1. Pengertian Menurut beberapa ahli pengertian DHF sebagai berikut: Dengue Haemorrhagic fever adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue (arbovirus) yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti.(Suriadi & Yuliani, 2001, hal 57) Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti (betina), terutama menyerang anak remaja dan dewasa dan sering kali menyebabkan kematian bagi penderita. (Effendy, Skp, 1995:1) Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang terdapat pada anak dan orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai ruam atau tanpa ruam. DHF sejenis virus yang tergolong arbo virus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty (betina). (Seoparman, 1990). Dari pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa DHF adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypti, terutama menyerang anak remaja dan dewasa dengan gejala utama demam manifestasi perdarahan, nyeri otot dan sendi dan bertendensi mengakibatkan renjatan yang menyebabkan kematian.
2. Anatomi Fisiologi Menurut Syaifuddin, 1997 hal 4: a. Sel-sel darah ada 3 macam, yaitu: 1) Eritrosit (Sel Darah Merah) Eritrosit merupaka sel darah yang telah berdeferensiasi jauh dan mempunyai fungsi khusus untuk transport oksigen. Pada pria jumlah eritrosit 5-5,5 juta/mmk dan wanita 4,5-5 juta/mm3. 2) Leukosit (Sel Darah Putih) Sel darah putih yang mengandung inti, normalnya 5000-9000/mm3. lekosit ikut serta dalam pertahanan seluler dan hormonal (zat setengah cair) organisme asing dan melakukan fungsinya di dalam jaringan ikat, melakukan gerakan amuboid, membantu untuk menerobos dinding pembuluh darah ke dalam jaringan ikat. 3) Trombosit (Sel Pembeku Darah) Keping darah berwujud cakaram. Protoplasmanya kecil yang dalam peredaran darah tidak berwarna, jumlahnya bervariasi antara 200.000-300.000/mm3 darah. Fungsi trombosit penting dalam pembekuan darah. Jika pembuluh darah terpotong, trombosit dengan cepat menggumpal melekat satu sama lain dan menjadi fibrin. Masa trombosit yang menggumpal dan fibrin adalah dasar untuk pembekuan. b. Struktur Sel: 1) Membran Sel (Selaput Sel) Membran sel merupakan struktur elastis yang sangat tipis, tebalnya hanya 7,5-10nm (nano meter). Hampir seluruhnya terdiri dari keping0keping halus gabungan protein lemak yang merupakan tempat lewatnya berbagai zat yang keluar masuk sel. Membran ini bertugas untuk mengatur hidup sel dan menerima segala bentuk rangsangan yang datang. 2) Plasma (Sitoplasma) Bahan-bahan yang terdapat dalam plasma adalah bahan anorganik (garam, mineral, air, oksigen, karbon dioksida dan amoniak), bahan organis (karbohidrat, lemak, protein, hormon, vitamin dan asam nukleat) dan peralatan sel yang disebut organes sel yang terdiri dari ribosom, retikulum endoplasma, mitokondria, sentrosom, alat golgi, lisosom dan nukleus.
3. Etiologi a. Menurut Suriadi & Yuliani, 2001 Sebagai penyebab dari penyakit DHF adalah virus Dengue sejenis arbovirus. b. Menurut FKUI, 1985, hal 608 Virus Dengue adalah anggota genus flavivirus dan anggota famili flaviviridae. Virus berukuran kecil (50 nm) ini memiliki single standar RNA. Virus Dengue membentuk suatu kompleks yang nyata di dalam genus flavivirus berdasarkan karakteristik antigenik dan biologinya. c. Depkes RI, 2000 Vektor dari Virus Dengue adalah nyamuk Aedes Aegypti yang diperkirakan sebagai vektor utamanya. Berdasarkan pengamatan epidemiologi dan percobaan penularan di laboratorium membuktikan bahawa Aedes Albocpitus, Ae. Polinesiensi dan Ae. Niveus juga dianggap sebagai vektor sekunder. d. Menurut WHO Penyebaran dari virus dengue yaitu: 1) Telur Telur Aedes Aegypti diletakkan satu persatu pada permukaan lembab tepat di atas batas air. Masa perkembangan embrio adalah 48 jam pada lingkungan yang hangat dan lemba, telur menetap bila wadah tergenang air. 2) Jentik dan Pupa Tempat bertelur Aedes Aegypti adalah di perumahan yaitu, wadah air buatan manusia, meliputi botol minuman, bak mandi, bambu, botol, kaleng, cangkir, plastik, pipa saluran dan perangkap semut di kaki meja. 3) Kebiasaan menghisap darah Menggigit aktif di siang hari, nyamuk betina mempunyai dua waktu aktifitas menggigit, yaitu beberapa jam di pagi hari dan beberapa jam sebelum gelap. 4) Kebiasaan hinggap Aedes Aegypti lebih suka beristirahat di tempat yang gelap, lembab. Misalnya: tempat tidur, kloset, kamar mandi dan dapur. Tempat berisitirahat di dalam rumah di bawah perabotan benda-benda yang digantung, seperti baju, tirai dan dinding. 5) Jangkauan terbang Nyamuk betina dewasa menyebar lebih dari 400 meter untuk mencari tempat bertelur. Morbilitas dan mortalitas demam berdarah dengue bervariasi dan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain status imunologi penderita, kepadatan vektor nyamuk, transmisi virus dengue, virulensi virus dan kondisi geografi setempat. 6) Siklus penularan Nyamuk Aedes Aegypti biasanya terinfeksi virus dengue pada saat nyamuk Aedes Aegypti menghisap darah dari seseorang yang sedang berada pada tahap demam akut. Setelah melalui periode inkubasi ekistik selama 8-10 hari, kelenjar ludah yang bersangkutan akan menjadi terinfeksi dan virusnya akan ditularkan ketika nyamuk tersebut mengigit dan mengeluarkan cairan ludahnya ke dalam luka gigitan ke tubuh orang lain. Setelah masa inkubasi di tubuh manusia selama 3-14 hari timbul gejala-gejala awal penyakit secara mendadak yang ditandai dengan demam, pusing, myalgia, hilangya nafsu makan dan berbagai tanda dan gejala non-spesifik seperti nausea, muntah dan ruam pada kulit.
4. Patofisiologi Virus akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypty dan kemudian akan bereaksi dengan antibody dan terbentuklah kompleks virus-antibody. Dalam sirkulasi akan mengaktivasi system komplemen. Akibat aktivasi C3 dan C5 akan dilepas C3a dan C5a,dua peptida yang berdaya untuk melepaskan histamine dan merupakan mediator kuat sebagai factor meningkatnya permeabilitas dinding pembuluh darah dan menghilangkan plasma melalui endotel dinding itu. Terjadinya trobositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya faktor koagulasi (protombin dan fibrinogen) merupakan factor penyebab terjadinya perdarahan hebat , terutama perdarahan saluran gastrointestinal pada DHF. Yang menentukan beratnya penyakit adalah meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah, menurunnya volume plasma, terjadinya hipotensi, trombositopenia dan diathesis hemorrhagic, renjatan terjadi secara akut. Nilai hematokrit meningkat bersamaan dengan hilangnya plasma melalui endotel dinding pembuluh darah. Dan dengan hilangnya plasma klien mengalami hipovolemik. Apabila tidak diatasi bisa terjadi anoxia jaringan, acidosis metabolic dan kematian.
5. Tanda dan Gejala a. Demam tinggi selama 5 7 hari. b. Mual, muntah, tidak ada nafsu makan, diare, konstipasi. c. Perdarahan terutama perdarahan bawah kulit, ptechie, echymosis, hematoma. d. Epistaksis, hematemisis, melena, hematuri. e. Nyeri otot, tulang sendi, abdoment, dan ulu hati. f. Sakit kepala. g. Pembengkakan sekitar mata. h. Pembesaran hati, limpa, dan kelenjar getah bening. i. Tanda-tanda renjatan (sianosis, kulit lembab dan dingin, tekanan darah menurun, gelisah, capillary refill lebih dari dua detik, nadi cepat dan lemah).
6. Komplikasi Menurut WHO, 1999, komplikasi Dengue Haemorrhagic fever adalah: a. Ensefalopati dengue dapat terjadi pada demam berdarah dengue dengan shock atau tanpa shock. b. Kejang halus terjadi selama fase demam pada bayi. Kejang ini mungkin hanya kejang demam sederhana, karena cairan cerebrospinal ditemukan normal. c. Oedema paru dapat terjadi karena hidrasi yang berlebihan selama proses penggantian cairan. d. Pneumonia mungkin terjadi karena adanya komplikasi iatrogenik serta tirah baring yang lama. e. Sepsis gram negatif dapat terjadi karena penggunaan i.v line terkontaminasi.
7. Pemeriksaan Diagnostik Menurut Soegijanto (2002), pemeriksaan diagnostik pada pasien Dengue Haemorrhagic fever meliputi: a. Laboratorium Pemeriksaan darah lengkap (PDL): 1) Hemokonsentrasi (Hematokrit meningkat 20% atau lebih) 2) Trombositopenia (Trombosit 100.000/mm3 atau kurang) 3) Perpanjanga masa perdarahan dan berkurangnya tingkat protombin. 4) Asidosis 5) Hiponatremia 6) Hipokalemia. b. Uji Torniquet Positif Menurut Depkes RI (2000), uji torniquet dilakukan dengan cara memompakan manset sampai titik antara tekana sistolik dan diastolik selama + 5 menit. Hasil dipastikan positif apabila terdapat 10 ptekie atau lebih dalam 2,5cm2. pada DHF biasanya uji ini memberikan hasil positif yang kuat dengan dijumpai 20 ptekie atau lebih. Uji ini bisa saja negatif atau hanya positif ringan selama masa shock dan menunjukkan hasil positif bila dilakukan setelah masa pemulihan fase shock. c. Radiologi photo thorax 50% ditemukan efusi pleura, terjadi karena adanya rembesan plasma. d. Uji laboratorium e. Uji hambatan Hemaglutinasi f. Uji Fiksasi komplemen
8. Penatalaksanaan Medik Menurut Depkes RI, 2000, hal 26, penatalaksanaan dari DBD adalah sebagai berikut: a. kasus ringan sampai sedang (Derajat I dan II), pemberian terapi cairan i.v bagi pasien dilakukan selama jangka waktu 2-24 jam. b. pasien yang menunjukkan kenaikan kadar hematokrit, jumlah trombosit kurang dari 50.000/mm3 atau menunjukkan perdarahan spontan selain ptekie harus dirawat. c. tatalaksana demam DBD adalah memberikan obat antipiretik tetapi jangan diberikan salisilat. d. demam tinggi, anoreksia, mual dan muntah akan menyebabkan rasa haus dan dehidrasi, oleh karena itu harus terus menerus diberi minum sampai pada batas kemampuannya. Cairan rehidrasi oral yaitu cairan yang biasa digunakan untuk mengobati diare dan atau jus buah lebih dianjurkan dari pada air putih. e. pemeriksaan hematokrit berkala akan mencerminkan tingkat kebocoran plasma dan kebutuhan pemberian cairan i.v. Kadar hematokrit harus pula diamati setiap hari, terhitung mulai hari ketiga sampai suhu tubuh menjadi normal kembali selam satu atau dua hari. f. penggantian cairan plasma pada pasien Dengue Syok Syndrome. g. koreksi gangguan elektrolit dan metabolik harus dilakukan secara berkala. Tindakan awal pemberian cairan pengganti dan tindakan awal koreksi asidosis dengan natrium bikarbonat akan memberikan hasil yang memuaskan. h. pemberian obat sedatif kadang diperlukan untuk menenangkan pasien yang gelisah. i. terapi oksigen harus diberikan pada pasien yang mengalami syok. j. transfusi darah dianjurkan untuk diberikan pada kasus yang menunjukkan tanda perdarahan. k. penggantian cairan pada DBD harus sama dengan jumlah cairan elektrolit yang hilang, jadi harus diberika 10mg/kgBB untuk seiap 1% hilangnya berat badan.
9. Pengkajian keperawatan Menurut Effendy, 1999, hal 11, pengkajian keperawatan pada DHF meliputi: a. Aktivitas / istirahat Gejala : kelemahan, pegal-pegal pada seluruh tubuh Tanda : takikardia dan lemah b. Sirkulasi Tanda : takikardia dan lemah, sianosis perifer, ekstremitas dingin, hipotensi, hiperemi pada tenggorokan, ptekie, uji tourniquet positif, epistaksis, ekimosis dan hematoma. c. Eliminasi Gejala : Konstipasi Tanda : Melena d. Makanan / cairan Gejala : Anoreksia, mual, haus dan sakit saat menelan. Tanda : Mukosa mulut kering, lidah kotor (kadang), perdarahan gusi, hematemesis. e. Nyeri / ketidaknnyamanan Gejala : Nyeri ulu hati, nyeri pada otot dan sendi, sakit kepala. Tanda : nyeri tekan pada epigastrik. f. Kemanan Gejala : demam Tanda : suhu tubuh tinggi, wajah kemerahan (flushing), menggigil.
10. Diagnosa Keperawatan Menurut Effendy, 1999, hal 27 antara lain: a. Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) berhubungan dengan proses penyakit (viremia) b. Nyeri berhubungan dengan proses patologi penyakit c. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah dan anoreksia. d. Perubahan aktivitas sehari-hari berhubungan dengan kondisi tubuh yang lemah. e. Potensial terjadi perdarahan intraabdominal berhubungan dengan trombositopenia f. potensial terjadi shock hipovolemik berhubungan dengan kurangnya volume cairan g. Kurang pengetahuan tentang proses penyakit, diet dan perawatan pasien dhf berhubungan dengan kurangnya informasi. h. kecemasan ringan berhubungan dengan kondisi pasien yang memburuk dan perdarahan yang dialami pasien. i. Gangguan proses keluarga berhubungan dengan anggota keluarga dirawat di rumah sakit. j. Potensial infeksi berhubungan dengan tindakan invasif (pemasanag infus/ngt) k. Potensial terjadi reaksi transfusi berhubungan dengan pemeberian transfusi terhadap pasien l. Kurangnya volume cairan tubuh berhubungan dengan peningkatan permeabilitas dinding plasma. m. Potensial terjadi flebitis berhubungan dengan pemasangan infus. n. Gangguan integritas jaringan berhubungan dengan perdarahan akibat trombositopenia. o. Gangguan pola tidur berhubungan dengan sakit kepala dan pegal seluruh tubuh p. Gangguan mobilisasi berhubungan dengan nyeri q. Potensial terjadi komplikasi : asidosis metabolik r. Potensial terjadi kelebihan cairan berhubungan dengan pemberian cairan intravena s. Gangguan pola eliminasis berhubungan dengan konstipasi
11. Rencana Tindakan Keperawatan Dx1 Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual dan muntah. Setelah dilakukan tindakan keperawatan x 24 jam, perubahan nutrisi klien dapat teratasi dengan kriteria: a. tidak mual dan muntah b. nafsu makan meningkat c. dapat menghabiskan makanan sesuai dengan porsi yang dihidangkan d. Hb: 12,5 18,0 gr% e. Albumin: 3,5 5,2 gr/dl f. Protein total: 0,6 9,3 gr/dl Intervensi a. observasi bising usus dan frekuensi peristaltik usus b. berikan makanan sedikit tapi sering c. jaga kebersihan mulut d. jelaskan pada pasien manfaat makanan bergizi e. kolaborasi dengan ahli gizi mengenai diet yang tepat f. berikan obat antimetika sesuai instruksi Rasional a. mengetahui peningkatan dan penurunan peristaltik usus dan menentukan malnutrisi b. dilatasi gaster dapat terjadi bila pemberian makan terlalu cepat setelah periode puasa c. menjaga kebersihan mulut dapat memberikan kenyamanan klien untuk makan d. memberikan informasi makanan bergizi yang bermanfaat bagi kebutuhan nutrisi klien e. pengobatan masalah dasar tidak terjadi tanpa perbaikan status nutrisi f. mencegah klien muntah atau rasa mual setelah makan. Dx2 Kurang mandiri dalam merawat diri berhubungan dengan kelmahan fisik. Ditandai dengan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan x 24 jam, klien mampu: a. merawat dirinya sendiri b. berpartisipasi dalam merawat diri sebatas kemampuan c. eraktivitas merawat diri secara bertahap mandiri Intervensi a. kaji tingkat kemandirian pasien merawat diri b. libatkan klien dalam beraktivitas memenuhi kebutuhannya. c. berikan support pada klien bila mempunyai kemampuan untuk melakuakn perawatan dirinya. d. libatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan perawatan diri klien e. kolaborasi dengan tim medis Rasional a. menentukan identifikasi kebutuhan intervensi yang dibutuhkan b. meningkatkan perasaan, kontrol dan meningkatkan kerja sama dan pertentangan kemandirian c. melakukan untuk dirinya sendiri akan meningkatkan perasaan harga diri d. terapi support dari keluarga meningkatkan gambaran diri e. berguna dalam menetapkan program latihan dan aktivitas. Dx3 Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif Setelah dilakukan tindakan keperawatan x 24 jam, klien tidak mengalami tanda-tanda infeksi dengan kriteria: a. suhu 365C - 375C. b. nadi 60-100 x/menit c. RR 16-24x/menit d. Tanda radang tidak ada: e. Hasil kultur negatif f. AL: 5000-10000/mm3 g. Klien mengatakan dapat mengenal tanda infeksi serta cara pencegahan h. Tidak ada nanah / pus Intervensi a. observasi vital sign setiap 6 jam b. laksanakan prinsip septik aseptik setiap tindakan c. bari makanan dalam jumlah kecil dan dalam wakt yang teratur dan sering d. batasi pengunjung yang menularakan infeksi e. jelaskan tanda infeksi dan pencegahannya f. kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian antibiotik Rasional a. dapat mengindetifikasi perkembangan sepsis yang selanjutnya memerlukan evaluasi / tindakan dengan segera. b. cara pertama untuk menghindari terjadinya infeksi nosokomial c. meningkatkan proses pencernaan dan toleransi pasien terhadap nutrisi yang diberikan d. menurunkan pemajaman terhadap pembawa kuman penyebab infeksi e. memberikan informasi pada pasien guna mencegah infeksi f. menurunkan resiko terjadi infeksi
12. Pencegahan DHF a. Menghindari atau mencegah berkembangnya nyamuk Aedes Aegepty dengan cara: 1) Rumah selalu terang 2) Tidak menggantung pakaian 3) Bak / tempat penampungan air sering dibersihkan dan diganti airnya minimal 4 hari sekali 4) ubur barang barang bekas yang memungkinkan sebagai tempat terkumpulnya air hujan 5) Tutup tempat penampungan air b. Perencanaan pemulangan dan pendidikan kesehatan 1) Berikan informasi tentang kebutuhan melakukan aktifitas sesuai dengan tingkat perkembangan dan kondisi fisik anak 2) Jelaskan terapi yang diberikan, dosis efek samping 3) Menjelaskan gejala gejala kekambuhan penyakit dan hal yang harus dilakukan untuk mengatasi gejala 4) Tekankan untuk melakukan kontrol sesuai waktu yang ditentukan
Daftar Pustaka http://luvjcisnice.blogspot.com/2010/07/lp-dhf.html http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/03/27/askep-dhf/ http://www.perfspot.com/docs/doc.asp?id=18607 http://denfirman.blogspot.com/2010/07/laporan-pendahuluan-dhf-demam- berdarah.html http://laporan pendahuluan.blogspot.com/2010/02/laporan-pendahuluan- dhf.html