Anda di halaman 1dari 6

Hubungan Perilaku Menggosok Gigi Dengan Tingkat Karies Gigi Pada Anak Usia Sekolah (6-12 Tahun) Di SDN

Tunggulwulung 3 Malang Soemardini*, Dian Susmarini**, Ayu Lady Pristica Jennora*** Abstrak Karies merupakan masalah kesehatan gigi yang seringkali menyerang anak usia sekolah. Karies adalah suatu penyakit jaringan keras gigi yaitu email dentin, dan sementum yang disebabkan oleh aktifitas jasad renik dalam suatu karbohidrat yang dapat diragikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara perilaku menggosok gigi dengan tingkat karies gigi pada anak usia sekolah (6-12 tahun). Desain penelitian yang digunakan adalah deskripsi analitik korelasi dengan pendekatan cross sectional. Tehnik sampling yang digunakan adalah purposive sampling dengan jumlah sampel sebanyak 80 responden. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar wawancara dan obeservasi untuk mengukur perilaku menggosok gigi serta lembar observasi untuk tingkat karies gigi. Hasil uji korelasi Spearman Rank test menunjukan bahwa nilai p sebesar 0,000 dengan nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,619 atau mempunyai hubungan yang kuat dengan korelasi negatif, artinya semakin baik perilaku menggosok gigi maka tingkat karies semakin ringan atau sedikit. Sehingga kesimpulan penelitian ini adalah terdapat hubungan antara perilaku menggosok gigi dengan tingkat karies gigi pada anak usia sekolah (6-12 tahun) di SDN Tunggulwulung 3 Malang. Berdasarkan penelitian ini disarankan upaya perbaikan perilaku menggosok gigi untuk mencegah kejadian karies dan pencegahan pertambahan jumlah karies pada gigi, serta adanya peran serta dari pihak sekolah, orang tua, dan tenaga kesehatan dalam upaya peningkatan dan pemeliharaan kesehatan gigi anak. Kata kunci: perilaku menggosok gigi, karies, anak usia sekolah Abstract Dental caries is serious problem that often attacks school age children. Caries is an infection disease of dental hard tissue as email, dentin, and cementum caused by the activity of microorganisms in a carbohydrate that can fermented. The aim of this research is to find out the relationship between behavior of brushing teeth with the number of dental caries in school age children (6-12 years). This research was done by using correlational study method or association with crossectional study design. Sample was taken by using total sampling technique with the total sample are 80 respondent. Data was collected using interviews and observation sheets to measure the behavior of brushing teeth and the observation sheet for the degree of dental caries. The result of Spearman rank correlation test show that the p-value test is 0.000 with a correlation coefficient (r) is -0.619 or have a strong relationship with a negative correlation, it means that the better behavior of brushing teeth, the less degree of dental caries. In conclusions there is a relationship between behavior of brushing teeth with the degree of dental caries in school age children (6-12 years) at public elementary school Tunggulwulung 3 Malang. This study suggested improvement effort in the behavior of brushing teeth to prevent caries incidence and prevention in the number of caries of the teeth, as well as the participation of the school, parents, and health workers in effort to improving and maintaining dental health of childern Key words: brushing behavior, caries, school age children

Jurusan Pendidikan Dokter FKUB

** Jurusan Ilmu Keperawatan *** Mahasiswa Jurusan Ilmu Keperawatan FKUB

PENDAHULUAN Karies merupakan penyakit pada jaringan keras gigi yang ditandai dengan demineralisasi email, dentin, dan kerusakan organiknya. Pada dasarnya penyakit ini dapat menyerang seluruh lapisan masyarakat. Namun masalah ini lebih sering dialami oleh anak usia sekolah (1). Faktor penyebab terjadinya karies pada anak usia sekolah adalah gemar mengkonsumsi makanan manis. Disamping itu, anak diusia ini memiliki kebiasaan menggosok gigi yang kurang benar, serta periode gigi campuran dimana sering terjadi karies gigi (2). Hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga 2004 (SKRT) menyatakan karies gigi pada anak merupakan masalah kesehatan gigi dan mulut di indonesia dengan prevalensi hingga 90% (3). Prevalensi karies gigi di kota Malang pada rentang usia 5-14 tahun cukup tinggi yaitu sebanyak 593 (4). SDN tunggulwulung 3 Malang merupakan salah satu SD dengan insiden karies yang cukup tinggi. Masalah karies gigi dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak. Oleh karena itu upaya pencegahan karies gigi pada anak usia sekolah sudah seharusnya dilakukan, salah satunya dengan cara memberikan pendidikan tentang menggosok gigi dengan benar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara perilaku menggosok gigi dengan tingkat karies gigi. Manfaat penelitian ini adalah untuk mengembangkan perencanaan promosi kesehatan pada anak usia sekolah mengenai perilaku menggosok gigi untuk mencegah karies gigi sehingga dapat meningkatkan status kesehatan anak. METODE PENELITIAN Desain penelitian yang digunakan adalah deskripsi analitik korelasi dengan pendekatan cross sectional. Dalam penelitian ini yang diukur adalah perilaku menggosok gigi dan tingkat karies gigi. Kemudian dianalisis untuk mencari ada tidaknya hubungan antar perilaku menggosok gigi dengan tingkat karies gigi.

Penelitian ini dilaksanakan di SDN Tunggulwulung 3 Malang. Responden dalam penelitian ini adalah siswa usia sekolah yang mengalami karies gigi. HASIL PENELITIAN Karateristik umum Tabel 1 Responden
Usia 6 tahun 7 tahun 8 tahun 9 tahun 10 tahun 11 tahun 12 tahun Kelas I II III IV V VI Jenis Kelamin Perempuan Laki-laki Pendidikan orang tua Perguruan Tinggi SMA SMP SD Pekerjaan Orang Tua PNS Wiraswasta Karyawan Pedagang Petani Lain-lain 4 16 7 14 19 14 6 13 13 13 17 14 10 36 44 12 19 19 30 5 20 9 17 24 17 8 16 16 16 21 18 13 45 55 15 24 24 37

Distribusi

Karateristik
N %

Karateristik subjek

4 5 20 9 4 38

6 5 25 11 5 48

Berdasarkan tabel 1 diatas dapat diketahui bahwa responden terbanyak adalah siswa yang berusia 10 tahun yaitu sebanyak 24% (19 siswa). Jumlah responden terbanyak berdasarkan kelas adalah siswa kelas IV yaitu sebanyak 21% (17 siswa). Berdasarkan jenis kelamin 55% (44 siswa) responden adalah laki-laki. Hampir separuh orang tua responden memiliki latar belakang pendidikan SD yaitu sebanyak 37% (30 siswa). Berdasarkan pekerjaan orang tua hampir setengah orang tua responden memiliki latar belakang pekerjaan lainlain termasuk buruh, kuli, dan sopir yaitu sebanyak 48% (38 siswa).

Perilaku Menggosok Gigi Tabel 2 karateristik berdasarkan usia


Usia 6 tahun 7 tahun 8 tahun 9 tahun 10 tahun 11 tahun 12 tahun Total

perilaku
Total 4 16 7 14 19 14 6 80

Perilaku Menggosok Gigi Baik Cukup Tidak baik 0 0 4 1 6 9 0 4 3 0 6 8 7 8 4 8 6 0 4 1 1 20 31 29

Berdasarkan tabel 2 diatas dapat disimpulkan bahwa 95% dari 20 siswa yang memiliki perilaku menggosok gigi baik adalah responden yang berusia 10 hingga 12 tahun, yaitu sebanyak 19 siswa. Tingkat Karies Gigi Tabel 3 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Karies Gigi
Karateristik subjek Usia 6 tahun 7 tahun 8 tahun 9 tahun 10 tahun 11 tahun 12 tahun Kelas I II III IV V VI Jenis kelamin Perempuan Laki-laki Pendidikan orang tua PT SMA SMP SD Pekerjaan orang tua PNS Wirawsasta Karyawan Pedangan Petani Lain-lain Total Tingkat Karies Ringan 0 1 0 2 8 10 4 1 1 2 3 13 5 9 16 Sedang 2 3 3 10 10 4 2 3 4 7 14 1 5 18 16 Berat 2 12 4 2 1 0 0 9 8 4 0 0 0 9 12

tingkat berat paling banyak dialami oleh responden yang berusia 7 tahun yaitu sebanyak 12 sisiwa. Sedangkan berdasarkan tingkat kelas, karies berat lebih banyak dialami responden yang duduk dibangku kelas I dan II yaitu sebanyak 9 dan 8 siswa. Berdasarkan jenis kelamin karies berat lebih banyak dialami responden yang berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 12 siswa. Berdasarkan latar belakang pendidikan orang tua, dari 30 responden yang orang tuanya memiliki latar belakang SD, hanya 3 siswa yang mengalami karies ringan. Responden yang memiliki orang tua dengan latar belakang pekerjaan lain-lain seperti buruh, kuli, dan sopir lebih banyak mengalami karies tingkat sedang dan berat yaitu sebanyak 19 da 12 siswa. Hubungan Perilaku Menggosok Gigi Dengan Tingkat Perlikau Menggosok Gigi Tabel 4 tabulasi silang perilaku menggosok gigi dengan tingkat karies gigi
Perilaku Menggosok gigi Baik Cukup Tidak baik Total Tingkat Karies Ringan 18 4 3 25 Sedang 2 20 12 34 Berat 0 7 14 21 Total

20 31 29 80

p = 0,000 r = 0,619

7 9 6 3

4 7 5 18

1 3 8 9

3 1 10 3 1 7 25

1 3 6 3 2 19 34

0 1 4 3 1 12 21

Berdasarkan tabel 2 diatas dapat diketahui karies gigi dengan

Berdasarkan tabel 4 diatas dapat disimpulkan bahwa responden yang memiliki perilaku menggosok gigi baik lebih banyak mengalami karies gigi dengan tingkat ringan, sedangkan responden yang memiliki perilaku menggosok gigi tidak baik cenderung lebih banyak mengalami karies dengan tingkat sedang hingga berat. Dari data diatas kemudian dicari hubungan antara perilaku menggosok gigi dengan tingkat karies gigi pada anak usia sekolah dengan menggunakan uji korelasi Spearman Rank. Dari uji tersebut didapatkan nilai signifikansi (p) sebesar 0,000 yang kurang dari (0,05), hal ini menunjukan terdapat hubungan signifikan antara perilaku menggosok gigi dengan tingkat

karies gigi. Dari uji tersebut didapatkan pula nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0.619, hal ini menunjukan terdapat hubungan yang berbanding terbalik antara perilaku menggosok gigi dengan tingkat karies gigi. PEMBAHASAN Perilaku Menggosok Gigi Berdasarkan penelitian ini didapatkan data bahwa rata-rata siswa di SDN Tunggulwulung 3 Malang memiliki perilaku menggosok gigi tidak baik. Hal ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan siswa mengenai cara menggosok gigi yang benar, terutama waktu dan tehnik menggosok gigi. Sebagian besar anak di indonesia tidak mengetahui cara merawat gigi dengan baik (5). Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perilaku anak dalam memelihara kesehatan termasuk perilaku menggosok gigi, yaitu usia anak, pendidikan orang tua, dan pekerjaan orang tua. Pada penelitian ini didapatkan data bahwa 95% responden yang memiliki perilaku menggosok gigi dengan kategori baik adalah siswa yang berusia 9-12 tahun. Pada usia lebih dari 8 tahun anak akan mampu membersihkan gigi secara efektif dan mandiri (6). Pengetahuan anak tentang pemeliharaan kesehatan akan meningkat sesuai dengan bertambahnya usia anak, sehingga bertambah pula kemampuan untuk berpartisipasi dalam upaya pemeliharaan kesehatan secara mandiri. Selain usia faktor pendidikan orang tua juga mempengaruhi perilaku anak dalam memelihara kebersihan gigi. Pada penelitian ini didapatkan bahwa sebagian besar orang tua responden memiliki latar belakang pendidikan SD. Salah satu peran orang tua adalah memberikan pendidikan kepada anaknya. Orang tua dengan tingkat pendidikan rendah cenderung kurang mengetahui bagaimana memelihara kesehatan, sehingga mempengaruhi perilaku anak. Dalam hal perilaku menggosok gigi orang tua dapat mengajarkan kebiasaan mengosok gigi setelah makan dan sebelum tidur pada anak. Namun, pada penelitian ini

didapatkan data bahwa sebagian besar responden menggosok gigi pada waktu yang tidak tepat yaitu setiap kali mandi. Hal ini membuktikan pentingnya peran orang tua untuk mengarahkan anak dalam upaya pemeliharaan kesehatan secara benar. Status ekonomi akan mempengaruhi seseorang dalam melakukan suatu tindakan pemeliharaan kesehatan. Pada penelitian ini didapatkan bahwa sebagian besar orang tua responden memiliki latar belakang pekerjaan lain-lain termasuk sopir, buruh, dan kuli bangunan. Jika orang tua responden memiliki penghsailan yang rendah maka mereka cenderung memenuhi kebutuhan primer dari pada kebutuhan sekunder, seperti pemeliharaan kesehatan gigi. Dari hasil observasi didapatkan bahwa sebagian responden menggunakan sikat gigi dengan kondisi yang kurang baik. Tingkat Karies Gigi Berdasarkan hasil penelitian didapatkan data bahwa karies berat lebih banyak dialami responden yang berusia 6-8 tahun, sedangkan responden yang berusia 8-12 tahun lebih banyak karies ringan hingga sedang. Masa usia sekolah merupakan periode gigi campuran, dimana pada periode ini paling sering terjadi karies gigi (2). Hal ini disebabkan karena proses remineralisasi email yang belum sempurna pada gigi permanen yang baru tumbuh, sedangkan kebiasaan buruk pada masa anak-anak mengakibatkan gigi susu mengalami karies (7). Pada penelitian ini karies dialami oleh responden baik yang berjenis kelamin laki-laki maupun perempuan. Namun terdapat perbedaan tingkat karies yang dialami. Karies berat lebih banyak dialami oleh responden yang berjenis kelamin laki-laki dari pada perempuan. Salah satu faktor yang mempengaruhi karies adalah jenis kelamin, namun sampai saat ini belum diketahui lebih jauh bagaimana jenis kelamin dapat mempengaruhi karies gigi. Prosentase karies gigi pada pria lebih sering dibandingkan pada wanita karena berbagai corak kebiasaan (8). Karies gigi dapat dialami oleh semua lapisan masyarakat. Pada

penelitian ini didapatkan data bahwa karies dialami oleh responden baik yang memiliki orang tua dengan status ekonomi rendah maupun tinggi. Namun karies berat lebih banyak dialami oleh responden dengan status sosial ekonomi orang tuanya rendah. Karies gigi lebih sering dialami oleh kelompok sosial ekonomi rendah. Hal ini dikaitkan denan minat idup sehat pada kelompok sosial ekonomi tinggi (9). Hubungan Perilaku Menggosok Gigi dengan Tingkat Karies Gigi Berdasarkan hasil uji korelasi Spearman Rank didapatkan nilai signifikansi (p) sebesar 0,000 yang lebih kecil dari (0,05), sehingga terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku menggosok gigi dengan tingkat karies gigi. Dari uji terseput diperoleh koefisien korelas (r) sebesar -0,619, nilai ini menunnjukan tingkat hubungan yang kuat dengan arah negatif. Artinya, semakin baik perilaku menggosok gigi maka tingkat karies semakin ringan. Secara teori terdapat empat faktor yang menyebabkan karies yaitu bakteri dalam plak, karbohidrat, kerentanan permukaan gigi (10). Adanya saliva dalam mulut dapat menjaga integritas jaringan gigi dan mulut terutama proses terjadinya karies (11). Namun, jika keempat faktor tersebut bekerja secara simultan maka karies gigi pun akan terjadi (12). Proses terjadinya karies dapat dihambat dengan cara menggosok gigi secara benar, karena bakteri dan sisa makanan tidak mempunyai kesempatan untuk berada di mulut. Namun, jika menggosok gigi tidak dilakukan secara benar baik waktu, frekuensi, penggunaan sikat gigi dan pasta gigi, serta teknik menggosok gigi maka proses karies akan cepat terjadi. Penurunan jumlah karies paling efektif merupakan faktor utama dalam pencegahan karies. Metode yang paling efektif adalah penggunaan yang tepat dari sikat gigi (13). Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kesehatan gigi, seperti kebiasaan anak yang tidak dapat mengontrol makanan yang manismanis, kemampuan membersihkan gigi (oral hygiene), dan jarang memeriksakan kesehatan gigi. Karies

gigi dapat dicegah dengan menggosok gigi secara benar (14,15). Walaupun demikian pada penelitian ini masih ada responden yang mempunyai perilaku menggosok gigi sedang hingga tidak baik yang mengalami karies ringan. Hal ini mungkin dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat diambil kesimpulan antara lain: 1. Hasil pengukuran perilaku menggosok gigi pada siswa berdasarkan waktu, frekuensi menggosok gigi, penggunaan sikat dan pasata gigi, serta tehnik menggosok gigi menunjukan bahwa sebagian besar perilaku menggosok gigi anak usia sekolah di SDN Tunggulwulung 3 Malang tergolong dalam kategori cukup hingga tidak baik. 2. Anak usia 6-12 tahun di SDN Tunggulwulung 3 Malang mengalami karies dengan tingkat yang bervariasi antara lain ringan, sedang, dan berat. Jumlah karies berat paling banyak dialami oleh siswa yang berusia 7 tahun atau siswa yang duduk di bangku kelas 1 dan kelas 2. 3. Perilaku mengosok gigi tidak baik menyebabkan anak mengalami karies dengan tingkat sedang hingga berat. Saran 1. Perlu mengembangan kompetensi perawat komunitas pediatrik untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan anak usia sekolah dalam memelihara kesehatan gigi untuk menekan kejadian karies gigi dan mencegah meningkatnya jumlah karies gigi pada anak 2. Upaya pencegahan karies gigi seperti memelihara kebersihan gigi yang dilakukan di SDN Tunggulwulung 3 Malang perlu ditingkatkan agar terhindar dari karies gigi. Hal tersebut dapat dilakukan dengan bekerja sama dengan pihak puskesmas untuk

melakukan skrining dini terhadap karies gigi, penyuluhan tentang cara menggosok gigi serta upaya pencegahan karies gigi lainnya. Selain itu program pencegahan karies gigi dapat diikutsertakan dalam program UKS yang telah ada 3. Mengadakan supervisi ke SD untuk mengadakan pemeriksaan kesehatan gigi pada anak secara berkala serta kegiatan menggosok gigi bersama pada siswa di sekolah. Perlunya penyuluhan/pendidikan yang lebih luas tentang pemeliharaan kesehatan gigi pada anak usia sekolah sehingga memotivasi anak untuk lebih memperhatikan kesehatan gigi dan mulut 4. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang hubungan perilaku menggosok gigi dengan jumlah karies gii pada anak usia sekolah menggunakan metode pendekatan lainnya seperti case control study. Selain itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap faktor resiko lain yang mempengaruhi karies gigi. DAFTAR PUSTAKA 1. Taylor, Carol R.,et al. 2005. Fundamental of Nursing: The Art and Science of Nursing Care. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkinks 2. Srigupta. 2004. Panduan Singkat Kesehatan Gigi dan Mulut. Edisi 1. Jakarta: Prestasi Pustaka Publiser 3. Susanto, Agus. 2007. Kesehatan Gigi dan Mulut. Jakarta: Sunda Kelapa Pustaka 4. Juwitasari. 2010. Hubungan Pemeliharaan Kesehatan Gigi Dengan Jumlah Karies Gigi Pada Siswa Autistik di SDLB dan SMPLB Bakti Luhur Malang. Tugas Akhir. Tidak diterbitkan, Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya, Malang 5. Susanto, Agus. 2007. Kesehatan Gigi dan Mulut. Jakarta: Sunda Kelapa Pustaka 6. Perry, A.G. & Potter, P.A. 2005. Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik. Edisi 4, Volume 1. Jakarta: EGC

7. Howink. 1993. Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press 8. Tarigan, Rasinta. 1989. Kesehatan Gigi Dan Mulut. Jakarta: EGC 9. Warni, Linda. 2009. Hubungan Pengetahuan Murid SD Kelas V dan VI Pada Kesehatan Gigi dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang, (online), (http:/repository.usu.id/bitstream/123 456789/6991/1/10E00144.pdf, diakes pada tanggal 18 Juli 2011) 10. Mansjoer, Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3 jilid 1. Jakarta: Media Aesculapius 11. Sundoro, Edi Hartini. 2005. SerbaSerbi Ilmu Konservasi Gigi. Jakarta: EGC 12. Kidd, E.A.M., Joyston, S., Bechal. 1992. Dasar-dasar Karies: Penyakit dan Penanggulangannya. Jakarta: EGC 13. Zaviera, Ferdinand. 2008. Mengenali & Memahami Tumbuh Kembang Tumbuh Kembang Anak. Yogyakarta: Kahitna 14. Perry, A.G & Potter, P.A. 2005. Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik. Edisi 4, Volume 2. Jakarta: EGC 15. Kemp, J. & Walters, C. 2004. Gigi Si Kecil: Cara Menjaga Kesehatan Gigi dan Gusi Anak. Jakarta : Erlangga

Anda mungkin juga menyukai