Anda di halaman 1dari 14

Pemetaan Organisasi Sistem Kerja Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Daerah Istimewa Yogyakarta

(Baju Bawono, Luciana Triani Dewi, Ign. Luddy Indra Purnama)

Pemetaan Organisasi Sistem Kerja Usaha Mikro Kecil dan Menengah


di Daerah Istimewa Yogyakarta

Baju Bawono1, Luciana Triani Dewi2, Ign. Luddy Indra Purnama3


Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Atma Jaya Yogyakarta
Jl Babarsari 43 Yogyakarta 55281 Telp. 487711
1 2 3
E-mail: baju@mail.uajy.ac.id, triani.dewi@mail.uajy.ac.id, luddy_indra@mail.uajy.ac.id

Abstract
There are many Micro, Small, and Medium Enterprises (MSME) in Yogyakarta. This
research focus on handicraft industry especially for Mapping MSME in organization work
system. The analysis result was shown that as profile 63 respondents can be described that
(55.56% as male worker), education level (49.20% high school graduated), work duration
(68% least than 5 years), Graduation year (66.66% is over 1990s), Department (82.54%
work at design and production), and level course (41.27% never get course).
Main problem in complexity dimension is the MSME has simple criteria for quality,
production, order, and raw material inventory. Main problem in formalization dimension is
the MSME has simple standard form analysis for quality, production, order, and raw
material inventory. Main problem in centralization dimension is the owner has center for
decision making.

Keywords: MSME, complexity, formalization, centralization, decision making

1. Pendahuluan
a. Latar Belakang
Usaha produksi skala mikro, kecil, dan menengah atau sering disebut sebagai Usaha
Mikro Kecil Menengah (UMKM) merupakan bagian dari perkembangan industri di Indonesia.
Pada masa krisis ekonomi tahun 1998-2001 yang lalu menunjukkan fakta, bahwa UMKM
secara umum justru lebih mampu bertahan hidup dan tumbuh sekitar 11% per tahun dibanding
industri skala besar yang hanya sekitar 6% per tahun (Deperindag RI, 2002). Sementara itu,
dalam data statistik yang dipublikasikan Kementrian Negara Koperasi dan UKM (2005),
perkembangan investasi UMKM tahun 2004-2005 mencapai 14,9%, lebih besar dari
perkembangan investasi usaha besar yang hanya 6,18%.
Penelitian sebelumnya, membahas tentang UMKM dalam menjalin jejaring dengan
pemasok dan konsumennya dengan bentuk dan cara yang beragam. Konsumen UMKM
sebagian merupakan konsumen langsung yang membeli dalam jumlah besar, sebagian adalah
para pedagang pengecer barang kerajinan, galeri, dan sebagian lagi adalah para eksportir.
Jejaring UMKM di luar rantai pasoknya antara lain adalah bank yang menawarkan berbagai
paket modal sekaligus program-program pembinaan UMKM, Pemerintah melalui Dinas
Perindustrian yang menawarkan berbagai program pembinaan UMKM, dan Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM) yang menawarkan berbagai program bantuan.
Penelitian lanjutan ini bermaksud menganalisis UMKM dari sisi internalnya yaitu
mengetahui ragam karakteristik dan permasalahan umum organisasi sistem kerja dari UMKM
ditinjau dari dimensi complexity, formalization, dan centralization. Complexity diukur dari
tingkat pembagian departemen secara vertikal dan horisontal, serta sistem komunikasi dan
pengendalian perusahaan. Formalization melihat perusahaan dari sisi: cara pengerjaan, prosedur
69
Jurnal Teknologi Industri Vol. XII No.1 Januari 2008: 69- 82

operasi baku (SOP), dan kondisi tempat kerja. Aspek yang ditinjau meliputi bidang produksi,
pengendalian kualitas, perencanaan produk, dan pembuatan desain. Centralization adalah
melihat aspek pengambilan keputusan serta tanggung jawab bila terjadi permasalahan dalam
UMKM tersebut.

b. Perumusan Masalah
Permasalahan yang akan diteliti adalah bagaimana ragam karakteristik dan permasalahan
umum organisasi sistem kerja dari UMKM ditinjau dari dimensi complexity, formalization, dan
centralization.

c. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1) Mengidentifikasi ragam karakteristik UMKM kerajinan di DIY,
2) Mengidentifikasi permasalahan umum organisasi sistem kerja pada UMKM-UMKM di
DIY kerajinan di DIY.
3) Mengklasifikasi dan memodelkan organisasi sistem kerja pada UMKM-UMKM di DIY
berdasarkan dimensi complexity, formalization, dan centralization .

d. Manfaat Penelitian
Apabila model organisasi sistem kerja, dan permasalahan umum UMKM-UMKM yang
khas di suatu daerah, dalam hal ini UMKM kerajinan di Sleman dan Bantul DIY, telah
teridentifikasi dengan baik, maka permasalahan UMKM dapat diatasi dengan pendekatan yang
lebih sistemik dan menyeluruh.
Dengan demikian penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan
UMKM secara menyeluruh di Sleman dan Bantul DIY. Pendekatan dan metode yang digunakan
dalam penelitian ini diharapkan dapat pula diadaptasi untuk daerah lainnya.

2. Tinjauan Pustaka
Hendrick & Kleiner (2001) menyatakan bahwa desain organisasi sistem kerja terdiri dari
3(tiga) dimensi, yaitu: complexity, formalization, dan centralization. Complexity berkaitan
dengan tingkat diferensiasi dan integrasi yang terdapat dalam sistem kerja. Diferensiasi
merupakan tingkat pembagian dalam sistem kerja sedangkan integrasi merupakan mekanisme
untuk menyatukan antar bagian dalam sistem kerja meliputi komunikasi, koordinasi dan
pengendalian.
Formalization adalah tingkat standarisasi dalam sistem kerja yang menggambarkan
keleluasaan gerak karyawan dalam menjalankan tugasnya. Dalam organisasi sistem kerja
dengan desain Formalization tinggi terdapat deskripsi tugas yang jelas, aturan-aturan yang ketat
dan prosedur kerja yang sangat jelas.
Centralization berhubungan dengan tingkat pemusatan dalam pengambilan keputusan
formal pada organisasi sistem kerja. Pada struktur sistem kerja dengan tingkat centralisasi yang
tinggi, karyawan dan supervisor level rendah hanya memberi input minimal dalam pengambilan
keputusan berkaitan dengan tugas-tugas yang dijalankannya. Sebaliknya, pada struktur sistem
kerja dengan tingkat centralisasi rendah (desentralisasi tinggi), keputusan didelegasikan pada
level bawah yang mempunyai keahlian penting.
Menurut Joyce & Woods (2003), kapabilitas dan kompetensi suatu organisasi UMKM
harus mampu merespon lingkungan yang terus berubah. Mengingat kecepatan perubahan
lingkungan yang tinggi, maka organisasi kerja yang secara naluri dapat merespon dengan cepat
perubahan tersebut yang akan berkembang baik. Di lain pihak, terdapat opini bahwa dibutuhkan
tingkat formalitas strategi dan pengembangan sistem organisasi yang semakin tinggi agar dapat
memberikan competitive advantage bagi organisasi.

70
Pemetaan Organisasi Sistem Kerja Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Daerah Istimewa Yogyakarta
(Baju Bawono, Luciana Triani Dewi, Ign. Luddy Indra Purnama)

a. UMKM, Perkembangan, Peran, dan Permasalahannya


Usaha kecil dan menengah adalah kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh perseorangan
atau rumah tangga maupun suatu badan yang bertujuan untuk memproduksi barang atau jasa
untuk diperniagakan secara komersial. Usaha tersebut digolongkan dalam usaha kecil jika
mempunyai omset penjualan sebesar satu miliar rupiah atau kurang dan digolongkan dalam
usaha menengah jika mempunyai omset penjualan lebih dari 1 miliar (Kementrian Negara
Koperasi dan UKM, 2005).
Namun demikian masih banyaknya kendala klasik yang masih dihadapi oleh pelaku
sektor kerajinan antara lain: lemahnya akses permodalan dan pasar, terbatasnya pemanfaatan
teknologi tepat guna, inefisiensi, dan kelemahan manajerial.

3. Metode Penelitian
a. Jenis dan Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan pada 15 UMKM dalam wilayah DIY. Penelitian ini adalah
penelitian terapan yang dilakukan di UMKM-UMKM kerajinan dalam wilayah DIY
sebagaimana ditunjukkan oleh Tabel 1.

Tabel 1. Identitas UMKM kerajinan yang diobservasi

Tahun
No. Nama Alamat Produk
berdiri
1. Sido Mukti Arts 2001 Jodag, Tlogoadi, Mlati, Kain batik tulis
Gallery (SM) Sleman 55286 dan Cap
2. Heraton Craft 1984 Palgading, Sinduharjo, Tas wanita, sandal,
(HC) Jl. Kaliurang Km. 10 ikat pinggang,
Ngaglik, Sleman kantong koin
3. Natural 2000 Besalen RT 06 RW 18, Produk dekoratif
Handicraft (NH) Baturetno, Banguntapan, Bantul akar wangi
4. Yanto Batik (YB) 1997 Pringgading Kidul, Topeng, souvenir,
RT 04/RW 34 (Kawasan miniatur barang
Perum. Guwosari Indah)
Guwosari, Pajangan, Bantul
5. Amulet Indonesia 1991 Jl. Kusumanegara 189, Souvenir,
(AI) Yogyakarta perlengkapan,
patung kayu
6. Agung Handicraft 1992 Desa Klurak Baru RT 05/III, Miniatur, terutama
(AG) Bokoharjo, Sleman kendaraan
7. Alam Raya (AR) 2004 Jl. Yogya Solo Km. 11, Relief, patung,
Mangunan, Kalitirto, loster, pedestal,
Brebah, Sleman fountain, ornamen
8. Didiy Craft (DC) 1989 Gang Mangga No. 50, Miniatur kapal,
Jl. Anggrek, Sambilegi telepon /radio, ,
Kidul, Maguwoharjo, Sleman produk dekoratif
9. CV Pandanus 1991 Jl. Anggrek 144 D, Furnitur dan
Internusa (PI) Sambilegi, Maguwoharjo, Barang-barang
Depok, Sleman Anyaman pandan
10. Mutiara Jati (MJ) 1999 Jl. Kasongan, Tirtonirmolo, Produk dekoratif
& Handycraft Kasihan, Bantul dan souvenir
71
Jurnal Teknologi Industri Vol. XII No.1 Januari 2008: 69- 82

Tabel 1. Lanjutan

11. D&D 1982 Jotawang, Jl. Imogiri Barat Tas, topi, box
Handycraft No. 1 Km. 3,5 Bangunharjo,
Collection (DD) Sewon, Bantul 55187
12. Acces (Ac) Tompeyan TR III Tas kain
RT 3/RW 8, Yogyakarta
13. Exis Collection 1984 Bugisan, Jl. Sugeng Jeroni 79 Tas, dompet,
(Ex) Yogyakarta ikat pinggang
14. Wahyu Art Jl. Ring Road Utara 19 Patung, relief, air
Stones (WAS) Yogyakarta mancur, lampu,
ornamen,
15. Garis Collection 1997 Jl. Tohpati, Nyutran Produk/souvenir
& Souvenirs MG II/1786, Tamansiswa, kain
(Grs) Yogyakarta 55151

b. Data
Data diambil dengan observasi ke beberapa UMKM kerajinan di DIY, melalui:
1) pengamatan langsung, untuk melihat aktivitas produksi dan manajemen yang dilakukan
oleh UMKM kerajinan, dan
2) wawancara dengan pemilik dan pekerja berdasarkan kuesioner yang telah dibuat, untuk
mengetahui ragam karakteristik dan permasalahan umum organisasi sistem kerja dari
UMKM ditinjau dari dimensi complexity, formalization, dan centralization.

c. Tahapan Analisis
Tahapan analisis dalam penelitian ini ditunjukkan oleh Gambar 1. Analisis tersebut
dilakukan untuk setiap UMKM yang diobservasi.

4. Analisis, Hasil, Dan Pembahasan


a. Karakteristik UMKM Kerajinan dengan bahan baku yang digunakannya
Berdasarkan data yang ditunjukkan oleh Tabel 1, dapat diidentifikasi bahwa jenis bahan
baku yang digunakan oleh sebagian besar UMKM kerajinan adalah bahan alam seperti, agel,
pandan, akar wangi, enceng gondok, dan sejenisnya (Gambar 1). Sebagian yang lain
menggunakan bahan kayu dan kulit, dan hanya sebagian kecil yang menggunakan bahan hasil
produksi pabrik seperti kain.
Gambar 2 menunjukkan bahwa semua UMKM kerajinan memperoleh bahan baku hanya
dari wilayah DIY dan Jawa Tengah. Sebanyak 24% di antaranya selain DIY dan Jawa Tengah
juga memperoleh bahan baku dari Jawa Timur dan Jawa Barat, dan 12% di antaranya selain dari
Jawa juga memperoleh bahan baku dari luar Jawa (D & D Handycraft Collection dan Sidomukti
Arts Gallery).

72
Pemetaan Organisasi Sistem Kerja Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Daerah Istimewa Yogyakarta
(Baju Bawono, Luciana Triani Dewi, Ign. Luddy Indra Purnama)

Mulai

Data dari sejumlah UMKM kerajinan di DIY

Identifikasi organisasi sistem kerja pada UMKM-UMKM di DIY berdasarkan


dimensi complexity, formalization, dan centralization yang mencakup:
 Identifikasi permasalahan umum UMKM
 Klasifikasi dan Model organisasi sistem kerja UMKM
Analisis dilakukan dengan Histogram, Diagram Pareto, dan Diagram Venn

Formulasi model organisasi sistem Klasifikasi permasalahan pada setiap


Kerja UMKM kerajinan di DIY bagian organisasi sistem kerja

Sebuah model umum

Beberapa model spesifik

Selesai

Gambar 1. Tahapan Analisis

60%

50%

40%

30%

20%

10%

0%
Bahan alam Kayu Kayu olahan Kain Kulit
mentah

Gambar 2. Jenis Bahan Baku

73
Jurnal Teknologi Industri Vol. XII No.1 Januari 2008: 69- 82

12% = DIY – Jateng


100%
= Jawa
= Jawa – luar Jawa
24%

Gambar 3. Asal Bahan Baku

b. Profil Pekerja UMKM kerajinan


Model profil pekerja UMKM dapat profil pekerja menyangkut berdasarkan jenis
pekerjaan, jenis kelamin, tingkat pendidikan, tahun kelulusan, masa kerja, jenis pekerjaan,
tingkat pelatihan, dan kesesuaian tingkat pelatihan.

1. Profil Pekerja Ditinjau Jenis Pekerjaan

100
93.65
80
Persentase

60

40

20
6.35
0
Internal Eksternal
Kategori Jenis Pekerjaan

Gambar 4. Jenis Pekerjaan Karyawan

2. Profil Pekerja Ditinjau Jenis Kelamin

60
55.56
50
Persentase

40 44.44

30

20

10

0
Wanita Pria
Kategori Jenis Kelamin

Gambar 5. Jenis Kelamin Karyawan

74
Pemetaan Organisasi Sistem Kerja Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Daerah Istimewa Yogyakarta
(Baju Bawono, Luciana Triani Dewi, Ign. Luddy Indra Purnama)

Sebanyak 100 orang karyawan dari 15 UMKM yang ada, terdapat 63 orang karyawan
UMKM yang mengisi kuesioner mengisi secara lengkap sehingga layak untuk dianalisis lebih
lanjut. Dari Gambar 4 terlihat sebanyak 93,55% (59 orang) merupakan karyawan internal, serta
sisanya adalah karyawan eksternal. Sedangkan Gambar 5 menunjukkan profil karyawan
ditinjau dari jenis kelamin, jumlah karyawan wanita dan pria hampir sama, yaitu wanita 44,44%
(28 orang) dan pria sebanyak 55,56% (35 orang).

3. Profil Pekerja Ditinjau Tingkat Pendidikan

35
33.33
30
25.40
25
Persentase

20 15.87
15 11.11
10 6.35
4.76
5 1.59 1.59
0
Tidak SD SMP SMA SMK MTS D2 S1
Lulus
Kategori Tingkat Pendidikan

Gambar 6. Tingkat Pendidikan Karyawan

Dari 63 orang karyawan UMKM dapat dilihat dari Gambar 6 bahwa mayoritas karyawan
berpendidikan SMA/SMK yaitu sebanyak 33,33% (21 orang) berpendidikan SMA dan 15,87%
adalah lulusan SMK. Bahkan sekitar 11% adalah lulusan perguruan tinggi. Hal ini menunjukkan
bahwa tingkat pendidikan sudah mencukupi.

5. Profil Pekerja Ditinjau Lama Bekerja

45
39.68
40
35
Persentase

30
23.81
25 20.63
20
15 11.11
10
3.17
5 1.59
0
0-12 13-60 61-90 91-120 >120
Tidak
Kategori Lama Waktu bekerja (bulan)

Gambar 7. Lama Waktu Bekerja Karyawan

Dari 63 orang karyawan UMKM dapat dilihat dari Gambar 7 terlihat mayoritas karyawan
memiliki masa kerja 13-60 bulan yaitu sebanyak 39,68% (25 orang) bahkan 32 % memiliki
masa kerja lebih dari 5 tahun. Hanya sekitar 27% yang memiliki masa kerja kurang dari 1 tahun.

75
Jurnal Teknologi Industri Vol. XII No.1 Januari 2008: 69- 82

Hal ini menunjukkan bahwa pengalaman karyawan dan ketrampilan karyawan sudah terbilang
mencukupi.

6. Profil Pekerja Ditinjau Jenis Pekerjaan

90
80 82.54
70
Persentase
60
50
40
30
20 Admin
10 3.17 1.59 3.17 3.17 3.17
1.59 1.59
0
P+CS Produksi Produksi Kepala Gudang Marketing
Pemilik
Design Bagian

Kategori Jenis Pekerjaan

Gambar 8. Katagori Jenis Pekerjaan Karyawan

Sedangkan Gambar 8 menunjukkan 82,54% (52 orang) karyawan bekerja di bagian


produksi atau desain. Hal ini menunjukkan bahwa proporsi karyawan yang bekerja di bidang
tersebut adalah mayoritas. Sisanya sebesar18,46% tersebar mulai dari pemilik sampai dengan
kepala bagian, gudang, administrasi, maupun bagian marketing.

7. Profil Pekerja Ditinjau Tingkat Pelatihan 8. Profil Pekerja Ditinjau Bidang Pelatihan

45 60
39.68 49.21
40 50
41.27 41.27
35
Pers entas e

40
P ers entase

30
25
30
20
14.29
15 20
10 6.35
3.17 10 3.17
5 1.59
0 0
Tidak Nasional Regional Lokal Magang Tidak Manajemen Produksi Manajer
Pernah Pernah
Kategori Tingkat Pelatihan Kategori Bidang Pelatihan

Gambar 9. Katagori Jenis Pelatihan yang Pernah Diikuti Karyawan

Dari 63 orang karyawan UMKM, pada Gambar 9 bagian pertama terlihat mayoritas
karyawan yaitu sebanyak 41,27% (26 orang) tidak pernah mendapatkan pelatihan, dan
sebanyak 39,68% hanya mendapatkan pelatihan tingkat lokal. Hal ini menunjukkan bahwa
ketrampilan yang didapatkan karyawan boleh dikatakan didapat secara otodidak, atau hasil
magang dengan karyawan yang lebih senior. Gambar 9 bagian kedua menunjukkan bahwa
bidang pelatihan yang paling banyak diikuti adalah bidang produksi (49,21%) dan disusul
bagian manajemen (6,35%). Sisanya sebanyak 41,27% (26 orang) tidak pernah mendapatkan
pelatihan sama sekali.

76
Pemetaan Organisasi Sistem Kerja Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Daerah Istimewa Yogyakarta
(Baju Bawono, Luciana Triani Dewi, Ign. Luddy Indra Purnama)

9. Profil Pekerja Ditinjau Kesesuaian Pelatihan

60

50 55.56

Persentase 40 44.44

30

20

10

0
Tidak Sesuai Sesuai
Kategori Tingkat Kesesuaian Pelatihan

Gambar 10. Katagori Kesesuaian Jenis Pelatihan yang Diikuti Karyawan

c. Profil Organisasi
Analisis Profil Organisasi Sistem Kerja dikelompokan menjadi:
1) Aspek Complexity profil perusahaan (departemen vertikal, departemen horisontal,
spesialisasi tugas, rotasi kerja)
2) Aspek Kualitas: Complexity (item kualitas yang diuji, cara mengerjakan pengujian,
inspektor penguji), Formalization (SOP, dan tempat pengujian), Centralization
(masalah/kendala, solusi: mekanisme dan penanggung jawab)
3) Aspek Produksi: Complexity (aktivitas proses, waktu proses, operator, alat/mesin utama),
Formalization (SOP, dan tempat pengujian), Centralization (masalah/kendala, solusi:
mekanisme dan penanggung jawab)
4) Aspek Pengelolaan Order: Complexity (Jenis order, mekanisme), Formalization
(Ketersediaan form), Centralization (masalah/kendala, solusi: mekanisme dan penanggung
jawab)
5) Aspek Pengelolaan Bahan Baku: Complexity (Jenis bahan baku, mekanisme),
Formalization (Ketersediaan form, treatmen khusus, tempat), Centralization
(masalah/kendala, solusi: mekanisme dan penanggung jawab)
6) Aspek Pengelolaan Desain: Complexity (materi, personal, siklus desain, tingkat kesulitan),
Formalization (dokumentasi, tempat), Centralization (masalah/kendala, solusi: mekanisme
dan penanggung jawab)

1) Aspek Complexity profil perusahaan


Peninjauan dimensi Complexity perusahaan dapat dilihat pada Gambar 11.
Pengelompokannya dibagi ke dalam 4 kategori yaitu Pembagian Departemen Vertikal,
Departemen Horisontal, Spesialisasi Pekerjaan dan Adanya Rotasi Kerja. Dari 15 perusahaan
yang diobservasi sebanyak 66,67% (10 perusahaan) memiliki pembagian departemen vertikal,
Sedangkan sisanya tidak. Sedangkan jummlah departemen yang ada di dalam perusahaan
(departemen horizontal) berrvariasi dari 0-5 departemen. Hal ini tergantung dari jenis dan
complexity dalam pembuatan produk yang ada. Semakin rumit dan kompleks, maka diperlukan
jumlah departemen yang banyak, begitu pula sebaliknya. Yang terbanyak adalah memiliki 4
departemen yaitu 33,33% (5 perusahaan)
Berdasarkan kategori spesialisasi pekerjaan, sebanyak 80% (12 perusahaan) memiki
spesialis pekerja (biasanya untuk jenis pekerjaan yang membutuhkan ketrampilan khusus seperti
memahat (Wahyu Art Stone) ataupun membuat pola batik (Yanto Batik dan Sidomukti).

77
Jurnal Teknologi Industri Vol. XII No.1 Januari 2008: 69- 82

Sedangkan untuk Rotasi Kerja, proporsi antara perusahaan yang melakukan rotasi dan
tidak hampir seimbang. Sebanyak 53,33% melakukan rotasi kerja, terutama untuk perusahaan
yang jumlah pekerjanya banyak, dan ketrampilan pekerjanya hampir merata.

80 40
33.33
66.67

Pers entas e
P e r s e n ta s e

60
26.67
30
20.00
40 20 13.33
33.33
20 10 6.67
0.00

0 0
Tdak Ada
Ada 0 1 2 3 4 5
Pembagian Departemen Vertikal Jumlah Departemen Horisontal

53.33
100 80.00 55
80
Pers entas e

50
60 46.67
40
20.00 45
20

0
40
Tidak Ada Ada Tidak Ada Ada
Spesialisasi Peker jaan Rotasi Kerja

Gambar 11. Dimensi Complexity Perusahaan

d. Model organisasi sistem kerja UMKM Kerajinan di DIY


Berdasarkan analisis yang diuraikan dalam Sub-bab 4.a, 4.b, dan 4.c, model organisasi
sistem kerja UMKM kerajinan di DIY secara umum dapat diformulasikan dalam diagram pada
Gambar 12.
Berdasarkan Dimensi Kompleksitas pada organisasi sistem kerja UMKM dapat
diklasifikasikan:
1) Pembagian departemen secara vertikal yaitu: tak ada, dan ada pembagian jelas
menyangkut ada/tidak, jumlah , mekanisme
2) Pembagian departemen horisontal: ada/tidak, jumlah , mekanisme
3) Pembagian Spesialisasi : ada/tidak, jumlah, mekanisme
4) Rotasi kerja: ada/tidak, jumlah , mekanisme
Berdasarkan Aspek Kualitas pada organisasi sistem kerja UMKM dapat diklasifikasikan:
1) Dimensi Kompleksitas (complexity) : Item kualitas yang diuji, Cara mengerjakan, dan
inspektor yang melakukan
2) Dimensi Formalisasi (formalization): SOP (Tidak ada, tidak Tertulis, dan Tertulis), dan
Tempat Menguji ( seadanya, khusus)
3) Dimensi Sentralisasi (Centralization): Masalah/Kendala dan solusi (Mekanisme dan
penanggung jawab)

78
Pemetaan Organisasi Sistem Kerja Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Daerah Istimewa Yogyakarta
(Baju Bawono, Luciana Triani Dewi, Ign. Luddy Indra Purnama)

A s p e k K u a lita s
D im e n s i C o m p le x ity UMKM D im e n s i F o rm a liz a tio n
 Ite m k u a lita s y a n g d iu ji  S O P (T e rt u lis d a n T id a k
 C a ra m e n g e rja k a n T e rtu lis )
 In s p e k to r y a n g D im e n s i C e n tra liz a tio n  T e m p a t M e n g u ji ( s e a d a n y a ,
m e la k u k a n kh usu s)

 M a s a la h /K e n d a la
 S o lu s i (M e k a n is m e d a n
p e n a n g g u n g ja w a b )

Gambar 12. Model Umum Organisasi Sistem Kerja UMKM pada Aspek Kualitas

Dimensi Complexity Aspek Produksi


 Aktifitas proses
 Waktu proses UMKM Dimensi Formalization
 Operator
 Alat/Mesin Utama  SOP (Tertulis dan Tidak
(tidak pakai alat, Tertulis)
manual manusia,  Tempat Menguji ( seadanya,
khusus, di luar lokasi)
manual listrik,
semiotomatis,
otomatis) Dimensi Centralization

 Masalah/Kendala
 Solusi (Mekanisme dan
penanggung jawab)

Gambar 13. Model Umum Organisasi Sistem Kerja UMKM pada Aspek Produksi

Aspek Perencanaan
Dimensi Complexity (Pengelolaan Order)
Dimensi Formalization
 Jenis order (MTO/ UMKM
MTS)  Ketersediaan Form (Order,
Pesanan Material, Perintah
 Mekanisme (OK, Due Kerja, yang lain: keuangan)
Date)

Dimensi Centralization

 Masalah/Kendala
 Solusi (Mekanisme dan
penanggung jawab)

Gambar 14. Model Umum Organisasi Sistem Kerja UMKM pada Aspek Pengelolaan Order

79
Jurnal Teknologi Industri Vol. XII No.1 Januari 2008: 69- 82

Aspek Pengelolaan
Bahan Baku Dimensi Formalization
Dimensi Complexity
 Jenis Bahan Baku UMKM  Ketersediaan Form (Order,
Pesanan Material, Perintah
(kayu, serat, kain dan Kerja, yang lain: keuangan)
sebagainya)  Treatment Khusus
 Tempat: (khusus, seadanya)

Dimensi Centralization

 Masalah/Kendala
 Solusi (Mekanisme dan
penanggung jawab)

Gambar 15. Model Organisasi Sistem Kerja UMKM pada Aspek Pengelolaan Bahan Baku

Aspek Pengelolaan
Dimensi Complexity Desain
 Materi Dimensi Formalization
 Personal (pemilik, UMKM
Karyawan Khusus,  Dokumentasi (khusus,
semua karyawan) seadanya, tidak ada)
 siklus Desain  Tempat (khusus,
(berkala/tidak, jangka seadanya)
waktu
 Tingkat kesulitan
Dimensi Centralization

 Masalah/Kendala
 Solusi (Mekanisme dan
penanggung jawab)

Gambar 16. Model Organisasi Sistem Kerja UMKM pada Aspek Pengelolaan Desain

e. Permasalahan UMKM dalam aspek dimensi Complexity, Formalization, dan


Centralization kriteria kualitas
Permasalahan UMKM adalah sebagai berikut:
1) Berdasarkan kriteria Lokasi: Hanya 66,67% tempat menguji seadanya, sebanyak 26,67%
menguji memiliki tempat pengujian secara khusus, dan 6,67% (1 perusahaan) tidak
memiliki tempat menguji. Hal ini menyebabkan kualitas produk menjadi tidak terkontrol
dengan baik.
2) Berdasarkan kriteria SOP: terdapat 86,67% memiliki SOP (13 perusahaan) tetapi tidak
tertulis secara jelas, dan sisanya 2 Perusahaan tidak memiliki SOP sama sekali (Hal ini
disebabkan proses kerja tergantung kompleksitas pekerjaan dan proses yang saling
mempengaruhi).
3) Berdasarkan kriteria permasalahan kualitas: Sebanyak 53.33% (8 perusahaan) bermasalah
di bidang penjualan/ pemasaran dan 40% (6 perusahaan) bermasalah di bidang

80
Pemetaan Organisasi Sistem Kerja Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Daerah Istimewa Yogyakarta
(Baju Bawono, Luciana Triani Dewi, Ign. Luddy Indra Purnama)

penyelesaian produk akhir (Finishing). Hal ini menunjukkan bahwa masih banyak UMKM
yang masih kesulitan di bidang penjualan dan penyelesaian produk
4) Berdasarkan kriteria pengambilan keputusan: 100% (15 perusahaan) tergantung pada
pemilik untuk menyelesaikan permasalahan. Ini berarti bahwa, pemilih sangat penting dan
berpengaruh pada pengambilan keputusan untuk menyelesaikan permasalahan. Dengan
kata lain pemilik sebagai pusat (sentral pengambil keputusan bagi perusahaan).

5. Kesimpulan Dan Saran


a. Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan dan penelitian dari 15 UMKM kerajinan di DIY dapat dilihat:
1) Berdasarkan profil responden dari 63 orang pekerja yang menjadi responden, kriteria profil
dapat dibagi menjadi: berdasarkan jenis pekerjaan (93,65% adalah pekerja internal), jenis
kelamin (55,56% adalah pekerja pria), tingkat pendidikan (49,20% berpendidikan SMA atu
SMK), lama waktu bekerja (68% masa kerja kurang dari 5 tahun), tahun kelulusan (66,66%
lulus 1990-an ke atas), Jenis pekerjaan (82,54% bekerja di bagian produksi atau desain),
tingkat pelatihan (41,27% tak pernah dapat pelatihan)
2) Berdasarkan dimensi complexity, secara umum organisasi sistem kerja UMKM masih
sederhana untuk kriteria kualitas, produksi, pengelolaan order dan pengelolaan bahan baku.
Pada kriteria pengelolaan desain, kompleksitas organisasi sistem kerja UMKM cukup
terstruktur pada diferensiasi vertikal dan horisontal dengan adanya bagian atau karyawan
khusus yang menangani masalah desain disamping pemilik.
3) Berdasarkan dimensi formalization, secara umum standardisasi pada organisasi sistem
kerja UMKM relatif sederhana untuk kriteria kualitas, produksi, pengelolaan bahan baku
dan pengelolaan desain. Karyawan mempunyai keleluasaan gerak dalam menjalankan
tugasnya, sehingga dibutuhkan karyawan yang profesional dan terampil agar dapat berjalan
baik. Pada kriteria pengelolaan order, tingkat formalisasi organisasi sistem kerja UMKM
pada umumnya relatif baik dengan adanya form pengelolaan tetapi belum diatur secara
rapi.
4) Berdasarkan dimensi centralization, secara umum tingkat sentralisasi organisasi sistem
kerja UMKM cukup tinggi pada seluruh kriteria, dimana segala pengambilan keputusan
terpusat pada pemilik. Untuk itu pemilik harus memiliki kapabilitas yang baik pada semua
kriteria. Permasalahan yang timbul dengan sentralisasi tinggi adalah rasa memiliki dan rasa
tanggungjawab karyawan menjadi rendah.

b. Saran
Melalui hasil identifikasi ini hendaknya, dilanjutkan dengan mencari model penyelesaian
atau jalan keluar untuk mengatasi permasalahan yang muncul di UMKM.

81
Jurnal Teknologi Industri Vol. XII No.1 Januari 2008: 69- 82

Daftar Pustaka
Chopra, S. dan Meindl, P., 2004, Supply Chain Management: Strategy, Planning, and
Operations, 2nd ed., Pearson Education International, New Jersey.
Danusastro, L., 2006, Kinerja Pasar Kerajinan dan Kinerja Ekspor Kerajinan Dunia,
Dekranasda DIY.
Fletcher, D., 2002, A Network Perpective of Cultural Organising and “Professional
Management” in the Small, Family Business, Journal of Small Business and Enterprise
Development, 9(4), 400 – 415.
Goetsch, D.L. dan Davis, S.B., 2000, Quality Management: Introduction to Total Quality
Management for Production, Processing, and Services, 3rd ed., Prentice Hall International,
Inc., New Jersey.
Hendrick, H.W., dan Kleiner, B.M., 2001, Macroergonomics: An Introduction to Work System
Design, Human Factor and Ergonomics Society, Santa Monica
Institute of Industrial Engineers Georgia, 1991, Industrial Engineering Terminology, revised
ed., Industrial Engineering and Management Press, Georgia.
Joyce, P., Woods, A., 2003, Managing for Growth: Decision Making, Planning and Making
Change, Journal of Small Business and Enterprise Development, 10(2), 144-151
Kementrian Negara Koperasi dan UKM, 2005, Statistik Usaha Kecil dan Menengah Tahun
2004-2005, http://www.depkop.go.id.
Stone, M., 2003, SME e-Business and Supplier-Customer Relations, Journal of Small Business
and Enterprise Development, 10(3), 345 – 353.
Wikipedia, 2007, Euler Diagram, http://en.wikipedia.org/wiki/Image:EulerDiagram.svg.
Wikipedia, 2007, Pareto Chart, http://en.wikipedia.org/wiki/Image:Pareto.png.

82

Anda mungkin juga menyukai