Syok hipovolemik adalah terganggunya system sirkulasi akibat dari volume darah dalam pembuluh darah yang berkurang. Hal ini dapat terjadi akibat perdarahan yang massif atau kehilangan plasma darah. 2.2 Etiologi Syok Hipovolemik Penyebab tersering syok hipovolemik adalah kehilangan darah akibat trauma termasuk kehilangan darah selama atau setelah pembedahan. Trauma yang dimaksud dapat berupa trauma tajam (Penetrating Trauma) seperti fraktur pelvis atau fraktur femur dan trauma tumpul seperti trauma tumpul abdomen (ruptur hepar, spleen, dan perforasi organ berongga) maupun trauma tumpul dada (seperti pneumothorax, hemothorax atau hemoperiardium dan temponade). !uptur anuerisme aorta dan perdarahan gastrointestinal merupakan penyebab kedua tersering dari syok hipovolemik. Penyebab syok hipovolemik non "trauma termasuk diabetes mellitus yang tidak terkontrol dan insufisiensi akut korteks adrenal yang menyebabkan kehilangan airan tubuh yang banyak melalui ginjal. #ual muntah hebat, diare, dan luka bakar dapat menimbulkan kehilangan airan plasma. $erikut adalah tabel yang menggambarkan penyebab syok hipovolemik. Tabel %.& Penyebab syok hipovolemik 'auses of Hypovolemi Shok (oss of $lood )nternally* rupture of vessels, spleen, liver, extrauterine pregnany +xternally* Trauma, gastrointestinal, pulmonary,renal blood loss (oss of Plasma $urn ,ound, gastrointestinal losses (diarrhea, ileus, panreatitis) (oss of -luids and +letrolytes .astrointestinal and renal losses (unontrolled diabetes mellitus, adrenoortial insuffiieny) Terkadang hemoptisis masif yang timbul akibat dari suatu tumor, tuberulosis, infeksi jamur atau bronkietasis dapat menjadi penyebab syok 1 hipovolemik. /ehilangan darah merupakan penyebab yang esensial dari syok hipovolemik namun trauma itu sendiri menyebabkan pelepasan dari mediator inflamasi yang menyebabkan perburukan syok. 2.3 Patofisiologi Syok Hipovolemik Tubuh manusia merespon perdarahan akut dengan mengaktivasi sistem fisiologi utama yaitu sistem hematologi, kardiovaskuler, ginjal, dan sistem neuroendokrin. Sistem hematologi berespon terhadap kehilangan darah yang berat dan akut dengan mengaktivasi kaskade koagulasi dan vasokonstriksi pembuluh darah (melalui pelepasan tromboksan 0% lokal). Selain itu, platelet diaktivasi (melalui pelepasan tromboksan 0% lokal) dan membentuk bekuan darah immatur pada sumber perdarahan. Pembuluh darah yang rusak menghasilkan kolagen, yang selanjutnya menyebabkan penumpukan fibrin dan menstabilkan bekuan darah. 1ibutuhkan 2aktu sekitar %3 jam untuk menyempurnakan fibrinasi dari bekuan darah dan menjadi bentuk yang sempurna. Sistem kardiovaskuler pada a2alnya berespon terhadap syok hipovolemik dengan meningkatkan denyut jantung, meningkatkan kontraktilitas miokard, dan vasokonstriksi pembuluh darah perifer. !espon ini terjadi akibat peningkatan pelepasan norepinefrin dan penurunan ambang dasar tonus nervus vagus (diatur oleh baroreseptor di arus arotius, arus aorta, atrium kiri, dan penbuluh darah pulmonal). Sistem kardiovaskuler juga berespon dengan mengalirkan darah ke otak, jantung, dan ginjal dengan mengurangi perfusi kulit, otot, dan traktus gastrointestinal. Sistem renalis berespon terhadap syok hipovolemik dengan peningkatan sekresi renin dari apparatus juxtaglomeruler. !enin akan mengubah angiotensinogen menjadi angiotensin ), yang selanjutnya akan dikonversi menjadi angiotensin )) di paru*paru dan hati. 0ngotensin )) mempunyai % efek utama, yang keduanya membantu perbaikan keadaan pada syok hipovolemik, yaitu vasokonstriksi arteriol otot polos, dan menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal. 0ldosteron bertanggungja2ab pada reabsorbsi aktif natrium dan akhirnya akan menyebabkan retensi air. 2 Sistem neuroendokrin berespon terhadap syok hipovolemik dengan peningkatan 0ntidiuretik Hormon (01H) dalam sirkulasi. 01H dilepaskan dari glandula pituitari posterior sebagai respon terhadap penurunan tekanan darah (dideteksi oleh baroreseptor) dan terhadap penurunan konsentrasi natrium (yang dideteksi oleh osmoreseptor). Seara tidak langsung 01H menyebabkan peningkatan reabsorbsi air dan garam (4a'l) pada tubulus distalis, duktus kolektivus, dan lengkung Henle. Patofisiologi dari syok hipovolemik telah terakup dalam mekanisme diatas. #ekanisme yang rumit tersebut efektif dalam memenuhi perfusi organ vital pada kehilangan darah yang berat. Tanpa resusitasi airan dan darah dan atau koreksi pada keadaan patologi yang mendasari perdarahan akan mengakibatkan berkurangnya perfusi jantung, dan kegagalan berbagai organ akan segera terjadi. 2.4 Manifestasi klinis Syok Hipovolemik Syok hipovolemik membutuhkan diagnosa dini untuk menegah keterlambatan terapi. !esusitasi airan intravena harus segera diberikan dengan kanul besar. Perjalanan klinis pasien dengan syok hipovolemik ditentukan oleh penyebab syok tersebut. Pasien dapat mengeluhkan haus, diaphoresis, dan nafas yang pendek dan dangkal. /esadaran umumnya tidak terganggu keuali pada syok berat pasien dapat menjadi apatis. 1iagnosa klinis untuk syok yaitu hipotensi dan gejala klinis dari iskemia organ. Tanda klinis pasien syok dapat dikenali dari penurunan tekanan darah sistolik kurang dari 56 mmHg atau penurunan darah lebih dari 36 mmHg diba2ah presyok level dengan nadi yang lemah. Pada syok hipovolemik dapat ditandai dengan orthostatik hipotensi, postural di77iness, takikardi dan hipotensi adalah gejala dan tanda a2al dari syok hipovolemik. .ejala lainnya yang dapat timbul yaitu mukosa membrane yang kering, penurunan turgor kulit, takipneu, oliguria, sianosis perifer, supine hipotensi dan gejala klinis lainnya yang mungkin timbul tidak mempunyai nilai diagnostik bermakna. Tingkat keparahan pada syok hipovolemik akibat perdarahan dapat dikelompokkan berdasarkan tanda dan gejala klinis seperti yang tertera pada tabel sebagai berikut. Table %.% 'linial lasses of severity of Hypovolemi shok after hemorrhage 3 'lass ) 'lass )) 'lass ))) 'lass )8 $lood loss m( 9 :;<6 :&<9 ;<6*&<66 &<*=69 >&<66*%666 >=6*369 >%666 > 369 Heart !ate (beat?min) :&66 >&66 >&%6 >&36 Systoli blood pressure 4ormal 4ormal 1ereased 1ereased Pulse pressure 4ormal 1ereased 1ereased 1ereased 'apillary refill time 1elayed 1elayed 1elayed 1elayed !espiratory rate?min &3*%6 %6*=6 =6*36 >=< @rine output (ml?h) >=6 %6*=6 <*&< :< #ental Status Slightly anxious 0nxious 'onfused 'onfused and lethargi 2.5 Diagnosis Syok Hipovolemik &. 0namnesa !i2ayat penyakit penting untuk menentukan penyebab dan untuk penanganan langsung. Syok hipovolemik akibat kehilangan darah dari luar biasanya nyata dan mudah didiagnosis. Perdarahan dalam kemungkinan tidak nyata, biasanya pasien hanya mengeluhkan kelemahan, letargi, atau perubahan status mental. Pada pasien trauma, menentukan mekanisme edera dan menggali beberapa informasi lain akan memperkuat keurigaan terhadap edera tertentu misalnya, edera akibat tertumbuk kemudi kendaraan, atau gangguan kompartemen pada pengemudi akibat keelakaan kendaraan bermotor. %. Pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik seharusnya selalu dimulai dengan penanganan jalan napas, pernapasan, dan sirkulasi. /etiganya dievaluasi dan distabilkan seara bersamaan. Sistem sirkulasi harus dievaluasi untuk tanda*tanda dan gejala " gejala syok. Aangan hanya berpatokan pada tekanan darah sistolik sebagai indikator utama syokB hal ini menyebabkan diagnosis lambat. #ekanisme kompensasi menegah penurunan tekanan darah sistolik seara signifikan hingga pasien kehilangan =69 dari volume darah. Sebaiknya nadi, frekuensi pernapasan, 4 dan perfusi kulit lebih diperhatikan. Auga, pasien yang mengkonsumsi beta bloker mungkin tidak mengalami takikardi, tanpa memperhatikan derajat syoknya. =. Pemeriksaan (aboratorium Pemeriksaan laboratorium a2al yang sebaiknya dilakukan antara lainC analisis 'omplete $lood 'ount ('$'), kadar elektrolit (4a, /, 'l, H'D=, $@4, kreatinin, kadar glukosa), PT, 0PTT, 0.1, dan urinalisis (pada pasien yang mengalami trauma). 1arah sebaiknya ditentukan tipenya dan dilakukan penookan agar memudahkan bilamana diperlukan darah. 3. Pemeriksaan !adiologi Pasien dengan hipotensi atau dengan kondisi tidak stabil harus pertama kali diresusitasi seara adekuat. Penanganan ini lebih utama daripada pemeriksaan radiologi dan menjadi intervensi segera dan memba2a pasien epat ke ruang operasi. Pasien trauma dengan syok hipovolemik membutuhkan pemeriksaan ultrasonografi di unit ga2at darurat jika diurigai terjadi aneurisma aorta abdominalis. Aika diurigai terjadi perdarahan gastrointestinal, sebaiknya dipasang selang nasogastrik, dan gastri lavage harus dilakukan. -oto polos dada posisi tegak dilakukan jika diurigai ulkus perforasi atau Sindrom $oerhaave. +ndoskopi dapat dilakukan (biasanya setelah pasien tertangani) untuk selanjutnya menari sumber perdarahan. 2.6 Penatalaksanaan Syok Hipovolemik Tiga tujuan penanganan kega2atdaruratan pasien dengan syok hipovolemik antara lainC &. #emaksimalkan pengantaran oksigen*dilengkapi dengan ventilasi yang adekuat, peningkatan saturasi oksigen darah, dan memperbaiki aliran darah. Aalan napas pasien sebaiknya dibebaskan segera dan stabilisasi jika perlu. /edalaman dan frekuensi pernapasan, dan juga suara napas, harus diperhatikan. Aika terjadi keadaan patologi (seperti pneumothoraks, hemothoraks, dan flail hest) yang mengganggu pernapasan, harus segera ditangani. Tambahan oksigen dalam jumlah besar dan bantuan ventilator harus diberikan pada semua pasien. 8entilasi tekanan positif yang berlebihan dapat berbahaya pada pasien yang mengalami syok hipovolemik dan sebaiknya dihindari. 5 Sebaiknya dibuat dua jalur intravena berdiameter besar. Hukum Poeseuille mengatakan bah2a aliran berbanding terbalik dengan panjang kateter infus dan berhubungan langsung dengan diameter. Sehingga kateter infus intravena yang ideal adalah pendek dan diameternya lebarB diameter lebih penting daripada panjangnya. Aalur intravena dapat ditempatkan pada vena anteubiti, vena saphena, atau vena tangan, atau pada vena sentralis dengan menggunakan teknik Seldinger. Aika digunakan jalur utama vena sentralis maka digunakan kateter infus berdiameter lebar. Pada anak kurang dari E tahun dapat digunakan jalur intraosseus. -aktor yang paling penting dalam melakukannya adalah skill dan pengalaman. Pengadaan infus arteri perlu dipertimbangkan pada pasien dengan perdarahan hebat. @ntuk pasien ini, infus arteri akan memonitoring tekanan darah seara berkala dan juga analisa gas darah. Pada jalur intravena, airan yang pertama digunakan untuk resusitasi adalah kristaloid isotonik, seperti !inger (aktat atau Saline 4ormal. $olus a2al &*% liter pada orang de2asa (%6 ml?kg$$ pada pasien anak), dan respon pasien dinilai. Aika tanda vital sudah kembali normal, pasien dia2asi agar tetap stabil dan darah pasien perlu dikirim untuk diookkan. Aika tanda vital membaik sementara, infus kristaloid dilanjutkan dan dipersiapkan darah yang ook. Aika perbaikan yang terjadi tidak bermakna atau tidak ada, infus kristaloid harus dilanjutkan, dan darah D diberikan (darah tipe D rhesus (*) harus diberikan kepada pasien 2anita usia subur untuk menegah sensitasi dan komplikasi lanjut). Aika pasien sekarat dan hipotensi berat (syok derajat )8), diberikan airan kristaloid dan darah tipe D. Pedoman pemberian kristaloid dan darah tidak diatur, terapi yang diberikan harus berdasarkan kondisi pasien. Posisi pasien dapat digunakan untuk memperbaiki sirkulasiB salah satu ontohnya menaikkan kedua kaki pasien sementara airan diberikan. 'ontoh lain dari posisi yang bermanfaat adalah memiringkan pasien yang sementara hamil dengan trauma kearah kirinya, dengan tujuan memposisikan janin menjauhi vena ava inferior dan meningkatkan sirkulasi. Posisi Trendelenburg tidak dianjurkan untuk pasien dengan hipotensi karena dikha2atirkan terjadi aspirasi. Posisi Trendelenburg juga tidak memperbaiki keadaan kardiopulmonal dan dapat mengganggu pertukaran udara. 6 %. #engontrol kehilangan darah lebih lanjut /ontrol perdarahan tergantung sumber perdarahan dan sering memerlukan intervensi bedah. Pada pasien dengan trauma, perdarahan luar harus diatasi dengan menekan sumber perdarahan seara langsung, perdarahan dalam membutuhkan intervensi bedah. -raktur tulang panjang ditangani dengan traksi untuk mengurangi kehilangan darah. Pada pasien dengan nadi yang tidak teraba di unit ga2at darurat atau a2al tibanya, dapat diindikasikan torakotomi emergensi dengan klem menyilang pada aorta diindikasikan untuk menjaga suplai darah ke otak. Tindakan ini hanya bersifat paliatif dan butuh segera diba2a di ruang operasi. Pada pasien dengan perdarahan gastrointestinal, vasopressin intravena dan H% bloker telah digunakan. 8asopressin umumnya dihubungkan dengan reaksi negatif, seperti hipertensi, aritmia, gangren, dan iskemia miokard atau splanikus. Dleh karena itu, harus dipertimbangkan untuk penggunaanya seara tetap. H% $loker relatif aman, tetapi tidak terlalu menguntungkan. )nfus somatostatin dan oreotide telah menunjukkan adanya pengurangan perdarahan gastrointestinal yang bersumber dari varises dan ulkus peptikum. Dbat ini membantu kerja vasopressin tanpa efek samping yang signifikan. Pada pasien dengan perdarahan varises, penggunaan Sengstaken* $lakemore tube dapat dipertimbangkan. 0lat ini memiliki balon gaster dan balon esofagus. $alon gaster pertama dikembangkan dan dilanjutkan balon esofagus bila perdarahan berlanjut. Penggunaan selang ini dikaitkan dengan akibat yang buruk, seperti ruptur esofagus, asfiksi, aspirasi, dan ulserasi mukosa. Dleh karena alasan tersebut, penggunaan ini dipertimbangkan hanya sebagai alat sementara pada keadaan yang ekstrim. Pada dasarnya penyebab perdarahan akut pada sistem reproduksi (ontohnya kehamilan ektopik, plasenta previa, solusio plasenta, ruptur kista, keguguran) memerlukan intervensi bedah./onsultasi segera dan penanganan yang tepat adalah kuninya. Tujuan penanganan kega2atdaruratan adalah untuk menstabilkan keadaan pasien hipovolemik, menentukan penyebab perdarahan, dan menyediakan penanganan yang tepat sesegera mungkin. Aika perlu untuk memba2a pasien ke rumah sakit lain, hal ini harus dilakukan segera. 7 Pada pasien trauma, jika petugas unit ga2at darurat mengindikasikan telah terjadi edera yang serius, ahli bedah (tim trauma) harus diberitahukan segera tentang kedatangan pasien. Pada pasien yang berusia << tahun dengan nyeri abdomen, sebagai ontohnya, ultrasonografi abdomen darurat perlu utnuk mengidentifikasi adanya aneurisma aorta abdominalis sebelum ahli bedahnya diberitahu. Setiap pasien harus dievaluasi ketat karena keterlambatan penanganan yang tepat dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas. =. !esusitasi 'airan. Pasang kanul intravena ukuran besar, lakukan pemeriksaan laboratorium (roosmath, hemoglobin, hematorit, thrombosit, elektrolit, reatinin, analisis gas darah dan pH, laktat, parameter koagulasi, transamine, albumin). 4ilai kebutuhan oksigen, intubasi, atau ventilasi (PD % > E6 mmHg dan saturasi oksigen > 569). !esusitasi airan dilakukan dengan perbandingan kristaloid dan koloid sebesar =C&. $ila kehilangan darah>%<9 maka perlu diberikan eritrosit konsentrat, sementara kehilangan darah > E69 maka perlu juga diberikan fresh fro7en plasma (setelah & jam pemberian konsentrasi eritrosit atau lebih epat jika fungsi hati terganggu). Tujuan utama terapi syok hipovolemik adalah penggantian volume sirkulasi darah. Penggantian volume intravasular sangat penting untuk kebutuhan ardia output dan suplai oksigen ke jaringan. Syok hipovolemik yang disebabkan oleh kehilangan darah dalam jumlah besar sering perlu dilakukan transfusi darah. 0dapun indikasi transfusi darah atau komponen darah pada syok hipovolemik yaituC Tabel %.= )ndikasi transfusi komponen darah )ndiation for blood omponent therapy 'omponent )ndiation @sual strating dose Paked !$' !eplaement of Dxygen* arrying apaity %*3 units )8 Platelets Thromboytopenia 2ith bleeding E*&6 units )8 -resh fro7en plasma 'oagulopaty %*E units )8 'ryopreipitate 'oagulopaty 2ith fibrinogen &6*%6 units )8 8 Pemilihan airan sebaiknya didasarkan atas status hidrasi pasien, konsentrasi elektrolit dan kelainan metaboli yang ada. $erbagai larutan parenteral telah dikembangkan menurut kebutuhan fisiologis berbagai kondisi medis. Terapi airan intravena atau infus merupakan salah satu aspek terpenting yang menentukan dalam penanganan dan pera2atan pasien. Terdapat beberapa jenis airan resusitasi yaitu airan koloid, kristaloid dan darah. koloid merupakan airan dengan tekanan osmotik yang lebih tinggi dibandingkan plasma (airan hiperonkotik). Hipertonik dan hiperonkotik adalah airan plasma expander karena kemampuan untuk memindahkan airan intrselular dan interstisial selama resusitasi dan dengan epat menggantikan volume plasma (seperti albumin, dextran, dan starh). 'airan kristaloid adalah airan yang mengandung air, elektrolit dan atau gula dengan berbagai ampuran. 'airan ini bisa isotonik, hipotonik, dan hipertonik terhadap airan plasma. Sedangkan airan koloid yaitu airan yang $erat #olekulnya tinggi. 'airan kristaloid terdiri dariC &. 'airan Hipotonik 'airan ini didistribusikan ke ekstraseluler dan intraseluluer. Dleh karena itu penggunaannya ditujukan kepada kehilangan airan intraseluler seperti pada dehidrasi kronik dan pada kelainan keseimbangan elektrolit terutama pada keadaan hipernatremi yang disebabkan oleh kehilangan airan pada diabetes insipidus. 'airan ini tidak dapat digunakan sebagai airan resusitasi pada kega2atan (dextrosa <9). %. 'airan )sotonik 'airan isotonik terdiri dari airan garam faali (4a'l 6,59), ringer laktat dan plasmalyte. /etiga jenis airan ini efektif untuk meningkatkan isi intravaskuler yang adekuat dan diperlukan jumlah airan ini 3x lebih besar dari kehilangannya. 'airan ini ukup efektif sebagai airan resusitasi dan 2aktu yang diperlukan relatif lebih pendek dibanding dengan airan koloid. =. 'airan Hipertonik 'airan ini mengandung natrium yang merupakan ion ekstraseluler utama. Dleh karena itu pemberian natrium hipertonik akan menarik airan intraseluler ke 9 dalam ekstraseluler.Peristi2a ini dikenal dengan infus internal. 1isamping itu airan natrium hipertonik mempunyai efek inotropik positif antara lain memvasodilatasi pembuluh darah paru dan sistemik. 'airan ini bermanfaat untuk luka bakar karena dapat mengurangi edema pada luka bakar, edema perifer dan mengurangi jumlah airan yang dibutuhkan, ontohnya 4a'l =9. $eberapa ontoh airan kristaloid C &) !inger (aktat (!() (arutan yang mengandung konsentrasi 4atrium &=6 m+F?(, /alium 3 m+F?l, /lorida &65m+F?l, /alsium = m+F?l dan (aktat %G m+F?(. (aktat pada larutan ini dimetabolisme didalam hati dan sebagian keil metabolisme juga terjadi dalam ginjal. #etabolisme ini akan terganggu pada penyakit yang menyebabkan gangguan fungsi hati. (aktat dimetabolisme menjadi piruvat kemudian dikonversi menjadi 'D% dan H%D (G69 dikatalisis oleh en7impiruvat dehidrogenase) atau glukosa (%69 dikatalisis oleh piruvat karboksilase). /edua proses ini akan membentuk H'D=. Sejauh ini !inger (aktat masih merupakan terapi pilihan karena komposisi elektrolitnya lebih mendekati komposisi elektrolit plasma. 'airan ini digunakan untuk mengatasi kehilangan airan ekstra seluler yang akut. 'airan ini diberikan pada dehidrasi berat karena diare murni dan demam berdarah dengue. Pada keadaan syok, dehidrasi atau 1SS pemberiannya bisa diguyur. %) !inger 0setat 'airan ini mengandung 4atrium &=6 m+F?l, /lorida &65 m+F?l, /alium 3 m+F?l, /alsium =m+F?l dan 0setat %G m+F?l. 'airan ini lebih epat mengoreksi keadaan asidosis metabolik dibandingkan !inger (aktat, karena asetat dimetabolisir di dalam otot, sedangkan laktat didalam hati. (aju metabolisme asetat %<6 H 366 m+F?jam, sedangkan laktat &66 m+F?jam.0setat akan dimetabolisme menjadi bikarbonat dengan ara asetat bergabung dengan ko* en7im 0 untuk membentuk asetil ko*0., reaksi ini dikatalisis oleh asetil ko*0 sintetase danmengkonsumsi ion hidrogen dalam prosesnya. 'airan ini bisa mengganti pemakaian !inger (aktat.I .lukosa <9, &69 dan %69(arutan yang berisi 1extrosa <6 gr?liter , &66 gr?liter , %66 gr?liter.5 .lukosa <9 digunakanpada keadaan gagal jantung sedangkan .lukosa &69 dan %69 digunakan pada 10 keadaan hipoglikemi , gagal ginjal akut dengan anuria dan gagal ginjal akut dengan oliguria. =) 4a'l 6,59 'airan fisiologis ini terdiri dari &<3 m+F?( 4atrium dan &<3 m+F?( /lorida, yang digunakan sebagai airan pengganti dan dianjurkan sebagai a2al untuk penatalaksanaan hipovolemia yang disertai dengan hiponatremia, hipokloremia atau alkalosis metabolik. 'airan ini digunakan pada demam berdarah dengue dan renjatan kardiogenik juga pada sindrom yang berkaitan dengan kehilangan natrium seperti asidosis diabetikum, insufisiensi adrenokortikaldan luka bakar. Pada anak dan bayi sakit penggunaan 4a'l biasanya dikombinasikan denganairan lain, seperti 4a'l 6,59 dengan .lukosa <9. 0dapun Aenis*jenis airan koloid adalah C &) 0lbumin.Terdiri dari % jenis yaituC a) 0lbumin endogen. 0lbumin endogen merupakan protein utama yang dihasilkan dihasilkan di hati dengan $# antara EE.666 sampai dengan E5.666, terdiri dari <G3 asam amino. 0lbumin merupakan protein serum utama dan berperan G69 terhadap tekanan onkotik plasma. Penurunan kadar 0lbumin <6 9 akan menurunkan tekanan onkotik plasmanya &?=nya. b) 0lbumin eksogen. 0lbumin eksogen ada % jenis yaitu human serum albumin, albumin eksogen yang diproduksiberasal dari serum manusia dan albumin eksogen yang dimurnikan (Purified protein fration)dibuat dari plasma manusia yang dimurnikan.G0lbumin ini tersedia dengan kadar <9 atau %<9 dalam garam fisiologis. 0lbumin %<9 biladiberikan intravaskuler akan meningkatkan isi intravaskuler mendekati <x jumlah yangdiberikan.Hal ini disebabkan karena peningkatan tekanan onkotik plasma. Peningkatan inimenyebabkan translokasi airan intersisial ke intravaskuler sepanjang jumlah airan intersisial menukupi. /omplikasi albumin adalah hipokalsemia yang dapat menyebabkan depresi fungsi miokardium, reaksi alegi terutama pada jenis yang dibuat dari fraksi protein yangdimurnikan. Hal ini karena fator aktivator prekalkrein yang ukup tinggi dan disamping ituharganya pun lebih mahal dibanding dengan kristaloid. (arutan ini digunakan padasindroma nefrotik dan dengue syok sindrom. 11 %) H+S (Hidroxy +thyl Starh). #erupaka senya2a kimia sintetis yang menyerupai glikogen. 'airan ini mengandung partikel dengan $# beragam dan merupakan ampuran yang sangat heterogen. Tersedia dalam bentuk larutan E9 dalam garam fisiologis. Tekanan onkotiknya adalah =6 mmHg dan osmolaritasnya =&6 mosm?l. H+S dibentuk dari hidroksilasi aminopektin, salah satu abang polimer glukosa. Pada penelitian klinis dilaporkan bah2a H+S merupakan volume ekspander yang ukup efektif. +fek intarvaskulernya dapat berlangsung =*%3 jam. Pengikatan airan intravasuler melebihi jumlah airan yang diberikan oleh karena tekanan onkotiknya yang lebih tinggi. /omplikasi yang dijumpai adalah adanya gangguan mekanisme pembekuan darah. Hal ini terjadi bila dosisnya melebihi %6ml? kg$$? hari. =) 1extran. #erupakan ampuran dari polimer glukosa dengan berbagai maam ukuran dan berat molekul. 1ihasilkan oleh bakteri (euomosto mesenteriodes yang dikembangbiakkan di mediasurose. $# bervariasi dari beberapa ribu sampai jutaan 1alton. 0da % jenis dextran yaitu dextran 36 dan ;6. 1extran ;6 mempunyai $# ;6.666 (%<.666*&%<.666). Sediaannya terdapat dalam konsentrasi E9 dalam garam fisiologis. 1extran ini lebih lambat dieksresikan dibandingkan dextran 36. Dleh karena itu dextran ;6 lebih efektif sebagai volume ekspander dan merupakan pilihan terbaik dibadingkan dengan dextran 36. 1extran 36 mempunyai $# 36.666 tersedia dalam konsentrasi &69 dalam garam fisiologis atau glukosa <9. #olekul keil ini difiltrasi epat oleh ginjal dan dapat memberikan efek diuretik ringan. Sebagian keil dapat menembus membran kapiler dan masuk ke ruang intertisial dan sebagian lagi melalui sistim limfatik kembali ke intravaskuler. Pemberian dextran untuk resusitasi airan pada syok dan kega2atan menghasilkan perubahan hemodinamik berupa peningkatan transpor oksigen. 'airan ini digunakan pada penyakit sindroma nefrotik dan dengue syok sindrom. /omplikasi antara lain payah ginjal akut, reaksi anafilaktik dan gangguan pembekuan darah. 3) .elatin. 'airan ini banyak digunakan sebagai airan resusitasi terutama pada orang de2asa. Terdapat % bentuk sediaan yaituC&.#odified -luid .elatin (#-.) %.@rea $ridged .elatin (@$.). /edua airan ini punya $# =<.666. /edua jenis 12 gelatin ini punya efek volume expander yang baik pada kega2atan. /omplikasi yang sering terjadi adalah reaksi anafilaksis. 'airan ini digunakan sebagai airan rumatan pada penyakit bronkopneumonia, status asmatikus dan bronkiolitis. Pemilihan airan resusitasi pada syok hipovolemik hingga saat ini masih menjadi perdebatan. Pemberian infus koloid (plasma?albumin) pada syok hipovolemik post operative dapat meningkatkan pengambilan okisgen lebih epat dibandingkan infus kristaloid. )nisial resusitasi pada syok hipovolemik sering dimulai dengan hypertoni dan isotoni kristaloid yang kemudian dilanjutkan dengan airan koloid dan infuse eritrosit dan plasma. !esusitasi syok hipovolemik pada luka bakar dimana terjadi kehilangan plasma maka dilakukan resusitasi dengan kombinasi kristaloid dan koloid. Pada kasus diabetes yang tidak terkontrol, diare dan insufisiensi korteks adrenal yang menyebabkan kehilangan airan plasma dan elektrolit maka airan resusitasi terpilih adalah airan kristaloid. 'airan ini dapat mempertahankan volume intravasular, interstisial, dan intraselular. Pembarian transfusi darah diindikasikan pada kasus dengan kehilangan darah >369 atau syok derajat )8. #enurut 'P. %66; resusitasi airan optimal pada syok hipovolemik yang disebabkan oleh trauma adalah penggunaan darah. $ila transfusi darah tidak tersedia maka penggunaan kristaloid isotoni lebih dianjurkan karena kristaloid menghasilkan peningkatan ardia output yang dapat diperkirakan dan seara umum didistribusikan ke ekstraselular. Compound Sodium Lactat adalah alternative pilihan yang dianjurkan untuk resusitasi a2al pasien hipovolemik.compound sodium lactate mengandung preursor biarbonate yang ketika dimetabolisme dapat membantu memperbaiki asidosis metaboli. Pemberian airan ini dihentikan pada pasien dengan gangguan hati. 0lternative lain yang dapat diberikan yaitu normal saline (4a'l 6.59) meskipun pemberiannya dalam dosis besar dapat menyebabkan asidosis metaboli. 13