Anda di halaman 1dari 34

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA NY.

M DENGAN
GANGGUAN SENSORI PERSEPSI : HALUSINASI
PENDENGARAN DI BANGSAL SHINTA RS GRHASIA


Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktik Klinik Keperawatan Jiwa II






Disusun oleh:
Dita Amanda Sakti NIM P07120111008



KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN YOGYAKARTA
JURUSAN KEPERAWATAN
2013


LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA NY. M DENGAN GANGGUAN
SENSORI PERSEPSI : HALUSINASI PENDENGARAN DI BANGSAL SHINTA
RS GRHASIA


Disahkan:
Hari/Tanggal :................




Disusun oleh:
Dita Amanda Sakti NIM P07120111008


Mengetahui,
Pembimbing Klinik Pembimbing Pendidikan



( ) ( )








KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-
Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan penyusunan laporan praktek klinik
keperawatan dengan judul Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Ny. M Dengan Gangguan
Sensori Persepsi : Halusinasi Pendengaran Di Bangsal Shinta RS Grhasia sebagai
tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa II.
Pembuatan laporan praktek ini tidak akan terlaksana tanpa adanya kerjasama,
bantuan, dukungan, bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
pada kesempatan ini penyusun menyampaikan terima kasih kepada:
1. DR. Lucky Herawati, SKM, M.Kes selaku direktur Politeknik Kesehatan
kementrian Kesehatan Yogyakarta,
2. Maria H Bakri, SKM, M.Kes selaku Ketua Jurusan Keperawatan Politeknik
Kesehatan Kementrian Kesehatan Yogyakarta,
3. Sarka Ade Susana, SIP, S.Kep, MA., selaku Pembimbing Akademik.
4. Mufit Dewi, S.ST selaku Pembimbing Klinik RS Grhasia
5. Teman-teman khususnya tinggkat III yang juga banyak membantu dalam
menyelesaikan makalah ini.
Penyusun menyadari laporan praktek ini banyak kekurangan, untuk itu penyusun
mohon kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini,
yang diharapkan dapat menjadi perbaikan kami di masa mendatang.
Demikian laporan praktek ini disusun, apabila banyak kesalahan penyusun mohon
maaf dan semoga laporan praktek ini bermanfaat bagi pembaca.

Yogyakarta, Oktober 2013
Penyusun




BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan jiwa merupakan bagian yang integral dari kesehatan.
Kesehatan jiwa bukan sekedar terbebas dari gangguan jiwa, akan tetapi
merupakan suatu hal yang di butuhkan oleh semua orang. Kesehatan jiwa adalah
perasaan sehat dan bahagia serta mampu mengatasi tantangan hidup, dapat
menerima orang lain sebagai mana adanya. Serta mempunyai sikap positif
terhadap diri sendiri dan orang lain. (Menkes, 2005)
Menurut Sekretaris Jendral Dapertemen Kesehatan (Sekjen Depkes), H.
Syafii Ahmad, kesehatan jiwa saat ini telah menjadi masalah kesehatan global
bagi setiap negara termasuk Indonesia. Proses globalisasi dan pesatnya
kemajuan teknologi informasi memberikan dampak terhadap nilai-nilai sosial dan
budaya pada masyarakat. Di sisi lain, tidak semua orang mempunyai kemampuan
yang sama untuk menyusuaikan dengan berbagai perubahan, serta mengelola
konflik dan stres tersebut. ( Diktorat Bina Pelayanan Keperawatan dan Pelayanan
Medik Dapertemen Kesehatan, 2007)
Setiap saat dapat terjadi 450 juta orang diseluruh dunia terkena dampak
permasalahan jiwa, syaraf maupun perilaku dan jumlahnya terus meningkat.
Pada study terbaru WHO di 14 negara menunjukkan bahwa pada negara-negara
berkembang, sekitar 76-85% kasus gangguan jiwa parah tidak dapat pengobatan
apapun pada tahun utama(Hardian, 2008). Masalah kesehatan jiwa merupakan
masalah kesehatan masyarakat yang demikian tinggi dibandingkan dengan
masalah kesehatan lain yang ada dimasyarakat.
Dari 150 juta populasi orang dewasa Indonesia, berdasarkan data
Departemen Kesehatan (Depkes), ada 1,74 juta orang mengalami gangguan
mental emosional. Sedangkan 4 % dari jumlah tersebut terlambat berobat dan
tidak tertangani akibat kurangnya layanan untuk penyakit kejiwaan ini. Krisis
ekonomi dunia yang semakin berat mendorong jumlah penderita gangguan jiwa di
dunia, dan Indonesia khususnya kian meningkat, diperkirakan sekitar 50 juta atau
25% dari juta penduduk Indonesia mengalami gangguan jiwa (Nurdwiyanti, 2008).
Kepala Dinas Kesehatan kota Yogyakarta, Tuty Setijowaty, mengatakan
pada tahun 2012 tercatat ada 7.793 penderita sakit jiwa yang ditangani
puskesmas di Yogya. Dari jumlah tersebut, penderita skizofrenia adalah yang
terbanyak, mencapai 5.071 orang. Selain skizofrenia, beberapa penyakit jiwa lain
juga diidap oleh warga Yogya. Penyakit jiwa itu antara lain halusinasi yang diidap
1.098 warga, gangguan psikotik akut yang diidap 557 orang, neurotik yang diidap
459, dan depresi yang diidap 318.
Berdasarkan hal diatas penulis membuat laporan pendahuluan kesehatan
jiwa tentang halusinasi untuk memenuhi tugas mata ajar Keperawatan Jiwa II.

B. Tujuan
Setelah membuat laporan pendahuluan tenang halusinasi mahasiswa mampu
memahami:
1. Pengertian halusinasi
2. Etiologi halusinasi
3. Klasifikasi halusinasi
4. Rentang respon halusinasi
5. Psikopatologi halusinasi
6. Manifestasi klinis halusinasi
7. Penatalaksanaan
8. Konsep dasar keperawatan
a. Pengkajian keperawatan
b. Diagnosis keperawatan
c. Perencanaan Keperawatan
d. Implementasi keperawatan
e. Evaluasi dan dokumentasi keperawatan


C. Metode Penulisan
Dalam penyusunan laporanpendahuluan ini, penulis menggunakan metode :
1. Studi literature dari beberapa buku dan internet
Diskusi kelompok






BAB III
TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian
Hari, tanggal : Selasa, 22 Oktober 2013
Pukul : 08.30 WIB
Oleh : Dita Amanda
Sumber data : Pasien dan status pasien
Metode : Anamnesa, observasi, pemeriksaan fisik dan studi dokumen

1. Identitas
a. Pasien
Nama : Ny.M
No CM : 0026122
Tanggal lahir : 9 September 1978
Umur : 34 tahun
Agama : Islam
Status perkawinan : Belum menikah
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Tidak bekerja
Suku : Jawa
Alamat : Klaci II Margoluwih Seyegan Sleman
Tanggal Masuk : 14 Oktober 2013 jam 9.30
Dx Medis : F.23
b. Penanggung jawab
Nama : Tn. S
Umur : 35 tahun
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Buruh
Alamat : Klaci II Margoluwih Seyegan Sleman
Hubungan : Suami




2. Alasan Masuk Rumah Sakit
Satu minggu klien mengamuk, membanting barang, susah tidur, bicara
sendiri, tertawa sendiri, marah-marah, tiba-tiba lari keluar rumah, makan
susah, minum (+). Klien mengatakan stress dan mendengar bisikan-bisikan
yang menyuruh klien membanting barang dan lari dari rumah. Bisikan suara
laki-laki, sering terdengar terutama ketika klien marah dan melamun sendiri.
3. Keluhan yang Dirasakan Sekarang
Klien mengatakan yang dirasakan sekarang sudah lebih baik,tidak
mengamuk, tidak ada suara-suara yang mengganggu dan menyuruhnya
membanting barang atau lari dari rumah. Klien tidak betah dirawat di RS
karena ingin bertemu dengan keluarganya dan pusing melihat tingkah laku
pasien lain. Klien mengeluh masih sering sakit kepala yang diderita sejak
hamil kedua.
4. Faktor Predisposisi
Klien mempunyai riwayat rawat jalan bulan November 2007 dengan depresi
dengan cirri psikotik sejak 3 bulan menjelang partus G2 terjadi perubahan
tingkah laku sering melamun, sedih, malas, mandi kurang, makan kurang.
Mendapat terapi Haloperido 2x15 mg, THP 2x2 mg, Ludime 1x25 mg.
Klien mengatakan kakak klien juga mengalami gangguan jiwa.
5. Faktor Faktor Presipitasi
Klien mengatakan banyak hutang dan kedua anaknya nakal membuat klien
stress. Suami klien mengatakan klien minta dibelikan motor Vario.
6. Pemeriksaan Fisik
TTV : TD : 100/70 mmHg R : 24x/menit N : 80x/menit S : afebris
Antropometri: BB : 48 kg TB : 155 cm
Keluhan fisik : -









7. Psikososial
a. Genogram
Kakak kandung klien menderita gangguan jiwa.
Keterangan :
: laki-laki
: perempuan
: Pasien
: tinggal satu rumah


b. Konsep diri
1) Gambaran diri
Klien mengatakan menyukai semua bagian tubuhnya
2) Identitas diri
Klien mengatakan adalah seorang ibu dan seorang istri
3) Peran diri
Selama dirawat klien mengatakan perannya sebagai ibu dan istri
terganggu
4) Ideal diri
Klien mengatakan ingin bekerja seadanya untuk membantu keuangan
keluarganya
5) Harga diri
Klien mengatakan kurang percaya diri setelah dirawat di RSG
c. Hubungan social
1) Orang yang terdekat
Klien orang terdekat klien adalah suami klien. Klien sangat didukung
oleh suami selama dirawat.
2) Peran serta dalam kegiatan kelompok atau masyarakat
Selama dirawat klien berinteraksi baik dengan sesama pasien maupun
perawat, dalam kegiatan di bangsal klien mampu mengikuti dengan
baik.
3) Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Kien mengatakan tidak ada masalah dalam berhubungan dengan
orang lain
d. Spiritual
Klien mengatakan beragama islam,klien mengerjakan sholat wajib dan
sholat malam
8. Status Mental
a. Penampilan
Klien tampak rapi, rambut pendek bersih, gigi bersih, kulit bersih. Cara
berpakaian baik, baju dan celana tidak terbalik. Klien memakai sandal.
Sekitar mata klien tampak berkatung dan menghitam.
b. Pembicaraan
Klien bicara lancar, jawaban klien sesuai dengan pembicaraan, koheren,
kontak mata bagus.
c. Aktivitas
Klien tampak tertib dalam beraktivitas. Klien sering curhat dengan pasien
sebelahnya. Klien suka mendengar musik dangdut, live music, tidur siang.
d. Alam perasaan
Klien mengatakan klien sudah tenang, tidak ada halusinasi. Klien mudah
menangis ketika membahas keluarganya.
e. Afek
Baik sesuai stimulus.
f. Interaksi selama wawancara
Klien kooperatif, kontak mata baik, klien tenang, komunikasi baik.
g. Proses fikir
Proses fikir klien baik, tidak diulang-ulang, saling berhubungan dan dapat
dipahami.
h. Tingkat kesadaran
Orientasi klien baik, klien tidak bingung, instruksi dapat dilakukan klien
dengan baik.
i. Memori
Klien tidak kesulitan mengingat memori jangka panjang, pendek, dan saat
ini
j. Tingkat konsentrasi
Klien dapat berkonsentrasi dengan baik, tidak mudah dialihkan.
k. Daya tilik diri
Klien menyadari penyakitnya, klien mengatakan klien stress karena banyak
masalah.
l. Diagnosis Multiaxial
Axis I : F.23
Axis II : -
Axis III : Belum ada diagnosis
Axis IV : -
Axis V : jelas
9. Kebutuhan Persiapan Pulang
a. Makan
Klien mampu makan dengan mandiri dengan cara yang baik seperti
biasanya, klien makan 3x sehari, pagi, siang dan sore, minum 6 gelas
sehari. Klien dapat menyapkan dan membersihkan alat makan.
b. BAB/BAK
Klien BAB 1x sehari, BAK 5x sehari dan mampu melakukan eliminasi
dengan baik, menjaga kebersihan setelah BAB dan BAK dengan baik.
c. Mandi
Klien mengatakan mandi 2x sehari, menggosok gigi dan menggunakan
sabun. Personal hygiene klien baik.
d. Berpakaian
Klien mengatakan ganti pakaian 2x sehari dengan pakaian yang
disediakan rumah sakit, klien dapat memilih dan mengambil pakaian
dengan baik. Klien menggunakan alas kaki.
e. Pola Istirahat Tidur
Klien dapat tidur malam, kadang terbangun, kadang sholat malam. Klien
sering tidur siang 2-3 kali sehari. Setelah bangun klien merapikan tempat
tidur dan beribadah.
f. Penggunaan Obat
Klien mengatakan selama dirawat klien teratur minum obat. Klien
menyadari klien harus teratur minum obat. Klien minum obat 2 kali sehari 3
macam.
g. Aktivitas
Klien sering membantu menyiapkan makan, klien mencuci baju sendiri,
merapikan kamar tidur dan menyapu.



10. Mekanise Koping
Mekanisme koping klien maladaptif : Selama dirawat klien mudah menangis
ketika ditanya tentang keluarganya. Sebelum dirawat klien stress karena
masalah ekonomi dan anaknya sering bertengkar
11. Masalah Psikososial Dan Lingkungan
a. Masalah dengan dukungan kelompok (-)
b. Masalah berhubungan dengan lingkungan (-)
c. Masalah dengan kesehatan (-)
d. Masalah dengan perumahan (-)
e. Masalah dengan ekonomi : klien mengatakan banyak hutang
12. Aspek Medis
a. Pemeriksaan Penunjang
Darah lengkap (14 Oktober 2013)
Komponen Hasil Nilai Normal
Hemoglobin 14,9 12-16 gr/dL
Leukosit 8 5-10rb/mmk
KED 22 0-15 mm/jam
Eosinofil 2 0,045-0,44 %
Netrofil batang 2 40-75
Limfosit 28 22-40%
Eritrosit 4,67 4,5-5,5 jt/mmk
Hematokrit 42,9 40-50%
Trombosit 234 150-450 ribu/mmk
b. Program terapi
Haloperidol 1,5mg 1-0-1 PO
Trihexylpenidyl 2 mg 1-0-1 PO
Chlorpromazine 25 mg 0-0-1 PO








B. Analisis Data
Nama klien : Ny. M
Umur : 34 tahun
Data Problem
DS :
- Klien mengatakan stress dan mendengar
bisikan-bisikan yang menyuruh klien
membanting barang dan lari dari rumah.
- Bisikan suara laki-laki, sering terdengar
terutama ketika klien marah dan melamun
sendiri.
DO :
- Klien tampak sering melamun
- Klien tampak sering tidur siang
- Mata klien tampak berkantung dan
menghitam
Gangguan sensori persepsi :
halusinasi pendengaran
DS :
- Suami klien mengatakan satu minggu klien
mengamuk, membanting barang, susah tidur,
bicara sendiri, tertawa sendiri, marah-marah,
tiba-tiba lari keluar rumah, makan susah
DO :
- Klien mempunyai riwayat rawat jalan bulan
November 2007 dengan depresi dengan cirri
psikotik
Risiko Perilaku Kekerasan

C. Diagnosis Keperawatan
1. Gangguan Sensori Persepsi : halusinasi pendengaran
2. Risiko Perilaku Kekerasan

Pohon Masalah
Risiko Perilaku Kekerasan

Halusinasi Pendengaran

Koping Individu Inefektif
D. Rencana Keperawatan
Nama Klien : Ny. M No.CM : 0026122
Umur : 34 tahun Ruang : Shinta
No Dx Keperawatan
Percencanaan
Rasional
Tujuan Kriteria Intervensi
1 Selasa, 22 Okt 2013
Jam 08.30 WIB
Gangguan sensori
persepsi : Halusinasi
pendengaran
Selasa, 22 Okt 2013
Jam 08.30 WIB
TUM :
Setelah dilakukan
asuhan keperawatan
selama 5 kali
pertemuan klien dapat
mengontrol halusinasi
TUK 1 :
Klien dapat membina
hubungan saling
percaya
- Klien menunjukkan
tanda percaya pada
perawat
- Ekspresi wajah
bersahabat
- Ada kontak mata
- Mau berjabat
tangan
- Bersedia
mengungkapkan
masalah yang
dihadapi
a. Bina hubungan saling
percaya dengan
terapeutik
b. Sapa klien dengan ramah
baik verbal maupun non
verbal.
c. Perkenalkan nama, nama
panggilan dan tujuan
perawat berkenalan.
d. Tanyakan nama lengkap
dan nama panggilan yang
disukai klien
e. Buat kontrak yang jelas
f. Tunjukkan sikap jujur dan
menepati janji setiap kali
interaksi.
g. Tanyakan perasaan klien
a. Menjalin trust dengan
klien
b. Memberikan
kenyamanan pada
klien
c. Meningkatkan
keercayaan klien pada
perawat
d. Memberikan kesan
akrab dengan klien
e. Memudahkan klien
mengingat kontrak
f. Hubungan yang saling
percaya dengan klien
g. Menggali kebutuhan
intervensi klien
dan masalah yang
dihadapi klien.
TUK 2 :
Klien dapat mengenali
halusinasinya
Klien dapat
menyebutkan :jenis, isi,
waktu, frekuensi,
perasaan, situasi dan
kondisi yang
menimbulkan
halusinasi, responnya
saat mengalami
halusinasi.
a. Adakan kontak sering dan
singkat secara bertahap.
b. Observasi tingkah laku
klien terkait dengan
halusinasinya
Tanyakan apakah klien
mengalami sesuatu
halusinasi dengar, Jika
klien menjawab ya,
tanyakan apa yang
sedang didengarnya,
lanjutkan suara apa yang
katakana bahwa perawat
percaya klien mengalami
hal tersebut, namun
perawat sendiri tidak
mengalaminya ( dengan
nada bersahabat tanpa
menuduh atau
menghakimi ) Katakan
a. Memudahkan klien
mengingat
b. Mengetahui perubahan
tingkah laku akibat
halusinasi















bahwa ada klien lain yang
mengalami hal yang
sama, katakan perawat
akan membantu klien.
Jika klien tidak sedang
berhalusinasi klarifikasi
tentang adanya
pengalaman halusinasi,
diskusikan dengan klien
:Isi, waktu dan frekuensi
terjadinya halusinasi (
pagi, siang, sore, malam
atau sering dan kadang-
kadang ) Situasi dan
kondisi yang
menimbulkan atau tidak
menimbulkan halusinasi.
c. Diskusikan dengan klien
apa yang dirasakan jika
terjadi halusinasi dan beri
kesempatan klien untuk
mengungkapkan

















c. Menggali respon klien
selama halusinasi



perasaannya.
d. Diskusikan dengan klien
apa yang dilakukan untuk
mengatasi masalah
tersebut.
e. Diskusikan tentang
dampak yang akan
dialaminya bila klien
menikmati halusinasinya.

d. Mengetahui
mekanisme koping
klien

e. Meghindarkan klien
masuk ke tahap
halusinasi comforting
TUK 3 :
Klien dapat
mengontrol
halusinasinya
a. Klien dapat
menyebutkan
tindakan yang
biasanya dilakukan
untuk mengendalikan
halusinasinya.
b. Klien dapat
menyebutkan cara
baru mengontrol
halusinasi.
c. Klien dapat memilih
dan memperagakan
cara mengatasi
a. Identifikasi bersama klien
cara atau tindakan yang
dilakukan jika terjadi
halusinasi.
b. Diskusikan cara yang
digunakan klien,Jika cara
yang digunakan adaptif beri
pujian, Jika cara yang
digunakan maladaptive
diskusikan kerugian cara
tersebut
c. Diskusikan cara baru untuk
memutus/mengontrol
a. Melibatkan klien dalam
mengambil solusi


b. Reinforcement
meningkatkan motivasi
klien




c. Menyesuaikan dengan
kebutuhan klien
halusinasi.
d. Klien melaksanakan
cara yang telah dipilih
untuk mengendalikan
halusinasinya.
e. Klien mengikuti terapi
aktivitas kelompok
timbulnya halusinasi :
Katakan pada diri sendiri
bahwa ini tidak nyata (
saya tidak mau dengar )
pada saat halusinasi terjadi
temui orang lain ( perawat/
teman/ anggota keluarga )
untuk menceritakan tentang
halusinasinya, membuat
dan melaksanakan jadwal
kegiatan sehari-hari yang
telah disusun, Meminta
keluarga / teman / perawat
menyapa jika sedang
berhalusinasi.
d. Bantu klien memilih cara
yang sudah diajurkan dan
latih untuk mencobanya.
e. Beri kesempatan untuk
melakukan cara yang dipilih
dan dilatih.
f. Pantau pelaksanaan yang















d. Cara yang sesuai
keinginan klien
meningkatkan hasil
percobaan
e. Menghindarkan
ketergantungan klien
pada perawat
telah dipilih dan dilatih, jika
berhasil beri pujian.
g. Anjurkan klien mengikuti
terapi aktifitas kelompok,
orientasi realita, stimulasi
persepsi.
f. Meningkatkan motivasi
klien
g. Kelompok menambah
pengalaman dan harga
diri klien

TUK 4 :
Klien dapat dukungan
dari keluarga dan
mengontrol halusinasi
a. Keluarga dapat
membina hubungan
saling percaya
dengan perawat
b. keluarga
menyebutkan
pengertian, tanda
dan gejala, proses
terjadinya halusinasi
dan tindakan untuk
mengendalikan
halusinasi.
a. Buat kontrak dengan
keluarga
b. Diskusikan dengan
keluarga : pengertian
halusinasi, tanda dan
gejala halusinasi, proses
terjadinya halusinasi, cara
yang dapat dilakukan
klien dan keluarga untuk
memutus halusinasi, obat-
obatan halusinasi, cara
merawat anggota
keluarga yag halusinasi di
rumah (beri kegiatan,
jangan biarkan sendiri,
makan bersama,
a. Memberikan kesiapan
pada keluarga
b. Menghindarkan salah
interpretasi pada
keluarga kllien











berpergian bersama,
memantau obat-obatan
dan cara pemberiannya
untuk mengatasi
halusinasi).
c. Beri informasi waktu
control kerumah sakit dan
bagaimana cara mencari
bantuan jika halusinasi
tidak dapat diatasi di
rumah.





c. Menghindarkan pasien
relaps obat
TUK 5 :
Klien dapat
menunjukkan perilaku
teratur minum obat
Klien menyebutkan :
manfaat minum obat,
kerugian tidak munum
obat, nama, warna,
dosis, efek terapi dan
efek samping obat,
klien
mendemonstrasikan
penggunaan obat
dengan benar, klien
menyebutkan akibat
a. Diskusikan dengan klien
tentang manfaat dan
kerugian tidak minum
obat, warna, dosis, cara,
efek terapi dan efek
samping penggunaan
obat.
b. Pantau klien saat
penggunaan obat.
c. Beri pujian jika klien
menggunakan obat
a. Meningkatkan
kesadaran klien
tentang minum obat




b. Menghindari kebiasaan
klien yang salah
c. Meningkatkan motivasi
klien minum obat
berhenti minum obat
tanpa konsultasi dokter.
dengan benar.
d. Diskusikan akibat berhenti
minum obat tanpa
konsultasi dengan dokter.
e. Ajurkan klien untuk
konsultasi kepada
dokter/perawat jika terjadi
hal-hal yang tidak
diinginkan.

d. Meningkatkan
kesadaran klien
tentang relaps obat
e. Tindakan kolaboratif
mendukung proses
kesembuhan klien
2 Selasa, 22 Okt 2013
Jam 08.30 WIB
Risiko perilaku
kekerasan
Selasa, 22 Okt 2013
Jam 08.30 WIB
TUM :
Setelah dilakukan
asuhan keperawatan
selama 5 kali
pertemuan klien
terhindar dari risiko
perilaku kekerasan
TUK 1:
Klien dapat membina
hubungan
saling percaya
dengan perawat



Selasa, 22 Okt 2013
Jam 08.30 WIB
a. Klien mau
membalas salam
b. Klien mau menjabat
tangan
c. Klien mau
menyebutkan nama
d. Klien mau
tersenyum
e. Klien mau kontak
mata
f. Klien mau
mengetahui nama
perawat.

Selasa, 22 Okt 2013
Jam 08.30 WIB
a. Beri salam/ panggil nama



b. Sebutkan nama perawat
sambil jabat tangan

c. Jelaskan maksud
hubungan interaksi

d. Jelaskan tentang kontrak
yang akan dibuat
e. Beri rasa aman dan
sikap empati

Selasa, 22 Okt 2013
Jam 08.30 WIB
a. Memanggil dengan
nama panggilan dapat
mempercepat dalam
membina hubungan
saling percaya
b. Jabat tangan
menunjukkan sikap
ramah perawat
kepada klien

c. Klien mungkin bisa
takut atau curiga
tanpa didahului
penjelasan tujuan
interaksi
f. Lakukan kontak singkat
tapi sering




d. Menjaga kepercayaan
klien


e. Menunjukkan
kepedulian perawat
terhadap klien

f. Mempermudah
pemahaman klien
TUK 2:
Klien dapat
mengidentifikasi
penyebab perilaku
kekerasan.

a. Klien
mengungkapkan
perasaannya
b. Klien dapat
mengungkapkan
penyebab
perasaan jengkel/
kesal (dari diri
sendiri, dari
lingkungan/ orang
lain).
a. Beri kesempatan untuk
mengungkapkan
perasaannya
b. Bantu klien untuk
mengungkapkan
penyebab perasaan
jengkel/ kesal
a. Memberikan
keleluasaan klien
untuk menyampaikan
perasaanya.
b. Menegetahui
penyebab perilaku
kekerasan
TUK 3:
Klien dapat
mengindentifikasikan
tanda perilaku
kekerasan
a. Klien dapat
mengungkapkan
perasaan saat
marah/ jengkel
b. Klien dapat
menyimpulkan
tanda-tanda
a. Anjurkan klien untuk
mengungkapkan yang
dialami dan rasakan saat
jengkel/ kesal
b. Observasi tanda perilaku
kekerasan pada klien.
c. Simpulkan bersama klien
a. Memberikan
keleluasaan klien
untuk mengungkapkan
perasaannya
b. Mengetahui tanda-
tanda perilaku
kekerasan sejak dini
jengkel/ kesal yang
dialami
tanda-tanda
jengkel/kesal yang
dialami klien
c. Menyimpulkan
bersama klien untuk
menyamakan persepsi
tanda-tanda kesal.
TUK 4:
Klien dapat
mengindentifikasi
perilku kekerasan
yang biasa
dilakukan.
a. Klien dapat
mengungkapkan
perilaku kekerasan
yang biasa
dilakukan
b. Klien dapat bermain
peran dengan
perilaku kekerasan
yang biasa
dilakukan
c. Klien dapat
dilakukan cara yang
biasa dapat
menyelesaikan
masalah atau tidak.
a. Anjurkan klien untuk men
gungkapkan perilaku
kekerasan yang biasa
dilakukan klien


b. Bantu klien bermain
peran sesuai dengan
perilaku kekerasan yang
biasa dilakukan
c. Diskusikan dengan klien,
apakah dengan cara
yang klien lakukan
masalahnya selesai
a. Memberikan
keleluasaan klien
untuk bercerita
perilaku kekerasan
yang pernah dilakukan

b. Bermain peran dapat
membantu klien untuk
mengendalikan
perilaku kekerasannya

c. Diskusi membantu
menyelesaikan
masalah klien dan
menjadikan koping
individu klien efektif.
TUK 5:
Klien dapat
mengidentifikasi
akibat perilaku
kekerasan
a. Klien dapat
menjelaskan akibat
dari cara yang
digunakan klien
a. Diskusikan akibat/
kerugian dari cara yang
dilakukan klien
b. Bersama klien menyimpu
lkan akibat dari cara yang
digunakan oleh klien
c. Tanyakan pada klien
apakah ia ingin
mempelajari cara baru
a. Menyadarkan klien jika
perbuatannya
merugikan bagi dirinya
dan orang lain
b. Menyadarkan klien jika
perbuatannya
merugikan bagi dirinya
dan orang lain
c. Mengeksplor
yang sehat? keinginan klien untuk
berubah.
TUK 6:
Klien dapat
mendefisinisikan
cara konstruktif dalam
berespon terhadap
kemarahan
Klien dapat melakukan
cara berespon
terhadap kemarahan
secara konstruktif
a. Tanyakan pada klien
apakah ia ingin
mempelajari cara baru
yang sehat?
b. Berikan pujian jika klien
mengetahui cara lain
yang sehat
c. Diskusikan dengn klien
cara lain yang sehat:
1) Secara fisik: tarik
napas dala m, jika
sedang kesal/
memukul bantal/
kasuratau olah raga
atau pekerjaan yang
memerlukan tenaga
2) Secara verbal:
katakan bahwa anda
sedang kesal/
tersinggung/ jengkel
(saya kesal anda
berkata seperti itu ,
saya marah karena
mama tidak
memenuhi keinginan
saya)
3) Secara sosial:
a. Mengeksplore
keinginan klien untuk
berubah.

b. Pujian dapat
meningkatkan
semangat klien untuk
menjadi lebih baik

c. Diskusi membantu
menyelesaikan
masalah klien dan
menjadikan koping
individu klien efektif.

lakukan dalam
kelompok cara-cara
yang sehat, latihan
asertif. Latihan
manajemen perilaku
kekerasan
4) Secara spiritual:
anjurkan klien
sembahyang, berdoa/
ibadah lain, meminta
pada Tuhan, untuk
diberi kesabaran,
mengadu pada Tuhan
tentang kekerasan/
kejengkelan.
TUK 7:
Klien dapat
mendemonstrasikan
cara mengontrol
perilaku
kekerasan
a. Kien dapat
mendemonstrasi-
kan cara
mengontrol perilaku
kekerasan
b. Fisik: tarik napas
dalam, olah raga,
pukul kasur dan
bantal.
c. Verbal:
mengatakan secara
langsung dengan
tidak menyakiti
d. Spiritual:
a. Bantu klien
mengidentifikasi manfaat
cara yang telah diplih
b. Bantu klien
menstimulasikan
tersebut (role play)
c. Beri reinforcement positif
atas keberhasilan klien
menstimulasi cara
tersebut
d. Anjurkan klien untuk
menggunakan cara yang
telah dipelajari saat
jengkel atau marah
a. Meyakinkan klien
untuk melakukan cara
yang baik
b. Mengajarkan klien
untuk melakukan
dengan benar
c. Pujian menjadikan
klien lebih termotivasi
untuk melakukan cara
yang positif
d. Menerapkan cara yang
benar untuk
menghilangkan rasa
jengkel
sembahyang,
berdoa atau ibadah
klien
e. Susun jadwal melakukan
cara yang telah dipelajari
e. Mempelajari cara
mengendalikan
pkdengan teratur
TUK 8:
Klien dapat
menggunakan obat
dengan benar (sesuai
program
pengobatan)
a. Klien dapat
menyebutkan obat-
obat yang diminum
dan kegunaannya
(jenis, waktu, dosis,
dan efek)
b. Klien dapat minum
obat sesuai dengan
program
pengelolaan
a. Jelaskan jenis-jenis obat
yang diminum klien
b. Diskusikan manfaat
minum obat dan kerugian
berhenti minum obat
tanpa seizing dokter
c. Jelaskan prinsip benar
minum obat (baca nama
yang tertera pada botol o
bat, dosis obat, waktu
dan cara minum)
d. Jelaskan manfaat minum
obat dan efek obta yang
perlu diperhatikan
e. Anjurkan klien minta ob
at dan minum obat tepat
waktu
f. Anjurkan klien melapork
an pada perawat/dokter
jika merasakan efek
yang tidak
menyenangkan
g. Beri pujian jika klien
minum obatdengan
Benar
a. Klien memahami
tentang obat yang
diminum
b. Memotivasi klien untuk
teratur minum obat


c. Meminimalisir adanya
pemberian salah obat
pada pasien


d. Memotivasi klien untuk
teraturminum obat

e. Meminimalisir pasien
lupameminum obat

f. Mengetahui sejak dini
adanya efek samping
obat yang ditimbulkan

g. Memotivasi klien untuk
rajin minum obat
TUK 9:
Klien mendapat
dukungan
keluarga mengontrol
perilaku
kekerasan
Keluarga klien dapat:
a. Menyebutkan cara
merawat klien yang
berperilaku
kekerasan
b. Mengungkapkan
rasa puar dalam
merawat klien
a. Identifikasikan
kemampuan keluarga
dalam merawat klien dari
sikap apa yang telah
dilakukan keluarga
terhadap klien selama ini
b. Jelaskan peran serta
keluarga dalam merawat
klien Jelaskan cara-cara
merawat klien:
1) Terkait dengan cara
mengontrol perilaku
marah secara
konstuktif
2) Sikap tenang, bicara
tenang dan jelas
3) Membantu klien
mengenal penyebab
marah
c. Bantu keluarga
mendemonstrasikan cara
merawat klien
d. Bantu keluarga
mengungkapkan
perasaannya setelah
melakukan demonstrasi
a. Keluarga merupakan
salah satu faktor
terpenting dalam
pencapaian kesehatan
klien.

b. Pengetahuan keluarga
dalam perawatan klien
dengan gangguan jiwa
mampu membantu
klien dalam
pengontrolan perilaku
kekerasan









c. Memastikan keluarga
benar-benar paham
cara perawatan klien
d. Menjaga ketenangan
keluarga dan respon
keluarga terhadap
cara perawatan klien

E. Catatan Perkembangan
No
Dx
Tindakan Evaluasi
1 Selasa, 22 Oktober 2013
Jam 8.30
a. Membina hubungan saling
percaya dengan
mengungkapkan komunikasi
terapeutik
b. Menyampaikan tujuan dan
kontrak waktu dan tempat
c. Menanyakan perasaan klien
d. Membantu klien mengenali
jenis, frekuensi, isi, penyebab,
respon klien terhadap halusinasi
e. Menganjurkan klien menghardik
halusinasi
f. Menganjurkan klien melaporkan
pada perawat jika terjadi
halusinasi

Dita


S : Klien mengatakan sudah tenang,
klien ingin pulang, klien mendengar
bisikan-bisikan yang menyuruh klien
membanting barang rumah dan lari dari
rumah, bisikan laki-laki, dating ketika
klien stress, sekarang suara sudah
tidak dating.
O : Klien tampak tenang, kantung mata
menghitam, koheren, realistic, klien
menangis
A : GSP : halusinasi pendengaran
P : Kontrak pertemuan selanjutnya,
anjurkan klien menghardik halusinasi



Dita
Rabu, 23 Oktober 2013
Jam 11.00
a. Mengevaluasi pertemuan
sebelumnya
b. Menganjurkan klien mengikuti
aktivitas terjadwal
c. Menganjurkan klien berdoa
setiap muncul halusinasi
d. Menganjurkan klien teratur
minum obat

Dita


S : Klien mengatakan lebih tenang,
cukup tidur, dapat mengikuti aktivitas
sesuai jadwal, minum obat teratur,
halusinasi tidak muncul
O : Klien tenang, komunikasi baik,
kantung mata menghitam
A : GSP : halusinasi pendengaran
P : Anjurkan klien mengurangi
melamun, mengikuti aktivitas sesuai
jadwal
Dita
2 Rabu, 23 Oktober 2013
Jam 11.00
a. Mendiskusikan dengan klien
penyebab perilaku kekerasan
b. Mendiskusikan dengan klien
tanda-tanda klien marah,
kebiasaan marah klien
c. Menganjurkan klien untuk tidak
mengikuti halusinasinya
merusak lingkungan

Dita


S : Klien mengatakan penyebab
perilaku kekerasan klien adalah bisikan
yang menyuruh klien membanting
barang, klien mudah stress
O : Klien tampak tenang, koheren,
realistic
A : Risiko perilaku kekerasan
P : Kontrak pertemuan selanjutnya,
anjurkan klien tidak menuruti
halusinasinya

Dita
Kamis, 24 Oktober 2013
Jam 11.00
a. Mengevaluasi pertemuan
sebelumnya
b. Menganjurkan klien untuk
mengobrol dengan pasien lain
atau perawat ketika stress
dating
c. Menganjurkan klien teratur
minum obat

Dita


S : Klien mengatakan tenang, tidak ada
stress, sudah banyak mengobrol
dengan pasien dan perawat, menonton
televise
O : Klien tampak tenang, tampak
mengerti dengan anjuran perawat
A : Risiko perilaku kekerasan
P : Anjurkan klien aktivitas relaksasi,
teratur minum obat


Dita







No
Dx
Tindakan Evaluasi
2 Kamis, 31 Oktober 2013
Jam 10.00

a. Mengkaji perasaan klien
b. Mengkaji riwayat depresi klien
dan hubungannya dengan
factor predisposisi masalah
sekarang

Dita



S : klien mengatakan lemas dan mudah
mengantuk di siang hari, klien
mengatakan tidak sabar pulang
bertemu anak-anaknya, klien
mengatakan masalah dahulu adalah
banyak hutang
O : klien kooperatif, kontak mata baik,
tampak tidak terbuka
A : risiko perilaku kekerasan
P : edukasi klien sebelum pulang

Dita
Kamis, 31 Oktober 2013
Jam 10.00

Memberi edukasi pada klien untuk
persiapan pulang :
a. Menganjurkan klien teratur
control dan minum obat sesuai
anjuran
b. Menganjurkan klien
mendiskusikan masalah
dengan orang terdekat klien
c. Menganjurkan klien tidak
banyak aktivitas produktif dan
tidak banyak melamun
d. Menganjurkan klien
melakukan cara-cara
mengurangi stress dan marah
e. Menganjurkan klien



S : klien mengatakan klien mengerti
cara mengurangi marah dan stress,
cara menghadapi halusinasi
O : Klien dapat menyebutkan 3 dari 5
cara mengurangi marah
A : Risiko perilaku kekerasan
P : anjurkan control 1 minggu lagi

Dita
melakukan cara-cara
menghilangkan halusinasi
yang sudah diajarkan dan
melaporkan pada orang
terdekat jika mengalami
halusinasi

Dita



























DAFTAR REKOMENDASI KEGIATAN DI RUMAH NY. M
1. Teratur minum obat dan control sesuai anjuran
2. Melakukan aktivitas teratur yang produktif
3. Mendiskusikan masalah dan perasaan yang mengganggu dengan orang terdekat
4. Jika halusinasi dating atau mendengar suara-suara atau melihat yang tidak dilihat
oleh orang lain :
a. Berdoa kepada Allah
b. Menghardik suara atau bayangan yang mengganggu
c. Menceritakan pada orang terdekat klien
d. Mengalihkan perhatian dengan aktivitas yang disukai

























BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Halusinasi adalah halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa
pada individu yang ditandai dengan perubahan sensori persepsi, merasakan
sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan atau
penghiduan. Pasien merasakan stimulus yang sebenarnya tidak ada.
Setelah dilakukan asuhan keperawatan pada Ny. M dengan halusinasi
pendengaran didapatkan 2 diagnosis keperawatan yaitu :
1. Gangguan sensori persepsi : halusinasi
2. Risiko Perilaku Kekerasan
Dari kedua diagnosis tersebut, semua tercapai sebagian :
1. Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi Pendengaran masih mendapat
terapi terapi Haloperidol 1,2 mg, CPZ 25 mg, THP 2 mg
2. Risiko Perilaku Kekerasan : Klien masih dalam rencana rehabilitasi
B. Saran
Untuk perawat
1. Perawat diharapkan lebih sering meningkatkan pertemuan kepada klienn
meskipun singkat.
2. Perawat harus lebih mengoptimalkan waktu yang tersedia dalam
memberikan asuhan keperawatan terhadap klien.
3. Perawat diharapkan lebih mengoptimalkan pertemuan dengan keluarga,
jika ada anggota keluarga yang berkunjung untuk menjenguk klien.
4. perawat diharapkan sering melaksanakan program TAK
Untuk praktikan
1. Diharapkan mampu menerapkan teori yang sudah dipelajari dengan
praktik nyata di Bangsal Shinta RSG
2. Diharapkan mampu memanfaatkan kesempatan yang singkat untuk
mendapatkan pembelajaran yang banyak di bangsal Shinta RSG
3. Diharakan aktif bertanya kepada perawat maupun tim kesehatan lainnya
apabila ada hal yangbelum dimengerti
Untuk Keluarga Klien
1. Diharapkan memberikan dukungan pada klien selama dirumah
2. Diharakan mampu kooperatif terhadap semua instruksi dari para tenaga
kesehatan
DAFTAR PUSTAKA
Keliat, Budi Anna. 2006. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Penerbit Buku
kedokteran EGC
Maramis, Willy F . 2009 .Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa Edisi 2. Surabaya : Penerbit
Buku kedokteran EGC
Marlyyn E. Doengos. 2006. Rencana Asuhan Keperawatan Psikiatri Editor Bahasa
Indonesia. Jakarta: EGC
Yosep, I.2009. Keperawatan Jiwa, Edisi Revisi.Jakarta : Refika Aditama

Anda mungkin juga menyukai