tujuan besar oari penyelenggaraan matakuliah ini aoalah
memberikan kemampuan oasar bagi mahasiswa untuk melakukan
analisis kebijakan. Karena itu, untuk meningkatkan kepekaan oan
kejelian mahasiswa oalam melakukan analisis kebijakan, penyelenggara
perkuliahan mau tioak mau harus menganoalkan penugasan oan
latihan. Karena itu, evaluasi pembelajaran ,penilaian, akan lebih
oioasarkan paoa kemampuan untuk menuliskan karya.
IU ',-3,)*(+/ !,#B"./(L()
Agar mahasiswa lebih siap oalam mengikuti oan mempersiapkan
oiri untuk menerima materi oalam perkuliahan ini, oosen memaparkan
! #$%&'(() *$+,(- ./) -012304 -$($5 .266) 70((0$5 8!999: Pencntcr Anclisc
Kebijclcn Publil) ;,<=$1$+3$> ?$-@$A B$-$ C60D'+%03= E+'%%) A$(/ !
4 Analisis Kebijakan Publik
segmentasi perkuliahan oan garis besar materi yang akan oisampaikan
oi masing-masing sesi.
Dosen menyampaikan paoa mahasiswa bahwa untuk menjaoikan
tiap sesi pertemuan oalam kuliah ini lebih elisien, perkuliahan akan oibagi ke
oalam oua segmen. Segmen pcttomo akan oisajikan oalam ! sesi pertemuan
pertama. Dalam segmen ini mahasiswa oiajak untuk memahami analisis,
sebagai penoalaman terhaoap makna analisis sebagaimana oisebutkan
oi atas. Segmen ini sebetulnya aoalah analisis - tentang analisis` atau
mcto orolii`. Fenugasan paoa segmen ini oimaksuokan untuk mengajak
mahasiswa menghayati teori tentang analisis.
Segmen lcooo berisi penerapan oari teori tentang analisis yang
telah oibahas oi segmen pertama. Materi oari segmen keoua ini akan
oisampaikan paoa sesi-sesi pertemuan selanjutnya oari matakuliah ini.
Fenugasan paoa segmen ini oimaksuokan untuk melatih mahasiswa
melakukan berbagai kisi analisis.
Ptccico P? :,3(L(3/ 7)(./+/+ 8,)*()- 7)(./+/+ O:,*(
7)(./+/+Q
Lntuk mengantarkan mahasiswa paoa persoalan meta analisis,
oosen mengingatkan bahwa kebijakan publik merupakan oenyut
naoi oari proses pemerintahan.
2
Dalam kebijakan, kekuasaan negara
bertemu oengan keoaulatan yang, oalam norma oemokrasi, oipegang
oleh rakyat atau warganegara. Karena oalam rezim negara-bangsa
yang saat ini oominan, hanya negara yang memiliki legitimasi untuk
membuat sebuah kebijakan publik. Dalam konteks oemokrasi,
pertanyaan paling menoasar tentang sebuah kebijakan aoalah, Sc/ctopo
ool lc/iolor pcmctirtol /cttoot ocrgor lclcrool po/lil ootgorcgoto r,o.
3
Negara aoalah pemegang kekuasaan yang sah. Karena kebijakan
publik paoa oasarnya aoalah kebijakan negara, maka kebijakan publik
seringkali oiartikan sebagai sebuah tinoakan yang oilakukan oleh
F #0A$3 @2<$ G2-05$6) H+0'I) 8!99F:) Teori Necrc) J$1$+3$> ?+$5'-0$
K B'62+23 .$A() -'5,1+$%0 $-$($A L'+3$236=$ 1'A'6-$1 =$6< 5'5'+063$A -$6 =$6<
-04'+063$A/ #0A$3 .$A() M,L'+3) 8!9N!:)Polcrch: Pcrticipction, cnd Dpposition,
OA'(%'$> ;$(' C60D'+%03= E+'%%
Purwo Santoso 5
pemegang kekuasaan untuk memastikan tujuan-tujuan yang suoah
oirumuskan oan oisepakati oleh publik bisa tercapai.
!
Oleh karena
itu, persoalan kebijakan publik bisa oiartikan sebagai persoalan
penggunaan kekuasaan.
Hal oi atas penting untuk oipahami oan oiresapi oleh mahasiswa yang
belajar analisis kebijakan. Karena oari pemahaman tersebut, mahasiswa
sebagai analis, bisa memahami bahwa peran seorang analis rentan terjebak
menjaoi sekeoar` kaki tangan penguasa. Dengan memahami kerentanan
tersebut, mahasiswa oiharapkan lebih mampu mengantisipasinya.
Dalam matakuliah ini, kebijakan tioak hanya oipahami sebagai
persoalan teknis aoministratil semata, tetapi juga sebagai sebuah
persoalan politik. Karena terkait oengan penggunaan kekuasaan,
niscaya, kebijakan publik berlangsung oalam suatu cttirg kekuasaan
tertentu. Artinya aoa pihak yang berkuasa oan aoa pihak yang oikuasai.
Biasanya, analisis kebijakan bisa oilakukan oleh mereka yang
berkuasa, namun tioak tertutup kemungkinan analisis ini oilakukan
oleh pihak yang oikuasai. Dalam pemerintahan yang otoriter, oimana
keputusan kebijakan oiasumsikan sebagai hak prerogatil penguasa,
analis kebijakan memang cenoerung memposisikan oiri sebagai
penguasa atau kaki tangan penguasa.
Namun, oalam alam oemokrasi,
oimana warganegara atau rakyat oiououkkan sebagai pemegang
keoaulatan, maka analisis harus oilakukan oalam posisi ini. Oleh
karena itu, politicol toroirg ataupun iocologicol toroirg penting untuk
oipahami oan oihayati oleh seorang analis.
Dalam segmen meta-analisis ini, mahasiswa juga oiajak untuk
memahami kebijakan publik lebih oari sekeoar persoalan substansi
atau isi kebijakan saja, melainkan juga memahami kebijakan publik
sebagai persoalan proses. Dosen mengingatkan mahasiswa bahwa
proses kebijakan berlangsung oalam oinamika relasi antar beragam
aktor oengan beragam kepentingan. Dosen juga perlu menekankan
P #0A$3 @2<$) Q$63,%, E2+&,) '3/$( 8'-/:) 8FRRP:) Menembus Drtodolsi Kcjicn
Kebijclcn Publil,S ;,<=$1$+3$> TUQUEV# C?B/
W #0A$3 @2<$ X2<+,A,) M0$63 ./) 8FRRN:) Anclisis Kebijclcn) J$1$+3$> Y('Z B'-0$
[,542306-,) A$(/ K\W
6 Analisis Kebijakan Publik
paoa mahasiswa bahwa kenyataan tersebut membuat seorang analis
kebijakan harus mampu memilih oan menempatkan oirinya sebagai
salah satu pihak oari aktor yang terlibat oalam proses kebijakan.
Femaparan tentang oimensi kebijakan oan pilihan posisi yang
bisa oiambil oleh seorang analis ini oiawali oengan mengingatkan
mahasiswa tentang peroebatan epistemologis tentang realita. Di satu
pihak aoa penoapat yang mengatakan bahwa pengetahuan ,materi
analisis, aoalah realitas obyektil, realitas yang beraoa oiluar oiri si
analis. Di pihak lain, aoa penoapat bahwa realita sosial yang oi analisis
mau tioak mau aoalah ekspresi subyektivitas seseorang, termasuk
subyektivitas si analis. Karena itu bagi penganut o/,cltici, mustahil
realitas bersilat obyektil. Realitas yang oianalisis, termasuk realitas
kebijakan, paoa oasarnya aoalah realitas subyektil. Implikasinya, baik
buruknya analisis bukan oitentukan oari obyektivitas-nya melainkan
justru oari irtct-o/,clticito-nya.
Bagi kalangan yang meyakini bahwa kualitas analisis oitentukan
oleh obyektivitas-nya, analisis yang ioeal oibayangkan bersilat netral
oan tioak memihak. Fembuktian secara empiris memungkinkan si analis
mengatakan bahwa itulah kenyataan sebagaimana aoanya. Di sisi lain,
kalangan yang mengeoepankan subyektivitas berpenoapat sebaliknya.
Bagi kalangan ini, apa yang oisebut kenyataan, paoa oasarnya aoalah
inter-subyektivitas pemaknaan oan pemahaman oi antara orang-orang
yang bersinggungan oengan realitas tersebut. Baginya, tioak aoa analisis
yang netral. Analisis akan selalu bersilat coloc /ooroco. Oleh karenanya,
si analis tioak mungkin menempatkan oirinya secara aoil oi atas semua
kepentingan yang terlibat oalam proses kebijakan.
Berangkat oari pemahaman akan konteks, proses, oan aspek
epistemologis oari analisis kebijakan, oosen sekali lagi menekankan
kepaoa mahasiswa tentang pentingnya menentukan posisi oalam
melakukan analisa kebijakan. Terlepas oari kekurangan yang aoa,
apapun pilihan posisi yang oiambil, seorang analis harus secara tegas
menentukan posisinya. Kelemahan ini bisa oiatasi jika seorang analis
memahami konsekuensi oari pilihan posisi yang oiambilnya, sehingga
analis tersebut lebih muoah mengantisipasi kelemahan yang muncul.
Purwo Santoso 7
Dalam pertemuan pertama, oosen juga mengingatkan kembali
paoa substansi yang telah oibahas secara intensil oalam matakuliah
Kebijakan Fublik, bahwa kebijakan aoalah lenomena yang silatnya
multioimensional. Kecakapan untuk memahami isu oan oimensi
kebijakan secara memaoai oan menoalam aoalah hal yang sangat
krusial. Sehingga, sebagai analis, oalam menganalisa kebijakan,
mahasiswa tahu betul peta oimensi kebijakan, baik yang menjaoi lokus
analisa-nya maupun yang tioak terangkum oalam analisanya.
Matakuliah Analisa Kebijakan Fublik ini oirancang sebagai
penoalaman oari matakuliah Kebijakan Fublik. Kalau matakuliah
Kebijakan Fublik oioesain oengan substansi yang menitikberatkan
paoa pemahaman teoritik, maka kuliah Analisa Kebijakan Fublik ini
justru lebih oitekankan paoa pengalaman praktis.
Dalam mengantarkan kuliah ini, oosen berpegang paoa prinsip
bahwa kuliah ini oiaoakan untuk kepentingan menanamkan kesaoaran-
kesaoaran tertentu. Sehingga oalam penyajian materi, peserta tioak
hanya oiajak mengkritisi oan menelaah nalar pemikiran oari sebuah
kebijakan, namun juga secara emosional aoa kesaoaran otomatis
terhaoap perspektil multioimensional.
Lntuk membangkitkan kekritisan, pemahaman, oan penghayatan
mahasiswa terhaoap kebijakan oan analisis kebijakan, oalam penyajian
materi kuliah ini oosen mengajak mahasiswa untuk bergulat oengan
pertanyaan: Bcrotlol pcroclotor lc/iolor po/lil ,org ooo clomo iri oool
mcmoooi ortol mcmottct fcromcro oor pto/lcm oiol ,org r,oto-r,oto orgot
lomplcl.`. Oleh karena itu, pengantar kuliah oi segmen meta analisis ini
penting oilakukan sebagai awal untuk merangsang kesaoaran peserta agar
terbuka terhaoap cara panoang yang lebih kritis.
Ptccico R? !#(B*,B 7)(./+/+
Segmen keoua oari perkuliahan ini mengajak mahasiwa untuk
menghayati penerapan oari teori tentang analisis kebijakan. Dosen
menyampaikan bahwa oalam segmen ini, perkuliahan oilakukan
melalui serangkaian latihan melakukan analisis oalam berbagai bagian
oari proses kebijakan. Dalam latihan ini, mooel proses kebijakan yang
8 Analisis Kebijakan Publik
oigunakan mengacu paoa mooel tahapan kebijakan ,togit moocl,.
Acuan mooel oipilih hanya untuk mempermuoah memilah-milah
proses kebijakan oalam bagian-bagian yang lebih kecil sehingga
memuoahkan untuk melakukan analisis.
Segmen keoua ini oimulai oari pertemuan ke-, oengan mengajak
mahasiswa untuk mempraktekkan analisa ogcroo-cttirg atau perumusan
masalah. Faoa pertemuan ke-6 oan ke-, praktek analisa pengambilan
keputusan kebijakan. Faoa pertemuan ke 8 oan ke 9, mahasiswa oiajak
untuk melakukan analisa terhaoap implementasi oan moritotirg kebijakan.
Diakhiri oengan praktek mengevaluasi kebijakan oi pertemuan ke-10.
Selama berpraktek melakukan analisa kebijakan tersebut, mahasiswa
oiminta untuk berpegang paoa prinsip-prinsip yang suoah oipaparkan
oalam segmen perkuliahan meta analisis`. Dosen perlu menekankan
bahwa oengan berpegang paoa asumsi kebijakan sebagai sebuah lenomena
multioimensi oan pentingnya seorang analis untuk menentukan toroirg
poitior-nya, maka mahasiswa oiminta untuk memilih satu oimensi spesilik
oari kebijakan yang akan oianalisis serta toroirg poitior yang oipilihnya.
Selanjutnya, mahasiswa oiminta untuk konsisten oengan pilihannya
oan secara konsekuen melaksanakan kewajiban-kewajiban metooologis
maupun praktis yang muncul oari pilihannya tersebut.
0U @,#+/B(A ;#/*/+? :,)+/B(A/ Moirttcom 7)(./+/+ ;,C/D(B()
Kualitas analisis biasanya oilihat oari kekuatan oan ketajaman
kritik yang oibangun. Oleh karena itu, oipenghujung sesi pertama ini
oitekankan pentingnya /ctpilit kritis-analitis. Salah satu cara untuk itu
aoalah membiasakan berpikir oan bekerja oengan acuan yang jelas.
Kalau oari acuan yang kita pilih ternyata aoa kontraoiksi oengan corak
analisis yang seoang menjaoi ttcro maka sikap kritis mulai bisa oibangun.
Sebagaimana oisebutkan oalam pembahasan oi atas, aoa oua
perspektil oalam analisis, yaitu: ,1, persektil yang oibangun oi atas
premis obyektivitas analisis, oan, ,2, perspektil yang oibangun oi
atas prinsip inter-subyektivitas analisis. Ferspektil yang pertama
menghasilkan banyak kontribusi terhaoap berkembangnya traoisi
analisis terhaoap kebijakan ,orol,i of polic,,. Sementara, yang
Purwo Santoso 9
keoua berkontribusi besar terhaoap munculnya traoisi analisis untuk
kebijakan ,orol,i fot polic,,. Analisis oalam traoisi yang pertama, saat
ini, relatil lebih populer oan bahkan menjaoi stanoar bagi sebagian
besar analis. Analis oan aktor kebijakan, baik yang aoa oi oalam
maupun oi lingkaran pembuat kebijakan, banyak menggunakan mooel
analisa yang membioik obyektivitas tersebut.
Ferspektil ini mengasumsikan bahwa kebijakan bisa` oan harus`
oianalisa secara obyektil. Dengan instrumen-instrumen ilmiah, analis,
oalam perspektil ini, oiasumsikan sebagai agen yang terbebas oari
segala ikatan kontekstual, bahkan ikatan keterbatasan rasionalitas, oan
memanoang bahwa analisis yang oilakukannya menganoung sebuah
kebenaran yang obyektil oan juga clf-cciocrt.
Karena kebenaran obyektil oireouksi menjaoi keilmiahan, oan
keilmiahan oireouksi menjaoi seperangkat proseour ilmiah, perspektil
ini melihat kebijakan publik hanya sebagai proses teknis-proseoural.
Dengan oemikian, oiharapkan, netralitas analisis kebijakan bisa oijaga.
Keberhasilannya hanya oitentukan oleh kehanoalan oan ketepatan
pelaksanaan proseour analisis yang ilmiah. Selama proseour hanoal
oan oitaati oalam pelaksanaan, maka oikesankan bahwa semua analisis
kebijakan pasti memberikan hasil yang memuaskan oan tclio/lc.
Sebagai konsekuensinya, karena berorientasi paoa kebenaran
obyektil, mooel analisa ini memanoang bahwa kebenaran hanyalah
kebenaran jika kebenaran itu berlaku oi segala tempat oan oi setiap
saat. Lntuk memastikan bahwa kebenaran yang obyektil itu tercapai,
mooel penoekatan ini, secara oetil, memberikan perhatian lebih paoa
pilihan-pilihan instrumen oan proseour analisa yang oipakainya.
Tentu saja panoangan ini tioak sepenuhnya salah, tetapi oi sini aoa
satu kecenoerungan untuk terjebak oalam kesempitan cara panoang yang
membuat orang tiool ,moo) tolo /oloo oio tiool tolo`. Ketioak-tahuan
yang paling menoasar aoalah ketioak-tahuan terhaoap kebenaran lain
yang oihasilkan oleh perspektil analisa lain, yang mempunyai cara
panoang yang berbeoa terhaoap analisa oan kebijakan.
Kebalikannya, perspektil analisa yang keoua lebih menekankan
paoa prinsip bahwa kebenaran selalu bersilat subyektil. Begitu pula
10 Analisis Kebijakan Publik
oengan analisa. Semua analisa pasti menganoung unsur subyektivitas.
Pcttomo, karena kebijakan, oan analisa kebijakan haoir oalam sebuah
konteks yang spesilik oan memuat banyak kepentingan, sehingga
mau tioak mau si analis harus melakukan pilihan posisi. oan lcooo,
rasionalitas manusia terbatas untuk bisa mengioentilikasi oan
memperhitungkan semua variabel yang mempengaruhi kebijakan. Di
sini analis harus memilih variabel tertentu oan melakukan elaborasi
yang lebih paoa variabel tersebut oengan mengabaikan variabel yang
lain. Variabel apa yang oielaborasi tentunya merupakan pilihan yang
oilatarbelakangi kepentingan tertentu, setioaknya kepentingan si analis
itu senoiri. Tetapi tioak menutup kemungkinan bahwa pilihan itu
senoiri oipengaruhi oleh kepentingan si analis itu senoiri atau orang
lain yang oilayani oleh si analis.
Dalam perspektil o/,clticime, kebenaran, termasuk kebenaran
analisa, yang obyektil oalam artian bebas oari ikatan ruang oan waktu
oianggap sebagai utopia. Yang paling jauh bisa oitangkap aoalah
kebenaran intersubyektil, oi mana pihak-pihak yang terkait oengan
kebenaran itu, paoa konteks waktu oan ruang tertentu, bersepakat
bahwa kebenaran itu aoalah kebenaran.
Karenanya, secara saoar, perspektil ini tioak berambisi mengejar
kebenaran yang bersilat universal. Analisa oari perspektil ini selalu
meletakkan kontekstualitas oan inter-subyektivitas sebagai ukuran
utama kebenarannya. Keberpihakan analis bukan menjaoi satu
hal yang tabu, tetapi menjaoi suatu keniscayaan, tioak hanya untuk
menghayati kontekstualitas oan inter-subyektivitas, tetapi juga menjaoi
suatu keniscayaan proses kebijakan itu senoiri, oi mana si analis
aoalah salah satu pihak oari sekian banyak kepentingan yang terlibat
oioalamnya.
4U !,)"*"A !,#B"./(L()
Sebagai penutup oari sesi pertama ini, oosen meminta mahasiswa
untuk melakukan tccico atas beberapa literatur analisis kebijakan.
Sebagai persiapan untuk sesi berikutnya oari kuliah ini, oosen
memberikan penugasan paoa mahasiswa untuk membaca buku:
Purwo Santoso 11
Hogwooo, Bryan oan Lewiss A. Gunn, ,198!,, Polic, Arol,i fot tlc
Rcol 1otlo,Oxloro Lniversity Fress, Bo/ I oan Bo/ 2;
Nugroho, Riant, ,200,, Arolio Ic/iolor,]akarta: Elex Meoia
Komputinoo, Bo/ 8 oanBo/ 9,
Dunn, William N. ,1999, ,199+, 2
ro
coitior), Pcrgortot Arolii Ic/iolor
Po/lil, Yogyakarta: Gaojah Maoa Lniversity Fress,Bo/ 1.
Mahasiswa oiminta untuk membuat tccico oari hasil pembacaan
masing-masing. Harapannya, paoa pertemuan berikutnya, mahasiswa
telah memahami bagaimana suout panoang, posisi, nilai oan
kepentingan satu aktor sangat berperan oalam menentukan posisinya
oalam suatu proses kebijakan.
0(1*(# !"+*(B(
Buoiman, Ariel, ,1992,, Tcoti `cgoto, ]akarta: Grameoia
Dunn, William, ,1999,, Pcrgortot Arolio Ic/iolor Po/lil, Samoora
Wibowo ,terj.,, Yogyakarta: Gaojah Maoa Lniversity Fress
Dahl, Robert, ,191,, Pol,otcl,: Potticipotior, oro Oppoitior, Chelsea: Yale
Lniversity Fress
Nugroho, Riant D., ,200,, Arolii Ic/iolor, ]akarta: Elex Meoia
Komputinoo
12 Analisis Kebijakan Publik
!01203456 ++
8D7!'"9"#,+E+&%,
-%# 8"F%#$$+9%# %#%*+,+,
!"#" %&#" '&()*+",-,.
Memperkenalkan kepada mahasiswa variasi derajaL
komprehensiviLas dan kecanggihan analisis
Memberikan pemahaman kepada mahasiswa LenLang
variasi derajaL komprehensiviLas dan kecanggihan
analisis sebagai konsekuensi dari pilihan posisi si analis
%*/#0,.#" %&#" '&()*+",-,.
Paradigma ilmu sosial dalam analisa kebijakan publik
Kebijakan publik sebagai enomena mulLidimensional
dan cakupan analisa kebijakan
!&012& %&#" '&()*+",-,.
Ceramah
1uLorial
Diskusi kelas
7U 7)(./+/+ ;,C/D(B() E() ;%3A.,B+/*(+ N,)%3,)( ;,C/D(B()
Faoa pertemuan ke-2 ini, oosen mengajak mahasiswa untuk
mengenal oan memahami bagaimana seorang analis kebijakan
melakukan analisis oengan tingkat kecanggihan oan komprehensivitas
tertentu, yang membeoakan seorang analis oengan orang awam.
Lntuk itu, oosen mengawali sesi ini oengan mengingatkan kepaoa
mahasiswa tentang kebijakan sebagai lenomena multioimensional. Hal
ini tentu telah oiketahui oleh mahasiswa oalam matakuliah Kebijakan
Fublik. Dengan memperlihatkan bahwa lenomena kebijakan bisa
oipotret sebagai realita yang berbeoa-beoa, oosen bisa menunjukkan
bahwa aoa banyak cara untuk melihat oan memperlakukan kebijakan
Purwo Santoso 13
sebagai sebuah obyek analisis. Ferbeoaan perspektil melihat kebijakan
oan kerangka analisis kebijakan akan menghasilkan kesimpulan yang
berbeoa, meskipun obyek kebijakan yang oikaji sama.
Sebagai contoh, oosen bisa mengajak mahasiswa untuk melihat
proses kebijakan konversi bahan bakar minyak tanah ke bahan bakar
gas. Dari satu perspektil, proses kebijakan tersebut bisa oilihat sebagai
sebuah sebuah proses yang oigerakkan paoa suatu tujuan yang jelas,
elisiensi liskal melalui pengurangan beban subsioi negara oi sektor
energi, oengan langkah-langkah yang oioasari oleh perhitungan yang
komprehensil, misalnya:Berapa jumlah rumah tangga yang harus
oisuplai subsioi bahan bakar gas?,Siapa yang menyalurkan?,
Bagaimana penyalurannya?, Dari mana anggarannya akan
oiambil?, oan seterusnya. Namun, oari perspektil yang lain, kebijakan
ini juga bisa oilihat sebagai sebuah proses yang bergerak ke arah oan
tujuan yang belum pasti oan proses kebijakan itu senoiri oiisi oleh
pertarungan berbagai kepentingan yang nantinya akan menentukan
arah oan hasil kebijakan. Misalnya, Siapa yang oiajak untuk membuat
keputusan kebijakan konversi ke bahan bakar gas tersebut?, Fihak
mana yang oiuntungkan oan oirugikan?, Dampak sosial yang
mungkin oitimbulkan oari proses konversi tersebut?, oan seterusnya.
Contoh serupa bisa kita oapatkan juga oalam kasus penggusuran
yang oitampilkan oalam @%V 22UPU I%)*%L ;(+"+? ;,C/D(B()
!,)--"+"#(). Dari kacamata pemerintah, sebagai pihak yang
mengeluarkan kebijakan, langkah ini oianggap perlu oemi kebaikan
masyarakat senoiri. Dalam kasus eksekusi tanah milik Ferum Ferumnas,
argumen oan logika yang oigunakan untuk menjustilikasi penggusuran
aoalah oemi terciptanya keaoilan oan terpenuhinya prinsip supremasi
hukum, yang oalam kasus tersebut menyatakan tanah tersebut aoalah
milik Ferum Ferumnas, oan karenanya mereka berhak menggusur
orang yang oianggap tioak berhak menoiami tanah tersebut.
Namun, oalam perspektil yang lain, seperti oikemukakan oalam
artikel tersebut, aoa oampak oari kebijakan penggusuran tersebut yang
sangat berpotensi memunculkan permasalahan publik baru. Warga
yang tergusur tentunya mengalami gangguan oalam kehioupan sosial
14 Analisis Kebijakan Publik
oan ekonominya. Bagi analis kebijakan, tentunya hal ini tioak bisa
oikesampingkan begitu saja, mengingat tujuan oari kebijakan publik
aoalah menyelesaikanpermasalahan publik, bukan menciptakan
masalah publik baru.
@%V 22UPU I%)*%L ;(+"+? ;,C/D(B() !,)--"+"#()
Sarapan Fagi Bersama : Tubagus Karbyanto
!,)--"+"#() 7E(.(L 8,#%# :,)W,B(3
Fenggusuran aoalah teror bagi masyarakat korban karena senoi
kehioupan mereka tercabut oari akarnya ungkap pemerhati masalah
perkotaan Tubagus Karbyanto. Fenggusuran aoalah teror yang
mencekam, kata Tubagus saat oihubungi KCM, Kamis ,210,.
Setioaknya lebih oari oua minggu ke belakang, warga ]akarta akrab
oengan berita penggusuran. Setelah ratusan warga Kampung Baru,
Cengkareng kehilangan tempat tinggal mereka karena lahan yang
oipakai oiambil pemiliknya Ferum Ferumnas, giliran warga Kampung
Sawah, Tanjung Duren bernasib naas. Kamis pagi, 100 warga yang
menoiami lahan oi RW 0 oan RW 06, persis oi samping Mal Taman
Anggrek kalah aou lisik oengan sekitar 300 petugas tramtib berikut
polisi. Tempat tinggal mereka pun, rata oengan tanah.
.......Menurut Tubagus yang juga Wakil Ketua Iorum
Warga Kota ,Iakta, ini, penggusuran seperti oijelaskan oi atas akses
masyarakat korban untuk menoapatkan hak-hak hioup mereka
betul-betul tertutup. Mereka tioak bisa lagi memikirkan pekerjaan
mereka. Anak-anak pun tak lagi bisa sekolah. Mereka pun cemas akan
ancaman penggusuran-penggusuran selanjutnya, kata Tubagus.
Sumber: http:www.kompas.comutamanews031003026!9.htm,
Bcrotlol pcrggootor ooolol cooto ,org mctogilor. Bolorlol tooor ooti
pcrggootor lcpcrtirgor otorg /or,ol.
Dosen mengajak mahasiswa untuk melihat bahwa masing-masing
perspektil mengeoepankan aspek tertentu oengan mengesampingkan
aspek yang lain. Di atas, perspektil yang pertama mengeoepankan
aspek teknis-aoministratil-ekonomis, oengan mengabaikan aspek sosio-
Purwo Santoso 15
politis. Sebaliknya perspektil yang keoua lebih mengeoepankan aspek
sosio-politis, oan menoorong upaya mencari solusi alternatil untuk
permasalahan kepemilikan oan pemanlaatan lahan yang menjaoi
pokok permasalahan kebijakan oi atas. Filihan perspektil seorang
analis akan berkonsekuensi paoa mooel atau kerangka analisis yang
oigunakannya ,Mooel kebijakan akan oibahas paoa Bab IV,. Faoahal,
oua contoh tersebut hanyalah sebagian kecil oari berbagai perspektil
tentang kebijakan. Artinya, aoa oemikian banyak cara untuk memahami
kebijakan publik oan menganalisa kebijakan publik. Ini bisa kita lihat
paoa @(-() 22UPU !,*( !,3/B/#() 7)(./+/+ ;,C/D(B() yang
menunjukkan, setioaknya, empat perspektil kebijakan, yaitu kebijakan
sebagai lenomena politis, oeliberatil, teknis, oan strategis.
@(-() 22UPU !,*( !,3/B/#() 7)(./+/+ ;,C/D(B()
Sumber: Nugroho, Riant, ,200,, Arolii Ic/iolor, ]akarta: Elex Meoia
Komputionoo, hal. 18
Konoisi seperti oi atas, oi satu sisi, memberikan ruang yang leluasa
bagi orang untuk mengembangkan berbagai mooel oan metooe analisis
kebijakan. Namun, oi sisi yang lain, menempatkan analis kebijakan
paoa situasi yang oilematis untuk menentukan perspektil mana yang
16 Analisis Kebijakan Publik
harus oipakai untuk menghasilkan analisis yang komprehensil.
Keinginan untuk menghasilkan sebuah analisis yang
komprehensil, tioak jarang membawa seorang analis untuk berupaya
memperhitungkan semua laktor yang mempengaruhi proses sebuah
kebijakan. Harapannya, oengan memperhitungkan semua laktor, si
analis bisa menghasilkan inlormasi oan ramalan kebijakan yang akurat.
Sayangnya, keinginan seperti oi atas jarang sekali menjaoi
kenyataan oalam praktek analisis kebijakan. Salah-salah, analis yang
bersangkutan, jika tioak hati-hati, bisa terjebak oalam penggunaan
nalar Rotiorol-Comptclcricc secara berlebihan, ketika oia terlalu percaya
oiri paoa rasionalitas oan kapasitasnya sebagai seorang teknokrat atau
analis kebijakan. Sebaliknya, analisis yang silatnya hanya parsial, atau
menyeluruh namun hanya berpilar paoa prinsip-prinsip normatil
umum,kurang memiliki oaya ramal oan seoikit sekali utilitasnya bagi
kebutuhan praktis kebijakan.
Dalam menentukan pilihan perspektil oan konsekuensi tuntutan
oerajat komprehensivitas yang oitimbulkan, sebagai seorang analis,
mahasiswa harus mengenal, memahami, oan menghayati perspektil-
perspektil oasar yang selama ini oigunakan untuk memahami,
menjelaskan, oan memperlakukan kebijakan. Lntuk itu, oosen
memperkenalkan oua mazhab pemikiran oalam stuoi kebijakan publik
oan analisis kebijakan publik. Keoua mazhab itu aoalah Rotiorol-
Comptclcricc oan Got/ogc Cor Moocl. Keoua mooel oasar ini banyak
oipakai untuk menjelaskan logika oalam proses kebijakan publik.
Ferbeoaan keouanya aoalah paoa keyakinan yang mereka letakkan oi
atas rasionalitas, seperti tampak oalam To/cl II.I. !,#C,E(() :%E,.X
:%E,. !,)-(3C/.() ;,A"*"+()U
Purwo Santoso 17
8
(
C
,
.
2
2
U
P
U
!
,
#
C
,
E
(
(
)
:
%
E
,
.
X
:
%
E
,
.
!
,
)
-
(
3
C
/
.
(
)
;
,
A
"
*
"
+
(
)
!
4
5
0
4
;
7
8
7
5
R
A
T
I
O
`
A
L
-
C
O
M
P
R
E
H
E
`
S
I
V
E
M
I
X
E
D
-
S
C
A
`
`
I
`
G
G
A
R
B
A
G
E
-
C
A
`
!
G
2
5
!
4
9
@
4
0
7
7
5
A
s
u
m
s
i
o
n
t
o
l
o
g
i
s
S
e
t
i
a
p
p
e
r
m
a
s
a
l
a
h
a
n
m
e
m
i
l
i
k
i
s
o
l
u
s
i
o
b
y
e
k
t
i
l
S
e
t
i
a
p
p
e
r
m
a
s
a
l
a
h
a
n
b
e
r
a
o
a
o
a
l
a
m
s
e
b
u
a
h
k
o
n
t
e
k
s
y
a
n
g
s
p
e
s
i
l
i
k
T
i
o
a
k
a
o
a
s
o
l
u
s
i
y
a
n
g
b
e
n
a
r
-
b
e
n
a
r
o
b
y
e
k
t
i
l
u
n
t
u
k
s
e
t
i
a
p
s
o
l
u
s
i
,
k
a
r
e
n
a
p
e
r
m
a
s
a
l
a
h
a
n
o
a
n
p
e
n
g
a
m
b
i
l
a
n
k
e
p
u
t
u
s
a
n
s
e
l
a
l
u
t
e
r
j
a
o
i
o
a
l
a
m
s
e
b
u
a
h
k
o
n
t
e
k
s
y
a
n
g
s
p
e
s
i
l
i
k
A
s
u
m
s
i
e
p
i
s
t
e
m
o
l
o
g
i
s
F
e
n
o
e
k
a
t
a
n
y
a
n
g
r
a
s
i
o
n
a
l
m
e
m
b
a
w
a
p
a
o
a
p
i
l
i
h
a
n
s
o
l
u
s
i
o
b
y
e
k
t
i
l
S
e
l
a
i
n
k
e
t
e
r
b
a
t
a
s
a
n
n
a
l
a
r
m
a
n
u
s
i
a
,
k
o
n
t
e
k
s
i
n
i
m
e
m
b
a
t
a
s
i
k
e
m
u
n
g
k
i
n
a
n
u
n
t
u
k
m
e
n
o
a
p
a
t
k
a
n
i
n
l
o
r
m
a
s
i
y
a
n
g
l
e
n
g
k
a
p
o
a
n
m
e
l
a
k
u
k
a
n
p
e
r
t
i
m
b
a
n
g
a
n
y
a
n
g
k
o
m
p
r
e
h
e
n
s
i
l
,
s
e
h
i
n
g
g
a
k
e
p
u
t
u
s
a
n
t
i
o
a
k
p
e
r
n
a
h
o
i
o
a
s
a
r
k
a
n
p
a
o
a
p
e
r
h
i
t
u
n
g
a
n
r
a
s
i
o
n
a
l
y
a
n
g
k
o
m
p
r
e
h
e
n
s
i
l
.
F
i
l
i
h
a
n
s
o
l
u
s
i
y
a
n
g
o
i
a
m
b
i
l
o
i
o
a
s
a
r
k
a
n
p
a
o
a
k
e
b
i
a
s
a
a
n
o
a
r
i
p
a
o
a
p
e
m
i
k
i
r
a
n
y
a
n
g
k
o
m
p
r
e
h
e
n
s
i
l
S
i
k
a
p
t
e
r
h
a
o
a
p
k
o
n
t
e
k
s
H
a
m
p
i
r
s
e
p
e
n
u
h
n
y
a
a
b
a
i
t
e
r
h
a
o
a
p
k
o
n
t
e
k
s
,
m
i
s
a
l
s
e
l
a
l
u
m
e
n
g
a
s
u
m
s
i
k
a
n
b
a
h
w
a
i
n
l
o
r
m
a
s
i
y
a
n
g
o
i
b
u
t
u
h
k
a
n
a
k
a
n
s
e
l
a
l
u
t
e
r
s
e
o
i
a
s
e
c
a
r
a
t
i
o
a
k
t
e
r
b
a
t
a
s
M
e
m
b
e
r
i
k
a
n
p
e
r
h
a
t
i
a
n
k
e
p
a
o
a
k
o
n
t
e
k
s
s
e
m
b
a
r
i
m
e
n
g
u
p
a
y
a
k
a
n
a
g
a
r
p
r
o
s
e
s
p
e
n
g
a
m
b
i
l
a
n
k
e
p
u
t
u
s
a
n
o
a
l
a
m
r
a
s
i
o
n
a
l
i
t
a
s
t
e
k
n
o
k
r
a
t
i
s
b
i
s
a
o
i
m
a
k
s
i
m
a
l
k
a
n
T
e
r
l
a
l
u
h
i
r
a
u
o
e
n
g
a
n
k
o
n
t
e
k
s
,
s
e
h
i
n
g
g
a
o
a
l
a
m
p
e
n
g
a
m
b
i
l
a
n
k
e
p
u
t
u
s
a
n
s
e
l
a
l
u
,
t
e
r
l
e
b
i
h
o
a
h
u
l
u
m
e
n
g
a
c
u
p
a
o
a
p
e
n
g
a
l
a
m
a
n
o
i
m
a
s
a
l
a
l
u
u
n
t
u
k
s
i
t
u
a
s
i
y
a
n
g
o
i
a
n
g
g
a
p
h
a
m
p
i
r
s
e
r
u
p
a
L
o
g
i
k
a
F
r
o
s
e
s
T
e
k
n
o
k
r
a
t
i
s
F
o
l
i
t
i
s
B
i
r
o
k
r
a
t
i
s
18 Analisis Kebijakan Publik
C
a
k
u
p
a
n
a
n
a
l
i
s
i
s
S
u
b
s
t
a
n
s
i
S
u
b
s
t
a
n
s
i
o
a
n
p
r
o
s
e
s
F
r
o
s
e
s
K
e
p
u
t
u
s
a
n
y
a
n
g
o
i
h
a
r
a
p
k
a
n
a
k
a
n
o
i
h
a
s
i
l
k
a
n
E
l
e
k
t
i
l
o
a
n
e
l
i
s
i
e
n
,
o
e
n
g
a
n
a
s
u
m
s
i
k
l
a
i
m
i
l
m
i
a
h
o
a
n
o
b
y
e
k
t
i
l
t
i
o
a
k
p
e
r
l
u
o
i
t
u
n
o
u
k
k
a
n
p
a
o
a
o
i
n
a
m
i
k
a
p
o
l
i
t
i
k
y
a
n
g
a
o
a
o
a
l
a
m
s
i
t
u
a
s
i
k
e
p
u
t
u
s
a
n
k
e
b
i
j
a
k
a
n
E
l
e
k
t
i
l
o
a
n
e
l
i
s
i
e
n
,
n
a
m
u
n
j
u
g
a
h
a
r
u
s
b
i
s
a
o
i
t
e
r
i
m
a
o
l
e
h
a
k
t
o
r
-
a
k
t
o
r
y
a
n
g
t
e
r
l
i
b
a
t
o
a
n
i
k
u
t
m
e
n
c
i
p
t
a
k
a
n
s
i
t
u
a
s
i
k
e
p
u
t
u
s
a
n
k
e
b
i
j
a
k
a
n
S
e
s
u
a
i
o
e
n
g
a
n
k
e
a
o
a
a
n
y
a
n
g
o
i
h
a
o
a
p
i
,
n
a
m
u
n
j
u
g
a
t
i
o
a
k
t
e
r
l
a
l
u
b
a
n
y
a
k
m
e
r
u
b
a
h
k
e
b
i
a
s
a
a
n
y
a
n
g
s
e
l
a
m
a
i
n
i
t
e
r
l
e
m
b
a
g
a
F
o
s
i
s
i
a
n
a
l
i
s
S
e
b
a
g
a
i
o
r
a
n
g
l
u
a
r
y
a
n
g
i
m
p
a
r
s
i
a
l
S
e
b
a
g
a
i
b
a
g
i
a
n
y
a
n
g
i
k
u
t
m
e
m
p
e
n
g
a
r
u
h
i
p
r
o
s
e
s
o
a
n
h
a
s
i
l
p
e
n
g
a
m
b
i
l
a
n
k
e
p
u
t
u
s
a
n
S
e
b
a
g
a
i
b
a
g
i
a
n
o
a
r
i
s
i
s
t
e
m
y
a
n
g
m
e
r
e
p
r
o
o
u
k
s
i
k
e
b
i
a
s
a
a
n
`
T
e
k
n
i
k
o
a
n
m
e
t
o
o
e
a
n
a
l
i
s
i
s
y
a
n
g
b
i
a
s
a
o
i
g
u
n
a
k
a
n
C
B
A
,
S
W
O
T
,
L
i
r
c
o
t
p
t
o
g
t
o
m
m
i
r
g
.
G
o
m
c
t
l
c
o
t
,
G
o
m
c
t
l
c
o
t
,
Purwo Santoso 19
Diantara keoua mooel tersebut, aoa mooel yang berusaha
mengambil jalan tengah, yang oisebut sebagai Mooel Mixco - Scorrirg.
Ketiga mooel tersebut memiliki oelinisi-nya senoiri tentang proses
kebijakan. Mooel Got/ogc Cor melihat proses kebijakan yang seoikit
sekali melibatkan proses yang rasional, oalam artian ilmiah. Froses
kebijakan lebih oigerakkan oleh kebiasaan-kebiasaan yang suoah
pernah oilakukan oi masa sebelumnya atau oitempat lain.
Sebaliknya, Mooel Rotiorol-Comptclcricc menoelinisikan proses
kebijakan sebagai proses yang sepenuhnya rasional. Froses kebijakan
meliputi aktivitas kalkulasi, proyeksi, perencanaan, oan lormulasi yang
rlimct. Segala keputusan oiambil beroasarkan inlormasi yang lengkap
oan perhitungan yang komprehensil.
Mooel Mixco-Scorrirg mencoba mengambil posisi oi antara
keouanya. Mooel ini mengakui keterbatasan nalar manusia, oan melihat
proses kebijakan tioak semata-mata oitentukan oleh perhitungan
rasional elektil elisien, tetapi juga perhitungan rasional politis,
yang mengakibatkan proses kebijakan oiwarnai oleh proses tawar-
menawar antar berbagai aktor oan kepentingan yang terlibat. Froses
tawar-menawar ini juga oianggap terjaoi oalam sebuah konteks sosial
yang spesilik, oengan nilai, norma, oan kebiasaan yang mengkerangkai
proses aoministratil oan politik yang terjaoi.
1
Dosen memaparkan bahwa penggunaan ketiga mooel itu oalam
analisa kebijakan, berimplikasi paoa tuntutan komprehensivitas oan
kepiawaian analisa yang berbeoa oari seorang analis. Tentunya,
ini oisebabkan oleh perbeoaan asumsi yang oijaoikan sebagai oasar
analisa oalam tiap mooel. Instrumen analisa yang oipakai oalam tiap
mooel juga berbeoa-beoa.
! #0A$3 @2<$ *,&('33) B/ -$6 M$5'%A) 8!9]P:) Studin Public Polic: Polic Ccles
cnd Polic Subsstem) C60D'+%03= E+'%%^ OA$4/ N Decision Mclin: eond
Rctionclism cnd Incrementclism/
20 Analisis Kebijakan Publik
@(-() 22URU
0497M78 ;G:!94>45'2H287' 757=2'2' ;4@2M7;75
Misalnya, aoa seorang analis yang melakukan analisis untuk
pengambilan keputusan kebijakan. Ketika oia memilih menggunakan
Moocl Rotiorol-Comptclcricc, mau tioak mau, analis tersebut oituntut untuk
melihat oan memperhitungkan secara komprehensil segala kemungkinan
yang menjaoi konsekuensi oari setiap alternatil pilihan kebijakan yang
aoa. Sehingga, analisis kebijakan oalam mooel ini tioak hanya oilakukan
untuk menganalisis proses pengambilan keputusan kebijakan, tetapi juga
sampai paoa pembuatan lormula oan oesain kebijakan.
Dalam mooel ini, pergeseran praktek oan realita kebijakan oari
oesain atau lormula yang suoah oirumuskan merupakan hal yang paling
tioak oiharapkan, meskipun bukan berarti tioak oiantisipasi. Biasanya
oesain oan lormula kebijakan yang oibangun oengan mooel ini telah
menyiapkan oesain atau lormula cortirgcrc, atau cxit plor jika situasi
kebijakan berkembang ke arah yang tioak oiantisipasi sebelumnya. Ini
berarti, pilihan untuk melakukan analisa oengan mooel ini memang
menuntut seorang analis untuk benar-benar melakukan analisis yang
komprehensil.
Sebaliknya, analis yang bekerja oengan Mooel Got/ogc Cor atau
Keranjang Sampah, ketika melakukan analisis untuk pengambilan
keputusan kebijakan, mungkin sekali hanya oituntut untuk
Purwo Santoso 21
mengioentilikasi pengalaman-pengalaman yang mirip oengan konoisi
yang sekarang oianalisis. Kemuoian mengioentilikasi keputusan apa
yang biasanya` oiambil oalam situasi yang oianggap serupa itu oan
seberapa besar keputusan itu berhasil. Iormula oan oesain kebijakan
oirancang secara garis besar oan sangat mungkin untuk mengalami
perubahan seiring oengan perkembangan situasi yang oihaoapi. Namun
pilihan atas mooel ini juga menghaoirkan konsekuensi bahwa analis
harus selalu siap oengan perubahan situasi yang bisa terjaoi seketika.
Dosen menegaskan kepaoa mahasiswa bahwa pilihan mooel oalam
melakukan analisa kebijakan bukanlah sebuah aktivitas yang tioak
bermakna, tetapi merupakan suatu pilihan yang selanjutnya menjaoi
kerangka acuan bagi seorang analis oalam membangun analisanya. Baik
buruknya analisa yang oilakukan, ikut oitentukan oleh konsistensi antara
mooel yang oigunakan oan analisis yang oihasilkan oari suatu analisis.
Sementara Mooel Mixco Scorrirg berusaha menawarkan
lleksibilitas oi antara ketegangan oua mooel sebelumnya. Ini karena
asumsi Mooel Mixco Scorrirg melihat bahwa meskipun proses kebijakan
melibatkan konllik kepentingan oan tawar-menawar antar aktor, seluruh
aktor tersebut berbicara oalam suatu batas rasionalitas minimum.
@U !/./L() ',%#()- 7)(./+
Lebih lanjut, oosen memaparkan bahwa yang mempengaruhi
pilihan posisi seorang analis bukan sekeoar keunggulan oan kelemahan
masing-masing mooel. Seringkali, oalam memilih mooel, analis juga
harus mempertimbangkan laktor waktu yang terseoia, akses terhaoap
sumber oata, oan laktor-laktor lainnya. Tentunya kita tioak bisa
mengabaikan laktor-laktor teknis ini oalam pilihan mooel analisis.
Namun, terlepas oari itu semua, penting untuk oipahami oleh
seorang analis bahwa kecanggihan analisis sebetulnya tetap menjaoi
poin utama yang oituntut oari seorang analis. Kecanggihan seorang
analis ini akan berujung paoa reliabilitas oan akurasi analisis yang
oihasilkan. Kecanggihan inilah yang kemuoian harus oikompromikan
oengan laktor-laktor teknis yang seringkali harus oipertimbangkan
oleh seorang analis oalam menentukan pilihan posisinya.
22 Analisis Kebijakan Publik
Dalam menentukan pilihan posisi ini, seorang analis harus
sanggup memahami oan memproyeksikan konsekuensi yang muncul
oari tiap pilihan posisi yang oihaoapinya. Konsistensi seorang analis
oengan pilihan posisi yang oiambilnya, oengan segala konsekuensinya,
merupakan poin utama penilaian baik buruknya seorang analis, selain
kecanggihan analisa yang oihasilkan. Ini mengingat bahwa situasi yang
mempengaruhi pilihan seorang analis tioak pernah sama.
Lntuk bisa memahami oan memproyeksikan konsekuensi oari tiap
pilihan posisi, seorang analis memerlukan kemampuan untuk berpikir
kritis. Kritisisme ini terutama oitujukan paoa berbagai pilihan perspektil
oan mooel kebijakan yang aoa. Dari situ si analis akan bisa meraba
keunggulan oan kelemahan oari masing-masing perspektil oan mooel
kebijakan, serta konsekuensinya oalam analisis yang akan oilakukan.
Faoa kesempatan ini, oosen bisa merangsang kemampuan
berpikir kritis mahasiswa, oengan mengajak mereka untuk mengkritisi
logika mooel-mooel kebijakan Rotiorol-Comptclcricc oan Got/ogc-Cor
yang suoah oipaparkan sebelumnya.
IU :456;9282'2 =G62;7 RATIO`AL-COMPREHE`SIVE
Lntuk memicu kritisisme mahasiswa, oosen menggunakan
simulasi yang akan berguna sebagai bahan relleksi bagi mahasiswa.
Simulasi ini berkaitan oengan masalah komprehensivitas pengetahuan,
mengingat klaim logika Rotiorol-Comptclcricc menyatakan bahwa proses
kebijakan yang baik aoalah proses yang sepenuhnya oikenoalikan oleh
rasionalitas obyektil manusia.
Dalam simulasi ini, pcttomo, mahasiswa oibagi oalam beberapa
kelompok. Selanjutnya, mahasiswa oiminta untuk mengomentari
suatu isu kebijakan tertentu. Dosen bisa mengusahakan satu contoh isu
kebijakan yang kontroversial yang seoang hangat menjaoi pembicaraan
masyarakat. Setelah itu, komentar mahasiswa oikumpulkan, oan
bersama-sama, masing-masing kelompok oiminta untuk mengisi kolom
yang terseoia seperti oalam To/cl II.2. Mottil Iior Simoloi.
Purwo Santoso 23
8(C,. 22URU :(*#/B+ 2+/() '/3".(+/
J756 :494;7 87><
J756 :494;7
8207; 87><
J756 '7J7 87>< Terbuka bagi Diskusi Titik Buta Mereka
J756 '7J7 8207;
87><
Titik Buta Saya Titik Buta Semua Fihak
Masing-masing kelompok, memasukan komentar oari kelompok
lain yang sama oengan komentarnya oalam kolom Tct/olo Bogi Diloi.
Sementara komentar kelompok lain yang berbeoa oengan komentar
kelompoknya, oi masukkan oalam kolom Titil Boto So,o. Komentar oari
kelompok yang bersangkutan, yang tioak oisinggung oleh kelompok
lain, oimasukkan oalam kolom Titil Boto Mctclo.
Kita akan menemukan komentar-komentar oalam kolom Tct/olo
Bogi Diloi. Komentar yang aoa oalam kolom ini bisa oisebut sebagai
inter-subyektivitas yang aoa oi antara para mahasiswa tersebut, terkait
oengan isu yang oikomentari. Atau oalam bahasa penganut perspektil
obyektivis, oisebut sebagai pengetahuan yang obyektil.
Dari simulasi tersebut, oosen bisa mengajukan pertanyaan, Apa
yang membuat seseorang memberikan komentar yang berbeoa?. ]ika
inlormasi tentang isu kebijakan yang oigunakan oalam simulasi ini
relatil seoikit oimiliki oleh mahasiswa,opini mahasiswa akan banyak
terkumpul oi kolom kuaoran Titil Boto So,o oan Titil Boto Mctclo.
Artinya semakin kecil inter-subyektivitas yang muncul.
Karena seluruh mahasiswa yang mengikuti mata kuliah Analisis
Kebijakan Fublik pasti suoah pernah membahas masalah klaim
obyektivitas ilmu oalam mata kuliah Ilmu Sosial Dasar, oosen bisa
mengajukan pertanyaan, Apakah obyektivitas bisa menyelesaikan
masalah?. Melalui simulai oi atas, sebetulnya akan nampak bahwa
obyektivitas menjaoi tioak relevan ketika pengetahuan tioak lengkap, baik
pengetahuan yang kita miliki maupun oimiliki orang lain. Sebetulnya,
obyektil atau tioak itu oitentukan oleh apa yang kita ketahui oan orang
lain ketahui. Orang Alrika oan orang Siberia memiliki obyektivitas atas
gajah kalau keouanya sama-sama mengenal oan memahami gajah, baik
24 Analisis Kebijakan Publik
secara konseptual maupun simbolik. Tapi, obyektivitas itu tioak akan
terbentuk jika salah satunya tioak atau belum pernah mengenal gajah.
Do, apa beoanya obyektivitas oengan inter-subyektivitas?
Dengan inspirasi oari simulasi yang oilakukan sebelumnya, oosen
meminta komentar mahasiswa tentang subyektivitas. Fertanyaan,
Apakah subyektivitas itu selamanya buruk?. Setelah mahasiswa
memberikan komentar mereka, oosen bisa mulai memaparkan bahwa
realitas, atau apa yang kita anggap sebagai realitas, sangat mungkin
hanyalah sebuah lenomena yang kita maknai secara intersubyektil.
Dari situ, oosen bisa mulai memaparkan tentang pentingnya
seorang analis untuk mengambil oan menentukan posisinya oalam
menganalisis. Foin penting yang perlu oiutarakan oleh oosen oi
sini aoalah, oengan menentukan posisinya seorang analis bisa
menoelinisikan apa yang oia tahu oan apa yang oia tioak tahu. Karena
banyak hal yang oia tioak tahu, maka penting bagi si analis untuk selalu
membuka pikirannya terhaoap penoapat orang lain.
Faoa sesi sebelumnya, mahasiswa telah oiminta untuk membaca
tulisan Eugene, ,Baroach, Eugene, 200, Ptocticol Goioc fot Polic,
Arol,i: Eigltfolo Potl toooto Pto/lcm Solcirg,NY: CQ Fress,. Faoa Bab I
aoa oua sub-bab yang masing-masing berjuoul Scrtol Dolo Boir,o`
oor Mcrggorolor Scpoto Otorg Loir. Dalam oua tulisan itu, poin yang
oikemukakan oleh Baroach aoalah, seorang analis yang cukup canggih
sekalipun perlu menoengarkan masukan oari orang lain, terutama aktor-
aktor lain yang terlibat oalam area kebijakan yang sama. Karena bisa
jaoi oari mereka akan aoa masukan yang berharga untuk menghasilkan
analisa kebijakan yang lebih berkualitas. Setioaknya, ketika analis yang
bersangkutan oiminta untuk menghasilkan rekomenoasi kebijakan oari
analisis yang oilakukannya, si analis bisa mengurangi potensi resistensi
oari aktor-aktor kebijakan yang lain. Di sini, terlihat bahwa Baroach
menyaoari pentingnya aspek politik oalam analisa kebijakan, selain
aspek teknokratis, meskipun buku tersebut oitulis oari posisi oan lebih
menggambarkan analisis yang oilakukan seorang analis prolesional.
Fosisi apa yang penting untuk oiambil, serta konsekuensi
apa saja selain, komprehensivitas oan kecanggihan analisis, yang
Purwo Santoso 25
harus oipertimbangkan oalam menentukan posisi akan menjaoi
lokus pembahasan oi sesi berikutnya. Berangkat oari pemahaman
yang oioapatkan paoa sesi ini, paoa oua sesi berikutnya oosen akan
mengajak mahasiswa untuk menghayati bagaimana oari pemahaman
tersebut kepiawaian melakukan analisis bisa oibangun. Selain itu,
mahasiswa juga akan oiajak untuk menghayati posisinya sebagai analis
oan konsekuensi oari pilihan posisinya.
0U 8"-(+ 7BL/# ',+/
Sebelum kelas oitutup, mahasiswa oiminta mempersiapkan oiri
untuk sesi berikutnya, oengan membaca oan me-tccico oua literatur yang
akan oigunakan sebagai acuan oan perbanoingan untuk sesi berikutnya.
Baroach, Eugene, ,200,, Ptocticol Goioc fot Polic, Arol,i: Eigltfolo
Potl toooto Pto/lcm Solcirg,NY: CQ Fress.
Michael Howlett oan M. Ramesh, ,199,, Stoo,irg Po/lic Polic,:
Polic, C,clc oro Polic, So/,tcm, Oxloro Lniversity Fress, Chap. ,
Po/lic Polic, Dcciior-Molirg Bc,oro Rotiorolim, Irctcmcrtolim oro
Ittotiorolim.
0(1*(# !"+*(B(
Baroach, Eugene, ,200,, Ptocticol Goioc fot Polic, Arol,i: Eigltfolo Potl
toooto Pto/lcm Solcirg, NY
Hogwooo oan Gunn,,1989,, Polic, Arol,i fot tlc Rcol 1otlo, Oxloro
Lniversity Fress
Howlett, Michael oan Ramesh, M. ,199,, Stoo,irg Po/lic Polic,: Polic,
C,clc oro Polic, So/,tcm, Oxloro Lniversity Fress
Nugroho, Riant, ,200,, Arolii Ic/iolor, Elex Meoia Komputinoo:
]akarta
Stone, Deborah,199,, Polic, Potooox: tlc Att of Politicol Dcciior
Molirg,W8W Norton 8 Company, New York, pertama kali
oipublikasikan 1988 oengan juoul Polic, Potooox oro Politicol Rcoor
26 Analisis Kebijakan Publik
!01203456 +++
D/G"8&+E+&%, %#%*+,+,
8H621HI01=; %65A;=;= 4624< 80?;@5<56
B56 %65A;=;= 201J5B5: 80?;@5<56
!"#" %&#" '&()*+",-,.
Menjelaskan LenLang sikap dan nilai dalam analisa kebijakan
Mengungkap asumsi-asumsi dibalik !"#$%&'("! Leori
kebijakan publik
%*/#0,.#" %&#" '&()*+",-,.
Pengaruh nilai dan sikap dalam kerangka analisa kebijakan
Macam-macam analis dan analisa kebijakan
Menjelaskan variasi ")'"!(" aLau kerangka analisa
kebijakan berdasarkan variasi seLLing insLiLusional,
orienLasi akademik, kepenLingan kebijakan dan relasi
Lerhadap proses kebijakan
!&012& %&#" '&()*+",-,.
Ceramah
Diskusi Kelas
7U !/./L() 0/.,3(*/+ @(-/ ',%#()- 7)(./+
Faoa pertemuan ini, mahasiswa akan oiajak untuk menyelami salah
satu peroebatan utama oalam kajian Analisa Kebijakan Fublik, yaitu
peroebatan tentang obyektivitas VS subyektivitas analisa kebijakan oan
pilihan posisi seorang analis kebijakan. Lntuk itu, oosen mengawali sesi
ini oengan seoikit mengulang kembali materi sesi sebelumnya, tentang
perspektil-perspektil oasar Rotiorol-Comptclcricc, Got/ogc-Cor, oan
Mixco-Scorrirg yang banyak oigunakan oalam kajian kebijakan publik.
Dosen mengajak mahasiswa untuk mencermati bahwa oalam masing-
masing perspektil analisa oan si analis oiasumsikan mengambil posisi
tertentu terhaoap obyek kebijakan yang oikajinya.
Purwo Santoso 27
Seoerhananya, kita bisa mengasumsikan bahwa perspektil
totiorol-comptclcricc mewakili perspektil yang mengasumsikan bahwa
analisis kebijakan harus bersilat obyektil oan analis harus mengambil
jarak oan bersikap netral oari obyek kebijakan yang oikajinya. Analisis
yang obyektil oitentukan oari sejauh mana analisis tersebut oilakukan
sesuai oengan kaioah teknokratis oan proseour yang aoa. Karena itu,
perspektil ini juga oisebut perspektil Teknokratis-Aoministratil.
Sementara, Got/ogc-Cor kita asumsikan sebagai perspektil yang
mewakili asumsisubyektivitas analisis oan keterlibatan kepentingan analis
oengan obyek kebijakan yang oikajinya aoalah sebuah keniscayaan. Tarik-
menarik kepentingan oalam proses kebijakaan juga menjaoi sebuah
keniscayaan yang lain, karena aoa beragam aktor yang terlibat oalam
proses kebijakan. Froses kebijakan tioak selalu oioasari oleh suatu tujuan
yang jelas oan teroelinisi oengan baik, tetapi bisa juga oioasari untuk
menemukan kompromi oi antara berbagai kepentingan yang terlibat.
Terakhir, Mixco-Scorrirg mewakili perspektil yang melihat
bahwa proses kebijakan merupakan proses yang meliputi oimensi
teknis-aoministratil oan politis, serta mencari cara yang paling tepat
untuk memaoukan keouanya. Dalam perspektil ini, proses kebijakan
oilihat sebagai proses untuk mengioentilikasi berbagai alternatil yang
berpotensi menghasilkan oi antara berbagai kepentingan yang terlibat
oalam proses kebijakan, oilanjutkan oengan menentukan alternatil
mana yang oianggap paling rasional oan elektil.
Di kutub teknokratis aoministratil, analisis kebijakan oiklaim
sebagai kegiatan memilah-milah oan mengukur suatu kebijakan untuk
menghasilkan inlormasi oan pengetahuan yang silatnya obyektil. Di
sini, oiasumsikan bahwa analisis oan pengetahuan yang oihasilkannya
bersilat obyektil, bebas nilai, oan tioak melayani kepentingan apapun.
Tarik-menarik kepentingan politik, yang sangat kental mewarnai
proses kebijakan, oianggap sebagai oistorsi bagi upaya analisis, yang
sayangnya, kemuoian cenoerung oiabaikan oalam kebanyakan analisis
yang oilakukan oengan perspektil ini.
Di kutub politis, konllik kepentingan oalam proses kebijakan
oipanoang sebagai sebuah keniscayaan, termasuk oalam analisis yang
28 Analisis Kebijakan Publik
menyertai proses tersebut. Tentunya ini membuat analisis yang oilakukan
menjaoi tioak obyektil oari perspektil teknokratis-aoministratil. Di
situ, analisis yang oihasilkan bisa jaoi muncul bukan sekeoar sebagai
pengetahuan yang bebas nilai atau tioak memihak, tetapi oitujukan agar
bisa menjaoi argumen untuk mempengaruhi kebijakan yang oihasilkan
agar menguntungkan bagi kepentingan tertentu.
Dosen memaparkan kepaoa mahasiswa bahwa, sebetulnya, keoua
asumsi tersebut muncul oari ketegangan antara paraoigma obyektivis
positivis oan subyektivis, yang tentunya suoah oipahami oleh mahasiswa
oalam berbagai mata kuliah metooologi yang telah oiikuti sebelumnya.
Dalam paraoigma yang pertama, analisa oan analis, oituntut untuk
beroiri mengatasi semua pertikaian oan silang sengketa kepentingan
oari aktor-aktor kebijakan yang terlibat oalam proses kebijakan yang
oianalisis. Di sini oiasumsikan bahwa rasionalitas manusia akan
mampu menemukan sebuah jalan keluar yang secara obyektil oiakui
kebenarannya oan bisa oiterima oleh semua aktor yang terlibat oalam
suatu isu atau area kebijakan tertentu.
Sebaliknya, paraoigma o/,cltici melihat bahwa analisis
kebijakan, niscaya, berlangsung oalam sebuah konteks relasi berbagai
aktor kebijakan yang memiliki kepentingan yang beragam. Sebagai
konsekuensinya, proses kebijakan maupun analisa kebijakan tioak steril
oari relasi kepentingan tersebut. Analisis yang oilakukan, mau tioak
mau, akan oihinggapi oleh subyektivitas. Karena itu, analisis oi sini
oilakukan bukan untuk menghasilkan suatu pengetahuan yang obyektil,
namun lebih oiarahkan untuk membangun inter-subyektivitas atau
kesepahaman oi antara relasi kepentingan terkait oengan kebijakan
yang oianalisis.Dosen bisa mengingatkan mahasiswa paoa simulasi
tentang pemahaman kita oan orang lain oi pertemuan sebelumnya!
Ljung oari ini semua aoalah, bagaimanakah posisi si analis?
Haruskah atas nama obyektivitas, si analis tetap berpura-pura beroiri
oalam menara obyektivitas, oengan resiko besarnya potensi resistensi
terhaoap kesimpulan analisanya? Ataukah, oengan mengorbankan
obyektivitas, si analis harus mengakui posisi subyektilnya, oengan
resiko oicap tioak ilmiah? Kontras antara analisis yang mengacu
Purwo Santoso 29
paoa obyektivisme oan inter-o/,cltici-me oapat oilihat oi 8(C,.
222UPU :(*#/B+ !,#C,E(() 7)(./+/+ ',C(-(/ ;,-/(*() F()-
GCF,B*/1 E() 7)(./+/+ ',C(-(/ ;,-/(*() F()- '"CF,B*/1U
8(C,. 222UPU :(*#/B+ !,#C,E(() 7)(./+/+ ',C(-(/ ;,-/(*() J()- GCF,B*/1 E()
7)(./+/+ ',C(-(/ ;,-/(*() F()- '"CF,B*/1
ANALISIS SEBAGAI
KEGIATAN YANG OBYEKTII
ANALISIS SEBAGAI
KEGIATAN YANG
SLBYEKTII
Asumsi tentang posisi
analisis oengan realitas
yang oianalisis
Analis merasa beraoa oi luar
realita yang oianalisis
Analis merasa menjaoi bagian
oari realitas yang oianalisis
Tipe analisis Analisis terhaoap kebijakan Analisis untuk kebijakan
Tipikal analis Ilmuwan, komentator, wartawan Folitisi, polic, molct, teknokrat
Feran yang oijalankan
Analis
Memproouksi pengetahuan
tentang kebijakan
Memproouksi kebijakan
Ootpot yang oiharapkan
Fengetahuan, teori, serta
penyempurnaan metooe analisis
kebijakan, orientasi pemerintah
Basis inlormasi untuk
pembuatan kebijakan,
tawaran rumusan kebijakan
tertentu
Sebagaimana oipahami oalam simulasi paoa pertemuan
sebelumnya,kecenoerungan tioak lengkapnya inlormasi yang oimiliki
oleh seseorang cenoerung memunculkan /liropot atau titik-buta.
Begitu juga oalam analisa kebijakan,keterbatasan rasionalitas oan
pengetahuan para analis seringkali memunculkan berbagai titik-
buta. Dalam paraoigma subyektivis, analisis oilakukan untuk menarik
berbagai titik-buta ini ke wilayah Tct/olo Bogi Diloi sehingga inter-
subyektivitas bisa tercipta.
Lebih oari itu, begitu berharganya pengetahuan atau inlormasi
yang oibutuhkan untuk membuat kebijakan, seringkali oalam praktek
kebijakan, inlormasi ini menjaoi komooiti politik. Fenguasaan atas
pengetahuan atau inlormasi menentukan nasib kepentingan setiap
aktor oalam proses kebijakan yang oiikutinya. Dengan oemikian,
muncul kecenoerungan akan tioak pernah lengkapnya inlormasi oalam
setiap proses kebijakan. Hal ini tentunya membuat analis menghaoapi
kesulitan yang luar biasa untuk menghimpun keseluruhan pengetahuan
oan inlormasi yang oibutuhkan untuk melakukan suatu analisa yang
30 Analisis Kebijakan Publik
obyektil oengan hasil yang memuaskan semua pihak.
1
@U ;%)*#%K,#+/ 7)(./+( ")*"B ;,C/D(B() E() 7)(./+( *,#L(E(A
;,C/D(B()? !,#E,C(*() ',A"*(# GCF,B*/K/*(+ 7)(./+
Dalam praktek analisa kebijakan, ketegangan antara oua kutub
ini muncul oalam ketegangan antara oua corak analisa, yaitu analisa
untuk kebijakan` oan analisa terhaoap kebijakan`. Secara seoerhana,
analisa untuk kebijakan` aoalah analisa yang oitujukan untuk
memproouksi suatu proouk yang secara spesilik menjaoi bagian oari
proses kebijakan tertentu. Sementara, analisis terhaoap kebijakan`
lebih oitujukan untuk memproouksi pengetahuan` tentang proses
kebijakan. Fengetahuan yang oihasilkan oi sini bisa oiambil oari suatu
kebijakan tertentu secara spesilik, yang kemuoian oiabstraksikan
menjaoi bagian oari pengetahuan tentang kebijakan secara umum.
Sebetulnya keoua corak analisa itu lebih bersilat saling melengkapi
,komplementer, oaripaoa bersilat saling menggantikan, atau substitutil.
Hubungan keoua corak analisa itu bisa oicermati oalam Bogor III.1.
Ho/orgor Artoto Arolii ortol Ic/iolor oor Arolii tctlooop Ic/iolorU
Dalam bagan tersebut, Hogwooo oan Gunn memakai istilah polic,
tooic untuk analisa terhaoap kebijakan, oan polic, orol,i bagi analisis
untuk kebijakan.
@(-() 222UPU >"C")-() 7)*(#( 7)(./+/+ <)*"B ;,C/D(B()
0() 7)(./+/+ 8,#L(E(A ;,C/D(B()
! #0A$3 Q3,6') .'L,+$A) 8!99N:) Polic Pcrcdox: the Art oj Politiccl Decision Mclin)
X'& ;,+1> 7_7 X,+3,6 _ O,54$6=) 4'+3$5$ 1$(0 -042L(01$%01$6 !9]] -'6<$6
@2-2( Polic Pcrcdox cnd Politiccl Recson) OA$4/F/
Purwo Santoso 31
Dosen meminta mahasiswa untuk memperhatikan bahwa oalam
kolom aovokasi kebijakan, Hogwooo oan Gunn menempatkan oi
bawahnya analis kebijakan yang ,bisa, sekaligus berperan sebagai
aktor politik, oan sebaliknya, aktor politik yang ,bisa, berperan
sebagai analis kebijakan. Di sini analisis oilakukan untuk melayani
kebutuhan oan permasalahan praktis yang memang menempatkan
analis kebijakan ataupun aktor politik yang bersangkutan oalam situasi
oi mana kebijakan yang oibuat harus bisa mengatasi permasalahan
yang oihaoapi. Do, analisis semacam ini tioak akan oikritisi jika
tioak sepenuhnya mentaati kaioah keilmiahan, selama analisis yang
oilakukan menghasilkan kebijakan yang relevan oengan situasi yang
oihaoapi. Baik-tioaknya analisis kebijakan oalam corak ini oiukur
oari elektil tioaknya kebijakan yang oihasilkan oari analisis tersebut
mengatasi permasalahan publik yang oihaoapi.
Analisis yang oilakukan oalam corak analisis untuk kebijakan,
tentunya membutuhkan oasar teoritik. Dasar teoritik ini, sebagian
besar, oihasilkan melalui analisis terhaoap kebijakan oalam polic, tooic.
Di sini, proses pembangunan teori memang tunouk paoa kaioah-
kaioah ilmiah, oan baik-buruknya analisis oalam corak ini oilihat
oari sejauh mana proses analisis oan teori yang oibangun memenuhi
kaioah-kaioah keilmiahan. Namun, ketika beraoa oi tangan analis
atau aktor politik yang melakukan analisis oengan corak analisis
untuk kebijakan, teori-teori ini akan oiuji oalam ounia nyata untuk
membuktikan lcgoroorr,o oalam situasi kebijakan yang spesilik. Bila
terbukti memiliki kegunaan oalam praktek nyata kebijakan, maka
penerimaan terhaoap teori yang bersangkutan akan semakin besar.
Namun, jika sebaliknya, teori yang bersangkutan tioak-serta merta
oinyatakan salah, namun hanya akan oipanoang tioak relevan oengan
situasi kebijakan yang tengah oihaoapi. Ini karena teori tersebut
merupakan hasil abstraksi oari lenomena praktek kebijakan tertentu,
yang mungkin saja berbeoa oengan praktek kebijakan oi mana teori
tersebut kemuoian oigunakan.
Dosen menjelaskan kepaoa mahasiswa bahwa oalam segmen
keoua mata kuliah ini, mahasiswa bebas memilih salah satu oi antara
32 Analisis Kebijakan Publik
keoua corak analisa kebijakan tersebut. Mahasiswa perlu oiingatkan,
sebelum menentukan pilihan, mahasiswa harus memahami hal-hal
yang silatnya meta-analisis sebelum menyentuh persoalan tertentu.
Kelatahan oan ketioakkritisan akibat kurangnya pemahaman terhaoap
permasalahan meta analisis ini penting untuk oihinoari mengingat
kecenoerungan setiap perspektil atau penoekatan untuk memlokuskan
perhatiannya paoa suatu aspek tertentu oan abai oengan aspek yang
lain. Lntuk itu, pcttomo, analis harus tahu apa yang oiketahuinya oan
apa yang mungkin oihasilkan oari pengetahuannya melalui kecakapan
oan instrumen analisis yang oimilikinya.
Icooo, si analis harus memahami potensi karyanya oianalisis oleh
orang lain oan oikritik karena corak analisisnya, bukan karena substansinya.
Dengan mengetahui lubang atau kekurangan oari pengetahuan oan hasil
analisanya, si analis bisa mengantisipasi aoanya kritik yang oilontarkan
oleh orang lain atas corak analisis yang oigunakannya.
7U :,3(L(3/ !,#() 7)(./+ E(.(3 0"( 8#(E/+/ 7)(./+/+
;,C/D(B() !"C./B
Agar mahasiswa memiliki pemahaman lebih, sebagai bahan
pertimbangan, oosen perlu memaparkan kontroversi seputar obyektivitas
terkait oengan posisi oan corak analisa yang oipilih oleh seorang analis.
Dosen menjelaskan bahwa pilihan posisi oan corak analisa seorang
analis akan memunculkan konsekuensi tersenoiri, salah satunya aoalah
peran tertentu yang oituntut oari si analis. Analisis terhaoap kebijakan
menuntut kepiawaian si analis untuk mengabstraksikan lenomena
kebijakan.Sementara, analisis untuk kebijakan menuntut kepiawaian
si analis oalam menciptakan realitas kebijakan. Karena aktivitasnya
berbeoa, maka hasil yang oiharapkan juga berbeoa.
Sayangnya, aoa semacam arogansi oari para analis yang
mengambil posisi sebagai analis terhaoap kebijakan. Mereka menuntut
agar analis yang melakukan analisis untuk kebijakan bersikap obyektil `
oalam ukuran obyektil-nya analis yang melakukan analisis terhaoap
kebijakan. Faoahal baik buruknya analisis oiukur oengan ukuran
yang berbeoa untuk masing-masing posisi tersebut.
Purwo Santoso 33
Sementara, oalam melakukan analisis oengan corak untuk
kebijakan, seorang analis mau tioak mau harus menentukan untuk
siapa oan untuk apa kebijakan itu oibuat. Hanya oengan oasar
itu si analis bisa mengembangkan analisanya untuk menghasilkan
lormula kebijakan yang oiharapkan sesuai oengan tujuan kebijakan
yang oiinginkan. Tuntutan peran semacam ini, niscaya, membuat si
analis beraoa oalam posisi berkepentingan oengan kebijakan yang
oianalisisnya. Tuntutan semacam itu juga membuat baik-buruknya
kinerja si analis tioak bisa oiukur oari seberapa obyektil analisis yang
oilakukan oan pengetahuan yang oihasilkan, melainkan seberapa jauh
analisis yang oilakukannya menghasilkan lormula yang elektil untuk
mencapai tujuan kebijakan yang suoah oigariskan.
Agar lebih muoah oipahami oan oihayati oleh mahasiswa, oosen
bisa memberikan pertanyaan sebagai berikut: Apa perbeoaan peran
yang oituntut oari seorang ahli masak, ketika oia bekerja untuk sebuah
restoran oengan ketika oia bekerja sebagai kontestan lomba menulis
resep?. Ilustrasi serupa juga bisa kita oapatkan oari berbagai sektor
kehioupan yang kita temui sehari-hari. Itu bisa kita lihat oalam To/cl
III.2.Iortto Artoto Arolii ortol Ic/iolor oor Arolii tctlooop Ic/iolor
oolom Iclioopor Scloti-loti oi Bct/ogoi Atco Ptofci.
8(C,. 222URU ;%)*#(+ 7)*(#( 7)(./+/+ ")*"B ;,C/D(B() E() 7)(./+/+
8,#L(E(A ;,C/D(B() E(.(3 ;,L/E"A() ',L(#/XL(#/ E/ @,#C(-(/ 7#,(
!#%1,+/
BIDANG KER]A
FADANAN ANALIS
TERHADAF KEBI]AKAN
FADANAN ANALIS
LNTLK KEBI]AKAN
Konstruksi Arsitek Tukang Batu
Keantariksaan Astronom Astronot
Kuliner Ahli Kuliner Chel
Seni Sineas Sutraoara
Olah raga KomentatorFakar Olah Raga FelatihAtlet
Kenapa analisis kebijakan oi sini oibanoingkan oengan memasak?
Karena, seperti memasak, analisa kebijakan publik, selain merupakan
34 Analisis Kebijakan Publik
bagian oari sebuah oisiplin ilmu, juga merupakan sebuah seni.
2
Di sini,
selain oioasarkan paoa metooe oan kaioah ilmiah, seorang analis juga harus
menganoalkan intuisi oan cita-rasanya`, layaknya seorang ahli masak.
Kembali ke pertanyaan sebelumnya, seorang ahli masak yang
seoang memasak untuk pelanggan restoran aoalah seorang ahli masak
yang melayani orang yang membutuhkan realitas` masakan-nya, terlepas
oari cara mengolah oan resep yang oipakai oleh si ahli masak. Sementara,
seorang ahli masak yang seoang berusaha menyusun buku masakan atau
menyampaikan pelajaran oalam sebuah kursus memasak, aoalah seorang
ahli masak yang melayani orang yang membutuhkan ilmu` memasaknya,
terlepas oari permasalahan apakah sesuoahnya, mereka mencicipi hasil
oemonstrasi yang oiperagakan oleh si ahli memasak.
@(-() 222URU
2."+*#(+/ 7)(./+ 7B*/K/*(+ ")*"B :,3(L(3/ N,)%3,)(
;,C/D(B() E(#/ !,#+A,B*/1 8,#*,)*"
F G$+-$`A) Y2<'6') 8FRRW:)Prccticcl Guide jor Polic Anclsis: the Eihtjold Pcth to
More Ejjectite Problem Soltin Second Edition) 7$%A06<3,6 .O> Oa E+'%%^ A$(/ Z0D/
Purwo Santoso 35
Konoisi yang sangat mirip juga terjaoi oalam analisis untuk
kebijakan oan analisis terhaoap kebijakan. Ketika melakukan analisis
untuk kebijakan, si analis seoang melayani orang yang membutuhkan
proouk` kebijakan yang elektil, menurut kriteria oari orang tersebut.
Sementara, ketika melakukan analisis terhaoap kebijakan, si analis
seoang melayani orang yang membutuhkan ilmu` untuk menganalisis,
termasuk untuk membuat, kebijakan yang elektil oan tclio/lc.
Seoerhananya, kalau kita umpamakan analisis seperti sebuah
lensa kacamata, oalam posisi melakukan analisis terhaoap kebijakan, si
analis berkutat oengan hal ikhwal membuat oan cara menggunakan
lensa yang tepat oan terpercaya untuk kebijakan secara umum.
Sementara, oalam posisi melakukan analisis untuk kebijakan, si analis
berkutat oengan hal ikhwal menggunakan lensa tersebut oemi
menoapatkan panoangan yang jelas oan jernih. Hasil oari analisis
yang pertama aoalah benoa` lensa oan cara penggunaan yang baik,
seoangkan oari analisis yang keoua, yang oiharapkan aoalah sesuatu
yang oilihat secara tepat oengan lensa tersebut, yang mungkin tioak
akan terlihat jika lensa yang oigunakan berbeoa. Lihat Bogor III.2.
Ilottoi Aroli Alticito ortol Mcmolomi Fcromcro Ic/iolor ooti Pctpcltif
Tcttcrto.
Lntuk menjaoi seorang analis yang baik, kita harus sensitil oan
tanggap terhaoap perbeoaan tuntutan oan kebutuhan yang oilayani
oari posisi yang oiambil sebagai analis. Karena, untuk memenuhi
kebutuhan tersebut memerlukan penoekatan oan keahlian yang
berbeoa.Misalnya, ketika sama-sama menggunakan instrumen Cot-
Bcrcfit Arol,i - CBA, analis oalam posisi melakukan analisis untuk
kebijakan akan menggunakannya oengan berlokus paoa hasil analisis
yang akurat oan tclio/lc, sebab itu yang oibutuhkan untuk membuat
sebuah kebijakan yang elektil. Sementara, analis yang beraoa oalam
posisi melakukan analisis terhaoap kebijakan akan menggunakan
instrumen yang sama, tetapi berlokus paoa oetil cara penggunaannya.
Misalnya untuk melihat apakah instrumen ini suoah oigunakan secara
benar ataukah CBA memberikan hasil yang benar-benar akurat oan
tclio/lc, atau, bisa juga, melihat apakah CBA memiliki kelemahan-
36 Analisis Kebijakan Publik
kelemahan oan apa yang bisa oilakukan untuk menutup kelemahan
tersebut.
Lntuk memberikan pemahaman kepaoa mahasiswa, oosen bisa
memberikon contoh melalui ilustrasi kasus riil analisis kebijakan.
Misalnya, mahasiswa bisa oiajak untukmelihat ekspresi analisis orang-
orang ]FF ,saat itu masih ]IF, LGM ketika beroiri sebagai orang luar
oan mengomentari proses Rancangan Lnoang-unoang Keistimewaan-
RLLK Yogyakarta. Selanjutnya, kita bisa banoingkan ekspresi tersebut
oengan ekspresi oari orang-orang yang sama ketika mereka telah
menjaoi bagian oari lingkaran pembuat kebijakan untuk kasus RLLK.
Tentunya oalam posisi yang keoua kita menoapati aoanya keoekatan
emosional yang ikut mewarnai ekspresi oari orang-orang ]FF LGM,
oibanoingkan sebelumnya ketika masih beroiri sebagai orang luar.
0U ;,A/($(/() 0(+(# F()- 0/C"*"LB() %.,L ',%#()- 7)(./+
Dosen menjelaskan bahwa antara corak analisis untuk kebijakan oan
analisis terhaoap kebijakan, oistingsi utamanya terletak paoa tujuan yang
ingin oicapai melalui analisis kebijakan. 1org pcttomo, analisis oilakukan
untuk membangun sebuah kebijakan yang oianggap relevan oengan
situasi kebijakan yang oihaoapi. Sementara, ,org lcooo, untuk membangun
pemahaman yang lebih komprehensil tentang realita kebijakan.
Lntuk memberikan gambaran yang lebih tentang tuntutan
peran yang harus oilakoni seorang analis sesuai oengan pilihan corak
analisanya, oosen mengajak mahasiswa untuk mencermati Tabel III.3.
Tabel tersebut memberikan oeskripsi apa yang biasanya oilakukan oleh
analis ketika beraoa oi posisi analis untuk kebijakan oan analis terhaoap
kebijakan. Dalam tabel tersebut, oengan menggunakan lormula
-W-1-H Harolo D. Laswell, mahasiswa oiajak untuk memahami posisi
oan tuntutan yang harus oihaoapi oleh seorang analis, sesuai oengan
pilihan corak analisis yang oilakukannya.
Dalam tabel itu aktivitas oan kepiawaian yang oituntut oari
analis oi masing-masing posisi oioeskripsikan menurut Apa yang
mereka lakukan?`, Siapa yang melakukan?`, Lntuk siapaapa analisis
oilakukan?`, Bagaimana itu oilakukan?`, oan Sampai sejauh mana
Purwo Santoso 37
analisis tersebut oilakukan?`.
Dosen juga menjelaskan bahwa oi Tabel III.3., oalam masing-
masing corak analisis oitambahkan satu kategori, yang menempatkan
posisi analis, sebagai bagian pengambil keputusan kebijakan atau
sebagai orang luar. Karena perbeoaan posisi tersebut akan berimplikasi
paoa perbeoaan tuntutan peran yang harus oilakukan oleh seorang
analis. Namun, oosen perlu menambahkan bahwa kategorisasi yang
terakhir ini menjaoi agak kabur batas-batasnya, karena oalam konteks
gocctrorcc yang sekarang aoa, peran oan pengaruh aktor-aktor non
negara semakin besar oalam proses kebijakan. Meskipun oemikian,
kategorisasi ini tetap oiberikan sekeoar memberikan gambaran yang
lebih lengkap kepaoa mahasiswa.
Batas antara analis beraoa oi oalam atau oi luar lingkaran
pembuatan kebijakan yang jelas oan torgi/lc, untuk saat ini, aoalah
posisi lormal si analis atau kepentingan yang oilayani oleh si analis.
Misalnya, apakah si analis, selain sebagai analis, juga menempati
posisi sebagai pejabat publik atau bekerja untuk pejabat publik. ]ika
ya`, maka oi situ si analis bisa oisebut berposisi sebagai orang oalam.
Tetapi jika tioak, kita bisa mengatakan bahwa analis itu beraoa oi luar
lingkaran pembuat kebijakan.
Setelah mahasiswa mengenal apa yang oiminta oari seorang
analis oari posisi yang oipilihnya, mahasiswa akan oiajak untuk
mengenal oan menghayati tipologi analis kebijakan beroasarkan
kapasitas oirinya. Ini berguna bagi mahasiswa untuk memahami corak
analis yang menjaoi kecenoerungan masing-masing tipe analis. Dari
situ, sama seperti oi atas, sebagai analis, mahasiswa bisa mulai belajar
untuk memaksimalkan keunggulan oan menutup kelemahan yang
timbul oari masing-masing tipe tersebut. Lihat 8(C,. 222USU ;"(E#()
!%+/+/ 7)(./+ ;,C/D(B()U
38 Analisis Kebijakan Publik
8
(
C
,
.
2
2
2
U
S
U
;
"
(
E
#
(
)
!
%
+
/
+
/
7
)
(
.
/
+
;
,
C
/
D
(
B
(
)
!
%
+
/
+
/
7
)
(
.
/
+
7
)
(
.
/
+
/
+
"
)
*
"
B
;
,
C
/
D
(
B
(
)
7
)
(
.
/
+
/
+
*
,
#
L
(
E
(
A
;
,
C
/
D
(
B
(
)
G
#
(
)
-
=
"
(
#
G
#
(
)
-
0
(
.
(
3
G
#
(
)
-
=
"
(
#
G
#
(
)
-
0
(
.
(
3
; 9 2 8 4 9 2 7
1 l o t
A
g
c
r
o
o
c
t
t
i
r
g
o
i
l
a
k
u
k
a
n
o
a
l
a
m
r
a
n
g
k
a
a
o
v
o
k
a
s
i
k
e
b
i
j
a
k
a
n
:
p
o
l
i
c
,
m
o
l
i
r
g
a
t
a
u
p
o
l
i
c
,
c
l
o
r
g
c
A
g
c
r
o
o
c
t
t
i
r
g
o
i
l
a
k
u
k
a
n
o
a
l
a
m
r
a
n
g
k
a
a
o
v
o
k
a
s
i
k
e
b
i
j
a
k
a
n
:
p
o
l
i
c
,
m
o
l
i
r
g
a
t
a
u
p
o
l
i
c
,
c
l
o
r
g
c
A
n
a
l
i
s
a
o
g
c
r
o
o
c
t
t
i
r
g
o
i
l
a
k
u
k
a
n
o
a
l
a
m
r
a
n
g
k
a
m
e
m
a
h
a
m
i
p
r
o
s
e
s
k
e
b
i
j
a
k
a
n
A
n
a
l
i
s
a
o
g
c
r
o
o
c
t
t
i
r
g
o
i
l
a
k
u
k
a
n
o
a
l
a
m
r
a
n
g
k
a
m
e
m
a
h
a
m
i
p
r
o
s
e
s
k
e
b
i
j
a
k
a
n
1 l o
I
n
o
i
v
i
o
u
a
t
a
u
p
u
n
i
n
s
t
i
t
u
s
i
y
a
n
g
m
e
m
i
l
i
k
i
a
t
a
u
b
e
r
h
u
b
u
n
g
a
n
l
a
n
g
s
u
n
g
o
e
n
g
a
n
o
t
o
r
i
t
a
s
o
a
l
a
m
p
e
n
e
n
t
u
a
n
k
e
b
i
j
a
k
a
n
y
a
n
g
r
e
l
e
v
a
n
I
n
o
i
v
i
o
u
a
t
a
u
p
u
n
i
n
s
t
i
t
u
s
i
y
a
n
g
t
i
o
a
k
s
e
c
a
r
a
l
a
n
g
s
u
n
g
m
e
m
i
l
i
k
i
o
t
o
r
i
t
a
s
o
a
l
a
m
p
e
n
e
n
t
u
a
n
k
e
b
i
j
a
k
a
n
I
n
o
i
v
i
o
u
a
t
a
u
p
u
n
i
n
s
t
i
t
u
s
i
y
a
n
g
m
e
m
i
l
i
k
i
a
t
a
u
b
e
r
h
u
b
u
n
g
a
n
l
a
n
g
s
u
n
g
o
e
n
g
a
n
o
t
o
r
i
t
a
s
o
a
l
a
m
p
e
n
e
n
t
u
a
n
k
e
b
i
j
a
k
a
n
I
n
o
i
v
i
o
u
a
t
a
u
p
u
n
i
n
s
t
i
t
u
s
i
y
a
n
g
t
i
o
a
k
s
e
c
a
r
a
l
a
n
g
s
u
n
g
m
e
m
i
l
i
k
i
o
t
o
r
i
t
a
s
o
a
l
a
m
p
e
n
e
n
t
u
a
n
k
e
b
i
j
a
k
a
n
1 l ,
H
i
r
a
u
p
a
o
a
p
e
r
s
o
a
l
a
n
y
a
n
g
m
e
n
y
a
n
g
k
u
t
n
a
m
a
b
a
i
k
a
t
a
u
k
e
p
e
n
t
i
n
g
a
n
i
n
s
t
i
t
u
s
i
M
e
m
p
e
r
j
u
a
n
g
k
a
n
k
e
p
e
n
t
i
n
g
a
n
k
e
l
o
m
p
o
k
M
e
l
a
k
u
k
a
n
b
e
r
o
a
s
a
r
k
a
n
o
o
r
o
n
g
a
n
o
a
r
i
o
i
r
i
s
e
n
o
i
r
i
a
t
a
u
i
n
s
i
t
i
t
u
s
i
y
a
n
g
r
e
l
e
v
a
n
B
e
r
o
a
s
a
r
k
a
n
k
e
b
u
t
u
h
a
n
o
i
r
i
s
e
n
o
i
r
i
a
t
a
u
p
u
n
o
o
r
o
n
g
a
n
o
a
r
i
p
i
h
a
k
l
a
i
n
F o t 1 l o m
L
n
t
u
k
k
e
p
e
n
t
i
n
g
a
n
i
n
s
t
i
t
u
s
i
o
e
n
g
a
n
m
e
n
g
a
t
a
s
n
a
m
a
k
a
n
p
u
b
l
i
k
M
e
n
j
a
m
i
n
k
e
p
e
n
t
i
n
g
a
n
k
e
l
o
m
p
o
k
t
e
r
t
e
n
t
u
t
e
r
p
e
n
u
h
i
K
e
p
e
n
t
i
n
g
a
n
i
n
t
e
r
n
a
l
i
n
s
t
i
t
u
s
i
.
N
a
m
u
n
b
i
s
a
j
u
g
a
o
i
b
u
a
t
a
k
s
e
s
i
b
e
l
u
n
t
u
k
m
a
s
y
a
r
a
k
a
t
l
u
a
s
D
i
k
e
t
a
h
u
i
k
h
a
l
a
y
a
k
l
u
a
s
Purwo Santoso 39
8
(
C
,
.
2
2
2
U
S
U
;
"
(
E
#
(
)
!
%
+
/
+
/
7
)
(
.
/
+
;
,
C
/
D
(
B
(
)
!
%
+
/
+
/
7
)
(
.
/
+
7
)
(
.
/
+
/
+
"
)
*
"
B
;
,
C
/
D
(
B
(
)
7
)
(
.
/
+
/
+
*
,
#
L
(
E
(
A
;
,
C
/
D
(
B
(
)
G
#
(
)
-
=
"
(
#
G
#
(
)
-
0
(
.
(
3
G
#
(
)
-
=
"
(
#
G
#
(
)
-
0
(
.
(
3
; 9 2 8 4 9 2 7
H o o
I
o
c
c
o
t
c
l
a
t
a
u
i
o
c
f
i
l
t
t
o
t
i
o
r
;
M
e
l
a
k
u
k
a
n
a
k
s
i
n
y
a
t
a
y
a
n
g
t
i
o
a
k
k
e
l
u
a
r
o
a
r
i
k
e
w
e
n
a
n
g
a
n
n
y
a
,
c
a
r
a
n
y
a
o
e
n
g
a
n
s
e
b
a
t
a
s
m
e
n
g
g
u
n
a
k
a
n
s
u
m
b
e
r
o
a
y
a
y
a
n
g
o
i
m
i
l
i
k
i
,
a
t
a
u
,
M
e
n
y
i
s
i
p
k
a
n
k
e
o
a
l
a
m
p
e
r
t
e
m
u
a
n
i
n
l
o
r
m
a
l
a
t
a
u
r
c
t
o
o
t
l
i
r
g
.
M
e
m
b
e
n
t
u
k
b
a
s
i
s
o
u
k
u
n
g
a
n
,
k
o
n
s
o
l
i
o
a
s
i
s
e
c
a
r
a
i
n
l
o
r
m
a
l
,
m
e
n
g
i
n
i
s
i
a
s
i
a
g
e
n
o
a
s
e
c
a
r
a
l
r
o
n
t
a
l
o
e
n
g
a
n
o
t
o
r
i
t
a
s
k
e
b
i
j
a
k
a
n
.
M
i
s
a
l
,
m
e
l
a
l
u
i
p
e
r
t
e
m
u
a
n
l
o
r
m
a
l
o
e
n
g
a
n
o
t
o
r
i
t
a
s
k
e
b
i
j
a
k
a
n
,
m
e
n
g
g
u
n
a
k
a
n
r
c
t
o
o
t
l
i
r
g
,
p
e
w
a
c
a
n
a
a
n
m
e
o
i
a
a
t
a
u
p
u
n
a
k
s
i
m
a
s
s
a
H
a
n
y
a
s
e
b
a
t
a
s
m
e
n
c
a
r
i
i
n
l
o
r
m
a
s
i
y
a
n
g
o
i
b
u
t
u
h
k
a
n
.
C
a
r
a
n
y
a
,
m
e
n
g
i
o
e
n
t
i
l
i
k
a
s
i
o
o
k
u
m
e
n
-
o
o
k
u
m
e
n
,
a
t
a
u
p
u
n
n
o
t
u
l
e
n
s
i
k
e
g
i
a
t
a
n
M
e
n
g
a
n
a
l
i
s
a
k
e
m
u
o
i
a
n
o
i
p
u
b
l
i
k
a
s
i
k
a
n
o
i
b
e
r
b
a
g
a
i
m
e
o
i
a
m
a
s
s
a
,
j
u
r
n
a
l
,
a
t
a
u
p
u
n
k
a
j
i
a
n
i
l
m
i
a
h
l
a
i
n
n
y
a
,
m
e
n
g
u
t
a
m
a
k
a
n
k
e
o
a
l
a
m
a
n
a
n
a
l
i
s
a
T o 1 l o t
E x t c r t
M
e
l
a
k
s
a
n
a
k
a
n
r
a
n
c
a
n
g
a
n
k
e
o
a
l
a
m
p
r
o
s
e
s
y
a
n
g
l
e
b
i
h
k
o
n
k
r
i
t
,
l
o
r
m
u
l
a
s
i
,
i
m
p
l
e
m
e
n
t
a
s
i
o
a
n
e
v
a
l
u
a
s
i
,
,
m
e
m
p
e
n
g
a
r
u
h
i
p
e
m
b
u
a
t
a
n
o
a
n
o
a
m
p
a
k
k
e
b
i
j
a
k
a
n
M
e
n
g
g
a
l
a
n
g
k
e
s
e
p
a
k
a
t
a
n
,
m
e
m
p
e
n
g
a
r
u
h
i
p
e
m
b
u
a
t
a
n
o
a
n
o
a
m
p
a
k
k
e
b
i
j
a
k
a
n
L
c
o
t
r
i
r
g
,
c
c
o
l
o
o
t
i
o
r
L
c
o
t
r
i
r
g
,
c
c
o
l
o
o
t
i
o
r
40 Analisis Kebijakan Publik
8
(
C
,
.
2
2
2
U
Y
U
:
(
*
#
/
B
+
;
(
A
(
+
/
*
(
+
0
/
#
/
7
)
(
.
/
+
T
i
p
c
A
r
o
l
i
A
l
t
o
t
1
o
r
g
m
c
r
o
o
i
i
r
t
i
o
o
t
o
r
g
o
r
m
o
t
i
c
o
i
S
t
o
r
o
o
t
l
c
o
l
o
r
S
o
m
/
c
t
P
o
l
o
l
}
o
r
g
l
o
1
o
l
t
o
P
c
r
g
o
t
o
l
P
i
l
i
l
o
r
S
i
l
o
p
t
c
t
l
o
o
o
p
A
r
o
l
i
o
I
c
/
i
o
l
o
r
I
o
r
t
c
l
R
o
o
l
o
r
8 , B ) / + /
O t o l o r g )
F
e
n
e
l
i
t
i
k
a
m
p
u
s
S
k
r
i
p
s
i
,
T
e
s
i
s
o
a
n
o
i
s
e
r
t
a
s
i
,
m
a
h
a
s
i
s
w
a
,
K
e
s
e
m
p
a
t
a
n
u
n
t
u
k
m
e
l
a
k
u
k
a
n
k
e
b
i
j
a
k
a
n
s
e
b
a
g
a
i
o
r
i
e
n
t
a
s
i
p
e
n
e
l
i
t
i
a
n
K
u
a
l
i
t
a
s
k
e
r
j
a
y
a
n
g
m
e
m
u
a
s
k
a
n
o
i
r
i
n
y
a
o
a
n
k
o
l
e
g
a
n
y
a
D
e
t
i
l
-
o
e
t
i
l
p
e
r
i
n
t
a
h
o
a
n
p
e
m
a
h
a
m
a
n
l
r
o
o
l
c
o
g
c
)
]
a
n
g
k
a
p
a
n
j
a
n
g
O
b
y
e
k
t
i
l
o
a
n
a
p
o
l
i
t
i
s
:
a
n
a
l
i
s
a
s
e
b
a
g
a
i
t
u
j
u
a
n
a
k
h
i
r
i
t
u
s
e
n
o
i
r
i
M
a
n
u
a
l
a
n
a
l
i
s
a
k
e
b
i
j
a
k
a
n
L
i
h
a
t
D
u
n
n
! % . / * / + /
F
o
l
i
t
i
s
i
W
a
r
t
a
w
a
n
A
o
v
o
k
a
t
o
r
K
e
b
i
j
a
k
a
n
K
e
s
e
m
p
a
t
a
n
u
n
t
u
k
o
i
r
i
s
e
n
o
i
r
i
b
e
r
i
k
l
a
n
,
o
o
c
o
r
c
c
m
c
r
t
)
o
a
n
p
e
n
g
a
r
u
h
p
r
i
b
a
o
i
n
y
a
M
e
m
u
a
s
k
a
n
k
l
i
e
n
n
y
a
s
e
c
a
r
a
l
a
n
g
s
u
n
g
K
e
a
h
l
i
a
n
k
o
m
u
n
i
k
a
s
i
o
a
n
k
o
o
r
o
i
n
a
s
i
]
a
n
g
k
a
p
e
n
o
e
k
A
n
t
i
a
n
a
l
i
s
i
s
:
a
n
a
l
i
s
i
s
s
e
b
a
g
a
i
s
e
b
u
a
h
t
u
j
u
a
n
u
n
t
u
k
p
e
n
g
a
r
u
h
p
r
i
b
a
o
i
n
y
a
A
o
v
o
k
a
s
i
L
i
h
a
t
I
a
k
i
h
Purwo Santoso 41
Z / # ( + $ ( + * ( $ ( )
, E r t t c p t c r c o t )
T
l
i
r
l
-
t
o
r
l
L
i
t
b
a
n
g
i
r
t
i
t
o
i
K
e
s
e
m
p
a
t
a
n
u
n
t
u
k
m
e
n
e
l
u
s
u
r
i
p
i
l
i
h
a
n
-
p
i
l
i
h
a
n
k
e
b
i
j
a
k
a
n
,
p
o
l
i
c
,
p
t
c
f
c
t
c
r
c
c
)
D
i
t
e
r
i
m
a
s
e
b
a
g
a
i
k
e
b
i
j
a
k
a
n
-
k
e
b
i
j
a
k
a
n
y
a
n
g
o
a
p
a
t
o
i
i
m
p
l
e
m
e
n
t
a
-
s
i
k
a
n
y
a
n
g
o
a
p
a
t
m
e
m
b
a
w
a
a
k
i
b
a
t
m
a
n
l
a
a
t
F
e
m
a
h
a
m
a
n
p
l
o
k
e
a
h
l
i
a
n
k
o
m
u
n
i
k
a
s
i
o
a
n
k
o
o
r
o
i
n
a
s
i
F
e
r
s
p
e
k
t
i
l
s
e
i
m
b
a
n
g
:
j
a
n
g
k
a
p
a
n
j
a
n
g
o
a
n
j
a
n
g
k
a
p
e
n
o
e
k
F
o
l
i
t
i
s
o
a
n
a
n
a
l
i
t
i
s
:
a
n
a
l
i
s
i
s
s
e
b
a
g
a
i
t
u
j
u
a
n
u
n
t
u
k
m
e
m
p
e
n
g
a
r
u
h
i
k
e
b
i
j
a
k
a
n
A
r
g
u
m
e
n
s
e
b
u
a
h
k
e
b
i
j
a
k
a
n
L
i
h
a
t
P
o
p
c
t
p
o
i
t
i
o
r
, S o l t o l o )
P t c t c r o c t
G
o
s
i
p
-
g
o
i
p
l
c
/
i
o
l
o
r
I
o
m
c
r
t
o
t
o
t
l
c
/
i
o
l
o
r
S
e
n
s
a
s
i
,
m
e
n
g
i
s
i
w
a
k
t
u
,
t
c
p
o
r
l
a
n
g
s
u
n
g
D
i
p
e
r
c
a
y
a
,
m
e
m
b
a
n
g
u
n
o
i
s
k
u
r
s
u
s
K
a
b
a
r
b
u
r
u
n
g
,
b
e
r
i
t
a
s
e
k
i
l
a
s
S
a
n
g
a
t
p
e
n
o
e
k
O
p
p
o
r
t
u
n
i
s
,
p
r
o
v
o
k
a
t
i
l
K
o
m
e
n
t
a
r
-
k
o
m
e
n
t
a
r
s
a
m
b
i
l
l
a
l
u
.
L
i
h
a
t
,
M
a
i
l
l
i
s
t
,
o
b
r
o
l
a
n
,
s
u
r
a
t
p
e
m
b
a
c
a
,
o
l
l
,
42 Analisis Kebijakan Publik
Lntuk lebih memperjelas tipologi analis, beroasarkan pilihan
posisinya, serta konsekuensi yang oitimbulkan oleh pilihan tersebut,
oosen mengajak mahasiswa untuk membanoingkan tipologi analis
kebijakan oalam Tabel III.3., oengan tipologi yang oibangun Arnolo
]. Meltsner oalam 8(C,. 222UYU :(*#/B+ ;(A(+/*(+ 0/#/ 7)(./+.
Dosen menjelaskan bahwa tipologi yang oigunakan oalam Tabel III.!
aoalah tipologi Arnolo ]. Meltsner. Sesungguhnya, selain tipologi
yang oibangun oleh Meltsner masih banyak tipologi yang lain,
sehingga mahasiswa tioak perlu merasa canggung jika mereka ingin
menggunakan tipologi yang lain. Dalam membangun tipologinya,
Meltsner telah melakukan penelitian oengan mengambil sampel 116
analis kebijakan. Dalam penelitiannya tersebut, kapasitas oiri analis
oipilah menjaoi empat kategori yang merujuk paoa nilai oan cara
kerja mereka oalam melakukan analisa.
3
Kategori pemilahan oibuat
beroasar paoa inoikator keterampilan politik oan keterampilan
analisa. Hasil pemilahan tersebut aoalah empat karakter analis
beroasarkan lill yang oimiliki, yaitu Wirausahawan ,Ertctptcrcot,,
TeknisiTukang, Folitisi serta Analis Sok Tahu` ,Ptctcroct,.
Masing-masing tipologi analis tersebut bisa oijabarkan oalam To/cl
III.+. Mottil Iopoito Diti Aroli. Femahaman akan kapasitas oiri seorang
analis ini juga penting untuk sebagai pertimbangan pemilihan posisi oan
mooel analisis, yang akan oipaparkan paoa sesi berikutnya, karena pilihan
posisi oan mooel melibatkan tuntutan terkait oengan komprehensivitas
oan kecanggihan analisa yang oituntut oari si analis.
PU Z/#("+(L($()
Ertctptcrcot aoalah tipe gabungan teknisi oan politisi, oia seorang
pragmatis namun juga penoioik, manipulator sekaligus pembangun
koalisi. Dia mengawinkan politik oan lingkungan organisasinya. Lebih
politis oan agresil oaripaoa teknisi, tetapi secara teknis berkompeten oan
memiliki stanoar internal sekaligus kontrol kualitas. Frinsipnya oia tioak
oalam kontrol klien, jika klien tioak menoengarkan maka orang lain
K #0A$3 -$($5 B'(3%6'+) H+6,(- J) 8!9Nb:) Polic Anclsts in the eurecucrcc) #H>
C60D'+%03= ,I O$(0I,+60$ E+'%%) A(5/ !W/
Purwo Santoso 43
yang akan menoengar karena analis ini lebih melihat kepentingan publik
sebagai klien utamanya. Kebanyakan tipe ini aoalah para ahli analisis
kebijakan yang berasal oari kalangan akaoemisi ataupun birokrat.
Analisis aoalah kekuasaan, begitulah kira-kira motto seorang analis
wirausahawan. Analis jenis ini paham benar bahwa polic, molirg oipenuhi
oleh banyak aktor besar, maka mereka mengembangkan kuasanya senoiri
untuk memanlaatkan semua pengaruh. Dia menyaoari kekuatannya,
yaitu membuat kebijakan oengan mempengaruhi keputusan. Analis ini
lebih menempatkan oiri sebagai tlirl-tlorl kepentingan publik. Analis
jenis ini rajin membangun taktik, baik oi oalam maupun oi luar birokrasi.
Singkatnya, seorang analis crttcptcrcot aoalah analis yang ioeal` karena
tioak hanya mahir melakukan analisa kebijakan, tapi secara oiam-oiam
juga panoai oalam membangun kekuatan politik.
RU 8,B)/+/
Seorang teknisi aoalah peneliti akaoemis -seorang intelektual-
oalam area birokrasi. Bayangkan orang yang oikelilingi komputer,
mooel-mooel teori, statistika, oan lain-lain tetapi seperti ulat oalam
kepompong. Dia hanya berkepentingan oengan riset atau tinoakan
yang berhubungan oengan analisa kebijakan. Dia tahu politik tapi
tioak banyak, karena politik aoalah sesuatu yang lain oi luar kebijakan.
Dia menerapkan stanoar untuk oirinya senoiri, sehingga motto-nya lc/il
/oil mcrooi /crot ootipooo tcpot oolto. Tipe ini biasanya aoalah para
akaoemisi oan peneliti yang oikontrak oleh biro pemerintah tertentu.
Motivasi utama oari analis tipe ini aoalah kesempatannya untuk
melakukan riset yang berhubungan oengan kebijakan oalam sebuah
lingkungan pembuatan kebijakan ,polic, molirg). Sehingga kebanyakan
oari para teknisi ini aoalah para intelektual yang beraoa oi menara
gaoing, oengan menjaoi pengamat oan tioak terlibat oalam polic,
molirg. Baginya akurasi pengamatan oan penjelasan lebih penting
oaripaoa proses gool-nya kebijakan.
Seorang teknisi mampu menjaoi guoang oata, karena
kemampuannya mengolah beragam oata statistik, ootllcct, laporan
pemerintah, oan semacamnya. Sehingga mereka cenoerung untuk
44 Analisis Kebijakan Publik
menempatkan analisa sebagai alat untuk menemukan kunci oalam
memahami masalah kebijakan atau solusi kebijakan. Substansi oari
kebijakan lebih menarik bagi mereka oaripaoa proses oioalamnya.
SU !%./*/+/
Meski menyaoari oirinya bukan birokrat, seorang analis politisi
lebih berpikir olo birokrat oaripaoa seorang analis. Seorang analis
politisi lebih memperhatikan oimana oia ououk oan kepaoa siapa
oia bekerja.Dia lebih khawatir penilaian yang buruk paoa kinerja
pelayanannya oaripaoa kualitas analisanya. Atribut kantor seorang
analis politisi lebih menonjolkan simbol yang menunjukkan oirinya
sebagai seorang politisi oaripaoa sebagai guoang oata. Meski mereka
menyaoari oirinya generalis, namun mereka tetap melihat oirinya
berbeoa. Tipe ini biasanya aoalah para politisi.
Analisis kebijakan kelihatan seperti menawarkan kesempatan bagi
politisi untuk memperluas wawasan oirinya. Seperti halnya rekayasa
sosial,mereka melihat pengalaman sebagai perluasan kesempatan
oalam ranah sosial oan membantu mereka mempelajari tentang
beberapa aktivitas pemberoayaan komunitas. Kepercayaan oiri
oari analis politisi aoalah keyakinan akan kemampuannya merubah
gagasan menjaoi kenyataan. Mereka percaya bahwa oirinya mampu
mentranslormasi penelitian ilmu sosial ke oalam kebijakan publik.
Mereka ingin beraoa oioalam kegiatan kebijakan itu senoiri oan
bekerja oioalamnya. Akibatnya oia lebih mengutamakan agenoa klien
oaripaoa agenoanya senoiri.
YU ['%B 8(L"\ OptctcroctQ
Kiranya untuk tipe analis seperti ini tioak perlu kita bahas secara
lebih menoetil karena kontribusinya paoa analisa kebijakan sangatlah
seoikit. Namun oemikian, mungkin tipe inilah yang paling banyak
oan paling muoah kita temukan. Kita oapat menemukannya hampir
oisetiap jalan, warung, cale, oan oimanapun tentang gosip-gosip politik
oibicarakan. Analisa para ptctcroct tioak oapat oipertanggungjawabkan
sekaligus tioak memiliki elek yang politis. Namun jangan salah, biasanya
Purwo Santoso 45
para ptctcroct pula yang mampu menyebarkan gosip kebijakan menjaoi
perhatian, yang sangat mungkin akan oirespons secara serius oleh para
teknisi, politisi maupun crtctptcrcot.
Sekali lagi oosen mengingatkan mahasiswa bahwa kategorisasi
oiatas hanyalah sebentuk penyaringan.Kalau kita cermati, Arnolo ].
Meltsner membangun tipologi-nya hanya oengan menggunakan oua
variabel analisa, yaitu kemampuan analisa oan ketrampilan politiknya.
]ika kita mau melakukan investigasi lain yang lebih serius, kitapun oapat
menerapkan stanoar nilai yang akan kita ukur. Dari lenomena tersebut,
kita semakin saoar oan mengakui bahwa setiap analis memiliki stanoar
nilai yang berbeoa.
Bagaimana oengan konteks Inoonesia? Tentu kita memiliki tingkat
rasionalitas berbeoa oan justru perlu memasukkan perangkat analisa
yang berbeoa pula. Boleh jaoi kita tioak perlu mengukur keseriusan
sebuah kebijakan oari keoalaman nalar pikir polic, molct, melainkan
seberapa kuat seorang istri atau, mungkin juga penasehat spiritual
seorang pembuat kebijakan mempengaruhinya. Artinya, masih terbuka
lebar bagi kita untuk mencari senoiri kriteria etika oan nilai yang tepat
oigunakan oi Inoonesia.
4U !,)"-(+()
Di akhir pertemuan ini, mahasiswa yang telah oiajak untuk
mengenal tipologi analis menurut kapasitas mereka. Diminta untuk
mulai mempertimbangkan posisi oan corak analisis apa yang akan
oipilihnya oalam melakukan latihan analisis kebijakan oi segmen
keoua oari perkuliahan ini. Lntuk mengasah kepekaan mahasiswa
oalam melakukan poitiorirg, mahasiswa oiminta untuk:
Memberikan kejelasan pilihan posisi oan alasan oia memilih posisi
tersebut,
Mengioentilikasi kecenoerungan bias yang mungkin bisa timbul
oari posisi yang oipilihnya tersebut. Sebagai ilustrasi, mahasiswa
bisa merujuk paoa 8(C,. 222U]U @/(+ ;L(+ 8/A, 7)(./+
;,C/D(B(),
46 Analisis Kebijakan Publik
8(C,. 222U]U @/(+ ;L(+ 8/A, 7)(./+ ;,C/D(B()
8/*/B !/D(B ;,W,)E,#")-() <*(3(
Ilmuwan, Aoministrator, oan
Militer
Kelangsungan proseour, terlaksananya
perintah ,komanoo,
Folitisi Tercapainya tujuan oirikelompoknya
Fengusaha Keuntungan
Aktivis Ferubahan tatanan
Mahasiswa oiminta untuk mempersiapkan oiri oengan membaca
literatur tentang mooel kebijakan oan moocllirg oalam analisa kebijakan:
o Hupe, Feter ]. oan Michael ]. Hill, Tltcc Actior Lcccl of Gocctrorcc:
Rcftomirg tlc Polic, Ptocc Bc,oro tlc Stogc Moocl, oalam Fieters,
B. Guy oan ]on Fierre, ,2006,, Horo/ool of Po/lic Polic,, Sage
Fublications
0(1*(# !"+*(B(
Hogwooo, Brian W oan Lewis E. Gunn,,1989,, Polic, Arol,i fot tlc Rcol
1otlo, LK: Oxloro Lniversity Fress
Meltsner, Arnolo ], ,196,, Polic, orol,t ir tlc Bcotcooctoc,, LA:
Lniversity ol Calilornia Fress
Stone, Deborah, ,199,, Polic, Potooox: tlc Att of Politicol Dcciior Molirg,
New York: W8W Norton 8 Company, pertama kali oipublikasikan
1988 oengan juoul Polic, Potooox oroPoliticol Rcoor
Purwo Santoso 47
!01203456 +E
7"#$"7/%#$8%# 8"'%#$8%
%#%*+,% 8"/+K%8%#
!"#" %&#" '&()*+",-,.
Memperkenalkan konsep kerangka analisa kebijakan
kepada mahasiswa
Memberikan pemahaman kepada mahasiswa LenLang
konsep kerangka analisa kebijakan kepada mahasiswa
MelaLih mahasiswa unLuk bisa membangun kerangka
analisa kebijakan sederhana.
%*/#0,.#" %&#" '&()*+",-,.
Konsep Kerangka Analisa Kebijakan
!&012& %&#" '&()*+",-,.
Ceramah
1uLorial
Diskusi Kelasi
A. Model dalam Analisa Kebijakan Publik
Dalam oua pertemuan sebelumnya, mahasiswa telah oiajak untuk
menyelami pentingnya poitiorirg oan tanggung jawab seorang analis untuk
menerima konsekuensi oari pilihan posisi oan corak analisis-nya. Terlepas
oari pilihan posisi oan corak analisis yang oiambil oleh seorang analis,
oiperlukan kerangka analisa untuk membingkai proses analisa yang akan
oilakukan. Lntuk itu, sesi pertemuan IV ini oirancang untuk mengajak
mahasiswa mengenal oan berlatih membangun kerangka analisa kebijakan
beroasarkan pilihan posisi oan corak analisis masing-masing.
Dosen mengawali kuliah ini oengan mengingatkan mahasiswa
bahwa kebijakan aoalah realitas yang kompleks oan bersilat
48 Analisis Kebijakan Publik
multioimensional. Kompleksitas ini harus oihaoapi oengan baik oleh
seorang analis. Dan sebagai seorang analis, tugas utama yang harus
oilakukan aoalah menelaah oan menuangkan kompleksitas tesebut
oalam paparan yang seoerhana sehingga muoah oipahami.
1
Dalam menyeoerhanakan kompleksitas realitas, seringkali seorang
analis menggunakan alat bantu. Kerangka analisis merupakan alat
bantu bagi seorang analis kebijakan.
2
Alat bantu ini bisa bermacam-
macam. Teori bisa oipahami sebagai suatu alat bantu untuk memahami
realitas. Namun, tioak berarti bahwa postulat-postulat yang tioak
mencapai status sebagai teori tioak bisa oigunakan sebagai alat bantu
untuk melakukan analisis.Fostulat-postulat tersebut biasanya oikenal
oengan nama moocl oan ftomcootl.
3
Dosen memaparkan secara singkat perbeoaan antara teori, mooel
oan ftomcootl. Lntuk itu oosen bisa mengacu paoa paparan Elinor
Ostrom yang oikutip oleh Hupe oan Hill oalam Fieters oan Hupe eos.
,2006,. Elinor Ostrom membeoakan ketiga-nya sebagai berikut:
Sebuah ftomcootl membantu mengioentilikasi elemen-elemen yang
oibutuhkan untuk melakukan analisis yang sistematis, menyeoiakan
oaltar variabel-variabel, oan bahasa metaloris` yang bisa oigunakan
untuk memperbanoingkan berbagai teori.
Teori memungkinkan analis untuk melakukan spesilikasi terkait
elemen mana oari ftomcootl yang relevan untuk permasalahan
yang oihaoapi oan membuat asumsi umum tentang bagaimana
elemen tersebut bekerja. Bisa oikatakan, teori berlokus paoa suatu
ftomcootl oan membuat asumsi-asumsi spesilik yang oibutuhkan
seorang analis untuk menoiagnosa suatu lenomena, menjelaskan
prosesnya, oan mempreoiksi oampaknya. Aoa sebagian teori yang
cocok untuk oigunakan oalam ftomcootl mana saja.
! #0A$3 *,<&,,-) G+0$6 7/ -$6 #'&0% Y/ ?266) Polic Anclsis jor the Recl World)
C[> VZI,+- C60D'+%03= E+'%%) A$(/ PF\PK/
F *,<&,,- -$6 ?266) 0L0-/
K *24') E'3'+ J -$6 *0(() B0`A$'( J/) The Three Action Letels oj Goterncnce:
Rejrcmin the Polic Process eond the Stces Model -$($5 E0'3'+%) G/ ?2= -$6
J,6 E0'++' '-%/) 8FRRb: c*$6-L,,1 ,I E2L(01 E,(0`=S) Q$<' E2L(0`$30,6%/
Purwo Santoso 49
Mooel oigunakan untuk membangun asumsi-asumsi yang silatnya
spesilik terkait seperangkat parameter oan variabel tertentu secara
spesilik.
!
Setelah memaparkan perbeoaan ketiga konsep tersebut, oosen
melakukan klarilikasi apa yang oimaksuo oengan istilah mooel` oalam
perkuliahan ini. Mooel oalam perkuliahan ini lebih oimaknai sebagai
ftomcootl. Klarilikasi ini penting oilakukan mengingat, oari perkuliahan
ini, mahasiswa oiharapkan bisa membangun mooelnya senoiri.
@U :,3A,#B,)(.B() :%E,.
Dosen menjelaskan kepaoa mahasiswa bahwa mooel aoalah salah
satu bentuk penyeoerhanaan oari realitas oan proses penyeoerhaanaan
realitas ini oisebut sebagai moocllirg. Dosen menjelaskan perihal mooel
oan moocllirg kepaoa mahasiswa oengan ilustrasi analis sebagai seorang
petugas arsip yang harus menata oan mengklasilikasikan berbagai
ookumen. Dokumen oan literatur tersebut berserakan oan bercampur
baur satu sama lain. Si analis ini oiminta untuk, tioak sekeoar menata
oengan menumpuk ookumen oan literatur tersebut, tetapi oia harus
mengelompokkannya oalam kelompok-kelompok tertentu sehingga
memuoahkan orang lain untuk mengakses berbagai literatur tersebut.
Dalam situasi semacam ini, orang yang oiminta menata ookumen
tioak akan bisa berbuat banyak kecuali oia tahu atau sanggup
membangun senoiri klasilikasi oan pengelompokan untuk ookumen
oan literatur tersebut. Atau oengan kata lain, memiliki mooel sebagai
panouan untuk mengelompokkan oan menata berbagai ookumen oan
literatur tersebut. Di sini, membuat mooel berarti merupakan langkah
penyeoerhanaan yang membantu penyelesaian pekerjaan. Setelah
klasilikasi oan pengelompokan ini oiketahui barulah si analis bisa
memulai pekerjaannya.
Membuat klasilikasi oan pengelompokan itulah yang oi sini kita
sebut oengan moocllirg ,penentuan mooel,. Mooel oisini oiartikan
P .03'+@'5$1$6 -$+0 *24') E'3'+ J -$6 *0(() B0`A$'( J/) ,4/`03/) A$(/ !]/
50 Analisis Kebijakan Publik
sebagai sebuah konsep untuk yang inoepenoen oari, tetapi paralel,
oengan realitas yang oibayangkan. Dalam contoh oi atas, orang yang
oisuruh menata ookumen, membuat mooel yang menggambarkan
tatanan realitas yang oibayangkannya tentang susunan oan klasilikasi
ookumen-ookumen yang tersebar. Kemuoian, oari bayangan
konseptual tersebut orang ini menciptakan realitas susunan oan
klasilikasi ookumen sebagaimana aoa oalam bayangannya.
Dosen perlu memaparkan bahwa suatu kompleksitas yang sama
bisa oiseoerhanakan oengan cara yang berbeoa-beoa.
Setiap analis
paoa oasarnya bebas menentukan cara penyeoerhanaannya senoiri,
tanpa harus terikat oengan cara penyeoerhanaan orang lain. Masing-
masing cara penyeoerhanaan tersebut aoalah mooel tersenoiri.
Memang, oalam literatur kebijakan publik suoah oikenal berbagai
mooel analisis, namun bukan berarti suoah tertutup peluang untuk
menawarkan mooel baru, mengingat kompleksitas persoalan kebijakan
yang oihaoapi.
Setiap langkah penyeoerhanaan mengisyaratkan nalar ,kerangka
/ctpilit, tertentu. Faoa saat yang sama, langkah penyeoerhanaan
tersebut sebetulnya abai terhaoap kerangka /ctpilit yang lain. Oleh
karena itu, mooel yang oipakai untuk mengulas suatu kebijakan juga
memiliki kegunaan yang spesilik, oan belum tentu bisa oianoalkan
untuk menjawab kepentingan lain. ]elasnya, karena suatu mooel
aoalah suatu penyeoerhanaan yang oilakukan oengan mengabaikan
sejumlah aspek, maka oaya guna mooel tioak bisa melampaui kegunaan
yang oipersiapkan. Sebagai gambaran, suatu miniatur pesawat
yang merupakan penyeoerhanaan bentuk pesawat hanya berguna
untuk menoeskripsikan pesawat oari segi bentuk. Miniatur tioak bisa
menjelaskan bagaimana pesawat bisa terbang. Diperlukan mooel baru
tersenoiri untuk bisa menjelaskan bagaimana sebuah pesawat, yang
notabene aoalah benoa paoat yang sangat berat, bisa melayang oi
uoara. Namun, mooel yang tepat untuk itu bukanlah miniatur.
5 Lihat juga Nugroho Riant, (2006) Kebifakan Publik Untuk Negara-negara Berkembang,
Jakarta: Elex Media Komputindo, Bab 3.
Purwo Santoso 51
Lntuk memberikan ilustrasi tentang mooel, oosen memperlihatkan
berbagai peta yang bisa oibuat oi suatu wilayah. Aoapun tujuan
oibuatnya peta berbeoa-beoa, oan kegunaan peta tersebut hanya
sebatas sesuai oengan tujuan pembuatnya. Lntuk memahami hal
tersebut oosen bisa memberikan pemahaman kepaoamahasiswa
oengan 8(C,. 2HU2UM,)/+ !,*( :,)"#"* 2)1%#3(+/ F()-
0/+(D/B() E() ;,-")(())F(.
8(C,. 2HU2U
M,)/+ !,*( :,)"#"* 2)1%#3(+/ F()- 0/+(D/B() E() ;,-")(())F(
5% M,)/+ A,*(
2)1%#3(+/ F()-
E/+(D/B()
;,-")(()
1
Feta
aoministrasi
pemerintahan
Yurisoiksi ,wilayah
aoministrasi
pemerintahan,
Membantu pejabat pemerintah
mengetahuimengkomunikasikan
wilayah kekuasaan ,oaerah yang
menjaoi tanggungjawabnya,
2 Feta topograli
Kontur ,tinggi-renoah,
permukaan bumi
Menginlormasikan alur mobilitas.
Bagi inlantri, peta topograli
memuoahkan menentukan rute
perjalanan. Bagi ahli tata ruang
peta topograli memuoahkan
mengetahui arah oan volume
aliran air
3
Feta
sumberoaya
Sumberoaya alam yang
terkanoung oi suatu
wilayah yang bersangkutan
Mengetahui sumberoaya yang
aoa oi suatu wilayah
!
Feta jaringan
transportasi
Rute oan mooa
transportasi
Mengetahui rute oan mooa
transportasi yang terseoia
Feta pemilih
Fenoukung pemilih
masing-masing kontestan
pemilihan umum
Membantu menentukan strategi
pemenangan pemilu
Di oalam masing-masing peta masih aoa peluang untuk
menoetilkan inlormasi yang oisajikan beroasarkan kegunaannya. Feta
yang sama bisa oisusun secara berbeoa, tergantung oari kebutuhan
penggunanya yang lebih spesilik. Sebagai contoh, oosen bisa mengajak
mahasiswa untuk mencermati peta Kota Lonoon oalam @(-() 2HU2U
Di Lonoon aoa peta transportasi yang oibeoakan beroasarkan mooa
transportasi yang bersangkutan.
52 Analisis Kebijakan Publik
@(-() 2HUPU !487 =G50G5
!,*( 7
Peta A
!,*( @
Peta B
Ferhatikan oua peta rute oan jalur kereta api oalam kereta
tersebut! ]ika seanoainya anoa oi Lonoon, sebagai seorang turis yang
ingin bepergian, yang manakah oi antara peta A oan B, yang akan anoa
pilih sebagai pegangan? Namun, jika anoa aoalah seorang kontraktor
yang oisewa perusahaan kereta api oi Lonoon untuk merawat rel,peta
manakah yang anoa pilih? Tentu saja turis lebih memilih peta B karena
para turis hanya memerlukan inlormasi tentang rute oan jalur kereta
api. Mereka tioak berkepentingan oengan kelokan oan oetil jalur yang
oilaluinya. Namun seorang kontraktor yang berkepentingan untuk
Purwo Santoso 53
merawat rel tioak hanya berkepentingan oengan rute oan jalurnya,
tetapi juga oengan kelokan oan jarak antar stasiun.
Ilustrasi ini memberikan gambaran yang semakin jelas bahwa suatu
lenomena yang kompleks oiseoerhanakan menurut kepentingan oari
orang yang akan menggunakan inlormasi tentang lenomena tersebut.
Ini juga membuktikan bahwa setiap analis, sebetulnya bebas untuk
membuat oan memilih mooelnya senoiri, sesuai oengan kebutuhannya.
Lntuk memuoahkan mahasiswa menoapatkan gambaran
tentang bagaimana seorang analis membangun oan memilih senoiri
mooel yang akan oipakainya, oosen mengingatkan mahasiswa paoa
ilustrasi serakan ookumen oan literatur oi atas taoi. Di sini mahasiswa
oiajak untuk membayangkan ookumen oan literatur itu sebagai teori-
teori sosial yang oikembangkan selama ini oan jikalau mahasiswa
harus memetakan serta menganalisis teori-teori tersebut, kira-kira
apa yang mahasiswa lakukan untuk bisa melaksanakan pekerjaan itu?
Lntuk melaksanakan pekerjaan itu, von Beyme oalam Goooin oan
Klingeman membuat peta teori seperti berikut ini.
@(-() 2HURU!,*( 8,%#/ :,)"#"* ;.("+ K%) @,F3,
Sumber: von Beyme oalam Goooin oan Klingeman, ,1996,, hal 2!.
54 Analisis Kebijakan Publik
Von Beyme tentunya mengacu paoa kategorisasi orang lain,
terutama untuk kategori yang umum, seperti pemilahan beroasarkan
penoekatan sistem aktor oan level makro mikro. Namun, pilihan
untuk menggunakan oan menggabungkan oua kategorisasi tersebut
sebagai sebuah mooel untuk mengklasilikasikan berbagai teori sosial
yang semula bertebaran, bisa kita asumsikan, lebih oioorong oleh
kebutuhan oia untuk mengklasilikan oan menata berbagai teori tersebut.
Dosen perlu menegaskan bahwa poin utama oari ilustrasi
tersebut aoalah bahwa seorang ilmuwan bisa merumuskan senoiri
mooel yang akan oigunakannya untuk memvisualkan gagasannya. Di
sini oosen juga bisa memberikan ilustrasi lain. Misalnya, ketika henoak
memaparkan bahwa konsep gooo gocctrorcc sebetulnya jumbuh oengan
konsep ocmoctotic gocctrorcc, kejumbuhan tersebut bisa oisajikan sebagai
mooel seperti oalam @(-() 2HUSUH/+"(./+(+/ ;,+,D(D(#() 2E,
6%%E 6%K,#)()W, E() Dcmoctotic Gocctrorcc.
@(-() 2HUSUI%)*%L H/+"(./+(+/ ;,+,D(D(#() 2E, Gooo
Gocctrorcc 0() 0,3%B#(+/
Dalam rangka untuk memberikan pemahaman lebih lanjut tentang
mooel, oosen bisa memberikan ilustrasi lain oengan penyeoerhanaan
pola perpolitikan oi Inoonesia. Mahasiswa oiajak untuk mengingat
oan memperhatikan bagaimana banyak ilmuwan Inoonesianis
Purwo Santoso 55
melabeli pola perpolitikan oi Inoonesia oengan mengeoepankan
aspek tertentu oan mengabaikan aspek lain. Yang menjelaskan pola
perpolitikan oari segi elit mengeoepankan peran elit sebagi patron oan
perpolitikan Inoonesia oibayangkan sebagai politik relasi patron-klien.
Maka aoa mooel pottort clicrt oan politik Inoonesia oilabeli sebagai
Folitik Fatronase. Selain mooel itu masih aoa berbagai mooel lain
seperti oitampilkan oalam 8(C,. 2HUR.@,#C(-(/ :%E,. 0,1/)/+/
!,#A%./*/B() 2)E%),+/(U
8(C,. 2HURU
@,#C(-(/ :%E,. 0,1/)/+/ !,#A%./*/B() 2)E%),+/(
5% 2.3"$()
7+A,B !,)*/)- F()-
0/(3(*/
M(#-%) F()-
0/A(B(/ <)*"B
:,.(C,./
1 Karl D. ]ackson Feran politik birokrasi oan
elemen negara yang lain
Bcootoctotic Polit,
2 Donalo K. Emmerson Feran elit Pottimoriol Stotc
3 ]. H. Boeke Mooe ekonomi Dool Socict,
! Richaro Robinson, Ariel
Buoiman
Feran ekonomi oan politik
birokrasi oan elemen
negara yang lain
Bocootoctotic Copitolit
Stotc
Ruth T. McVey Kecenoerungan
masyarakat meromantisir
peran pegawai
Bcomtcrtoot Politic
6 Mohtar Mas`oeo Feran politik birokrasi oan
elemen negara lain
Botcooctotic Aotlotitotior
Stotc
]argon-jargon tersebut, sebetulnya, aoalah mooel yang oigunakan
oleh ilmuwan yang membuatnya untuk menjelaskan perpolitikan
Inoonesia. Selain Folitik Pottoroc, kita juga sering temukan istilah `cgoto
Bitoltotil Ototitotior. Dosen juga menjelaskan paoa mahasiswa bahwa
oari ilustrasi ini, kita tahu bahwa mooel tioak harus oihaoirkan oalam
skema, tetapi bisa juga oalam jargon. ]argon ini mewakili serangkaian
konsep yang menyusun mooel tersebut, oan telah oielaborasi oalam
karya oari ilmuwan yang bersangkutan.
Dari paparan oi atas, oosen bisa memberikan kesimpulan
antara bahwa oalam membangun mooel analis melakukan klasilikasi,
56 Analisis Kebijakan Publik
kategorisasi, oan taksonomi. Dalam melakukan itu semua analis
oigiring oleh nalar tertentu. Sehingga, penyeoerhanaan kompleksitas
realitas sebetulnya oioasarkan paoa prelerensi subyektil si analis
terhaoap suatu nilai, perilaku oan tinoakan tertentu. Namun, sampai
sejauh ini, bukankah kita masih menggunakannya untuk melakukan
analisis? Ini membuktikan bahwa meskipun menganoung subyektivitas
yang cukup kuat, mooel-mooel tersebut tioak berarti salah oan tioak
berguna. Sebaliknya, berbagai mooel yang sangat spesilik tersebut
terbukti sangat berguna bagi kita untuk menyeoerhanakan kompleksitas
realitas kebijakan oan realitas politik Inoonesia.
C. Mengembangkan dan Menggunakan Model untuk Analisa
Kebijakan
Setelah oiperkenalkan oan oiajak memahami konsep mooel,
oosen mengajak mahasiswa lebih menoalami praktek penggunaan
oan pengembangan mooel untuk analisis kebijakan. Di sini, oosen bisa
memberikan kesempatan paoa mahasiswa untuk mengembangkan
mooelnya senoiri.
Sebagai bagian oari usaha untuk menoorong mahasiswa
membangun mooelnya senoiri, oosen memaparkan mooel berikut ini
sebagai contoh oari mooel kebijakan yang oikembangkan oleh seorang
analis yang berkepentingan untuk menangkap berbagai oimensi
kebijakan secara lebih komprehensil. Di sini mooel yang oibangun
merupakan upaya untuk menyeoerhanakan realitas kebijakan yang
multioimensional, tetapi tanpa harus kehilangan kemampuan mooel
tersebut untuk membantu si analis untuk memahami berbagai oimensi
secara komprehensil.
Salah satu bentuk penyeoerhanaan yang paling sering oilakukan
untuk membangun mooel analisa kebijakan aoalah oengan
menyeoerhanakan proses kebijakan sebagai sebuah proses yang teroiri
oari lase-lase atau bagian-bagian yang lebih kecil. Selain memecah
proses kebijakan ke oalam berbagai bagian yang lebih kecil, moocllirg
juga mensyaratkan aoanya penjelasan yang rasional tentang relasi
antar bagian tersebut oalam membentuk sebuah proses kebijakan.
Purwo Santoso 57
Dengan membagi kebijakan ke oalam bagian-bagian yang lebih
kecil, harapannya kompleksitas kebijakan bisa oipahami oalam bentuk
yang lebih seoerhana. Dengan oemikian analisa juga lebih muoah
oilakukan. Dengan membagi kebijakan ke oalam bagian-bagian yang
lebih kecil, analis juga bisa memlokuskan perhatiannya paoa bagian
tertentu oari keseluruhan benoa yang namanya kebijakan.
6
Fenyeoerhanaan kebijakan oalam proses yang lebih kecil tentunya
cukup lamiliar bagi mahasiswa yang mengikuti mata kuliah Analisa
Kebijakan Fublik. Terutama mooel togit yang membayangkan proses
kebijakan sebagai proses yang teroiri oari berbagai aktivitas yang lebih
kecil yang berjalan oalam proses yang sekuensial. Mooel yang awalnya
oipopulerkan oleh Harolo Laswell ini memang banyak oipakai oalam
analisa kebijakan.
c
t
t
i
r
g
5
%
U
!
%
/
)
!
,
#
C
,
E
(
(
)
8
,
B
)
%
B
#
(
*
/
+
!
%
.
/
*
/
+
1
.
F
e
m
i
l
i
k
A
g
e
n
o
a
F
e
j
a
b
a
t
a
t
a
u
a
n
a
l
i
s
F
u
b
l
i
k
2
.
F
o
s
i
s
i
o
g
c
r
o
o
-
c
t
t
c
t
o
a
l
a
m
p
e
r
m
a
s
a
l
a
h
a
n
y
a
n
g
o
i
a
g
e
n
o
a
k
a
n
M
e
n
e
m
p
a
t
k
a
n
o
i
r
i
o
i
a
t
a
s
s
e
m
u
a
p
e
r
b
e
o
a
a
n
p
e
n
o
a
p
a
t
o
e
n
g
a
n
m
e
n
g
g
u
n
a
k
a
n
p
e
n
o
e
k
a
t
a
n
y
a
n
g
o
i
k
l
a
i
m
i
l
m
i
a
h
,
p
a
s
i
l
m
e
n
a
m
p
u
n
g
i
s
u
y
a
n
g
b
e
r
t
e
b
a
r
a
n
M
e
n
j
a
o
i
b
a
g
i
a
n
o
a
r
i
p
r
o
s
e
s
m
e
n
g
e
l
o
l
a
,
b
e
r
a
o
a
p
t
a
s
i
,
o
a
n
m
e
n
y
e
s
u
a
i
k
a
n
p
o
s
i
s
i
o
e
n
g
a
n
h
i
r
u
k
p
i
k
u
k
i
s
u
y
a
n
g
a
o
a
o
i
p
u
b
l
i
k
,
a
k
t
i
l
m
e
n
c
a
r
i
i
s
u
y
a
n
g
b
e
r
t
e
b
a
r
a
n
3
.
A
s
u
m
s
i
e
p
i
s
t
e
m
o
l
o
g
i
s
M
a
s
a
l
a
h
y
a
n
g
o
i
b
a
h
a
s
t
i
o
a
k
k
o
n
t
r
o
v
o
r
s
i
a
l
,
s
e
m
u
a
m
a
s
a
l
a
h
b
i
s
a
o
i
m
a
k
n
a
i
s
e
c
a
r
a
s
e
p
i
h
a
k
o
l
e
h
a
n
a
l
i
s
S
e
m
u
a
m
a
s
a
l
a
h
s
e
l
a
l
u
k
o
n
t
r
o
v
e
r
s
i
a
l
k
a
r
e
n
a
s
e
m
u
a
p
i
h
a
k
m
e
m
i
l
i
k
i
r
u
m
u
s
a
n
s
e
n
o
i
r
i
!
.
K
e
l
a
n
g
s
u
n
g
a
n
F
r
o
s
e
s
F
e
n
a
n
g
a
n
a
n
m
a
s
a
l
a
h
y
a
n
g
o
i
h
a
o
a
p
i
p
e
j
a
b
a
t
,
a
n
a
l
i
s
,
B
e
r
j
a
l
a
n
l
i
n
e
a
r
o
a
l
a
m
t
a
h
a
p
-
t
a
h
a
p
y
a
n
g
s
u
o
a
h
t
e
r
b
a
k
u
k
a
n
s
e
b
a
g
a
i
p
r
o
s
e
o
u
r
F
e
r
e
b
u
t
a
n
k
e
p
e
n
t
i
n
g
a
n
o
a
n
a
o
u
k
e
k
u
a
t
a
n
,
b
e
r
g
e
r
a
k
s
e
c
a
r
a
s
i
r
k
u
l
a
r
,
o
i
m
a
n
a
h
a
m
p
i
r
s
e
t
i
a
p
s
a
a
t
a
k
t
o
r
-
a
k
t
o
r
y
a
n
g
t
e
r
l
i
b
a
t
h
a
r
u
s
t
e
r
u
s
b
e
r
u
p
a
y
a
m
e
m
b
a
n
g
u
n
k
o
n
s
e
n
s
u
s
.
S
i
k
a
p
a
n
a
l
i
s
t
e
r
h
a
o
a
p
p
r
o
s
e
s
A
n
a
l
i
s
t
i
o
a
k
m
e
r
a
s
a
t
e
r
i
k
a
t
p
a
o
a
p
r
o
s
e
s
k
a
r
e
n
a
o
i
a
h
a
n
y
a
c
o
r
c
c
t
r
p
a
o
a
s
u
b
s
t
a
n
s
i
a
g
e
n
o
a
y
a
n
g
o
i
a
n
a
l
i
s
i
s
A
n
a
l
i
s
t
i
o
a
k
b
i
s
a
k
e
l
u
a
r
o
a
r
i
p
r
o
s
e
s
o
a
n
b
a
h
k
a
n
b
i
s
a
m
e
r
e
k
a
y
a
s
a
p
r
o
s
e
s
t
e
r
s
e
b
u
t
6
.
H
a
l
y
a
n
g
o
i
p
e
r
t
a
r
u
h
k
a
n
a
n
a
l
i
s
A
k
u
r
a
s
i
r
u
m
u
s
a
n
o
a
n
k
e
j
e
l
a
s
a
n
c
a
r
a
m
e
n
a
n
g
a
n
i
m
a
s
a
l
a
h
K
e
s
e
p
a
h
a
m
a
n
a
n
t
a
r
p
i
h
a
k
t
e
n
t
a
n
g
m
a
s
a
l
a
h
y
a
n
g
o
i
h
a
o
a
p
i
.
C
a
k
u
p
a
n
a
n
a
l
i
s
i
s
S
u
b
s
t
a
n
s
i
a
g
e
n
o
a
S
u
b
s
t
a
n
s
i
a
g
e
n
o
a
,
p
r
o
s
e
s
,
o
a
n
i
n
s
t
r
u
m
e
n
t
a
s
i
8
.
K
e
m
a
m
p
u
a
n
y
a
n
g
o
i
t
u
n
t
u
t
o
a
r
i
s
e
o
r
a
n
g
a
n
a
l
i
s
K
e
a
h
l
i
a
n
m
e
n
g
a
p
l
i
k
a
s
i
k
a
n
p
r
o
s
e
o
u
r
K
e
a
h
l
i
a
n
m
e
n
g
a
p
l
i
k
a
s
i
k
a
n
p
r
o
s
e
o
u
r
o
a
n
m
e
n
e
n
t
u
k
a
n
p
o
s
i
s
i
o
a
l
a
m
o
i
n
a
m
i
k
a
p
o
l
i
t
i
k
y
a
n
g
t
e
r
j
a
o
i
o
a
l
a
m
p
r
o
s
e
s
o
g
c
r
o
o
c
t
t
i
r
g
76 Analisis Kebijakan Publik
Dalam kerangka pikir ini, aktivitas analis oalam proses ogcroo-
cttirg aoalah aktivitas yang bersilat aktil oan potpoicc. Agcroo-cttirg
aoalah permasalahan menentukan prioritas bagi oirinya senoiri oalam
hubungannya oengan aktor-aktor lain yang terlibat oalam perebutan
prioritas agenoa. Dalam situasi seperti itu, Agcroocttirg, atau bisa
oiterjemahkan sebagai pembuatan agenoa` bisa oimaknai sebagai
proses mengarahkan kebijakan melalui jenoela-jenoela kebijakan yang
muncul sebagai akibat oari oinamika politik yang terjaoi oalam proses
ogcroo cttirg, ,Kingoon, 199, Chap.1,. Dalam hal ini, cakupan analisa
si analis seringkali harus lebih oari sekeoar substansi agenoa, tetapi juga
mencakup oalam konteks seperti apa substansi agenoa tersebut beraoa.
Dalam oua situasi tersebut, analisa yang oilakukan perlu terlebih
oahulu mengioentilikasi laktor-laktor yang mempengaruhimasuknya
suatu isu keoalam agenoa publik. Tentunya kerangka pikir yang
oigunakan ikut mempengaruhi proses ioentilikasi laktor oan kerangka
penjelasan yang menjelaskan hubungan antar laktor tersebut.
Bagi mahasiswa yang memilih corak analisis untuk kebijakan,
mahasiswa masih oiperbolehkan memilih antara analisis oengan logika
teknisaoministratil oan analisis oengan logika politis.Dalam logika
teknis-aoministratil, ogcroocttirg oilihat sebagai ogcroonya pejabat
yang mencari-cari sesuatu untuk oikerjakan atas nama publik, seperti
tercermin oalam oelinisi ]ones, Meltsner, oan Hogwooo8Gunn.
Sementara logika politis lebih mengeoepankan oimensi politis oari
proses agenoa setting. Froses ini oilihat sebagai prosespolitik yang
melibatkan pertarungan wacana, konllik kepentingan, pembangunan
koalisi oan sebagainya, seperti tercermin oalam mooel yang
oikembangkan oleh Kingoon.
Setelah memberikan penjelasan tentang perbeoaan menoasar
antara keoua kerangka pikir tentang proses ogcroo cttirg tersebut, oosen
memberikan lormulir yang harus oiisi oleh mahasiswa. Dalam lormulir
tersebut mahasiswa oi minta untuk menentukan kerangka pikir mana
yang akan oipilihnya oan mengapa oia memilih kerangka pikir tersebut.
Bagi mahasiswa yang memilih analisis terhaoap kebijakan, analisa
oilokuskan untuk upaya pembangunan teori tentang ogcroo cttirg.
Purwo Santoso 77
Dalam analisis oengan corak seperti ini, mahasiswa oiminta untuk
mengioentilikasi laktor-laktor yang mempengaruhi proses ogcroo cttirg
oalam kasus tertentu, oan menjelaskan relasi antar laktor tersebut oalam
lungsinya mempengaruhi proses ogcroo cttirg yang terjaoi.
Dalam latihan ini, aoa ootpot yang oiharapkan untuk oihasilkan
mahasiswa. Ootpot ini oisesuaikan oengan apa yang oiharapkan akan
oihasilkan oleh seorang analis ketika oia melakukan analisa. Lntuk
corak analisis untuk ogcroocttirg, mahasiswa oiharapkan mampu
menghasilkan rekomenoasi isu yang oianggap layak menoapatkan
prioritas oalam agenoa kebijakan. Tentunya rekomenoasi ini oisertai
oengan argument yang rasional. Sementara bagi mahasiswa yang
memilih corak analisis terhaoap ogcroocttirg, mereka oiminta bisa
menghasilkan suatu penjelasan teoritik tentang laktor apa yang
mempengaruhi isu tertentu masuk oalam agenoa kebijakan, sementara
isu yang lain tioak, oisertai penjelasan bagaimana laktor tersebut
mempengaruhi masuk atau tioaknya suatu isu oalam agenoa kebijakan.
C. Latihan Analisis untuk )($'#+ C 2$00&'(`
Sebelum memaparkan beberapa contoh oan mooel analisis untuk
ogcroocttirg, oosen bisa lebih jauh memberikan pengertian paoa
mahasiswa, bahwa paoa oasarnya, analisis ogcroocttirg oilakukan
untuk mencari opo ,org loto oilctolor` oleh para pembuat kebijakan.
Karena itu, Hogwooo oan Gunn membagi proses ogcroocttirg oalam
oua tahap, yaitu ioccotcl oan iocfilttotior.
Ioccotcl terkait
oengan proses pencarian isu untuk oimasukkan oalam agenoa.
Sementara iocfilttotior aoalah proses memilah isu
Sebagaimana oalam mooel ogcroo-cttirg Hogwooo8 Gunn, oosen
meminta mahasiswa untuk secara acak mengumpulkan isu-isu yang
bertebaran, terutama oi meoia, baik televisi maupun cetak.Setelah
terkumpul berbagai isu, langkah selanjutnya, mahasiswa oiminta
untuk menyaring berbagai isu tersebut. Dalam menyaring isu tersebut,
mahasiswa bisa menggunakan kriteria yang oigunakan oleh Hogwooo
N *,<&,,- -$6 ?266) ,4/`03/ OA$4/ W -$6 b/
78 Analisis Kebijakan Publik
8 Gunn, yaitu waktu, bobot politis, kebakuan sikap politik, oan arti
penting isu tersebut bagi organisasi.
Bagi mahasiswa yang melakukan analisis oalam corak analisis
untuk kebijakan tetapi oioasarkan paoa logika politis, selain hal oi atas,
mahasiswa juga harus menggunakan kriteria lain untuk menyaring isu
yang suoah oikumpulkan oi atas. Mengingat proses ogcroocttirg aoalah
proses memunculkan satu masalah sebagai masalahnya pemerintah,
oan oi sini, tugas seorang analis aoalah menyusun analisanya, oioukung
oata oan proyeksi, oalam sebuah argumen untuk meyakinkan bahwa
permasalahan yang oirekomenoasikannya menyangkut kepentingan
publik oan untuk itu harus oitangani sebagai masalahnya pemerintah.
Lntuk itu, selain kriteria permasalahan seperti yang oikemukakan
Hogwooo 8 Gunn, analisis yang oioasari paoa logika politis perlu
menambahkan kriteria arus politik oan ekspresi partisipasi. Karena
itu, mahasiswa oiminta untuk menguji tiap isu yang oikumpulkannya
oengan mengioentilikasi arus politik oan ekspresi partisipasi yang
muncul oi seputar isu tersebut.
Agar analisis mahasiswa bisa lebih sensitil terhaoap oimensi
politis oari proses ogcroo cttirg, oosen membimbing mahasiswa
untuk melakukan analisis beroasarkan mooel yang oikembangkan
oleh Kingoon. Dosen membimbing mahasiswa untuk melakukan
analisis terhaoap tiga arus, arus politik, kebijakan, oan problem, yang
terkanoung oalam isu-isu yang telah oililtrasi sebelumnya. Dalam
membimbing, oosen mengarahkan mahasiswa untuk menghasilkan
sebuah rekomenoasi isu kebijakan, beroasarkan perhitungan
terhaoap arus politik, arus kebijakan, oan arus permasalahan yang
melatarbelakangi isu-isu tersebut. Secara singkat, oosen memaparkan
mooel analisis ogcroo cttirg kebijakan menurut Kingoon, seperti
oigambarkan oalam @(-() HUP.9/)-B(+() 7."# !#%+,+ Agcroo -
Scttirg :,)"#"* M%L) ZU ;/)-E%)
Purwo Santoso 79
@(-()HU2U
9/)-B(+() 7."# !#%+,+ Agcroo - Scttirg:,)"#"* !"#$ &'
()$*+"$
Sumber: Kingoon, ]ohn W ,199,.
Sebagai contoh bagaimana mooel Kingoon oigunakan untuk
menganalisa sebuah isu spesilik, mahasiswa bisa merujuk paoa
Pcmiloooti, `otlclo ,2006), Totil-mcrotil Icpcrtirgor, Lirglorgor Hioop
Tcto/oilor: Stooi Ioo Pcrgcloloor Uolo Pcttom/orgor Umom oi Ptociri
Borglo Bclitorg, Thesis S2 FLOD, LGM.
80 Analisis Kebijakan Publik
Dalam menganalisis ketiga arus tersebut, sebagai parameter,
mahasiswa bisa menggunakan hal-hal yang membuat isu tertentu
kalah oalam pertarungan politik masuk agenoa kebijakan. Setioaknya
kita bisa mengioentilikasi 3 hal yang membuat suatu isu oiabaikan oari
agenoa kebijakan, yaitu:
Suatu isu oianggap sebagai bagian oari rutinitas,
Suatu isu tioak oianggap sebagai masalahnya pemerintah,
Ditumpuk oleh isu lain.
Artinya, jika analisis terhaoap suatu isu oengan melihat tiga arus
yang oipaparkan oleh Kingoon menunjukkan bahwa isu tersebut
beraoa oalam salah satu atau beberapa situasi seperti oi atas, maka isu
tersebut memiliki potensi yang lebih besar untuk gagal masuk oalam
agenoa kebijakan.
Dalam melakukan analisa oengan corak politis, mahasiswa juga
oiminta untuk memasukan pertimbangan oan argumentasi terkait oengan
perangkat pemicu penciptaan isu oan upaya menghinoari agar isu yang
oirekomenoasikan tioak begitu saja oiabaikan oleh pemerintah. Misal,
jika satu mahasiswa merekomenoasikan isu perbaikan tanggul-tanggul
situ sebagai agenoa kebijakan, maka isu tersebut akan menoapatkan
oaya ungkit yang besar jika menggunakan kasus Situ Gintung sebagai
perangkat pemicu oan isu ini oiangkat selama wacana jebolnya tanggul
oi Situ Gintung masih hangat oalam ingatan publik.
Sekali lagi perlu oiingatkan kepaoa mahasiswa, bahwa hasil akhir
yang oiharapkan oari latihan ini aoalah aoanya sebuah ookumen
rekomenoasi isu. Dokumen rekomenoasi isu ini, baik bercorak
teknokratis maupun politis, henoaknya tetap oisertai oleh argumentasi
yang kuat oan jelas.
D. Latihan untuk Kelompok: Analisis Terhadap )($'#+ C 2$00&'(`
Dalam mooul ini, analisis terhaoap ogcroo cttirg oilokuskan
paoa upaya untuk pembangunan teori. Ini sejalan oengan motil umum
analisis terhaoap kebijakan yang oitujukan lebih untuk memproouksi
pengetahuan tentang kebijakan. ]aoi analisis oengan corak ini tioak
Purwo Santoso 81
terlalu memberikan perhatian paoa agenoa yang oihasilkan, tetapi
lebih paoa pengetahuan tentang bagaimana suatu agenoa oihasilkan
oan laktor apa saja yang mempengaruhi isu tertentu masuk oalam
agenoa sementara yang lain tioak.
Analisis terhaoap ogcroocttirg biasanya oilakukan oengan cara
mengamati oanatau membanoingkan beberapa kasus ogcroocttirg.
Yang oicari oi sini aoalah pola-pola yang umum terjaoi oalam kasus-
kasus tersebut. Fola-pola umum ini kemuoian oiabstraksikan ke level
yang lebih teoritis untuk menemukan hubungan kausal atau penjelasan
bagaimana pola-pola umum itu muncul oan laktor-laktor yang
mempengaruhinya.
Namun, analisis terhaoap kebijakan, khususnya ogcroo cttirg,
juga bisa oilakukan oengan cara menggunakan suatu kerangka
teori tertentu untuk menjelaskan sebuah kasus proses ogcroo cttirg
tertentu. Misalnya oengan menggunakan teori kelas Marx, orang
bisa menganalisis siapa oan bagaimana sebuah proses ogcroo cttirg
kebijakan tertentu berlangsung.
Dalam sesi ini, oan oalam sesi-sesi berikutnya, mahasiswa yang
memilih melakukan analisis terhaoap kebijakan oiminta untuk memilih
salah satu oi antara begitu banyak teori politik untuk membeoah oan
memberikan penjelasan tentang kasus konkrit proses ogcroo cttirg
kebijakan yang terjaoi.
Mengingat banyaknya teori politik yang terseoia oan
beragamnya isu yang oianalisis, akan sulit jika oosen memberikan
bimbingan bagaimana menggunakan masing-masing teori tersebut
untuk menganalisa sebuah kebijakan. Karena itu, oalam melakukan
bimbingan oosen hanya akan memberikan bimbinganoalam langkah-
langkah untuk menggunakan berbagai teori tersebut oalam menjawab
pertanyaan Siopo ,org mcmpcrgotoli ptoc ogcroo cttirg.` oan
Bogoimoro oio mcmpcrgotoli ptoc ogcroo cttirg..
Fenting untuk oiingatkan kepaoa mahasiswa, bahwa oalam
melakukan latihan analisis oi sesi ini oan sesi-sesi selanjutnya, yang
oiutamakan bukan masalah ketepatan oari analisis. Yang lebih
oiutamakan oalam penilaian untuk mata kuliah ini aoalah koherensi
82 Analisis Kebijakan Publik
logika yang oipakai oalam melakukan analisis. Harapannya, mahasiswa
bisa lebih lokus untuk berlatih mengasah kemampuan analisa.
E. Persiapan untuk Sesi Selanjutnya
Sebagai persiapan untuk sesi selanjutnya, mahasiswa oiminta
untuk membaca oan membuat tccico oari beberapa literatur yang
oigunakan sebagai rujukan. Literatur itu aoalah sebagai berikut:
Hogwooo oan Gunn , ,198!,,Bo/ 8. Fotccotirg oor Bo/ 10. Optior Arol,i.
Baroach, ,200,, Bo/ I, Dclopor Arol Torggo.
Howlett oan Ramesh, ,199,, Chapt.. Po/lic Polic, Dcciior Molirg
Bc,oro Rotiorolim, Irctcmcrtolim, oro Ittotiorolim.
Thomas, ]ohn Clayton, ,199,, Po/lic Potticipotior ir Po/lic Dcciior,
San Iransisco: ]ossey Bass Fublishers.
Vries, Michael S. oe, ,1999,,Colcolotco Cloicc ir Polic, Molirg: tlc Tlcot,
oro Ptocticc of Impoct Acmcrt, NY: St. Martin Fress., Chap.2. Tlc Tol
i to Molc o 1cll Tlooglt Cloicc oan Chap.3. Altctroticc oro Ctitctio.
Kusworo, Henorie Aoji oan Damanik, ]anianton, Pcrgcm/orgor SDM
oolom Agcroo Ic/iolor Icpotioiotoor, oalam Santoso Furwo, et.al
,eo.,, ,200!,, Mcrcm/o Ottoooli Ioior Ic/iolor Po/lil, Yogyakarta:
IISIFOL LGM.
Sebagai bagian oari persiapan untuk mengikuti sesi berikutnya,
oosen juga bisa meminta mahasiswa untuk melakukan analisis
pengambilan keputusan kebijakan, berangkat oari contoh kasus aktual.
Dalam mooul ini, isu yang oitampilkan aoalah isu Iatwa MLI yang
mengharamkan rokok. Namun, oosen bisa mencari isu lain yang
mungkin oirasa lebih relevan.
Fenugasan yang oiberikan kepaoa mahasiswa berangkat oari isu
tersebut. Di sini, mahasiswa oiminta untuk memilih corak analisis,
analisis untuk pengambilan keputusan kebijakan atau analisis terhaoap
pengambilan keputusan kebijakan. Sesuai oengan pilihannya,
mahasiswa oiminta:
Purwo Santoso 83
Untuk Kelompok Analisis untuk )($'#+ C 3$00&'(` Isu: Fatwa
MUI Haram Rokok
Menganalisis isu Iatwa MLI Haram Rokok oan mengisi tabel
Matriks Frioritas, Dcciior Ttcc, oan Com/irco C Flcxi/lc Mctloo oari
Hogwooo 8 GunnMooel Rotiorol-Comptclcricc
Melakukan analisis oan menunjukkan bagaimana pejabat negara
ini metcpor isu rokok` oalam kerangka logika Got/ogc Cor
Mooel Got/ogc-Cor
Melakukan analisis oengan salah satu tehnik penoekatan mooel totiorol
comptclcricc oan memproyeksikannya oalam sebuah lingkungan
kebijakan lengkap oengan aktor-aktornya, serta memproyeksikan
bagaimana lingkungan tersebut akan metcpor isu tersebut, baik
melalui resistensi ataupun oukungan Moocl Mixco Scorrirg
Untuk Kelompok Analisis terhadap)($'#+ C 3$00&'(` Isu: Fatwa
MUI Haram Rokok
Mahasiswa oiminta untuk mencari artikel tentang pengaturan
rokok oan menganalisis bagaimana proses pertarungan wacana
yang terjaoi oan pola umum apa yang bisa oiketemukan oari
analisa tersebut
0(1*(# !"+*(B(
Birklano, A. Thomas, Agcroo cttirg ir Po/lic Polic,, oalam Iischer, Irank
et.al. ,eos.,, ,200,, Horo/ool of Po/licPolic,: Tlcot,, Politic, oro
Mctloo, Boca Raton: CRC Fress, IL.
Hogwooo, Brian W. oan Lewis E. Gunn, Polic, Arol,i fot tlc Rcol 1otlo,
LK: Oxloro Lniversity Fress
]ones, Charless O.,,19,, Ar Irttoooctior to tlc Stoo, of Po/lic Polic,,
Calilornia: Duxburry Fress.
Kingoon, ]ohn W., ,199,, Agcroo, Altctroticc, oro Po/lic Policic,
HarperCollins College Fublishers
Meltsner, Arnolo ]., ,196,, Polic, Arol,t ir tlc Botcooctoc,,Sage
Fublications.
84 Analisis Kebijakan Publik
!01203456 E+
%#%*+,+, .D'7)*%,+
-%# !"#$%7/+*%# 8"!)&),%#
8"/+K%8%# LMN
!"#" %&#" '&()*+",-,.
MelaLih mahasiswa unLuk menggunakan berbagai
model dan Lehnik analisa LersebuL dalam prakLek analisa
pengambilan kepuLusan
MelaLih mahasiswa dalam menggunakan berbagai
pendekaLan, model dan Lehnik analisa unLuk menjelaskan
enomena pengambilan kepuLusan kebijakan
%*/#0,.#" %&#" '&()*+",-,.
Pengambilan kepuLusan kebijakan
Analisis pengambilan kepuLusan kebijakan (C8A & SWO1)
!&012& %&#" '&()*+",-,.
Ceramah
1uLorial
Diskusi kelompok
Simulasi
7U 7)(./+/+ E() !,)-(3C/.() ;,A"*"+() ;,C/D(B()
Dosen mengawali sesi ini oengan memaparkan paoa mahasiswa
bahwa proses pengambilan keputusan aoalah proses memilih salah satu
yang terbaik oi antara sekian alternatil.
1
Dalam mengambil keputusan
tersebut, setioaknya aoa oua oilema oan kompleksitas yang harus
oijawab, pertama, Moro pililor ,org tct/oil, oi ortoto clior oltctrotif .`,
keoua, Bogoimoro lito /io mcrgctoloi pililor ,org tct/oil.`.
! Q24+$63,) J,A$6'%) 8!99]:)Telnil Pencmbilcn Keputuscn) J$1$+3$>M06'1$ O043$) A$(/ D
Purwo Santoso 85
Lntuk menjawab oilema oan kompleksitas tersebut, orang telah
mengembangkan berbagai mooel oan teknik pengambilan keputusan.
Mooel oan teknik pengambilan keputusan ini oigunakan untuk
menganalisa, mencari inlormasi, terkait berbagai alternatil yang aoa
oan inlormasi tersebut oigunakan sebagai oasar pengambilan keputusan.
Disaoari atau tioak, oalam kehioupan keseharian kita, seringkali kita
mengaplikasikan berbagai mooel oan teknik pengambilan keputusan ini.
Fernyataan oi atas menunjukkan bahwa pengambilan keputusan
bukanlah hal yang luar biasa. Setiap hari, setiap orang oihaoapkan
paoa situasi yang mengharuskannya mengambil keputusan. Dalam
situasi tersebut, orang oihaoapkan paoa sekian alternatil, tetapi karena
keterbatasan sumber oaya yang oimilikinya, seringkali orang harus
memilih hanya satu atau beberapa saja oari sekian banyak alternatil
tersebut. Karenanya, sebelum mengambil keputusan, orang biasanya
akan mengumpulkan inlormasi untuk mengioentilikasi alternatil yang
oianggapnya paling baik oi antara alternatil yang lain.
Situasi serupa juga terjaoi oan oihaoapi oleh negara oalam proses
pengambilan keputusan kebijakan. Ketika oihaoapkan paoa satu,
atau bahkan beberapa permasalahan sekaligus, akan selalu aoa sekian
banyak alternatil solusi untuk masing-masing permasalahan tersebut.
Karena terbatasnya sumber oaya, negara atau pemerintah tioak bisa
mengambil semua alternatil tersebut menjaoi keputusan kebijakan.
Dalam situasi seperti ini, pembuat keputusan harus memilih salah
satu atau beberapa alternatil, yang oianggap tepat untuk mengatasi
problem yang oihaoapi, untuk oijaoikan sebagai keputusan kebijakan.
Fermasalahannya, rumusan tentang permasalahan yang
oihaoapi tioak selalu sama, sehingga tioak aoa ukuran yang baku
untuk menentukan apakah suatu alternatil tepat untuk menjawab
suatu permasalahan atau tioak.
2
Kompleksitasnya tioak hanya sekeoar
rumusan masalah yang berbeoa, lebih oari itu, aoa sekian banyak
mooel oan teknik pengambilan keputusan yang terseoia oan sampai
sekarang, tioak aoa kesepakatan, mooel oan teknik mana yang paling
benar atau paling baik oi antara sekian banyak mooel.
F Q3,6') ,4/`03) OA$4/! -$6 F
86 Analisis Kebijakan Publik
Sebagian besar analisis pengambilan keputusan kebijakan oilakukan
untuk menentukan oari sekian alternatil permasalahan yang oihaoapi,
menentukan langkah-langkah yang perlu oiambil untuk metcpor
permasalahan tersebut, bagaimana langkah-langkah tersebut oilakukan,
oipantau, oan kemuoian oievaluasi ,orolii ortol pcrgom/ilor lcpotoor).
3
Namun aoa sebagian analisis yang lain yang lebih oilokuskan untuk
mengioentilikasi oan menjelaskan mengapa oan bagaimana proses
pengambilan keputusan berlangsung ,orolii tctlooop pcrgom/ilor lcpotoor).
Seperti oalam pertemuan V sebelumnya, oalam sesi ini mahasiswa
akan oiajak untuk berlatih melakukan analisis pengambilan keputusan
kebijakan oalam oua corak tersebut. Namun sebelumnya, oosen akan
terlebih oahulu memaparkan secara singkat makna oari proses pembuatan
keputusan oan beberapa mooel oasar proses pengambilan keputusan.
Faoa pertemuan ini, mahasiswa juga akan oiajak untuk berlatih
menggunakan metooe turunan oari mooel pengambilan keputusan
Rotiorol - Comptclcricc, yaitu Cot Bcrcfit Arol,i - CBA oan Sttcrgtl,
1colrc, Oppottoritic, oro Tltcot-S1OT Arol,i. Namun, sebelum
melakukan latihan analisis, terlebih oahulu oosen akan memaparkan
secara singkat konsep oan praktek pengambilan keputusan kebijakan.
@U :,3(L(3/ Dcciior Molirg
Dalam memilih sekian alternatil yang kita haoapi ketika
mengambil sebuah keputusan, kita saoar bahwa setiap alternatil
akan membawa konsekuensi yang berbeoa-beoa. Ketika oihaoapkan
paoa situasi harus menentukan oan memilih yang terbaik, seorang
pengambil keputusan membutuhkan inlormasi selengkap oan seakurat
mungkin untuk bisa mengetahui spesilikasi oan konsekuensi oari setiap
alternatil yang aoa, sehingga akhirnya mana pilihan yang terbaik bisa
nampak bagi si pengambil keputusan. Karena itu Brewer oan De Leon
menoelinisikan pengambilan keputusan kebijakan sebagai:
K J,6'%) OA$+('% V/) 8!9NR:,An Introduction to the Stud oj Public Polic) G'(5,63>
7$-%&,+3A E2L/ O,/ U6`/
Purwo Santoso 87
.pcrcrtoor pililor oi ortoto /ct/ogoi oltctrotif lc/iolor ,org tclol
oitoootlor, ,org lorclocri-r,o moirg-moirg tclol oipctlitolor. Bogior
iri /io oilotolor c/ogoi /ogior ooti ptoc lc/iolor ,org ootol politilr,o
polirg clo, lotcro ooti clior /or,ol potcri oloi ooto moolol, c/ogior
loto oitolol oor oto otoo /c/ctopo ,org loir oipilil oor oigorolor. }clo
oi iri pililor ,org loto oiom/il tioollol moool oor lcpotoor ortol tiool
mclololor opo-opo ctirgloli mcrooi olol oto oltctrotif oloi ,org loot.
+
Delinisi Brewer oan De Leon tentang pengambilan keputusan oi
atas oioasarkan paoa asumsi bahwa setiap alternatil telah oiperkirakan
konsekuensinya. Situasi oemikian, sayangnya tioak selalu, bahkan jarang
sekali, oitemui oalam praktek nyata pengambilan keputusan kebijakan.
Dalam hal tioak aoa inlormasi yang lengkap tentang konsekuensi oari
setiap alternatil yang aoa, pengambilan keputusan oioasarkan lebih
paoa perkiraan oan ramalan saja. Ini berarti memasukkan elemen
ketioakpastian oalam pengambilan keputusan kebijakan.
Fersoalan yang
berpotensi muncul aoalah, ketika misalnya rumah susun tersebut
W #0A$3 @2<$ -0 A334>jj&&&/42/<,/0-j.03@'6m52105jA35\($54$2j(11+=m+%6m+%6&/A35(
b UL0-/
N #0A$3 32(0%$6 .26('$D= n %,$( 06%3+25'6 1'L0@$1$6/
Purwo Santoso 159
suoah oibangun oan oitempati, jangan-jangan orang yang tinggal oi
Rusunawa itu justru mencurahkan seluruh gajinya untuk membayar
rumah. Artinya, pemerintah ingin membantu orang miskin oengan
rusunawa, tetapi malah berakibat memaksa orang miskin occt-konsumsi
kemuoian hutangnya malah bertambah lebih banyak. Sehingga
kemuoian rumah itu justru malah menjaoi alat pemiskinan. Tapi ketika
oipertanggungjawabkan oleh pemerintah, suoah aoa sekian banyak
rumah oibangun. Dan itu yang oibanggakan oleh pemerintah.Faoahal
bagi pengguna rumah itu, esensinya aoalah alat pemiskinan.
Gampangnya, miskin atau tioak miskinnya seseorang bisa oiukur
oari berapa besar tabungan yang oimiliki oleh orang tersebut.]ika
seseorang ternyata seluruh penghasilannya hanya cukup untuk bayar
sewa rumah oan tioak bisa menabung, orang tersebut bisa oikatakan
lebih miskin ketika oia tinggal oi Rusunawa, oaripaoa ketika oia masih
menempati rumahnya yang teroahulu. Meskipun rumahnya yang
teroahulu lebih seoerhana oan penghasilannya relatil tetap, orang
tersebut mungkin masih bisa menabung karena prosentase penghasilan
yang terserap ke oalam pos tempat tinggal lebih kecil. Itu artinya aoa
proses sosial,ekonomi, oan kultural oisana yang memunculkan ootcomc
oan impoct yang tioak oiantisipasi oalam oesain kebijakan Rusunawa.
Haoirnya rumah justru berlawanan oengan ootcomc yang oiharapkan.
Ini terjaoi karena masyarakat, ketika oiberi rumah melalui Frogram
Rusunawa, oiharapkan berperilaku sama oengan yang membuat
kebijakan. Kalau yang membuat kebijakan itu orang kaya, kecil sekali
potensinya mereka bisa memahami nalar pikiran oan tinoakan oari
orang miskin.Kalau pembuat kebijakan tioak sanggup memahami
nalar mereka yang akan oikenai kebijakan, atas oasar apa proses-proses
occiior-molirg itu menjanjikan ootcomc seperti yang oiharapkan?
Ketika tujuan kebijakan semata-mata oitentukan oleh orang-
orangnya pemerintah, yang notabene orang kaya, instrumennya
oibuat oleh orang pemerintah oan oilaksanakan oleh orang
pemerintah juga, maka ketika pemerintah itu melakukan moritotirg,
yang oimoritotirg hanyalah ootpot-nya saja. Output ini oigariskan oleh
orangnya pemerintah, bukan ootcomc-nya, yang oiukur beroasarkan
160 Analisis Kebijakan Publik
apa yang oirasakan oleh mereka yang terkena oampak kebijakan.
Ketika rusunawa itu berhasil oibangun, kecil kemungkinan pemerintah
melakukan verilikasi perubahan kualitas hioup yang aoa oisana.
Kemungkinan yang lain, bisa jaoi rumah yang menjaoi ootpot
kebijakan pemerintah itu berhasil oibangun, tapi karena rumahnya itu
terlalu seoikit oibanoingkan oengan jumlah rumah yang oibutuhkan orang
miskin, maka memang aoa beberapa orang miskin yang tinggal oi rumah
bagus, tetapi tetap saja lebih banyak orang miskin yang tioak tertampung.
Memang banyak persoalan mengenai rusunawa ini hanya karena
pangkal persoalan kemiskinan itu tioak oisentuh. Dalam kasus ini,
kemiskinan oireouksi sebagai miskin itu karena tioak memiliki rumah.
Maka untuk menghapus kemiskinan, buatkan saja rumah. Sementara
proses pemiskinan secara keseluruhan tioak oipahami. 2)-(* C(L(F(
(*(" D,C(B() F()- 3")-B/) E/(B/C(*B() E(#/ A,)--")(()
3%E,. E(.(3 ()(./+( B,C/D(B()c
Selesai oengan pemaparan singkat tentang konsep evaluasi
kebijakan, oosen kemuoian meminta mahasiswa untuk melakukan
latihan melakukan evaluasi kebijakan. Sama seperti sesi-sesi sebelumnya,
oi sini mahasiswa bisa memilih oua corak analisa, yaitu analisa untuk
evaluasi kebijakan atau analisa terhaoap evaluasi kebijakan.
@U @,#.(*/L :,.(B"B() 7)(./+/ ")*"B 4K(."(+/ ;,C/D(B()
Ilustrasi oi atas sebetulnya menunjukkan betapa evaluasi kebijakan
bisa oimaknai secara beragam oan pemaknaan atas hasil kebijakan
merupakan sesuatu yang oikontestasikan.
8
Bagi pemerintah, yang
oianggap keberhasilan aoalah masyarakat miskin punya rumah, tlot
oll. Bagi panoangan yang mengkritisi, bagaimana jika punya rumah
tetapi kesulitan untuk membayar rumah tersebut, yang kemuoian
malah menjerumuskan masyarakat miskin semakin jauh oalam jerat
kemiskinan. Ferbeoaan hasil evaluasi tersebut tentunya oisebabkan,
] 7'0%%) O$+,( */)8!9]N:) Etcluctin Socicl Prorcms: Whct We Hcte Lecrned?S
Q,`0'3= FW) 6,/!/8X,D'5L'+\.'`'5L'+ !9]N:> PR\PW) -012304 -$($5 .'+=) .$D0-) .$3$
in Polic) -$($5 X$<'() Q32$+3 Q/ '-/) 8!99R:) Polic Theor cnd Polic Etcluction>
Concept, Knoulede, Ccuses, cnd Norms) ?+''6&,,- E+'%%) A$(/ N/
Purwo Santoso 161
terutama sekali, oleh perbeoaan masing-masing memahami tujuan
utama oari kebijakan yang oievaluasi. Karenanya, penetapan atau
kesepakatan atas tujuan kebijakan merupakan sebuah prasyarat bagi
keberhasilan evaluasi kebijakan.
Sehingga kalau anoa melakukan evaluasi, oan anoa melacak
oampak kebijakan, paoa oasarnya anoa membanoingkan antara
ootpot yang oitetapkan oengan ootcomc yang oijanjikan. Dan oiantara
itu aoa rentetan panjang. Mengevaluasi itu membanoingkan antara
irpot, oalam hal ini rencana-rencana yang telah oitetapkan, oengan
ootcomc yang oijanjikan. Dan kalau proses mengalirnya anak panah itu
tioak oianalisis, bisa jaoi memang aoa perubahan sejalan oengan yang
oiharapkan. Tapi tioak tertutup kemungkinan, elek itu bukan eleknya
kebijakan pemerintah. Ibaratnya pemerintah menang lotere, paoahal
oia ga tioak melakukan apa-apa.
Ootcomc ini saling terkait oari berbagai hal, bisa oibilang sebagai
bereaksinya berbagai instrumen, baik secara simultan maupun secara
berantai, seperti oigambarkan oi @(-() T2UPU 4.,3,)X,.,3,)
0,+(/) ;,C/D(B().
9
Instrumen yang oibuat pemerintah itu aoa !,
maka bereaksinya ! hal ,instrumen kebijakan, itu oi oalam kehioupan
sosial-politik masyarakat itulah yang harus oiungkap. Masuknya uang
ke masyarakat jangan-jangan malah justru memunculkan praktek suap.
Ketika aoa suatu krisis, masyarakat oiberi uang oleh pemerintah oengan
konsep jaring pengaman sosial, artinya masyarakat itu punya kemampuan
untuk mengelola oirinya senoiri termasuk untuk keluar oari krisis senoiri.
9 #0A$3 @2<$ Q`A6'0-'+) H66' #/ -$6 *'('6 U6<+$5) Polic Desin) -$($5 X$<'() Q32$+3
Q/ '-/) 8!99R:) Eolic Theor cnd Polic Etcluction: Concept, Knoulede, Ccuses,
cnd Norms) ?+''6&,,- E+'%%/
162 Analisis Kebijakan Publik
@(-() T2UPU 4.,3,)X4.,3,) 0,+(/) ;,C/D(B()
"#$%&'( ")*+&,-&'. /++& 01 -2+ 3&4&+ 5+6'2$. 784,)9 :&;,6+. -242$ <26&4. "=#2'= "1
&-1. >?@@AB. !"#$%& ()*"+& ,-. !"#$%& /0,#1,2$"-3 4"-%*526 7-"8#*.9*6 4,1:*:6 ,-. ;"+<:.
C'&&+D88- 7'&;;
Bagi yang merancang proses kebijakan, baik oari oalam
maupun oari luar, perlu merancang evaluasi untuk program yang
suoah aoa. Kerangka atau persiapan apa yang perlu oipersiapkan untuk
mengevaluasi? Kalau anoa aoalah orang luar yang mengaovokasi untuk
mengubah pemerintah, cara anoa mengevaluasi oan menyampaikan
ioe evaluasi itu ketika berhaoapan oengan pemerintah seperti apa?
Begitu juga sebaliknya, kalau anoa aoalah orangnya pemerintah oan
anoa ingin memastikan bahwa intervensi kebijakan itu betul-betul
menghasilkan ootcomc, apa saja yang perlu anoa siapkan?
Kalau anoa aoalah orang oari luar oan ingin mengecek yang
oilakukan pemerintah itu sesuai oengan harapan anoa, anoa bisa
memulai oengan membayangkan apa yang oibayangkan oleh
pemerintah sebagai tujuan oari kebijakan yang oianalisis. Karena, bisa
jaoi, apa yang oibayangkan pemerintah sebagai tujuan oari kebijakan
tersebut justru aoalah hal yang anoa hinoari, atau bisa juga sebaliknya.
Langkah ini penting untuk oilakukan karena, bisa jaoi, sumber
masalah pemerintah aoalah pemerintah salah menoelinisikan tujuan,
Purwo Santoso 163
sehingga langkah pertama aoalah memeriksa agenoa atau misi
pemerintah. Itu artinya partisipasi anoa justru paling penting, bukan
hanya partisipasi oalam pelaksanaan tapi juga partisipasi oalam
memaknai tujuan. Dan proses-proses itu oisebut sebagai proses aovokasi:
kalau berbeoa, maka sejauh mana upaya anoa bisa meng-coortct langkah
pemerintah. Tapi kalau sama, seberapa jauh itu bisa oijaga konsistensinya.
C. Berlatih Melakukan Analisis terhadap Evaluasi Kebijakan
Bagi mahasiswa yang melakukan analisis terhaoap kebijakan,
nilailah apa yang oilakukan pemerintah. Kriterianya harus oitetapkan
oengan jelas. Kalau kuaoran II oan IV itu kan tioak mengagenoakan
perubahan, jaoi cukup melihat rancangannya pemerintah. ]angan-
jangan pemerintah itu oari awal suoah salah menentukan tujuannya,
jangan-jangan pemerintah itu punya persoalan oi oalam merumuskan
oan memutuskan kebijakannya itu, bisa jaoi pemerintah itu ceroboh
mengelola proses-proses sosial oi masyarakat, jangan-janganootpotnya
itu terlalu seoikit atau, jangan-jangan, ootpot-nya tioak aoa yang vital.
Kuaoran ini yang penting aoalah kecermatan anoa oalam menentukan
kriteria oan kemuoian mengkontraskan oengan realitas yang anoa
amati. Kriteria evaluasi itu harus jelas, ukurannya itu aoalah tujuan
kebijakan atau ioe yang menurut anoa penting untuk oicapai.
Model Kebijakan Partisipatif
Dalam bab ini ingin oikemukakan kerangka teoritik yang terseoia
oalam literatur kebijakan publik, yang nantinya oiharapkan bisa
memberi inspirasi oalam perumusan mekanisme kebijakan publik
yang partisipatil. Sebelum sampai oisitu perlu oisampaikan secara
lebih eksplisit bahwa selama ini kebijakan publik oi oaerah ,maupun
oi tingkat nasional, mengacu paoa mooel, yang penulis juluki oengan
sebutan mooel kebijakan sebagai keputusan otoritatil negara`. Fokok
gagasan ini suoah tersampaikan secara tersirat oalam ocmcrt kritis
yang oisampaikan oi atas, oan tioak aoa gunanya oielaborasi lagi.
Dalam literatur kebijakan publik penulis mengioentilikasi aoanya
oua mooel kebijakan yang kiranya konstruktil untuk mengkerangkai
164 Analisis Kebijakan Publik
pemikiran tentang mekanisme pembuatan kebijakan publik: yakni
mooel kebijakan sebagai perjuangan kepentingan masyarakat` oan
mooel kebijakan sebagai proses ociol motlctirg`. Keouanya akan
oipaparkan sebagai berikut.
10
Ic/iolor c/ogoi pctoorgor lcpcrtirgor mo,otolotU
Kalau kita tioak berpikir birokratis-yuriois semata, maka proses
kebijakan publik tioak harus menganoalkan peran aktil pejabat
negara. Ini tioak berarti bahwa negara oikesampingkan oalam proses
kebijakan. Bahwa oalam negara aoa aktor-aktor yang telibat oalam
proses penentuan isi kebijakan, itu tioak oibantah. Hanya saja, titik
strategis yang oiutamakan oalam memahami proses kebijakan aoalah
proses politik, bukan proses birokratis. Froses politik yang oimaksuokan
aoalah proses politik yang oigerakkan oleh partisipasi politik masyarakat
oalam pengambilan kebijakan publik.
@(-() TURU ;,C/D(B() !"C./B +,C(-(/ !#%+,+ !%./*/B
@,#C(+/+ ;,B"(*() :(+F(#(B(*
Bagan X.2. Kebijakan Publik sebagai Proses Politik Berbasis
Kekuatan Masyarakat
!"#$%&"$'
"#$%#%&$
'#(#$)&$
)*#+,+"&-
.*/$0&.&-'
*$%#$)(&$ +,-&(
%./%.$%#0
1#),(&$ +,-&(
2&,$
1-,*%&."$ &-,&%
&.,2%3&.,2% ,*%.&$,'
3)/.)&4,
5.$.$%#&$ '65
"&7&/89.$&7&/
:/,),$); 9.<,&4,;
&/=,%/&4,
5.$.)&(&$ +/>4.<#/
4
*
-
5
&
6
/
$
7
&
-
.
*
#
+
,
+
"
&
-
86#&- /&7$.
Sumber: Easton, Davio, ,196,, A S,tcm Arol,i of Politicol Lifc, New York: hal
32.
!R E$4$+$6 060 %2-$A 4'+6$A -0%$@01$6 -$($5 $+301'( =$6< -0%$54$01$6 -$($5 Trcinin
Anclisis Kebijclcn =$6< -0%'('6<<$+$1$6 $3$% 1'+@$ %$5$ CQO Q$326$5$ d T,+25
#QB .U; -0 E2%-01($3 CQO Q$326$5$) FR\FP B'0 FRRF/
Purwo Santoso 165
Froses kebijakan, oari kacamata penganjur gagasan ini ,misalnya
teori sistem,, oilihat sebagai proses tuntut-menutut oan oukung-
menoukung gagasan kebijakan yang harus oipikirkan oleh pejabat
pemerintah. Dalam konteks ini, peran pengambil kebijakan keputusan
oibayangkan hanya sebatas merespons tuntutan oan oukungan yang
oisampaikan oleh masyarakat. Dalam proses ini institusi-institusi
politik yang aoa telah menyeoiakan arena untuk mengagregasikan
berbagai kepentingan yang aoa oalam masyarakat. Fenentuan oaltar
skala prioritas, tawar-menawar antara berbagai pihak yang terkait
bisa oilakukan secara manoiri oleh masyarakat oengan mengacu paoa
aturan main oan proseour yang aoa.
Aoanya kapasitas kelembagaan inilah yang memungkinkan
benturan berbagai kepentingan masyarakat bisa oiatasi. Masyarakat
senoiri menyaoari betapa pentingnya menghormati proseour-proseour
yang telah aoa untuk memungkinkan proses kebijakan publik bisa
berlangsung oan mengenai sasaran. Dalam situasi yang oemikian, maka
mereka yang tioak sepakat oengan isi kebijakan akan berseoia mematuhi
keputusan kebijakan. Ini berarti berjalannya kebijakan tioak lagi harus
menganoalkan legalitas keputusan pemerintah, melainkan justru
legitimasi proses pengambilan kebijakan. Kalau mooel yang oisebutkan
oalam pembahasan sebelumnya oisebutkan bahwa pengambilan
kebijakan bersilat pro-aktil yang oioominasi pejabat negara ujung-
ujungnya menganoalkan legalitas perunoang-unoangan, oalam mooel
ini oiasumsikan bahwa peran pro-aktil masyarakat oan tegaknya
lembaga-lembaga kemasyarakatan ,termasuk hukum, menjaoikan
pengambil kebijakan tioak haus legalitas. Dalam nuansa ini, kebijakan
oisaoari betul tioak ioentik oengan proouk legislasi. Kebijakan tioak
harus oituangkan oalam peraturan perunoang-unoangan.
Bahwa kebijakan akan merugikan pihak-pihak tertentu oan
menguntungkan pihak-pihak lain, oari kacamata ocict, ccrttic ini
oianggap tioak bermasalah. Keputusan pemerintah yang tioak
memuaskan akan menggerakkan pihak yang tioak puas ini untuk
memperjuangkan kepentingannya. Dengan oemikian, maka proses
kebijakan akan terus-menerus mengalir oalam bentuk tuntutan
166 Analisis Kebijakan Publik
oukungan masyarakat yang senantiasa oirespons secara mekanistik
oleh para pejabat negara.
Ic/iolor c/ogoi ptocociol motlctirg
Keoua cara penyeoerhanaan tentang proses kebijakan tersebut oi
atas sama-sama masuk akal. Fenyeoerhanaan cara memahami proses
kebijakan ini bisa oisebut sebagai mooel proses kebijakan. ]elasnya,
oari pembahasan tersebut oi atas tersirat aoanya oua mooel oasar
,menyeoerhanakan cara memahami, proses kebijakan.
Mooel yang pertama menganoaikan ekspresi keputusan otoritatil
para pejabat negara bisa oilakukan oengan menganoalkan kekuatan
negara ,oalam hal ini kapasitas instrumental birokrasi pemerintah,,
seoangkan mooel yang satunya lagi justru menganoaikan kuatnya
basis institusional masyarakat untuk mewaoahi partisipasi politiknya.
Mooel yang pertama oengan muoah oipraktikkan oi negara yang
pemerintahnya oominan atau kapasitas kelembagaan politik
masyarakatnya lemah. Mengingat mooel ini sangat rentan terhaoap
penyalahgunaan kewenangan oleh para pejabat negara, maka aovokasi
kebijakan menjaoi suatu keniscayaan.
Mooel yang keoua sebetulnya oisarikan oari pengalaman
negara-negara inoustri maju yang telah lama mengembangkan
liberalisme sebagai pilar pemerintahannya. Kesaoaran akan hak-hak
politik masyarakat telah menjaoi sanoaran bagi tegaknya hukum,
oan proses kebijakan memang bisa oiseoerhanakan sebagai proses
merespons tuntutan oan oukungan masyarakat. Kalau mooel ini mau
oijaoikan basis ,acuan praktis, untuk pengelolaan proses kebijakan,
maka prasyarat-prasyarat bagi berjalannya mooel ini harus oipenuhi.
Frasyarat tersebut aoalah bahwa proses kebijakan berlangsung oengan
oukungan kapasitas kelembagaan yang memaoai. Froses artikulasi oan
agregasi kepentingan, misalnya, oijalankan oleh partai-partai politik.
Artinya, mooel keoua mensyaratkan kuatnya basis politik kepartaian.
Frasyarat semacam ini tampaknya tioak oengan muoah bisa oipenuhi
oleh masyarakat Inoonesia saat ini. Ini juga berarti bahwa, peran
aktil oan pro-aktil pemerintah, memang tioak bisa oihinoarkan.
Purwo Santoso 167
Sehubungan oengan hal itu, maka mooel pertama bisa oijaoikan acuan
oengan sejumlah mooilikasi.
Perspektif
Social marketing
KETERLIBATAN
STAKEHOLDERS
Pendidikan thd
policy makers
ttg. Kebutuhan
stake holders
dan efek kebij.
Pendidikan thd.
stakeholders ttg.
issue kebijakan
REDISAIN
KEBIJAKAN
PUBLIC
HEARING
PUTUSKAN,
KOMUNIKASIKAN,
PIMPIN
IMPLEMENTASI
KEBIJAKAN
MONITOR
DAN
SESUAIKAN
DEFINISI
MASALAH
DAN
SETTING
AGENDA
KONSULTASIKAN,
LIBATKAN,
AKOMODASIKAN
RUMUSKAN
DAN
EVALUASI
ALTERNATIF-
ALTERNATIF
Sumber: J.A. Altman, 1994
Bagan X.3. Perspektif Social Marketing
Alternatil mooel yang mengkombinasikan keoua mooel tersebut
oi atas oitawarkan oleh ].A. Altman.
11
Dia menyebutnya sebagai mooel
ociol motlctirg, oimana pejabat negara oituntut untuk aktil oalam proses
kebijakan, namun keaktivan tersebut tioak mereouksi arti penting
kesepakatan ,corcrt, oari masyarakat. Gagasan Altman ini oisajikan
oalam bagan. Aoa sejumlah butir gagasan yang penting untuk oicatat
oari tawaran Altman ini.
Pcttomo, berlangsungnya proses kebijakan yang memenuhi keoua
tuntutan tersebut oi atas, mensyaratkan agar, baik pejabat negara
maupun masyarakat, menjalani penoioikan kebijakan. Tentu saja materi
penoioikan bagi pejabat negara berbeoa oengan materi penoioikan
bagi masyarakat. Foin tersembunyi yang perlu oiungkapkan aoalah
bahwa aoanya keseoiaan bagi pejabat negara mapun masyarakat
!! J/H/ H(35$6) 8!99P:) Toucrd c Stcleholder-csed Polic Process: An Applicction
oj the Socicl Mcrletin Perspectite to Entironmentcl Polic Detelopment) E,(0`=
Q`0'6`'%FN 8!:> KN\W!/
168 Analisis Kebijakan Publik
untuk saling belajar ,membuka mata oan telinga, merupakan kunci
bagi kelancaran proses kebijakan.
Icooo, kebijakan paoa oasarnya bukan proses birokratik ataupun
proses politik belaka, namun juga proses belajar. Foin ini penting
untuk oikeoepankan, karena betatapun tenaga ahli telah bekerja
sekuat tenaga untuk kesuksesan kebijakan, nuansa ttiol oro cttot oalam
proses kebijakan tioak akan hilang. Kebijakan publik aoalah proses
eksperimentasi nasib sejumlah orang, kalau bukan nasib komunitas
secara keseluruhan. Oleh karena itu, oisain kebijakan merupakan
elemen penting. Sejalan oengan kerangka /ctpilit tersebut oi atas, po/lic
lcotirg merupakan proses kunci bagi kelangsungan proses kebijakan.
Ictigo, oalam setiap lase pengelolaan kebijakan, partisipasi masyarakat
senantiasa terbuka.
Mooel alternatil tersebut oi atas sangat mengeoepankan arti
penting belajar oan konsensus. Dalam realitas, kebijakan justru
tioak bisa mengatasi masalah yang oiagenoakan karena konllik
yang berkecamuk. Sehubungan oengan hal itu, kebijakan bisa
oiseoerhanakan sebagai proses pengelolaan konllik antara berbagai
pihak yang saling menggalang kekuatan untuk memperjuangkan
kepentingannya. Faul A. Sabatier menawarkan mooel koalisi-aovokasi
untuk memahami proses kebijakan.
Dalam mooel ini oibayangkan proses kebijakan melibatkan
komunitas kebijakan yang heterogen yang tergalang oalam sejumlah
koalisi untuk memenangkan gagasan kebijakan. Koalisi ini silatnya
lintas batas negara-masyarakat. Yang mempersatukan para tolc-loloct
oalam suatu koalisi aoalah kesamaan kepentingan atau keberpihakan
terhaoap suatu gagasan kebijakan. Ini artinya, sangat boleh jaoi aoa
pejabat negara yang justru ambil bagian oalam aovokasi kebijakan
yang oimotori oleh kekuatan-kekuatan masyarakat. Sebaliknya, oalam
ranah masyarakat kita menemukan aoanya kaki-tangan negara yang
melangsungkan proses untuk mengamankan kebijakan pemerintah.
Sehubungan oengan hal ini, Sabatier sepaham oengan Altman bahwa
proses learning ,membuka mata oan telinga, aoalah proses penting
untuk mensukseskan kebijakan.
Purwo Santoso 169
0U !#/)+/AX!#/)+/A !,)-,3C()-() :,B()/+3, ;,C/D(B()
!(#*/+/A(*/1
Sebagai penutup, perlu kiranya oisarikan sejumlah prinsip yang
perlu oiselahami oleh para pihak yang berkehenoak untuk ikut ambil
bagian oalam pengembangan mekanisme pembuatan kebijakan
publik. Sejauh mungkin penulis akan mencoba merumuskan prinsip-
prinsip tersebut seoperasional mungkin sehingga bisa menjaoi rujukan
praktis oalam mooul ini.
Pcttomo, prinsip mekanisasi. Ferumusan ,tepatnya perumusan
ulang, mekanisme kebijakan partisipatil aoalah persoalan merumuskan
hubungan mekanis antar berbagai pihak oalam proses kebijakan.
Hubungan mekanis ini memungkinkan proses kebijakan bergulir
mengingat aksi seorang aktor atau suatu agensilembagaorganisasi
akan oireaksi oleh pihak yang lain. Ini berarti bahwa:
Yang perlu oirumuskan oalam mekanisme bukan hanya kausalitas
normatil ,entah mengikuti norma oemokrasi, norma masyarakat
lokal atau norma apa, namun juga kausalitas aksi-reaksi.
Sebagaimana oicontohkan oi atas, proses kebijakan partisipatil
tioak bergulir manakala mekanisme baru yang oirumuskan oalam
LLFeroa tioak oiyakini masyarakat akan bisa oiterapkan. Kalau
mereka tetap saja apatis terhaoap mekanisme yang aoa, maka
oominasi pejabat oalam proses kebijakan tetap berlangsung, oan
agenoa pengembangan partisipasi akan kanoas.
Mekanisme tioak cukup oipahami sebagai tatanan proseoural saja,
namun juga sebagai perangkat antisipasi oinamika sosial. Tioak
aoanya mekanisme yang jelas menyebabkan proses kebijakan sarat
oengan konllik oan kekerasan. Dengan aoanya mekanisme yang
baku oan oisepahami para pelaku, maka masing-masing yang
terlibat oalam proses kebijakan bisa mengaou siasat, namun paoa
akhirnya oia harus tunouk paoa aturan main yang bekerja melalui
mekanisme tersebut.
Fengembangan partisipasi harus menjangkau aspek oppl, ,peluang
untuk berpartisipasi, maupun aspek ocmoro ,gerakan sosial-politik
untuk ikut mempengaruhi keputusan kebijakan pemerintah,. Hal
170 Analisis Kebijakan Publik
ini hanya bisa oitegakkan kalau: ,1, pemerintah maupun masyarakat
sanggup menegakkan aturan main. Mekanisme itu senoiri paoa
oasarnya aoalah aturan main ,2, mooal sosial yang aoa selama ini
ikut oioayagunakan.
Icooo, prinsip pengelolaan perubahan sosial. Dalam hal ini aoa
oua persoalan:
Apakah kita mulai oari level mikro ,aktor, untuk mengubah
mekanisme, ataukah sebaliknya, sejumlah perubahan makro
oitempuh ouluan untuk memungkinkan kiprah paoa level mikro
bisa berlangsung mulus. Sebagaimana telah oikemukakan,
pengembangan mekanisme oalam tulisan ini oiououkkan sekeoar
sebagai salah satu pilar pengembangan proses kebijakan yang
partisipatil. Mekanisme ini bisa oilahirkan oleh perjuangan berbagai
aktor yang kemuoian sepakat untuk membakukan rumusan oan
membiasakan oiri untuk mematuhinya. Hal yang sebaliknya juga
bisa terjaoi. Berbagai perombakan makro-struktural oilakukan yang
paoa gilirannya berbuntut memlasilitasi perubahan-perubahan
mikro. Sehubungan oengan persoalan ini maka: ,1, pengembangan
mekanisme tioak cukup oiserahkan paoa perumusan ketentuan
yuriois, ,2, jaminan yurioisaoministratil yang oiperoleh harus
oikawal oengan aksi-aksi oan sejumlah rekayasa oalam rangka
pembiasaan terhaoap mekanisme baru, ,3, Aktor-aktor yang
menououki posisi struktural oalam tubuh negara maupun oalam
masyarakat perlu oioorong untuk menoayagunakan posisi struktural
tersebut untuk pembuoayaan mekanisme baru.
Fersoalan yang keoua aoalah bagaimana inovasi awal bisa
menggelinoing laksana bola salju. Lntuk itu aovokasi lintas pihak
yang suoah tergalang perlu bentuk oan kemuoian oioayagunakan.
Komunikasi lintas pihak, katakanlah antara aktor oalam tubuh
negara oengan aktor oalam masyarakat, bisa menghasilkan sinergi
yang, kalau oikelola oengan baik, bisa menjamin sustainabilitas.
Purwo Santoso 171
0(1*(# !"+*(B(
oe Haven Smith, Lance, ,1988,, Plilooplicol Ctitioc of Polic, Arol,i:
Liro/lom, Ho/ctmo, oro tlc Gtcot Socict,, Lniversity ol Ilorioa Fress:
Gainesville
Baroach, Eugene, ,200,, Ptocticol Goioc fot Polic, Arol,i: Eigltfolo Potl
toooto Pto/lcm Solcirg, NY
Hogwooo, Brian W. oan Lewis E. Gunn, ,1989,, Polic, Arol,i fot tlc
Rcol 1otlo, Oxloro Lniversity Fress
].A. Altman, ,199!,, Toooto o Stolcloloct-Boco Polic, Ptocc: Ar Applicotior
of tlc Sociol Motlctirg Pctpccticc to Ercitormcrtol Polic, Dccclopmcrt,
Polic, Scicrcc 2 ,1,: 3-1
Nagel, Stuart S. eo., ,1990,, Polic, Tlcot, oro Polic, Ecolootior: Corccpt,
Iroolcogc, Cooc, oro `otm, Greenwooo Fress: Gainesville
Schneioer, Anne L. oan Helen Ingram, Polic, Dcigr, oalam Nagel,
Stuart S. eo., ,1990,, Polic, Tlcot, oro Polic, Ecolootior: Corccpt,
Iroolcogc, Cooc, oro `otm, Greenwooo Fress
172 Analisis Kebijakan Publik
Purwo Santoso 173
/)8)Q/)8)
&"*%9 &"'/+&
K!! .+,+!D* )$7
GD$G%8%'&%
174 Analisis Kebijakan Publik
@(3C()- !"#$%B%a 04:G;97'2
:45I792 @458<;? 7)(./+/+ !%./*/B
2)E%),+/( ;%)*,3A%#,#a VK// d R_Y L.3a
P] V RS W3a M()"(#/ Ree_U
Semua tulisan analisis ini aoalah relleksi oari
kompleksitas persoalan yang terjaoi oi tengah
masyarakat oalam upayanya mewujuokan
gagasan oemokrasi. Heteregonitas oan oiversitas
pemahaman terhaoap makna substantil
oemokrasi aoalah sebuah keniscayaan yang
sekaligus menjaoi laktor penjelas terjaoinya
ketegangan, ketersinggungan oan bahkan benturan antar kelompok yang
berbeoa panoangan. Bentuk ioeal oemokrasi yang akomooatil terhaoap
tuntutan oan kepentingan semua lapisan masyarakat mungkin akan sulit
oiwujuokan. Tetapi penulis sangat yakin bahwa oari benturan-benturan
yang terjaoi selama proses pencarian bentuk inilah paoa akhirnya kita
akan sampai paoa keoewasaan pemahaman oan sikap politik yang paoa
akhirnya akan memuoahkan jalan ke arah terbentuknya oemokrasi.
I%#),./+ =(Fa 25HG=<'2 !G=282;?
4+(/X,+(/ 8#()+/+/ 2)E%),+/(a V/K d Sef
L.3a P] V RR W3a M()"(#/ Ree_U
Buku ini aoalah buku tentang keterjebakan,
tentang keterpenjaraan, tentang involusi
Inoonesia oalam tahun-tahun pertama
Relormasi. Faoa lase inilah, penulis teringat
paoa gambaran Geertzt yang suram mengenai
petani ]awa oan Bali yang terjebak oalam
involusi tanpa kesuoahan. Fengalaman tahun-
tahun awal transisi kita mengungkapkan, lebih
luas oari yang oigambarkan Geertz, Inoonesia seoang menghaoapi
involusi oi sembarang sektor oan oi sembarang ruang oi Republik ini oan
hasilnya pun sangat nyata, kemiskinan oan oistribusi kemiskinan
oi berbagai sektor. Di ranah politik, ia menjaoi kemiskinan politik.
Purwo Santoso 175
Namun apakah keterjebakan ini akan berlangsung terus selamanya?
sebab sebagaimana oituturkan oalam kisah Fanoora:.Opcr, opcr, oro I
oill lcol ,oot oooro! Plcoc lct mc oot!
>(#F()*%a ;4;<7'775 4=28? '"(*"
@(L(+() !,)-()*(#a V// d Pge L.3a PYa]
V Re W3a M")/ Ree]U
Buku ini menekankan paoa pembahasan
kekuasaan menurut panoangan mooel elitis.
Mooel elitis yang memunculkan oua kelompok
oi masyarakat, yakni sejumlah kecil anggota
masyarakat yang memiliki kekuasaan oalam
jumlah besar yang oikenal oengan sebutan elit,
oan anggota masyarakat oalam jumlah yang
banyak tetapi tioak mempunyai kekuasaan.
Dengan oemikian mooel elitis menciptakan aoanya stratilikasi oi
masyarakat. Stratilikasi yang oigambarkan sebagai piramioa melukiskan
bahwa inoiviou yang beraoa oi puncak piramioa berjumlah seoikit tetapi
memiliki kekuasaan yang besar, oan semakin ke arah bawah piramioa
jumlah inoiviou semakin banyak, namun kekuasaan semakin mengecil.
I%#),./+ =(Fh 758797 7579;2 075
04:G;97'2h V d iR L.3h PY V RPW3h
M"./ ReeYU
]ika pelembagaan mekanisme penyelesaian
konllik secara oamai oan beraoab merupakan
salah satu ukuran tertinggi oari sebuah peraoaban
politik oemokratis, maka penggunaan kekerasan
kolektil yang oioemonstrasikan oleh sebagian
masyarakat Inoonesia oi tahun-tahun terakhir ini,
bukan merupakan konoisi yang konousil untuk
membangun peraoaban oemokratis oimaksuo.
Anarki bukan rute ke arah oemokrasi, betapapun orang berkhayal soal ini.
176 Analisis Kebijakan Publik
I%#),./+ =(Fh !94'2045a I2H2= 'GI248Ja
075 >7:h K/// d PeYh PY V RPW3h M"./ ReeYU
Menurut hemat penulis, aoalah menoasar untuk
menganalisis atau menoiskusikan Lembaga
Kepresioenan terlepas oari ligur yang secara
aktual mengenoalikannya, bahkan terlepas
oari kemungkinan ligur yang akan menjaoi
presioen berikutnya. Femanlaatan ligur, lebih
berlungsi sebagai ilustrasi guna mempertajam
analisis yang oilakukan. Hanya oengan cara ini,
kita bisa menoapatkan pemahaman yang lebih
jernih mengenai makhluk yang kita eja sebagai Lembaga Kepresioenan
ini oan oengannya, oiharapkan akan bisa memberikan sumbangan
bagi pengembangan politik yang oemokratis.
7CE". 6(1(# ;(#/3 O4EUQh ;G:!=4;'287'
!49'G7=75 G8G5G:2 07497> 02
250G54'27h VVVK/ d YeRh PY V RPW3h
7-"+*"+ ReeSU
Seluruh isi buku ini oioeoikasikan untuk
menyoroti pasang-surut politik yang kaoang-
kaoang bekerja oalam logika yang sangat
kompleks oan spesilik. Sama oengan
pengalaman-pengalaman sejarah sebelumnya,
politik seperti ini merupakan bentuk eksperimen
Inoonesia oalam proses konsolioasi menuju
sebuah negara-bangsa mooern. Mungkin bisa juga kita pahami, proses
ini merupakan proses pencarian jati oiri bangsa Inoonesia. Tentu saja
oengan harapan, bangsa ini segera belajar bahwa setiap permasalahan
yang sering oihaoapinya seringkali harus menemukan solusi oi tingkat
lokal.
Purwo Santoso 177
7765 7#/ 0$/A(F()( E() '"*%#%
4B% O4EUQh :4:@756<5 6GG0
6GH49575I4 02 04'7h VVV// d Ree
L.3h PY V RPW3h M")/ ReeSU
Apa manlaat yang bisa oiperoleh apabila
proses oesentralisasi berjalan serentak oengan
pengaoopsian prinsip gooo gocctrorcc? Secara
normatil, oesentralisasi bisa menoorong gooo
gocctrorcc, karena ia henoak menoekatkan
negara ke masyarakat oan sekaligus
meningkatkan partisipasi masyarakat oalam
urusan lokal, yang bakal menoorong transparansi, akuntabilitas
oan responsivitas pemerintah lokal. Di sisi lain gooo gocctrorcc, secara
normatil, bakal menoorong praktek oesentralisasi menjaoi lebih otentik
oan bermakna bagi masyarakat lokal. Dengan oemikian, penerapan
gooo gocctrorcc oi oesa oapat menjaoi solusi terhaoap /oo gocctrorcc yang
suoah lama oiwarisi oari traoisi Oroe Baru.
I%#),./+ =(F E() >,#3($() '"./+*F%h
'>7884940 !79702'4h K/ d ge L.3h P]
V RPW3h :,/ ReeSU
Sclolotl, ootl /, Iroorcior otc oftcr ttcotco /,
tlc irtctrotiorol commorit, orl, o tcxt`. Fot ro
oppotcrt tcoor, totcl,, if or,, fotcigr Iroorciorit
ooolo corioct ctiool, tlc ootl /, tlcit Iroorcior
coortctpott, motc tlor ot o tcxt`. Uroct tli ptctcxt,
tli /ool i po/lilco to fiil tlc gop /ctoccr tlc too
commoritic.
Eo, compilco ir tli /ool otc tolcr ftom popct /, tlc
ootlot, ptccrtco ot cotioo occoior. Tlc impottorcc of tlc popct lic ir it tccoto
oro orol,c of tlc cccrt ootirg tlc fitt ploc of politicol ttoritior olicl i litlctto
till tolirg plocc ir Iroorcio.
178 Analisis Kebijakan Publik
!#(*/B)%a EBBUh ;G:57' >7: PggSXPggi
O!,#-".(*() E(.(3 G*%#/*(#/()/+3,Qh V//
d PfY L.3h P] V RPW3h M")/ ReeR.
Tatkala oibentuk tahun 1993, Komnas HAM
oilihat oleh banyak orang sebagai perluasan
pernik-pernik otoritarianisme Oroe Baru.
Lembaga ini oiramalkan tioak akan berbeoa
oengan lembaga-lembaga kemasyarakatan
bentukan Negara ,totc cotpototit irtitotior,
lainnya, seperti FWI atau SFSI paoa waktu
itu. Lembaga yang seharusnya mewakili
kepentingan masyarakat, justru menjamin instrumen negara untuk
mengontrol masyarakat.
Sungguh sangat mengejutkan tatkala Komnas HAM paoa periooe
1993-199 justru menunjukkan prestasi yang mengagumkan. Dengan
segala keterbatasan yang oihaoapinya, Komnas HAM telah mampu
membangun energi kolektil untuk mengembangkan kemanoirian-
kemanoirian oari kontrol Negara. Lembaga ini telah mampu
membangun reputasi publik yang mencengangkan, menjaoi tumpuan
masyarakat oan memberikan kontribusi yang signilikan oalam
penegakan HAM oi Inoonesia.
!#(*/B)%a EBBUh ;G:57' >7: PggfX
ReeP O!,#-".(*() E(.(3 8#()+/+/ !%./*/BQh
V d Se_ L.3h P] V RPW3h M")/ ReeRU
Ferjalanan Komnas HAM oalam sejarah politik
oan penegakan HAM oi Inoonesia oiwarnai
oleh sejumlah ironi. Tatkala oibentuk oleh oan
tumbuh oalam rezim Oroe Baru yang otoriter,
Komnas HAM periooe 1993-199 telah
menunjukkan prestasi yang mengagumkan.
Namun, pasca 1998, tatkala posisi yuriois
oan politis yang semakin menguat oengan
berjalannya proses oemokratisasi politik oan oitetapkannya LL
Purwo Santoso 179
No.391999, reputasi oan kinerja Komnas HAM justru mengalami
kemerosotan yang mengkhawatirkan.
Buku ini berusaha menyikapi ironi tersebut. Elaborasi oalam buku
ini oiangkat oari penelitian lapangan yang oilakukan paoa paruh
terakhir tahun 2001. Dengan melihat kapasitas Komnas HAM oalam
merespons perubahan peta politik serta pemekaran isu oan pelaku
pelanggaran HAM pasca 1998, ironi posisi oan reputasi Komnas
HAM tersebut berusaha untuk oiungkap.
!"#$% '()*%+% O4EUQh :4=<I<82
'49070< '2!2=h VV d PgR L.3h P] V
ReW3h 0,+,3C,# ReeeU
Buku ini menuangkan pencermatan terhaoap
gejala militerisme oi oalam komunitas sipil yang
oiikuti oengan relleksi oan pensikapan terhaoap
gejala tersebut. Fenerbitan buku ini merupakan
bagian oari kegiatan pengembangan wacana
oemiliterisme oalam komunitas sipil yang
oilakukan oleh Iakultas Ilmu Sosial oan Ilmu
Folitik LGM Yogyakarta bekerjasama oengan
Officc of Ttoritior Iricioticc, U.S. Agcrc, fot Irtctrotiorol Dccclopmcrt ,OTI-
LSAID,.
Kentalnya militerisme sipil oilacak oleh suatu moritotirg melalui pollirg,
wawancara menoalam oan analisis teks meoia massa. Moritotirg ini
oilakukan oi Yogyakarta oan membioik gejala militerisme oalam
ounia Orsospol, penoioikan oan birokrasi pemerintahan. Analisis hasil
moritotirg memetakan tiga tipe wacana yang berkembang, yakni: wacana
pro-militerisme, wacana kritis terhaoap militerisme, oan wacana anti-
militerisme. Atas oasar peta wacana ini oiperlihatkan proses perguliran
wacana oemiliterisme sejalan oengan oiselenggarakannya lokakarya-
lokakarya oan oiseminasi gagasan melalui meoia massa. Bagian akhir
buku ini menawarkan suatu siasat untuk itu.
180 Analisis Kebijakan Publik
0#U !#(*/B)%a :U'%WU'W O9,EUQh
:G5G697!> G5 !G=282I' j
6GH49:458 O;,/+*/3,$(() 02JQh /K
d PRR L.3h RP V Rga] W3h :(#,* ReefU
Morogtopl or Politic oro Gocctrmcrt seri pertama
tahun 2008 yang memuat naskah akaoemik
beserta pasal-pasal oan penjelasan RLL
keistimewaan DIY yang aoa oi haoapan para
pembaca yang buoiman aoalah hasil kerja
simultan para stal ]urusan Ilmu Femerintahan
,]IF, Iisipol LGM. Sebuah kerja melelahkan
yang memakan waktu lebih oari ! ,empat, bulan. Naskah ini merupakan
proouk oari kerjasama segitiga antara ]IF-Depoagri-Kemitraan guna
menjawab salah satu kebutuhan oan persoalan menoesak mengenai
status oan masa oepan status keistimewaan DIY oalam kerangka ke-
Inoonesia-an. Sesuatu yang telah menoapatkan penerimaan publik
oan politik sejak sangat lama, tapi memiliki oasar legalitas yang sangat
rapuh oan kabur, oan karenanya muoah berkembang menjaoi polemik
politik berkepanjangan.
8/3 M2!h 097N 57';7> 7;704:2;
9<< ;42'82:4Z775 !9GH25'2 02Jh
/K d PR]h RP V RgW3h :,/ ReeiU
Buku ini berisi tentang naskah akaoemik bagi
Rencana Lnoang-Lnoang Keistimewaan Frovinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta. Secara umum,
eksplanasi oiarahkan untuk menjawab sejumlah
problema, seperti: posisi jabatan gubernur
sehubungan oengan lenomena orasi buoaya
oari Sri Sultan Hamengkubuwana X, oilema
pengaturan substansi keistimewaan serta semangat
membangun oan mempertahankan keinoonesiaan oari Yogyakarta.
Sebagai sebuah oralt akaoemik, buku ini memuat sejumlah alasan
kesejarahan-politis, alasan yuriois-lilosolis, alasan sosio-psikologis
Purwo Santoso 181
oan alasan akaoemis-komparatil yang oijaoikan rujukan oalam
merumuskan Rencana Lnoang-Lnoang Keistimewaan bagi Frovinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta.
5()()- 2)E#( ;"#)/($()h 6=G@7=2'7'2
075 546797 ;4'4M7>849775
O!,#+A,B*/1 2)+*/*"+/%)(./+3,Qh K///dPiYh
PYa] V Rea]W3h 7A#/. ReegU
Buku ini menoiskusikan tentang salah satu
isu penting oalam kajian ilmu politik, yaitu
perubahan institusional. Lebih mengerucut
lagi, buku ini berbicara tentang bagaimana
peran laktor lingkungan, oalam hal ini
globalisasi, terhaoap perubahan institusi
negara kesejahteraan. Dalam banyak kajian
yang oilakukan para globalis tentang negara kesejahteraan oisebutkan
bahwa globalisasi membawa proses homogenisasi oi berbagai negara
menuju mooel negara kesejahteraan liberal`.
Buku ini mengkritik penoekatan globalis yang percaya bahwa
meningkatnya keterbukaan oan globalisasi ekonomi cenoerung
akan menurunkan kemampuan negara untuk mengontrol ekonomi
nasional. Bagi mereka, ekonomi global kini semakin berjalinan
oan saling bergantung. Akibatnya, negara kesejahteraan oianggap
makin kesulitan mengelola ekonomi yang berorientasi nasional serta
mempertahankan kebijkan kesejahteraan sosial.
182 Analisis Kebijakan Publik
'/-/* !(3")-B(+h !492>7= !4:2=<h
V/K d P]fh P_ V RPW3h N,C#"(#/ ReegU
Buku ini mengantarkan pembaca untuk
memahami konsep-konsep oasar oalam
pemilu oan pemilu-pemilu yang berlangsung
oi Inoonesia. Fembahasan oilakukan secara
seoerhana oan ringkas oengan tetap menjaga
kualitas substansi.
Bagian pertama buku ini membahas posisi
pemilu oalam negara oemokrasi, unsur-unsur
sistem pemilu, sistem pemilu, oan lembaga penyelenggara pemilu.
Faoa bagian keoua, oibahas tentang pemilu-pemilu oi Inoonsia,
seperti pemilu 19, pemilu Oroe Baru, oan era relormasi. Faoa setiap
pembahasan oijelaskan tentang pemilih oan peserta pemilu, sistem,
hasil, oan implikasi oari setiap pemilu.
Bagi mahasiswa, oosen, pemateri pemilu, aktivis partai, pegiat LSM,
oan penyelenggara pemilu buku ini relevan untuk oibaca.
;,#D(+(3( E,)-() @92064a @7!!457'a
E() <50!a :(#,* Ree_U
Kajian ini bertujuan menguraikan persoalan-
persoalan yang oihaoapi oleh asosiasi-asosiasi
oaerah oalam menjalankan peranannya.
Evaluasi ini berhasil memetakan tiga
cluster persoalan menoasar yang melekat
paoa asosiasi-asosiasi pemerintah oan
parlemen oaerah. Ketiga clotct persoalan itu
meliputi Fertama, persoalan tentang oerajat
pemahaman. Sejauh manakah oaerah-oaerah
sebagai anggota, negara ,pemerintah nasional,, oan masyarakat
memahami keberaoaan, tujuan, oan lain-lain yang berkaitan oengan
asosiasi? Keoua, persoalan yang berkaitan oengan tujuan-tujuan
asosiasi, yakni apa oan bagaimana tujuan-tujuan asosiasi oirumuskan.
Purwo Santoso 183
Ketiga, persoalan yang berkaitan oengan pengorganisasian, yakni
bagaimana asosiasi oiorganisir oan laktor-laktor yang mempengaruhi
proses pengorganisasian tersebut. Kajian ini menghasilkan beberapa
rekomenoasi bagi upaya penguatan kelembagaan asosiasi pemerintah
oan parlemen oaerah, oiantaranya mengenai perlunya mempertegas
basis representasi oaerah, memperkuat basis lotirg oalam pelembagaan
asosiasi serta memperkuat instrumentasi kelembagaan yang menopang
munculnya aksi-aksi kolektil.
;,#D(+(3( E,)-() !,3,#/)*(L
0(,#(L ;(C"A(*,) 6#%C%-()h ReeSU
Kebijakan Otonomi Daerah yang
oiberlakukan tahun 1999 telah memberikan
kekuasaan yang besar bagi oaerah untuk
mengelola segenap potensi oan sumberoaya
yang oimilikinya. Semua kewenangan
pemerintahan secara lormal oimilikinya,
kecuali bioang: pertahanan-keamanan,
moneter oan liskal, agama, hubungan
luar negeri, peraoilan oan kewenangan
tertentu yang telah oitetapkan unoang-unoang, masih oipegang
oleh Femerintah Fusat. Dalam pelaksanaan lungsi pemerintahan,
kekuasaan yang besar ini equivalen oengan keharusan oaerah untuk
melakukan pelayanan ,ctcicc,, pemberoayaan ,cmpooctmcrt) oan
pengaturan ,tcgolotior, oalam porsi yang lebih besar. Konsekuensinya,
pemerintah oaerah oituntut untuk mempersiapkan segala sesuatu yang
menyangkut operasionalisasi kewenangan yang oimilikinya agar lungsi
oasar pemerintahan berjalan secara elektil. Fenataan kelembagaan
oaerah merupakan salah satu oimensinya.
184 Analisis Kebijakan Publik
;,#D(+(3( E,)-() 04!07692a
M()"(#/X7-"+*"+ Ree]U
Kajian ini oilakukan paoa saat pelaksanaan
Filkaoa Langsung tahap pertama sampai
oengan 30 ]uni 200, yang meliputi oi 186
KabupatenKota oan Fropinsi. oengan
memanlaatkan inlormasi yang oisebarkan oleh
meoia lokal, meoia nasional, oan inlormasi
penoapat oari aktor-aktor yang terkait ,kanoioat,
tokoh partai, anggotaketua Komisi Femilihan
Lmum Daerah, pengawas, kepolisian, osbnya,.
Inlormasi juga oiperkaya oengan stuoi lapangan yang oiselenggarakan
oleh S2 FLOD LGM oi 1 propinsi ,Kalteng, oan kabupaten, masing-
masing Belitung Timur, Sleman, Gunung Kioul, Bantul, Boven Digul,
Kotawaringin Timur, Kotawaringin Barat oan ]embrana.
Aoa empat pengelompokan isu menonjol yang berhasil oirekam
selama proses monitoring, masing-masing yang terkit oengan, pertama,
masalah oi sekitar electoral process, keoua, penyelenggara Filkaoa
yakni KFLD, ketiga masalah-masalah yang terkait oengan lembaga
pengawasan oan pemantau. Keempat, kesiapan aktor strategis Filkaoa
yakni Fartai Folitik oan Birokrasi, yang berpengaruh penting oalam
proses pemilu secara keseluruhan. Laporan hasil kajian oitutup
oengan rekomenoasi-rekomenoasi terhaoap isu-isu krusial yang perlu
menoapat perhatian para pengambil kebijakan.
;,#D(+(3( E,)-() !,3,#/)*(L
;(C"A(*,) !")W(B M(F(a Ree_
Kajian ini oilaksanakan atas permintaan
Femerintah Kabupaten Funcak ]aya. Aoa
beberapa alasan mengapa kami menerima
tawaran oari Femerintah Kabupaten Funcak
]aya untuk melakukan stuoi ini. Pcttomo,
isu pemekaran oaerah seoang banyak
oiperbincangkan oi banyak kalangan oi semua
Purwo Santoso 185
lapisan, namun tioak aoa kerangka pikir yang jelas oan jernih oalam
melihat isu ini. Icooo, stuoi ini oilakukan oi Fapua, sebuah kawasan
sangat penting, yang sekaligus problematik bagi Inoonesia. Daerah ini
sangat kaya oengan sumber oaya alam, namun masyarakatnya miskin.
Ictigo, stuoi ini oilakukan oi kawasan perawan yang masih belum
banyak oisentuh oleh ounia luar. Tctollit, kami menerima tawaran
stuoi ini karena keseoiaan Femerintah Kabupaten Funcak ]aya untuk
menerima posisi bahwa kami samasekali tioak terikat paoa keharusan
untuk menyetujui usulan kebijakan yang oiajukannya.
;,#D(+(3( E,)-() 0/#,B*"# !,)-,3X
C()-() ;(A(+/*(+ E() 4K(."(+/ ;/),#D(
0(,#(La 0/#,B*%#(* M,)E,#(. G*%)%3/
0(,#(L 0,A(#*,3,) 0(.(3 5,-,#/
O04!07692Qa :(#,* Ree_U
Salah satu kebutuhan utama oalam rangka
menoukung pelaksanaan otonomi oaerah
saat ini aoalah aoanya oesain atau mooel oan
instrumen penguatan kapasitas pemerintah
oaerah yang sejalan oengan nilai-nilai
oemokrasi, oclfotc, visioner oan tepat sasaran.
Dalam rangka menjawab kebutuhan itulah riset ini oiselenggarakan.
Lpaya pengembangan mooel oan instrumen copocit, /oiloirg ini oiawali
oengan melakukan tccico terhaoap perkembangan konsep tentang
copocit, /oiloirg serta tccico atas praktek kebijakan nasional yang terkait
oengan upaya peningkatan kapasitas aparat pemerintah. Selanjutnya
beroasarkan hasil tccico tersebut oan oiperkuat oengan inlormasi
yang oigali langsung oari 10 oaerah otonom ,Solok, ]embrana,
Klaten, Kutai Kertanegara, Kebumen, Kota Ambon, Kota Banoung,
Kota Kupang, Kota Makassar, oan Kota Falangkaraya, oi 9 provinsi
oisusun serangkaian prinsip oan mooel kebijakan bagi pengembangan
kerangka copocit, /oiloirg.
186 Analisis Kebijakan Publik
;,#D(+(3( E,)-() 0/#,B*"# !,)-,3X
C()-() ;(A(+/*(+ E() 4K(."(+/
;/),#D( 0(,#(La 0/#,B*%#(* M,)E,#(.
G*%)%3/ 0(,#(L 0,A(#*,3,) 0(.(3
5,-,#/ O04!07692Qa :(#,* Ree_U
Secara umum stuoi ini bertujuan menyusun
oan mengembangkan instrumen yang
lebih komprehensil untuk me-moritotirg
oan mengevaluasi praktek gocctrorcc oalam
rangka memperkuat oesentralisasi oan
otonomi oaerah sesuai oengan Lnoang-
Lnoang No. 32 Tahun 200!. Instrumen evaluasi oan moritotirg
oitekankan paoa pelaksanaan ! ,empat, lungsi utama pemerintah
oaerah yakni: Felayanan publik ,po/lic ctcicc,, Fembuatan keputusan
,polic, molirg,, Femberoayaan ,cmpooctmcrt.,, oan Manajemen konllik
,corflict morogcmcrt,. Stuoi oiawali oengan melakukan tccico terhaoap
instrumen-instrumen moritotirg oan evaluasi yang telah oikembangkan
baik oleh pemerintah nasional, pemerintah oaerah maupun organisasi-
organisasi cicil ocict,. Disamping itu, stuoi ini juga oiperkuat oengan
oata-oata oan inlormasi hasil stuoi lapangan oi 10 oaerah otonom
,Solok, ]embrana, Klaten, Kutai Kertanegara, Kebumen, Kota
Ambon, Kota Banoung, Kota Kupang, Kota Makassar, oan Kota
Falangkaraya, oi 9 provinsi.
@,**F '"3(#*Fa 94H287=2'7'2
!4975 5252; :7:7; 07=7:
!4:492587>75 576792h VVdPSR
L.3a PSa] V ReW3a 7-"+*"+ ReeiU
Sebuah nagari akan maju bila semua unsur
oalam Nagari ini bisa bersatu, terutama Ninik-
Mamak sebagai pemimpin bagi anak kemenakan
oalam sebuah nagari. Bila hanya menganoalkan
Wali Nagari beserta aparat nagari semata oalam
menggerakkan pembangunan oi nagari, tentu
Purwo Santoso 187
saja ini aoalah pekerjaan yang sulit.
Realitanya selama pemerintahan oesa oiberlakukan antara Ninik-
Mamak oengan kepala oesa malah saling bertolak belakang, merasa
berkuasa, tioak aoa kerjasama, karena paoa oasarnya oalam
pemerintahan oesa tioak mengenal pembagian kekuasaan, semua
kekuasaan menumpuk oi tangan kepala oesa. Antara Ninik-Mamak
sebagai pemimpin inlormal oan kepala oesa sebagai pemimpin
lormal berjalan senoiri-senoiri. Fersanoingan antara Ninik-Mamak
pemangku aoat oengan pemerintahan Nagari oi era kembali bernagari
akan membawa warna baru oalam lormat pengaturan pemerintahan
oaerah. Meskipun telah mengalami pergeseran nilai karena telah
mengalami pasang surut pengaruh oalam masyarakat, Ninik-Mamak
tetap merupakan pemimpin yang akan oipatuhi oan oisegani anak
kemenakan selagi oia tioak menyimpang oari tugasnya sebagai seorang
penghuku, contoh panutan yang bisa oitiru Anak Nagari.
7#/,1 2L+() 9(*L%3Fa !;' j >82?
O6,),(.%-/ E() !,3/B/#() 0,3%B#(+/Qh
VV//dRS_ L.3a PSa] V Re W3a GB*%C,#
Ree_U
Setelah kekuasaan Oroe Baru berpenoar, muncul
berbagai gerakan keagamaan, terutama Islam,
oengan berbagai perspektil yang itu tioak bisa
oibayangkan oapat muncul oiberbagai belahan
negara-negara muslim lainnya oiounia. Gerakan
keagamaan itu seolah henoak menggambarkan
penolakan mereka terhaoap monisme ioeologi
yang pernah oiusung Oroe Baru. Tioak tanggung-tanggung, begitu
gerakan islam itu muncul mereka langsung bersentuhan oengan ounia
politik. Diantara mereka, aoa yang langsung terlibat oan membentuk
instrumen untuk merebut kekuasaan melalui jalur konstitusional oan aoa
yang secara tioak langsung yaitu melalui jalur organisasi sosial-keagamaan.
Buku ini berusaha memotret oua gerakan Islam oi Inoonesia, yaitu Fartai
Keaoilan Sejahtera ,FKS, oan Hizbut Tahrir Inoonesia ,HTI,, yang
188 Analisis Kebijakan Publik
keouanya memiliki karakter yang berbeoa. Diluar perbeoaan itu, masih
tetap aoa persamaan oiantara keouanya.
9(*)( :"+*/B( '(#/a 649Z752a
'826:7'2 075 G904 @79<h VVdRPY
L.3a PSa] V Re W3a 7-"+*"+ ReeiU
Warna ioeologi komunis yang melekat oalam
gerakan Gerwani akhirnya menjaoi pembuluh
oari gerakan perempuan ini senoiri, yaitu
ketika peristiwa September 196 meletus, oan
secara politik FKI oipanoang sebagai pihak
yang bertanggung-jawab. Akibat oari peristiwa
tersebut, senua sayap organisasi atau oroct/ooo
FKI oilibas oan oiberangus oleh Negara.
Secara organisasi mereka oibekukan, secara ioeologis mereka oilarang,
oan para aktivisnya harus menghaoapi kejaran amuk oan kemarahan
massa yang paoa waktu itu mengarah tunggal ke komunis. Fenoeritaan
aktivis komunis bahkan terus berlanjut selama Oroe Baru tertanam oi
Inoonesia. Buku ini menjelaskan tentang bentuk-bentuk stigmasi yang
oikembangkan oleh Oroe Baru terhaoap, khususnya eks-Gerwani oan
mereka yang oi-Gerwani-kan.
4#$/) 4)E(#F()*(a !G=282; 729 02
250G54'27 O!,)D(#(L() +/ 6,EL()-
%.,L ;%#A%#(+/ 7k"( 0()%),Qh VV/KdRRY
L.3a PSa] V Re W3a 7-"+*"+ ReeiU
Buku ini berkisah tentang bekerjanya penetrasi
global ke level lokal oengan lasilitas aktor-aktor
negara. Di sini oitunjukkan bahwa ekspansi
bisnis air global telah menjarah masuk ke
tata sosial ekonomi masyarakat melalui pola
hubungan yang timpang antara swasta oan
negara. oengan mengambil kasus pembirian
Purwo Santoso 189
ijin pengelolaan mata air Si Geohang Klaten kepaoa FT Tirta
Investama Danone ,Aqua Danone,, penulis berkesimpulan bahwa
telah terjaoi perubahan nalar oari po/lic gooo ke pticotc gooo serta aoanya
oominasi kuasa mooal atas kebijakan publik.
Melalui investigasi yang oilakukan penulis, oioapatkan berbagai
inlormasi penting tentang bagaimana aktor-aktor negara baik oi level
nasional, kabupaten maupun oesa membuka ruang eksploitasi sumber
air karena aoanya motil-motil pragmatis-ekonomis. Kebutuhan untuk
menangguk keuntungan ekonomis jangka penoek semacam inilah
yang kemuoian menutup mata pelaku-pelaku negara terhaoap potensi
elek-elek sosial, ekonomis oan juga ekoligis yang oitimbulkannya.
7-"+*/)( 9"B3/)E()/ 8#/+#/)/a 6494M7
075 !4:2=<h VVdPff L.3a PSa] V ReW3a
7-"+*"+ ReeiU
Sebagai sebuah institusi sosial, Gereja Katolik
oipanoang lamban mereapon perkembangan
politik oi negara ini. Gereja Katolik oianggap
pasil menyikapi serta mengikuti oinamika
kehioupan berbangsa oan bernegara, terlebih
paoa masa Oroe Baru. Namun suatu langkah
berani oiambil oleh Gereja Katolik Inoonesia
paoa bulan Maret 199 oengan oikeluarkannya
Surat Gembala Frapaskah oleh KWI yang bertajuk: Keprihatinan oan
Harapan, sebagai bentuk resistansi gereja terhaoap rezim Soeharto
yang selama ini seakan terbungkam.
190 Analisis Kebijakan Publik
<*() !(#./)E")-()a 645M49X645M49a
;<7'7 075 ;G584'87'2 :7;57h
VV/KdR]e L.3a PSa] V ReW3a 7-"+*"+ ReeiU
Genjer-Genjer aoalah lagu rakyat populer,
tetapi Genjer-Genjer bukan sembarang lagu.
Ia menganoung isyarat tentang pemberontakan
pagi buta Gestapu tahun 196. Fercaya atau
tioak, secarik kertas yang berisi syair lagu
Genjer-Genjer oijaoikan bukti kuat terjaoinya
pemberontakan beroarah oi Lubang buaya,
]akarta. Banyak teori yang menjelaskan
kronologis peristiwa 196, akan tetapi tampaknya menjurus kepaoa
satu aktor tunggal, yaitu FKI. Bagi beberapa Inoonesianis, peristiwa
30 September 196 hingga 11 maret 1966 hanyalah skenario Soeharto
oalam merancang satu manuver yang rapi, kuoeta merangkak untuk
menggulingkan Soekarno. Kuoeta itu senoiri oiam-oiam menoapat
restu oari pemerintah Amerika oan Inggris, serta oioukung oleh CIA.
Seoangkan bagi penoukung Oroe Baru, FKI aoalah oalang oan
eksekutor oi balik ritual pembantaian tujuh perwira AD itu. Gerakan
FKI menoapat sinyal oari Mao Zeoong oi Cina. Tujuan FKI oisinyalir
untuk menyingkirkan penghalang oalam mewujuokan impian FKI
membangun kekuatan komunis yang utama oi wilayah Asia Tenggara.
!"#$% '()*%+% O4EUQh :45<=2' 28<
:<07> 075 :45J45756;75
O:%E". !,+,#*(Qh V// d Pef L.3h PSa] V
ReW3h :(#,* Ree_U
Fermasalahan yang oihaoapi kebanyakan
mahasiswa aoalah renoahnya kemampuan
mereka untuk menjaoikan tulisan sebagai
meoia berkomunikasi. Sebagian mahasiswa
lebih cakap berkomunikasi secara oral oaripaoa
melalui tulisan. Komunikasi mahasiswa melalui
tulisan oilakukan tioak lebih karena konstruksi
Purwo Santoso 191
sistem yang memaksa, seperti membuat makalah, laporan atau skripsi.
Itu pun seringkali mereka mengalami kesulitan oalam pengerjaannya
oan stanoar tulisan yang oibuat kurang berkualitas.
Beberapa persoalan yang menjaoi sebab aoalah: pcttomo, aoanya
bayangan bahwa menulis itu suatu pekerjaan yang berat oan sulit.
Icooo, tioak oikuasainya teknik berkomunikasi melalui tulisan secara
baik. Ictigo, lemahnya crc of pto/lcm atas sebuah realitas sehingga
berbagai realitas oibiarkannya berlalu begitu saja tanpa aoa keinginan
untuk menjelaskan. Atas oasar itulah mooul ini muncul. Sesuai oengan
juoulnya, mooul ini oisusun seseoerhana mungkin agar memenuhi
kriteria juoul oi atas.
!"#$% '()*%+% O4EUQh :45<=2' 28<
:<07> 075 :45J45756;75 O:%E".
N(+/./*(*%#Qh V/K d P]R L.3h PSa] V ReW3h
:(#,* Ree_U
Fermasalahan yang oihaoapi kebanyakan
mahasiswa aoalah renoahnya kemampuan
mereka untuk menjaoikan tulisan sebagai
meoia berkomunikasi. Sebagian mahasiswa
lebih cakap berkomunikasi secara oral oaripaoa
melalui tulisan. Komunikasi mahasiswa melalui
tulisan oilakukan tioak lebih karena konstruksi
sistem yang memaksa, seperti membuat makalah, laporan atau skripsi.
Itu pun seringkali mereka mengalami kesulitan oalam pengerjaannya
oan stanoar tulisan yang oibuat kurang berkualitas.
Beberapa persoalan yang menjaoi sebab aoalah: pcttomo, aoanya
bayangan bahwa menulis itu suatu pekerjaan yang berat oan sulit.
Icooo, tioak oikuasainya teknik berkomunikasi melalui tulisan secara
baik. Ictigo, lemahnya crc of pto/lcm atas sebuah realitas sehingga
berbagai realitas oibiarkannya berlalu begitu saja tanpa aoa keinginan
untuk menjelaskan.
192 Analisis Kebijakan Publik
8/3 !,)F"+")h !750<75 7;704:2;h
K/ die L.3h PY V Re W3h 8,#C/* 8/(A
8(L")U
Dalam rangka melaksanakan otonomi
perguruan tinggi, LGM telah melakukan
banyak penataan yang terkait oengan masalah
kelembagaan, linansial oan akaoemik. Salah
satu kebijakan yang oicanangkan bulan
Iebruari 2002 aoalah program jaminan
mutu ,oolit, ootorcc,. Frogram ini bagian
oari upaya meningkatkan masukan ,oolit,
of rco crtolcmcrt,, kualitas proses belajar-mengajar ,oolit, of tcoclirg
oro lcotrirg,, kualitas keluaran ,oolit, of gtooootc, oan kualitas alumni
,oolit, of ptofciorol ootl,. Salah satu hal yang sangat oibutuhkan untuk
menoukung program tersebut aoalah inlormasi yang jelas oan lengkap
mengenai program-program stuoi yang aoa oi LGM. Buku panouan
ini memuat sejarah singkat ]IF ,sekarang ]FF, IISIFOL LGM,
peraturan yang berkaitan oengan masalah aoministrasi penoioikan
oan substansi akaoemik, struktur organisasi, serta kurikulum ]urusan
Folitik oan Femerintahan IISIFOL LGM.
0(K/E 41,)E/h 8>4 04I=254 GN
@G<964G2'24 O9")*"L)F( ;,.%3A%B
0(-()- !#/C"3/ ;%*(-,E, TH22XTTQh
VVK/ d Ri_ L.3h PYa] V RPW3h N,C#"(#/
RePeU
Ferjalanan oan oinamika peoagang oi
Nusantara menjaoi penting untuk melacak
keberaoaan borjuasi yang muncul paoa
abao ke-19 oan ke-20. Kelompok borjuis ini
lahir oan bermunculan oi beberapa oaerah
,borjuasi etnis, yang kemuoian bertemu
oalam peroagangan Nusantara sebagai akibat oari perkembangan
peroagangan oan pelayaran. Felacakan kelas borjuasi ini juga oapat
Purwo Santoso 193
oiawali oengan pembacaan terhaoap kategorisasi Clilloro Geertz yang
memilah tiga kelompok oalam masyarakat, yaitu golongan Abangan
sebagai penououk oesa, kaum Santri sebagai kaum peoagang, oan
Friyayi sebagai keturunan bangsawan atau birokrat.
Di Inoonesia, akaoemisi paling `alla` mengkaji terma elit oan proses
lormasi kelas borjuis yang terjaoi oalam kurun waktu yang lama
sehingga tema elit merupakan tema kajian yang sangat menantang
untuk terus menerus oiteliti oan oijaoikan agenoa riset yang
berkesinambungan. Di Nusantara ini, oengan konoisi yang majemuk
,plural,, yang menganoung keanekaragaman suku, aoat, agama, ras,
golongan, bahasa oaerah, partai politik, oengan geograli yang terpisah-
pisah, maka kajian elit akan menjaoi penting terutama oalam upaya
pemetaan elit, akan memunculkan kajian elit lokal yang beragam oan
luas. Inilah yang menjaoi sangat menarik oan menantang meski tioak
muoah menemukan metooologi yang tepat untuk menuntaskan kajian
bertemakan elit.
8/*/B Z/E(F()*/h !G=282;
'<@7=8495 O!,#-".(*() 2E,)*/*(+
Z(#/(Qh VV d PYf L.3h PYa] V Rea] W3h
:(#,* RePeU
Masih minimnya kajian subaltern oi Inoonesia
menginspirasi penulis untuk menghaoirkan
stuoi tentang Fergulatan Ioentitas Waria
yang oibingkai oalam politik subaltern.
Keberaoaannya sebagai komunitas subaltern
sebenarnya memiliki berbagai oimensi yang
sangat menarik untuk oikaji baik oari segi
politik, ekonomi, sosial maupun buoaya. Buku ini mencoba mengawali
kajian tentang waria oari perspektil politik, khususnya berkaitan oengan
pembentukan oan pergulatan ioentitasnya sebagai komunitas subaltern.
Konsep tentang ioentitas oan politik ioentitas, pola relasi kekuasaan
oalam komunitas waria oan konsep subaltern yang oikontekskan
oengan keberaoaan komunitas waria oi Yogyakarta akan mengisi
194 Analisis Kebijakan Publik
bagian awal oari buku ini. Bab selanjutnya berisi tentang pembentukan
oan pergulatan ioentitas waria. Faoa bagian ini akan menguraikan
bagaimana ioentitas waria terbentuk oan oikuatkan oengan hasil
pelacakan oari berbagai buoaya oi ranah global sampai lokal yang
berkaitan oengan ioentitas waria. Selanjutnya berbagai pergulatan
ioentitas oalam waria-lah yang menjaoi lokus oalam tulisan ini. Yang
lebih menarik, Buku ini juga mengungkapkan keberagaman oan
perpotongan oari keberagaman ioentitas waria.
I%#),./+ =(Fh :4=7Z75 546797 O!02
PgiSXPgf_Qh V/K d See L.3h P] V RRW3h
7A#/. RePeU
Ferkembangan politik Inoonesia selalu
mencerminkan konoisi yang tampak oiarahkan
secara gamblang akan tunouk oi haoapan
kuasa negara. Mencitrakan negara sebagai
magnet yang menarik setiap elemen apapun
yang kuat berwatak besi, bahkan mereka
yang berkarat untuk bersanoing oengannya,
oan lalu mengokohkan hegemoni. Namun,
Fartai Demokrasi Inoonesia ,FDI,, oi satu episooe silam, 193-1986,
yang secara merinci oikisahkan buku ini, berkembang menjaoi sebuah
kutub yang tioak saja melawan kecenoerungan, tetapi juga menguras
lebih banyak energi penguasa lebih oari satu oasawarsa.
Kajian spesilik tentang FDI ini mengungkapkan secara terang-terangan
karakter sesungguhnya Negara. Tioak hanya membongkar masa lalu,
tetapi juga melawan limitasi teori oan peroebatan-peroebatan politik
jaman Oroe Baru yang terlanjur mahlum oipahami oari suout
panoang sentralitas yang menganoaikan Negara kohesil oan solio.
Hasil stuoi ini justru berkata sebaliknya, Negara jauh oari kuat, Negara
jauh oari otonom, oan barangkali muoah oimasuki oleh kekuatan
,politik, oiluar oirinya. Sesungguhnya oioalam oirinya yang sensitil,
Negara itu cenoerung berwatak reaktil oan muoah terlragmentasi.
CORNELIS LAY
Purwo Santoso 195
!"#$% '()*%+%h 757=2'2' ;4@2M7;75
!<@=2; O:%E". !,3C,.(D(#()Qh V/K d
PgY L.3h P] V RR W3h M")/ RePeU
Selama ini aoa kecenoerungan oominasi
perspektil mooernis-rasional-komprehensil
oalam kajian analisis kebijakan. Sayangnya,
oominasi perspektil ini telah mencapai level
menoekati hegemonik sehingga menutup mata
sebagian besar publik awam tentang keberaoaan
berbagai perspektil alternatil lain. Analisis
kebijakan selama ini ioentik oengan kerumitan
oan kompleksitas yang hanya bisa oiatasi oleh mereka yang ahli.
Mitos inilah yang ingin oigugat melalui Mooul Analisis Kebijakan
Fublik ini. Melalui mooul ini kami ingin menunjukkan bahwa analisis
kebijakan bukanlah hal yang seoemikian rumit oan kompleks sehingga
secara eksklusil oiperuntukkan bagi para ahli. Meskipun penulisan
mooul ini oitujukan untuk menunjang perkuliahan mahasiswa Strata
1, namun melalui mooul ini kami ingin menunjukkan bahwa semua
orang bisa melakukan analisis kebijakan.
Lntuk tujuan itu, mooul ini, selain menjabarkan langkah-langkah
praktis oalam melakukan analisis terhaoap proses kebijakan, terlebih
oahulu mengajak para pembaca untuk back to basic` oalam melakukan
analisa kebijakan. Femahaman metooologis, mooel, oan posisi yang
oipilih seorang analis merupakan hal menoasar oan krusial oalam
membangun analisis yang berkualitas oan berkarakter, oi samping
kepiawaian oalam menggunakan berbagai metooe oan instrumen
analisis. Inilah yang oitawarkan melalui mooul ini. Harapan kami
semoga mooul ini memberikan manlaat yang maksimal bagi para
pembacanya.