Anda di halaman 1dari 52

________________________________________________

MANUAL SISTEM JAMINAN HALAL (SJH)


PDAM TIRTA BENTENG KOTA TANGERANG

SISTEM JAMINAN HALAL (SJH)


PDAM TIRTA BENTENG
KOTA TANGERANG

MAN-01
1

________________________________________________

MANUAL SISTEM JAMINAN HALAL (SJH)


PDAM TIRTA BENTENG KOTA TANGERANG
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan. 3
Daftar Disribusi Dokumen... 4
Daftar Revisi Dokumen.... 5
Pernyataan Kebijakan Halal ... 6
Pendahuluan.. 7
Sistem Jaminan Halal 8
1. Kebijakan Halal .. 8
2. Panduan Halal . 8
3. Organisasi Manajemen Halal 17
3.1. Persyaratan Auditor Internal .. 18
3.2. Uraian Tugas dan Wewenang Auditor Halal . 18
3.3. SOP . 20
3.4. Acuan Teknis . 23
3.5. Sistem Administrasi .. 25
3.6. Sistem Dokumentasi .. 25
3.7. Sosialisasi .... 26
3.8. Pelatihan . 26
3.9. Komunikasi Internal dan External .. 27
3.10. Audit Internal 27
3.11. Tindakan Perbaikan . 29
3.12. Kaji Ulang Manjemen .. 29
Lampiran Pohon keputusan untuk identifikasi Titik Kritis . 30
Matrix bahan baku, Tambahan dan Penolong .. 39
Tabel Daftar Bahan titik Kritis ... 40
Lampiran Form Laporan Berkala... 41
Lampiran Borang Audit Halal Internal . 42
Lampiran Laporan Ketidak sesuaian . 47
Lampiran Laporan Tinjauan Manajemen . 48
Lampiran Daftar Lembaga Sertifikasi Halal yang diakui MUI
Lampiran SK Pembentukan Tim AHI

________________________________________________

MANUAL SISTEM JAMINAN HALAL (SJH)


PDAM TIRTA BENTENG KOTA TANGERANG
SISTEM JAMINAN HALAL (SJH)
PDAM TIRTA BENTENG KOTA TANGERANG
Disiapkan oleh:
Auditor Halal Internal
Ketua

(Sumarya, ST)

Disahkan oleh:
Direksi PDAM Tirta Benteng Kota Tangerang
Direktur Utama

(Ir.H. Ahmad Marju Kodri)

________________________________________________

MANUAL SISTEM JAMINAN HALAL (SJH)


PDAM TIRTA BENTENG KOTA TANGERANG
DAFTAR DISTRIBUSI DOKUMEN MANUAL PDAM TIRTA BENTENG
KOTA TANGERANG
NO JABATAN
1
Direktur Utama

NAMA
Ir. H. Ahmad Marju Kodri

Kepala Bagian Produksi

Sumarya, ST

01/03/11

Kepala Seksi Pengolahan

Ida Nuraida, A.md

01/03/11

Kepala Seksi Laboratorium

Gusni Elgawati, A.md

01/03/11

Kepala Seksi Umum &

Asep Sudrajat

01/03/11

Pergudangan
Staf Umum & Pergudangan

Ade Kurniawan

01/03/11

Staf Laboratorium

Akhmad Kautsar

01/03/11

Staf Pengolahan

Yudiana Efendi

01/03/11

TANDATANGAN

TANGGAL
01/03/11

________________________________________________

MANUAL SISTEM JAMINAN HALAL (SJH)


PDAM TIRTA BENTENG KOTA TANGERANG
DAFTAR REVISI DOKUMEN MANUAL PDAM TIRTA BENTENG KOTA TANGERANG
Perubahan
No. Tanggal
1

01/03/11

Dokumen yang direvisi


Edisi
Bab
Hala
man
1
all
all

Dokumen hasil revisi


Edisi
Bab
Hala
man
all
all

Keterangan
Penerbitan
awal

________________________________________________

MANUAL SISTEM JAMINAN HALAL (SJH)


PDAM TIRTA BENTENG KOTA TANGERANG
KEBIJAKAN HALAL PDAM TIRTA BENTENG
KOTA TANGERANG
PDAM Tirta Benteng Kota Tangerang berkomitmen untuk memproduksi Air
Minum dengan kualitas berdasarkan

Peraturan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia No.492/ MENKES/PER/IV/2010 yang bersertifikat halal secara konsisten


sehingga secara sehat, aman dan halal digunakan oleh pelanggan atau masyarakat
Kota Tangerang yang beragama Islam tanpa khawatir akan keharamannya, melalui :
1. Menjamin produk Air Minum yang dihasilkan Halal yaitu dengan adanya
sertifikasi Halal dari LPPOM Majelis Ulama Indonesia (MUI)
2. Menjamin proses produksi bebas dari bahan Haram atau Najis
3. Menjamin Pemasok berasal dari sumber yang Halal

________________________________________________

MANUAL SISTEM JAMINAN HALAL (SJH)


PDAM TIRTA BENTENG KOTA TANGERANG
PENDAHULUAN
1. Profil Perusahaan
a. Nama Perusahaan
Alamat kantor Pusat

: PDAM Tirta Benteng Kota Tangerang


: Jl. Komp. PU. Prosida Bendung X Kelurahan Mekarsari Kec.
Neglasari Kota Tangerang 15129

b. Alamat Pabrik

: Jl. Kompek PU. Prosida Bendung X Kelurahan Mekarsari


Kecamatan Neglasari Kota Tangerang 15129

c. Jenis Produk

: Air Minum Perpipaan

d. Kapasitas produksi

: 800.000 m3/bulan

PDAM Tirta Benteng Kota Tangerang adalah perusahaan umum milik Pemerintah Kota
Tangerang yang bergerak di bidang jasa pelayanan Air Minum yang memproduksi Air Minum
perpipaan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Kota Tangerang. Perusahaan ini berdiri sejak
tahun 1995 dan mengalami perkembangan pesat sampai saat ini dengan total produksi 9.700.000
m3/tahun dengan jumlah sambungan langganan 18.000 yang terdiri dari sambungan rumah
tangga, industri dan Bandara Soekarno Hatta.
2. Tujuan Penerapan
Tujuan dari penerapan Sistem Jaminan Halal adalah bertanggung jawab terhadap masyarakat
Kota Tangerang yang menggunakan Air PDAM Tirta Benteng Kota Tangerang agar merasa yakin
bahwa air yang digunakan aman bagi kesehatan dan juga aman kehalalannya. Oleh karena itu
diperlukan pensertifikasian Halal dari MUI sebagai jaminan akan kehalalannya.
3. Ruang Lingkup Penerapan
Untuk saat ini Sistem Jaminan Halal PDAM Tirta Benteng Kota Tangerang diterapkan secara
tetap pada Pembelian, Penerimaan Bahan, Produksi (meliputi pengolahan dan laboratorium),
Penyimpanan Bahan dan Produk sesuai dengan syariat Islam.

________________________________________________

MANUAL SISTEM JAMINAN HALAL (SJH)


PDAM TIRTA BENTENG KOTA TANGERANG
SISTEM JAMINAN HALAL
1. Kebijakan Halal
Pernyataan dari kebijakan Halal merupakan langkah awal dari penerapan Sistem Jaminan Halal
(SJH) Kebijakan halal merupakan pernyataan tertulis komitmen perusahaan untuk memproduksi
produk halal secara konsisten, mencakup konsistensi dalam penggunaan dan pengadaan bahan
baku, konsistensi dalam proses produksi halal.
2. Panduan Halal
Panduan Halal adalah panduan untuk mengidentifikasi bahan atau proses pada titik kritis yang
diterapkan pada suatu perusahaan yang terdiri dari
2.1. Halal adalah boleh. Pada kasus makanan, kebanyakan makanan termasuk halal kecuali secara
khusus disebutkan dalam Al Quran atau Hadits.
Haram adalah sesuatu yang Allah SWT melarang untuk dilakukan dengan larangan tegas.
Setiap orang yang menentangnya akan berhadapan dengan siksaan Allah di akhirat. Bahkan
terkadang juga terancam sanksi syariah di dunia ini
2.2. Referensi Al Quran dan fatwa MUI
2.2.1. Prinsip-prinsip tentang Hukum Halal dan Haram
2.2.1.1. Pada dasarnya segala sesuatu halal hukumnya.
2.2.1.2. Penghalalan dan pengharaman hanyalah wewenang Allah SWT semata.
2.2.1.3. Mengharamkan yang halal dan menghalalkan yang haram termasuk perilaku
syirik terhadap Allah SWT.
2.2.1.4. Sesuatu yang diharamkan karena ia buruk dan berbahaya.
2.2.1.5. Pada sesuatu yang halal sudah terdapat sesuatu yang dengannya tidak lagi
membutuhkan yang haram
2.2.1.6. Sesuatu yang menghantarkan kepada yang haram maka haram pula hukumnya.
2.2.1.7. Menyiasati yang haram, haram hukumnya.
2.2.1.8. Niat baik tidak menghapuskan hukum haram.
2.2.1.9. Hati-hati terhadap yang syubhat agar tidak jatuh ke dalam yang haram.
8

________________________________________________

MANUAL SISTEM JAMINAN HALAL (SJH)


PDAM TIRTA BENTENG KOTA TANGERANG
2.2.1.10. Sesuatu yang haram adalah haram untuk semua.
2.2.2. Halal dan Haram berdasarkan AL QURAN
2.2.2.1.

Al-Baqarah 168: Hai sekalian umat manusaia makanlah dari apa yang ada di
bumi ini secara halal dan baik. Dan janganlah kalian ikuti langkah-langkah syetan.
Sesungguhnya ia adalah musuh yang nyata bagi kalian.

2.2.2.2.

Al-Baqarah 172-173 : Hai orang-orang yang beriman, makanlah diantara


rezki yang baik-baik yang kami berikan kepada kalian dan bersyukurlah kepada
Allah, jika benar-benar kepada-Nya kalian menyembah. Sesungguhnya Allah
hanya mengharamkan bagi kalian bangkai, darah, daging babi dan binatang yang
disembelih atas nama selain Allah. Barang siapa dalam keadaan terpaksa,
sedangkan ia tidak berkehendak dan tidak melampaui batas, maka tidaklah
berdosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Pengasih.

2.2.2.3.

Al-Anam 145 : Katakanlah, saya tidak mendapat pada apa yang diwahyukan
kepadaku sesuatu yang diharamkan bagi yang memakannya, kecuali bangkai,
darah yang tercurah, daging babi karena ia kotor atau binatang yang disembelih
dengan atas nama selain Allah. Barang siapa dalam keadaan terpaksa sedangkan ia
tidak menginginkan dan tidak melampaui batas, maka tidaklah berdosa.
Sesungguhnya Allah Maha Pengampun Lagi Maha Pengasih.

2.2.2.4.

Al-Maidah 3 : Diharamkan bagi kalian bangkai, darah, daging babi, hewan


yang disembelih dengan atas nama selain Allah, yang tercekik, yang dipukul, yang
jatuh, yang ditanduk, dan yang diterkam binatang buas kecuali yang kalian sempat
menyembelihnya. Dan diharamkan pula bagi kalian binatang yang disembelih
disisi berhala.

2.2.2.5.

Al-Maidah 90-91 : Wahai orang-orang yang beriman sesungguhnya


meminum khamr, berjudi, berkorban untuk berhala, mengundi nasib dengan panah
adalah perbuatan keji termasuk perbuatan syetan. Maka jauhilah perbuatanperbuatan itu agar kalian mendapat keuntungan. Sesungguhnya syetan itu hendak
menimbulkan permusuhan dan perbencian di antara kalian lantaran meminum

________________________________________________

MANUAL SISTEM JAMINAN HALAL (SJH)


PDAM TIRTA BENTENG KOTA TANGERANG
khamr dan berjudi dan menghalangi kalian dari mengingat Allah dan shalat, maka
apakah kalian berhenti dari mengerjakan pekerjaan itu.
2.2.2.6.

Al-Maidah 96 : Dihalalkan untuk kalian binatang buruan laut dan


makanannya.

2.2.2.7.

AL-Araf 157 : Dia menghalalkan kepada mereka segala yang baik dan
mengharamkan kepada mereka segala yang kotor.

2.2.3. Fatwa MUI untuk Bahan dan Proses Produksi


2.2.3.1.

Khamr

a. Segala sesuatu yang memabukkan dikategorikan sebagai khamr.


b. Minuman yang mengandung minimal 1 % ethanol, dikategorikan sebagai khamr.
c. Minuman yang dikategorikan khamr adalah najis.
d. Minuman yang diproduksi dari proses fermentasi yang mengandung kurang dari
1 % ethanol, tidak dikategorikan khamr tetapi haram untuk dikonsumsi.
2.2.3.2.

Ethanol

a. Ethanol yang diproduksi dari industri bukan khamr hukumnya tidak najis atau
suci.
b. Penggunaan ethanol yang merupakan senyawa murni yang bukan berasal dari
industri khamr untuk proses produksi pangan hukumnya :
1. Mubah, apabila dalam hasil produk akhirnya tidak terdeteksi
2. Haram, apabila dalam hasil produk akhirnya masih terdeteksi.
3. Penggunaan ethanol yang merupakan senyawa murni yang berasal dari
industri khamar untuk proses produksi industri hukumnya haram.
2.2.3.3.

Hasil Samping Industri Khamr

a. Fusel oil yang berasal dari hasil samping industri khamr adalah haram dan najis
b. Fusel oil yang bukan berasal dari khamr adalah halal dan suci
c. Komponen yang dipisahkan secara fisik dari fusel oil yang berasal dari khamr
hukumnya haram.

10

________________________________________________

MANUAL SISTEM JAMINAN HALAL (SJH)


PDAM TIRTA BENTENG KOTA TANGERANG
d. Komponen yang dipisahkan secara fisik dari fusel oil yang berasal dari khamr
dan direaksikan secara kimiawi sehingga berubah menjadi senyawa baru
hukumnya halal dan suci.
e. Cuka yang berasal dari khamr baik terjadi dengan sendirinya maupun melalui
rekayasa, hukumnya halal dan suci.
f. Ragi yang dipisahkan dari proses pembuatan khamr setelah dicuci sehingga
hilang rasa, bau dan warna khamar-nya, hukumnya halal dan suci.
2.2.3.4.

Flavor Yang Menyerupai Produk Haram

Flavor yang menggunakan nama dan mempunyai profil sensori produk haram,
contohnya flavor rum, flavor babi, dan lain-lain, tidak bias disertifikasi halal serta
tidak boleh dikonsumsi walaupun ingredient yang digunakan adalah halal.
2.2.3.5.

Produk Mikrobial

a. Mikroba yang tumbuh dan berasal dari media pertumbuhan yang suci dan halal
adalah halal, dan mikroba yang tumbuh dan berasal dari media pertumbuhan
yang najis dan haram adalah haram.
b. Produk mikrobial yang langsung dikonsumsi yang menggunakan bahan-bahan
yang haram dan najis dalam media pertumbuhannya, baik pada skala
penyegaran, skala pilot plant, dan tahap produksi, hukumnya haram.
c. Produk mikrobial yang digunakan untuk membantu proses produksi produk lain
yang langsung dikonsumsi dan menggunakan bahan-bahan haram dan najis
dalam media pertumbuhannya, hukumnya haram.
d. Produk konsumsi yang menggunakan produk mikrobial harus ditelusuri
kehalalannya sampai pada tahap proses penyegaran mikroba.
2.2.3.6.

Penggunaan Alat Bersama

a. Alat berkas dipakai babi/anjing harus dicuci dengan cara di-sertu (dicuci dengan
air 7 x, yang salah satunya dengan tanah/debu atau penggantinya yang memiliki
daya pembersih yang sama).
b. Suatu peralatan tidak boleh digunakan bergantian antara produk babi dan nonbabi meskipun sudah melalui proses pencucian.
2.2.3.7.

Air Daur Ulang


11

________________________________________________

MANUAL SISTEM JAMINAN HALAL (SJH)


PDAM TIRTA BENTENG KOTA TANGERANG
a. Ketentuan Umum

Dalam fatwa ini yang dimaksud dengan air daur ulang adalah air hasil olahan
(rekayasa teknologi) dari air yang telah digunakan (mustamal), terkena najis
(mutanajjis) atau yang telah berubah salah satu sifatnya, yakni rasa, warna,
dan bau (mutaghayyir) sehingga dapat dimanfaatkan kembali

Air dua kullah adalah air yang volumenya mencapai paling kurang 270 liter.

b. Ketentuan Hukum

Air daur ulang adalah suci mensucikan (thahir muthahhir), sepanjang


diproses sesuai dengan ketentuan fikih.

Ketentuan fikih sebagaimana dimaksud dalam ketentuan hukum nomor 1


adalah dengan salah satu dari tiga cara berikut :
Thariqat an-Nazh yaitu dengan cara menguras air yang terkena najis atau
yang telah berubah sifatnya tersebut, sehingga yang tersisa tinggal air
yang aman dari najis dan yang tidak berubah salah satu sifatnya.
Thariqah al-Mukatsarah yaitu dengan cara menambahkan air suci lagi
mensucikan (thahir muthahhir) pada air yang terkena najis (mutanajjis)
atau yang berubah (mutaghayyir) tersebut hingga mencapai volume
paling kurang dua kullah; serta unsure najis dan semua sifat yang
menyebabkan air itu berubah menjadi hilang.
Thariqah Taghyir yaitu dengan cara mengubah air yang terkena najis atau
yang telah berubah sifatnya tersebut dengan menggunakan alat bantu
yang dapat mengembalikan sifat-sifat asli air itu menjadi suci lagi
mensucikan (thahir muthahhir) dengan syarat :
o Volume air nya lebih dari dua kullah
o Alat bantu yang digunakan harus suci

c. Air daur ulang sebagaimana dimaksud dalam angka 1 boleh dipergunakan untuk
berwudlu, mandi, mensucikan najis dan istinja, serta halal diminum, digunakan
untuk memasak dan untuk kepentingan lainnya, selama tidak membahayakan
kesehatan.
12

________________________________________________

MANUAL SISTEM JAMINAN HALAL (SJH)


PDAM TIRTA BENTENG KOTA TANGERANG
2.2.4. Beberapa contoh Bahan Kritis
2.2.4.1.

Daging
Daging yang berasal dari hewan halal dapat menjadi tidak halal jika disembelih
tanpa mengikuti aturan syariat Islam. Hal-hal yang menjadi titik proses
penyembelihan adalah sebagai berikut :
a. Penyembelihan (harus seorang muslim yang taat dan melaksanakan syariat
Islam sehari-hari).
b. Pemingsanan (tidak menyebabkan hewan mati sebelum disembelih).
c. Peralatan/pisau (harus tajam)
d. Proses pasca penyembelihan hewan harus benar-benar mati sebelum proses
dilanjutkan dan darah harus keluar secara tuntas).
Untuk daging impor perlu diperhatikan hal-hal di bawah ini :

Harus dilengkapi dengan sertifikat halal dari lembaga yang diakui LP POM
MUI.

Harus dilengkapi dengan dokumen pengapalan dan dokumen lainnya


(contoh : dokumen kesehatan).

Harus ada kecocokan dantara sertifikat halal dengan dokumen lain.

Harus ada kecocokan antara dokumen dengan fisik (kemasan, label, dan
lain-lain).

Harus ada kecocokan no lot, plant number, tanggal penyembelihan dan


sebagainya.

2.2.4.2.

Bahan Turunan Hewani


Bahan turunan hewani berstatus halal dan suci jika berasal dari hewan yang
disembelih sesuai dengan syariat Islam, bukan berasal dari darah dan tidak
bercampur dengan bahan haram atau najis. Berikut ini disampaikan contoh-contoh
bahan turunan hewani / mungkin berasal dari turunan hewani :

Lemak

Protein

Gelatin
13

________________________________________________

MANUAL SISTEM JAMINAN HALAL (SJH)


PDAM TIRTA BENTENG KOTA TANGERANG

Kolagen

Asam lemak dan turunannya (E430-E436)

Garam atau ester asam lemak (E470-E495)

Gliserol/gliserin (E422)

Asam amino (contoh : sistein, fenilalanin, dan sebagainya)

Edible bone phosphate (E521)

Di/trikalsium fosfat

Tepung plasma darah

Konsentrat globulin

Fibrinogen

Media pertumbuhan mikroba (contoh : blood agar)

Hormon (contoh : insulin)

Enzim dari pancreas babi/sapi (amylase, lipase, pepsin, tripsin)

Taurin

Plasenta

Produk susu, turunan susu dan hasil sampingnya yang diproses


menggunakan enzim (contoh: keju, whey, laktosa, kasein/kaseinat)

Beberapa vitamin (contoh : vitamin A, B6, D, E)

Arang aktif

Kuas

2.2.4.3.

Bahan Nabati
Bahan nabati pada dasarnya halal, akan tetapi jika diproses menggunakan bahan
tambahan dan penolong yang tidak halal, maka bahan tersebut menjadi tidak halal.
Oleh karena itu perlu diketahui alur proses produksi beserta bahan tambahan dan
penolong yang menggunakan dalam memproses suatu bahan nabati. Berikut ini
disampaikan beberapa contoh bahan nabati yang mungkin menjadi titik kritis :

Tepung terigu dapat diperkaya dengan berbagai vitamin antara lain B1, B2,
asam folat.
14

________________________________________________

MANUAL SISTEM JAMINAN HALAL (SJH)


PDAM TIRTA BENTENG KOTA TANGERANG

Oleoresin (cabe, rempah-rempah dan lain-lain) dapat menggunakan


emulsifier (contoh: polysorbate/tween & glyceril monooleat yang mungkin
berasa dari hewan), supaya dapat larut air.

Lesitin kedelai mungkin mengunakan enzim fosfolipase dalam proses


pembuatannya untuk memperbaiki sifat fungsionalnya.

Hydrolyzed Vegetable Protein (HVP) perlu diperhatikan jika proses


hidrolisisnya menggunakan enzim.

2.2.4.4.

Produk Hasil Samping Industri Minuman Beralkohol dan turunannya


Produk/bahan hasil samping industri minuman beralkohol beserta turunannya
berstatus haram jika cara memperolehnya hanya melalui pemisahan secara fisik
dan produk masih memiliki sifat khamr. Akan tetapi jika bahan/produk tersebut
direaksikan secara kimiawi sehingga menghasilkan senyawa baru, maka senyawa
baru yang telah mengalami perubahan kimia statusnya menjadi halal. Beberapa
contoh produk hasil samping industri minuman beralkohol dan turunannya yang
merupakan titik kritis :

Cofnac oil (merupakan hasil samping distilasi cognac/brandy)

Fusel oil (merupakan hasil samping distilled beverages) dan turunannya


seperti isoamil alcohol, isobutyl alcohol, propel alcohol, gliserol,
asetaldehid, 2,3 butadiol, aseton dan diasetil dan sebagainya).

Brewer yeast (merupakan hasil samping industri bir)

Tartaric Acid (hasil samping industri wine)

2.2.4.5.

Produk Mikrobial
Status produk microbial dapat menjadi haram jika termasuk dalam kategori
berikut:

Produk microbial yang jelas haram, yaitu produk minuman beralkohol


(khamr) beserta produk samping dan turunannya.

Produk microbial yang menggunakan media dari bahan yang haram pada
media agar, propagasi dan produksi. Contoh media yang haram atau
diragukan kehalalannya diantaranya : darah, peptone (produk hasil
15

________________________________________________

MANUAL SISTEM JAMINAN HALAL (SJH)


PDAM TIRTA BENTENG KOTA TANGERANG
hidrolisis bahan berprotein seperti daging, kasein atau gelatin
menggunakan asam atau enzim).

Produk microbial yang dalam proses pembuatanya melibatkan enzim dari


bahan yang haram.

Produk microbial yang dalam proses pembuatannya menggunakan bahan


penolong yang haram. Contoh adalah penggunaan anti busa dalam kultivasi
mikroba yang dapat berupa minyak/lemak babi, gliserol atau bahan
lainnya.

Produk mikroba rekombinan yang menggunakan gen berasal dari bahan


yang haram. Contoh adalah sabagai berikut ;
a. Enzim a-amilase dan protease yang dihasilkan oleh Saccharomyces
cerevisae rekombinan dengan gen dari jaringan hewan.
b. Hormon insulin yang dihasilkan oleh E. coli rekombinan dengan gen
dari jaringan pancreas babi.
c. Hormone pertumbuhan (human growth hormone) yang dihasilkan oleh
E.coli rekombinan.

2.2.4.6.

Bahan-Bahan Lain
Selain kelompok bahan-bahan diatas, berikut ini adalah contoh bahan /kelompok
bahan yang sering menjadi titik kritis.

Aspartam (terbuat dari asam amino fenilalanin dan asam asparta)

Pewarna alami

Flavor

Seasoning

Bahan pelapis vitamin

Bahan pengumulsi dan penstabil

Anti busa

Dan lain-lain

2.3. Keputusan Identifikasi Titik Kritis (Lampiran)


16

________________________________________________

MANUAL SISTEM JAMINAN HALAL (SJH)


PDAM TIRTA BENTENG KOTA TANGERANG
2.4. Daftar Identifikasi Kontrol Titik Kritis pada material dan tindakan pencegahan
(lampiran)
2.5. Daftar Identifiksi Kontrol Titik Kritis pada proses produksi dan tindakan pencegahan
(lampiran)

3. Organisasi Manajemen Halal


Manajemen halal merupakan organisasi internal perusahaan yang mengelola seluruh fungsi dan
efektivitas manajemen dalam menghasilkan produk halal. Dalam mengelola fungsi dan aktivitas
tersebut pihak perusahaan dapat melibatkan seluruh departemen atau bagian yang terkait dengan
system berproduksi halal, mulai dari tingkat pengambilan kebijakan tertinggi sampai tingkat
pelaksana teknis lapangan. Contoh struktur organisasi manajemen halal dapat dilihat pada gambar
1. Manajemen yang terlibat merupakan perwakilan dari manajemen puncak, meliputi seksi
pengolahan, laboratorium, pengadaan, pergudangan serta operator produksi. Organisasi
manajemen halal dipimpin seorang Koordinator Auditor Halal Internal (KAHI) yang melakukan
koordinasi dalam menjaga kehalalan produk serta menjadi penanggung jawab komunikasi antara
perusahaan dengan LPPOM MUI.

DIREKTUR UTAMA
Ir. H. Ahmad Marju Kodri

LPPOM
MUI

Koordinator Auditor
Halal Internal
( Sumarya, ST)
17

________________________________________________

MANUAL SISTEM JAMINAN HALAL (SJH)


PDAM TIRTA BENTENG KOTA TANGERANG

Pengadaan
(Asep S)

Laboratorium
(Gusni E dan
A. Kautsar)

Pergudang
(Ade K.)

Pengolahan
(Ida N)

Gambar 1. Struktur Organisasi Manajemen Halal

18

Produksi
(Yudiana E)

________________________________________________

MANUAL SISTEM JAMINAN HALAL (SJH)


PDAM TIRTA BENTENG KOTA TANGERANG
Persyaratan, tugas dan wewenang auditor halal internal adalah sebagai berikut :
3.1. Persyaratan Auditor halal internal.
3.1.1. Karyawan tetap perusahaan bersangkutan.
3.1.2. Koordinator Tim Auditor halal internal adalah seorang Muslim yang mengerti dan
menjalankan syariat Islam.
3.1.3. Berada dalam lingkup Manajemen Halal.
3.1.4. Berasal dari bagian yang terlibat dalam proses produksi secara umum seperti seksi
Laboratorium, Pengadaan, Pengolahan dan Pergudangan.
3.1.5. Memahami titik kritis keharaman produk, ditinjau dari bahan maupun proses produksi
secara keseluruhan.
3.1.6. Diangkat melalui surat keputusan pimpinan perusahaan dan diberi wewenang penuh
untuk melakukan tindakan yang diperlukan dalam melaksanakan SJH termasuk
tindakan perbaikan terhadap kesalahan sampai pada penghentian produksi atau
penolakan bahan baku, sesuai dengan aturan yang ditetapkan LPPOM MUI.
3.2. Uraian Tugas dan Wewenang Auditor Halal internal berdasarkan fungsi setiap bagian
yang terlibat dalam struktur manajemen halal:
3.2.1. Manajemen Puncak
3.2.1.1.

Merumuskan kebijakan perusahaan berkaitan dengan kehalalan produk yang


dihasilkan.

3.2.1.2.

Memberikan dukungan penuh bagi pelaksanaan SJH di perusahaan.

3.2.1.3.

Menyediakan fasilitas dan sarana yang dibutuhkan dalam pelaksanaan SJH

3.2.1.4.

Memberikan wewenang kepada koordinator auditor halal internal untuk


melakukan tindakan tertentu yang dianggap perlu yang berkaitan dengan
pelaksanaan SJH termasuk tindakan perbaikan terhadap kesalahan sampai pada
penghentian produksi atau penolakan bahan baku, sesuai dengan aturan yang
ditetapkan LLPOM MUI.

3.2.2. Ketua Auditor Halal Internal


3.2.2.1.Menyusun manual SJH
3.2.2.2.Mengkoordinasi pelaksanaan SJH
19

________________________________________________

MANUAL SISTEM JAMINAN HALAL (SJH)


PDAM TIRTA BENTENG KOTA TANGERANG
3.2.2.3.Membuat laporan pelaksanaan SJH
3.2.2.4.Melakukan komunikasi dengan pihak LPPOM-MUI
3.2.3. Pengolahan
3.2.3.1.

Menyusun sistem pengolahan berdasarkan bahan yang telah disusun oleh


KAHI dan diketahui oleh LPPOM MUI.

3.2.3.2.

Menyusun sistem perubahan bahan sesuai dengan ketentuan halal.

3.2.3.3.

Mencari alternativ bahan yang jelas kehalalannya.

3.2.3.4.

Melakukan komunikasi dengan KAHI dalam formulasi dan pembuatan


produk baru.

3.2.4. Pengendalian dan Pengawasan Mutu (Laboratorium)


3.2.4.1.

Menyusun dan melaksanakan prosedur pemantauan dan pengendalian untuk


menjamin konsistensi produksi halal.

3.2.4.2.

Melaksanakan pemeriksaan terhadap setiap bahan yang masuk sesuai


dengan sertifikat halal, spesifikasi dan produsennya.

3.2.4.3.

Melakukan komunikasi dengan KAHI terhadap setiap penyimpangan dan


ketidakcocokan bahan dengan dokumen kehalalan.

3.2.5. Pembelian (Pengadaan)


3.2.5.1.

Menyusun prosedur dan pelaksanakan pembelian yang dapat menjamin


konsistensi bahan sesuai dengan daftar bahan yang telah disusun oleh KAHI dan
diketahui oleh LPPOM MUI.

3.2.5.2.

Melakukan komunikasi dengan KAHI dalam pembelian bahan baru dan atau
pemilihan pemasok baru.

3.2.5.3.

Melakukan evaluasi terhadap pemasok dan menyusun peringkat pemasok


berdasarkan kelengkapan dokumen halal.

3.2.6. Produksi (Production)


3.2.6.1.

Menyusun prosedur produksi yang dapat menjamin kehalalan produk

3.2.6.2.

Melakukan pemantauan produksi yang bersih dan bebas dari bahan haram
dan najis.

3.2.6.3.

Menjalankan kegiatan produksi sesuai dengan matrik formulasi bahan yang


telah disusun oleh KAHI dan diketahui oleh LPPOM MUI.
20

________________________________________________

MANUAL SISTEM JAMINAN HALAL (SJH)


PDAM TIRTA BENTENG KOTA TANGERANG
3.2.6.4.

Melakukan komunikasi dengan KAHI dalam hal proses produk halal.

21

________________________________________________

MANUAL SISTEM JAMINAN HALAL (SJH)


PDAM TIRTA BENTENG KOTA TANGERANG
3.2.7. Pergudangan
3.2.7.1.

Menyusun prosedur administrasi pergudangan yang dapat menjamin


kehalalan bahan dan produk yang disimpan serta menghindari terjadinya
kontaminasi dari segala sesuatu yang haram dan najis.

3.2.7.2.

Melaksanakan Penyimpanan produk dan bahan sesuai dengan daftar bahan


dan produk yang telah disusun oleh KAHI dan diketahui oleh LPPOM MUI.

3.2.7.3.

Melakukan komunikasi dengan KAHI dalam sistem keluar masuknya bahan


dari dan kedalam gudang.

3.3. Standard Operating Procedures (SOP)


Standard Operating Prosedures (SOP) adalah suatu perangkat intruksi yang dibakukan untuk
menyelesaikan suatu proses kerja rutin tertentu. SOP dibuat agar perusahaan mempunyai
prosedur baku untuk mencapai tujuan penerapan SJH yang mengacu kepada kebijakan halal
perusahaan. SOP dibuat untuk seluruh kegiatan kunci pada proses produksi halal yaitu bidang
Produksi (pengolahan dan pengawasan), Purchasing, dan Gudang. Adanya perbedaan
teknologi proses maupun tingkat kompleksitas di tiap perusahaan maka SOP di setiap
perusahaan bersifat unik. Contoh kegiatan-kegiatan kunci yang masuk dalam SOP antara lain
SOP pembelian bahan, pengunaan bahan baru, penggantian dan penambahan pemasok baru
dan lain-lain.
3.3.1. SOP Pembelian Barang.
3.3.1.1.

Bahan yang dibeli harus mengacu pada daftar bahan yang telah diketahui
oleh LP POM MUI

3.3.1.2.

Pembelian harus dapat menjamin bahwa yang akan dibeli sesuai dengan data
yang tertera pada sertifikat halal atau dokumen halal (nama dan kode bahan, nama
perusahaan, nama dan lokasi pabrik).

3.3.1.3.

Dokumen pembelian harus terdokumentasi dengan baik dan lengkap.

3.3.2. SOP Pemeriksaan dan penerimaan Bahan


3.3.2.1.

Nama bahan kode bahan, produsen, nama dan lokasi pabrik diperiksa
kesesuaiannya dengan daftar bahan yang telah diketahui oleh LP POM MUI
22

________________________________________________

MANUAL SISTEM JAMINAN HALAL (SJH)


PDAM TIRTA BENTENG KOTA TANGERANG
3.3.2.2.

Bila sertifikat halal menghendaki logo khusus, logo tersebut harus dipastikan
ada pada kemasan halal.

3.3.2.3.

Untuk bahan yang sertifikat halalnya diterbitkan per pengapalan, perlu


dipastikan bahwa lot number, kuantitas, tanggal produksi dan tanggal kadaluarsa
sesuai dengan yang tercantum pada dokumen halal.

3.3.2.4.

Bahan yang telah diperiksa dan sesuai dengan kriteria maka diberi halal pass.

3.3.2.5.

Bahan yang tersimpan digudang adalah bahan yang sesuai dengan dafatar
bahan yang telah diketahui oleh LP POM MUI. Apabila ada bahan diluar daftar
tersebut maka penempatannya harus dipisah dan dipastikan tidak terjadi
kontaminasi silang.

3.3.2.6.

Bahan yang disimpan digudang harus terbebas dari najis dan bahan haram.

3.3.2.7.

Setiap mutasi (pemasukan dan pengeluaran) bahan dari gudang harus dicatat
serta dilengkapi dengan kartu stock, nota permintaan barang dan bukti penerimaan
barang.

3.3.3. SOP Penggantian dan Penambahan Pemasok baru


3.3.3.1.

Jika bahan termasuk kategori kritis, maka diperiksa apakah pemasok baru
telah memiliki sertifikat halal dari MUI atau dari lembaga yang diakui oleh LP
POM MUI.

3.3.3.2.

Bila pemasok tidak memiliki sertifikat halal maka disarankan untuk mencari
pemasok lain yang telah memiliki sertifikat halal dari MUI atau dari lembaga yang
telah diketahui oleh LP POM MUI>

3.3.3.3.

Bila tidak ditemukan alternatif pemasok baru yang telah memiliki sertifikat
halal maka perlu dilakukan pemeriksaan spesifikasi teknis yang menjelaskan asal
usul bahan (sourcce of orogin) dan diagram alir proses pembuatan bahan tersebut
serta dikonsultasikan kepada LP POM MUI melalui internal auditor.

3.3.3.4.

Harus ada jaminan bahwa yang akan dibeli sesuai dengan data yang tertera
pada sertifikat halal atau dokumen halal (nama dan kode bahan, nama perusahaan,
nama dan lokasi pabrik).

23

________________________________________________

MANUAL SISTEM JAMINAN HALAL (SJH)


PDAM TIRTA BENTENG KOTA TANGERANG
3.3.3.5.

Pemasok diperiksa apakah merupakan produsen langsung atau penyalur. Bila


pemasok adalah penyalur, maka harus dibuat perjanjian tertulis dengan pihak
pemasok yang menyatakan bahwa pemasok hanya memasok bahan dari produsen
yang tertera pada dokumen halal.

3.3.3.6.

Rencana penggunaan penggantian pemasok dilaporkan kepada LP POM


MUI melalui internal auditor.

3.3.3.7.

Bahan dari pemasok baru dapat digunakan setelah mendapat persetujuan oleh
LP POM MUI.

3.3.3.8.

Data pemasok yang aktif maupun tidak harus didokumentasikan dengan baik.

3.3.4. SOP Penggunaan Bahan Baru


3.3.4.1.

Bahan baru diperiksa apakah bahan termasuk kategori kritis dan telah
memiliki sertifikat halal dari MUI atau dari lembaga yang diketahui oleh LP POM
MUI.

3.3.4.2.

Bila bahan tidak memiliki sertifikat halal disarankan untuk mencari bahan
alternatif yang sama atau sejenis yang telah memiliki sertifikat halal dari MUI atau
dari lembaga yang telah diketahui oleh LP POM MUI.

3.3.4.3.

Bila bahan alternatif yang sama tidak didapatkan, maka perlu pemeriksaan
spesifikasi teknis yang menjelaskan asal-usul bahan (source of original) dan
diagram alir proses pembuatan bahan tersebut serta dikonsultasikan kepada LP
POM MUI melalui internal auditor.

3.3.4.4.

Rencana penggunaan bahan baru dilaporkan kepada LP POM MUI melalui


internal auditor

3.3.4.5.

Bahan baru dapat digunakan setelah mendapat persetujuan oleh LP POM


MUI.

3.3.5. SOP Produksi Halal


3.3.5.1.

Pembuatan kertas kerja produksi (work sheet) harus mengacu pada formula
dan matrik bahan yang telah diketahui oleh LP POM MUI.

24

________________________________________________

MANUAL SISTEM JAMINAN HALAL (SJH)


PDAM TIRTA BENTENG KOTA TANGERANG
3.3.5.2.

Bahan yang dapat digunakan dalam produksi halal hanya yang terdapat
dalam daftar bahan yang telah diketahui oleh LP POM MUI.

3.3.5.3.

Bahan dipastikan terbebas dari kontaminasi najis dan bahan yang haram.

3.3.5.4.

Lini produksi dipastikan hanya digunakan untuk bahan yang halal.

3.3.5.5.

Apabila lini produksi juga digunakan untuk bahan yang belum disertifikasi
halal, maka prosedur perbersihan dipastikan dapat menghilangkan/menghindari
dari produk dari kontaminasi silang.

3.3.5.6.

Bila ada produk yang tidak disertifikasi mengandung turunan babi, alat dan
lini produksi dipastikan terpisah.

3.3.5.7.

Harus dipastikan bahwa di area produksi tidak boleh ada bahan-bahan atau
barang-barang yang tidak digunakan untuk produksi.

3.3.5.8.

Catatan produksi didokumentasikan dengan baik dan lengkap.

3.3.6. SOP Perubahan Formula dan Pengembangan Produk Baru


3.3.6.1.

Prinsip perubahan formula dan pengembangan produk baru adalah


mengutamakan pada daftar bahan yang telah diketahui LP POM UI

3.3.6.2.

Perubahan formula yang menghasilkan produk baru harus diajukan dalam


proses sertifikasi halal baru.

3.3.6.3.

Perubahan formula yang tidak menghasilkan produk baru dan tidak


menggunakan bahan baru (reformulasi komposisi) tidak perlu dilaporkan kepada
LPPOM MUI

3.3.6.4.

Perubahan formula yang tidak menghasilkan produk baru tetapi


menggunakan bahan baru (penggunaan bahan alternatif) harus mengacu kepada
SOP penggunaan bahan baru.

3.3.6.5.

Rencana pembuatan formula baru yang tidak menghasilkan produk baru


dilaporkan kepada LP POM MUI melalui internal auditor.

3.3.6.6.

Formula baru dapat digunakan setelah mendapat persetujuan oleh LP POM


MUI.

3.3.6.7.

Apabila formula baru tidak mendapat persetujuan maka formula baru tidak
dapat digunakan.
25

________________________________________________

MANUAL SISTEM JAMINAN HALAL (SJH)


PDAM TIRTA BENTENG KOTA TANGERANG
3.4. Acuan Teknis
Pelaksanaan SJH dilakukan oleh bidang-bidang yang terkait dalam organisasi managemen
halal. Dalam pelaksanaanya perlu dibuat acuan teknis yang berfungsi sebagai dokumen untuk
membantu pekerjaan bidang-bidang terkait dalam melaksanakan fungsi kerjanya.
3.4.1. Acuan Teknis untuk Bagian Pembelian.
3.4.1.1.

Daftar bahan meliputi nama bahan, pemasok dan produsen yang telah
disusun oleh KAHI dan diketahui oleh LP POM.

3.4.1.2.

Daftar Lembaga sertifikasi halal yang telah diakui LP POM MUI.

3.4.1.3.

Kebijakan dari masing-masing lembaga sertifikasi yang terkait dengan


produk (Sertifikat per pengiriman, wilayah berlakunya Sertifikat Halal, masa
berlaku Sertifikat Halal, logo halal pada kemasan dan lain-lain)

3.4.1.4.

SOP penambahan pemasok baru

3.4.2. Acuan Teknis Bagian Produksi meliputi pengolahan


3.4.2.1.

Daftar bahan meliputi nama bahan, pemasok dan produsen yang telah
disusun oleh KAHI dan diketahui oleh KAHI dan diketahui oleh LP POM MUI.

3.4.2.2.

Formula/intruksi kerja produksi sesuai dengan matriks bahan.

3.4.2.3.

Tabel hasil identifikasi peluang kontaminasi proses produk dari bahan


haram/najis dan tindakan pencegahannya

3.4.2.4.

SOP produksi halal.

3.4.3. Acuan Teknis untuk Bagian Pengawasan (laboratorium)


3.4.3.1.

Daftar bahan meliputi nama bahan, pemasok dan produsen yang telah
disusun oleh KAHI dan diketahui oleh LP POM MUI.

3.4.3.2.

Kebijakan dari masing-masing lembaga sertifikasi yang terkait dengan


produk (Sertifikat per pengiriman, wilayah berlakunya Sertifikat Halal, masa
berlakunya Sertifikat Halal, dan lain-lain).

3.4.3.3.

SOP pemeriksaan bahan.

3.4.4. Acuan Teknis untuk Bagian Pergudangan.


26

________________________________________________

MANUAL SISTEM JAMINAN HALAL (SJH)


PDAM TIRTA BENTENG KOTA TANGERANG
3.4.4.1.

Daftar bahan meliputi nama bahan, pemasok dan produsen yang telah
disusun oleh KAHI dan diketahui oleh LP POM MUI.

3.4.4.2.

Tanda pada kemasan logo, Lot number , nama dan alamat /lokasi produksi)
yang harus disesuaikan dengan dokumen kehalalan.

3.4.4.3.

Prosedur penyimpanan bahan/produk yang menjamin terhindarnya bahan


/produk dari kontaminasi oleh barang haram dan najis.

3.4.4.4.

SOP pernerimaan dan penyimpanan bahan.

3.5. Sistem Administrasi.


Perusahaan harus mendisain suatu sistem administrasi terintegrasi yang dapat ditelusuri
(traceable) dari pembelian bahan sampai dengan distribusi produk. Secara rinci administrasi
yang terkait dengan SJH dimulai dari administrasi bagian pembelian bahan (purchasing),
pengawasan (laboratorium), penyimpanan bahan (Warehousing), Produksi/Operasi, dan
Distribusi. Secara skematik sistem administrasi yang terintegrasi dapat dilihat pada gambar 2.
berikut Form-form disetiap bagian dilampirkan pada Manual SJH perusahaan.
Produksi

Pembelian

Umum dan
pergudangan

Penerimaan

Laboratorium
dan Gudang

Penyimpanan

Pengolahan

Reservoir

Gudang

Pengolahan

Produksi /
Distribusi

Gambar 2. Rantai Sistem Administrasi SJH


3.6. Sistem Dokumentasi

27

________________________________________________

MANUAL SISTEM JAMINAN HALAL (SJH)


PDAM TIRTA BENTENG KOTA TANGERANG
Pelaksanaan SJH di perusahaan harus didukung oleh dokumentasi yang baik dan mudah
diakses oleh pihak yang terlibat dalam proses produksi halal termasuk LP POM MUI sebagai
lembaga sertifikasi halal. Dokumen yang harus dijaga antara lain.
3.6.1. Pembelian bahan
3.6.2. Penerimaan bahan
3.6.3. Penyimpanan bahan
3.6.4. Produksi (proses Produksi dan Pembersihan Fasilitas Produksi )
3.6.5. Penyimpanan Produk
3.6.6. Distribusi Produk
3.6.7. Evaluasi dan Monitoring (laporan berkala)
3.6.8. Kegiatan Pelatihan dan Sosialisasi
3.6.9. Tindakan Perbaikan atas Ketidaksesuaian
3.6.10. Manajemen Review
Dalam manual SJH akan dijelaskan dokumentasi tiap fungsi operasi disertai penanggung
jawab dan lokasinya. Contoh dokumen dapat dilihat di lampiran.
3.7. Sosialisasi
SJH yang telah dibuat dan diimplementasikan oleh perusahaan harus disosialisasikan ke
seluruh pemangku kepentingan (stakeholder) perusahaan termasuk kepada pihak ketiga
(pemasok, makloon). Tujuan kegiatan ini adalah agar seluruh pemangku kepentingan
memiliki kepedulian (awareness) terhadap kebijakan halal sehingga timbul kesadaran
menerapkan ditingkat operasional. Metode Sosialisasi yang dilakukan dapat berbentuk poster,
leaflet, ceramah umum, buletin internal, audit supplier atau memo internal perusaahaan
3.8. Pelatihan
Perusahaan perlu melakukan pelatihan bagi seluruh jajaran pelaksana SJH. Untuk itu
perusahaan harus mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dalam periode waktu tertentu.
Pelatihan harus melibatkan semua personal yang pekerjanya mungkin mempengaruhi status
kehalalan produk. Pekerjaan yang mungkin mempengaruhi status kehalalan produk harus

28

________________________________________________

MANUAL SISTEM JAMINAN HALAL (SJH)


PDAM TIRTA BENTENG KOTA TANGERANG
diserahkan kepada personal yang kompeten sesuai dengan pendidikan, pelatihan dan
pengalaman (dalam hal ini dibidang pekerjaan dan hukum Islam).
Tujuan dari Pelatihan adalah: (1) Meningkatkan pemahaman karyawan tentang pengertian
halal haram, pentingnya kehalalan suatu produk, titik kritis bahan dan pross produksi. (2)
Memahami SJH.
3.9. Komunikasi Internal dan External
Perusahaan dalam melaksanakan SJH perlu melakukan komunikasi dengan berbagai pihak
yang terkait baik secara internal maupun eksternal. Untuk itu perusahaan harus membuat dan
melaksanakan prosedur untuk:
3.9.1. Melakukan komunikasi internal antara berbagai tingkatan dan fungsi organisai
3.9.2. Menerima, mendokumentasi, dan menanggapi komunikasi dari pihak luar termasuk
dengan LPPOM MUI.
3.10. Audit Internal.
Pemantauan dan evaluasi SJH pelaksanaanya diwujudkan dalam bentuk audit internal.
3.10.1. Tujuan Audit Internal.
3.10.1.1.

Menentukan kesesuaian SJH perusahaan dengan standar yang telah ditetapkan


oleh LP POM MUI.

3.10.1.2.

Menentukan kesesuaian pelaksanaan SJH perusahaan dengan perencanaannya.

3.10.1.3.

Mendeteksi penyimpanan yang terjadi serta menentukan tindakan perbaikan


dan pencegahan.

3.10.1.4.

Memastikan bahwa permasalahan yang ditemukan pada audit sebelumnya telah


diperbaiki sesuai dengan kerangka waktu yang telah ditetapkan.

3.10.1.5.

Menyediakan informasi tentang pelaksanan SJH kepada manajemen dan LP


POM MUI

3.10.2. Ruang Lingkup Audit Internal.


3.10.2.1.

Dokumentasi SJH
Pemeriksaan kelengkapan dan kesesuaian dokumen pendukung kehalalan
produk yang menyangkut bahan, proses maupun produk di setiap bagian
yang terkait, seperti : daftar bahan, spesifikasi, sertifikat halal, formula,

29

________________________________________________

MANUAL SISTEM JAMINAN HALAL (SJH)


PDAM TIRTA BENTENG KOTA TANGERANG
dokumen pembelian bahan, dokumen penggudangan, dan sebagainya. Halhal yang diperhatikan adalah :
a. Kelengkapan dokumen SJH.
b. Kelengkapan spesifikasi bahan
c. Kelengkapan, keabsahan dan masa berlaku sertifikat halal bahan
d. Kecocokan formula dengan daftar bahan halal
e. Kecocokan dokumen pembelian bahan dengan daftar bahan halal.
f. Kelengkapan dan kecocokan dokumen produksi dengan daftar bahan dan
formula halal.
g. Kelengkapan dan kecocokan dokumen penggudangan dengan daftar
bahan dan daftar produk halal.
h. Uji mampu telusur (traceability system).

30

________________________________________________

MANUAL SISTEM JAMINAN HALAL (SJH)


PDAM TIRTA BENTENG KOTA TANGERANG
3.10.2.2.

Pelaksanaan SJH
Audit pelaksanaan SJH di perusahaan mencakup :
a. Organisasi Manajemen Halal
b. Kelengkapan Dokumen Acuan Teknis Pelaksanaan SJH
c. Implementasi dokumen
d. Pelaksanaan sosialisasi SJH
e. Pelatihan
f. Komunikasi internal dan eksternal dalam pelaksanaan SJH
g. Pemantauan dan Evaluasi pelaksanaan SJH.
h. Pelaporan internal dan eksternal Pelaksanaan SJH
i. Pengambilan bukti berupa form-form atau hal-hal lain tentang
pelaksanaan SJH di perusahaan jika dianggap perlu.

3.10.3. Pelaksanaan Audit Internal


3.10.3.1.

Waktu Pelaksanaan
Audit Halal internal dilakukan sekurang-kurangnya sekali tiap 6 bulan atau
pada saat terjadi perubahan-perubahan yang mungkin mempengaruhi status
kehalalan produk seperti : perubahan manajemen, kebijakan, formulasi,
bahan, proses maupun keluahan dari konsumen.

3.10.3.2.

Metode Pelaksanaan
Audit halal internal dapat dilaksanakan secara bersamaan dengan audit
sistem yang lain. Tetapi formulir audit halal internal dibuat terpisah. Audit
dilakukan dengan metode :
a. Wawancara
b. Pengujian dokumen
c. Observasi lapang dan fisik

3.10.3.3.

Pelaksana (Auditor)
Audit halal Internal dilakukan oleh Tim Auditor Halal Internal Pelaksana
audit internal dilakukan oleh AHI dari departemen yang berbeda (cross
audit).

3.10.3.4.

Pihak yang diaudit (Auditee)


31

________________________________________________

MANUAL SISTEM JAMINAN HALAL (SJH)


PDAM TIRTA BENTENG KOTA TANGERANG
Pihak auditee adalah seluruh bagian dan seksi yang terkait dalam proses
produksi halal seperti :
a. Bagian Produksi
b. Bagian Umum & Administrasi
c. Seksi Umum & Pergudangan
d. Seksi Pengolahan
e. Seksi Laboratorium
3.11. Tindakan Perbaikan
Tindakan perbaikan atas pelaksanaan SJH dilakukan jika pada saat dilakukan audit halal
internal ditemukan ketidak sesuaian pelaksanaanya. Tindakan perbaikan harus dilakukan
sesegera mungkin, jika temuan yang didapatkan berdampak langsung terhadap status
kehalalan produk. Semua bentuk tindakan perbaikan dilakukan oleh perusahaan dengan
dibuat berita acara serta laporannya dan terdokumentasikan dengan baik. Format laporan
ketidak sesuaian dapat dilihat pada lampiran
3.12. Kaji Ulang Manajemen (Management Review)
Kaji ulang manajemen atas SJH secara menyeluruh harus dilakukan dalam kurun waktu
tertentu misalnya minimal 1 tahun sekali. Kaji ulang dilakukan oleh seluruh devisi dalam
SHJ termasuk manajemen puncak. Kaji ulang harus tercatat dalam laporan tertulis seperti
lampiran.

32

________________________________________________

MANUAL SISTEM JAMINAN HALAL (SJH)


PDAM TIRTA BENTENG KOTA TANGERANG
LAMPIRAN : Pohon Keputusan untuk Identifikasi Titik Kritis
A. Identifikasi Titik Kritis Bahan
A.1. Identifikasi Titik Kritis Bahan Nabati
Bahan nabati
Pengolahan ?

Tidak

Ya

Non TK

Kultivasi Mikrobial ?

Ya

Tidak

Fermentasi
Khamr?

+ Bahan
Tambahan?

Tidak

Ya

TK

Haram

Tidak

Ya

Non TK

TK

Catatan :
TK
: Titik Kritis
Non TK
: Titik Tidak Kritis
Tk apa untuk bahan dikaji lebih lanjut pada prosedur Penetapan Status Bahan
Bahan nabati yang diperiksa dalam penetapan titik kritis ini adalah bahan nabati yang status
awalnya halal, bukan bahan nabati yang sudah mendapat status keharaman terlebih dahulu, seperti
ganja, kokain, opium, dan lain-lain.

33

________________________________________________

MANUAL SISTEM JAMINAN HALAL (SJH)


PDAM TIRTA BENTENG KOTA TANGERANG
A.2. Identifikasi Titik Kritis Bahan Hewani
Bahan Hewani

Susu Telur Ikan


Ada Pengolahan ?

Ya

Tidak

TK

Non TK

Daging dan hasil samping (lemak, tulang, kulit, dll


Apakah daging dan hasil samping berasal
Dari Hewan Halal?

Tidak

Ya

Haram

Apakah Hewan disembelih


Sesuai dengan Syariat Islam
dan memiliki SH MUI atau
Lembaga yang diakui LP.POM

Tidak

Ya

Tidak boleh
digunnakan

34

Ada Pengolahan
lanjutan

Ya

Tidak

TK

Non TK

________________________________________________

MANUAL SISTEM JAMINAN HALAL (SJH)


PDAM TIRTA BENTENG KOTA TANGERANG

A.3. Identifikasi Titik Kritis Produk Mikrobial

Produk
Mikrobial
TK

Semua produk mikrobial merupakan titik kritis

Titik kritis terletak pada media, baik media penyegaran hingga media produksi (bisa nabati atau
hewani).

A.4. Identifikasi Titik Kritis Bahan Lain-lain


Bahan Lain-lain

Bahan Tambang

Sintetik

Campuran

Non TK

TK
Organik
TK

Non Organik
Apakah mengandung
Bahan penolong

Tidak
Non TK
35

Ya
TK

________________________________________________

MANUAL SISTEM JAMINAN HALAL (SJH)


PDAM TIRTA BENTENG KOTA TANGERANG

B. Identifikasi Titik Kritis Penyimpanan dan Lini Produksi


Apakah semua Produk disertifikasi halal ?

Ya

Tidak

Apakah ada peluang


Terkontaminasi Bahan-bahan
Haram/najis ?

Apakah produk sejenis non sertifikasi


Menggunakan merk yang sama?

Ya
Ya

Tidak

TK 1

Non TK

Tidak

Tidak dapat
disertifikasi

Apakah bahan untuk produk non Sertifikasi


mengandung babi atau Hasil sampingnya

Tidak

Ya
Tidak dapat
disertifikasi

Apakah lini produksi, penyimpanan


Bahan dan produk untuk produk
Disertifikasi dg non sertifikasi terpisah?

Ya

Tidak
Apakah prosedur sanitasi yang
dilakukan dapat menghilangkan
lemak, bau, warna + rasa?

Non TK

Tidak

Ya

Tidak dapat
disertifikasi

Apakah ada peluang terkontaminasi


Bahan-bahan haram/najis

Ya

Tidak

TK 2

Non TK

36

________________________________________________

MANUAL SISTEM JAMINAN HALAL (SJH)


PDAM TIRTA BENTENG KOTA TANGERANG

Catatan :
1. LP POM MUI merekomendasikan agar perusahaan yang mengajukan sertifikat halal mensertifikat
semua produknya pada semua pabrik dan lini produksi yang dimilikinya.
2. Perusahaan harus menjaga agar produk yang sertifikasinya tidak tercemar dengan barang haram dan
najis.
3. Jika perusahaan hanya mensertifikasi sebagian produknya, maka produk yang tidak disertifikasi tidak
boleh menggunakan merek yang sama dengan produk yang disertifikasi, tidak mengandung babi atau
bahan turunan dari babi.
4. Lini produksi, tempat penyimpanan bahan atau produk yang disertifikasi dan yang disertifikasi harus
terpisah secara nyata.
5. TK1 adalah kontaminasi dari lingkungan (hewan piaraan, burung, cicak dan lain-lain) dan karyawan
(katering, makanan, minuman)
6. Untuk TK1 perlu dilakukan pencegahan dengan cara: (a) Penutupan tempat-tempat terbuka yang
memungkinkan terjadinya kontaminasi. (b) Karyawan dilarang untuk membawa makanan dan
minuman ke ruang produksi.
7. TK2 adalah kontaminasi silang dari bahan-bahan yang tidak disertifikasi (bahan-bahan haram atau
najis selain babi)
8. Untuk TK2 perlu dilakukan pencegahan melalui pemisahan secara fisik dan administrasi antara bahan
produk yang disertifikasi halal dan yang tidak.

37

________________________________________________

MANUAL SISTEM JAMINAN HALAL (SJH)


PDAM TIRTA BENTENG KOTA TANGERANG

C. Identifikasi Titik Kritis Distribusi


Apakah semua Produk yang distribusikan disertifikasi halal ?

Tidak

Ya

Apakah alat distribusi


Berbeda?

Non TK

Tidak

Ya
Non TK

Apakah produk non sertifikasi halal


mengandung babi dan hasil sampingnya?

Tidak

Ya
Tidak disertifikasi

Ada kemasan?

Ya

Tidak

Apakah kemasan dapat


mencegah kontaminasi silang?

TK 1

Ya

Tidak

Non TK

TK 2

Catatan:

38

________________________________________________

MANUAL SISTEM JAMINAN HALAL (SJH)


PDAM TIRTA BENTENG KOTA TANGERANG
1. Jika distribusi dilakukan oleh pihak ketiga harus dibuat sistem distribusi yang bisa menjamin bahwa
distribui dilakukan terpisah antara produk yang disertifikasi dan non sertifikasi.
2. TK 1 adalah dimana kondisi produk dalam keadaan curah, sehingga harus menggunakan wadah yang
dapat mencegah terjadinya kontaminasi silang.
3. TK 2 dapat dicegah dengan menggunakan kemasan distribusi yang dapat mencegah kontaminasi silang.
D. Identifikasi Titik Kritis Pemajangan (Display)
Apakah semua Produk yang dipajang bersertifikasi halal ?

Tidak

Ya

Apakah pemajangan
Terpisah secara nyata

Non TK

Tidak

Ya
Non TK

Apakah produk non sertifikasi halal


mengandung babi ?

Tidak

Ya
TK 1

Ada kemasan?

Ya

Tidak

Non TK

TK 2

Catatan:
39

________________________________________________

MANUAL SISTEM JAMINAN HALAL (SJH)


PDAM TIRTA BENTENG KOTA TANGERANG
* TK 1 dan TK 2 = tidak boleh dilakukan sama sekali.

E. Identifikasi Titik Kritis Penyembelihan.


Apakah penyembelih beragama Islam ?

Ya

Tidak

Apakah penyembelihan memahami dan menjalankan


Proses penyembelihan susuai Syariat Islam

Tidak dapat SH

Ya

Tidak

Apakah dilakukan pemingsanan

TK 1

Tidak

Ya
TK 2

Apakah digunakan pisau tajam


Ya

Tidak

Apakah hewan mati sempurna & darah keluar sempurna

TK 3

Ya

Tidak

Apakah darah/bangkai dimanfaatkan

TK 4

Ya

Tidak
Non TK

40

Tidak dapat SH

________________________________________________

MANUAL SISTEM JAMINAN HALAL (SJH)


PDAM TIRTA BENTENG KOTA TANGERANG

Catatan:
TK1 : Dicegah dengan cara pembinaan terhadap penyembelih
TK2 : dicegah dengan menggunakan teknik stunning dengan peralatan tertentu yang tidak menyebabkan
hewan mati sebelum disembelih dan harus dilakukan pemeriksaan secara rutin terhadap hewan.
TK3 : dicegah dengan mengontrol pisau yang digunakan dan diperiksa ketajamannya setiap saat.
TK4 : dicegah dengan cara menetapkan tenggang waktu tertentu yang menjamin hewan dapat sudah benarbenar mati dan darah keluar dengan tuntas sebelum diproses lebih lanjut (perendaman air panas dan
pengulitan)
PROSEDUR PENETAPAN STATUS BAHAN
Apakah bahan merupakan Produk Impor?

Ya

Tidak

Apakah memiliki SH MUI atau Lembaga Luar


Negeri yang diakui MUI dan masih berlaku?

Tidak

Ya

Tidak

Apakah memiliki SH MUI dan


Masih berlaku
Ya

Apakah ada kemungkinan mengandung


Bahan yang diragukan? (biasanya bahan
Hewani, atau produk khamr)

Tidak

Ya

Kajian LP POM MUI


Bermasalah

Sertifikat Halal
Tidak

Halal

Tidak
Bermasalah

Bahan dapat
digunakan

Bahan tidak
Dapat digunakan
Catatan:
1. Prosedur ini berlaku untuk semua produsen dan pemasok
41

________________________________________________

MANUAL SISTEM JAMINAN HALAL (SJH)


PDAM TIRTA BENTENG KOTA TANGERANG
2. Keluaran dari prosedur penetapan status bahan adalah daftar bahan yang dapat dipakai sebagai acuan
untuk auditor halal internal.
3. Bahan dalam kategori daftar bahan yg dapat digunakan, sebelum diimplementasikan harus disahkan
terlebih dahulu oleh LP POM MUI
4. Bahan dalam kategori daftar bahan yang tidak dapat digunakan tidak ada di areal pabrik.
5. Bahan yang dapat digunakan harus dilengkapi dokumen pendukung berupa spesifikasi bahan, surat
recomendasi atau sertifikat halal dari LP POM MUI atau Lembaga Sertifikasi Halal Luar negeri yang
direkomendasi LP POM MUI.
6. Bahan yang melalui proses kajian LP POM MUI dilengkapi dengan rekomendasi LP POM MUI,
sedangkan bahan yang melalui sertifikasi halal dilengkapi dengan sertifikat halal MUI

MATRIKS BAHAN BAKU, TAMBAHAN DAN PENOLONG


UNTUK SEMUA PRODUK YANG DISERTIFIKASI HALAL
Nama Perusahaan

: PDAM TIRTA BENTENG KOTA TANGERANG

Jenis Produk

: AIR MINUM PERPIPAAN

DAFTAR ACUAN BAHAN BAKU /TAMBAHAN/PENOLONG


PDAM TIRTA BENTENG KOTA TANGERANG
No

Jenis
Bahan

Air

Air

Bahan

Baku

Sungai

alami

Koagu

Aluminiu

Cisadane
PT. Timur

CV. Cipta

lant

m Sulfat

Raya

Karya

Penam

Soda Ash

Tunggal
PT. JM

Solusindo
CV. Cipta
Karya
Solusindo

Nama
Bahan

Produ
sen

bah

Mutu

pH

Utama

Pema
Sok

Spesifi
Kasi
Bahan
(V)

Sertifi
Kasi
Halal
(V)

Lemba No.
ga
SH
Sertifi
Kasi
halal

Masa
Berla
Ku
SH

Keteraran
gan

Bahan
kimiawi

Bahan
kimiawi

42

________________________________________________

MANUAL SISTEM JAMINAN HALAL (SJH)


PDAM TIRTA BENTENG KOTA TANGERANG
4

Desinf

Natrium

PT.

ektan

Hipoklorit

Sand

Pasir

CV. Cipta
Karya
Cakrawala
Solusindo
Indopac
Pulau
PT. Mufen

Filter

Kwarsa

Bangka

Bahan
kimiawi
Bahan

Tirta

alami

Belitung

43

________________________________________________

MANUAL SISTEM JAMINAN HALAL (SJH)


PDAM TIRTA BENTENG KOTA TANGERANG
Tabel. Hasil Penetapan Titik Kritis Proses Produksi dan Tindakan Pencegahannya
No.
1

Prosedur

Titik

Informasi

Tindakan

Penambahan
bahan

Kritis
Asal usul
bahan

Kunci
Bahan harus
sesuai dengan
matriks yang
telah diketahui
oleh LP-POM
MUI

Koreksi
Hentikan
penggunaan bahan
yang tidak ada
dalam matriks

44

Verifikasi

Dokumentasi

________________________________________________

MANUAL SISTEM JAMINAN HALAL (SJH)


PDAM TIRTA BENTENG KOTA TANGERANG
LAMPIRAN
1.
1a.
1b.
1c.
1d.
1e.
2
2a.

2b.

2c.

2d.

2e.

Form Laporan Berkala


Ringkasan Hasil Audit
Waktu Audit Internal
:
Auditor
:
Auditee
:
Temuan
:
Tindakan Koreksi
:
Ringkasan Perubahan dalam 6 bulan terakhir
Perubahan Manajemen Halal yang berpengaruh terhadap kebijakan halal
Penjelasan :

Perubahan komponen Manual SJH (SOP, dokumen, personal, dll)


Penjelasan :

........
Perubahan lokasi IPA dan pembuatan IPA di lokasi baru
Penjelasan :

........
Perubahan bahan (produsen/ pemasok, tipe bahan, dll)
Penjelasan :

........
Perubahan proses dan pengembangan IPA
Penjelasan :

Berita Acara Tindakan Koreksi atas temuan dalam Audit Internal


Daftar bahan terakhir dan dokumen pendukung

45

Ya

Tidak

________________________________________________

MANUAL SISTEM JAMINAN HALAL (SJH)


PDAM TIRTA BENTENG KOTA TANGERANG
LAMPIRAN
FORMAT AUDIT HALAL INTERNAL LABORATORIUM
No

PERTANYAAN
Ya

Hasil Audit
Tidak
Keterangan

Apakah bagian Laboratorium memiliki daftar bahan yang


telah diketahui LP POM MUI
2
Apakah setiap bahan datang selau diperiksa kualitasnya?
3
Apakah bahan masuk setelah mendapatkan persetujuan
dari bagian Laboratorium dan auditor halal internal
4
Sebelum bahan masuk apakah Laboratorium memeriksa
nama produsen, merek, jenis barang, dan kualitas yang
tercantum pada label kemasan sesuai dengan dokumen
pengadaan?
Catatan Khusus Auditor

Menyetujui

Yang Membuat

Kasi. Laboratorium

Auditor Halal Internal

Gusni Elgawati, A.md

Akhmad Kautsar

46

________________________________________________

MANUAL SISTEM JAMINAN HALAL (SJH)


PDAM TIRTA BENTENG KOTA TANGERANG
LAMPIRAN
FORMAT AUDIT HALAL INTERNAL PENGOLAHAN
No

PERTANYAAN
Ya

Hasil Audit
Tidak
Keterangan

Apakah bagian produksi hanya memproduksi air bersih yang


disertifikasi halal
2
Apakah ada konsistensi penggunaan bahan baku, bahan
tambahan dan bahan penolong?
3
Apakah bahan-bahan tersebut tercantum pada daftar bahan
halal yang telah diketahui LPPOM MUI?
4
Apakah penyelenggara proses produksi didukung oleh sistem
administrasi yang baik?
5
Apakah semua bahan baku, tambahan dan penolong tercatat
secara sistematis serta mudah untuk ditelusuri?
6
Apakah proses pengolahan dilakukan sedemikian rupa
sehingga dapat menghindari terkontaminasinya produk dari
bahan haram dan/atau najis?
7
Apakah bagaian produksi mempunyai intruksi kerja untuk
sertiap tahapan proses.
Catatan Khusus Auditor

Menyetujui
Kabag. Produksi

Yang Membuat
Auditor Halal Internal

Sumarya, ST

Ida Nuraida

47

________________________________________________

MANUAL SISTEM JAMINAN HALAL (SJH)


PDAM TIRTA BENTENG KOTA TANGERANG
LAMPIRAN
FORMAT AUDIT HALAL INTERNAL PADA PERGUDANGAN
No

PERTANYAAN
Ya

Hasil Audit
Tidak
Keterangan

Apakah bagian gudang didukung dengan sistem


administrasi yang mudah ditelusuri?
2
Apakah bagian gudang memegang daftar bahan yang telah
diketahui oleh LP POM MUI?
3
Apakah semua bahan di gudang merupakan bahan
produksi yang sesuai dengan daftar bahan yang telah
diketahui oleh LP POM MUI?
4
Apakah bahan-bahan untuk produksi, non produksi, dan
lain-lain dipisahkan?
5
Apakah pemisahan dengan cara menggunakan ruangan
yang berbeda?
6
Jika jawaban pertanyaan no 5 tidak, apakah pemisahan
dilakukan dengan pemberian sekat yang jelas?
7
Jika jawaban no 6 tidak, apakah pemisahan dilakukan
dengan cara menggunakan rak yang berbeda dengan
diberikan tanda-tanda yang jelas?
8
Apakah semua bahan di gudang berlabel dengan jelas?
Catatan Khusus Auditor

Menyetujui

Yang Membuat

Kasi. Umum dan Pergudangan

Auditor Halal Internal

Asep Sudrajat

Ade Kurniawan

48

________________________________________________

MANUAL SISTEM JAMINAN HALAL (SJH)


PDAM TIRTA BENTENG KOTA TANGERANG
LAMPIRAN
FORMAT AUDIT HALAL INTERNAL PEMBELIAN
No

PERTANYAAN
Ya

Hasil Audit
Tidak
Keterangan

Apakah halal menjadi pertimbangan utama dalam


pengadaan bahan baku, bahan tambahan dan bahan
penolong?
2
Apakah bagian pengadaan memiliki daftar bahan,
pemasok, dan produsen bahan yang telah diketahui oleh
LPPOM MUI
3
Apakah untuk perubahan pemasok atau produsen bahan
baru diketahui oleh AHI (berdasarkan hasil konsultasi
dengan LP POM MUI)?
4
Apakah pengadaan bahan baru oleh Pembelian terlebih
dahulu telah mendapat persetujuan dari Bagian
Laboratorium Produksi dan AHI (berdasarkan hasil
konsultasi dengn LP POM MUI)?
5
Adakah catatan jika terjadi perubahan bahan, pemasok atau
produsen bahan?
6
Apakah contoh bahan dari pemasok yang diterima bagian
pengadaan disertai dokumen yang berkaitan dengan status
kehalalannya (sertifikat halal, deskripsi produk, spesifikasi,
alur proses, dan asal usul bahan)?
7
Apakah kegiatan didukung dengan sistem administrasi
yang baik? Seperti semua catatan pengadaan
terdokumentasi dengan lengkap, sistematis, rapi, dan
mudah ditelusuri.
Catatan Khusus Auditor

Menyetujui

Yang Membuat

Kabag. Administrasi Umum dan Personalia

Auditor Halal Internal

Reni Risrianti, ST

Asep Sudrajat

49

________________________________________________

MANUAL SISTEM JAMINAN HALAL (SJH)


PDAM TIRTA BENTENG KOTA TANGERANG
LAMPIRAN
FORMAT AUDIT HALAL INTERNAL JARINGAN PERPIPAAN DI PRODUKSI /DISTRIBUSI
No

PERTANYAAN
Ya

Hasil Audit
Tidak
Keterangan

Apakah jaringan pipa unit produksi (bahan dan / atau


produk jadi) selalu dalam keadaan bersih dan suci dari
najis?
2
Adakah jaminan bahwa jaringan perpipaan dalam proses
produksi air bersih tidak tercampur /terkontaminasi?
3
Untuk air bersih adakah seleksi khusus dan persyaratan
khusus yang dapat menjamin air bersih terhindar dari
kemungkinan terkontaminasi bahan haram atau najis?
Catatan Khusus Auditor

Menyetujui

Yang Membuat

Kasi. Pengolahan

Auditor Halal Internal

Ida Nuraida, A.md

Yudiana Efendi

50

________________________________________________

MANUAL SISTEM JAMINAN HALAL (SJH)


PDAM TIRTA BENTENG KOTA TANGERANG
LAMPIRAN

LAPORAN KETIDAK SESUAIAN


No
1

ANALISIS / PENJELASAN
Temuan Ketidaksesuaian
Penemu/Penulis Laporan
Fakta temua
Waktu

Analisis penyebab

Tindakan langsung

Tindakan Koreksi

Tindakan Pencegahan

Lokasi
Proses
Penyebab
Pembuat Laporan
Diketahui Oleh
Jenis tindakan
Waktu Eksekusi
Pelaksana oleh
Diketahui oleh
Jenis tindakan
Waktu pencapaian
Waktu eksekusi
Dibuat oleh
Diketahui oleh
Jenis tindakan
Dibuat oleh
Diketahui oleh

51

KETERANGAN
(merubah atau tidak
merubah status
kehalalan)

________________________________________________

MANUAL SISTEM JAMINAN HALAL (SJH)


PDAM TIRTA BENTENG KOTA TANGERANG
LAMPIRAN
Laporan Tinjauan Manajemen
No.

Tema

Uraian Diskusi

kesimpulan

Follow-up

Tanggal
Jatuh tempo

52

Realisasi

Anda mungkin juga menyukai