Anda di halaman 1dari 2

Ulasan :

Menurut pakar semasa seminar pleno tutorial kasus Erni, ruam yang terjadi pada kulit
adalah disebabkan replikasi virus yang dibawa oleh darah dari sistem retikuloendotelial.
Replikasi virus menyebabkan sistem imun bereaksi supaya dapat membunuh virus. Akibat dari
mekanisma pertahanan tubuh ini, proses inflamasi terjadi dan seterusnya menunjukkan
menifestasi pada kulit yang berupa ruam.

Pakar juga menerangkan tentang vaksinasi yang dapat diberikan sebagai tindak
pencegahan. Pada anak-anak di Indonesia, pemberian vaksi dilakukan pada anak usia 9 bulan.
Vaksin diberikan karena imunitas atau antibodi yang di dapat dari ibu sudah mulai menurun
pada waktu ini. Pada negara lain, vaksin diberikan pada anak setelah meraka berusia 1 tahun.
Perbedaan ini hanyalah berdasarkan penelitian yang dilakukan. Tetapi, pada kasus, anak telah
terkena campak karena tidak mandapat antibodi terhadap campak dari ibu. Ini disebabkan ibu
kepada Erni tidak pernah mengalami campak dan tidak pernak mandapat vaksin. Pakar
selanjutnya menerangkan bahwa sekiranya terdapat wabah di daerah, semua bayi di siitu akan
diberikan vaksinasi.

Terdapat juga ketakutan dikalangan ibu-ibu dalam pemberian vaksin campak yang bisa
menyebabkan autism. Tetapi ini telah dibuktikan melalui penelitian bahwa vaksdin campak yang
diberikan dengan indikasi dan prosedur yang benar tidak akan menimbulkan apa-apa
permasalahan. Tetapi sekiranya vaksin tidak diambil, atau kurang diambil, maka akan terjadi
pengurangan efektifitas vaksinasi dan bisa menyebakkan peningkatan angka kesakitan dan
kematian akibat campak.

Menurut pakar yang menjawab beberapa persoalan dari mahasiswa tentang ruam,
masih belum dapat dijelaskan mengapa pada infeksi virus measles ini terjadi menifestasi pada
kulit yang mengaibatkan timbul lesi makulopapular. Terdapat beberapa perkara dalam dunia
kedokteran yang tidak dapat dijelaskan buat masa sekarang. Beberapa perkara yang pasti,
virus morbili dapat menyerang semua organ dan menyebabkan menifestasi pada kulit tetapi
pada organ lain tidak begitu nyata dan virus ini dapat menekan sistem imun menyebabkan
terjadi tanda dan gejala yang terjadi pada demam campak.

Pada kasus ini tidak terjadi pembengkakan kelenjar getah bening, atau lebih tepat
dikatakan pada masa pemeriksaan fisik tidak dijumpai pembengkakan kelenjar getah bening
karena mungkin bengkak telah hilang dan pada kasus campak sering tidak dijumpai
pembengkakan kelenjar getah bening.

Menurut Ikatan Dokter Indonesia, sekiranya seseorang itu telah terkena campak dan
belum diimunisasi, maka tidak perlu lagi diberikan imunisasi karena antibodi terhadap virus
campak telah terbentuk dan kekebalan sudah diperoleh.

Selain itu, pemberian vitamin A juga sangat berguna karena dapat merangsang sistem
imun tubuh. Vitamin A juga dapat mempercepat regenerasi dari mukosa sehingga
menyebabkan mukosa cepat sembuh dan bercak koplik dan ruam dapat segera hilang.

Kesimpulan :

11
Berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik dan gejala klinis, Erni mengalami campak
akibat penularan dari abangnya. Campak ialah penyakit infeksi virus akut, menular, secara
epidemiologi penyebab utama kematian terbesar pada anak. Menurut etiologinya campak
disebabkan oleh virus RNA dari famili paramixoviridae, genus Morbillivirus, yang ditularkan
secara droplet. Gejala klinis campak terdiri dari 3 stadium, yaitu stadium kataral, stadium erupsi
dan stadium konvalesensi. Diagnosis ditegakkan dari gambaran klinis, pemeriksaan
laboratorium dan pemeriksaan penunjang. Komplikasi dari morbili adalah bronkopneumonia,
ensefalitis morbili akut, komplikasi neurologis, SSPE dan immunosuppresive measles
encephalopathy. Prognosis baik pada anak dengan keadaan umum yang baik, tetapi prognosis
buruk bila keadaan umum buruk seperti pada anak yang kurang gizi. Pengobatan yang
dilakukan hanya terapi simptomatik. Pencegahan morbili dapat dilakukan dengan imunisasi
aktif, imunisasi pasif dan isolasi.

12

Anda mungkin juga menyukai