MAN-01
1
________________________________________________
________________________________________________
(Sumarya, ST)
Disahkan oleh:
Direksi PDAM Tirta Benteng Kota Tangerang
Direktur Utama
________________________________________________
NAMA
Ir. H. Ahmad Marju Kodri
Sumarya, ST
01/03/11
01/03/11
01/03/11
Asep Sudrajat
01/03/11
Pergudangan
Staf Umum & Pergudangan
Ade Kurniawan
01/03/11
Staf Laboratorium
Akhmad Kautsar
01/03/11
Staf Pengolahan
Yudiana Efendi
01/03/11
TANDATANGAN
TANGGAL
01/03/11
________________________________________________
01/03/11
Keterangan
Penerbitan
awal
________________________________________________
________________________________________________
b. Alamat Pabrik
c. Jenis Produk
d. Kapasitas produksi
: 800.000 m3/bulan
PDAM Tirta Benteng Kota Tangerang adalah perusahaan umum milik Pemerintah Kota
Tangerang yang bergerak di bidang jasa pelayanan Air Minum yang memproduksi Air Minum
perpipaan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Kota Tangerang. Perusahaan ini berdiri sejak
tahun 1995 dan mengalami perkembangan pesat sampai saat ini dengan total produksi 9.700.000
m3/tahun dengan jumlah sambungan langganan 18.000 yang terdiri dari sambungan rumah
tangga, industri dan Bandara Soekarno Hatta.
2. Tujuan Penerapan
Tujuan dari penerapan Sistem Jaminan Halal adalah bertanggung jawab terhadap masyarakat
Kota Tangerang yang menggunakan Air PDAM Tirta Benteng Kota Tangerang agar merasa yakin
bahwa air yang digunakan aman bagi kesehatan dan juga aman kehalalannya. Oleh karena itu
diperlukan pensertifikasian Halal dari MUI sebagai jaminan akan kehalalannya.
3. Ruang Lingkup Penerapan
Untuk saat ini Sistem Jaminan Halal PDAM Tirta Benteng Kota Tangerang diterapkan secara
tetap pada Pembelian, Penerimaan Bahan, Produksi (meliputi pengolahan dan laboratorium),
Penyimpanan Bahan dan Produk sesuai dengan syariat Islam.
________________________________________________
________________________________________________
Al-Baqarah 168: Hai sekalian umat manusaia makanlah dari apa yang ada di
bumi ini secara halal dan baik. Dan janganlah kalian ikuti langkah-langkah syetan.
Sesungguhnya ia adalah musuh yang nyata bagi kalian.
2.2.2.2.
2.2.2.3.
Al-Anam 145 : Katakanlah, saya tidak mendapat pada apa yang diwahyukan
kepadaku sesuatu yang diharamkan bagi yang memakannya, kecuali bangkai,
darah yang tercurah, daging babi karena ia kotor atau binatang yang disembelih
dengan atas nama selain Allah. Barang siapa dalam keadaan terpaksa sedangkan ia
tidak menginginkan dan tidak melampaui batas, maka tidaklah berdosa.
Sesungguhnya Allah Maha Pengampun Lagi Maha Pengasih.
2.2.2.4.
2.2.2.5.
________________________________________________
2.2.2.7.
AL-Araf 157 : Dia menghalalkan kepada mereka segala yang baik dan
mengharamkan kepada mereka segala yang kotor.
Khamr
Ethanol
a. Ethanol yang diproduksi dari industri bukan khamr hukumnya tidak najis atau
suci.
b. Penggunaan ethanol yang merupakan senyawa murni yang bukan berasal dari
industri khamr untuk proses produksi pangan hukumnya :
1. Mubah, apabila dalam hasil produk akhirnya tidak terdeteksi
2. Haram, apabila dalam hasil produk akhirnya masih terdeteksi.
3. Penggunaan ethanol yang merupakan senyawa murni yang berasal dari
industri khamar untuk proses produksi industri hukumnya haram.
2.2.3.3.
a. Fusel oil yang berasal dari hasil samping industri khamr adalah haram dan najis
b. Fusel oil yang bukan berasal dari khamr adalah halal dan suci
c. Komponen yang dipisahkan secara fisik dari fusel oil yang berasal dari khamr
hukumnya haram.
10
________________________________________________
Flavor yang menggunakan nama dan mempunyai profil sensori produk haram,
contohnya flavor rum, flavor babi, dan lain-lain, tidak bias disertifikasi halal serta
tidak boleh dikonsumsi walaupun ingredient yang digunakan adalah halal.
2.2.3.5.
Produk Mikrobial
a. Mikroba yang tumbuh dan berasal dari media pertumbuhan yang suci dan halal
adalah halal, dan mikroba yang tumbuh dan berasal dari media pertumbuhan
yang najis dan haram adalah haram.
b. Produk mikrobial yang langsung dikonsumsi yang menggunakan bahan-bahan
yang haram dan najis dalam media pertumbuhannya, baik pada skala
penyegaran, skala pilot plant, dan tahap produksi, hukumnya haram.
c. Produk mikrobial yang digunakan untuk membantu proses produksi produk lain
yang langsung dikonsumsi dan menggunakan bahan-bahan haram dan najis
dalam media pertumbuhannya, hukumnya haram.
d. Produk konsumsi yang menggunakan produk mikrobial harus ditelusuri
kehalalannya sampai pada tahap proses penyegaran mikroba.
2.2.3.6.
a. Alat berkas dipakai babi/anjing harus dicuci dengan cara di-sertu (dicuci dengan
air 7 x, yang salah satunya dengan tanah/debu atau penggantinya yang memiliki
daya pembersih yang sama).
b. Suatu peralatan tidak boleh digunakan bergantian antara produk babi dan nonbabi meskipun sudah melalui proses pencucian.
2.2.3.7.
________________________________________________
Dalam fatwa ini yang dimaksud dengan air daur ulang adalah air hasil olahan
(rekayasa teknologi) dari air yang telah digunakan (mustamal), terkena najis
(mutanajjis) atau yang telah berubah salah satu sifatnya, yakni rasa, warna,
dan bau (mutaghayyir) sehingga dapat dimanfaatkan kembali
Air dua kullah adalah air yang volumenya mencapai paling kurang 270 liter.
b. Ketentuan Hukum
c. Air daur ulang sebagaimana dimaksud dalam angka 1 boleh dipergunakan untuk
berwudlu, mandi, mensucikan najis dan istinja, serta halal diminum, digunakan
untuk memasak dan untuk kepentingan lainnya, selama tidak membahayakan
kesehatan.
12
________________________________________________
Daging
Daging yang berasal dari hewan halal dapat menjadi tidak halal jika disembelih
tanpa mengikuti aturan syariat Islam. Hal-hal yang menjadi titik proses
penyembelihan adalah sebagai berikut :
a. Penyembelihan (harus seorang muslim yang taat dan melaksanakan syariat
Islam sehari-hari).
b. Pemingsanan (tidak menyebabkan hewan mati sebelum disembelih).
c. Peralatan/pisau (harus tajam)
d. Proses pasca penyembelihan hewan harus benar-benar mati sebelum proses
dilanjutkan dan darah harus keluar secara tuntas).
Untuk daging impor perlu diperhatikan hal-hal di bawah ini :
Harus dilengkapi dengan sertifikat halal dari lembaga yang diakui LP POM
MUI.
Harus ada kecocokan antara dokumen dengan fisik (kemasan, label, dan
lain-lain).
2.2.4.2.
Lemak
Protein
Gelatin
13
________________________________________________
Kolagen
Gliserol/gliserin (E422)
Di/trikalsium fosfat
Konsentrat globulin
Fibrinogen
Taurin
Plasenta
Arang aktif
Kuas
2.2.4.3.
Bahan Nabati
Bahan nabati pada dasarnya halal, akan tetapi jika diproses menggunakan bahan
tambahan dan penolong yang tidak halal, maka bahan tersebut menjadi tidak halal.
Oleh karena itu perlu diketahui alur proses produksi beserta bahan tambahan dan
penolong yang menggunakan dalam memproses suatu bahan nabati. Berikut ini
disampaikan beberapa contoh bahan nabati yang mungkin menjadi titik kritis :
Tepung terigu dapat diperkaya dengan berbagai vitamin antara lain B1, B2,
asam folat.
14
________________________________________________
2.2.4.4.
2.2.4.5.
Produk Mikrobial
Status produk microbial dapat menjadi haram jika termasuk dalam kategori
berikut:
Produk microbial yang menggunakan media dari bahan yang haram pada
media agar, propagasi dan produksi. Contoh media yang haram atau
diragukan kehalalannya diantaranya : darah, peptone (produk hasil
15
________________________________________________
2.2.4.6.
Bahan-Bahan Lain
Selain kelompok bahan-bahan diatas, berikut ini adalah contoh bahan /kelompok
bahan yang sering menjadi titik kritis.
Pewarna alami
Flavor
Seasoning
Anti busa
Dan lain-lain
________________________________________________
DIREKTUR UTAMA
Ir. H. Ahmad Marju Kodri
LPPOM
MUI
Koordinator Auditor
Halal Internal
( Sumarya, ST)
17
________________________________________________
Pengadaan
(Asep S)
Laboratorium
(Gusni E dan
A. Kautsar)
Pergudang
(Ade K.)
Pengolahan
(Ida N)
18
Produksi
(Yudiana E)
________________________________________________
3.2.1.2.
3.2.1.3.
3.2.1.4.
________________________________________________
3.2.3.2.
3.2.3.3.
3.2.3.4.
3.2.4.2.
3.2.4.3.
3.2.5.2.
Melakukan komunikasi dengan KAHI dalam pembelian bahan baru dan atau
pemilihan pemasok baru.
3.2.5.3.
3.2.6.2.
Melakukan pemantauan produksi yang bersih dan bebas dari bahan haram
dan najis.
3.2.6.3.
________________________________________________
21
________________________________________________
3.2.7.2.
3.2.7.3.
Bahan yang dibeli harus mengacu pada daftar bahan yang telah diketahui
oleh LP POM MUI
3.3.1.2.
Pembelian harus dapat menjamin bahwa yang akan dibeli sesuai dengan data
yang tertera pada sertifikat halal atau dokumen halal (nama dan kode bahan, nama
perusahaan, nama dan lokasi pabrik).
3.3.1.3.
Nama bahan kode bahan, produsen, nama dan lokasi pabrik diperiksa
kesesuaiannya dengan daftar bahan yang telah diketahui oleh LP POM MUI
22
________________________________________________
Bila sertifikat halal menghendaki logo khusus, logo tersebut harus dipastikan
ada pada kemasan halal.
3.3.2.3.
3.3.2.4.
Bahan yang telah diperiksa dan sesuai dengan kriteria maka diberi halal pass.
3.3.2.5.
Bahan yang tersimpan digudang adalah bahan yang sesuai dengan dafatar
bahan yang telah diketahui oleh LP POM MUI. Apabila ada bahan diluar daftar
tersebut maka penempatannya harus dipisah dan dipastikan tidak terjadi
kontaminasi silang.
3.3.2.6.
Bahan yang disimpan digudang harus terbebas dari najis dan bahan haram.
3.3.2.7.
Setiap mutasi (pemasukan dan pengeluaran) bahan dari gudang harus dicatat
serta dilengkapi dengan kartu stock, nota permintaan barang dan bukti penerimaan
barang.
Jika bahan termasuk kategori kritis, maka diperiksa apakah pemasok baru
telah memiliki sertifikat halal dari MUI atau dari lembaga yang diakui oleh LP
POM MUI.
3.3.3.2.
Bila pemasok tidak memiliki sertifikat halal maka disarankan untuk mencari
pemasok lain yang telah memiliki sertifikat halal dari MUI atau dari lembaga yang
telah diketahui oleh LP POM MUI>
3.3.3.3.
Bila tidak ditemukan alternatif pemasok baru yang telah memiliki sertifikat
halal maka perlu dilakukan pemeriksaan spesifikasi teknis yang menjelaskan asal
usul bahan (sourcce of orogin) dan diagram alir proses pembuatan bahan tersebut
serta dikonsultasikan kepada LP POM MUI melalui internal auditor.
3.3.3.4.
Harus ada jaminan bahwa yang akan dibeli sesuai dengan data yang tertera
pada sertifikat halal atau dokumen halal (nama dan kode bahan, nama perusahaan,
nama dan lokasi pabrik).
23
________________________________________________
3.3.3.6.
3.3.3.7.
Bahan dari pemasok baru dapat digunakan setelah mendapat persetujuan oleh
LP POM MUI.
3.3.3.8.
Data pemasok yang aktif maupun tidak harus didokumentasikan dengan baik.
Bahan baru diperiksa apakah bahan termasuk kategori kritis dan telah
memiliki sertifikat halal dari MUI atau dari lembaga yang diketahui oleh LP POM
MUI.
3.3.4.2.
Bila bahan tidak memiliki sertifikat halal disarankan untuk mencari bahan
alternatif yang sama atau sejenis yang telah memiliki sertifikat halal dari MUI atau
dari lembaga yang telah diketahui oleh LP POM MUI.
3.3.4.3.
Bila bahan alternatif yang sama tidak didapatkan, maka perlu pemeriksaan
spesifikasi teknis yang menjelaskan asal-usul bahan (source of original) dan
diagram alir proses pembuatan bahan tersebut serta dikonsultasikan kepada LP
POM MUI melalui internal auditor.
3.3.4.4.
3.3.4.5.
Pembuatan kertas kerja produksi (work sheet) harus mengacu pada formula
dan matrik bahan yang telah diketahui oleh LP POM MUI.
24
________________________________________________
Bahan yang dapat digunakan dalam produksi halal hanya yang terdapat
dalam daftar bahan yang telah diketahui oleh LP POM MUI.
3.3.5.3.
Bahan dipastikan terbebas dari kontaminasi najis dan bahan yang haram.
3.3.5.4.
3.3.5.5.
Apabila lini produksi juga digunakan untuk bahan yang belum disertifikasi
halal, maka prosedur perbersihan dipastikan dapat menghilangkan/menghindari
dari produk dari kontaminasi silang.
3.3.5.6.
Bila ada produk yang tidak disertifikasi mengandung turunan babi, alat dan
lini produksi dipastikan terpisah.
3.3.5.7.
Harus dipastikan bahwa di area produksi tidak boleh ada bahan-bahan atau
barang-barang yang tidak digunakan untuk produksi.
3.3.5.8.
3.3.6.2.
3.3.6.3.
3.3.6.4.
3.3.6.5.
3.3.6.6.
3.3.6.7.
Apabila formula baru tidak mendapat persetujuan maka formula baru tidak
dapat digunakan.
25
________________________________________________
Daftar bahan meliputi nama bahan, pemasok dan produsen yang telah
disusun oleh KAHI dan diketahui oleh LP POM.
3.4.1.2.
3.4.1.3.
3.4.1.4.
Daftar bahan meliputi nama bahan, pemasok dan produsen yang telah
disusun oleh KAHI dan diketahui oleh KAHI dan diketahui oleh LP POM MUI.
3.4.2.2.
3.4.2.3.
3.4.2.4.
Daftar bahan meliputi nama bahan, pemasok dan produsen yang telah
disusun oleh KAHI dan diketahui oleh LP POM MUI.
3.4.3.2.
3.4.3.3.
________________________________________________
Daftar bahan meliputi nama bahan, pemasok dan produsen yang telah
disusun oleh KAHI dan diketahui oleh LP POM MUI.
3.4.4.2.
Tanda pada kemasan logo, Lot number , nama dan alamat /lokasi produksi)
yang harus disesuaikan dengan dokumen kehalalan.
3.4.4.3.
3.4.4.4.
Pembelian
Umum dan
pergudangan
Penerimaan
Laboratorium
dan Gudang
Penyimpanan
Pengolahan
Reservoir
Gudang
Pengolahan
Produksi /
Distribusi
27
________________________________________________
28
________________________________________________
3.10.1.2.
3.10.1.3.
3.10.1.4.
3.10.1.5.
Dokumentasi SJH
Pemeriksaan kelengkapan dan kesesuaian dokumen pendukung kehalalan
produk yang menyangkut bahan, proses maupun produk di setiap bagian
yang terkait, seperti : daftar bahan, spesifikasi, sertifikat halal, formula,
29
________________________________________________
30
________________________________________________
Pelaksanaan SJH
Audit pelaksanaan SJH di perusahaan mencakup :
a. Organisasi Manajemen Halal
b. Kelengkapan Dokumen Acuan Teknis Pelaksanaan SJH
c. Implementasi dokumen
d. Pelaksanaan sosialisasi SJH
e. Pelatihan
f. Komunikasi internal dan eksternal dalam pelaksanaan SJH
g. Pemantauan dan Evaluasi pelaksanaan SJH.
h. Pelaporan internal dan eksternal Pelaksanaan SJH
i. Pengambilan bukti berupa form-form atau hal-hal lain tentang
pelaksanaan SJH di perusahaan jika dianggap perlu.
Waktu Pelaksanaan
Audit Halal internal dilakukan sekurang-kurangnya sekali tiap 6 bulan atau
pada saat terjadi perubahan-perubahan yang mungkin mempengaruhi status
kehalalan produk seperti : perubahan manajemen, kebijakan, formulasi,
bahan, proses maupun keluahan dari konsumen.
3.10.3.2.
Metode Pelaksanaan
Audit halal internal dapat dilaksanakan secara bersamaan dengan audit
sistem yang lain. Tetapi formulir audit halal internal dibuat terpisah. Audit
dilakukan dengan metode :
a. Wawancara
b. Pengujian dokumen
c. Observasi lapang dan fisik
3.10.3.3.
Pelaksana (Auditor)
Audit halal Internal dilakukan oleh Tim Auditor Halal Internal Pelaksana
audit internal dilakukan oleh AHI dari departemen yang berbeda (cross
audit).
3.10.3.4.
________________________________________________
32
________________________________________________
Tidak
Ya
Non TK
Kultivasi Mikrobial ?
Ya
Tidak
Fermentasi
Khamr?
+ Bahan
Tambahan?
Tidak
Ya
TK
Haram
Tidak
Ya
Non TK
TK
Catatan :
TK
: Titik Kritis
Non TK
: Titik Tidak Kritis
Tk apa untuk bahan dikaji lebih lanjut pada prosedur Penetapan Status Bahan
Bahan nabati yang diperiksa dalam penetapan titik kritis ini adalah bahan nabati yang status
awalnya halal, bukan bahan nabati yang sudah mendapat status keharaman terlebih dahulu, seperti
ganja, kokain, opium, dan lain-lain.
33
________________________________________________
Ya
Tidak
TK
Non TK
Tidak
Ya
Haram
Tidak
Ya
Tidak boleh
digunnakan
34
Ada Pengolahan
lanjutan
Ya
Tidak
TK
Non TK
________________________________________________
Produk
Mikrobial
TK
Titik kritis terletak pada media, baik media penyegaran hingga media produksi (bisa nabati atau
hewani).
Bahan Tambang
Sintetik
Campuran
Non TK
TK
Organik
TK
Non Organik
Apakah mengandung
Bahan penolong
Tidak
Non TK
35
Ya
TK
________________________________________________
Ya
Tidak
Ya
Ya
Tidak
TK 1
Non TK
Tidak
Tidak dapat
disertifikasi
Tidak
Ya
Tidak dapat
disertifikasi
Ya
Tidak
Apakah prosedur sanitasi yang
dilakukan dapat menghilangkan
lemak, bau, warna + rasa?
Non TK
Tidak
Ya
Tidak dapat
disertifikasi
Ya
Tidak
TK 2
Non TK
36
________________________________________________
Catatan :
1. LP POM MUI merekomendasikan agar perusahaan yang mengajukan sertifikat halal mensertifikat
semua produknya pada semua pabrik dan lini produksi yang dimilikinya.
2. Perusahaan harus menjaga agar produk yang sertifikasinya tidak tercemar dengan barang haram dan
najis.
3. Jika perusahaan hanya mensertifikasi sebagian produknya, maka produk yang tidak disertifikasi tidak
boleh menggunakan merek yang sama dengan produk yang disertifikasi, tidak mengandung babi atau
bahan turunan dari babi.
4. Lini produksi, tempat penyimpanan bahan atau produk yang disertifikasi dan yang disertifikasi harus
terpisah secara nyata.
5. TK1 adalah kontaminasi dari lingkungan (hewan piaraan, burung, cicak dan lain-lain) dan karyawan
(katering, makanan, minuman)
6. Untuk TK1 perlu dilakukan pencegahan dengan cara: (a) Penutupan tempat-tempat terbuka yang
memungkinkan terjadinya kontaminasi. (b) Karyawan dilarang untuk membawa makanan dan
minuman ke ruang produksi.
7. TK2 adalah kontaminasi silang dari bahan-bahan yang tidak disertifikasi (bahan-bahan haram atau
najis selain babi)
8. Untuk TK2 perlu dilakukan pencegahan melalui pemisahan secara fisik dan administrasi antara bahan
produk yang disertifikasi halal dan yang tidak.
37
________________________________________________
Tidak
Ya
Non TK
Tidak
Ya
Non TK
Tidak
Ya
Tidak disertifikasi
Ada kemasan?
Ya
Tidak
TK 1
Ya
Tidak
Non TK
TK 2
Catatan:
38
________________________________________________
Tidak
Ya
Apakah pemajangan
Terpisah secara nyata
Non TK
Tidak
Ya
Non TK
Tidak
Ya
TK 1
Ada kemasan?
Ya
Tidak
Non TK
TK 2
Catatan:
39
________________________________________________
Ya
Tidak
Tidak dapat SH
Ya
Tidak
TK 1
Tidak
Ya
TK 2
Tidak
TK 3
Ya
Tidak
TK 4
Ya
Tidak
Non TK
40
Tidak dapat SH
________________________________________________
Catatan:
TK1 : Dicegah dengan cara pembinaan terhadap penyembelih
TK2 : dicegah dengan menggunakan teknik stunning dengan peralatan tertentu yang tidak menyebabkan
hewan mati sebelum disembelih dan harus dilakukan pemeriksaan secara rutin terhadap hewan.
TK3 : dicegah dengan mengontrol pisau yang digunakan dan diperiksa ketajamannya setiap saat.
TK4 : dicegah dengan cara menetapkan tenggang waktu tertentu yang menjamin hewan dapat sudah benarbenar mati dan darah keluar dengan tuntas sebelum diproses lebih lanjut (perendaman air panas dan
pengulitan)
PROSEDUR PENETAPAN STATUS BAHAN
Apakah bahan merupakan Produk Impor?
Ya
Tidak
Tidak
Ya
Tidak
Tidak
Ya
Sertifikat Halal
Tidak
Halal
Tidak
Bermasalah
Bahan dapat
digunakan
Bahan tidak
Dapat digunakan
Catatan:
1. Prosedur ini berlaku untuk semua produsen dan pemasok
41
________________________________________________
Jenis Produk
Jenis
Bahan
Air
Air
Bahan
Baku
Sungai
alami
Koagu
Aluminiu
Cisadane
PT. Timur
CV. Cipta
lant
m Sulfat
Raya
Karya
Penam
Soda Ash
Tunggal
PT. JM
Solusindo
CV. Cipta
Karya
Solusindo
Nama
Bahan
Produ
sen
bah
Mutu
pH
Utama
Pema
Sok
Spesifi
Kasi
Bahan
(V)
Sertifi
Kasi
Halal
(V)
Lemba No.
ga
SH
Sertifi
Kasi
halal
Masa
Berla
Ku
SH
Keteraran
gan
Bahan
kimiawi
Bahan
kimiawi
42
________________________________________________
Desinf
Natrium
PT.
ektan
Hipoklorit
Sand
Pasir
CV. Cipta
Karya
Cakrawala
Solusindo
Indopac
Pulau
PT. Mufen
Filter
Kwarsa
Bangka
Bahan
kimiawi
Bahan
Tirta
alami
Belitung
43
________________________________________________
Prosedur
Titik
Informasi
Tindakan
Penambahan
bahan
Kritis
Asal usul
bahan
Kunci
Bahan harus
sesuai dengan
matriks yang
telah diketahui
oleh LP-POM
MUI
Koreksi
Hentikan
penggunaan bahan
yang tidak ada
dalam matriks
44
Verifikasi
Dokumentasi
________________________________________________
2b.
2c.
2d.
2e.
........
Perubahan lokasi IPA dan pembuatan IPA di lokasi baru
Penjelasan :
........
Perubahan bahan (produsen/ pemasok, tipe bahan, dll)
Penjelasan :
........
Perubahan proses dan pengembangan IPA
Penjelasan :
45
Ya
Tidak
________________________________________________
PERTANYAAN
Ya
Hasil Audit
Tidak
Keterangan
Menyetujui
Yang Membuat
Kasi. Laboratorium
Akhmad Kautsar
46
________________________________________________
PERTANYAAN
Ya
Hasil Audit
Tidak
Keterangan
Menyetujui
Kabag. Produksi
Yang Membuat
Auditor Halal Internal
Sumarya, ST
Ida Nuraida
47
________________________________________________
PERTANYAAN
Ya
Hasil Audit
Tidak
Keterangan
Menyetujui
Yang Membuat
Asep Sudrajat
Ade Kurniawan
48
________________________________________________
PERTANYAAN
Ya
Hasil Audit
Tidak
Keterangan
Menyetujui
Yang Membuat
Reni Risrianti, ST
Asep Sudrajat
49
________________________________________________
PERTANYAAN
Ya
Hasil Audit
Tidak
Keterangan
Menyetujui
Yang Membuat
Kasi. Pengolahan
Yudiana Efendi
50
________________________________________________
ANALISIS / PENJELASAN
Temuan Ketidaksesuaian
Penemu/Penulis Laporan
Fakta temua
Waktu
Analisis penyebab
Tindakan langsung
Tindakan Koreksi
Tindakan Pencegahan
Lokasi
Proses
Penyebab
Pembuat Laporan
Diketahui Oleh
Jenis tindakan
Waktu Eksekusi
Pelaksana oleh
Diketahui oleh
Jenis tindakan
Waktu pencapaian
Waktu eksekusi
Dibuat oleh
Diketahui oleh
Jenis tindakan
Dibuat oleh
Diketahui oleh
51
KETERANGAN
(merubah atau tidak
merubah status
kehalalan)
________________________________________________
Tema
Uraian Diskusi
kesimpulan
Follow-up
Tanggal
Jatuh tempo
52
Realisasi