Anda di halaman 1dari 11

Tugas Analisa Sumber Daya Lingkungan

PEMBANGUNAN URBAN FARMING


Oleh:
Arif Hidayatullah / 1124006
Fery Asta Wibowo / 1124032
Oktaviani Aldila / 1124045
Nurul Indahyani / 1124061

Jurusan Perencanaan Wilayah Kota
Institut Teknologi Nasional Malang
Latar Belakang
Pembangunan di kota yang semain padat dan pertambahan penduduk yang semakin besar.
Menurut penghitungan bank dunia, jumlah manusia di dunia ini adalah 7,083,687,138 jiwa, dengan
pertambahan perharinya adalah 1.10% yaitu sekitar 211, 757 jiwa perhari. Pertumbuhan ini sangat besar
melihat luas Negara masing-masing dan pertumbuhan Negara masing-masing dibagi dengan jumlah
ketersediaan lahan yang ada untuk membangun pemukiman untuk warga. Dengan ini,pertambahan
permintaan lahan untuk pembangunan setiap harinya bertambah. Namun, ada lagi 1 masalah yang
bertambah dengan adanya pertambahan daerah pembangunan yang melesat ini, yaitu pangan.
Ketersediaan pangan dari produk pertanian semakin sedikit dengan langkanya tanah yang subur
untuk daerah pertanian, semua lahan sudah berubah menjadi gedung. Pertanian semakin kesulitan
untuk mencari lahan, memojokkan kehidupan petani dan kesempatan mereka untuk mendapatkan hasil
panen yang baik. Streotipe tentang pertanian adalah kegiatan pedesaan seharusnya sudah bisa
dihilangkan dengan melihat kondisi ketersediaan pangan yang semakin menurun dan produk ekspor
yang semakin membahana di negara kita sendiri. Permasalahan sector pertanian ini sudah seharusnya
mendapat penanganan yang sigap dari segala pihak, karena bagaimanapun juga, sektor pertanian adalah
salah satu penunjang kehidupan manusia dalam mencari ketersediaan pangan.
Dalam mengatasi hal ini, kita perlu mengikuti sebuah konsep pertanian yang berbasis perkotaan,
Urban farming. Penataan pertanian ditengah kota bukanlah hal yang mudah, ada beberapa kriteria
pembangunan yang diperlukan untuk membuat suatu bangunan yang mampu menopang pertanian di
atasnya. Kokoh tidaknya sebuah bangunan dan fondasi yang menopang bangunan tersebut menjadi
faktor terpenting untuk mencegah sebuah solusi menjadi sebuah bencana rubuhnya bangunan
perkotaan.
Berdasar hal itu, kami membuat sebuah penelitian yang bersifat aplikatif untuk daerah di
Indonesia yang sekiranya sudah padat dengan pemukiman seperti kawasan metropolitan dan pusat
kegiatan nasional maupun wilayah. Urban farming ini dapat diaplikasikan di gedung maupun
permukiman warga untuk menambah komoditas dari setiap daerah sekaligus menambah ruang hijau
kota yang semakin lama semakin sedikit di wilayah perkotaan.

Perspektif
Masalah mengenai lingkungan adalah salah satu topic yang hangat dibicarakan belakangan ini.
Masalah perkembangan perkotaan yang padat pemukiman, jelas akan sedikit demi sedikit membabat
habis ruang hijau di kota itu sendiri, apalagi ditambah dengan tidak adanya perencanaan ruang yang
tidak baik, kerusakan lingkungan mungkin adalah salah satu akhir yang bisa dipastikan. Manusia jaman
sekarang didesak oleh pertumbuhan penduduk yang besar, menyebabkan tidak ada pilihan lain selain
membangun pemukiman agar masyarakat bisa hidup makmur. Di lain pihak, alam didesak oleh semakin
berkurangnya daerah hijau bumi, menyebabkan kerusakan yang juga bisa menyengsarakan masyarakat,
sebuah konflik yang sangat sering dijumpai saat ini.
Dalam buku Hari ke-29, ada yang disebut daya dukung bumi, dimana pembangunan sudah
seharusnya melihat dan mempertimbangkan tentang keseimbangan siklus yang terjadi di bumi, dan apa
efeknya bila ada pembangunan yang berlebihan. Daya dukung ini adalah salah satu tolak ukur
pembangunan yang berkelanjutan dimana pembangunan saat ini tidak akan merusak lingkungan dan
masih bisa bertahan saat generasinya selanjutnya tanpa harus memberikan dampak terhadap generasi
tersebut. Pembabata habis hutan untuk tujuan pembangunan akan menyebabkan daya dukung bumi
menjadi tidak seimbang, menyebabkan sebuah kekacauan terhadap siklus alam serta berbagai masalah
lainnya yang disebut, entropi.
Entropi, sebuah dampak dari penyalahgunaan alam, tapi walaupun tidak ada campur tangan
manusia, entropi tetap ada, hanya sangat kecil. Dengan turunnya manusia dan memotong siklus alam,
entropi muncul dalam berbagai bentuk. Pilihan manusia hanya ada 2, tetap bertahan dan beradaptasi
dalam siklus yang semakin rusak, atau menurunkan entropi. Caranya, dengan menggunakan
pembangunan itu sendiri namun ditambah sebuah effect dari alam, cara pembangunan seperti ini
biasa disebut Green Development atau Eco Development.
Green Development ini menambah jumlah ruangan hijau di dalam kota itu sendiri, atau
membangun sebuah bangunan yang memiliki unsur hijau di dalam bangunan tersebut. Hal ini secara
tidak langsung menstabilkan keseimbangan antara alam dan perkembangan manusia, sebuah
pembangunan yang sustainable. Masih dalam konteks yang sama mengenai usaha Green
Development dan keterbatasan lahan di bumi. Pertanian dan ketersediaan pangan juga sudah
mencapai batasnya, pertanian sudah mulai tergeser dengan pembangunan gedung-gedung tinggi dan
permukiman. Hasilnya, petani memilih beralih ke pinggiran kota yang memiliki kualitas tanah yang
buruk, sehingga gagal panen sebagian besar sudah bisa diperkirakan.
Dalam rangka Green Development, solusi untuk sektor pertanian dibuat lebih radikal. Dengan
membawa pertanian itu sendiri ke dalam kota. Caranya adalah dengan urban farming. Konsep dari
urban farming adalah dengan menyisipkan sector pertanian pada unsure hijau pada sebuah bangunan.
Konsep ini didukung dengan sebuah teknik penanaman bernama velticulture, yaitu penanaman secara
vertical, tidak horizontal seperti sawah atau kebun pada umumnya. Solusi radikal ini membawa
pertanian ke era yang lebih modern, dimana pertanian bisa menjadi sebuah trend dari kehidupan yang
glamour dan dekat dengan unsur perkotaan, sekaligus menambah estetika pada sebuah kota atau
bangunan itu sendiri.

Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dihadapi dalam rangka pembangunan urban farming ini
sehingga semua pemindahan pertanian ini dapat berjalan lancar dengan dampak yang sangat minimum
untuk berbagai sektor perkotaan yang ada di dalamnya. Identifikasi jenis bahan , beban bahan, dan
konstruksi serta desain secara menyeluruh perlu diperhatikan secara seksama dengan
mempertimbangkan kondisi ekonomi dan sosial budaya masyarakat setempat., rumusan masalah
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Jenis konstruksi yang diperlukan untuk membangun sebuah bangunan dengan
pertambahan unsur pertanian diatasnya.
2. Beban yang dihasilkan oleh bangunan dengan adanya tanaman di atas bangunan
tersebut.
3. Biaya pembangunan atau penambahan unsur pertanian pada sebuah bangunan.
4. Pertanian atap seharusnya juga bisa menjadi solusi atas kurangnya ruang terbuka hijau
pada sebuah daerah pemukiman.


Tujuan dan Sasaran
Tujuan
Identifikasi potensi dan masalah yang dapat ditimbulkan oleh pembangunan urban farming ini
berguna untuk meminimalisir dampak yang nantinya akan ditimbulkan oleh pembangunan urban
farming ini terhadap segala aspek kehidupan masyarakat, sehingga daripada hal tersebut, dapat
diketahui tujuannya yaitu sebagai berikut:
1. Menyelesaikan masalah kekurangan lahan pertanian di dunia.
2. Sebagai solusi untuk kurangnya ruang terbuka hijau di sebuah kota berkembang.
3. Menggerakan masyarakat untuk membuang stereotype bahwa pertanian hanya cocok
dilakukan di pedesaan.
4. Terbentuknya sebuah keseimbangan antara alam dan pembangunan tanpa harus ada
dampak yang terjadi di kedua pihak.

Sasaran
Dengan mengacu pada tujuan diatas, maka untuk mendapatkan hasil yang diinginkan dan
menjaga perusakan alam secara berkelanjutan, dapat dirumuskan sasaran untuk mendapatkan hasil
yang diinginkan dari pembangunan ini, antara lain:
1. Melihat kondisi pemukiman yang dapat diberi unsur pertanian ini, sehingga dapat
diidentifikasi bahan yang cocok untuk kondisi ekonomi setiap daerah permukiman.
2. Melakukan pembangunan tanpa menambah dampak kerusakan alam dengan
memperhatikan semua jenis bahan yang sekiranya dapat membantu menyuburkan
tanaman dan menambah kesan hijau pada bangunan.
3. Memperbaiki dan mengatur estetika kota yang penuh dengan permukiman padat
menjadi sebuah Green City yang mensejahterakan masyarakat di dalamnya.


Pembahasan
Pada dasarnya, pembuatan urban farming telah ada di negara-negara maju di seluruh dunia,
teknologi ini sudah disadari oleh negara-negara yang memang telah memiliki perkiraan tentang
terjadinya masalah kekurangan lahan untuk pertanian, sehingga mereka beralih ke sistem pertanian
kota. Sistem ini terbukti efektif untuk menanggulangi permasalahan kekurangan lahan, karena sistem ini
tetap menghasilkan kualitas pangan yang baik tanpa merubah apapun dari segi penanaman itu senidir.
Yang dirubah hanya tempat untuk pertanian itu sendiri.
Di Indonesia, kekurangan lahan juga mulai terjadi, sempitnya lahan karena adanya pembangunan
yang terus menerus akibat dari pertumbuhan penduduk sudah mulai terasa di kota-kota besar,
akibatnya, seperti yang kita ketahui, lahan untuk sector lainnya semakin sedikit, salah satunya pertanian.
Sehingga kami melakukan penelitian untuk membawa teknik ini kedalam negara Indonesia.
Konstruksi Lapisan
Konstruksi merupakan hal yang terpenting untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak
diinginkan seperti bangunan yang roboh atau hal lainnya, sehingga konstruksi yang memiliki bahan yang
ringan merupakan hal yang tepat mengingat rumah Indonesia sebagian besar mengambil bahan dasar
semen untuk pembuatan bangunan, sehingga tidak dapat menampung bahan yang terlalu berat.
Konstruksi lapisan ini sendiri terbagi atas 3 varian, yaitu untuk rumah keluarga berpenghasilan
rendah, rumah keluarga berpenghasilan menengah hingga tinggi, dan konstruksi untuk gedung.







Seperti yang terlihat, konstruksi untuk rumah keluarga berpenghasilan rendah memiliki lapisan
yang lebih sedikit, karena lapisan ini hanya berujuan untuk menambah rung terbuka hijau pada rumah
saja, tanpa ada tanaman di atasnya. Berbeda dengan rumah keluarga berpenghasilan menengah hingga
tinggi dan konstruksi gedung, yang mempunyai lapisan yang lebih banyak, karena konstruksi ini didesain
untuk memeiliki kemampuan untuk menampung tanaman di atasnya, terutama konstruksi gedung yang
akan memiliki pohon besar di atasnya sehingga memiliki konstruksi yang lebih tebal, masing-masing
konstruksi ini dapat bertahan lebih dari 20 tahun.
Konstruksi ini terdiri dari media tanam, lapisan pengalir air, dan penyaring yang sebagai lapisan
inti. Hal ini berfungsi untuk mencegah terjadinya pelapukan gedung karena adanya air yang merembes
dari atas, sehingga terdapat lapisan drainase yang berfungsi untuk mengalirkan air ke bawah melalui
sela-sela lapisan sehingga tidak mencapai substrat bangunan dan mencegah terjadninya pelapukan bada
gedung itu sendiri.
Sistematika Pembebanan
Sistem pembebanan adalah suatu teknik menghitung pembebanan untuk mengetahui seberapa
besar beban yang harus ditanggung oleh sebuah bangunan dengan penambahan effect pertanian di
atasnya. Pembebanan itu terdiri dari:
Beban Mati, yaitu beban dari bangunan itu sendiri, yan terdiri dari:
Beban Lantai : 50 kg/m
2

Beban Planfond : 50 kg/m
2

Beban Dinding (4mx250kg/m
2
): 1000 kg/m
2

Total : 1100 kg/m
2
Beban Hidup, Tanaman yang langsung ditanam pada media tanam, memiliki beban 250
kg/m
2

Beban Tanah, untuk kedalaman media tanam 0,3 0,5 m memiliki beban sebesar 19
kg/m
2

Beban Angin, didapat dari rumus , dimana q=perencanaan tekanan angin,
c=Koefisien angin untuk perumahan yaitu 0,75, b jarak antar gording yaitu 1,655, dan
w=beban angin yaitu 25 kg/m
2
, sehingga didapat hasil 31 kg/m
2
untuk beban angin.
Beban Gempa, didapat dari rumus

, dimana W=berat bangunan, C=Koefisien


gempa yaitu 0,0575, I=Faktor keutamaan struktur yaitu 1, dan R=Faktor reduksi gempa
adalah=8,5, sehingga didapat hasil beban gempa adalah 267,9 kg/m
2

Sehingga total beban keseluruhannya adalah 1693 kg/m
2
, beban ini masih cukup untuk
ditahan oleh fondasi yang ada di Indonesia.
Teknik Penanaman
Teknik penanaman untuk urban farming ini akan menggunakan teknik verticulture, yaitu teknik
menanam secara vertical, sehingga bagian atap akan efektif terhadap fungsi penanaman yang
menggantikan pertanian di tanah.















Penambahan Roof Garden
Selain untuk penambahan sector pertanian, urban farming ini juga ditambahkan roof garden,
yaitu sebuah taman atap yang melengkapi kegiatan pertanian kota, hal ini akan mempengaruhi ecara
signifikan ruang terbuka hijau pirvat yanga ada di kota, menyebabkan keadaan hijau yang menyerbak di
seluruh kota dan memberikan efek pengurangan polusi di kota. Roof garden ini juga akan
menambahkan estetika yang terjadi di setiap rumah, menyebabkan kesan yang glamour dan hijau.

















Contoh Desain Rumah
Contoh desain rumah hijau ini mengedepankan pembuatan vertical agro dan roof garden untuk
menambah kesan hijau pada rumah.






















Penutup
Urban farming mungkin akan menjadi salah satu jalan untuk penyelesaian kekuarangan lahan
terhadap sector pertanian, namun hal ini tidak akan berjalan bila tidak ada segenap upaya dari
masyarakat untuk mengatur temoat tinggal mereka. Sehijau apapun kota tetap tidak akan menarik
apabila tetap terjadi pemukiman kumuh dimana-mana. Yang terpenting adalah bagaimana kesadaran
masyarakat untuk menciptakan kota yang indah bagi mereka sendiri dan membuat mereka nyaman
untuk menempatinya.
Kekurangan lahan adalah salah satu masalah yang pasti akan terjadi di setiap kota besar di
Indonesia, hal ini harus mendapat penanganan yang serius dari setiap orang yanga da di kota tersebut,
jangan sampai apabila ada kesalahan pada pembangunan kota, hanya ada 1 pihak yang disalahkan. Kota
adalah hak dari setiap penghuninya, begitu juga kewajiban bagi setiap penghuninya.

Anda mungkin juga menyukai