Anda di halaman 1dari 25

1

Kasus 1
Topik: Skizofrenia Paranoid
Tanggal (kasus): 4 Mei 2014 Persenter: dr. Arsil Radiansyah
Tanggal (presentasi): Pendamping: dr. H. Indra Lutfi
Pembimbing: dr. Lailan Sapinah, Sp. KJ
Tempat Presentasi : Aula RSUD Kota Takengon (Lt. 2)
Obyektif Presentasi:

Keilmuan

Keterampilan

Penyegaran

Tinjauan Pustaka

Diagnostik

Manajemen

Masalah

Istimewa

Neonatus

Bayi

Anak

Remaja

Dewasa

Lansia

Bumil

Deskripsi : Wanita, 41 tahun dengan nyeri di seluruh lapangan perut

Tujuan:
- Mampu mendiagnosis skizofrenia dengan tepat
- Mampu melakukan pemberian terapi psikologis
- Mampu melakukan pemberian psikofarmaka
Bahan bahasan:

Tinjauan Pustaka

Riset

Kasus

Audit

Cara membahas:

Diskusi

Presentasi dan diskusi

Email

Pos
Data pasien: Nama: Tn. A Nomor Registrasi: 002635
Nama klinik: RSUD Datu beru Telp: (-) Terdaftar sejak: 07 Mei 2014
Data utama untuk bahan diskusi:
2

Data Pribadi Pasien:
1. Nama : Tn. A
2. Umur : 29 Tahun
3. Alamat : Mongal, Kabupaten Aceh tengah
4. Status : Belum Menikah
5. Agama : Islam
6. Suku : Gayo
7. Pendidikan : SMA
8. Pekerjaan : Tidak ada
9. Tanggal masuk : 7 Mei 2014
10. Tanggal pemeriksaan : 10 Mei 2014
1. Diagnosis/Gambaran Klinis :
Keluhan Umum : Mengamuk
Aloanamnessa (Kakak kandung Pasien)
Pasien datang diantar oleh keluarganya ke IGD RSU Datu Beru dengan keluhan mengamuk dirumah sejak 1 hari yang lalu. Menurut
keluarga pasien mengamuk tanpa sebab yang jelas, Namun tidak sampai merusak barang-barang di rumah. Pasien sering keluar
rumah dan tidak peduli dan marah apabila diperintah dan diberi nasehat keluarga. Pasien banyak melamun sejak 1 bulan ini, dan
kadang terlihat berbicara sendiri. Pasien dirumah sering mondar-mondir seperti orang yang kebingungan. Pasien sudah lama
menderita gangguan jiwa, pertama kali dirawat di RSJ Banda Aceh tahun 2005 dan terakhir di ruang jiwa RSUD Datu Beru akhir tahun
2013. Keluhan pasien diduga bermula karena pasien tidak lulus tes penerimaan polisi.

3


Anamnessa/Autoanamnessa
Pasien datang ke IGD diantar keluarga dengan keluhan mengamuk sejak 1 hari yang lalu. Pasien mengaku tidak suka diperintah dan
dinasehati. Pasien juga tampak gelisah, takut dan cemas karena mempunyai keyakinan ada beberapa orang dari keluarga ayahnya
yang mengancam akan memotong lehernya. Namun, pasien tidak tahu alasan yang pasti kenapa ia diancam. Pasien juga meyakini
mendengar bisikan-bisikan dari seorang laki-laki dan mengatakan berita-berita tentang kemerdekaan daerah dimana pasien berasal.
Pasien juga mengaku sulit tidur sejak 2 hari. Tatapan mata tampak kosong dan cenderung melihat kearah bawah. Pakaian tampak
tidak rapi dan tak terurus.
2. Riwayat Pengobatan:
Pasien sering mengalami keluhan seperti ini. Pernah dirawat di RSJ dan Ruang Rawat Jiwa RSUD Datu Beru.
3. Riwayat kesehatan/penyakit terdahulu:
Pasien mengakui merasakan sakit seperti ini sejak tahun 2005.
4. Riwayat Gangguan Jiwa Sebelumnya:
Pasien beberapa kali dirawat di RSJ Banda Aceh dan RSUD Datu Beru
5. Riwayat Keluarga OS
a. Identitas orangtua/pengganti
b. Kepribadian orangtua/pengganti
c. Os bersaudara.. orang dan Os anak ke.
d. Urutan bersaudara: 1. Lk/Pr ( ) 2. Lk/Pr ( )
e. Gambaran kepribadian masing-masing
f. Orang lain yang tinggal di rumah OS
4

g. Apakah ada riwayat gangguan jiwa pada anggota keluarga Os

6. Riwayat Kehidupan Pribadi :
Prenatal : -
Keadaan melahirkan: -
Bayi & Anak-anak :
- Pertumbuhan fisik :
- Minum ASI : ( ) sampai Usia :
- Usia mulai bicara :
- Usia mulai berjalan :
- Kepribadian sewaktu anak-anak :
Masa Sekolah :
- Prestasi : sedang
- Sikap terhadap teman : bergaul
- Tingkah laku : baik
- Pasien mengalami stress setelah tidak lulus penerimaan polisi
Remaja : baik
Dewasa : mengalami gangguan jiwa
Riwayat Pekerjaan : Pasien tidak memiliki pekerjaan
- Keadaan ekonomi : sedang
Riwayat Perkawinan : Pasien belum menikah
5

Situasi social saat ini
- 1. Tempat tinggal : rumah orang tua
Kepribadian sebelumnya : tidak ditemukan kelainan
7. Stressor psikologis :
Pasien merasa gagal pada tes penerimaan polisi
8. Riwayat penggunaan zat :
Pasien menyangkal memakai zat narkotika.
9. Pernah suicide : disangkal
10. Riwayat berhubungan dengan pihak polisi : disangkal
11. Pemeriksaan Status Mental/Psikiatri:
Penampilan :
- Sikap tubuh : biasa
- Cara berpakaian : kurang rapi, kesan : kurang dapat mengurus diri
- Kesehatan fisik : sehat
Aktifitas psikomotor :
- Mondar-mandir dengan pandangan melihat kebawah, kesan : hiperaktif
Sikap terhadap pemeriksa : Pasif, kesan : acuh tak acuh
Pembicaraan
Arus : biasa
Penekanan pembicaraan : bimbang
Produktifitas : menurun
6

Perbandaharaan : biasa
Isi : tidak sesuai
Emosi
Afek : Tumpul
Mood : Disforik
Emosi lain : takut dan cemas
Pikiran
Isi fikiran : Waham persekutorik dimana pasien meyakini ada yang mengancam memotong lehernya
Sikap pasien terhadap waham : takut dan cemas
Persepsi
Halusinasi : Pendengaran, bisikan seorang laki-laki tentang kemerdakaan daerahnya.
Penglihatan, pasien menyangkal melihat sesuatu bayangan atau seseorang
Sensorium
- Aletrnes : Compoa mentis
- Orientasi
Waktu : baik
Tempat : baik
Orang : baik
- Konsentrasi dan kalkulasi : baik
- Memori
Sangat jauh : baik
7

Jauh : baik
Baru : baik
Seketika : baik
Pengetahuan umum : baik
Pikiran abstrak : baik
Insight : 1. pasien tidak merasa mengalami gangguan jiwa
Judgement
Sosial : terganggu
Test :
Pengendalian Impuls : Terganggu

12. Pemeriksaan Fisik
a STATUS PRESENT
Pukul 10:00
1. Keadaan Umum : Tatapan kosong, mondar-mandir
2. Kesadaran : Compos mentis
3. Tekanan Darah : 130/90 mmHg
4. Nadi : 90x/menit, reguler, kuat angkat
5. Frekuensi Nafas : 22x/menit
6. Temperatur : 36,8
o
C

8

b STATUS INTERNA
A. Kulit
Warna : Sawo matang
Turgor : Kembali cepat
Ikterus : (-)
Pucat : (-)
Sianosis : (-)
Oedema : (-)
Kelembaban : (-)
B. Kepala
Bentuk : Kesan Normocephali
Rambut : Ikal, berwarna hitam, sukar dicabut
Mata : Cekung (-), refleks cahaya (+/+), konj. Palp inf pucat (+/+), sklera ikterik (-/-)
Telinga : Sekret (-/-), perdarahan (-/-)
Hidung : Sekret (-/-), perdarahan (-/-), NCH (-/-)
C. Mulut
Bibir : Pucat (-), Sianosis (-)
Gigi geligi : Karies (+)
Lidah : Beslag (-), Tremor (-)
Mukosa : Basah (+)
Tenggorokan : Tonsil dalam batas normal
9

Faring : Hiperemis (-)
D. Leher
Bentuk : Kesan simetris
Kel. Getah Bening : Kesan simetris, Pembesaran KGB (-)
Peningkatan TVJ : R-2 cmH
2
O
E. Axilla : Pembesaran KGB (-)
F. Thorax
1. Thoraks depan
Inspeksi
Bentuk dan Gerak : Normochest, pergerakan simetris.
Tipe pernafasan : Thorako-abdominal
Retraksi : (-)
Palpasi
Stem premitus Paru kanan Paru kiri
Lap. Paru atas Normal Normal
Lap. Paru tengah Normal Normal
Lap.Paru bawah Normal Normal





10

Perkusi
Paru kanan Paru kiri
Lap. Paru atas Sonor Sonor
Lap. Paru tengah Sonor Sonor
Lap.Paru bawah Sonor Sonor
Auskultasi
Suara pokok Paru kanan Paru kiri
Lap. Paru atas Vesikuler Vesikuler
Lap.Paru tengah Vesikuler Vesikuler
Lap.Paru bawah Vesikuler Vesikuler

Suara tambahan Paru kanan Paru kiri
Lap. Paru atas Rh(-) , Wh(-) Rh(-) , Wh(-)
Lap. Paru tengah Rh(-) , Wh(-) Rh(-), Wh(-)
Lap. Paru bawah Rh(-) , Wh(-) Rh(-), Wh(-)

2. Thoraks Belakang
Inspeksi
Bentuk dan Gerak : Normochest, pergerakan simetris.
Tipe pernafasan : Thorako-abdominal
Retraksi : interkostal (-)
Palpasi
11

Stem premitus Paru kanan Paru kiri
Lap. Paru atas Normal Normal
Lap. Paru tengah Normal Normal
Lap.Paru bawah Normal Normal
Perkusi
Paru kanan Paru kiri
Lap. Paru atas Sonor Sonor
Lap. Parutengah Sonor Sonor
Lap.Paru bawah Sonor Sonor
Auskultasi
Suara pokok Paru kanan Paru kiri
Lap. Paru atas Vesikuler Vesikuler
Lap.Paru tengah Vesikuler Vesikuler
Lap.Paru bawah Vesikuler Vesikuler

Suara tambahan Paru kanan Paru kiri
Lap. Paru atas Rh(-) , Wh(-) Rh(-),Wh(-)
Lap. Paru tengah Rh(-) , Wh(-) Rh(-), Wh(-)
Lap. Paru bawah Rh(-) , Wh(-) Rh(-), Wh(-)
G. Jantung
- Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
12

- Palpasi : Ictus cordis teraba ICS V 2 cm lateral lnea midclavicula sinistra
- Perkusi : Batas atas : ICS III sinistra
Batas kanan : Linea parasternalis kanan
Batas Kiri : ICS V 2 cm lateral lnea midclavicula sinistra
- Auskultasi : HR : 90 x/menit, reguler, bising (-). BJ I : terdengar tunggal. BJ II : terdengar split
H. Abdomen
- Inspeksi : Kesan simetris, distensi (-)
- Palpasi : Distensi abdomen (-), Nyeri tekan (+), Nyeri tekan diseluruh lapangan perut
Lien tidak teraba, hepar tidak teraba
- Perkusi : Tympani (+), Shifting Dullness (-)
- Auskultasi : peristaltik usus (+)
I. Genetalia : tidak dilakukan
J. Anus : tidak dilakukan
K. Ekstremitas
Ekstremitas Superior Inferior
Kanan Kiri Kanan Kiri
Sianotik - - - -
Edema - - - -
Ikterik - - - -
Gerakan Aktif Aktif Aktif Aktif
Tonus otot Normotonus Normotonus Normotonus Normotonus
Sensibilitas N N N N
Atrofi otot - - - -
c STATUS NEUROLOGIS
Kesadaran : GCS 15
13

Pupil : isokor, 3mm/3mm
Reflex cahaya langsung : +/+
Raflex cahaya tidak langsung : +/+
Tanda rangsang meningeal
Kaku kuduk : Negatif
Laseque : Negatif
Kernig : Negatif
Burdzinsky 1 : Negatif
Burdzinsky 2 : Negatif
Tanda-tanda tekanan intracranial : tidak ditemukan
Pemeriksaan Nervus Kranialis : Dalam batas normal
Pemeriksaan Reflex fisiologis : Dalam batas normal
Pemeriksaan Reflex patologis : Tidak ditemukan
Pemeriksaan Motorik
55555 55555
55555 55555
Pemeriksaan Sensorik : Dalam batas normal
Gerakan Abnormal : tidak ditemukan
Fungsi vegetatif
Miksi : tidak ditemukan inkontinensi urin
Defekasi : tidak ditemukan inkontinensi alvi
Kesan : Dalam batas normal
14

d Pemeriksaan Penunjang
Tidak ada indikasi
e EVALUASI MULTIAKSIAL
Axis I : F20.0 Skizofrenia paranoid
Axis II : Tidak ada diagnosis
Axis III` : Tidak ada diagnosis
Axis IV : Masalah pendidikan dan pekerjaan
Axis V : 50-41 : gejala berat (serious), disabiltas berat.

f DIAGNOSA SEMENTARA
Skizifrenia Paranoid
g PLANNING
1. Rawat di Ruang Jiwa
2. Psikoterapi suportif
3. Medikamentosa

Saran Pemeriksaan :
1. Darah rutin


h PENATALAKSANAAN
UMUM
15

- Rawat kebersihan diri
- Terapi sosial
- Istirahat
KHUSUS
- Inj. Haloperidol 5 mg IM di Bokong Kanan K/P
- Inj. Delladryl 3 cc IM di Bokong Kiri K/P
- Risperidon 2 mg 2X1
- Trihexipenidil 2 mg 2X!
- Clozapin 100 mg 2 X 1/2




i FOLLOW UP DI RUANGAN
Subjective Objective Assessment Planning
06/10/2012
08.00
S = Nyeri perut (+) lokasi tidak
jelas, tampak murung, dan
merasa tidak berguna.
Menjerit-jerit sakit perut.
Sering sedih dan menangis
Arus : lambat
Aktivitas psikomotor :
hipoaktif
Mood tampak depresif,
halusinasi auditorik (+)
dan visual (+), RTA
terganggua, waham (+)
Episode depresi
berat dengan gejala
psikotik + Anemia
Th/
Instruksi dr. Lailan, Sp. KJ:
- Inj. Halloperidol 5mg 0,5 cc im (Boka)
K/P
- Inj. Delladryl 2 cc im (Boki) K/P
- Alprazolam tab 0,5mg 3x1
- Olandoz tab 5mg 1x1(malam)
- Amitriptylin tab 25mg 2x1
- Asam folat tab 3x1
07/10/2012 Arus : lambat Episode depresi Th/
16

08.00
S = Nyeri perut masih (+)
Menjerit-jerit mulai berkurang.
Tampak murung dan sering
menangis
Aktivitas psikomotor :
hipoaktif
Mood tampak depresif,
halusinasi auditorik (+)
dan visual (+), RTA
terganggu, waham (+)
berat dengan gejala
psikotik + Anemia
- Terapi dilanjutkan
08/10/2012
08.00
S = Nyeri perut (+), kebersihan
kurang, menarik-narik rambut,
menangis tapi tidak keluar air
mata. Bangun ketika malam
hari
Arus : lambat
Aktivitas psikomotor :
hipoaktif
Mood tampak depresif,
halusinasi auditorik(-)
dan visual (-), RTA
terganggu, waham (+)
Episode depresi
berat dengan gejala
psikotik + Anemia
Th/
- Terapi dilanjutkan
09/10/2012
08.00
S = Nyeri masih (+) namun
sudah berkurang, sudah sedikit
untuk menangis dan sedih,
harapan hidup semangat (+),
masih terbangun ketika malam
hari
Arus : lambat
Aktivitas psikomotor :
hipoaktif
Mood tampak depresif,
halusinasi auditorik (-)
dan visual (-), RTA
terganggu, waham (+)
Episode depresi
berat dengan gejala
psikotik + Anemia
Th/
Instruksi dr. Lailan, Sp.KJ:
- Inj. CPZ 25mg im (K/P) BOKA
- Inj. Delladryil 2cc im (K/P) BOKI
- Terapi lain lanjut

10/10/2012
08.00
S = Gelisah, mengamuk, masih
merasakan sakit perut yang
tidak jelas fokal sakitnya, masih
merasa sedih, semangat
berkurang
Arus : lambat
Aktivitas psikomotor :
hipoaktif
Mood tampak depresif,
halusinasi auditorik (-)
dan visual (-), RTA
terganggu, waham (+)
Episode depresi
berat dengan gejala
psikotik + Anemia
Th/
Instruksi dr. Lailan, Sp.KJ:
- Clozaril tab 25mg 2x1
- Trihexylphendil tab 2mg 2x1
- Alprazolam tab 0,5 mg -0-0
- Terapi lain lanjut

17

11/10/2012
08.00
S = Gelisah berkurang, Nyeri
perut berkurang, tidur tidak
ada kendala, sedih sudah tidak
ada lagi, semangat hidup mulai
tumbuh
Arus : sesuai
Aktivitas psikomotor :
normoaktif
Mood tampak depresif,
halusinasi auditorik (-)
dan visual (-), RTA
terganggu, waham (+)
Episode depresi
berat dengan gejala
psikotik + Anemia
Th/
Terapi dilanjutkan

12/10/2012
08.00
S = Sudah mulai membaik
Arus : sesuai
Aktivitas psikomotor :
normoaktif
Mood tampak depresif,
halusinasi auditorik (-)
dan visual (-), RTA
terganggu, waham (+)
Episode depresi
berat dengan gejala
psikotik + Anemia
Th/
Terapi dilanjutkan
13/10/2012
08.00
S = Nyeri perut timbul lagi,
sering merenung, dan mulai
kembali semangatnya hilanh
Arus : lambat
Aktivitas psikomotor :
hipoaktif
Mood tampak depresif,
halusinasi auditorik (-)
dan visual (-), RTA
terganggua, waham (+)
Episode depresi
berat dengan gejala
psikotik + Anemia

Th/
Terapi dilanjutkan
14/10/2012
08.00
S = Mulai membaik, tetapi
masih terbangun ketika tengah
malam, dan masih suka
merenung
Arus : lambat
Aktivitas psikomotor :
hipoaktif
Mood tampak depresif,
halusinasi auditorik (-)
dan visual (-), RTA
terganggua, waham (+)
Episode depresi
berat dengan gejala
psikotik + Anemia
Th/
Terapi dilanjutkan
Dosis Amitriptilin dinaikkan tab 25mg
2x2 tab
18

15/10/2012
08.00
S = mulai membaik, tetapi
sedikit lemas
Arus : lambat
Aktivitas psikomotor :
hipoaktif
Mood tampak depresif,
halusinasi auditorik (-)
dan visual (-), RTA
terganggua, waham (+)
Episode depresi
berat dengan gejala
psikotik + Anemia
Th/
Terapi dilanjutkan

j PROGNOSIS
Dubia ad malam





Daftar pustaka
1. Budihalim S, Mudjadid. Kedokteran Psikosomatis. Dalam : buku ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid II edisi IV. FK UI Jakarta 2006 : 903-
908.
2. Maramis. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Airlangga University Press. Surabaya 2006:339-371.
3. Direktorat Jendral Pelayanan Medik - Yayasan Gangguan Depresif Indonesia. Anxietas dan Gangguan Depresif , Modul Pelatihan
bagi dokter umum . Jakarta. 2002.
4. Maslim Rusdi. Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa. Bagian IKJ FK Atmajaya. Jakarta 2003 : 76-77.
5. Kemenkes RI. Pharmacetical Care Untuk Penderita Gangguan Depresif. Jakarta. 2007 : 1-18.
19

6. Burnham. TA. Drug Fact and Comparison. 55
th
ED St. Louis : A Walter Kluers Company. 2001 : 902-944.
Hasil pembelajaran:
1. Diagnosis Episode depresif
2. Penatalaksanaan terapi non medikamentosa
3. Penatalaksanaan terapi medikamentosa

Rangkuman
1. Subjektif:
Pasien datang diantar oleh suaminya, dengan mengeluh keluhan sakit perut berulang diseluruh lapangan perut, nyeri ini sampai pasien
histeris, hal ini sudah dirasakan sejak + 3 tahun yang lalu pasien sudah keluar masuk dari Rumah sakit dengan keluhan yang serupa.
Nyeri tersebut ditujukan oleh pasiennya tidak jelas yang dituju, sakit ini sudah lama dirasakan, nyeri ini sampai pasien tidak bisa
tertidur.
Selama ini pasien merasa menarik diri dari lingkungan, karena menurut pengakuan keluarganya pasien sering diceritain yang jelek-jelek
kepadanya, pasien tidak ada riwayat jatuh, tidak ada riwayat pemakaian ganja dan hisap rokok.
Menurut pengakuan suami pasien, pasien tidak mampu melakukan interaksi sosial dengan tetangga dan suka menyendiri, dan pernah
menangis tanpa sebab.
2. Objektif:
Hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang sangat mendukung diagnosis Episode Depresi Berat dengan Gejala
psikotik. Pada kasus ini diagnosis ditegakkan berdasarkan:
Aloanamnessa didapatkan adanya keluhan yang berulang, nyeri perut yang dirasakan sejak 3 tahun yang lalu, nyerinya hingga
histeris, serta nyeri ini mengganggu untuk tidur malam. Selama ini pasien sering menarik diri dari pergaulan serta lingkungan
karena pasien sering diceritain-ceritain yang jelek kepadanya, serta pasien sering menangis tanpa sebab.
20

Dari autoanamnessa didapatkan pasien datang dengan nyeri perut yang dirasakan sejak + 3 tahun yang lalu, sakitnya ini berulang
dan nyeri ini hingga mengganggu aktivitas dan pasien sering terbangun tengah malam dan tertidur ketika siang hari. Nafsu makan
menurun, juga daya ingat yang menurun, susah berfikir dan berkonsentrasi. Pasien juga mengatakan sering sedih dan menangis,
mengurung diri dalam kamar dan pernah berfikir untuk bunuh diri. Pasien juga merasakan ada bisikan-bisikan dri telinganya
sebelah kanan yang isinya kamu tidak berguna dan sering melihat bayangan putih yang pasien katakana bahwa malaikat
melihat saya.
Dari evaluasi status mental didapatkan pembicaraan arus lambat, perbendaharaan kurang, serta produktivitas yang kurang.
Aktivitas psikomotor yang hipoaktif juga mood tampak depresif, didapatkan adanya halusinasi auditorik, dan visual. Bentuk fikiran
didapatkan RTA terganggu, psikotik, isi fikiran berupa waham referensi. Memori jauh dan seketika terganggu, orientasi diri
terganggu dan judgement sosial terganggu.
Dari pemeriksaan status interna dijumpai pada pemeriksaan abdomen ditemukan adanya nyeri tekan diseluruh lapangan
abdomen. Dan pada pemeriksaan status neurologis dalam batas normal.
Dari pemeriksaan darah, hanya hemoglobin yang rendah 8,5 g/dl, komponen darah yang lain dalam batas normal.

3. Asesmen (penalaran klinis):
Gangguan depresif adalah salah satu jenis gangguan jiwa yang paling sering terjadi. Prevalensi gangguan depresif pada populasi
dunia adalah 3-8 % dengan 50% kasus terjadi pada usia produktif yaitu 20-50 tahun. World Health Organization menyatakan bahwa
gangguan depresif berada pada urutan keempat penyakit di dunia. Gangguan depresif mengenai sekitar 20% wanita dan 12% laki-laki pada
suatu waktu dalam kehidupan. Pada tahun 2020 diperkirakan jumlah penderita gangguan depresif semakin meningkat dan akan
menempati urutan kedua penyakit di dunia
1,3
.
Seseorang dapat terpicu menderita gangguan depresif karena adanya interaksi antara tekanan, daya tahan mental diri dari
21

lingkungan. Pada dasarnya inti dari gangguan depresif adalah kehilangan obyek cinta misalnya kematian anggota keluarga atau orang yang
sangat dicintai, kehilangan pekerjaan, kesulitan keuangan, terkucil dari pergaulan sosial, kondisi fisik yang tidak sempurna, penyakit,
kehamilan dan bertambahnya usia. Selain itu, gangguan depresif juga dipengaruhi faktor genetik dan faktor biologis berupa gangguan
neurotransmitter di otak
3
.
Gangguan depresif adalah gangguan psikiatri yang menonjolkan mood sebagai masalahnya, dengan berbagai gambaran klinis yakni
gangguan episode depresif, gangguan distimik, gangguan depresif mayor dan gangguan depresif unipolar serta bipolar. Gangguan depresif
dapat terjadi pada semua umur, dengan riwayat keluarga mengalami gangguan depresif, biasanya dimulai pada usia 15 dan 30 tahun. Usia
paling awal dikatakan 5-6 tahun sampai 50 tahun dengan rerata pada usia 30 tahun. Gangguan depresif berat rata-rata dimulai pada usia
40 tahun (20-50 tahun). Epidemiologi ini tidak tergantung ras dan tak ada korelasinya dengan sosioekonomi. Perempuan juga dapat
mengalami depresi pasca melahirkan anak. Beberapa orang mengalami gangguan depresif musiman, di negara barat biasanya pada musim
dingin. Gangguan depresif ada yang merupakan bagian gangguan bipolar (dua kutub: kutub yang satu gangguan depresif, kutub lainnya
mania). Gangguan depresif berat adalah suatu gangguan dengan prevalensi seumur hidup kira-kira 15%, pada perempuan mungkin sampai
25%. Perempuan mempunyai kecenderungan dua kali lebih besar mengalami gangguan depresif daripada laki-laki. Alasan dalam penelitian
di negara barat dikatakan karena masalah hormonal, dampak melahirkan, stressor dan pola perilaku yang dipelajari
2,3
.
Tanda gangguan depresif itu adalah
3,4
:
Pola tidur yang abnormal atau sering terbangun termasuk diselingi kegelisahan dan mimpi buruk
Sulit konsentrasi pada setiap kegiatan sehari-hari
Selalu kuatir, mudah tersinggung dan cemas
Aktivitas yang tadinya disenangi menjadi makin lama makin dihentikan
Bangun tidur pagi rasanya malas
F32 Episode Depresif
22

Gejala utama pada gangguan depresif ringan, sedang dan berat :
afek depresi
kehilangan minat dan kegembiraan
berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah dan menurunnya aktivitas
Gejala lainnya : konsentrasi dan perhatian berkurang, harga diri dan kepercayaan diri berkurang, pikiran rasa bersalah dan tidak berguna,
pandangan masa depan yang suram dan pesimistik, pikiran atau perbuatan yang membahayakan diri atau bunuh diri, tidur terganggu dan
nafsu makan terganggu.
F.32.0 Episode depresi ringan
Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama gangguan depresif seperti tersebut di atas
Ditambah sekurang-kurangnya 2 dari 3 gejala lainnya
Tidak boleh ada gejala yang berat diantaranya
Lamanya seluruh episode berlangsung sekurang-kurangnya sekitar 2 minggu
Hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan sosial yang dilakukannya
F 32.1 Episode depresi sedang
Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama gangguan depresif seperti tersebut diatas
Ditambah sekurang-kurangnya 3 gejala lainnya
Tidak boleh ada gejala yang berat diantaranya
Lamanya seluruh episode berlangsung sekurang-kurangnya sekitar 2 minggu
Menghadapi kesulitan nyata dalam meneruskan kegiatan dan kegiatan sosial, pekerjaan dan urusan rumah tangga

F32.2 EPISODE DEPRESI BERAT TANPA GEJALA PSIKOTIK
23

Semua 3 gejala utama gangguan depresif harus ada
Ditambah sekurang-kurangnya 4 dari gejala lainnya, dan beberapa diantaranya harus berintensitas berat.
Bila ada gejala penting (misalnya agitasi atau retardasi psikometer) yang mencolok, maka penderita mungkin tidak mau atau tidak
mampu untuk melaporkan banyak gejalanya secara rinci. Dalam hal demikian, penilaian secara menyeluruh terhadap episode
gangguan depresif berat masih dapat dibenarkan.
Episode depresi biasanya harus berlangsung sekurang-kurangnya 2 minggu, akan tetapi jika gejala amat berat dan beronset sangat
cepat, maka masih dibenarkan untuk menegakkan diagnosis dalam kurun waktu kurang dari 2 minggu.
Sangat tidak mungkin penderita akan mampu meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan atau rumah tangga kecuali pada tarif yang
sangat terbatas.

F32.3 EPISODE DEPRESI BERAT DENGAN GEJALA PSIKOTIK
Episode depresi berat yang memenuhi kriteria menurut F32.2 tersebut diatas.
Disertai waham, halusinasi atau stupor. Waham biasanya melibatkan ide tentang dosa, kemiskinan atau malapetaka yang
mengancam, dan penderita merasa bertanggung jawab atas hal itu. Halusinasi auditorik atau olfatorik biasanya berupa suara
yang menghina atau menuduh, atau bau kotoran atau daging membusuk. Retardasi psikomotor yang berat dapat menuju pada
stupor. Jika diperlukan, waham atau halusisnasi dapat ditentukan sebagai serasi atau tidak serasi dengan afek (mood congruent).

4

4. Plan:
Diagnosis: Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan status mental, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang, pasien dapat
didiagnosis Episode depresi berat dengan gejala psikotik.
Penatalaksanaan:
24

Dengan non medikamentosa (psikoterapi)
4,5
:
Penderita dengan gangguan depresif perlu didukung dengan empati, dengan menekankan bahwa pasien dapat ditolong dan diobati.
Kebanyakan dari mereka merasa putus asa dan merasa tidak berdaya. Hindari ketidak-empatian seperti mengatakan kepada mereka untuk
senyum, bergembira, jangan malas, bergaul dsb. Ini akan membuat mereka lebih terpuruk. Evaluasi dan observasi penderita akan
kemungkinan bunuh diri, keluarga diminta bantuannya untuk mengawasi hal ini. Tujuannya adalah untuk mengamankan penderita dari
tindak mengakhiri kehidupan.
Psikoterapi merupakan terapi yang digunakan untuk menghilangkan atau mengurangi keluhan-keluhan dan mencegah kambuhnya
gangguan psikologik atau pola perilaku maladaptif. Terapi dilakukan dengan jalan pembentukan hubungan profesional antara terapis
dengan penderita. Psikoterapi pada penderita gangguan depresif dapat diberikan secara individu, kelompok, atau pasangan disesuaikan
dengan gangguan psikologik yang mendasarinya. Psikoterapi dilakukan dengan memberikan kehangatan, empati, pengertian dan
optimisme. Dalam pengambilan keputusan untuk melakukan psikoterapi sangat dipengaruhi oleh penilaian dari dokter atau
penderitanya
3,5
.
Dengan medikamentosa
6
:
Antidepresan klasik
Mekanisme kerja : Obatobat ini menghambat resorpsi dari serotonin dan noradrenalin dari sela sinaps di ujung-ujung saraf.
Antidepresan Generasi Kedua
Mekanisme kerja : SSRI ( Selective Serotonin Re-uptake Inhibitor ) : Obat-obat ini menghambat resorpsi dari serotonin. NaSA (
Noradrenalin and Serotonin Antidepressants ): Obat-obat ini tidak berkhasiat selektif, menghambat re-uptake dari serotonin dan
noradrenalin. Terdapat beberapa indikasi bahwa obat-obat ini lebih efektif daripada SSRI.
Pendidikan: dilakukan pada keluarga pasien untuk membantu pasien dalam memberi semangat dan harapan hidup. Serta
mengamankan pasien untuk mengakhiri hidupnya, dan menjaganya.
Konsultasi: Dijelaskan perlunya konsultasi dengan spesialis Kedokteran jiwa dan Penyakit Dalam. Penjelasan mengenai faktor-faktor
25

yang berperan dalam terjadinya gejala-gejala episode depresi dihadapi beserta prognosis pada pasien ini. Pasien beserta keluarga perlu
diedukasi untuk penatalaksanaan awal gejala Episode depresi, yaitu:
Pengenalan gejala oleh pasien dan segera mencari pertolongan medis
Segera dilakukan pemberian obat antidepresan
Serta pemberitahuan tentang psikoterapi pada pasien serta keluarga
Memberikan semangat hidup kepada pasien.

Anda mungkin juga menyukai