102011010 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jalan Terusan Arjuna No.6, Jakarta Barat 11510 Email: Rhyasong@ymail.com
PENDAHULUAN Kehidupan pada masa BBL sangat rawan oleh karena memerlukan penyesuaian fisiologik agar bayi di luar kadungan dapat hidup sebaik-baiknya. Hal ini dapat dilihat dari tingginya angka kesakitan dan kematian BBL. Diperkirakan 2/3 kematian bayi di bawah umur 1 tahun terjadi pada masa BBL. Peralihan dari kehidupan intrauterine ke ekstrauterin memerlukan berbagai perubahan biokimia dan faal. Dengan terpisahnya bayi dari ibu, maka terjadilah proses awal fisiologis sebagai berikut : 1) Pertukaran gas melalui plasenta digantikan oleh aktifnya fungsi paru untuk bernapas (pertikaran oksigen dengan karbon dioksida), 2) Saluran cerna berfungsi untuk menyerap makanan, 3) Ginjal berfungsi untuk mengeluarkan bahan yang tidak terpakai lagi oleh tubuh untuk mempertahankan homeostasis kimia darah, 4) Hati berfungsi untuk menetralisasi dan mengeksresi bahan racun yang tidak diperlukan badan, 5) Sistem imunologi berfungsi untuk mencegah infeksi, dan 6) Sistem kardiovaskular serta endokrin bayi menyesuaikan diri dengan perubahan fungsi organ tersebut di atas. Banyak masalah pada bayi baru lahir yang berhubungan dengan gangguan atau kegagalan penyesuaian biokimia dan faal yang disebabkan oleh prematuritas, kelainan anatomic, dan lingkungan yang kurang baik dalam kandungan, pada persalinan maupun sesudah lahir.
Ananmesis pada ibu Riwayat penyakit dahulu Riwayat penyakit sistemik lain yang mungkin mempengaruhi atau diperberat oleh kehamilan (penyakit jantung, paru, ginjal, hati, diabetes mellitus), riwayat alergi makanan / obat tertentu dan sebagainya. Ada/tidaknya riwayat operasi umum / lainnya maupun operasi kandungan (miomektomi, sectio cesarea dan sebagainya). 1 Riwayat kemahilan Hal pertama yang perlu ditanyakan adalah kesehatan ibu selama hamil, ada atau tidaknya penyakit, serta upaya yang dilakukan untuk mengatasi penyakit tersebut. Dirinci pula beberapa kali ibu melakukan kunjungan antenatal dan kepada siapa kunjungan antenatal dilakukan. Apakah ibu mendapat toksoid tetanus. Obat-obatan yang diminum pada usi kehamilan muda mungkin dapat menyebabkan cacat bawaan pada bayinya, misalnya penenang seperti talidomid dapat menyebabkan terjadinya Amelia atau fokomelia. Infeksi beberapa jenis virus, misalnya virus rubella, yang terjadi pada trimester pertama kehamilan dapat menyebabkan cacat bawaan. Pada bayi yang lahir kecil untuk masa kehamilan perlu ditanya apakah ibu merokok, atau minum minuman keras, serta makanan selama hamil. 1
Riwayat kelahiran Ikhwal kelahiran pasien harus ditanyakan dengan teliti, termasuk tanggal dan tempat kelahiran, siapa yang menolong, cara kelahiran, adanya kehamilan ganda, keadaan segera setelah lahir, dan modibilitas pada hari-hari pertama setelah lahir. Masa kehamilan juga perlu ditanyakan, apakah cukup bulan, kurang bulan, ataukah lewat bulan. Berat badan dan panjang badan lahir selalu ditanyakan. Morbiditas yang berhubungan dengan kelahiran dan selama masa neonatus perlu ditanyakan termasuk asfiksia, trauma lahir, infeksi intrapartum, ikterus. 1
APGAR SCORE Neonatus dini segera setalah lahir untuk menentukan integritas dari system kardiopulmoner. Neonates ditempatkan dalam penghangat segera setelah lahir. Kata APGAR dipublikasikan pertama kali pada tahun 1952 . Lalutahun 1962 , Joseph membuat akronim dari kata APGAR tersebut , yaitu Appearance (colour = warna kulit), Pulse (heart rate = denyut nadi) , Grimace (refleks terhadap rangsangan) , Activity (tonus otot), dan Respiration (usaha bernapas). 2,3
Pemeriksaaan terdiri dari lima penilaian: warna kulit, frekuens jantung, reflex iritabilitas, tonus otot, usaha bernapas. Dr.Virginis Apgar telah mengembangkan suatu skala untuk menilai neonatus dalam waktu 1 dan 5 menit setelah lahir. Masing-masing uji ini mempunyai nilai dari 0 hingga 2. Dalam satu menit, nilai total dari 0 hingga 3 menunjukan derajat afiksia yang berat dan bayi memerlukan tindakan resusitasi segera, nilai dari 4-6 menunjukan afiksia ringan sampai sedang. Nilai 7-10 neonatus beradaptasi dengan baik. Penilaian ini perlu di ulangi setelah 5 menit untuk mengevaluasi tidakan resusitasi kita sudah adekuat. Bila belum dilakukan pemeriksaan penunjang lain. Nilai APGAR 5 menit ini mempunyai nilai prognostic oleh karena berhubungan dengan morbiditas neonatal. 2,3
Table 1.Lima kriteria Skor Apgar : Kriteria Nilai 0 Nilai 1 Nilai 2 Appearance (warna kulit) seluruhnya biru atau pucat warna kulit tubuh normal merah muda , tetapi kepala dan ekstermitas kebiruan (akrosianosis) warna kulit tubuh , tangan , dan kaki normal merah muda , tidak ada sianosis Pulse (denyut jantung) tidak teraba <100 kali/menit >100 kali/menit Grimace (respons refleks) tidak ada respons terhadap stimulasi meringis/menangis lemah ketika di stimulasi meringis/bersin/batuk saat stimulasi saluran napas Activity (tonus otot) lemah/tidak ada sedikit gerakan bergerak aktif Respiration (pernapasan) tidak ada Lemah, tidak teratur menangis kuat, pernapasan baik dan teratur
BALLARD SCORE Sistem penilaian ini dikembangkan oleh Dr. Jeanne L Ballard, MD untuk menentukan usia gestasi bayi baru lahir melalui penilaian neuromuskular dan fisik. Penilaian neuromuskular meliputi postur, square window, arm recoil, sudut popliteal, scarf sign dan heel to ear maneuver. Penilaian fisik yang diamati adalah kulit, lanugo, permukaan plantar, payudara, mata/telinga, dan genitalia. 2,3 1. Penilaian Maturitas Neuromuskular a. Postur Tonus otot tubuh tercermin dalam postur tubuh bayi saat istirahat dan adanya tahanan saat otot diregangkan. Ketika pematangan berlangsung, berangsur-angsur janin mengalami peningkatan tonus fleksor pasif dengan arah sentripetal, dimana ekstremitas bawah sedikit lebih awal dari ekstremitas atas. Pada awal kehamilan hanya pergelangan kaki yang fleksi. Lutut mulai fleksi bersamaan dengan pergelangan tangan. Pinggul mulai fleksi, kemudian diikuti dengan abduksi siku, lalu fleksi bahu. Pada bayi prematur tonus pasif ekstensor tidak mendapat perlawanan, sedangkan pada bayi yang mendekati matur menunjukkan perlawanan tonus fleksi pasif yang progresif. Untuk mengamati postur, bayi ditempatkan terlentang dan pemeriksa menunggu sampai bayi menjadi tenang pada posisi nyamannya. Jika bayi ditemukan terlentang, dapat dilakukan manipulasi ringan dari ekstremitas dengan memfleksikan jika ekstensi atau sebaliknya. Hal ini akan memungkinkan bayi menemukan posisi dasar kenyamanannya. Fleksi panggul tanpa abduksi memberikan gambaran seperti posisi kaki kodok. b. Square Window Fleksibilitas pergelangan tangan dan atau tahanan terhadap peregangan ekstensor memberikan hasil sudut fleksi pada pergelangan tangan. Pemeriksaan jari-jari bayi dan menekan punggung tangan dekat dengan jari-jari dengan lembut. Hasil sudut antara telapak tangan dengan lengan bawah bayi dan preterm hingga posterm dperkirakan berturut-turut > 90 , 90 , 60 , 45 , 30 , dan 0. c. Arm Recoil Manuver ini berfokus pada fleksor pasif dari tonus otot biseps dengan mengukur sudut mundur singkat setelah sendi siku difleksi dan ekstensikan. Arm recoil dilakukan dengan cara evaluasi saat bayi terlentang. Pegang kedua tangan bayi, fleksikan lengan bagian bawah sejauh mungkin dalam 5 detik, lalu rentangkan kedua lengan dan lepaskan. Amati reaksi bayi saat lengan dilepaskan. Skor 0: tangan tetap terentang/ gerakan acak, Skor 1: fleksi parsial 140-180 , Skor 2: fleksi parsial 110-140 , Skor 3: fleksi parsial 90- 100 , dan Skor 4: kembali ke fleksi penuh d. Popliteal Angle Manuver ini menilai pematangan tonus fleksor pasif sendi lutut dengan menguji resistensi ekstremitas bawah terhadap ekstensi. Dengan bayi berbaring telentang, dan tanpa popok, paha ditempatkan lembut di perut bayi dengan lutut tertekuk penuh. Setelah bayi rileks dalam posisi ini, pemeriksa memegang kaki satu sisi dengan lembut dengan satu tangan sementara mendukung sisi paha dengan tangan yang lain. Jangan memberikan tekanan pada paha belakang, karena hal ini dapat mengganggu interpretasi. Kaki diekstensikan sampai terdapat resistensi pasti terhadap ekstensi. Ukur sudut yang terbentuk antara paha dan betis di daerah popliteal. Perlu diingat bahwa pemeriksa harus menunggu sampai bayi berhenti menendang secara aktif sebelum melakukan ekstensi kaki. Posisi Frank Breech pralahir akan mengganggu manuver ini untuk 24 hingga 48 jam pertama usia karena bayi mengalami kelelahan fleksor berkepanjangan intrauterine. Tes harus diulang setelah pemulihan telah terjadi. e. Scarf Sign Manuver ini menguji tonus pasif fleksor gelang bahu. Dengan bayi berbaring telentang, pemeriksa mengarahkan kepala bayi ke garis tengah tubuh dan mendorong tangan bayi melalui dada bagian atas dengan satu tangan dan ibu jari dari tangan sisi lain pemeriksa diletakkan pada siku bayi. Siku mungkin perlu diangkat melewati badan, namun kedua bahu harus tetap menempel di permukaan meja dan kepala tetap lurus dan amati posisi siku pada dada bayi dan bandingkan dengan angka pada lembar kerja, yakni, penuh pada tingkat leher (-1); garis aksila kontralateral (0); kontralateral baris puting (1); prosesus xyphoid (2); garis puting ipsilateral (3); dan garis aksila ipsilateral (4) f. Heel to Ear Manuver ini menilai tonus pasif otot fleksor pada gelang panggul dengan memberikan fleksi pasif atau tahanan terhadap otot-otot posterior fleksor pinggul. Dengan posisi bayi terlentang lalu pegang kaki bayi dengan ibu jari dan telunjuk, tarik sedekat mungkin dengan kepala tanpa memaksa, pertahankan panggul pada permukaan meja periksa dan amati jarak antara kaki dan kepala serta tingkat ekstensi lutut ( bandingkan dengan angka pada lembar kerja). Penguji mencatat lokasi dimana resistensi signifikan dirasakan. Hasil dicatat sebagai resistensi tumit ketika berada pada atau dekat: telinga (-1); hidung (0); dagu (1); puting baris (2); daerah pusar (3); dan lipatan femoralis (4)
Penilaian Maturitas Fisik 2,3
a. Kulit Pematangan kulit janin melibatkan pengembangan struktur intrinsiknya bersamaan dengan hilangnya secara bertahap dari lapisan pelindung, yaitu vernix caseosa. Oleh karena itu kulit menebal, mengering dan menjadi keriput dan / atau mengelupas dan dapat timbul ruam selama pematangan janin. Fenomena ini bisa terjadi dengan kecepatan berbeda-beda pada masing-masing janin tergantung pada pada kondisi ibu dan lingkungan intrauterin. Sebelum perkembangan lapisan epidermis dengan stratum corneumnya, kulit agak transparan dan lengket ke jari pemeriksa. Pada usia perkembangan selanjutnya kulit menjadi lebih halus, menebal dan menghasilkan pelumas, yaitu vernix, yang menghilang menjelang akhir kehamilan. pada keadaan matur dan pos matur, janin dapat mengeluarkan mekonium dalam cairan ketuban. Hal ini dapat mempercepat proses pengeringan kulit, menyebabkan mengelupas, pecah-pecah, dehidrasi, sepeti sebuah perkamen. b. Lanugo Lanugo adalah rambut halus yang menutupi tubuh fetus. Pada extreme prematurity kulit janin sedikit sekali terdapat lanugo. Lanugo mulai tumbuh pada usia gestasi 24 hingga 25 minggu dan biasanya sangat banyak, terutama di bahu dan punggung atas ketika memasuki minggu ke 28. Lanugo mulai menipis dimulai dari punggung bagian bawah. Daerah yang tidak ditutupi lanugo meluas sejalan dengan maturitasnya dan biasanya yang paling luas terdapat di daerah lumbosakral. Pada punggung bayi matur biasanya sudah tidak ditutupi lanugo. Variasi jumlah dan lokasi lanugo pada masing-masing usia gestasi tergantung pada genetik, kebangsaan, keadaan hormonal, metabolik, serta pengaruh gizi. Sebagai contoh bayi dari ibu dengan diabetes mempunyai lanugo yang sangat banyak. Pada melakukan skoring pemeriksa hendaknya menilai pada daerah yang mewakili jumlah relatif lanugo bayi yakni pada daerah atas dan bawah dari punggung bayi c. Permukaan Plantar Garis telapak kaki pertama kali muncul pada bagian anterior ini kemungkinan berkaitan dengan posisi bayi ketika di dalam kandungan. Bayi dari ras selain kulit putih mempunyai sedikit garis telapak kaki lebih sedikit saat lahir. Di sisi lain pada bayi kulit hitam dilaporkan terdapat percepatan maturitas neuromuskular sehingga timbulnya garis pada telapak kaki tidak mengalami penurunan. Namun demikian penialaian dengan menggunakan skor Ballard tidak didasarkan atas ras atau etnis tertentu. Bayi very premature dan extremely immature tidak mempunyai garis pada telapak kaki. Untuk membantu menilai maturitas fisik bayi tersebut berdasarkan permukaan plantar maka dipakai ukuran panjang dari ujung jari hingga tumit. Untuk jarak kurang dari 40 mm diberikan skor -2, untuk jarak antara 40 hingga 50 mm diberikan skor -1. d. Payudara Areola mammae terdiri atas jaringan mammae yang tumbuh akibat stimulasi esterogen ibu dan jaringan lemak yang tergantung dari nutrisi yang diterima janin. Pemeriksa menilai ukuran areola dan menilai ada atau tidaknya bintik-bintik akibat pertumbuhan papilla Montgome. Kemudian dilakukan palpasi jaringan mammae di bawah areola dengan ibu jari dan telunjuk untuk mengukur diameternya dalam milimeter e. Mata/Telinga Daun telinga pada fetus mengalami penambahan kartilago seiring perkembangannya menuju matur. Pemeriksaan yang dilakukan terdiri atas palpasi ketebalan kartilago kemudian pemeriksa melipat daun telinga ke arah wajah kemudian lepaskan dan pemeriksa mengamati kecepatan kembalinya daun telinga ketika dilepaskan ke posisi semulanya. Pada bayi prematur daun telinga biasanya akan tetap terlipat ketika dilepaskan. Pemeriksaan mata pada intinya menilai kematangan berdasarkan perkembangan palpebra. Pemeriksa berusaha membuka dan memisahkan palpebra superior dan inferior dengan menggunakan jari telunjuk dan ibu jari. Pada bayi extremely premature palpebara akan menempel erat satu sama lain. Dengan bertambahnya maturitas palpebra kemudian bisa dipisahkan walaupun hanya satu sisi dan meningggalkan sisi lainnya tetap pada posisinya. Perlu diingat bahwa banyak terdapat variasi kematangan palpebra pada individu dengan usia gestasi yang sama. Hal ini dikarenakan terdapat faktor seperti stres intrauterin dan faktor humoral yang mempengaruhi perkembangan kematangan palpebra. f. Genital (Pria) Testis pada fetus mulai turun dari cavum peritoneum ke dalam scrotum kurang lebih pada minggu ke 30 gestasi. Testis kiri turun mendahului testis kanan yakni pada sekitar minggu ke 32. Kedua testis biasanya sudah dapat diraba di canalis inguinalis bagian atas atau bawah pada minggu ke 33 hingga 34 kehamilan. Bersamaan dengan itu, kulit skrotum menjadi lebih tebal dan membentuk rugae. Testis dikatakan telah turun secara penuh apabila terdapat di dalam zona berugae. Pada nenonatus extremely premature scrotum datar, lembut, dan kadang belum bisa dibedakan jenis kelaminnya. Berbeda halnya pada neonatus matur hingga posmatur, scrotum biasanya seperti pendulum dan dapat menyentuh kasur ketika berbaring. Pada cryptorchidismus scrotum pada sisi yang terkena kosong, hipoplastik, dengan rugae yang lebih sedikit jika dibandingkan sisi yang sehat atau sesuai dengan usia kehamilan yang sama. g. Genital (wanita) Untuk memeriksa genitalia neonatus perempuan maka neonatus harus diposisikan telentang dengan pinggul abduksi kurang lebih 45 derajat dari garis horisontal. Abduksi yang berlebihan dapat menyebabkan labia minora dan klitoris tampak lebih menonjol sedangkan aduksi menyebabkankeduanya tertutupi oleh labia majora 9. Pada neonatus extremely premature labia datar dan klitoris sangat menonjol dan menyerupai penis. Sejalan dengan berkembangnya maturitas fisik, klitoris menjadi tidak begitu menonjol dan labia minora menjadi lebih menonjol. Mendekati usia kehamilan matur labia minora dan klitoris menyusut dan cenderung tertutupi oleh labia majora yang membesar. Labia majora tersusun atas lemak dan ketebalannya bergantung pada nutrisi intrauterin. Nutrisi yang berlebihan dapat menyebabkan labia majora menjadi besar pada awal gestasi. Sebaliknya nutrisi yang kurang menyebabkan labia majora cenderung kecil meskipun pada usia kehamilan matur atau posmatur dan labia minora serta klitoris cenderung lebih menonjol.
Skor Lubchenco Penyesuaian antara umur kehamilan dengan berat badan bayi baru lahir disebutkan dalam batas normal apabila berada dalam percentile 10 sampai persentil 90 dalam kurva Battaglia dan Lubchenco. Berdasarkan kurva tersebut, maka berat badan menurut usia kehamilan dapat digolongkan sebagai berikut: 2,3 Kecil Masa Kehamilan (KMK) yaitu jika bayi lahir dengan BB dibawah persentilke-10. Sesuai Masa Kehamilan (SMK) yaitu jika bayi lahir dengan BB diantara persentilke-10 dan ke-90. Besar Masa Kehamilan (BMK) yaitu jika bayi lahir dengan BB diatas persentilke-90 pada kurva pertumbuhan janin Dismaturitas yaitu bayi dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa gestasi itu. Disebut juga kecil untuk masa kehamilan (KMK). Dapat terjadi pada masa pre-, term, dan post-term. Setiap bayi baru lahir (prematur,matur, postmatur) mungkin saja mempunyai berat yang tidak sesuai dengan masagestasinya. Istilah lain yang dipergunakan untuk menunjukkan KMK adalah IUGR (intrauterine growth retardation = retardasi pertumbuhan intrauterin). 2,3
Pemeriksaan fisik
2.1.1. Mencari kelainan Kongenital Pemeriksaan di kamar bersalin juga untuk menentukan adanya kelainan kongenital pada bayi terutama yang memerlukan penanganan segera. Pada anamnesis perlu ditanyakan apakah ibu menggunakan obat-obat teratogenik, terkena radiasi, atau inferksi virus pada trismester pertama. Juga ditanyakan aapakah ada kelainan bawaan pada keluarga. Di samping itu perlu diketahui apakah ibu menderita penyakit yang dapat mengganggu pertumbuhan janin, seperti Diabetes mellitus, asma bronchial dan sebagainya. Sebelum memeriksa bayi perlu diperiksa cairan amnion, tali pusat, dan plasenta. Setelah itu dilakukan pemeriksaan bayi secarra cepat dan menyeluruh. 2,3 Berat lahir dan masa kehamilan Kejadian kelainan kongenital pada bayi kurang bulan 2 kali lebih banyak dibandingkan bayi cukup bulan, sedangkan pada bayi kecil untuk masa kehamilan kejadian tersebut sampai 10 kali lebih besar. Mulut Pada pemeriksaan mulut perhatikan apakah terdapat labio-gnato-palatoskisis, harus diperhatikan juga apakah terdapat hipersalivasi yang mungkin disebabkan oleh adanya atresia esophagus. Pemeriksaan patensi esophagus dilakukan dengann cara memasukkan kateter ke dalam lambung, setelah itu cairan di dalam amnion di aspirasi. Bila terdapat cairan melebihi 30 ml pikirkan kemungkinan atresia usus bagian atas. Pada pemeriksaan mulut perhatikan juga terdapatnya hipoplasia otot depressor anguli oris. Pada keadaan ini terlihat asimetri wajah apabila bayi menangis, sudut mulut dan mandibula akan tertarik ke bawah dan garis nasolabialis akan kurang tampak pada daerah yang sehat ( sebaliknya pada paresis N.fasialis). 2,3 Anus Perhatikan adanya anus imperforatus dengan memasukkan thermometer ke dalam anus. Walupun seringkali atresia yang tinggi tidak dapat dideteksi dengan cara ini. Bila ada atresia perhatikan ada fistula rekto-vaginal. Jenis kelamin Biasanya orang tua ingin segera mengetahui jenis kelamin anaknya. Bila terdapat keraguan misalnya klitoris pada bayi perempuan atau terdapatnya hipospadia atau epispadia pada bayi laki-laki, sebaiknya pemberitahuan jenis kelamin ditunda sampai dilakukan pemeriksaan lain seoerti pemeriksaan kromosom.
II.2. Pemeriksaan di Ruang Rawat Pemeriksaan ini harus dilakukan dalam 24 jam untuk mendeteksi kelainan yang mungkin terabaikan pada pemeriksaan di kamar bersalin. Pemeriksaan ini meliputi 2,3 : a. Aktivitas fisik Keaktifan BBL dinilai dengan melihat posisi dan gerakan tungkai dan lengan. Pada BBL cukup bulan yang sehat, ekstremitas berada dalam keadaaaan fleksi, dengan gerakan tungkai serta lengan aktif dan simetris. Bila ada asimetri pikirkan terdapatnya kelumpuhan dan patah tulang. Aktivitas fisik mungkin saja tidak tampak pada BBL yang sedang tidur atau lemah karena sakit atau pengaruh obat. Gerakan kasar atau halus (tremor) yang disertai klonus pergelangan kaki atau rahang sering ditemukan pada BBL, keadaan ini tidak berarti apa-apa. Berlainan halnya bila terjadi pada golongan umur yang lebih tua. Gerakan tersebut cenderung terjadi pada BBL yang aktif, tetapi bila dilakukan fleksi anggota gerak tersebut masih tetap bergerak-gerak, maka bayi tersebut menderita kejang dan perlu dievaluasi lebih lanjut. b. Tangisan bayi Tangisan bayi dapat memberikan keterangan tentang keadaan bayi. Tangisan melengking ditemukan pada bayi dengan kelainan neurologis, sedangkan tangisan yang lemah atau merintih terdapat pada bayi dengan kesulitan pernapasan. c. Wajah BBL Wajah BBL dapat menunjukkan kelainan yang khas, misalnya sindrom down, sindrom Pierre-Robin, sindrom de lange, dan sebagainya. d. Keadaan gizi Dinilai dari berat dan panjang badan, disesuaikan dengan masa kehamilan, tebal lapisan subkutis serta kerutan pada kulit. Edema pada bayi dapat memberikan kesan bayi dalam status gizi baik karena kulitnya halus dan licin. Edema kelopak mata biasanya karena iritasi tetesan obat pada mata. Edema yang menyeluruh ditemukan pada bayi prematur, hiproteinemia, eritroblastosis fetalis, sindrom nefrotik congenital, sindrom Hurler atau sebab lain yang tidak diketahui. Edema setempat dapat disebabkan oleh cacat bawaan system limfe. Salah satu gejalan sindrom turner adalah edema yang terbatas pada salah satu atau lebih ekstremitas bayi perempuan. e. Pemeriksaan suhu Suhu tubuh BBL diukur pada aksila. Suhu BBL normal adalah antara 36,5-37,5 derjat celcius. Suhu meninggi dapat ditemukan pada dehidrasi, gangguan serebral, infeksi, atau kenaikan suhu lingkungan. Apabila ekstremitas dingin dan tubuh panas kemungkinan besar disebabkan oleh sepsis, perlu diingat bahwa sepsis/infeksi pada BBL dapat saja tidal disertai kenaikan suhu tubuh, bahkan sering terjadi hipotermi.
2.2.1. Pemeriksaan Secara Rinci 2,3
a. Kepala Raba sepanjang garis sutura dan fontanel ,apakah ukuran dan tampilannya normal. Sutura yang berjarak lebar mengindikasikan bayi preterm, moulding yang buruk atau hidrosefalus. Pada kelahiran spontan letak kepala, sering terlihat tulang kepala tumpang tindih yang disebut moulding/moulase. Keadaan ini normal kembali setelah beberapa hari sehingga ubun-ubun mudah diraba. Perhatikan ukuran dan ketegangannya. Fontanel anterior harus diraba, fontanel yang besar dapat terjadi akibat prematuritas atau hidrosefalus, sedangkan yang terlalu kecil terjadi pada mikrosefali. Jika fontanel menonjol, hal ini diakibatkan peningkatan tekanan intakranial, sedangkan yang cekung dapat tejadi akibat deidrasi. Terkadang teraba fontanel ketiga antara fontanel anterior dan posterior, hal ini terjadi karena adanya trisomi 21. Periksa adanya tauma kelahiran misalnya; caput suksedaneum, sefal hematoma, perdarahan subaponeurotik/fraktur tulang tengkorak. Perhatikan adanya kelainan kongenital seperti ; anensefali, mikrosefali, kraniotabes dan sebagainya. b. Wajah Wajah harus tampak simetris. Terkadang wajah bayi tampak asimetris hal ini dikarenakan posisi bayi di intrauteri. Perhatikan kelainan wajah yang khas seperti sindrom down atau sindrom pierre robin. Perhatikan juga kelainan wajah akibat trauma lahir seperti laserasi, paresi N.fasialis. c. Mata Goyangkan kepala bayi secara perlahan-lahan supaya mata bayi terbuka. Periksa jumlah, posisi atau letak mata, dan periksa adanya strabismus yaitu koordinasi mata yang belum sempurna. Periksa adanya glaukoma kongenital, mulanya akan tampak sebagai pembesaran kemudian sebagai kekeruhan pada kornea. Katarak kongenital akan mudah terlihat yaitu pupil berwarna putih. Pupil harus tampak bulat. Terkadang ditemukan bentuk seperti lubang kunci (kolobama) yang dapat mengindikasikan adanya defek retina . Periksa adanya trauma seperti palpebra, perdarahan konjungtiva atau retina. Periksa adanya sekret pada mata, konjungtivitis oleh kuman gonokokus dapat menjadi panoftalmia dan menyebabkan kebutaan. Apabila ditemukan epichantus melebar kemungkinan bayi mengalami sindrom down d. Hidung Kaji bentuk dan lebar hidung, pada bayi cukup bulan lebarnya harus lebih dari 2,5 cm. Bayi harus bernapas dengan hidung, jika melalui mulut harus diperhatikan kemungkinan ada obstruksi jalan napas akarena atresia koana bilateral, fraktur tulang hidung atau ensefalokel yang menonjol ke nasofaring. Periksa adanya sekret yang mukopurulen yang terkadang berdarah , hal ini kemungkinan adanya sifilis kongenital. Periksa adanya pernapasa cuping hidung, jika cuping hidung mengembang menunjukkan adanya gangguan pernapasan
e. Mulut Perhatikan mulut bayi, bibir harus berbentuk dan simetris. Ketidaksimetrisan bibir menunjukkan adanya palsi wajah. Mulut yang kecil menunjukkan mikrognatia. Periksa adanya bibir sumbing, adanya gigi atau ranula (kista lunak yang berasal dari dasar mulut). Periksa keutuhan langit-langit, terutama pada persambungan antara palatum keras dan lunak. Perhatikan adanya bercak putih pada gusi atau palatum yang biasanya terjadi akibat Episteins pearl atau gigi. Periksa lidah apakah membesar atau sering bergerak. Bayi dengan edema otak atau tekanan intrakranial meninggi seringkali lidahnya keluar masuk (footes sign) . f. Telinga Periksa dan pastikan jumlah, bentuk dan posisinya. Pada bayi cukup bulan, tulang rawan sudah matang. Daun telinga harus berbentuk sempurna dengan lengkungan yang jelas dibagian atas. Perhatikan letak daun telinga. Daun telinga yang letaknya rendah (low set ears) terdapat pada bayi yangmengalami sindrom tertentu (Pierre-robin). Perhatikan adanya kulit tambahan atau aurikel hal ini dapat berhubungan dengan abnormalitas ginjal g. Leher Leher bayi biasanya pendek dan harus diperiksa kesimetrisannya. Pergerakannya harus baik. Jika terdapat keterbatasan pergerakan kemungkinan ada kelainan tulang leher. Periksa adanya trauma leher yang dapat menyebabkan kerusakan pad fleksus brakhialis. Lakukan perabaan untuk mengidentifikasi adanya pembengkakan.periksa adanya pembesaran kelenjar tyroid dan vena jugularis. Adanya lipatan kulit yang berlebihan di bagian belakang leher menunjukkan adanya kemungkinan trisomi 21. h. Tangan Kedua lengan harus sama panjang, periksa dengan cara meluruskan kedua lengan ke bawah. Kedua lengan harus bebas bergerak, jika gerakan kurang kemungkinan adanya kerusakan neurologis atau fraktur. Periksa jumlah jari. Perhatikan adanya polidaktili atau sidaktili . Telapak tangan harus dapat terbuka, garis tangan yang hanya satu buah berkaitan dengan abnormaltas kromosom, seperti trisomi 21. Periksa adanya paronisia pada kuku yang dapat terinfeksi atau tercabut sehingga menimbulkan luka dan perdarahan i. Dada Periksa kesimetrisan gerakan dada saat bernapas. Apabila tidak simetris kemungkinan bayi mengalami pneumotoraks, paresis diafragma atau hernia diafragmatika. Pernapasan yang normal dinding dada dan abdomen bergerak secara bersamaan.Tarikan sternum atau interkostal pada saat bernapas perlu diperhatikan. Pada bayi cukup bulan, puting susu sudah terbentuk dengan baik dan tampak simetris. Payudara dapat tampak membesar tetapi ini normal j. Paru Frekuensi napas yang normal pada BBL adalah 40-60 kali permenit. BBL dengan frekuensi napas yang terus menerus diatas 60 kali per menit perlu diamati lebih teliti untuk memungkinkan adanya kelainan paru, jantung, atau metabolic. Karen fluktuasinya cepat maka frekuensii napas BBL harus dihitung dalam satu menit penuh dan kalau mungkin dihitung saat bayi tidur atau dalam keadaan tenang oleh karena sering terdapat periodic breathing , yaitu henti nafas yang berlangsung 5-10 detik di antara pola pernapasan yang regular. Sebagian bayi, kuhusnya bayi premature, saat menangis dapat menunjukkan retrakssi sterna atau subkostal ringan. Napas yang tersendat-sendat dan tidak teratur ( irregular gasping) yang kadang kadang diikuti oleh gerakan spasme mulut dan dagu menunjukkan gangguan pusat pernapasan yang berat. Semua bayi baru lahir bernapas dengan diafragma, sehingga pada waktu inspirasi bagian dada tertarik ke dalam dan pada saat yang sama perut bayi membuncit. Bila bayi dalam keadaan relaksasi, tenang dan warna kulitnya baik maka ventilasinya baik. Sebaliknya pernapasan yang berat (labored respiration) menandakan ventilasi paru yang abnormal, pneumonia, cacat bawaan, atau gangguan mekanis lainnya di paru. Kesukaran bernapas yang disebabkan oleh terlalu banyak atau terlalu sedikit udara di paru akan menyebabkan jaringan interkostal tertarik ke dalam. Oleh karena itu, untuk membedakan atelektasis dan emfisema harus dinilai bentuk dan ukuran dada, perkusi, ddan pemeriksaan rontgen. Biasanya suara napas BBL bersifat bronkovesikuler. Kecurigaan akan berkurangnya suara nafas harus selalu dibuktikan dengan menginduksi nafas yang lebih dalam. Bila satu tempat yang dicurigai , lakukann perubahan posisi kepala dan badan sebelum mengambil keputusan. Cara ini juga dikerjakan bila diduga ada redup pada perkusi. Ronki basah halus pada pneumonia BBL ini hanya dapt didengar pada akhir inspirasi dalam yang diinduksi dengan tangis bayi. Mengingat banyaknya etiologi gawat nafas, maka pemeriksaan radiologi dada harus dilakukan titik. Bila pada auskultasi terdengar bising usus di rongga dada, pikirkan hernia diafragmatika. k. Kardiovaskular Denyut nadi bervariasi dari 90/menit saat bayi tidur tenang sampai 180/ menit selama aktivitas. Frekuensi denyut nadi yang tetap tinggi pada takikardi paroksismal lebih baik dihitung dengan EKG daripada dengan telinga. Denyut jantung bayi prematur yang tenang berkisar antara 140-150/menit. Nadi di kaki dan di tangan harus diperiksa pada waktu lahir dan saat dipulangkan. Pulsasi yang lemah disemua ekstremitas menandakan curah jantung yang buruk atau vasokontriksi perifer. Pulsasi femoral yang melemah atau tidak ada mengarahkan dugaan pada lesi jantung ductal-dependent seperti koarktasio aorta. Palpasi dan auskultasi mampu menunjukkan pergeseran letak jantung, seperti dekstrokardia. Sekitar 60 % dari BBL normal memiliki bising sistolik pada usia 2 jam, tetapi presentase ini berkurang sampai 1 % pada pemeriksaan rutin bayi. Sebaliknya koma bising pada cacat jantung bawaan mungkin baru dapat didengar beberapa hari kemudian. Diperkirakan hanya 1 diantara 12 jantung bawaan yang bisingnya dapat didengar pada masa BBL dini. Dugaan cacat jantung bawaan harus diikuti dengan pemeriksaan radiologi, EKG, ekokardiogram. Karena itu perlu dicermati pada BBL, bising tidak selalu menunjukkan adanya kelainan jantung. Demikian pula sebaliknya tidak ada bising bukan memastikan jantungnya normal. Bising innocent, yaitu bising yang tidak berkolerasi dengan kelainan jantung dapat dikenali dari karateristik berikut : Bising derajat I-II/VI pada tepi sternal kiri , tidak ada klik pada auskultasi, pulsasi normal, pemeriksaan fisik lainnya normal. Bising innocent biasanya berasal dari sudut percabangan arteri pulmonalis, duktus arteriosus paten, atau regurgitasi tricuspid yang pulih dengan sendirinya dalam waktu cepat. Berikut adalah karateristik bising signifikan yang perlu dicermati untuk pemeriksaan lebih lanjut : pansistolik, derajat I/VI atau lebih, terdengar paling baik di batas kiri atas sternum, terdengar kasar, terdengar bunyi jantung II yang abnormal, terdengar klik sistolik dini atau tengah (mid-sistolik) Pemeriksaan tekanan darah mungkin bermanfaat untuk menegakkan diagnosis. Auskultasi cukup baik hanya dengan menggunakan kepala stetoskop kecil. Cara Doppler dilakukan dengan menggunakan tranduser dalam manset untuk transmisi dan penerimaan gelombang ultrasonic. Transduser ini dapat mendeteksi gerakan dinding arteri sehingga pemeriksaan tekanan sistolik dan diastolik lebih seksama. Cara lain adalah dengan palpasi, yaitu dengan mengambil tekanan darah sistolik sebagai patokan dan nadi bagian distal dari manset diraba pada saat deflasi. Cara flush adalah dengan menekan pangkal lengan sehingga aliran darah di bawah manset relative berkurang. Kerugiannya adalah tidak didapatnya tekanan nadi dan hasil nya dengan auskultasi terletak diantara sistolik dan diastolik. l. Abdomen Dinding abdomen Abdomen harus tampak bulat dan bergerak secara bersamaan dengan gerakan dada saat bernapas. Kaji adanya pembengkakan. Jika perut sangat cekung kemungkinan terdapat hernia diafragmatika. Abdomen yang membuncit kemungkinan karena hepato-splenomegali atau tumor lainnya. Jika perut kembung kemungkinan adanya enterokolitis vesikalis, omfalokel atau ductus omfaloentriskus persisten Hati dan limpa Hati biasanya teraba 2 sampai 3 cm di bawah arkus kosta kanan, sedangkan limpa sering teraba 1 cm di bawah arkus kosta kiri, karena masih terjadi hematopoeisis ekstrameduler. Kadang-kadang hati dan limpa sedemekian besarnya sehingga batas bawahnya beraada di abdomen bagian bawah, misalnya hemolitik thalasemia eritroblastosis fetalis. Ginjal Dengan palpasi yang dalam ginjal dapat diraba apabila posisi bayi terlentang dan tungkai bayi dilipat agar otot dinding perut dalam keadaan relaksasi. Batas bawah ginjal dapat diraba setinggi umbilikus di antara garis tengah dan tepi perut. Biasanya bagian ginjal yang dapat diraba sekitar 2 3 cm. Pembesaran ginjal dapat disebabkan neoplasma, kelainan bawaan, atau trombosis vena renalis. Trauma pada abdomen oleh karena kelahiran yang sulit, misalnya letak sungsang, dapat mengakibatkan perdarahan hati, limpa, atau kelenjar adrenal. Bila terdapat kecurigaan kelainan dalam perut, pemeriksaan USG akan banyak membantu. Terabanya benjolan yang abnormal di abdomen harus diperiksa segera di atas tempat yang keras seperti papan. Pemeriksaan USG abdomen bayi dapat menggantikan pielogram intravena untuk membantu diagnosis. Benjolan yang paling sering ditemukan adalah anomali saluran kemih, embrioma ginjal, kista ovarium, dan duplikasi usus. Jumlah udara dalam saluran cerna BBL sanagat bervariasi dan ini tidak ditemukan pada umur yang lebih tua. Diastasis rekti dan hernia tali pusat sering ditemuakan pada BBL, terutama yang berkulit hitam. m. Genetalia Pada bayi laki-laki panjang penis 3-4 cm dan lebar 1-1,3 cm.Periksa posisi lubang uretra. Prepusium tidak boleh ditarik karena akan menyebabkan fimosis. Periksa adanya hipospadia dan epispadia. Skrotum harus dipalpasi untuk memastikan jumlah testis ada dua. Pada bayi perempuan cukup bulan labia mayora menutupi labia minora. Lubang uretra terpisah dengan lubang vagina. Terkadang tampak adanya sekret yang berdarah dari vagina, hal ini disebabkan oleh pengaruh hormon ibu (withdrawl bedding) n. Anus dan rectum Periksa adanya kelainan atresia ani , kaji posisinya. Mekonium secara umum keluar pada 24 jam pertama, jika sampai 48 jam belumkeluar kemungkinan adanya mekonium plug syndrom, megakolon atau obstruksi saluran pencernaan o. Kulit Perhatikan kondisi kuli bayi. Periksa adanya ruam dan bercak atau tanda lahir. Periksa adanya pembekakan. Perhatinan adanya vernik kaseosa. Perhatikan adanya
Pemeriksaan Neurologis REFLEK PRIMITIF PADA BAYI BARU LAHIR Reflek primitif adalah aksi reflek yang berasal dari dalam pusat sistem saraf yang ditunjukkan oleh bayi baru lahir normal namun secara neurologis tidak lengkap seperti pada orang dewasa dalam menanggapi rangsang tertentu. Reflek ini tidak menetap hingga dewasa, namun lama-kelamaan akan menghilang karena dihambat oleh lobus frontal sesuai dengan tahap perkembangan anak normal. Reflek primitif ini sering juga disebut infantile atau reflek bayi baru lahir. 2,3 Anak-anak dan dewasa yang mengalami kelainan atau gangguan saraf (sebagai contoh, penderita cerebral palsy) akan tetap mempunyai reflek primitif ini dan akan timbul kembali hingga masa dewasa mengacu pada keadaan saraf tertentu termasuk demensia, lesi trauma dan stroke. Seseorang dengan gangguan cerebral palsy dan keterbatasan mental kecerdasan dapat belajar untuk lebih menekan reflek ini agar tidak muncul pada kondisi tertentu seperti selama memulai reaksi yang ekstrim. Reflek dapat dibatasi pada area tubuh tertentu saja yang dipengaruhi oleh gangguan saraf seperti reflek Babinsky pada kaki untuk penderita cerebral palsy. Atau juga dapat terjadi pada orang normal dengan hemiplegia, reflek dapat dilihat pada kaki di daerah yang terserang saja. Reflek primitif juga diperiksa pada seseorang yang diduga mengalami luka di otaknya untuk menguji fungsi dari lobus frontal. Jika tidak ada penekanan secara tepat maka terjadi lanugo, jumlah yang banyak terdapat pada bayi kurang bulan.
2.2.2. Ukuran Antropometrik BBL cukup bulan yang sesuai untuk masa kehamilannya mempunyai ukuran badan sebagai berikut : Ukuran antorpometrik BBL Laki-laki Perempuan Berat lahir (kg) 3,53 (2,53-4,34) 3,40 (2,55-4,15) Panjang lahir (cm) 56,6 (52,8-60,9) 55,3(51,5-59,3) Lingkar kepala (cm) 35,8(32,1-38,5) 34,7(32,3-37,7)
tanda-tanda penurunan fungsi tulang depan kepala (frontal). Selain itu gangguan reflek primitif juga diperiksa sebagai tanda peringatan awal terjadinya gangguan autis. Reflek pada bayi baru lahir beraneka ragam. Sebuah contoh pasti adalah reflek rooting yang membantu proses inisiasi menyusui dini dan proses menyusui nantinya. Bayi hanya akan menunjukkan reflek ini pada saat kelaparan dan disentuh sekitar bibirnya oleh orang lain, tapi bukan termasuk bayi itu sendiri. Ada beberapa reflek yang kemungkinan akan membantu bayi bertahan selama masa adaptasi lingkungan kehidupan barunya seperi reflek moro. Reflek yang lain seperti reflek menelan dan memegang sesuatu akan membantu menjalin interaksi positif antara orang tua dan bayi baru lahir. Reflek tersebut dapat memacu orang tua untuk memberikan respon dengan penuh cinta dan kasih sayang serta lebih memotivasi ibu untuk menyusui. Reflek primitif ini juga membantu orang tua merasa nyaman dengan bayinya karena reflek primitif tersebut akan mendorong bayi untuk mengontrol dirinya serta menerima dan menanggapi stimulasi atau rangsangan dari orang tuanya. (Berk, Laura E.. Child Development. 8th. USA: Pearson, 2009.) 2,3 Macam-macam Reflek Primitif pada Bayi Baru Lahir 1. Reflek Ketuk Glabella : Reflek ini diperiksa dengan mengetuk secara berulang pada dahi. Ketukan akan diterjemahkan sebagai sinyal yang diterima oleh saraf sensori aferen yang akan dipindahkan oleh nervus trigeminal dan sinyal saraf eferen akan kembali ke otot orbicularis oculi melalui saraf facial yang akan menggerakkan reflek pada mata yaitu berkedip. Kedipan mata akan mucul sebagai reaksi terhadap ketukan tersebut namun hanya timbul sekali yaitu pada ketukan pertama. Jika kedipan mata terus berlangsung pada ketukan-ketukan selanjutnya, maka disebut tanda-tanda Myerson, yang merupakan gejala awal penyakit Parkinson, dan hal tersebut tidak normal. 2. Reflek Mata Boneka : Reflek ini diperiksa sebagai salah satu cara untuk menentukan mati batang otak. Jika kepala diputar-putar (ditolehkan ke samping kanan dan kiri) maka bola mata akan bergerak. Namun jika pada pemeriksaan ini bola mata tetap berhenti atau tidak bergerak sama sekali berarti dimungkinkan ada kematian batang otak. 3. Reflek Rooting : Reflek ini ditunjukkan pada saat kelahiran dan akan membantu proses menyusui. Reflek ini akan mulai terhambat pada usia sekitar empat bulan dan berangsur- angsur akan terbawa di bawah sadar. Seorang bayi baru lahir akan menggerakkan kepalanya menuju sesuatu yang menyentuh pipi atau mulutnya, dan mencari obyek tersebut dengan menggerakkan kepalanya terus-menerus hingga ia berhasil menemukan obyek tersebut. Setelah merespon rangsang ini (jika menyusui, kira-kira selama tiga minggu setelah kelahiran) bayi akan langsung menggerakkan kepalanya lebih cepat dan tepat untuk menemukan obyek tanpa harus mencari-cari. 4. Reflek Sucking : Reflek ini secara umum ada pada semua jenis mamalia dan dimulai sejak lahir. Reflek ini berhubungan dengan rreflek rooting dan menyusui, dan menyebabkan bayi untuk secara langsung mengisap apapun yang disentuhkan di mulutnya. Ada dua tahapan dari reflek ini, yaitu : a. Tahap expression : dilakukan pada saat puting susu diletakkan diantara bibir bayi dan disentuhkan di permukaan langit-langitnya. Bayi akan secara langsung menekan (mengenyot) puting dengan menggunakan lidah dan langit-langitnya untuk mengeluarkan air susunya. b. Tahap milking : saat lidah bergerak dari areola menuju puting, mendorong air susu dari payudara ibu untuk ditelan oleh bayi. 5. Reflek tonick neck dan asymmetric tonick neck ini disebut juga posisi menengadah, muncul pada usia satu bulan dan akan menghilang pada sekitar usia lima bulan. Saat kepala bayi digerakkan ke samping, lengan pada sisi tersebut akan lurus dan lengan yang berlawanan akan menekuk (kadang-kadang pergerakan akan sangat halus atau lemah). Jika bayi baru lahir tidak mampu untuk melakukan posisi ini atau jika reflek ini terus menetap hingga lewat usia 6 bulan, bayi dimungkinkan mengalami gangguan pada neuron motorik atas. Berdasarkan penelitian, reflek tonick neck merupakan suatu tanda awal koordinasi mata dan kepala bayi yang akan menyiapkan bayi untuk mencapai gerak sadar. 6. Reflek Palmar Grasping : Reflek ini muncul pada saat kelahiran dan akan menetap hingga usia 5 sampai 6 bulan. Saat sebuah benda diletakkan di tangan bayi dan menyentuh telapak tangannya, maka jari-jari tangan akan menutup dan menggenggam benda tersebut. Genggaman yang ditimbulkan sangat kuat namun tidak dapat diperkirakan, walaupun juga dimungkinkan akan mendorong berat badan bayi, bayi mungkin juga akan menggenggam tiba-tiba dan tanpa rangsangan. Genggaman bayi dapat dikurangi kekuatannya dengan menggosok punggung atau bagian samping tangan bayi. 7. Reflek Plantar : Reflek ini juga disebut reflek plantar grasp, muncul sejak lahir dan berlangsung hingga sekitar satu tahun kelahiran. Reflek plantar ini dapat diperiksa dengan menggosokkan sesuatu di telapan kakinya, maka jari-jari kakinya akan melekuk secara erat. 8. Reflek Babinsky : Reflek babinsky muncul sejak lahir dan berlangsung hingga kira-kira satu tahun. Reflek ini ditunjukkan pada saat bagian samping telapak kaki digosok, dan menyebabkan jari-jari kaki menyebar dan jempol kaki ekstensi. Reflek disebabkan oleh kurangnya myelinasi traktus corticospinal pada bayi. Reflek babinsky juga merupakan tanda abnormalitas saraf seperti lesi neuromotorik atas pada orang dewasa.
9. Reflek Galant : Reflek ini juga dikenal sebagai reflek Galants infantile, ditemukan oleh seorang neurolog dari Rusia, Johann Susman Galant. Reflek ini muncul sejak lahir dan berlangsung sampai pada usia empat hingga enam bulan. Pada saat kulit di sepanjang sisi punggung bayi diigosok, maka bayi akan berayun menuju sisi yang digosok. Jika reflek ini menetap hingga lewat enam bulan, dimungkinkan ada patologis. 10. Reflek Swimming : Reflek ini ditunjukkan pada saat bayi diletakkan di kolam yang berisii air, ia akan mulai mengayuh dan menendang seperti gerakan berenang. Reflek ini akan menghilang pada usia empat sampai enam bulan. Reflek ini berfungsi untuk membantu bayi bertahan jika ia tenggelam. Meskipun bayi akan mulai mengayuh dan menendang seperti berenang, namun meletakkan bayi di air sangat berisiko.Bayi akan menelan banyak air pada saat itu. Disarankan untuk menunda meletakkan bayi di air hingga usia tiga tahun. 11. Reflek Moro : Reflek ini ditemukan oleh seorang pediatri bernama Ernst Moro. Reflek ini muncul sejak lahir, paling kuat pada usia satu bulan dan akan mulai mengjilang pada usia dua bulan. Reflek ini terjadi jika kepala bayi tiba-tiba terangkat, suhu tubuh bayi berubah secara drastis atau pada saat bayi dikagetkan oleh suara yang keras. Kaki dan tangan akan melakukan gerakan ekstensi dan lengan akan tersentak ke atas dengan telapak tangan ke atas dan ibu jarinya bergerak fleksi. Siingkatnya, kedua lengan akan terangkat dan tangan seperti ingin mencengkeram atau memeluk tubuh dan bayi menangis sangat keras. Reflek ini normalnya akan menghilang pada usia tiga sampai empat bulan, meskipun terkadang akan menetap hingga usia enam bulan. Tidak adanya reflek ini pada kedua sisi tubuh atau bilateral (kanan dan kiri) menandakan adanya kerusakan pada sistem saraf pusat bayi, sementara tidak adanya reflek moro unilateral (pada satu sisi saja) dapat menandakan adanya trauma persalinan seperti fraktur klavikula atau perlukaan pada pleksus brakhialis. Erbs palsy atau beberapa jenis paralysis kadang juga timbul pada beberapa kasus. Sebuah cara untuk memeriksa keadaan reflek adalah dengan melatakkan bayi secara horizontal dan meluruskan punggungnya dan biarkan kepala bayi turun secara pelan-pelan atau kagetkan bayi dengan suara yang keras dan tiba-tiba. Reflek moro ini akan membantu bayi untuk memeluk ibunya saat ibu menggendong bayinya sepanjang hari. Jika bayi kehilangan keseimbangan, reflek ini akan menyebabkan bayi memeluk ibunya dan bergantung pada tubuh ibunya. 12. Reflek Walking / Stepping : Reflek ini muncul sejak lahir, walaupun bayi tidak dapat menahan berat tubuhnya, namun saat tumit kakinya disentuhkan pada suatu permukaan yang rata, bayi akan terdorong untuk berjalan dengan menempatkan satu kakinya di depan kaki yang lain. Reflek ini akan menghilang sebagai sebuah respon otomatis dan muncul kembali sebagai kebiasaan secara sadar pada sekitar usia delapan bulan hingga satu tahun untuk persiapan kemampuan berjalan.
Perubahan fisiologis
Sebagai akibat perubahan lingkungan dalam uterus ke luar uterus, maka bayi menerima rangangan yang bersifat kimiawi, mekanik, dan teknik. Hasil perangsangan ini membuat bayi akan mengalami perubahan metabolic, pernapasan, sirkulasi dan lain-lain 3 : Perubahan Sistem Pernapasan Sistem pernapasan merupakan sistem yang paling tertantang ketika mengalami perubahan dari fase intrauterus menuju ekstrauterus. Bayi baru lahir harus mulai segera mulai bernafas.Selama kehamilan organ yang berperan dalam respirasi janin sampai janin lahir adalah placenta. Paru paru yang bermula dari suatu titik yang muncul dari Pharynx yang bercabang dan kemudian cabang lagi sehingga membentuk struktur pencabangan bronkus. Proses tersebut terus berlanjut setelah kelahiran hingga kira-kira usia anak 8 tahunsampai jumlah bronkhiolus dan alveolus berkembang sepenuhnya. Agar alveolus dapat berfungsi, harus ada surfaktan yang cukup dan aliran darah ke paru-paru. Surfaktan adalah lipoprotein yang dapat mengurangi ketegangan permukaan dalam alveoli dan membantu dalam pertukaran gas. Bagian ini di produksi pertama kali dari usia kehamilan 20 minggu dan jumlahnya akan terus bertambah hingga paruparu menjadi dewasa pada minggu 30 34 minggu. Ketidak dewasaan paruparu inilah yang paling menentukan dan mengurangi kemungkinan hidupnya seorang bayi baru lahir oleh karena luas permukaan alveoli yang terbatas serta tidak adanya surfaktan yang memadai menyebabkan stress pada bayi. Fenomena yang menstimulasi neonatus untuk nafas pertama kali, diantaranya; peristiwa mekanis seperti penekanan toraks pada proses kelahiran pervagina dan tekanan yang tinggi pada toraks tersebut tiba-tiba hilang ketika bayi lahir disertai oleh stimulus fisik, nyeri, cahaya suara menyebabkan perangsangan pusat pernafasan. Pada saat bayi mencapai cukup bulan, kurang dari 100 ml cairan paruparu terdapat di dalam nafasnya. Selama proses kelahiran, kompresi dinding dada akan membantu pengeluaran sebagian dari cairan ini dan lebihnya akan diserap oleh sirkulasi pulmonum serta sistem limphatik setelah kelahiran bayi. Neonatus yang dilahirkan dengan SC (Secsio Cesarea) tidak mendapat penekanan thorak sehingga paruparunya terisi cairan dalam waktu yang lebih lama. Cairan yang mengisi mulut dan trakhea sebagian dikeluarkan dan udara mulai mengisi sistem pernafasan ini. Aktifnya pernafasan yang pertama menimbulkan serangkaian peristiwa diantaranya : a. Membantu perubahan sirkulasi janin menjadi sirkulasi dewasa. b. Mengosongkan cairan dari paruparu. c. Menentukan volume paru neonatus dan karakteristik fungsi paruparu bayi baru lahir. Dengan tarikan nafas yang pertama, udara di ruangan mulai mengisi saluran napas besar trakhea neonatus dan bronkus. Oksigenasi yang memadai merupakan faktor yang sangat penting dalam mempertahankan kecukupan pertukaran udara. Peningkatan aliran darah paru akan memperlancar pertukaran gas dalam alveolus dan menghilangklan cairan paru. Perubahan Sirkulasi Karakteristik sirkulasi janin merupakan sistem tekanan rendah, karena paru paru masih tertutup dan berisi cairan, organ tersebut memerlukan darah dalam jumlah minimal. Pemasangan klem tali pusat akan menutup sistem tekanan darah dari plasenta- janin. Aliran darah dari palsenta berhenti, sistem sirkulasi bayi baru lahirakan mandiri, tertutup dan bertekanan tinggi. Efek yang muncul segera akibat tindakan pemasangan klem tali pusat adalah kenaikan resistensi vaskular sistemik. Kenaikan resistensi vaskular sistemik ini bersamaan dengan pernapasan pertama bayi baru lahir. Oksigen dari napas pertama ini menyebabkan otototot vaskular berelaksasi dan terbuka. Paruparu menjadi satu sistem tekanan rendah. Kombinasi tekanan ini yang meningkat pada sirkulasi sistemik tetapi menurun pada sirkulasi paru menimbulkan perubahanperubahan tekanan aliran darah pada jantung. Tekanan yang berasal dari peningkatan aliran darah pada jantung kiri menyebabkan foramen ovale menutup. Semakin banyak darah yang mengandung oksigen melewati duktus arteriosus menyebabkan organ ini berkontraksi sehingga membatasi arus pintas yang terjadi melalui duktus tersebut. Peningkatan aliran darah ke paru-paru akan mendorong terjadinya peningkatan sirkulasi limpe dan membantu menghilangkan cairan paru-paru dan merangsang perubahan sirkulasi janin menjadi sirkulasi luar rahim. Darah yang meninggalkan jantung neonatus menjadi sepenuhnya mengandung oksigen ketika berada dalam paru dan mengalir ke seluruh jaringan tubuh yang lain. Dalam waktu singkat perubahanperubahan besar tekanan telah berlangsung pada bayi baru lahir, sekalipun perubahanperubahan ini secara anatomi tidak selesai dalam hitungan minggu, penutupan fungsional foramen ovale dan duktus arteriosus terjadi segera setelah kelahiran, yang paling penting untuk dipahami bidan adalah bahwa perubahan perubahan sirkulasi dari janin ke bayi baru lahir berkaitan mutlak dengan kecukupan fungsi respirasi. Termoregulasi Bayi baru lahir memilki kecenderungan cepat stress akibat perubahan suhu lingkungan, karena belum dapat mengatur suhu tubuh sendiri. Pada saat bayi meninggalkan lingkungan rahim ibu yang bersuhu rata-rata 37 0C, kemudian bayi masuk ke dalam lingkungan. Suhu ruangan persalinan yang suhu 25 0C sangat berbeda dengan suhu di dalam rahim.
Bayi baru lahir dapat kehilangan panas melalui empat mekanisme yaitu : a. Konveksi adalah kehilangan panas tubuh yang terjadi saat bayi terpapar udara sekitar yang lebih dingin. Bayi yang dilahirkan atau ditempatkan di dalam ruangan yang dingin akan cepat mengalami kehilangan panas. Kehilangan panas juga terjadi jika terjadi konveksi aliran udara dari kipas angin, hembusan udara melalui ventilasi atau pendingin ruangan. b. Radiasi adalah kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan di dekat benda-benda yang mempunyai suhu tubuh lebih rendah dari suhu tubuh bayi. Bayi bisa kehilangan panas dengan cara ini karena benda-benda tersebut menyerap radiasi panas tubuh bayi (walaupun tidak bersentuhan secara langsung). c. Konduksi adalah kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung antara tubuh bayi dengan permukaan yang dingin, meja, tempat tidur atau timbangan yang temperaturnya lebih rendah dari tubuh bayi akan menyerap panas tubuh bayi melalui mekanisme konduksi apalagi bayi diletakkan diatas benda-benda tersebut. d. Evaporasi adalah jalan utama bayi kehilangan panas. Kehilangan panas dapat terjadi karena penguapan cairan ketuban pada permukaan tubuh oleh panas tubuh bayi sendiri karena setelah lahir, tubuh bayi tidak segera dikeringkan. Kehilangan panas juga terjadi pada bayi yang terlalu cepat dimandikan dan tubuhnya tidak segera dikeringkan dan diselimuti. Neonatus dapat menghasilkan panas dalam jumlah besar dengan cara; menggigil, aktifitas otot dan termogenesis (produksi panas tanpa menggigil). Sehingga dapat menyebabkan peningkatan metabolisme dan mengakibatkan peningkatan penggunaan oksigen oleh neonatus. Oleh karena itu kehilangan panas pada neonatus berdampak pada hipogilikemi, hipoksia dan asidosis. Glukosa Sebelum dilahirkan kadar darah janin berkisar 60 hingga 70 % dari kadar darah ibu. Dalam persiapan untuk kehidupan luar rahim seorang janin yang sehat mencadangkan glukosa sebagai glikogen terutama di dalam hati. Sebagian penyimpangan glikogen berlangsung pada trimester III. Pada saat tali pusat diklem, bayi baru lahir harus mendapat cara untuk mempertahankan glukosa yang sangat diperlukan untuk fungsi otak neonatus. Pada setiap bayi baru lahir, glukosa darah menurun dalam waktu singkat (1 hingga 2 jam kelahiran). Bayi baru lahir yang sehat hendaknya didorong untuk sesegera mungkin mendapatkan ASI setelah dilahirkan. Seorang bayi yang mengalami stress berat pada saat kelahiran seperti hipotermia mengakibatkan hipoksia mungkin menggunakan simpanan glikogen dalam jumlah banyak pada jamjam pertama kelahiran.
Newborn Care 4,5
- Perawatan kulit Setelah pelahiran, kelebihan verniks, darah, dan mekonium harus dibersihkan dengan lembut. Sisa verniks mudah diserap dan hilang sepenuhnya dalam 24 jam. Mandi pertama harus ditunda sampai suhu neonatus stabil.
- Tali pusat Kehilangan air dari Wharton Jelly menyebabkan mumifikasi tali pusat segera setelah lahir. Dalam waktu 24 jam tunggu tali pusat kehilangan cirri khasnya putih kebiruannya, tampak lembab dan segera menjadi kering dan hitam. Dalam beberapa hari ke minggu, tunggul megelupas dan meninggalkan luka granulasi keci, setelah proses penyembuhan membentuk umbilicus. Pemisahan biasanya terjadi dalam 2 minggu pertama dengan kisaran antara 3-45 hari. Tali pusat mongering lebih cepat dan lebih mudah terpisah ketika terkena udara. Dengan demikian pemutusan tali pusat tidak di izinkan. Infeksi tali pusat yang serius kadang terjadi. Organisme yang kemungkinan besar mengganggu adalah staphylococcus aureus, Escherichia coli, dan streptococcus grup B. karena tunggul tali pusat dalam beberapa kasus seperti ini kemungkinan tidak menunjukan tanda infeksi luar maka diagnosis akan sulit ditegakkan. Tindakan pencegahan aseptic seperti phisohex, larutan 0,5 % hibitane dalam spiritus 70 %, mekuro 2 % atau alcohol 70% dan ditutupi denga kasa steril yang difiksasi dengan plester. - Pemberian makanan Sebagian besar bayi baru lahir tumbuh dengan baik jika diberikan makan pada interval setiap 2 hingga 4 jam. Bayi baru lahir yang kurang bulan atau degan hambatan pertumbuhan memerlukan pemberian makanan pada interval yang lebih pendek. Jeda pada setiap pemeberian makanana yang tepat bergantung pada beberapa factor, seperti kuantitas ASI, kesiapan payudara untuk mengelakan ASI, dan keinginan kuat untuk menyusui. Secara umum diajurkan bayi menyusu selama 5 menit pada setiap payudara selama 4 hari pertama atau sampai ibu memiliki persedian susu. Setelah hari keempat, lama bayi yang baru lahir menyusui meningkat selama 10 menit disetiap payudara. - Kehilangan berat badan Karena sebagian besar neonatus sebenarnya hanya menerima sedikit nutrisi ada 3 atau 4 hari pertama kehidupan, mereka semakin kehilangan berat badan sampai pemebrian air susu ibu lancer atau diberikan makanan lainya. Bayi kurang bulan relatif lebih banyak kehilangan berat badan dan proses pemulihan berat badanya lebih lambat daripada bayi aterm. Bayi yang kecil, untuk usia kehamilan namun sehat mendapatkan berat badanya kembali lebih cepat ketika disusui dibandingkan dengan yang lahir kurang bulan. Jika bayi baru lahir normal cukup mendapat asupan zat gizi, berat lahir biasanya akan pulih pada hari ke 10. Setelah itu, beratnya meningkat terus dengan laju sekitar 25 g/hari selama beberapa bulan pertama. Berat lahir menjadi dua kali lipat pada usia 5 bulan dan menjadi tiga kali lipat pada akhir tahun pertama. - Tinja dan urin Untuk 2-3 hari pertama setelah lahir, kolon berisi mekonium lunak berwarna hijau kecoklatan. Mekonium terdiri dari sel-sel epitel deskuamasi dari traktus intestinal, mucus, sel-sel epidermis, dan lanugo (rambut janin) yang tertelan dalam cairan amnion. Warna yang khas di hasilkan dari pigmen empedu. Bayi di berikan pakaian dari kain katun yang lunak, ringan, tipis dan mudah dicuci dalam air mendidih, serta memungkinkan bayi bebas bergerak. Sebelum popk dipasang, suhu bayi harus diperiksa lagi dengan low reading thermometer (dapat mengukur sampai suhu 25C) dan kemudian bayi diltekan di tempat tidur bayi yang hangat (suhu incubator tergantung dari besar bayi, misalnya bayi dengan berat 1000 gram suhunya 35C, berat 3000 gram suhunya 28C-30C, sehingga bayi dapat mempertahankan suhu tubuhya sekitar 36C -37C). Posisi bayi dalam tempat tidur dapat terlentang (posisi setengah duduk dengan kepala miring ke salah satu sisi), tengkurap dengan kepala ke salah satu sisi dan harus selalu diamati untuk melihat kemungkinan terjadi aspirasi. Perawatan mata dapat dipakai larutan nitras argenti 1% yang baru dibuat untuk menghindari kerusakan mata. Dapat pula mata dibersihkan dengan larutan air garam fisiologik, akan tetapi harus selalu dilihat apakah sudah ada kotoran mata atau belum.
Kesimpulan Kehidupan pada masa BBL sangat rawan oleh karena memerlukan penyesuaian fisiologik agar bayi di luar kadungan dapat hidup sebaik-baiknya. Diperkirakan 2/3 kematian bayi di bawah umur 1 tahun terjadi pada masa BBL. Pemeriksaan pertama BBL harus dilakukan di kamar bersalin, tujuannya adalah : Menilai gangguan adaptasi BBL dari kehidupan intrauterine ke ekstrauterine, untuk menemukan kelainan sepeeti cacat bawaan yang perlu tindakan segera, trauma lahir, menentukan apakah BBL dapat dirawat bersama ibu ( rawat gabung) atau di tempat perawatan khusus untuk diawasi, atau di ruang intensif, atau segera dioperasi, pemeriksaan ke dua harus dilakukan kembali dalam 24 jam, yaitu sesudah bayi berada dalam ruang perawatan. Tujuannya adalah kelainan yang luput dari pemeriksaan pertama akan ditemukan pada pemeriksaan ini. Bayi tidak boleh dipulangkan sebelum diperiksa kembali pada pemeriksaan terakhir. Yang harus dicatat pada pemeriksaan fisik adalah lingkar kepala, berat panjang, kelainan fisik yang ditemukan, frekuensi napas dan nadi, serta keadaan tali pusat. Untuk mengetahui usia kehamilan bayi prematur dapat dilakukan penilaian antenatal dan posnatal. Salah satu penilaian posnatal adalah dengan skor The New Ballard yang terdiri atas pemeriksaan maturitas fisik dan neuromuskular.
Daftar Pustaka 1. Matondang CS, Wahidiyat I, Sastroasmoro S. Diagnosis fisik pada anak. Edisi ke 2. Jakarta: PT Sagung seto, 2000.h.146-158 2. Swartz, Mark H. Buku ajar diagnostic fisik. Jakarta: penerbit buku kedokteran EGC, 2001.h.415-429 3. Hassan R, Alatas H. Ilmu kesehatan anak. Jakarta: bagian Ilmu kesehatan anak, 2012.h.1040-1059 4. Wiknjosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadhi T. Ilmu kebidanan. Edisi ke 7. Jakarta: sarwono prawirohardjo, 2005.h.247-57 5. Leveno, Kenneth. Dkk.2009. Obstetric William Edisi 21. Jakarta: EGC : Penerbit Buku Kedokteran, 2012.h.624-7