A. DEFINISI Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah secara adekuat ke seluruh tubuh (Brunner & Suddarth, 2006). Gagal jantung adalah suatu keadaan patofisiologik adanya kelainan fungsi jantung berakibat jantung gagal memompa darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan dan atau kemampuannya hanya ada kalau disertai peninggian tekanan pengisiann ventrikel kiri. (Noer, 2003).
B. KLASIFIKASI 1. Gagal jantung akut -kronik a. Gagal jantung akut terjadinya secara tiba-tiba, ditandai dengan penurunan kardiak output dan tidak adekuatnya perfusi jaringan. Hal ini dapat mengakibatkan edema paru dan kolaps pembuluh darah. b. Gagal jantung kronik terjadinya secar perkahan ditandai dengan penyakit jantung iskemik, penyakit paru kronis. Pada gagal jantung kronik terjadi retensi air dan sodium pada ventrikel sehingga menyebabkan hipervolemia, akibatnya ventrikel dilatasi dan hipertrofi.
2. Gagal Jantung Kanan- Kiri a. Gagal jantung kiri terjadi karena ventrikel gagal untuk memompa darah secara adekuat sehingga menyebabkan kongesti pulmonal, hipertensi dan kelainan pada katub aorta/mitral. b. Gagal jantung kanan, disebabkan peningkatan tekanan pulmo akibat gagal jantung kiri yang berlangsung cukup lama sehingga cairan yang terbendung akan berakumulasi secara sistemik di kaki, asites, hepatomegali, efusi pleura, dll.
3. Gagal Jantung Sistolik-Diastolik a. Sistolik terjadi karena penurunan kontraktilitas ventrikel kiri sehingga ventrikel kiri tidak mampu memompa darah akibatnya kardiak output menurun dan ventrikel hipertrofi. b. Diastolik karena ketidakmampuan ventrikel dalam pengisian darah akibatnya stroke volume cardiac output turun.
C. ETIOLOGI Penyebab gagal jantung kongestif yaitu: Kelainan otot jantung. Aterosklerosis koroner. Hipertensi sistemik atau pulmonal. Peradangan dan penyakit miokardium. Penyakit jantung lain seperti stenosis katup semilunar, tamponade perikardium, perikarditis konstruktif, stenosis katup AV. Faktor sistemik seperti demam, tirotoksikosis, hipoksia, anemia.
D. PATOFISIOLOGI Jantung yang normal dapat berespons terhadap peningkatan kebutuhan metabolisme yang menggunakan mekanisme kompensasi yang bervariasi untuk mempertahankan kardiak output. Ini mungkin meliputi: respons sistem syaraf simpatetik terhadap baro reseptor atau kemoreseptor, pengencangan dan pelebaran otot jantung untuk menyesuikan terhadap peningkatan volume, vasokonstyrinksi arteri renal dan aktivasi sistem renin angiotensin serta respon terhadap serum-serum sodium dan regulasi ADH dari reabsorbsi cairan. (Guyton C Artur. 2005) Kegagalan mekanisme kompensasi di percepat oleh adanya volume darah sirkulasi yang di pompakan untuk menentang peningkatan resisitensi vaskuler oleh pengencangan jantung. Kecepatan jantung memperpendeka waktu pengisian ventrikel dan arteri koronaria, menurunnya kardiak ouput menyebabkan berkurangnya oksigenasi pada miokard. (Wilson Lorraine M, 2001) Peningkatan tekanan dinding pembuluh darah akibat dilatasi menyebabkan peningkatan tunutan oksigen dan pembesaran jantung (hipertropi) terutama pada jantung iskemik atau kerusakan, yang menyebabkan kegagalan mekanisme pemompaan. Secara skematis dapat digambarkan sebagai berikut:
Kegaglan jantung dapat di nyatakan sebagai kegagalan sisi kiri atau sisi kanan jantung. Kegagalan pada salah satu sisi jantung dapat berlanjut dengan kegagalan pada sisi yang lain dan manifestasi klinis yang sering menampakan kegagalan pemompaan total. Manifestasi klinis dari gagal jantung kanan adalah: edema, distensi vena, asites, penambahan berat badan, nokturia, anoreksia, peningkatan tekanan atrium kanan, peningkatan tekanan vena perifer. (Soeparman. 2010) Manifestasi klinis dari gagal jantung sisi kiri adalah: dispnea on effort, orthopnea, sianosis, batuuk, dahak berdarah, lemah, peningkatan tekanan pulmonari kapiler, peningkatan tekanan atrium kiri.
Peningkatan metabolisme tubuh Jantung menggunakan mekanisme kompensasi untuk mempertahankan kardiak output Mekanisme kompensasi yang digunakan antara lain: 1. Peningkatan Heart Rate (HR= jumlah denyut jantung permenit). 2. Hipertropi miokard. 3. Pengaktifan sistem renin angiotensin. 4. Regulasi ADH dan reabsorbsi cairan. Peningkatan beban kerja jantung oleh karena peningkatan SVR (resistensi vaskular sistemik) Jantung bekerja lebih keras dengan meningkatkan HR Memperpendek waktu pengisian ventrikel dan arteri koronaria Menimbulkan injury dan iskemi pada miokard Menimbulkan injury dan iskemi pada miokard Menimbulkan kegagalan mekanisme pemompaan E. MANIFESTASI KLINIS Berdasarkan bagian jantung yang mengalami kegagalan pemompaan, gagal jantung terbagi atas gagal jantung kiri, gagal jantung kanan, dan gagal jantung kongestif. Gejala da tanda yang timbul pun berbeda, sesuai dengan pembagian tersebut. Pada gagal jantung kiri terjadi dyspneu deffort, fatig, ortopnea, dispnea nokturnal dan paroksismal, batuk, kardiomegali, irama derap. Ventricular heaving, bunyi derap S 3 dan S 4 , pernapasan Cheyne Stokes, takikardi, pulsus alternans, ronki dan kongesti vena pulmonalis. Pada gagal jantung kanan timbul fatig, edema, liver engorgement, anoreksia dan kembung. Pada pemeriksaan fisik bisa didapatkan hipertrofi jantung kanan, heaving ventrikel kanan, irama derap atrium kanan, murmur, tanda-tanda penyakit paru kronik, tekanan vena jugularis meningkat, bunyi P 2 mengeras, asites, hidrotoraks, peningkatan tekanan vena, hepatomegali, dan edema pitting. Sedang, pada gagal jantung kongestif terjadi manifestasi gabungan gagal jantung kiri dan kanan. Ney York Heart Association (NYHA) membuat klasifikasi fungsional dalam 4 kelas : Kelas 1 : bila pasien dapat melakukan aktivitas berat tanpakeluhan. Kelas 2 : bila pasien tidak dapat melakukan aktivitas lebih berat dari aktivitas sehari- hari tanpa keluhan. Kelas 3 : bila pasien tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa keluhan. Kelas 4 : bila pasien sama sekali tidak dapat melakukan aktivitas apapun dan harus tirah baring.
TANDA DAN GEJALA 1. CHF Kronik Meliputi: anoreksia, nokturia, edema perifer, hiperpigmentasi ekstremitas bawah, kelemahan, hepatomegali, ascites, dyspnea, intoleransi aktivitas barat, kulit kehitaman. 2. CHF Akut Meliputi: ansietas, peningkatan berat badan, restlesness, nafas pendek, bunyi krekels, fatigue, takikardi, penurunan resistensi vaskuler, distensi vena jugularis, dyspnea, orthopnea, batuk, batuk darah, wheezing bronchial, sianosis, denyut nadi lemah dan tidak teraba, penurunan urin noutput, delirium, sakit kepala.
F. KOMPLIKASI Trombosis vena dalam, karena pembentukan bekuan vena karena stasis darah. Syok Kardiogenik, akibat disfungsi nyata. Toksisitas digitalis akibat pemakaian obat-obatan digitalis.
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG a. EKG; mengetahui hipertrofi atrial atau ventrikuler, penyimpanan aksis, iskemia dan kerusakan pola. b. EchoCG; mengetahui adanya sinus takikardi, iskemi, infark/fibrilasi atrium, ventrikel hipertrofi, disfungsi penyakit katub jantung. c. Rontgen dada; Menunjukkan pembesaran jantung. Bayangan mencerminkan dilatasi atau hipertrofi bilik atau perubahan dalam pembuluh darah atau peningkatan tekanan pulnonal. d. Scan Jantung; Tindakan penyuntikan fraksi dan memperkirakan gerakan jantung. e. Kateterisasi jantung; Tekanan abnormal menunjukkan indikasi dan membantu membedakan gagal jantung sisi kanan dan kiri, stenosis katub atau insufisiensi serta mengkaji potensi arteri koroner. f. Elektrolit; mungkin berubah karena perpindahan cairan atau penurunan fungsi ginjal, terapi diuretic. g. Oksimetri nadi; Saturasi Oksigen mungkin rendah terutama jika CHF memperburuk PPOM. h. AGD; Gagal ventrikel kiri ditandai alkalosis respiratorik ringan atau hipoksemia dengan peningkatan tekanan karbondioksida. i. Enzim jantung; meningkat bila terjadi kerusakan jaringan-jaringan jantung,missal infark miokard (Kreatinin fosfokinase/CPK, isoenzim CPK dan Dehidrogenase Laktat/LDH, isoenzim LDH).
H. PENATALAKSANAAN 1. Non Farmakologis a. CHF Kronik Meningkatkan oksigenasi dengan pemberian oksigen dan menurunkan konsumsi oksigen melalui istirahat atau pembatasan aktivitas. Diet pembatasan natrium. Menghentikan obat-obatan yang memperparah seperti NSAIDs karena efek prostaglandin pada ginjal menyebabkan retensi air dan natrium. Pembatasan cairan (kurang lebih 1200-1500 cc/hari). Olah raga secara teratur. b. CHF Akut Oksigenasi (ventilasi mekanik). Pembatasan cairan. 2. Farmakologis Tujuan: untuk mengurangi afterload dan preload Obatnya adalah: thiazide diuretics untuk CHF sedang, loop diuretic, metolazon (kombinasi dari loop diuretic untuk meningkatkan pengeluaran cairan), Kalium- Sparing diuretic. 3. Second Line drugs; ACE inhibitor Tujuan; membantu meningkatkan COP dan menurunkan kerja jantung.Obatnya adalah: Digoxin; meningkatkan kontraktilitas. Obat ini tidak digunakan untuk kegagalan diastolic yang mana dibutuhkan pengembangan ventrikel untuk relaksasi. Hidralazin; menurunkan afterload pada disfungsi sistolik. Isobarbide dinitrat; mengurangi preload dan afterload untuk disfungsi sistolik, hindari vasodilator pada disfungsi sistolik. Calsium Channel Blocker; untuk kegagalan diastolic, meningkatkan relaksasi dan pengisian dan pengisian ventrikel (jangan dipakai pada CHF kronik). Beta Blocker; sering dikontraindikasikan karena menekan respon miokard. Digunakan pada disfungsi diastolic untuk mengurangi HR, mencegah iskemi miocard, menurunkan TD, hipertrofi ventrikel kiri.
I. PENGKAJIAN a. Pengkajian Primer 1) Airway penilaian akan kepatenan jalan napas, meliputi pemeriksaan mengenai adanya obstruksi jalan napas, adanya benda asing. Pada klien yang dapat berbicara dapat dianggap jalan napas bersih. Dilakukan pula pengkajian adanya suara napas tambahan seperti snoring. 2) Breathing: frekuensi napas, apakah ada penggunaan otot bantu pernapasan, retraksi dinding dada, adanya sesak napas. Palpasi pengembangan paru, auskultasi suara napas, kaji adanya suara napas tambahan seperti ronchi, wheezing, dan kaji adanya trauma pada dada. 3) Circulation: dilakukan pengkajian tentang volume darah dan cardiac output serta adanya perdarahan. Pengkajian juga meliputi status hemodinamik, warna kulit, nadi. 4) Disability: nilai tingkat kesadaran, serta ukuran dan reaksi pupil. b. Pengkajian Sekunder Pengkajian sekunder meliputi anamnesis dan pemeriksaan fisik. Anamnesis dapat menggunakan format AMPLE (alergi, medikasi, past illness, last meal, dan environment). Pemeriksaan fisik dimulai dari kepala hingga kaki dan dapat pula ditambahkan pemeriksaan diagnostik yang lebih spesifik seperti foto thoraks, dan lain-lain.
J. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL 1. Inefektif bersihan jalan napas berhubungan dengan penurunan reflek batuk. 2. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran kapiler-alveolar. 3. Penurunan curah jantung b.d. perubahan kontraktilitas miokardial/ perubahan inotropik. 4. Kelebihan volume cairan b.d. meningkatnya produksi ADH dan retensi natrium/air.
K. RENCANA KEPERAWATAN 1. Diagnosa: Inefektif bersihan jalan napas berhubungan dengan penurunan reflek batuk. (Doenges E. Marlynn, 2000) Tujuan: setelah dilakuakn tindakan keprawatan, pasien menunjukkan jalan napas paten. Kriteria hasil: tidak ada suara snoring tidak terjadi aspirasi tidak sesak napas Intervensi: kaji kepatenan jalan napas. evaluasi gerakan dada. auskultasi bunyi napas bilateral, catat adanya ronki. catat adanya dispnea. lakukan pengisapan lendir secara berkala. berikan fisioterapi dada. berikan obat bronkodilator dengan aerosol. 2. Diagnosa: Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran kapiler-alveolar. Tujuan: setelah dilakukan tindakan kerpawatan, pasien dapat menunjukkan oksigenasi dan ventilasi adekuat. Kriteria hasil: Tidak ada sesak napas. Tidak ada tanda sianosis atau pucat Intervensi: auskultasi bunyi napas, catat adanya krekels, mengi. berikan perubahan posisi sesering mungkin. pertahankan posisi duduk semifowler
3. Diagnosa: Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas miokardial/ perubahan inotropik. Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan, pasien menunjukkan tanda peningkatan curah jantung adekuat. Kriteria hasil: frekuensi jantung meningkat status hemodinamik stabil haluaran urin adekuat tidak terjadi dispnea tingkat kesadaran meningkat akral hangat Intervensi: auskultasi nadi apikal, kaji frekuensi, irama jantung. catat bunyi jantung. palpasi nadi perifer. pantau status hemodinamik. kaji adanya pucat dan sianosis. pantau intake dan output cairan. pantau tingkat kesadaranberikan oksigen tambahan. berikan obat diuretik, vasodilator. Pantau pemeriksaan laboratorium.
4. Diagnosa: Kelebihan volume cairan berhubungan dengan meningkatnya produksi ADH dan retensi natrium/air. Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien mendemonstrasikan volume cairan seimbang. Kriteria hasil: masukan dan haluaran cairan dalam batas seimbang bunyi napas bersih status hemodinamik dalam batas normal berat badan stabil tidak ada edema Intervensi: pantau / hitung haluaran dan masukan cairan setiap hari. kaji adanya distensi vena jugularis. ubah posisiauskultasi bunyi napas, cata adanya krekels, mengi. pantau status hemodinamik. berikan obat diuretik sesuai indikasi.
DAFTAR PUSTAKA
Noer staffoeloh et all, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I, 2003, Penerbit FKUI, Jakarta Brunner & Suddarth, Buku Ajar Keperawatan Mdikal Bedah, edisi 8, 2006, EGC, Jakarta. Doenges E. Marlynn, Rencana Asuhan Keperawatan , 2000, EGC, Jakarta. Guyton C Artur. 2005. : ( Pathofisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit ). Jakarta. EGC Soeparman. 2010, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, Edisi Kedua, Balai Penerbit FKUI, Jakarta Wilson Lorraine M, Patofisiologi (Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit), Buku 2, Edisi 4, Tahun 2001, Hal ; 704 705 & 753 - 763. Brunner dan Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Ed. 8 Vol 2. Penerbit Buku . Jakarta.
Doenges, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Ed.3.EGC. Jakarta.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. R DENGAN DIAGNOSA MEDIS CONGESTIVE HEART FAILURE DI BANGSAL BUGENVILE RSUD WATES
Disusun oleh : Vindy Prasasti Ratih 2120101747
AKADEMI KEPERAWATAN NOTOKUSUMO YOGYAKARTA 2013
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan asuhan keperawatan pada pasien Tn R dengan Diagnosa CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF) di Bangsal Bugenvile RSUD Wates ini disusun guna memenuhi tugas askep individu PKK KMB IV, disyahkan dan disetujui pada: