Anda di halaman 1dari 14

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang Imunisasi adalah suatu tindakan memberikan kekebalan pada bayi/anak dengan cara

memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti terhadap penyakit tertentu. Program pengembangan imunisasi sudah berjalan sejak tahun 1974 untuk penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I), yaitu satu kali imunisasi BCG, empat kali imunisasi polio, tiga kali imunisasi DPT, tiga kali imunisasi hepatitis B, dan satu kali imunisasi campak sebelum berumur 12 bulan. Sasaran yang hendak dicapai Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2010-2014 adalah meningkatkan cakupan imunisasi dasar lengkap bayi usia 0-11 bulan menjadi 90%. (thaib, dkk., 2013) Cakupan imunisasi di Indonesia pada tahun 2011 yang meliputi imunisasi BCG (98,1%), HB0 (80,4 %), DPT/HB1 (98,0 %), DPT/HB3 (95,0 %), Polio 4 (93,5 %), Campak (93,65 %), dan imunisasi dasar lengkap (93,4 %). (Data Kessehatan Indonesia, 2011). Berdasarkan angka provinsi, di Sumatera Utara, pencapaian UCI (Universal Child Immunization) tingkat desa/kelurahan selama 5 (lima) tahun terakhir mengalami penurunan yaitu 80,47% tahun 2004 menurun menjadi 74,07% ditahun 2008, hasil ini belum mencapai target yang ditetapkan Provinsi Sumatera Utara tahun 2008 yaitu sebesar 80%. Dari seluruh kabupaten/kota yang dipantau di Sumatera Utara tahun 2008, baru 3 (tiga) Kabupaten/kota yang memenui target nasional sebesar 100% yaitu Toba Samosir, Karo dan Sibolga. (Profil Sumut, 2008). Penyebab utama rendahnya pencapaian Universal Child Immunization (UCI) adalah rendahnya akses pelayanan dan tingginya angka drop out. Hal ini antara lain terjadi karena tempat pelayanan imunisasi jauh dan sulit dijangkau, jadwal pelayanan tidak teratur dan tidak sesuai dengan kegiatan masyarakat, kurangnya tenaga, tidak tersedianya kartu imunisasi (buku KIA), rendahnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang manfaat, serta waktu pemberian imunisasi. Selain itu, faktor budaya dan pendidikan serta kondisi sosial ekonomi juga ikut memengaruhi rendahnya pencapaian UCI desa/kelurahan (Kemenkes, 2010). Karena rendahnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang manfaat dan jadwal pemberian imunisasi merupakan salah satu factor penyebab rendahnya angka cakupan

imunisasi di Sumut, sehingga penulis tertarik untuk membuat mini projek berupa diskusi tentang imunisasi dasar khususnya DPT dan Kejadian ikutan pasca imunisasi.

1.2.

Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, diperlukan usaha-usaha yang dilakukan untuk

menurunkan angka kejadian penyakit dan meningkatkan angka cakupan imunisasi. Salah satu usaha yang dapat dilakukan di tingkat puskesmas adalah dengan memberikan penyuluhan, dan diskusi langsung serta tanya jawab mengenai imunisasi dan kejadian ikutan paska imunisasi.

1.3.

Tujuan Penelitian Kegiatan ini memiliki tujuan umum untuk memberikan informasi dan meningkatkan

pengetahuan ibu-ibu mengenai imunisasi

1.4.

Manfaat Penelitian 1. Bagi peserta, ibu-ibu yang memiliki balita akan rajin membawa anaknya ke posyandu untuk imunisasi, sehingga anak tersebut dapat memiliki kekebalan terhadap penyakit tertentu. 2. Bagi Puskesmas Sialang Buah dapat membantu mengurangi angka kejadian suatu penyakit di wilayah kerja puskesmas. 3. Penelitian ini juga bermanfaat dalam upaya peningkatan cakupan imunisasi di Sumatera Utara.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

Imunisasi

2.1.1. Defenisi Imunisasi adalah proses dimana seseorang mendapatkan kekebalan atau ketahanan terhadap penyakit infeksi, biasanya dnegan pemberian vaksin. Vaksin merangsang sistem kekebalan tubuh sendiri untuk melindungi seseorang dari infeksi atau penyakit. (WHO, 2013). Imunisasi adalah suatu pemindahan atau transfer antibodi secara pasif, sedangkan istilah vaksinasi dimaksudkan sebagai pemberian vaksin (antigen) yang dapat merangsang

pembentukan imunitas dari system imun di dalam tubuh. (IDAI, 2008)

2.1.2. Macam-Macam Imunisasi Ada beberapa jenis imunisasi, mulai dari imunisasi wajib dan imunisasi yang tidak di wajibkan tetapi juga sangat penting, seperti; (Pusat promosi kesehatan Depkes RI, 2009) Imunisasi BCG Vaksinasi BCG memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit tuberkulosis (TBC). BCG diberikan 1 kali sebelum anak berumur 2 bulan. Vaksin ini mengandung bakteri Bacillus Calmette-Guerrin hidup yang dilemahkan, sebanyak 50.000-1.000.000 partikel/dosis. Imunisasi BCG dilakukan sekali pada bayi usia 0-11 bulan. Imunisasi HBV Imunisasi HBV memberikan kekebalan terhadap hepatitis B. Hepatitis B adalah suatu infeksi hati yang bisa menyebabkan kanker hati dan kematian. Karena itu imunisasi hepatitis B termasuk yang wajib diberikan. Berikan tiga dosis dengan jadwal 0, 1, dan 6 bulan. Imunisasi DPT Imunisasi DPT adalah suatu vaksin 3-in-1 yang melindungi terhadap difteri, pertusis dan tetanus. Difteri adalah suatu infeksi bakteri yang menyerang tenggorokan dan dapat menyebabkan komplikasi yang serius atau fatal. Pertusis (batuk rejan) adalah inteksi bakteri pada saluran udara yang ditandai dengan batuk hebat yang menetap

serta bunyi pernafasan yang melengking. Tetanus adalah infeksi bakteri yang bisa menyebabkan kekakuan pada rahang serta kejang Imunisasi Campak Imunisasi campak memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit campak (tampek). Imunisasi campak diberikan sebanyak 1 dosis pada saat anak berumur 9 bulan atau lebih. Imunisasi MMR Imunisasi MMR memberi perlindungan terhadap campak, gondongan dan campak Jerman dan disuntikkan sebanyak 2 kali. Campak Jerman (rubella) menyebabkan demam ringan, ruam kulit dan pembengkakan kelenjar getah bening leher. Rubella juga bisa menyebabkan pembengkakan otak atau gangguan perdarahan. Imunisasi Hib Imunisasi Hib membantu mencegah infeksi oleh Haemophilus influenza tipe b. Organisme ini bisa menyebabkan meningitis, pneumonia dan infeksi tenggorokan berat yang bisa menyebabkan anak tersedak. Sampai saat ini, imunisasi HiB belum tergolong imunisasi wajib, mengingat harganya yang cukup mahal. Tetapi dari segi manfaat, imunisasi ini cukup penting. Imunisasi Varisella Imunisasi varisella memberikan perlindungan terhadap cacar air. Cacar air ditandai dengan ruam kulit yang membentuk lepuhan, kemudian secara perlahan mengering dan membentuk keropeng yang akan mengelupas.

Di Indonesia, terdapat lima vaksin yang termasuk dalam Program Pengembangan Imunisasi (PPI), yaitu: BCG (Bacillus Calmette-Guerin) Hepatitis B DPT (Difteri, Pertusis, dan Tetanus) Polio Campak

2.1.3. Jadwal Imunisasi Berdasarkan IDAI tahun 2011, jadwal imunisasi dapat diberikan sesuai tabel dibawah ini:

Tabel 1: Jadwal Imunisasi, sumber : IDAI 2011

2.2.

Imunisasi DPT Imunisasi DPT adalah suatu vaksin 3-in-1 yang melindungi terhadap difteri, pertusis

dan tetanus. Imunisasi DPT diberikan secara intramuscular di anterolateral paha sebanya 0,5 ml. Berdasarkan imunisasi DPT Diberikan 3 kali sejak usia 2 bulan ( tidak boleh diberikan usia <6 Minggu ) dengan interval 4-8 minggu (terbaik 8 minggu) sehingga diberikan pada usia 2, 4, dan 6 bulan. Ulangan diberikan DTP-4 1 tahun setelah DTP-3 dan DTP-5 pada saat masuk sekolah. Bila pada umur < 12 bulan belum pernah imunisasi dasar, vaksinasi diberikan sesuai imunisasi dasar baik jumlah maupun interva (IDAI, 2011)

2.2.1. Difteri Difteri merupakan suatu penyakit akut yang bersifat toxin-mediated disease yang disebabkan oleh kuman Corynobacterium diphteriae. Seorang anak dapat terinfeksi difteria pada nasofaringnya dan kuman tersebut kemudian akan memproduksi toksin yang menghambat sintesis protein selular dan menyebabkan destruksi jaringan setempat dan terjadilah suatu selaput / membrane yang dapat menyumbat jalan nafas. Toksin yang terbentuk pada membrane tersebut kemudian diabsorbsi ke dalam aliran darah dan di bawa ke suluruh tubuh. Toksin ini dapat menyebabkan komplikasi berupa, miokarditis, neuritis serta trombositopenia dan proteinuria. (Tumbelaka, dkk., 2008) Penyebaran penyakit ini adalah melalui kontak fisik (bahan eksudat dari lesi di kulit) dan pernafasan dengan daya penularan penyakit sangat tinggi. Gejala penyakit berupa; (Pemerintahan Victoria, 2008) - Gejala awal adalah gelisah - Aktifitas menurun - Radang tenggorokan - Hilang nafsu makan - Demam ringan yang mendadak - Dalam 2-3 hari timbul selaput putih kebiru-biruan pada tenggorokan dan tonsil

2.2.2. Pertusis Pertusis merupakan suatu penyakit akut yang disebabkan oleh bakteri Bordetella pertussis. Pertusis disebut juga batuk rejan atau batuk 100 hari. Pertusis juga merupakan penyakit yang bersifat toxin-mediated, toksin yang dihasilkan (melekat pada bulu getar saluran nafas atas) akan melumpuhkan bulu getar tersebut sehingga menyebabkan gangguan aliran secret saluran nafas, berpotensi menyebabkan sumbatan jalan nafas dan pneumonia. (Tumbelaka, dkk., 2008) Gejala utama pertusis timbul saat terjadinya penumpukan lender pada saluran nafas akibat kegagalan aliran oleh bulu getar yang lumpuh yang berakibat terjadinya batuk paroksismal tanpa inspirasi yang diakhiri dengan bunyi whoop. Pada serangan batuk pasien biasanya muntah, sianosis, lemas dan kejang. Kedaan ini dapat berlangsung 1-10 minggu.

Penyebaran pertusis adalah melalui percikan ludah (droplet infection) yang keluar dari batuk atau bersin. (Tumbelaka, dkk., 2008) Pada minggu pertama, biasanya anak akan menderita batuk, pilek dengan hidung berair disertai panas. Minggu kedua, batuk tidak hilang walaupun sudah minum oba, batuk bertambah berat pada malam hari didahului dengan inspirasi dalam sampai terdengar whoop, hinggu diakhiri dengan muntah, timbul perdarahan selaput mata, dan mata bengkak. Minggu ketiga dan seterusnya, batuk terus-menurus dan berkurang perlahan-lahan. (Depkes, RI 2009)

2.2.3. Tetanus Tetanus adalah penyakit akut bersifat fatal, gejala klinis disebabkan oleh eksotoksin yang diproduksi bakteri clostridium tetani. Kuman tetanus terdapat di kotoran dan debu jalan usus dan tinja kuda, domba anjing, kucing, tikus dan lainnya. Kuman tetanus masuk kedalam tubuh manusia melalui luka dan dalam suasana anaerob, kemudian menghasilkan toksin dan disebarkan melalui darah dan limfe. Toksin kemudian akan menempel pada reseptor disistem syaraf. Gejala utama penyakit ini timbul akibat toksin tetanus mempengaruhi pelepasan neurotranmiter, yang berakibat penghambatan impuls inhibisi. Akibatnya terjadi kontrksi serta spastisitas otot yang tak terkontrol, kejang dan gangguan sistem syaraf otonom. (IDAI, 2008) Tetanus menyebabkan kekejangan otot yang mula-mula terasa pada otot leher dan rahang. Tetanus dapat mengakibatkan kesusahan bernapas, kejang-kejang yang terasa sakit, dan detak jantung yang tidak normal. (Victoria, 2008)

2.3.

Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi DPT Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI ) adalah suatu kejadian sakit yang terjadi

setelah menerima imunisasi yang diduga disebabkan oleh imunisasi. (Hadinegoro, 2000). Menurut Komite Nasional Pengkajian dan Penaggulangan KIPI (KN PP KIPI), KIPI adalah kejadian medic yang berhubungan dengan imunisasi baik berupa efek vaksin ataupun efek samping, toksisitas, reaksi sensitivitas, efek farmakologis, atau kesalahan program, koinsidensi, reaksi suntikan, atau hubungan kausal yang tidak dapat ditentukan.

Menurut WHO, penyebab KIPI di kelompokkan menjadi: (Komnas PP KIPI, 2012) 1. Kesalahan prosedur/teknik pelaksanaan (programmatic errors) KIPI yang berhubungan dengan masalah prosedur dan teknik pelaksanaan imunisasi, meliputi kesa-lahan prosedur penyimpanan, pengelolaan dan tata laksana pemberian vaksin.

2. Reaksi suntikan Semua gejala klinis yang terjadi akibat trauma tusuk jarum suntik baik langsung maupun tidak langsung. Reaksi suntikan langsung misalnya rasa sakit, bengkak dan kemerahan pada tempat sun-tikan, sedangkan reaksi suntikan tidak langsung misalnya rasa takut, pusing, mual, sampai sinkope.

3. Induksi vaksin (reaksi vaksin) KIPI yang disebabkan induksi vaksin umumnya su-dah dapat diprediksi terlebih dahulu karena meru-pakan reaksi simpang vaksin dan secara klinis bi-asanya ringan. Walaupun demikian dapat saja ter-jadi SAE (Serious Adverse Event) berupa : gejala klinis hebat seperti reaksi anafilaktik sistemik de-ngan risiko kematian. Meskipun kemungkinan ke-jadian sangat kecil (1/satu juta)

4. Faktor kebetulan (koinsiden) KIPI yang terjadi secara kebetulan saja setelah imunisasi. Salah satu indikator faktor kebetulan ini ditandai dengan ditemukannya kejadian yang sama di saat bersamaan pada kelompok populasi setem-pat dengan karakteristik serupa tetapi tidak mendapat imunisasi.

5. Penyebab tidak diketahui Bila karena kurang lengkapnya informasi KIPI yang dilaporkan belum dapat dikelompokkan ke dalam salah satu penyebab, maka untuk sementara dimasuk-kan ke dalam kelompok ini sambil menunggu informasi lebih lanjut. Biasanya dengan kelengkapan informasi tersebut akan dapat ditentukan kelompok penyebab KIPI

KIPI yang terjadi setelah imunisasi DPT dapat berupa; (IDAI, 2008) 1. Reaksi lokal, kemerahan, bengkak dan nyeri pada lokasi injeksi , terjadi pada separuh (42,9%) penerima DPT 2. Demam ringan dan 2,2% diantaranya bisa menjadi hiperpireksia 3. Anak gelisah dan menangis terus menerus beberapa jam pasca suntikan (inconsolable crying) 4. Dari suatu penelitian ditemukan kejaang demam yang terjadi dan dikaitkan dengan demam yang terjadi 5. Kejadian ikutan yang paling serius adalah terjadinya encepalopati atau reaksi anafilaksis dan terbukti disebabkan oleh vaksin pertusis

Penanganan awal terhadap KIPI dapat berupa kompres dingin di tempat bekas penyuntikan , pemberian paracetamol 10-15mg/kgbb jika didapati demam dan berikan anak minum yang banyak (asi atau sari buah) Ada hal yang diyakini sebagai kontra indikasi mutlak terhadap pemberian vaksin pertusis baik whole-cell maupun aselular yaitu; Riwayat anafilaktik pada pemberian vaksin sebelumnya Ensefalopai sesudah pemberian vaksin pertusis sebelumnya

Tabel 2: Gejala Klinis KIPI menurut Jenis Vaksin Jenis Vaksin Toksoid (DPT, DT, TT) Gejala Klinis KIPI Tetanus Syok anafilaksis Neuritis brakhial Komplikasi akut termasuk kecacatan dan kematian Saat timbul KIPI 4 jam 2-18 hari Tidak tercatat

Pertusis whole cell (DPwT)

Syok anafilaksis Ensefalopati Komplikasi akut termasuk kecacatan dan kematian

4 jam 72 jam Tidak tercatat

10

BAB III METODOLOGI MINI PROJECT

3.1. Waktu dan Lokasi Pelaksanaan Program Diskusi tentang imunisasi DPT dan KIPI dari Imunisasi DPT Dalam Upaya Peningkatan Pengetahuan Ibu-Ibu di Posyandu Desa Pematang Guntung ini akan dilaksanakan di Puskesmas Pembantu Desa Pematang Guntung Kabupaten Serdang Bedagai, dengan target peserta seluruh ibu-ibu yang mengikuti kegiatan posyandu di Puskesmas Pembantu Desa Pematang Guntung yang berjumlah 40 orang. Pelaksanaan kegiatan ini direncanakan akan dilaksanakan pada tanggal 16 Desember 2013.

3.2. Strategi Operasional Strategi operasional pelaksanaan program Diskusi tentang imunisasi DPT dan KIPI dari Imunisasi DPT Dalam Upaya Peningkatan Pengetahuan Ibu-Ibu di Posyandu Desa Pematang Guntung adalah: 1. Koordinasi dengan bidan desa yang bertugas di Posyandu Desa Pasar Baru mengenai rencana pelaksanaan program, baik mengenai waktu maupun lokasi 2. Melakukan publikasi program. Dalam hal ini bidan desa menyampaikan rencana program kepada ibu-ibu dari bayi-bayi yang akan di imunisasi. 3. Memberikan pertanyaan terbuka mengenai imunisasi kepada ibu-ibu yang mengikuti kegiatan posyandu 4. 5. Menyampaikan materi mengenai imunisasi DPT dan KIPI dari Imunisasi DPT. Memberikan kesempatan kepada ibu-ibu untuk bertanya mengenai hal-hal yang belum dipahami 6. Menjawab pertanyaan dan berdiskusi dengan ibu-ibu yang mengikuti kegiatan posyandu

11

BAB IV HASIL MINI PROJECT

4.1. Profil komunitas umum Kecamatan Teluk Mengkudu merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Serdang Bedagai dengan luas wilayah 9.100 ha. Kecamatan Teluk Mengkudu memiliki 12 desa dan 66 dusun dengan jumlah penduduk 44.319 jiwa. Puskesmas Sialang Buah adalah salah satu dari 17 unit pelayanan teknis Dinas Kesehatan Kabupaten Serdang Bedagai yang bertanggung jawab secara teknis dan administrasi kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Serdang Bedagai. Puskesmas Sialang Buah merupakan puskesmas rawat inap, dengan lima Puskesmas Pembantu (Pustu) yaitu Pustu Pematang Guntung, Pustu Bogak Besar, Pustu Makmur, Pustu Pematang Kuala dan Pustu Sei Buluh.

4.2. Letak Geografis Puskesmas Sialang Buah terletak Desa Pasar Baru, Kecamatan Teluk Mengkudu, Kabupaten Serdang Bedagai dengan batas-batas wilayah: Sebelah Utara : Selat Malaka

Sebelah Selatan : Kecamatan Sei Rampah Sebelah Timur Sebelah Barat : Kecamatan Perbaungan : Kecamatan Tanjung Beringin ,

Luas wilayahnya 9.100 Hektar yang terdiri dari 12 desa dan 66 dusun dengan jumlah penduduk 44319 jiwa. Secara topografis, wilayah Kecamatan Teluk Mengkudu terletak di ketinggian 0 3 m dari permukaan laut dengan iklim relatif panas.

4.3.

Laporan Hasil Kegiatan Kegiatan telah dilakukan pada tanggal 16 Desember 2013 di Posyandu Desa Pematang

Guntung dengan jumlah peserta sebanyak 40 orang ibu-ibu yang datang membawa bayinya untuk diberikan imunisasi. Secara umum, kegiatan ini berjalan dengan lancar. Materi mengenai imunisasi DPT dan KIPI dari imunisasi DPT disampaikan dengan metode ceramah dengan durasi sekitar 30 menit. Setelah itu diberikan kesempatan kepada audiens untuk menyampaikan pertanyaan

12

dan berdiskusi lebih lanjut mengenai imunisasi DPT dan KIPI dari imunisasi DPT. Dari diskusi ini didapati peningkatan pengetahuan ibu dari sebelum diberikan materi dan setelah diberikan materi mengenai imunisasi DPT dan KIPInya

13

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan Program upaya peningkatan pengetahuan ibu mengenai imunisasi DPT dan KIPInya ini penting untuk dilaksanakan sebagai salah satu cara untuk edukasi kesehatan kepada masyarakat. Diharapkan program ini dapat meningkatkan pengetahuan ibu mengenai

imunisasi DPT dan KIPInya, sehingga ibu-ibu tidak takut lagi untuk membawa anaknya keposyandu untuk imunisasi. Dan diharapakan angka cakupan imunisasi dapat meningkat.

5.2.

Saran Disarankan agar program upaya peningkatan pengetahuan ibu tentang imunisasi DPT

dan KIPI nya tidak hanya dilakukan di satu tempat. Sebaiknya juga dilakukan di posyandu di desa-desa lainnya yang berada di wilyah kerja Puskesmas Sialang Buah. .

14

DAFTAR PUSTAKA

Kementerian

Kesehatan

RI.

2012.

Profil

Kesehatan

Indonesia

2011.(online)

http://www.depkes.go.id/downloads/PROFIL_DATA_KESEHATAN_INDONESIA_TAHU N_2011.pdf (diakses 20 Desember 2012)

Thaib, T., M., dkk., 2013. Cakupan Imnisasi Anak Usia 1-5 Tahun dan Beberapa Faktor yang Berhubungan di Poliklinik Anak Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Banda Aceh. Sari Pediatrik: 14 (5)

Syafei, C., dkk., 2008. Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2008.

WHO, 2013. Immunization. Available from : http://www.who.int/topics/immunization/en/. [accesed January 2014]

Pusat Promosi Kesehatan Departemen Kesehatan RI, 2009. Informasi Dasar Imunisasi Rutin serta Kesehatan Ibu dan Anak Bagi Kader, Petugas Lapangan dan Organisasi Kemasyarakatan

IDAI., 2011. Jadwal Imunisasi Anak Umur 0-18 Tahun. Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia

State Government Victoria, 2008. Difteri, Tetanus, Pertussis (batuk rejan) dan Poliomyelitis (Polio) Available from; www.health.vic.gov.au/immunisation

Tumbelaka, dkk., 2008. Difterie, Pertusis, Tetanus (DPT). Dalam: Pedoman Imunisasi di Indonesia. Jakarta; IDAI, ed 3

Hadinegoro, S., R., S., 2000. KejadianIkutan Pasca Imunisasi. Sari Pediatric: 2 (1) ; 2-10

Komnas PP KIPI., 2012. Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi. Buletin Berita Meso. 30(2) ; 3

Anda mungkin juga menyukai