0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
331 tayangan238 halaman
LAPORAN ABDIMAS/ SERVICE-LEARNING
No. 019/PPM/LPPM-UKP/2013
REDESAIN RUMAH ATAU TEMPAT TINGGAL UNTUK YPAB, YPAC, BILIC DAN KAMPUNG
BRATANG TANGKIS
Oleh:Gunawan Tanuwidjaja, ST., M.Sc., NIP: 10-012
LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
UNIVERSITAS KRISTEN PETRA
TAHUN 2014
ABSTRACT (ABSTRAK)
Tempat Tinggal atau Rumah yang aksesibel dan layak merupakan hak
yang penting untuk warga Kota. Karena identifikasi kebutuhan tempat
tinggal ini didapati pada observasi kami tentang toilet atau MCK di
Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Yayasan Pendidikan Anak Buta (SMPLB
- A YPAB) maupun di Kampung Bratang Tangkis. Maka kami mengusulkan
pengembangan SERVICE – LEARNING Desain Inklusi tahun lalu menjadi
Redesain Rumah atau Tempat Tinggal untuk YPAB, YPAC, BILIC dan Kampung
Bratang Tangkis.
Hal ini dapat dipecahkan dengan proses desain inklusif. Karena itu
mata kuliah Kuliah Kerja Pelayanan Desain Inklusi ini dilakukan dengan
tujuan melibatkan para Mahasiswa untuk menghasilkan desain Rumah atau
Tempat Tinggal dengan metode desain inklusif.Selain itu, hal ini juga
bertujuan untuk memberikan pemahaman akan pentingnya proses pelibatan
pengguna dalam desain agar lebih berkelanjutan dan dapat diterima
sesuai kebiasaan lokal setempat (pengetahuan lokal).
Kata Kunci: Aksesibilitas, Redesain Rumah atau Tempat Tinggal untuk
YPAB, YPAC, BILIC dan Kampung Bratang Tangkis)
LAPORAN ABDIMAS/ SERVICE-LEARNING
No. 019/PPM/LPPM-UKP/2013
REDESAIN RUMAH ATAU TEMPAT TINGGAL UNTUK YPAB, YPAC, BILIC DAN KAMPUNG
BRATANG TANGKIS
Oleh:Gunawan Tanuwidjaja, ST., M.Sc., NIP: 10-012
LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
UNIVERSITAS KRISTEN PETRA
TAHUN 2014
ABSTRACT (ABSTRAK)
Tempat Tinggal atau Rumah yang aksesibel dan layak merupakan hak
yang penting untuk warga Kota. Karena identifikasi kebutuhan tempat
tinggal ini didapati pada observasi kami tentang toilet atau MCK di
Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Yayasan Pendidikan Anak Buta (SMPLB
- A YPAB) maupun di Kampung Bratang Tangkis. Maka kami mengusulkan
pengembangan SERVICE – LEARNING Desain Inklusi tahun lalu menjadi
Redesain Rumah atau Tempat Tinggal untuk YPAB, YPAC, BILIC dan Kampung
Bratang Tangkis.
Hal ini dapat dipecahkan dengan proses desain inklusif. Karena itu
mata kuliah Kuliah Kerja Pelayanan Desain Inklusi ini dilakukan dengan
tujuan melibatkan para Mahasiswa untuk menghasilkan desain Rumah atau
Tempat Tinggal dengan metode desain inklusif.Selain itu, hal ini juga
bertujuan untuk memberikan pemahaman akan pentingnya proses pelibatan
pengguna dalam desain agar lebih berkelanjutan dan dapat diterima
sesuai kebiasaan lokal setempat (pengetahuan lokal).
Kata Kunci: Aksesibilitas, Redesain Rumah atau Tempat Tinggal untuk
YPAB, YPAC, BILIC dan Kampung Bratang Tangkis)
Hak Cipta:
Attribution Non-Commercial (BY-NC)
Format Tersedia
Unduh sebagai PDF, TXT atau baca online dari Scribd
LAPORAN ABDIMAS/ SERVICE-LEARNING
No. 019/PPM/LPPM-UKP/2013
REDESAIN RUMAH ATAU TEMPAT TINGGAL UNTUK YPAB, YPAC, BILIC DAN KAMPUNG
BRATANG TANGKIS
Oleh:Gunawan Tanuwidjaja, ST., M.Sc., NIP: 10-012
LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
UNIVERSITAS KRISTEN PETRA
TAHUN 2014
ABSTRACT (ABSTRAK)
Tempat Tinggal atau Rumah yang aksesibel dan layak merupakan hak
yang penting untuk warga Kota. Karena identifikasi kebutuhan tempat
tinggal ini didapati pada observasi kami tentang toilet atau MCK di
Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Yayasan Pendidikan Anak Buta (SMPLB
- A YPAB) maupun di Kampung Bratang Tangkis. Maka kami mengusulkan
pengembangan SERVICE – LEARNING Desain Inklusi tahun lalu menjadi
Redesain Rumah atau Tempat Tinggal untuk YPAB, YPAC, BILIC dan Kampung
Bratang Tangkis.
Hal ini dapat dipecahkan dengan proses desain inklusif. Karena itu
mata kuliah Kuliah Kerja Pelayanan Desain Inklusi ini dilakukan dengan
tujuan melibatkan para Mahasiswa untuk menghasilkan desain Rumah atau
Tempat Tinggal dengan metode desain inklusif.Selain itu, hal ini juga
bertujuan untuk memberikan pemahaman akan pentingnya proses pelibatan
pengguna dalam desain agar lebih berkelanjutan dan dapat diterima
sesuai kebiasaan lokal setempat (pengetahuan lokal).
Kata Kunci: Aksesibilitas, Redesain Rumah atau Tempat Tinggal untuk
YPAB, YPAC, BILIC dan Kampung Bratang Tangkis)
Hak Cipta:
Attribution Non-Commercial (BY-NC)
Format Tersedia
Unduh sebagai PDF, TXT atau baca online dari Scribd
REDESAIN RUMAH ATAU TEMPAT TINGGAL UNTUK YPAB, YPAC, BILIC DAN KAMPUNG BRATANG TANGKIS
Oleh:
Gunawan Tanuwidjaja, ST., M.Sc., NIP: 10-012
LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT UNIVERSITAS KRISTEN PETRA TAHUN 2014 2 Universitas Kristen Petra LEGALISATION PAGE HALAMAN PENGESAHAN
1. Name of Service Learning (Nama Service Learning) : Service Learning course C Inclusive Design, Shelter Or Home Redesigning for YPAB, YPAC, BILIC and Bratang Tangkis Village (Kuliah Kerja Pelayanan C Desain Inklusi, Redesain Rumah atau Tempat Tinggal untuk YPAB, YPAC, BILIC dan Kampung Bratang Tangkis) No Report (No Laporan) /SL/Arsitektur/2014 Field of Research (Bidang Ilmu Riset) : Architectural History and Theory (Sejarah dan Teori Arsitektur)
2. Lecturer in Charge/ Dosen Pengampu a. Name (Nama) : Gunawan Tanuwidjaja ST. MSc. b. Gender (Jenis Kelamin) : Male (Laki laki) c. Employee Index Number/Title (NIP/ Pangkat) : 10-012/ IIIC d. National Lecturer Index Number (Nomor Indeks Dosen Nasional/ NIDN) : 0708087806 e. Strata/ Functional Position (Strata/ Jabatan Fungsional) : Asisten Ahli f. Structural Position (Jabatan Struktural) : - g. Field of Expertise (Bidang Keahlian) : Architectural History and Theory / Inclusive Design (Sejarah dan Teori Arsitektur/ Desain Inklusi) h. Faculty/Program Study (Fakultas/ Program Studi) : Civil Engineering and Planning/ Architecture (Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan) i. Telephone/Faks/E-mail (Telepon/ Fax/ Email) : 031 298 3382/+62 812 212 208 42/ gunte@peter.petra.ac.id, gunteitb@yahoo.com 4. Students of Service Learning (Mahasiswa Peserta Service Learning):
: - 22411003, REBECCA ASTRID GUNAWAN - 22411018, CINDY FRANSISCA TANRIM - 22411044, ANNEKE DEBORA KUNCORO - 22411053, WENNY STEFANIE - 22411055, NERISSA KUMALA TANDIONO - 22411061, ANNEKE CLAUVINIA PATRIAJAYA - 22411066, VERONICA YUWONO - 22411072, MICHELLE MIMOSA - 22411074, PUSPITA RANI - 22411075, CENDANA MARCHELIWAN PUTRA - 22411077, MELLISA STEFANI YOLINO - 22411086, HENDY GUNAWAN - 22411095, YOVITA HADI - 22411096, DICKY LIENARDO LIE - 22411107, AARON SUTANTO PUTRA - 22411108, IVAN VILANO - 22411109, FENNY GUNAWAN 3 Universitas Kristen Petra - 22411110, THEODORUS AKWILA PREVIAN - 22411117, ANDRE SUGIANTO - 22411123, MARINA VICTORIA DHARMAWAN - 22411124, RONNY CHANDRA KURNIAWAN - 22411145, TERRY CHRISTIANTO SUROSO - 22411150, TIFFANY TOMMY - 22411160, ROBY ISMANTO - 22411162, MARIA MONICA RAMPISELA - 22411094, LOUIS SATRIA PURWANTO
5. Project Location (Lokasi Proyek) : in Several Homes in Surabaya (di berbagai Rumah di Surabaya) 6. Cooperation with Other Institution Name of Institution/ Address : SMPLB - A YPAB, Jl Gebang Putih no 5, Surabaya, Rumah Tutus Setiawan Yayasan Pendidikan Anak Cacat Surabaya (YPAC), Jl Semolowaru Utara V/2A Surabaya, Rumah Abdul Syakur dan Rumah Ahmad Fauzi Bandung Independent Living Center (BILIC), yang beralamat di Jl, Jimbaran no D-5 Kompleks Cluster Bali 2, Bandung, Kampung Bratang Tangkis, Jl, Bratang Gede VIi, Surabaya , Rumah Hariyono Karno Rumah Paulina Mayasari, Jalan Bibis no 3 Surabaya 7. Time Extend (Jangka Waktu Kegiatan) : 4 months: February 2014 to May 2014 (4 bulan : Februari 2014 Mei 2014) 8. Cost a. from Petra University : - b. Other Sources : - Contribution from Students Rp. 1.250.000,- - Green Impact Indonesia Rp. 650.000,-
Mengetahui : Head of Program Study (Ketua Program Studi)
Eunike Kristi Julistiono, S.T., M.Des.Sc.(Hons.) NIP. 04-001 Surabaya, 24 th June 2014 (Surabaya, 24 June 2014)
Lecturer of Service Learning Course C Inclusive Design (Dosen Pengampu KKP C - Desain Inklusi )
Gunawan Tanuwidjaja, ST., M.Sc. NIP: 10-012
4 Universitas Kristen Petra Menyetujui: Head of Research and Community Outreach Petra Christian University (Kepala LPPM-UK Petra)
Juliana Anggono, M.Sc., Ph.D. NIP: 94-016
5 Universitas Kristen Petra
ABSTRACT (ABSTRAK)
Tempat Tinggal atau Rumah yang aksesibel dan layak merupakan hak yang penting untuk warga Kota. Karena identifikasi kebutuhan tempat tinggal ini didapati pada observasi kami tentang toilet atau MCK di Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Yayasan Pendidikan Anak Buta (SMPLB - A YPAB) maupun di Kampung Bratang Tangkis. Maka kami mengusulkan pengembangan SERVICE LEARNING Desain Inklusi tahun lalu menjadi Redesain Rumah atau Tempat Tinggal untuk YPAB, YPAC, BILIC dan Kampung Bratang Tangkis.
Hal ini dapat dipecahkan dengan proses desain inklusif. Karena itu mata kuliah Kuliah Kerja Pelayanan Desain Inklusi ini dilakukan dengan tujuan melibatkan para Mahasiswa untuk menghasilkan desain Rumah atau Tempat Tinggal dengan metode desain inklusif.Selain itu, hal ini juga bertujuan untuk memberikan pemahaman akan pentingnya proses pelibatan pengguna dalam desain agar lebih berkelanjutan dan dapat diterima sesuai kebiasaan lokal setempat (pengetahuan lokal).
Kata Kunci: Aksesibilitas, Redesain Rumah atau Tempat Tinggal untuk YPAB, YPAC, BILIC dan Kampung Bratang Tangkis)
6 Universitas Kristen Petra 1. Nama Kegiatan: Kuliah Kerja Pelayanan C Desain Inklusi, Redesain Rumah atau Tempat Tinggal untuk YPAB, YPAC, BILIC dan Kampung Bratang Tangkis
2. Bentuk Service Learning: Bentuk dari Service Learning ini ialah melakukan observasi kebutuhan dari pengguna, melakukan desain partisipatif dengan melibatkan pengguna dan mensosialisasikan desain tersebut dalam Program Abdimas Sosialisasi Desain pada tahun mendatang.
3. Identitas Sasaran Service Learning: 3.1. Nama Komunitas Sasaran & Lokasi: Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Yayasan Pendidikan Anak Buta (SMPLB - A YPAB), Jl Gebang Putih no 5, Surabaya, ialah sekolah yang membina rekan rekan siswa Tuna netra. Dan Yayasan ini ingin mengembangkan tempat tinggal untuk guru (difabel) di dalam kompleks sekolah ini. Hal ini diperlukan agar meningkatkan kemudahan akses guru dan siswa. Yayasan Pendidikan Anak Cacat Surabaya (YPAC), Jl Semolowaru Utara V/2A Surabaya, adalah organisasi sosial swasta yang bersifat nirlaba, yang bekerja untuk memberi layanan rehabilitasi secara terpadu kepada penyandang cacat anak atau anak berkebutuhan khusus. Salah satu fungsinya ialah meningkatkan mutu pelayanan dengan sistem terpadu antar rehabilitasi. Hal ini juga menyangkut penyediaan lingkungan rumah yang aksesibel. Karena itu diperlukan juga desain asrama/ rumah / tempat tinggal yang aksesibel. Bandung Independent Living Center (BILIC), yang beralamat di Jl, Jimbaran no D-5 Kompleks Cluster Bali 2, Bandung, adalah lembaga non pemerintah yang memiliki konsep dasar pergerakan Independent Living atau kemandirian bagi penyandang cacat. Berdasarkan filosofi tersebut, penyandang cacat dianggap lebih mengetahui dan memahami kebutuhannya. Misi BILIC juga untuk mengembangkan filosofi Independent Living sebagai pemberdayaan dan penguatan penyandang cacat untuk meningkatkan partisipasinya dan memperoleh pengakuan sebagai warga guna mencapai keseteraaan dalam hidup bermasyarakat. Beberapa kegiatan yang telah dilakukan BILIC bersama Gunawan T. ST. MSc. di masa lalu ialah Sayembara Internasional Desain Kamar Mandi dan Evaluasi Aksesibilitas di Ruang Publik Kota Bandung. Serupa dengan organisasi lainnya di atas BILIC juga mengemukakan kebutuhan desain rumah tempat usaha yang aksesibel bagi difabel (mayoritas difabel daksa). Sedangkan komunitas keempat ialah Kampung Bratang Tangkis, Jl, Bratang Gede VIi, Surabaya. Warga Kampung Bratang Tangkis dipilih karena kearifan lokal warganya untuk membangun kawasannya secara swadaya dan kreatif terutama pembangunan rumah secara swadaya. 7 Universitas Kristen Petra Saat ini warga kampung senior dan difabel juga membutuhkan desain rumah tempat usaha yang aksesibel dan kreatif.
3.2. Jumlah Komunitas/ Masyarakat yang dilayani : Di SMPLB - A YPAB, terdapat 7 orang guru, dan 27 siswa (11 siswa perempuan dan 16 siswa laki laki). Sementara YPAC memiliki TKLB, SDLB-D, SDLB-D1, SDLB-G, SMPLB, dan SMALB dengan jumlah siswa dan guru yang cukup banyak. Sedangkan BILIC memiliki anggota total 200 orang dengan variasi kecacatan tuna daksa, Cerebral Palsy, tuna rungu, tuna netra dll. Sementara itu, di Kampung Bratang Tangkis terdapat 429 KK di RW 12 dan RW 11, dan beberapa warga senior dan difabel juga ditemukan di kampung ini dengan persentase 5%.
3.3. Permasalahan Komunitas: Fasilitas Rumah atau tempat tinggal yang aksesibel merupakan isu penting bagi para difabel (penyandang cacat), orang senior (usiawan) dan pengguna desain inklusi lainnya seperti ibu hamil, orang yang membawa barang dan lain lain. Untuk itu diperlukan sebuah desain partisipatif (yang melibatkan) penggunanya untuk memberikan masukan dalam desain.
3.4. Tujuan dan Manfaat dari Service Learning: Tujuan Kuliah Kerja Pelayanan C Desain Inklusi adalah: Memberikan pemahaman kepada mahasiswa tentang desain inklusi Memberikan pelayanan desain rumah atau tempat tinggal yang diterima secara lokal bagi komunitas tersebut pada kedua komunitas di atas Memberikan contoh kepada masyarakat awam tentang penerapan prinsip desain inklusi. Manfaat kegiatan ini ialah : a. Mahasiswa Arsitektur Membantu mahasiswa mengerti dan menghargai keberagaman yang ada di masyarakat. Membuka wawasan mahasiswa arsitektur untuk membangun konsep berpikir mengenai desain inklusi dalam perancangan rumah / tempat tinggal yang berdasarkan pengetahuan lokal b. Komunitas Dampingan Membuka wawasan Komunitas untuk YPAB, YPAC, BILIC dan Kampung Bratang Tangkis) tentang desain rumah / tempat tinggal yang berdasarkan pengetahuan lokal dan dengan proses desain yang lebih inklusif.
8 Universitas Kristen Petra 4. Jadwal Kegiatan Service Learning: N o Tahapan Proyek Time (Wakt u) Year (Tahun) 2 0 1 4
Month (Bulan ke) 2
F e b
3
M a r
4
A p r
5
M e i
Week (Ming gu) Week (Minggu ke)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
1 0
1 1
1 2
1 3
1 4
1 Kuliah Desain Rumah yang Inklusif 10 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 Studi Literatur Sederhana (Desain Rumah yang Inklusif) 4 1 1 1 1
3 Penjajakan ke Masyarakat dan Perijinan 2 1 1 4 Wawancara dan Dokumentasi Foto 4 1 1 1 1 5 Desain dan pelaporan oleh Mahasiswa 3 1 1 1 6 Lokakarya Desain di UK Petra 1 1 7 Penyempurna an Desain 3 1 1 1 8 Pelaporan akhir 3 1 1 1 Total 14 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
9 Universitas Kristen Petra 4.1. Service Learning Proposed Budget (Usulan Biaya Kegiatan Service Learning ) : Karena dana Service Learning KKP-C tahun ini dialokasikan kepada KKP-A maka dana tidak ada yang terserap dari Program Studi Arsitektur UK Petra. No Planned Activities Planned Budget Percentage to Total Fund 1 Personnel Fee Rp 0 0.0% 2 Supplies Rp 0 0.0% 3 Equipments Rp 0 0.0% 4 Transportation Rp 0 0.0% 5 Others Rp 0 0.0% Total Funding Rp 0 0.0%
5. Activities Description (Uraian Kegiatan Kegiatan): Program ini difokuskan pada desain fasilitas Rumah atau tempat tinggal yang aksesibel merupakan isu penting bagi para difabel (penyandang cacat), orang senior (usiawan) dan pengguna desain inklusi lainnya seperti ibu hamil, orang yang membawa barang dan lain lain; dengan metode desain partisipatif (yang melibatkan) penggunanya untuk memberikan masukan dalam desain. Tahapan yang akan dilakukan mencakup: Kuliah Desain Rumah yang Inklusif Studi Literatur Sederhana (Desain Rumah yang Inklusif) Penjajakan ke Masyarakat dan Perijinan Wawancara dan Dokumentasi Foto Desain dan Pelaporan oleh Mahasiswa Lokakarya Desain di UK Petra Penyempurnaan Desain Pelaporan Akhir
5.1. Persiapan Kuliah Desain Rumah yang Inklusif, Studi Literatur Sederhana (Desain Rumah yang Inklusif) dan Penjajakan ke Masyarakat dan Perijinan diadakan dalam tahapan persiapan.
5.1.1. Kuliah Desain Rumah yang Inklusif Pada tanggal 19 Februari 2014, diadakan Kuliah 1 - Pengantar Desain Inklusi. Dalam kuliah pertama disampaikan keseluruhan materi yang sekiranya akan dibahas selama satu semester. 10 Universitas Kristen Petra Selanjutnya pada 26 Februari 2014, diadakan Kuliah 2 dengan Nara Sumber Tamu Pak Tutus tentang Desain Inklusi. Pak Tutus menjelaskan tentang proses orang-orang difabel untuk tetap bertahan hidup dengan mandiri. Beliau menjelaskan bahwa fasilitas di Kota kita ini tidak ramah terhadap mereka, orang-orang berkebutuhan khusus. Perlu gebrakan baru dari arsitek dalam mendesain bangunan tidak hanya memikirkan keindahan belaka, namun juga kenyamanan termasuk bagi kaum difabel. Kemudian pada 12 Maret 2014 diadakan Kuliah 3 - Simulasi Desain Inklusi. Mahasiswa diberikan kesempatan untuk merasakan menjadi berragam orang difable mulai dari orang pincang, orang buta, sampai dengan orang berkursi roda. Simulasi dilakukan mulai dari Gedung P lantai 7, Gedung P lantai 1, menyebrang ke Auditorium, dilanjutkan ke Gedung W lantai 10. Mahasiswa berpasangan dua-dua demi saling menjaga satu dengan yang lainnya. Dari simulai dapat dirasakan bagaimana susahnya menjadi orang difable. Selain itu terbukti bahwa kampus UK Petra belum cukup ramah akan aksesibilitas kaum difabel.
Gambar 1 Kuliah Desain Inklusi 11 Universitas Kristen Petra
Gambar 2 Kuliah Desain Inklusi
Gambar 3 Simulasi Desain Inklusi 12 Universitas Kristen Petra
Gambar 4 Simulasi Desain Inklusi
5.1.2. Studi Literatur Sederhana Fenomena aksesibilitas yang buruk terkait dengan sebuah pendekatan baru dalam Arsitektur yang disebut Universal Design atau Inclusive Design.
13 Universitas Kristen Petra
Gambar 5 Ilustrasi Universal Design atau Inclusive Design
Inclusive Design dapat didefinisikan sebagai Rancangan produk mainstream dan/atau jasa yang dapat diakses, dan digunakan oleh sebanyak mungkin orang secara wajar tanpa perlu untuk adaptasi khusus atau desain khusus." Hal ini berarti desain ini dihasilkan secara holistik (http://www- edc.eng.cam.ac.uk/betterdesign/). 1
Kebutuhan desain ini dihasilkan karena biasanya desain yang konvensional melayani mereka yang memiliki kemampuan biasa, sehingga orang orang yang memiliki kemampuan berbeda tidak dapat menggunakan bangunan yang ada dan akhirnya mengalami diskriminasi bahkan pengucilan secara tidak langsung dari masyarakat. Di sisi lain terdapat definisi Desain Universal yang mengacu spektrum yang luas dari ide - ide perencanaan arsitektur untuk menghasilkan bangunan, produk dan lingkungan yang lebih aksesibel baik bagi individu berbadan sehat dan berkemampuan berbeda (penyandang cacat). Istilah Universal Design/ Desain Universal diciptakan oleh arsitek Ronald L. Mace untuk menggambarkan proses merancang semua produk dan lingkungan dibangun untuk menjadi estetika dan digunakan semaksimal mungkin oleh semua orang, terlepas dari usia mereka, kemampuan, atau status hidup. Hal ini kemudian dituangkan oleh Selwyn Goldsmith, penulis Designing for the Disabled (1963), (Merancang untuk Penyandang Cacat), yang benar-benar memelopori konsep akses yang mudah untuk orang cacat. Prestasinya yang paling signifikan adalah penciptaan ramp pinggir jalan yang menjadi fitur standar dari lingkungan binaan (http://en.wikipedia.org/wiki/Universal_design). 2
Berbeda dengan Desain Universal, Desain Inklusi menyadari bahwa desain seharusnya mewadahi kebutuhan semakin banyak orang dengan desain yang cukup adaptif dan tetap terjangkau.
1 ttp://www- edc.eng.cam.ac.uk / betterdesign / 2 http://en.wikipedia.org/wiki/Universal_design 14 Universitas Kristen Petra Hal ini diawali dengan pelibatan pengguna dalam desain yang ada. (http://www.inclusivedesigntoolkit.com/betterdesign2/). 3
Sehingga dapat disimpulkan bahwa Inclusive Design bahkan Inclusive Architecture sangat diperlukan untuk memfasilitasi pengguna pengguna yang selama ini terpinggirkan seperti kaum difabel, orang tua dan anak - anak. Golongan masyarakat ini memang biasanya tidak diperhatikan karena kurangnya perhatian Pemerintah, Pihak Swasta dan Masyarakat terhadap kebutuhan mereka. Salah satu pengguna Desain Inklusi ialah kaum difabel (different-ability people) yang berarti orang dengan kemampuan yang berbeda (http://cakfu.info). Kaum difabel pada umumnya dipandang sebelah mata, tetapi sebenarnya mereka memiliki potensi untuk berkembang jika didukung oleh dengan fasilitas bangunan yang aksesibel. Aksesibilitas para difabel di bangunan- bangunan umum telah dijamin dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1997, pasal 1 (ayat 1) dan Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1998, khususnya pasal 1 (ayat 1) bahwa kaum difabel berhak mempunyai kesamaan kedudukan, hak dan kewajiban dalam berperan dan berintegrasi secara total sesuai dengan kemampuannya dalam segala aspek kehidupan dan peng -hidupannya (Undang Undang No 4 Tahun 1997 dan PP 43 Tahun 1998). Tetapi dalam kenyataannya bangunan bangunan umum tidak mengikuti standar aksesibilitas bagi pengguna desain inklusi. Data SUSENAS tahun 2000 menunjukkan bahwa kaum difabel di Indonesia mencapai 1,46 juta penduduk (0,74 % dari 197 juta jiwa penduduk Indonesia pada tahun itu). Sehingga mereka tidak menikmati aksesibilitas pada bangunan bangunan umum terutama pendidikan sehingga secara sosial mereka termarjinalisasikan. Fasilitas Mandi Cuci Kakus merupakan bagian penting rumah bagi semua pengguna. Karena itu diperlukan sebuah desain fasilitas mandi cuci kakus di SMPLB-A YPAB dan Kampung Bratang Tangkis yang berdasarkan pengamatan prilaku dan wawancara penggunanya. Pendekatan Desain Inklusi harus memenuhi etos sbb (http://www.inclusivedesigntoolkit.com/betterdesign2/): 4
User Centered (Berpusat pada Kebutuhan Pengguna) setiap Individu dalam populasi memiliki berbagai kemampuan, ketrampilan, pengalaman masa lalu, keinginan dan pendapat yang berbeda. Perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui hal ini dengan waktu yang tepat, dengan fokus yang tepat dan dalam kerangka desain yang tepat agar dapat menghasilkan pemahaman dan kebutuhan pengguna. Population aware (Kesadaran atas Populasi) Sudut pandang umum yang salah ialah seseorang menggolongkan sebagai penyandang cacat atau sebagai orang yang mampu sepenuhnya, namun sesungguhnya terdapat spektrum kemampuan yang luas yang tampak jelas pada populasi apapun.
3 ttp://www- edc.eng.cam.ac.uk / betterdesign / 4 ttp://www- edc.eng.cam.ac.uk / betterdesign / 15 Universitas Kristen Petra Business focused (Terfokus pada Bisnis) - Setiap keputusan yang dibuat selama siklus desain dapat mempengaruhi hasil desain inklusi dan kepuasan pengguna. Kegagalan untuk memahami kebutuhan pengguna dapat menghasilkan produk yang memisahkan orang - orang secara tidak perlu dan menimbulkan lebih banyak frustrasi, sehingga menimbulkan masalah lainnya. Sebaliknya, keberhasilan implementasi desain inklusi dapat menghasilkan produk yang fungsional, bermanfaat, diinginkan, dan akhirnya menguntungkan. Dapat disimpulkan bahwa dengan pendekatan Desain Inklusi di atas maka desain arsitektural juga harus memperhatikan kelayakan ekonomi, jumlah dan typologi pengguna, dan kebutuhan pengguna yang akan menggunakannya. Untuk itu diperlukan riset awal sebelum melakukan desain. Kondisi ini menyebabkan sulitnya penerapan Desain Inklusi dibandingkan dengan Desain konvensional. The 7 Prinsip Desain Universal dikembangkan pada tahun 1997 oleh sebuah kelompok kerja dari arsitek, desainer produk, teknisi dan peneliti desain lingkungan, yang dipimpin oleh almarhum Ronald Mace di North Carolina State University.The tujuan Prinsip adalah untuk memandu desain lingkungan, produk dan komunikasi. Menurut Pusat untuk Desain Universal di NCSU, Prinsip "dapat diterapkan untuk mengevaluasi desain yang ada, membimbing proses desain dan mendidik kedua desainer dan konsumen tentang karakteristik produk yang lebih bermanfaat dan lingkungan." (http://www.universaldesign.ie/exploreampdiscover/the7principles): PRINSIP SATU: Equitable Use (Kesetaraan dalam Penggunaan) PRINSIP DUA: Flexibility in Use (Fleksibilitas dalam Penggunaan) PRINSIP KETIGA: Simple and Intuitive Use (Penggunaan yang Sederhana dan Intuitif) PRINSIP KEEMPAT: Perceptible Information (Informasi yang Jelas) PRINSIP KELIMA: Tolerance for Error (Memberikan Toleransi terhadap Kesalahan) PRINSIP KEENAM: Low Physical Effort (Memerlukan Upaya Fisik yg Rendah). PRINSIP KETUJUH: Size and Space for Approach and Use (Menyediakan Ukuran dan Ruang untuk Pendekatan dan Penggunaan) PRINSIP PERTAMA: Equitable Use (Kesetaraan dalam Penggunaan) - Desain akan menjadi berguna dan dapat dipasarkan untuk seluruh orang dengan kemampuan yang beragam. Panduan: 1a Menyediakan sarana yang sama untuk digunakan oleh semua pengguna: fasilitas yang identik bila memungkinkan, fasilitas yang setara bila tidak memungkinkan. 1b Hindari memisahkan atau melakukan stigmatisasi pada pengguna manapun. 1c Menyediakan privasi, keamanan, dan keselamatan yang sama bagi semua pengguna. 1d Membuat desain yang menarik bagi semua pengguna. PRINSIP KEDUA: Flexibility in Use (Fleksibilitas dalam Penggunaan) - Desain mengakomodasi berbagai preferensi dan kemampuan setiap individu. 16 Universitas Kristen Petra Panduan: 2a. Memberikan pilihan dalam metode yang digunakan. 2b. Mengakomodasi kemungkinan pengguna tangan kanan atau tangan kiri. 2c. Memfasilitasi keakuratan dan tingkat presisi dari pengguna. 2d. Memberikan kemungkinan adaptasi terhadap kecepatan pengguna. PRINSIP KETIGA: Simple and Intuitive Use (Penggunaan yang Sederhana dan Intuitif) - Penggunaan desain harus dapat dimengerti dengan mudah, tidak tergantung pada perbedaan pengalaman, pengetahuan, keterampilan bahasa, atau tingkat konsentrasi saat itu dari seluruh pengguna. Panduan: 3a. Menghilangkan kompleksitas yang tidak perlu. 3b. Konsisten untuk mencapai harapan pengguna dan mengantisipasi intuisi pengguna. 3c. Mengakomodasi berbagai jenis keterampilan melek huruf dan keterampilan bahasa. 3d. Mengatur informasi sesuai dengan derajat kepentingannya. 3e. Menyediakan masukan dan umpan balik yang efektif selama dan setelah selesai penggunaan atau tugas. PRINSIP KEEMPAT: Perceptible Information (Informasi yang Jelas) Desain harusnya mengkomunikasikan informasi yang penting (diperlukan) secara efektif kepada pengguna, terlepas dari kondisi lingkungan atau kemampuan indra pengguna. Panduan: 4a. Menggunakan bentuk komunikasi yang beragam ( engan gambar, verbal, taktil) untuk mempresentasikan informasi penting secara memadai. 4b. Memberikan kontras yang cukup antara informasi penting dan sekitarnya. 4c. Memaksimalkan "keterbacaan" informasi penting. 4d. Melakukan diferensiasi elemen elemen cara menjelaskan (misalnya, memudahkan untuk penyampaian instruksi atau petunjuk). 4e. Menyediakan kesesuaian dengan berbagai teknik atau peralatan yang digunakan oleh orang-orang dengan keterbatasan indrawi. PRINSIP KELIMA: Tolerance for Error (Memberikan Toleransi terhadap Kesalahan) Desain harus meminimalkan bahaya dan konsekuensi yang merugikan dari tindakan disengaja atau kecelakaan. Panduan: 5a. Mengatur elemen untuk meminimalkan bahaya dan kesalahan: elemen yang paling mudah diakses; unsur yang sangat berbahaya harus dieliminasi, terisolasi, atau dilindungi. 5b. Memberikan peringatan atas potensi bahaya dan kesalahan. 5c. Menyediakan gagal fitur yang tidak memberikan kesempatan untuk gagal (atau aman walaupun gagal bekerja). 17 Universitas Kristen Petra 5d. Mencegah terjadinya tindakan yang tidak sadar dalam hal yang membutuhkan kewaspadaan. PRINSIP KEENAM: Low Physical Effort (Memerlukan Upaya Fisik yg Rendah) - Desain dapat digunakan secara efisien dan nyaman dan hanya menimbulkan kelelahan minimum. Panduan: 6a. Membiarkan pengguna untuk mempertahankan posisi tubuh netral. 6b. Menggunakan kekuatan operasi yang wajar. 6c. Meminimalkan tindakan berulang. 6d. Meminimalkan upaya fisik yang terus menerus. PRINSIP KETUJUH: Size and Space for Approach and Use (Menyediakan Ukuran dan Ruang untuk Pendekatan dan Penggunaan)- Ukuran dan ruang yang sesuai seharusnya disediakan untuk memudahkan pendekatan, pencapaian, manipulasi, dan penggunaan terlepas dari ukuran tubuh pengguna, postur, atau mobilitasnya. Panduan: 7a. Memberikan garis yang jelas terlihat pada unsur-unsur penting bagi setiap pengguna yang berada pada posisi duduk atau berdiri. 7b. Membuat setiap pengguna dapat mencapai semua komponen secara nyaman baik dalam posisi duduk atau berdiri. 7c. Mengakomodasi variasi di tangan dan ukuran genggaman. 7d. Menyediakan ruang yang cukup untuk penggunaan alat bantu atau bantuan pribadi. (http://www.ncsu.edu/ncsu/design/cud/pubs_p/docs/poster.pdf). 5
Dapat disimpulkan bahwa Aksesibilitas dalam Desain Inklusi bukan semata - mata mengikuti standar atau pedoman aksesibilitas, Tetapi mewadahi kebutuhan pengguna dengan solusi desain yang kreatif, efektif dan layak secara ekonomi. Sehingga seharusnya kriteria Desain Inklusi mencakup sbb (http://www.inclusivedesigntoolkit.com/betterdesign2/) 6 : Functional (Fungsional) Produk - produk harus menyediakan fitur yang sesuai untuk memenuhi kebutuhan kebutuhan dan keinginan keinginan pengguna dimaksud. Sebuah produk dengan banyak fitur tidak dijamin akan fungsional! Usable (Dapat digunakan) Produk produk yang mudah dioperasikan adalah yang menyenangkan dan memberikan kepuasan bagi pengguna, sedangkan produk produk yang memberikan tuntutan tinggi pada pengguna akan menyebabkan frustrasi bagi banyak orang dan bahkan memisahkan beberapa orang sama sekali. Desirable (Diinginkan) Sebuah produk mungkin sangat diinginkan karena berbagai alasan, termasuk menjadi mencolok dari segi estetis atau menyenangkan untuk disentuh, menunjukkan status sosial, atau membawa dampak positif terhadap kualitas hidup.
5 http://www.ncsu.edu/ncsu/design/cud/pubs_p/docs/poster.pdf 6 http://www.inclusivedesigntoolkit.com/betterdesign2/): 18 Universitas Kristen Petra Viable (Layak) Keberhasilan bisnis dari produk dapat diukur dengan profitabilitasnya. Hal ini biasanya merupakan hasil dari produk yang fungsional, bermanfaat, dan diinginkan, dan yang dipasarkan pada saat yang tepat dengan harga yang tepat.
Gambar 6. Proses Desain Inklusi (http://www.inclusivedesigntoolkit.com/betterdesign2/) 7 : Rumah yang Universal adalah kehidupan yang mudah untuk semua orang dengan membuat rumah lebih dapat digunakan banyak orang dengan sedikit atau tanpa biaya tambahan. Desain universal adalah sebuah pendekatan untuk desain yang menggabungkan produk serta fitur bangunan dan unsurnya, sedapat mungkin dapat digunakan oleh semua orang. Sementara persyaratan desain yang diperoleh atau diadaptasi oleh kode atau standar untuk beberapa bangunan dan ditujukan hanya untuk menguntungkan beberapa orang (orang-orang dengan keterbatasan mobilitas), konsep desain universal menargetkan semua orang dari segala usia, ukuran, dan kemampuan yang diterapkan untuk semua bangunan (Mace, R, 1998). 8
Apa yang dimaksud dengan fitur desain rumah yang universal? Setiap komponen dari sebuah rumah yang dapat digunakan oleh semua orang, terlepas dari tingkat kemampuan atau kecacatan. Fitur Universal adalah produk umumnya pada bangunan standar atau fitur yang telah ditempatkan berbeda, dipilih dengan cermat, atau dihilangkan. Sebagai contoh, stopkontak yang standar dapat ditempatkan lebih tinggi dari biasanya di atas lantai, standar tapi pintu yang lebih luas bisa dipilih, dan pijakan pada pintu masuk dapat dihilangkan untuk membuat perumahan lebih universal digunakan (Mace, R, 1998). 9
7 http://www.inclusivedesigntoolkit.com/betterdesign2/): 8 Mace, Ron, (1998), Universal Design: Housing for the Lifespan of all People, Department of Housing and Urban Development, U.S. 9 Mace, Ron, (1998), Universal Design: Housing for the Lifespan of all People, Department of Housing and Urban Development, U.S. 19 Universitas Kristen Petra Bangunan dan desain industri telah merespon kebutuhan ini untuk perubahan dengan memproduksi produk khusus dan ruang untuk kelompok khusus. Tapi "khusus" sering identik dengan "mahal". Spesialisasi mengarah ke standar bangunan yang rumit dan produk yang pada akhirnya jarang memenuhi kebutuhan lebih dari sebagian kecil dari mereka. Mereka dimaksudkan untuk membantu dan sering tampak untuk menstigmatisasi dan memisahkan mereka lebih dari orang lain (Mace, R, 1998). 10
Desain universal berhasil karena melampaui spesialisasi. Konsep mempromosikan rancangan setiap produk dan bangunan dilakukan sehingga setiap orang dapat menggunakannya semaksimal mungkin - setiap kran, lampu, shower stall, telepon umum, atau pintu masuk. Desain universal adalah lompatan revolusioner, tetapi praktis maju dalam evolusi bangunan dan prosedur desain. Ketika desainer dan produsen merebut konsep ini, desain universal akan menjadi umum, nyaman, dan menguntungkan (Mace, R, 1998). 11
Fitur DESAIN UNIVERSAL di Perumahan yang penting diperhatikan adalah elemen, fitur, ide atau konsep yang berkontribusi atau bisa juga terhadap komponen perumahan universal. Daftar ini dimaksudkan sebagai panduan. Fitur yang dideskripsikan adalah yang akan kita cari di perumahan universal, tetapi tidak semua diharapkan untuk dimasukkan dalam setiap rumah yang diberikan (Mace, R, 1998). 12
Beberapa rekomendasi yang terbatas, beberapa daftar pilihan, dan beberapa lingkup pernyataan yang mengidentifikasi berapa banyak fitur tertentu harus atau akan dimasukkan. Jelas, karakteristik desain yang lebih universal atau fitur yang disertakan, semakin membuat rumah mudah digunakan (Mace, R, 1998). 13
Sebuah komponen kunci dari desain universal adalah daya tarik pasar, itu ditambahkan pada rumah karena fitur universal terintegrasi ke dalam desain secara keseluruhan. Dilakukan dengan baik, desain universal menjadi elemen yang hampir tak terlihat (Mace, R, 1998). 14
Daftar ini berisi fitur struktural dan non-struktural. Fitur struktural, harus dipertimbangkan untuk rumah baru dan renovasi besar. Fitur Non-struktural, yang lebih murah dan lebih mudah untuk dimasukkan ke dalam rumah yang sudah jadi (Mace, R, 1998). 15
10 Mace, Ron, (1998), Universal Design: Housing for the Lifespan of all People, Department of Housing and Urban Development, U.S. 11 Mace, Ron, (1998), Universal Design: Housing for the Lifespan of all People, Department of Housing and Urban Development, U.S. 12 Mace, Ron, (1998), Universal Design: Housing for the Lifespan of all People, Department of Housing and Urban Development, U.S. 13 Mace, Ron, (1998), Universal Design: Housing for the Lifespan of all People, Department of Housing and Urban Development, U.S. 14 Mace, Ron, (1998), Universal Design: Housing for the Lifespan of all People, Department of Housing and Urban Development, U.S. 15 Mace, Ron, (1998), Universal Design: Housing for the Lifespan of all People, Department of Housing and Urban Development, U.S. 20 Universitas Kristen Petra PINTU MASUK 1. PINTU MASUK TANPA TANGGA (STEPLESS) Karakteristik Cara terbaik adalah untuk membuat semua pintu masuk rumah stepless. Lebih dari satu pintu masuk stepless lebih disukai. Setidaknya satu pintu masuk stepless sangat penting, tidak melalui garasi atau dari teras atau deck. Manfaat Mudah untuk memindahkan perabot dan peralatan masuk dan keluar. Baik untuk kereta bayi dan sepeda. Mudah untuk membawa bahan makanan dan paket. Aman di kondisi basah atau dingin. Mudah untuk membersihkan salju, es, dan daun. 2. FITUR LAIN PINTU MASUK (ENTRANCE) Kenaikan maksimum satu-setengah inci pada ambang pintu. Mengurangi bahaya tersandung. Boneka dan gerobak pindah dengan mudah . Minimum 5 ' x 5 ' ruang bersih di dalam dan di luar pintu masuk. (Bisa lebih kecil jika pintu otomatis disediakan). Memungkinkan untuk manuver saat membuka atau menutup pintu. Perlindungan cuaca seperti teras, tenda, overhang atap, dan / atau carport. Menyediakan ruang terlindung bagi orang-orang saat membuka pintu, menunggu carpool, dll. Sedikit kerusakan akibat cuaca pada pintu. Jendela di pintu , dan / atau jendela di dekatnya. Memungkinkan semua penghuni, termasuk anak- anak dan pengguna kursi roda untuk melihat siapa yang di pintu sebelum membukanya. Bel yang menyala pada ketinggian terjangkau, atau interkom dengan link telepon portabel. Memungkinkan pengunjung untuk berkomunikasi dengan penghuni. Cahaya di luar pintu masuk dan detektor gerakan melalui cahaya. Menambahkan penerangan umum dan rasa aman. Menghilangkan pandangan gelap ke rumah. Nomor rumah harus besar, kontras, terletak di tempat yang menonjol. Mudah untuk teman dan personel gawat darurat untuk mencari tempat tinggal. 3. INTERIOR SIRKULASI Sebuah desain yang terbuka. Meminimalkan lorong-lorong dan pintu dan memaksimalkan garis pandang. Setidaknya satu kamar tidur dan kamar mandi yang dapat diakses harus ditempatkan pada lantai dasar (tingkat yang sama seperti dapur, ruang tamu, dll) Lebar bukaan bersih pintu (32" minimum, 34" - 36" lebar pintu), untuk semua pintu. Meningkatkan sirkulasi, terutama dengan banyak pengunjung, seperti di pesta-pesta. Mengurangi kerusakan kusen pintu saat memindahkan furnitur besar atau peralatan, peralatan, tangga. 21 Universitas Kristen Petra Lebar rute sirkulasi minimum 42". Ruang berputar di semua kamar (5 'diameter). Menyediakan ruang manuver di lorong dan lengkungan. 4. SIRKULASI VERTIKAL Semua tangga harus memiliki lebar yang tepat dan memiliki ruang di bagian bawah untuk instalasi lift platform, jika diperlukan. Akses mudah antara lantai. Jika dua lantai hunian: Setidaknya satu set lemari tumpuk, pantries, atau ruang penyimpanan. Sebuah lift dengan minimal 3' x 4' luas lantai yang dipasang pada saat pembangunan awal. Menjadi poros untuk instalasi lift di kemudian hari untuk penghematan biaya yang besar. Pegangan tangga yang diperpanjang secara horizontal di luar anak tangga pada bagian atas dan bawah. Pengguna yang stabil di atas dan bawah tangga. 5. KAMAR MANDI Ruang bersih ( 3 ') di depan dan satu sisi toilet. Memudahkan untuk manuver di sekitar toilet. Bebaskan dinding sekitar toilet , bak mandi , dan mandi untuk penempatan pegangan di masa depan. Memungkinkan untuk penempatan pegangan setelah konstruksi tanpa membuka dinding untuk menambahkan blocking. Pegangan tidak boleh stainless steel atau krom. Gunakan warna untuk mencocokkan dekorasi. Pegangan membuatnya lebih mudah dan lebih aman untuk semua orang untuk masuk dan keluar dari bak mandi atau shower. Pegangan juga berfungsi ganda sebagai tempat handuk. Cermin panjang harus ditempatkan dengan bagian bawah tidak lebih dari 36 " di atas lantai dan ketinggian atas setidaknya 72 . Anak-anak dan orang-orang yang duduk dapat menggunakan cermin ketika di wastafel. Mengurangi kerusakan akibat air untuk dinding finish di belakang wastafel. Membuat ruang tampak lebih luas. Kepala pancuran yang dapat digerakkan atau 60"-72" selang fleksibel memungkinkan mudah digunakan oleh orang-orang dari semua ketinggian . Dapat disesuaikan dengan tinggi tiap pengguna. Membantu menghindari basahnya rambut, perban, gips. 6. SAKLAR DAN KONTROL Saklar lampu tingginya 44 "- 48", dan termostat dengan ketinggian maksimum 48. Mudah dijangkau dengan seluruh tangan (misalnya dengan siku). Lebih mudah diakses oleh anak-anak. Outlet listrik di tempat tidur dan meja, setiap sisi untuk komputer dan peralatan elektronik serta peralatan pribadi yang sering digunakan. Outlet listrik, tinggi minimum 18. Mudah untuk mencapai tanpa membungkuk dan dari posisi duduk. Pengguna cenderung untuk mencabut peralatan dengan menarik kabel. 7. JENDELA Jendela untuk melihat, tinggi maksimum 36. Bisa melihat keluar dari posisi duduk. Jendela yang lebih panjang menambahkan cahaya alami dan elegan untuk kamar. Mengurangi pencapaian untuk membuka, menutup, dan mengunci jendela. 22 Universitas Kristen Petra
Steinfeld, E. & White, J., (2009) 16 mengungkapkan bahwa tujuan dari desain inklusi adalah membuat bangunan dan masyarakat yg semakin layak huni bagi semua orang. Desain inklusi harus merangkul tujuan desain lain yg baik dan memperkuatnya, & tidak bertentangan dengan hal tersebut. Lima hal yg paling penting adalah aspek berkelanjutan, pemasaran, keterjangkauan, keamanan, dan interaksi sosial. Dalam buku ini, ditunjukkan bagaimana aksesibilitas desain dapat menjadi sesuai dengan tujuan tersebut. Visitability merupakan strategi yang sangat terfokus dalam kontinuitas evolusi yang merupakan akses kebijakan perumahan dan praktek di Amerika Serikat. Ini adalah pendekatan terjangkau yang dapat diarungi serta berkelanjutan untuk mengintegrasikan fitur aksesibilitas dasar sebagai praktik konstruksi rutin di semua rumah yang baru dibangun pada 1-3 keluarga (Steinfeld, E. & White, J., 2009) 17 . Seperti yg dipahami, visitability berusaha untuk membuat rumah lebih mudah diakses dengan bertemu tiga kondisi: One zero-step pintu masuk di depan, samping atau belakang rumah; jarak lebar pintu 32 inch dan lorong dengan setidaknya 36 inci lebar dalam; Dan, setidaknya half bath yang dapat diakses di lantai utama.
16 Steinfeld, E. & White, J., (2009), Visitability An Inclusive Design Approach of Housing, Center for Inclusive Design & Environmental Access, New York, United States of America. 17 Steinfeld, E. & White, J., (2009), Visitability An Inclusive Design Approach of Housing, Center for Inclusive Design & Environmental Access, New York, United States of America. 23 Universitas Kristen Petra Gambar 7. Denah Rumah yang dapat didatangi (Visitable Home) (Steinfeld, E. & White, J., 2009) 18 . Hal-hal ini yg dianggap paling penting bagi orang dengan gangguan mobilitas, baik yg mengunjungi atau tinggal di rumah, setidaknya untuk sementara (Steinfeld, E. & White, J., 2009) 19 . Ini adalah contoh desain rumah keluarga tunggal yang menerapkan visitability. Dengan memiliki sebuah pintu masuk dan teras di belakang rumah, teras depan dapat diakses dari dalam, perencanaan terbuka, dan kamar mandi yg terletak pada lantai dasar. Kamar mandi memiliki pintu 36- inch dan cukup untuk menggunakan kursi roda yang nyaman. Denah ini juga memiliki fitur tambahan yang mendukung orang tua. Dapur berbentuk U mengurangi upaya untuk semua pengguna. Rumah memiliki ruang untuk lift bagi perencanaan yg akan datang dan lantai kedua sepenuhnya dapat diakses. Perancangan terbuka memungkinkan orang untuk menggunakan ruang-ruang yang ada dengan banyak cara. Desain ini merupakan salah satu strategi desain inklusi (Steinfeld, E. & White, J., 2009) 20 . Standar Visitability: Sisa buku ini memberikan ringkasan dari persyaratan untuk unit hunian visitable di ICC / ANSI A117.1 (2009). The ICC / ANSI A117.1 Standar Sarana Akses dan Penggunaan Bangunan adalah standar konsensus di AS yg mendefinisikan rincian akses konstruksi, serta direferensikan oleh sebagian besar kode bangunan di negara AS (Steinfeld, E. & White, J., 2009) 21 . Unit Entrance (1006.2): Setidaknya satu unit masuk akan berada pada jalur sirkulasi sesuai dengan bagian 1006,5 (Circulation Path) dari jalan umum atau trotoar, unit hunian jalan, atau garasi. Connected and Interior Spaces/ Ruang Interior (1006.3 & 1006.4): Sebuah jalur sirkulasi sesuai dengan bagian 1006,5 (Circulation Path) akan menghubungkan pintu masuk unit yang terletak di jalur sirkulasi ke ruang berikut: Pintu masuk toilet/ kamar mandi Satu ruang hunian tambahan dengan area 70 m 2 minimum Ketika berada pada lantai entrance, area persiapan makanan sesuai dengan bagian 1006.7 (food preparation areas).
18 Steinfeld, E. & White, J., (2009), Visitability An Inclusive Design Approach of Housing, Center for Inclusive Design & Environmental Access, New York, United States of America. 19 Steinfeld, E. & White, J., (2009), Visitability An Inclusive Design Approach of Housing, Center for Inclusive Design & Environmental Access, New York, United States of America. 20 Steinfeld, E. & White, J., (2009), Visitability An Inclusive Design Approach of Housing, Center for Inclusive Design & Environmental Access, New York, United States of America. 21 Steinfeld, E. & White, J., (2009), Visitability An Inclusive Design Approach of Housing, Center for Inclusive Design & Environmental Access, New York, United States of America. 24 Universitas Kristen Petra Jalur Sirkulasi (1006.5): Komponen (1006.5.1): Jalur sirkulasi harus melengkapi satu atau lebih dari elemen-elemen berikut: permukaan jalan dengan kemiringan yg tidak lebih dari 1:20, perihal pintu, ramp, eskalator, & lift.
Gambar 8 Lorong & koridor minimum 36 inchi, dengan pinch points yg diijinkan sebesar 32 inchi. Lebar bersih tidak lebih dari 24 inchi. Pintu berengsel minimal lebar 31 inchi diukur dari kusen ke pintu bagian dalam ketika terbuka 90 0 . Ramps (1006.5.4): Landai sesuai dengan pasal 405 mengenai ramp. Kamar Mandi & Toilet (1006.6): Kamar mandi/ toilet sesuai dengan bagian 1006.4 (Ruang Interior), & mencakup hal-hal sebagai berikut WC & toilet Perkuatan & sisa ruang untuk pembersihan instalasi yg akan datang di toilet. Perkuatan dinding untuk instalasi yang akan datang pada grab bars sebesar 18 inchi (455 mm) diukur dari dari tengah toilet. WC setidaknya 15 inchi (380 mm) diukur dari tengah toilet. Sisa ruang pada toilet harus memenuhi atau bahkan melampai persyaratan minimum untuk setidaknya satu dari bagian-bagian berikut:
25 Universitas Kristen Petra Gambar 9 Denah Toilet Aksesibel di Rumah dengan Pencapaian secara Pararel (1004.11.3.1.2.1):
Gambar 10 Denah Toilet Aksesibel di Rumah dengan Pencapaian dari Depan (1004.11.3.1.2.2): Area Persiapan Makanan (1006.7): Ketika ditempatkan pada level entrance, area untuk persiapan makanan harus mencakup wastafel, alat memasak, dan kulkas. Jarak bebas antara semua lemari yg berlawanan, counter tops, peralatan atau dinding dalam area persiapan makanan minimum 40 inchi (1015 mm). Kontrol Pencahayaan & Wadah Outlet (1006.8): Garis tengah dari wadah outlet dan bagian operasi kontrol terletak mininum 15inchi (380 mm) & maksimum 48 inchi (1220 mm) diatas lantai finishing.
Thompson, A., (2005) 22 mengungkapkan bahwa manusia membutuhkan sebuah rumah sebagai tempat berlindung. Namun konsekuensinya, manusia harus merawat rumahnya.
22 Thompson, A., (2005), Homes That Heal and Those That Dont, New Society Publisher, Canada. 26 Universitas Kristen Petra Apabila manusia menjaga rumahnya tetap sehat, maka manusia juga turut menjaga kesehatan keluarga kita. 1. Slab on grade (Lantai Beton) Slab on grade berarti fondasi tiang beton dituangkan langsung ke site bangunan, setelah site tersebut selesai disiapkan. Metode yang sederhana ini akan meminimalisir kemungkinan adanya hewan-hewan dan benda-benda menjijikkan lain tinggal di daerah bawah rumah anda. 2. Attics You Can Live With (Lantai Attic yang dapat ditinggali) Loteng yang sehat dapat didesain dengan insulasi yang terbuat dari kapas manufaktur limbah jeans biru. Sebelum melakukan insulasi, ruang loteng harus dibersihkan dengan vacuum cleaner HEPA untuk memastikan tidak ada puing-puing atau zat kontaminan. Keseluruhan pipa ventilasi diarahkan keluar atap sehingga tidak menimbulkan kelembaban atau bau-bauan sisa masakan di loteng rumah tersebut. 3. Big Fat Walls (Dinding tebal) Mari membahas tentang high mass walls. High mass mengacu kepada kepadatan material yang akan dibangun. Hal ini sangat penting dalam perancangan dinding eksterior sebuah bangunan. Apakah penghuni menginginkan lingkungan yang hangat atau dingin, apabila penghuni sudah mencapai suhu yang sesuai dan nyaman, maka high mass walls akan secara dramatis memperlambat perubahan suhu yang tidak diinginkan. Contoh material yang dapat digunakan adalah kayu dan semen blok khusus yang dikembangkan di Eropa. 4. The Delight Warm Floors (Lantai yang hangat) Terdapat dua jenis metode floor heating (penghangatan lantai). Metode pertama adalah dengan memanfaatkan air panas yang mengalir melalui pipa-pipa yang biasanya telah tertanam dalam beton dibawah lantai. Metode kedua adalah dengan menggunakan kabel listrik yang memanas karena ketahanan listrik yang dialirkan melalui kawat. Metode pertama sangat mendukung kesehatan, sementara metode kedua tidak disarankan. 5. Floor Covering (Penutup Lantai) Untuk ruang tamu, dapat menggunakan lantai kayu yang dibuat dari veneer pohon maple Untuk dapur, dapat menggunakan ubin batu alam Untuk kamar tidur utama, kamar tidur anak, dan kamar mandi, dapat menggunakan gabus alami Untuk ruang makan, lorong, mudroom, dan ruang-ruang lain, dapat menggunakan beton berpigmen dengan berbagai komposisi alami yang berbeda Untuk ruang laundry, dapat menggunakan linoleum alami. 27 Universitas Kristen Petra
6. Timeless Design and Modern Day Functionally (Desain yang tidak lekang oleh waktu dan fungsional untuk kegiatan sehari hari) Ketika sebuah rumah didesain dan dibangun, maka rumah tersebut akan memberikan suatu tampilan yang menarik bagi banyak orang. Yang menarik adalah bahwa ketika kita mengunjungi sebuah rumah sehat, maka rumah tersebut meninggalkan sebuah kesan yang tidak terlupakan yang bisa dibandingkan dengan rumah-rumah yang lain. 7. Ventilation and Natural Sunlight (Ventilasi dan sinar matahari) Jendela adalah salah satu fitur penting dalam sebuah rumah sehat. Jendela memberikan pencahayaan, view, ventilasi, dan karakter visual. Dalam sebuah rumah sehat, jendela tidak hanya harus banyak, namun dapat juga double dan triple glazed untuk menghemat energi dan harus diletakkan di posisi yang menerima cahaya paling maksimum serta memungkinkan cross ventilasi. Jendela perlu dibuka setiap hari supaya udara segar, oksigen, dan penangkal ion negatif dapat masuk kedalam rumah, serta polusi hasil kegiatan sehari-hari dapat keluar dari rumah. 8. Low EMR Design (Radiasi elektromagnetik yang rendah) Beberapa poin utama untuk mengurangi EMR (Radiasi Elektromagnetik) Power supply yang masuk ke rumah dan panel listrik utama harus diletakkan jauh dari kamar tidur atau area didalam rumah dimana banyak orang menghabiskan waktunya Panel listrik utama diletakkan dengan kohesif, mudah diakses dan dengan format yang mudah diuji Dengan mengelompokkan entry point dari semua utilitas keseluruhan arus elektromagnetik yang mengalir melalui jalur utilitas publik akan didorong kembali tanpa masuk kedalam rumah Seluruh kabel di dinding harus dilapisi dengan logam Semua kamar tidur harus memiliki kill switches didalamnya 9. Water : The Elixir of Life (Air: cairan hidup) Untuk memiliki rumah dengan air yang sehat dapat dilakukan dengan menginstal sistem penyaringan air dengan blok karbon di seluruh rumah. Selain itu terdapat unit khusus yang dipasang di keran dapur untuk menyaring air minum dan air untuk memasak. 10. Formaldehyde - Free Cabinets, Doors, and Built Ins (Lemari, pintu, lemari tanam yang bebas dari formaldehyde) Seluruh lemari, pintu, dan perabot dalam rumah dapat menggunakan material Wheat Board (papan gandum) yang bebas dari formalin sintetis. 28 Universitas Kristen Petra 11. Detached Garagei (Garasi yang terpisah) Garasi mobil sebaiknya diletakkan terpisah dari rumah utama. Garasi sebaiknya diletakkan di belakang rumah dan terhubung ke gang untuk masuk dan keluar. Saat pintu garasi terbuka, exhaust fan yang terpasang di garasi akan menyala secara otomatis selama 30 menit setelah pintu tertutup. 12. Central Vacuum System (Sistem penyedot debu terpusat) Fitur lain yang perlu ada untuk mencapai rumah sehat adalah Central Vacuum System (CVS) yang berfungsi untuk membersihkan debu dan kotoran dalam rumah.
5.1.3. References (Daftar Pustaka) Mace, Ron, (1998), Universal Design: Housing for the Lifespan of all People, Department of Housing and Urban Development, U.S. Steinfeld, E. & White, J., (2009), Visitability An Inclusive Design Approach of Housing, Center for Inclusive Design & Environmental Access, New York, United States of America. Thompson, A., (2005), Homes That Heal and Those That Dont, New Society Publisher, Canada. http://en.wikipedia.org/wiki/Universal_design http://www- edc.eng.cam.ac.uk / betterdesign / http://www.inclusivedesigntoolkit.com/betterdesign2/ http://www.ncsu.edu/ncsu/design/cud/pubs_p/docs/poster.pdf
5.1.4. Penjajakan ke Masyarakat dan Perijinan Dilakukan penjajakan ke berbagai institusi di atas dalam kegiatan S-L semester sebelumnya atau pada saat liburan semester. Hal ini dilakukan agar Masyarakat dapat menerima program S-L dan juga dapat mengerti kebutuhan awal dari Masyarakat yang dilayani. 29 Universitas Kristen Petra
Gambar 11 Pendekatan ke BILIC Bandung
Gambar 12 Pendekatan ke PWSS Surabaya
5.2. Pelaksanaan Wawancara dan Dokumentasi Foto, Desain dan pelaporan oleh Mahasiswa, Lokakarya Desain di UK Petra, Penyempurnaan Desain, dan Pelaporan akhir dilakukan pada tahapan pelaksanaan. 30 Universitas Kristen Petra Kegiatan ini dilakukan oleh Mahasiswa dibimbing dosen dan dikerjakan di sela sela waktu Studio Merancang 6 yang cukup padat.
5.2.1. Wawancara dan Dokumentasi Foto Dilakukan wawancara dan dokumentasi foto dan video di kediaman para nara sumber sebagai perwakilan masyarakat yang ada yaitu: Bapak Ahmad Fauzi M.Hum.yang didampingi oleh Ibu Lilik Ghoniyah Sofyan S.Pd. M.Ed. Bapak Abdul Syakur S.E. Ibu Paulina Mayasari S.Sn. Bapak Tutus Setiawan S.Pd. dan Ibu Desy S.Pd. Bapak Hariyono Karno
Gambar 13 Kegiatan Wawancara dengan Narasumber Ibu Paulina Mayasari S.Sn. 31 Universitas Kristen Petra
Gambar 14 Kegiatan Wawancara dengan Narasumber Bapak Ahmad Fauzi M.Hum. dan Ibu Lilik Ghoniyah Sofyan S.Pd. M.Ed.
Gambar 15 Kegiatan Wawancara dengan Bapak Hariyono Karno
32 Universitas Kristen Petra
Gambar 16 Kegiatan Wawancara dengan P Tutus Setiawan S.Pd.
Gambar 17 Kegiatan Wawancara dengan Bapak Abdul Syakur S.E. Keenam nara sumber ini diwawancarai di tempat kerja atau rumah tinggal selama proses 3 minggu eksplorasi mandiri Mahasiswa. Sesekali Dosen pengampu juga mendampingi eksplorasi seperti menemui Ibu Paulina Mayasari S.Sn. Didapati ternyata proses eksplorasi ini memberikan banyak sekali informasi tentang kebutuhan masing masing pengguna yang spesifik. 33 Universitas Kristen Petra Bapak Ahmad Fauzi M.Hum. yang didampingi oleh Ibu Lilik Ghoniyah Sofyan S.Pd. M.Ed. adalah seorang penyandang cerebral palsy. Keadaan medis ini menyebabkan kelumpuhan dari leher sampai ke badan sebelah bawah. Hal ini menyebabkan keterbatasan gerak Beliau terutama untuk berdiri. Sehingga semua kegiatan Beliau dilakukan dengan merangkak. Beberapa kegiatan perlu dibantu oleh Ibu Lilik atau anggota keluarga yang lain karena keterbatasan ini. Bapak Abdul Syakur S.E. adalah penyandang keterbatasan gerak lokomotif (fungsi mobilitas kaki) tetapi masih mampu memindahkan tubuh dengan lengan. Hal ini menyebabkan beliau harus menggunakan kursi roda atau kruk pada saat bergerak. Di Sekolah YPAB, Beliau menggunakan kursi roda untuk mencapai ruang ruang kelas dan beraktivitas. Sementara itu di rumah, Beliau masih bisa menggunakan kruk. Kebutuhan beliau ialah ramp dan juga lemari dan lainnya yang bisa dijangkau pada saat duduk di kursi roda. Selain itu juga kebutuhan railing untuk memindahkan tubuh. Ibu Paulina Mayasari S.Sn. mewakili Nenek, Bapak dan Ibu beliau yang tinggal di rumah toko yang terletak di Kota Lama Surabaya. Rumah Toko ini kurang aksesibel bagi para penggunanya yang merupakan warga senior. Nenek Bu Maya menggunakan kursi roda, sementara Bapak dan Ibu Bu Maya masih dapat bergerak tetapi sangat rentan terhadap kecelakaan. Kebutuhan mereka ialah aksesibilitas ramp, desain pengamanan lainnya. Bapak Tutus Setiawan S.Pd. adalah penyandang tuna netra total blind sementara Ibu Desy S.Pd.adalah penyandang tuna netra low vision. Kebutuhan Pak Tutus ialah kebutuhan alat pengamanan dan pembedaan dengan tekstur di dalam rumah. Sementara Bu Desy membutuhkan alat pengaman seperti warna yang kontras di dalam rumah. Bapak Hariyono Karno adalah warga senior dari kampung pinggir kali. Beliau masih aktif bekerja membuat usaha cetok di kampung ini. Kebutuhan beliau ialah tempat usaha yang aksesibel dan rumah tinggal yang juga aksesibel. Selain itu keterbatasan dana menjadi salah satu kendala dalam desain rumah ini.
5.2.2. Desain dan Pelaporan oleh Mahasiswa Selanjutnya kebutuhan desain di atas dipikirkan oleh Mahasiswa, didampingi Dosen. Lalu lima buah desain dihasilkan untuk ketujuh klien di atas. Desain ini dibagi dalam beberapa konsep pada Sub-Bab 5.2.6. Hasil Desain
5.2.3. Lokakarya Desain di UK Petra Lokakarya Desain di UK Petra juga dilakukan mengundang ketujuh nara sumber tersebut. Ketujuh nara sumber ini diundang ke Petra dengan dukungan biaya dari Mahasiswa peserta KKP-C ini . Kemudian sisa dana juga dikontribusikan kepada YPAC dan YPAB. Lokakarya Desain ini dilakukan dengan metode desain partisipatif yang berlangsung selama kurang lebih satu sampai dua jam. Waktu lokakarya ini dirasakan terlalu pendek oleh 34 Universitas Kristen Petra beberapa nara sumber. Kemungkinan dapat dibuat yang lebih panjang dengan waktu yang lebih sore.
Gambar 18 Kegiatan Lokakarya Desain Inklusif Rumah Tinggal di UK Petra
Gambar 19 Kegiatan Lokakarya Desain Inklusif Rumah Tinggal di UK Petra 35 Universitas Kristen Petra
Gambar 20 Kegiatan Lokakarya Desain Inklusif Rumah Tinggal di UK Petra
Gambar 21 Kegiatan Lokakarya Desain Inklusif Rumah Tinggal di UK Petra 36 Universitas Kristen Petra
Gambar 22 Kegiatan Lokakarya Desain Inklusif Rumah Tinggal di UK Petra
Gambar 23 Kegiatan Lokakarya Desain Inklusif Rumah Tinggal di UK Petra 37 Universitas Kristen Petra
Gambar 24 Kegiatan Lokakarya Desain Inklusif Rumah Tinggal di UK Petra
Gambar 25 Kegiatan Lokakarya Desain Inklusif Rumah Tinggal di UK Petra 38 Universitas Kristen Petra
Gambar 26 Kegiatan Lokakarya Desain Inklusif Rumah Tinggal di UK Petra
Gambar 27 Kegiatan Lokakarya Desain Inklusif Rumah Tinggal di UK Petra 39 Universitas Kristen Petra
Gambar 28 Kegiatan Lokakarya Desain Inklusif Rumah Tinggal di UK Petra
Gambar 29 Kegiatan Lokakarya Desain Inklusif Rumah Tinggal di UK Petra 40 Universitas Kristen Petra
Gambar 30 Kegiatan Lokakarya Desain Inklusif Rumah Tinggal di UK Petra
Gambar 31 Kegiatan Lokakarya Desain Inklusif Rumah Tinggal di UK Petra 41 Universitas Kristen Petra
Gambar 32 Kegiatan Lokakarya Desain Inklusif Rumah Tinggal di UK Petra
5.2.4. Penyempurnaan Desain Hasil lokakarya desain di atas dikumpulkan dan disempurnakan kembali oleh Mahasiswa dan Dosen. Kemudian dibuat sebuah desain sederhana bersama sama berdasarkan hasil lokakarya ini. Karena keterbatasan waktu masih banyak kelemahan dari desain ini. Tetapi konsep rumah yang layak bagi semua (aksesibel bagi para penggunanya) dapat dihasilkan. Kuliah penjelasan Prinsip Desain Inklusi juga dilakukan untuk menunjang kesempurnaan desain ini. Kegiatan ini dilakukan dengan penjelasan 7 prinsip dan diskusi tentang hasil desain sesuai 7 prinsip di atas. 42 Universitas Kristen Petra
Gambar 33 Kuliah dan Diskusi dalam Penyempurnaan Desain Inklusif Rumah Tinggal di UK Petra
Gambar 34 Kuliah dan Diskusi dalam Penyempurnaan Desain Inklusif Rumah Tinggal di UK Petra 43 Universitas Kristen Petra
Gambar 35 Kuliah dan Diskusi dalam Penyempurnaan Desain Inklusif Rumah Tinggal di UK Petra
Gambar 36 Kuliah dan Diskusi dalam Penyempurnaan Desain Inklusif Rumah Tinggal di UK Petra
44 Universitas Kristen Petra 5.2.5. Pelaporan Akhir Pelaporan akhir dilakukan oleh Dosen dan Mahasiswa pada bulan Juni 2014. Kegiatan ini merangkum seluruh proses yang dilakukan dari awal KKP-C Desain Inklusi.
5.2.6. Hasil Desain Lima buah hasil desain dihasilkan oleh Mahasiswa bersama Dosen KKP-C yang dapat dijelaskan sebagai berikut: 5.2.6.1. Desain Rumah untuk Penyandang Cerebral Palsy (Klien Bapak Ahmad Fauzi M.Hum. yang didampingi oleh Ibu Lilik Ghoniyah Sofyan S.Pd. M.Ed. ) Desain Rumah untuk Penyandang Cerebral Palsy (Klien Bapak Ahmad Fauzi M.Hum. yang didampingi oleh Ibu Lilik Ghoniyah Sofyan S.Pd. M.Ed. ) didesain oleh Hendy Gunawan (22411086), Rebecca (NRP 22411003), Dicky (NRP 22411096), Yovita Hadi (NRP 22411095), Theodorus Akwila P (NRP 22411110). Rumah ini memiliki konsep yang unik karena memperhatikan kebutuhan pergerakan di lantai oleh Bapak Ahmad Fauzi. Konsep Rumah itu dapat dijelaskan sebagai berikut: Spektrum difabilitasnya pengguna ialah Cerebral Palsy (CP) yang mengalami kelumpuhan tubuh bagian bawah tubuhnya (dari kepala sampai kaki). BApak A Fauzi ini tetap masih mampu menggerakan sebagian tubuhnya khususnya tangan sebelah kanan. Dan pengguna melakukan seluruh aktivitasnya dalam kondisi merayap di lantai. Kebutuhan tambahan yang diberikan oleh Dosen KKP-C ini ialah: lebar akses pintu dan koridor harus memadai untuk kursi roda. Selain itu pengguna harus mampu memanaskan makanan di dapur yang ditambahkan. Jangkauan pengguna juga perlu diperhatikan. Konsep rumah secara umum ialah rumah untuk penyandang CP yang dapat digunakan beraktivitas secara mandiri dan nyaman (tidur, ke toilet, kerja, makan, memanaskan makanan). Selain itu rumah ini juga akan memperhatikan kenyamaan secara termal dan kesehatan pengguna lebih lanjut.
45 Universitas Kristen Petra
Gambar 37 Gambar Konsep Rumah Penyandang CP
46 Universitas Kristen Petra
Gambar 38 Gambar Konsep Rumah Penyandang CP
Gambar 39 Gambar Konsep Rumah Penyandang CP
47 Universitas Kristen Petra
Gambar 40 Gambar Konsep Rumah Penyandang CP Rumah ini menggunakan prinsip Selanjutnya 7 Prinsip Desain Inklusi yaitu sbb (modifikasi sesuai kebutuhan): PRINSIP SATU: Equitable Use (Kesetaraan dalam Penggunaan) - Desain akan menjadi berguna dan dapat dipasarkan untuk seluruh orang dengan kemampuan yang beragam. - Menyediakan sarana yang sama untuk digunakan oleh semua pengguna: fasilitas yang identik bila memungkinkan, fasilitas yang setara bila tidak memungkinkan. - Hindari memisahkan atau melakukan stigmatisasi pada pengguna manapun. - Menyediakan privasi, keamanan, dan keselamatan yang sama bagi semua pengguna. - Membuat desain yang menarik bagi semua pengguna. Penerapan: Desain secara utama diperuntukkan bagi penderita cerebral palsy, namun secara sirkulasidapatmemberikankenyamanan untuk pengguna kursi roda. Penggunaan ramp dan bukaan dengan lebar yang cukup untuk kursi roda menyediakan keamanan dan keselamatan bagi penggunanya. Penempatan sebagian besar perabot pada bagian bawah diterapkan atas dasar kebutuhan penderita cerebral palsy, namun masih dapat digunakan oleh orang lain meskipun dengan tingkat kenyamanan yang berbeda. Selain perabot, penempatan ventilasi/ bukaan yang ada pada bangunan ini juga diletakkan pada bagian bawah. Hal ini juga mempertimbangkan prinsip kesetaraan dimana pengguna dapat menikmati pemandangan serta dapat memperoleh udara yang cukup. PRINSIP DUA: Flexibility in Use (Fleksibilitas dalam Penggunaan) - Desain mengakomodasi berbagai preferensi dan kemampuan setiap individu. 48 Universitas Kristen Petra - Memberikan pilihan dalam metode yang digunakan. - Mengakomodasi kemungkinan pengguna tangan kanan atau tangan kiri. - Memfasilitasi keakuratan dan tingkat presisi dari pengguna. - Memberikan kemungkinan adaptasi terhadap kecepatan pengguna. Penerapan: Sirkulasi pada rumah ini diperpendek dan cenderung linear sehingga memudahkan penderita cerebral palsy untuk mengakses keseluruhan ruang dalam bangunan dengan jarak yang pendek. Pintu pada bagian kamar dibuat miring sehingga pengguna dapat menjangkau pintu kamar dengan mudah dari sisi manapun. KM/ WC memiliki 2 pintu yang bertujuan untuk memudahkan akses jalan masuk dan keluar, serta menghindari kesulitan berotasi/ berputardi dalam ruang tersebut (searah). PRINSIP KETIGA: Simple and Intuitive Use (Penggunaan yang Sederhana dan Intuitif) - Penggunaan desain harus dapat dimengerti dengan mudah, tidak tergantung pada perbedaan pengalaman, pengetahuan, keterampilan bahasa, atau tingkat konsentrasi saat itu dari seluruh pengguna. - Menghilangkan kompleksitas yang tidak perlu. - Konsisten untuk mencapai harapan pengguna dan mengantisipasi intuisi pengguna. - Mengakomodasi berbagai jenis keterampilan melek huruf dan keterampilan bahasa. - Mengatur informasi sesuai dengan derajat kepentingannya. -Menyediakan masukan dan umpan balik yang efektif selama dan setelah selesai penggunaan atau tugas. Penerapan: Peletakkan jet flush berada di sisi kanan bawahsehingga mudah dijangkau oleh pengguna. Menyesuaikan kemampuan pengguna secara khusus (tangan kanan yang berfungsi) dan pengguna lain pada umumnya menggunakan jet flush dengan tangan kanan. Stop kontak diletakkan di sisi bawah, menyesuaikan dengan kemampuan pengguna secara khusus yang beraktivitas di bawah. Selain itu peletakkan stop kontak yang dekat dengan barang-barang elektronik sehingga tidak memerlukan kabel yang panjang dan tidak perlu usaha ekstra saat mau menggunakan stop kontaktersebut. PRINSIP KEEMPAT: Perceptible Information (Informasi yang Jelas) Desain harusnya mengkomunikasikan informasi yang penting (diperlukan) secara efektif kepada pengguna, terlepas dari kondisi lingkungan atau kemampuan indra pengguna. - Menggunakan bentuk komunikasi yang beragam ( dengan gambar, verbal, taktil) untuk mempresentasikan informasi penting secara memadai. - Memaksimalkan "keterbacaan" informasi penting. - Melakukan diferensiasi elemen Elemen cara menjelaskan (misalnya, memudahkan untuk penyampaian instruksi atau petunjuk). Menyediakan kesesuaian dengan berbagai teknik atau peralatan yang digunakan oleh orang-orang dengan keterbatasan indrawi. 49 Universitas Kristen Petra Penerapan: Terdapat gambar arah panah kanan dan kiri pada penutup stop kontak yang bertujuan untuk menyampaikan informasi secara jelas. Arah panah kanan dan kiri yang diletakkan disesuaikan dengan arah bukaan penutup stop kontak yang ada.Perbedaanwarnakeramiksebagaipembatasantarakamardanruanglainnyamemberikaninformasibahw amemasukiruang yang berbedatingkatprivasinya. PRINSIP KELIMA: Tolerance for Error (Memberikan Toleransi terhadap Kesalahan) Desain harus meminimalkan bahaya dan konsekuensi yang merugikan dari tindakan disengaja atau kecelakaan. - Mengatur elemen untuk meminimalkan bahaya dan kesalahan: elemen yang paling mudah diakses; unsur yang sangat berbahaya harus dieliminasi, terisolasi, atau dilindungi. - Memberikan peringatan atas potensi bahaya dan kesalahan. - Menyediakan gagal fitur yang tidak memberikan kesempatan untuk gagal (atau aman walaupun gagal bekerja). - Mencegah terjadinya tindakan yang tidak sadar dalam hal yang membutuhkan kewaspadaan. Penerapan: Pada desain bangunan banyak menggunakan ramp untuk memberi perbedaan ketinggian ruang, sisi-sisi tajam pada ramp dihaluskan untuk menghindari kemungkinan melukai penderita cerebral palsy yang beraktifitas dengan merayap di lantai. Stop kontak yang berada di sisi bawah, diberi penutup untuk menghindari bahaya tersengat listrik terutama bila ada anak-anak di dalam rumah tersebut. Selain itu peletakkan stop kontak menyesuaikan alat elektronik yang ada, agar tidak ada kabel panjang yang terbentang di mana-mana, hal ini dilakukan untuk mengantisipasi kemungkinan tersandung atau tersangkut. Selain itu, penempatan microwave yang masih diberikan alas dan tidak diletakkan pada lantai bertujuan untuk mengantisipasi bahaya sengatan listrik dan konsleting. Begitu pula dengan penempatan dispenser di bawah yang bertujuan untuk memudahkanketikamengambil air danmenghindari pengguna agar tidak tertumpah air panas. PRINSIP KEENAM: Low Physical Effort (Memerlukan Upaya Fisik yg Rendah) - Desain dapat digunakan secara efisien dan nyaman dan hanya menimbulkan kelelahan minimum. - Membiarkan pengguna untuk mempertahankan posisi tubuh netral. - Menggunakan kekuatan operasi yang wajar. - Meminimalkan tindakan berulang. - Meminimalkan upaya fisik yang terus menerus. Penerapan: Dipilih televisi layar datar agar tidak mengganggu sirkulasi yang linear, diletakkan di bagian atas sesuai dengan arah pandang pengguna yang menonton televisi dengan posisi berbaring. Hal ini akan meningkatkan kenyamanan pengguna agar tidak terjadi kram pada bagian leher. Berbeda dengan perabotan lainnya yang justru diletakkan di bawah, karena pengguna butuh untuk menjangkaunya. Pada bagian kamar mandi, jet flushdan showerdiletakkan pada bagian bawah kanan, sesuai dengan kemampuan jangkauan pengguna. Kloset juga ditanam ke dalam lantai disesuaikan dengan kebiasaan pengguna yang menggunakannya dengan posisi tidur. Selain itu, lemari pakaian dan 50 Universitas Kristen Petra juga penggantung handuk juga diletakkan di bagian bawah untuk mempermudah jangkauan pengguna. Tempat tidur ditanam sebagian di bawah lantai untuk memudahkan pengguna untuk naik ke atasnya, namun tidak menghilangkan sisi kenyamanan dari tempat tidur tersebut. Meja komputer dibuat pendek dengan tinggi kurang lebih 15cm sesuai dengan kebutuhan pengguna. Begitu pula dengan beberapa perabot lainnya seperti rak buku, microwave, hingga stop kontak. Penempatan dispenser yang juga diletakkan rendah (posisikeran15-20 cm), serta bukaan-bukaan pada bangunan seperti jendela dan handlenya bertujuan untuk meminimalkan upaya fisik pengguna dalam menggapainya. Selain itu, semua perabot yang dapat dibuka seperti lemari, jendela, rak, dan lain sebagainya menggunakan pintu geser agar pengguna dapat mengaksesnya dengan upaya fisik yang rendah. Akses pintu dalam bangunan pun dihilangkan dengan menggantinya dengan tirai dengan dasar tujuan yang sama. PRINSIP KETUJUH: Size and Space for Approach and Use (Menyediakan Ukuran dan Ruang untuk Pendekatan dan Penggunaan) - Ukuran dan ruang yang sesuai seharusnya disediakan untuk memudahkan pendekatan, pencapaian, manipulasi, dan penggunaan terlepas dari ukuran tubuh pengguna, postur, atau mobilitasnya. - Memberikan garis yang jelas terlihat pada unsur-unsur penting bagi setiap pengguna yang berada pada posisi duduk atau berdiri. - Membuat setiap pengguna dapat mencapai semua komponen secara nyaman baik dalam posisi duduk atau berdiri. - Mengakomodasi variasi di tangan dan ukuran genggaman. - Menyediakan ruang yang cukup untuk penggunaan alat bantu atau bantuan pribadi Penerapan: Keseluruhan desain bangunan telah menyediakan ukuran dan ruang dalam pendekatan serta penggunaannyabagi pengguna cerebral palsy. Pertama-tama, seluruh jalur sirkulasi pada bangunan dapat dilewati oleh kursi roda sebagai antisipasi kebutuhan pengguna cerebral palsy. Kebutuhan space dan ruang pengguna disediakan pada setiap aktivitas yang dilakukannya, seperti berbaring, berputar/ berotasi, hingga kebutuhan berguling dari posisi tengkurap menuju posisi terlentang. Ruang yang disediakan tersebutmempertimbangkan dimensi atau ukuran pengguna. PEMILIHAN MATERIAL. Lantai menjadi elemen yang penting dalam desain ini. Hal ini disebabkan karena pengguna yang aktivitasnya secara dominan dilakukan di lantai, sehingga material lantai menjadi sangat perlu untuk dipikirkan lebih jauh. Dalam kasus ini dipilih material lantai vinyl yang bermotif kayu agar memberikan kesan hangat. 51 Universitas Kristen Petra
Gambar 41 Lantai Vinyl Motif Kayu untuk Rumah Penyandang CP Selain itu terdapat kelebihan lain dari lantai vinyl yang sangat bermanfaat bagi pengguna, yaitu :Tabel 1 Kelebihan Material Vinyl
Kesimpulannya, Desain Rumah untuk penyandang Cerebral Palsy membutuhkan aksesibilitas pengguna merangkak dan menggapai berbagai peralatan di lantai. Akibatnya diperlukan perletakkan 52 Universitas Kristen Petra perabotan dan jendela pada ketinggian pengguna (sekitar 0-30 cm) dari lantai. Hal ini merupakan hal yang unik yang tidak ditemukan pada standar desain universal.
5.2.6.2. Desain Rumah untuk Penyandang Tuna Daksa Kursi Roda (Klien Bapak Abdul Syakur S.E.) Desain Rumah untuk Penyandang Tuna Daksa Kursi Roda (Klien Bapak Abdul Syakur S.E.) didesain oleh Louis Satria Purwanto (22411004), Ivan Vilano (22411108), Andre Sugianto (22411117), Terry Christianto Suroso (22411145), Tiffany Tommy (22411150), dan Maria Monica Rampisela (22411162). Spektrum Penghuni rumah ini ialah Pak Abdul Syakur (30 tahun) dan kedua orangtuanya (50 tahun). Secara khusus Pak Abdul Syakur adalah pria usia 35 tahun. Spektrum difabilitasnya adalah kemampuan tubuh dari pinggul kebawah kurang bisa digerakkan karena penyakit polio yang dideritanya saat berusia 5 tahun. Walaupun demikian Bapak Abdul Syakur masih mampu beraktivitas menggunakan tongkat atau dengan bersandar di sisi tembok karena sebenarnya bagian kaki Beliau masih mampu menopang tubuhnya. Namun di tempat pekerjaan Beliau, di Yayasan Panti Anak Cacat Surabaya, Bapak Abdul Syakur memilih untuk menggunakan kursi roda agar lebih leluasa bergerak. Kebutuhan tambahan yang diberikan oleh Tutor kami dalam Kuliah Kerja Pelayananan C adalah kebutuhan pengguna kursi roda untuk dapat masuk ke dalam setiap ruang, yaitu ruang tidur, toilet, ruang makan, dapur, ruang laundry, ruang tamu, ruang sholat meskipun tidak beraktivitas (seperti memasak, mencuci baju). Benda khusus yang dimiliki oleh Bapak Syakur adalah kursi roda dan sepeda motor roda tiga sehingga desain rumah perlu memikirkan kebutuhan ruang untuk benda tersebut Konsep rumah secara umum adalahpendalaman aspek-aspek pendukung aksesibilitas di dalam rumahseperti kesederhanaan dan kemudahan untuk beraktivitas, fleksibilitas dan luas ruang yang memenuhi kebutuhan ruang gerak, serta memperhatikan kenyamanan arsitektural, agar Bapak Abdul Syakur beserta keluarga dapat beraktivitas dengan baik, mandiri, dan nyaman. 53 Universitas Kristen Petra
Gambar 42 Gambar Konsep Rumah Difabel dengan Kursi Roda Pada entrance dan ruang tamu menggunakan prinsip: Equitable Use Ada ramp dari arah carport menuju pintu masuk rumah dengan kemiringan 4 derajat (perbedaan ketinggian 15 cm). Ramp dibatasi oleh dinding dengan lasan keselamatan dan keamanan. Ramp yang landai ini dapat digunakan oleh semua orang, baik orang biasa maupun kaum difabel, dan tidak berbahaya Simple and Intuitive Use Desain rumah secara keseluruhan dapat dikatakan sederhana melalui penempatan ruang yang bersifat linear dan tidak ada dinding yang keluar dari axis. Selain itu, penempatan handrail di daerah carport membuat pengguna kursi roda dengan mudah memahami fungsi handrail tersebut, yaitu digunakan ketika berpindah tempat dari kendaraan ke kursi roda atau sebaliknya. Low Physical Effort Handrail di beberapa spot dan ramp yang cukup landai dengan menggunakan material beton (tidak licin) membuat pengguna lebih mudah untuk mengakses setiap ruang yang ada di dalam rumah. Pintu sliding juga mempermudah pengguna kursi roda untuk membuka pintu dan melintasi ruang Size and Space for Approach and Use Lebar bersih pintu masuk adalah 1 meter termasuk ruang bebas gerak untuk pengguna kursi roda. Dimensi ruang tamu cukup bagi kursi roda untuk melakukan manuver. 54 Universitas Kristen Petra Pada ruang tidur menggunakan prinsip: Equitable Use Perabot yang digunakan adalah meja belajar tanpa kaki dengan ketinggian 80 cm sehingga kursi roda dapat dengan mudah masuk ke dalam meja tersebut, tanpa tertahan oleh sudut-sudut meja. Terdapat juga lemari baju dengan ketinggian 90 cm agar pengguna dapat meraih hingga tempat teratas lemari tersebut. Low Physical Effort Pintu dan jendela menggunakan sistem slide dengan ketinggian handle yang dapat dicapai dengan mudah oleh pengguna kursi roda. Size and Space for Approach and Use Lebar bersih pintu masuk adalah 1 meter termasuk ruang bebas gerak untuk pengguna kursi roda. Dimensi ruang tidur cukup bagi kursi roda untuk melakukan manuver. Pada ruang sholat menggunakan prinsip: Low Physical Effort Pintu dan jendela menggunakan sistem slide dengan ketinggian handle yang dapat dicapai dengan mudah oleh pengguna kursi roda. Size and Space for Approach and Use Lebar bersih pintu masuk adalah 1 meter termasuk ruang bebas gerak untuk pengguna kursi roda. Dimensi ruang sholat cukup bagi kursi roda untuk melakukan manuver.
Gambar 43 Gambar Konsep Rumah Difabel dengan Kursi Roda (entrance dan ruang tamu) 55 Universitas Kristen Petra
Gambar 44 Gambar Konsep Rumah Difabel dengan Kursi Roda (Ruang tidur)
Gambar 45 Gambar Konsep Rumah Difabel dengan Kursi Roda (Ruang sholat) 56 Universitas Kristen Petra
Gambar 46 Gambar Konsep Rumah Difabel dengan Kursi Roda (Kamar mandi)
Gambar 47 Gambar Konsep Rumah Difabel dengan Kursi Roda (Ruang makan dan dapur)
57 Universitas Kristen Petra
Gambar 48 Gambar Konsep Rumah Difabel dengan Kursi Roda (Ruang makan dan dapur)
Gambar 49 Gambar Konsep Rumah Difabel dengan Kursi Roda (Ruang makan dan dapur)
58 Universitas Kristen Petra
Gambar 50 Gambar Konsep Rumah Difabel dengan Kursi Roda (Ruang laundry) Pada kamar mandi menggunakan prinsip: Equitable Use Penggunaan kloset duduk mudah bagi pengguna kursi roda, orang tua, dan orang biasa Flexibility in Use Terdapat handrail yang bisa digunakan secara horizontal maupun vertikal dengan hanya mendorongnya sebesar 90 derajat. Simple and Intuitive Use Penempatan handrail di spot khusus yang memerlukan perpindah tempat dari kursi roda. Ada pula dudukan di bawah shower (bahan keramik) untuk pengganti kursi roda saat pengguna mandi Perceptible Information Papan instruksi agar pengguna kursi roda berhati-hati jika lantai licin karena basah Tolerance for Error Kelandaian ramp dan penggunaan material yang bertekstur dan tidak licin Low Physical Effort Handraildipasang pada ketinggian 80 cm untuk mempermudah aktivitas di dalam kamar mandi. Perabot-perabot, alat dan bahan juga diletakkan lebih rendah sesuai dengan jangkauan pengguna kursi roda. Keran dan shower menggunakan sistem pengungkit. Size and Space for Approach and Use Lebar bersih pintu masuk adalah 1 meter termasuk ruang bebas gerak untuk pengguna kursi roda. Dimensi kamar mandi cukup bagi kursi roda untuk melakukan manuver. Pada ruang makan dan dapur menggunakan prinsip: Flexibility in Use 59 Universitas Kristen Petra Terdapat meja yang dapat dilipat untuk kebutuhan ibu saat memasak, karena meja untuk pengguna kursi roda lebih rendah. Tolerance for Error Perabotan tidak menggunakan kaki-kaki dan ujung lancip yang dapat membahayakan pengguna kursi roda. Meja makan menggunakan satu kaki agar kursi roda dapat masuk ke meja makan Size and Space for Approach and Use Area ruang makan dan dapur besar Pada ruang laundry menggunakan prinsip: Size and Space for Approach and Use Ruang laundry dapat diakses oleh pengguna kursi roda karena dimensi yang cukup besar. Kesimpulannya, Desain Rumah untuk Tuna Daksa (pengguna Kursi Roda) membutuhkan aksesibilitas pengguna ke semua ruangan dengan kursi roda. Pintu dan akses sirkulasi menjadi lebih besar. Sementara ramp harus disediakan di setiap perbedaan ketinggian. Selain itu jangkauan pengguna yang tidak terlalu tinggi (150cm) menyebabkan perabotan juga harus diletakkan terjangkau oleh pengguna. Dan desain rumah seperti ini sudah banyak dibahas oleh Standar Desain Universal. Tetapi memang perlu dicatat bahwa keadaan Klien pengguna seringkali tidak diperhatikan. Desain pengguna kursi roda ini juga serupa dengan kebutuhan Bu Laeli Yuntari dan Bapak Aden Al Hadad di BILIC Bandung. Sehingga desain ini dapat direplikasikan juga di Bandung dengan perubahan minor.
5.2.6.3. Desain Rumah Toko (Bangunan Konservasi Arsitektur) untuk Warga Senior di Kota Lama Surabaya (Klien Ibu Paulina Mayasari S.Sn.) Desain Rumah Toko untuk Warga Senior di Kota Lama Surabaya (Klien Ibu Paulina Mayasari S.Sn.) didesain oleh Aaron Sutanto Putra (22411107), Fenny Gunawan (22411109), Marina Victoria Darmawan (22411123), Ronny Chandra Kurniawan (22411124), dan Roby Ismanto (22411160). Bangunan merupakan rumah tinggal dua lantai yang dihuni oleh keluarga Ibu Maya. Rumah tersebut dihuni oleh lima orang di mana terdapat nenek dan kedua orang tua Ibu Maya. Spektrum difabilitas merupakan keadaan lanjut usia yang memiliki keterbatasan dalam berjalan. Desain renovasi merupakan persiapan dari penghuni dalam menyambut masa tua, di mana pengghuni senior akan menggunakan tongkat atau bahkan kursi roda. Konsep rumah secara umum ialah menambahkan unsur-unsur arsitektural demi kenyamanan yang dikhususkan untuk penghuni lanjut usia. Daerah yang direnovasi adalah daerah dimana beliau biasa beraktivitas, meliputi kamar tidur, kamar mandi, ruang keluarga, dapur, dan ruang makan. Sistem struktur yang ada tetap dipertahankan karena rumah merupakan bangunan lama di mana memiliki sistem struktur khusus yang tidak dapat diubah. Tuntutan kebutuhan yang diharapkan adalah hunian yang ramah terhadap pengguni senior yang menggunakan tongkat dan kursi roda. Diharapkan elemen-elemen arsitektural yang ditambahkan tidak 60 Universitas Kristen Petra hanya menjadi ornamen namun juga membantu pengghuni dalam beraktifitas baik di dalam ruang maupun antar ruang.
Gambar 51 Gambar Kondisi Asli Rumah Toko (Bangunan Konservasi) untuk Warga Senior 61 Universitas Kristen Petra
Gambar 52 Gambar Kondisi Asli Rumah Toko (Bangunan Konservasi) untuk Warga Senior
62 Universitas Kristen Petra
Gambar 53 Gambar Konsep Rumah Toko (Bangunan Konservasi) untuk Warga Senior 63 Universitas Kristen Petra
Gambar 54 Gambar Konsep Rumah Toko (Bangunan Konservasi) untuk Warga Senior
Gambar 55 Gambar Konsep Rumah Toko (Bangunan Konservasi) untuk Warga Senior (Tangga dengan ketinggian 10 cm demi memudahkan akses penghuni senior dan efisiensi ruang)
64 Universitas Kristen Petra
Gambar 56 Gambar Konsep Rumah Toko (Bangunan Konservasi) untuk Warga Senior (Pispot dalam kamar demi memudahkan penghuni lanjut usia untuk buang air pada malam hari).
Gambar 57 Gambar Konsep Rumah Toko (Bangunan Konservasi) untuk Warga Senior (Plat pada pintu yang memudahkan pengguna untuk memahami bahwa pintu hanya dapat di dorong).
65 Universitas Kristen Petra
Gambar 58 Gambar Konsep Rumah Toko (Bangunan Konservasi) untuk Warga Senior (Kanopi polikarbonat demi mengurangi air hujan yang masuk).
Gambar 59 Gambar Konsep Rumah Toko (Bangunan Konservasi) untuk Warga Senior (Pintu geser pada kamar utama). 66 Universitas Kristen Petra
Gambar 60 Gambar Konsep Rumah Toko (Bangunan Konservasi) untuk Warga Senior (Desain toilet dan pintunya yang lebar demi memudahkan pengguna kursi roda unruk mengakses). Penerapan Prinsip Desain Inklusi pada desain ini dijelaskan sebagai berikut: 1. Equitable Use (Kesetaraan dalam Penggunaan) Pada dasarnya desain ditawarkan telah memenuhi prinsip Equitable Use, dimana ramp dan tangga telah tersajikan dan dapat diakses oleh keseluruhan penghuni bangunan. Namun hal tersebut tidak dapat direalisasikan karena ramp akan merubah pembalokan lantai dua dan mengurangi efisiensi ruang keluarga. Solusi akhir yang ditawarkan adalah memperpendek anak tangga yang semula 20 cm menjadi 10 cm dan penambahan railing di tepinya sehingga memudahkan penghuni senior untuk mengakses ruang tersebut. 2. Flexibility in Use (Fleksibilitas dalam Penggunaan) Desain awal yang ditawarkanuntuk menambahkan ramp sebagai akses sirkulasi telah memenuhi prinsip Flexibility in Use. Ramp menjadi jalur sirkulasi yang dapat diakses oleh semua penghuni termasuk pengguna tongkat dan kursi roda. Namun pada realisasinya, ramp tersebut tidak dapat direalisasikan karena keterbatasan struktur dan efisiensi ruang. 3. Simple and Intuitive Use (Penggunaan Sederhana dan Intuitif) Prinsip Simple and Intuitive Use diterapkan pada penggunaan plat pada pintu. Hal ini dapat memudahkan penghuni dalam memahami bahawa pintu tersebut hanya dapat didorong. Selain itu memberikan pispot pada kamar utama demi memudahkan penghuni senior dalam buang air pada malam hari. 4. Perceptible Information (Informasi yang Jelas) 67 Universitas Kristen Petra Desain yang ditawarkan tidak perlu menerapkan prinsip Perceptible Information karena penghuni rumah tersebut sudah terbiasa dengan keadaan dan sirkulasi dalam rumah sehingga tidak memerlukan tanda atau grafis informatif. 5. Tolerance of Error (Memberikan Toleransi terhadap Kesalahan) Pada desain rumah lama, bagian taman tidak tertutup oleh atap, sehingga air hujan dapat masuk dan menggenang. Hal tersebut dapat membahayakan sirkulasi penghuni terutama penghuni senior. Untuk menyelesaikan masalah tersebut, dirancanglah kanopi untuk menutup bagian taman dan selasar sehingga mengurangi kapasitas air hujan yang masuk. Sebagian air hujan tetap masuk dan jatuh tepat di area taman. Dari taman, air hujan akan disalurkan ke pembuangan melalui gutter. Kanopi juga dirancang untuk tetap memasukkan angin supaya sirkulasi udara tetap terpenuhi. 6. Low Physical Effort (Memerlukan Upaya Fisik yang Rendah) Prinsip Low Physical Effort telah diterapkan pada penggunaan pintu geser. Hal ini dilakukan untuk mengurangi upaya fisik penghuni terutama bagi penghuni senior yang berkursi roda. Degan hadirnya pintu geser akan memudahkan penghuni senior untuk mengakses ruang-ruang yang ada. 7. Size and Space for Approach and Use (Menyediakan Ukuran dan Ruang untuk Pendekatan dan Penggunaan) Pada desain bangunan awal, terdapat pemisahan antara kamar mandi dan WC. Hal tersebut akan mempersulit akses dari penghuni difable dan penghuni lanjut usia. Untuk memaksimalkan efisiensi ruang di kamar mandi dan WC, maka dinding pembatas dihilangkan sehingga kamar mandi dan WC menjadi satu ruang dan dapat diakses dengan mudah oleh semua penghuni termasuk penghuni senior bertongkat maupun berkursi roda. Kesimpulannya, Desain Rumah Toko (Bangunan Konservasi Arsitektur) untuk Warga Senior di Kota Lama Surabaya membutuhkan aksesibilitas untuk penggunanya memasuki setiap ruangan. Lebar pintu dan sirkulasi sebenarnya diperlukan lebih lebar tetapi karena struktur bangunan konservasi yang perlu dipertahankan dan mungkin juga keterbatasan keuangan, maka desain pada bangunan ini berupa perubahan minor yang memperhatikan kebutuhan penggunanya seperti tangga yang lebih pendek pijakannya, railing, lantai anti-slip dan sosoran polykarbonat.
5.2.6.4. Desain Rumah untuk Penyandang Tuna Netra Total Blind dan Low Vision (Klien Bapak Tutus Setiawan S.Pd. dan Ibu Desy S.Pd. Desain Rumah untuk Penyandang Tuna Netra Total Blind dan Low Vision (Klien Bapak Tutus Setiawan S.Pd. dan Ibu Desy S.Pd. didesain oleh: Cindy Fransisca (22411055), Anneke Debora (22411044), Wenny (22411053), Nerissa Kumala Tandiono (22411055), dan Melissa Stefani (22411077). Spektrum pengguna rumah ini ialah Tuna Netra Total Blind dan Low Vision. Kebutuhan rekan rekan Tuna Netra ialah kebutuhan pengarah yang bisa diraba untuk beraktivitas dan perabotan atau layout yang tidak berubah ubah agar memudahkan aksesibilitasnya. Sementara Tuna Netra Low 68 Universitas Kristen Petra Vision membutuhkan warna warna kontras yang bisa dipakai membedakan ujung tangga atau dinding yang bisa membahayakan kegiatan mereka ketika beraktivitas. Kemudian juga menghindari kesilauan karena mereka masih dapat menangkap cahaya secara terbatas (buram). Sehingga material matte (tidak menyilaukan) sebaiknya dipakai.
Gambar 61 Gambar Konsep Rumah untuk Penyandang Tuna Netra Total Blind dan Low Vision 69 Universitas Kristen Petra
Gambar 62 Gambar Konsep Rumah untuk Penyandang Tuna Netra Total Blind dan Low Vision Konsep rumah secara umum ialah bagaimana memberi kemudahan pengguna rumah (Tuna Netra Total Blind dan Low Vision) untuk beraktivitas dengan rasa nyaman maupun aman. Rumah yang bebas hambatan / Free-Barrier bagi spektrum pengguna yang menghuni rumah. Tuntutan kebutuhan ialah rumah ini dapat digunakan secara mandiri oleh kedua spektrum pengguna dan mengurangi kecelakaan atau kesulitan menemukan jalan.
70 Universitas Kristen Petra
Gambar 63 Gambar Konsep Rumah untuk Penyandang Tuna Netra Total Blind dan Low Vision (Tactile tiles yang bertujuan untuk membatasi/ petunjuk area entrance)
71 Universitas Kristen Petra
Gambar 64 Gambar Konsep Rumah untuk Penyandang Tuna Netra Total Blind dan Low Vision (Ramp pada penurunan level lantai dengan kemiringan 1:12)
72 Universitas Kristen Petra
Gambar 65 Gambar Konsep Rumah untuk Penyandang Tuna Netra Total Blind dan Low Vision (Perancangan guiding path yang dipasang secara vertikal)
Gambar 66 Gambar Konsep Rumah untuk Penyandang Tuna Netra Total Blind dan Low Vision (Perbedaan warna ekstrem di dapur lantai 1)
73 Universitas Kristen Petra
Gambar 67 Gambar Konsep Rumah untuk Penyandang Tuna Netra Total Blind dan Low Vision (Perbedaan warna ekstrem di selasar tempat istri bekerja)
Gambar 68 Gambar Konsep Rumah untuk Penyandang Tuna Netra Total Blind dan Low Vision (Organisasi ruang yang terstruktur) 74 Universitas Kristen Petra
Gambar 69 Gambar Konsep Rumah untuk Penyandang Tuna Netra Total Blind dan Low Vision (Detail Guiding path pembatas ruang)
Gambar 70 Gambar Konsep Rumah untuk Penyandang Tuna Netra Total Blind dan Low Vision (Handrail yang diberi tekstur tactiles dengan Braille) 75 Universitas Kristen Petra
Gambar 71 Gambar Konsep Rumah untuk Penyandang Tuna Netra Total Blind dan Low Vision (Detail Tactile pada pijakan tangga)
Gambar 72 Gambar Konsep Rumah untuk Penyandang Tuna Netra Total Blind dan Low Vision (Suasana ruang santai dengan skylight)
76 Universitas Kristen Petra
Gambar 73 Gambar Konsep Rumah untuk Penyandang Tuna Netra Total Blind dan Low Vision (Suasana ruang makan dengan vertical garden )
Selanjutnya tujuh Prinsip Desain Inklusi diterapkan di dalam desain ini: PRINSIP SATU: Equitable Use (Kesetaraan dalam Penggunaan) - Desain akan menjadi berguna dan dapat dipasarkan untuk seluruh orang dengan kemampuan yang beragam. - Menyediakan sarana yang sama untuk digunakan oleh semua pengguna: fasilitas yang identik bila memungkinkan, fasilitas yang setara bila tidak memungkinkan. - Hindari memisahkan atau melakukan stigmatisasi pada pengguna manapun. - Menyediakan privasi, keamanan, dan keselamatan yang sama bagi semua pengguna. - Membuat desain yang menarik bagi semua pengguna. Penerapannya: Semua pengguna melalui level entrance,Rumah di desain dengan lebih banyak mengandalkan indera peraba (permainan tekstur sebagai petunjuk arah), dan permainan warna ekstrem ( untuk istri yang low-vision). Penerapan rancangan dapat dilihat pada gambar 1.1, penggunaan tactile tiles dengan warna cerah(ekstrem) agar memberi petunjuk arah entrance bagi pengguna tunanetra maupun lowvision PRINSIP DUA: Flexibility in Use (Fleksibilitas dalam Penggunaan) - Desain mengakomodasi berbagai preferensi dan kemampuan setiap individu. - Memberikan pilihan dalam metode yang digunakan. - Mengakomodasi kemungkinan pengguna tangan kanan atau tangan kiri. - Memfasilitasi keakuratan dan tingkat presisi dari pengguna. - Memberikan kemungkinan adaptasi terhadap kecepatan pengguna. 77 Universitas Kristen Petra Penerapannya: Penggantian penurunan level dengan ramp dengan kemiringan 1:12 agar fleksibel pagi semua spektrum pengguna, memudahkan pengguna seperti pak Tutus agar bisa beraktivitas dengan aman. Hal ini juga diterapkan dengan pemberian warna perabot yang ekstrem berbeda dengan warna dinding. Perancangan guiding path yang terpasang secara vertikal sebagai petunjuk. Material guiding path memakai metal agar ketika diraba, terdapat efek dingin yang dirasakan oleh pengguna sehingga memberi rasa nyaman (dalam kasus pengguna ditujukan untuk pak Tutus). Selain itu juga diterapkan warna merah yang cukup ekstrem agar pengguna (dalam kasus istri pak Tutus) dapat mudah mengenali perabotan sehingga meningkatkan kecepatan dalam beraktivitas. Pada ruang belajar istri yang terdapat di selasar lantai 2 juga menggunakan diterapkan permainan dinding bewarna ekstrem karena sang istri merupakan low vision. Rancangan tersebut bertujuan agar pengguna low-vision bisa lebih cepat membedakan mana perabot mana dinding (kemampuan adaptasi lebih cepat dalam beraktivitas) PRINSIP KETIGA: Simple and Intuitive Use (Penggunaan yang Sederhana dan Intuitif) - Penggunaan desain harus dapat dimengerti dengan mudah, tidak tergantung pada perbedaan pengalaman, pengetahuan, keterampilan bahasa, atau tingkat konsentrasi saat itu dari seluruh pengguna. - Menghilangkan kompleksitas yang tidak perlu. - Konsisten untuk mencapai harapan pengguna dan mengantisipasi intuisi pengguna. - Mengakomodasi berbagai jenis keterampilan melek huruf dan keterampilan bahasa. - Mengatur informasi sesuai dengan derajat kepentingannya. - Menyediakan masukan dan umpan balik yang efektif selama dan setelah selesai penggunaan atau tugas. Penerapannya: Desain perancangan bukaan pintu terlihat jelas dan mudah ditemukan (tidak tersembunyi) sehingga memudahkan pengguna untuk pencapaian ruang yang berbeda. Perancangan ruang yang teratur, hanya bercabang satu sisi, organisasi ruang lantai 1 & 2 sama sehingga memudahkan pengguna dalam proses pengenalan ruang (Gambar 3.1). Perbedaan ruang tanpa bukaan pintu dapat diketahui melalui penggunaan tactile tiles sebagai guiding path (gambar 3.2) PRINSIP KEEMPAT: Perceptible Information (Informasi yang Jelas) Desain harusnya mengkomunikasikan informasi yang penting (diperlukan) secara efektif kepada pengguna, terlepas dari kondisi lingkungan atau kemampuan indra pengguna. - Menggunakan bentuk komunikasi yang beragam ( dengan gambar, verbal, taktil) untuk mempresentasikan informasi penting secara memadai. - Memaksimalkan "keterbacaan" informasi penting. - Melakukan diferensiasi elemen elemen cara menjelaskan (misalnya, memudahkan untuk penyampaian instruksi atau petunjuk). 78 Universitas Kristen Petra - Menyediakan kesesuaian dengan berbagai teknik atau peralatan yang digunakan oleh orang-orang dengan keterbatasan indrawi. Penerapannya: Pengggunaan teks braille di tempat-tempat yang membutuhkan penjelasan. Petunjuk arah yang dapat dikenali oleh pengguna dengan perubahan tekstur (bisa menggunakan tactile tiles, penggunaan warna kontras pada perabot. Perancangan tangga dibuat sedemikian rupa agar mampu memberi informasi yang jelas, setiap pijakan tangga diberi tactile sebagai petunjuk, pada handrail di ujung anak tangga diberi tekstur teks braille agar dapat mengetahui jumlah anak tangga yang tersisa. PRINSIP KELIMA: Low Physical Effort (Memerlukan Upaya Fisik yg Rendah) - Desain dapat digunakan secara efisien dan nyaman dan hanya menimbulkan kelelahan minimum. - Membiarkan pengguna untuk mempertahankan posisi tubuh netral. - Menggunakan kekuatan operasi yang wajar. - Meminimalkan tindakan berulang. - Meminimalkan upaya fisik yang terus menerus. Penerapannya: Perancangan perabot sesuai dengan posisi tubuh normal pengguna, peletakkan objek dengan jarak yang mudah diraih dan pemberian tekstur berbeda maupun permainan warna ekstrim agar memudahkan pengguna pak Tutus beserta istri mengakomodasinya. Karena lahan rumah Pak Tutus memanjang ke dalam, menjadikan ruang-ruang dalam tidak dapat terkena cahaya matahari (pencahayaan alami) dan angin tidak dapat masuk sampai dalam (penghawaan alami). Oleh karena itu ruang dirancang dengan skylight sebagai sumber cadangan pencahayaan alami, dan memberi ruang hijau agar bisa terjadi pertukaran udara yang baik pada ruang, Kesimpulannya, Desain Rumah untuk Penyandang Tuna Netra Total Blind dan Low Vision membutuhkan layout yang lebih efektif dan tidak berbelok belok. Sementara itu pembedaan dengan tekstur, railing juga warna yang kontras akan berguna bagi teman teman Tuna Netra. Hal ini juga ditunjang dengan furnitur yang lebih bersifat tidak berubah ubah.
5.2.6.5. Desain Rumah Bengkel untuk Warga Senior di Kampung Tepi Sungai (Klien Bapak Hariyono Karno) Desain Rumah Bengkel untuk Warga Senior di Kampung Tepi Sungai (Klien Bapak Hariyono Karno) didesain oleh: Anneke Clauvinia Patriajaya (22411061), Veronica Yuwono (22411066), Michelle Mimosa (22411072), Puspita Rani (22411074) dan Cendana Marcheliwan Putra (22411075). Spektrum pengguna rumah ini ialah 2 Warga Senior (60 tahun) dan 2 orang dewasa (20- 30 tahun) Kebutuhan tambahan yang diberikan oleh Dosen kami dalam Kuliah Kerja Pelayananan C ini ialah Fasilitas tempat bekerja membuat cetok untuk pupuk kompos di dalam rumah.
79 Universitas Kristen Petra Konsep Rumah ini berada di stren kali sungai bratang, sehingga menurut rencana pemerintah Kota Surabaya, sehingga tampak depan rumah adalah bagian yang menghadap sungai Bratang. Hal ini disebabkan karena untuk kedepannya, sungai akan dimanfaatkan sebagai daerah wisata. Pemilik rumah adalah pria manula yang berusia 60 tahun, walaupun kondisi pemilik rumah masih segar rumah,tetapi rumah ini didesain untuk jangka waktu ke depan dengan pertimbangan apabila pemilik rumah ini nantinya memiliki disabilitas akibat lanjut usia. Rumah ini juga didesain dengan pertimbangan agar dapat digunakan untuk bekerja walaupun nantinya pemilik rumah ini sudah tidak dapat menjangkau lantai 2. Rumah ini juga didesain agar mengeluarkan biaya seminimal mungkin mengingat berlokasi di Kampung Tepi Sungai.
Gambar 74 Desain Rumah Bengkel untuk Warga Senior di Kampung Tepi Sungai Rumah ini menggunakan prinsip Selanjutnya 7 Prinsip Desain Inklusi yaitu sbb:
80 Universitas Kristen Petra PRINSIP SATU: Equitable Use (Kesetaraan dalam Penggunaan) - Desain akan menjadi berguna dan dapat dipasarkan untuk semua kalangan dengan kemampuan yang beragam. Penerapannya: Ruang-ruang untuk kegiatan kebersamaan (seperti ruang kerja (1) dan dapur (2)) diletakkan di bawah sehingga dapat dijangkau oleh orang tua, maupun orang dewasa pada umumnya. Ruang kerja (1) dibuat lapang dan tak bersekat. Ada kemenerusan dari pintu masuk (di sebelah kanan) ke belakang sehingga dapat digunakan untuk pekerjaan komunal dan nyaman. Pintu lipat berfungsi untuk memberi pemandangan ke arah sungai saat pemilik rumah bekerja juga sebagai ventilasi silang untuk menciptakan desain yang sehat.
Gambar 75 Desain Rumah Bengkel untuk Warga Senior di Kampung Tepi Sungai (Ruang kerja untuk kegiatan komunal). Terdapat 2 kamar mandi yaitu di lantai atas (7) dan lantai bawah (5) sebagai upaya menyetarakan kebutuhan penyandang disabilitas dan pengguna pada umumnya. PRINSIP KEDUA: Flexibility in Use (Fleksibilitas dalam Penggunaan) - Desain mengakomodasi berbagai preferensi dan kemampuan setiap individu. Penerapannya: Ruang kerja didesain agar dapat dijangkau baik oleh pengguna manula maupun orang dewasa. Pada ruang kerja perabot diposisikan rendah sesuai dengan tahapan pembuatan cetok yang dapat dilakukan dengan duduk lesehan maupun berdiri, dan dalam proses kerjanya, pengguna banyak merubah posisi badan , jongkok, berdiri, duduk bersila , berjalan. Peletakan perabot di bagian samping ruangan untuk menciptakan ruang luas yang digunakan dalam proses pembuatan cetok yang dilakukan oleh orang banyak.
81 Universitas Kristen Petra
Gambar 76 Desain Rumah Bengkel untuk Warga Senior di Kampung Tepi Sungai (Fleksibilitas dalam penggunaan pada ruang kerja). PRINSIP KETIGA: Simple and Intuitive Use (Penggunaan yang Sederhana dan Intuitif) - Penggunaan desain harus dapat dimengerti dengan mudah, tidak tergantung pada perbedaan pengalaman, pengetahuan, keterampilan bahasa, atau tingkat konsentrasi saat itu dari seluruh pengguna. Penerapannya: Pada Kamar Mandi, Pintu kamar mandi menggunakan knop bulat sehingga pengguna secara otomatis mendorong pintu.Letak Ember di kanan closet sehingga langsung dapat dijangkau tanganTerdapat Railing pada sisi closet agar pengguna dapat memegang dan stabil saat jongkok .
Gambar 77 Desain Rumah Bengkel untuk Warga Senior di Kampung Tepi Sungai (Railing pada Dinding Samping Closet). 82 Universitas Kristen Petra PRINSIP KEEMPAT: Perceptible Information (Informasi yang Jelas) Desain harusnya mengkomunikasikan informasi yang penting (diperlukan) secara efektif kepada pengguna, terlepas dari kondisi lingkungan atau kemampuan indra pengguna. Penerapannya: Penggunaan pintu lipat pada ruang kerja, penggunaan bentuk handle pintu pada kamar tidur dan kamar mandi. PRINSIP KELIMA: Tolerance for Error (Memberikan Toleransi terhadap Kesalahan) Desain harus meminimalkan bahaya dan konsekuensi yang merugikan dari tindakan disengaja atau kecelakaan. Penerapannya: Kamar tidur Pak Hariyono diletakkan di lantai satu agar mudah diakses kapanpun dengan tujuan pertimbangan faktor usia yang akan terus bertambah dan pertimbangan disabilitas manula dari Pak Hariyono untuk ke depannya. Jarak railing (4) disesuaikan untuk ukuran pengguna. Untuk pertimbangan pengguna di masa depan apabila memiliki anak kecil railing menyesuaikan dengan jarak 15 cm agar anak kecil tidak jatuh dari lubang railing.
Gambar 78 Desain Rumah Bengkel untuk Warga Senior di Kampung Tepi Sungai (Jarak lubang railing menyesuaikan postur tubuh anak kecil).
83 Universitas Kristen Petra
Penerapannya: Penggunaan Railing Pada kamar mandi pak Hariyono memudahkan Pak Hariyono untuk dapat jongkok tanpa terjatuh dan Penggunaan jendela Geser pada area kamar tidur guna agar saat jendela terbuka, tidak terkena kepada pengguna dan tidak mengakibatkan kecelakaan.
Gambar 79 Desain Rumah Bengkel untuk Warga Senior di Kampung Tepi Sungai (Jendela geser untuk menghindari kecelakaan) PRINSIP KEENAM: Low Physical Effort (Memerlukan Upaya Fisik yg Rendah) - Desain dapat digunakan secara efisien dan nyaman dan hanya menimbulkan kelelahan minimum. Penerapannya: Prinsip ini hanya bisa diterapkan untuk pengguna senior yaitu untuk Bapak dan Ibu Hariyono, mengingat minimnya modal yang tersedia namun semakin bertambahnya usia pengguna. Oleh karena itu fasilitas yang digunakan oleh pengguna senior diletakkan di lantai bawah dan berada pada satu area . Hal tersebut bertujuan agar pengguna senior tidak harus mengeluarkan energy lebih untuk menjangkau kebutuhannya di lantai atas serta dalam bekerja, tidak perlu mondar- mandir dalam bekerja seperti pada rumah yang lama .
84 Universitas Kristen Petra
Gambar 80 Desain Rumah Bengkel untuk Warga Senior di Kampung Tepi Sungai (Lantai 1 yang dikhususkan untuk memudahkan pergerakan Pak Hariyono). PRINSIP KETUJUH: Size and Space for Approach and Use (Menyediakan Ukuran dan Ruang untuk Pendekatan dan Penggunaan)- Ukuran dan ruang yang sesuai seharusnya disediakan 85 Universitas Kristen Petra untuk memudahkan pendekatan, pencapaian, manipulasi, dan penggunaan terlepas dari ukuran tubuh pengguna, postur, atau mobilitasnya. Penerapannya: Pada kamar mandi (5 dan 7) digunakan closet jongkok karena permintaan dari Pak Haryono sendiri dan juga harga lebih terjangkau dibanding closet duduk untuk meminimalkan biaya desain, sehingg diperoleh kebutuhan ruang yang mencukupi namun tidak terlalu membuang tempat. Hal ini sesuai dengan prinsip ketujuh yaitu penyesuaian desain dengan pendekatan kebutuhan dan penggunaan. Penggunaan ember disesuaikan dengan ukuran toilet yang tidak terlalu besar agar ruang gerak Pak Haryono Lebih lebar dan leluasa. Perlu dicatat bahwa Pak Hariyono tidak mau mengubah desain rumahnya seperti usulan di atas karena pertimbangan dampak psikologi. Sehingga diusulkan desain kedua yang lebih konservatif untuk Beliau seperti berikut ini juga.
Gambar 81 Usulan P Hariyono untuk Desain Rumah Bengkel untuk Warga Senior di Kampung Tepi Sungai (Lantai 1 yang dikhususkan untuk memudahkan pergerakan Pak Hariyono). 86 Universitas Kristen Petra
Gambar 82 Denah Usulan P Hariyono untuk Desain Rumah Bengkel untuk Warga Senior di Kampung Tepi Sungai. Kesimpulannya, Desain Rumah Bengkel untuk Warga Senior di Kampung Tepi Sungai membutuhkan aksesibilitas pengguna senior ke tempat pekerjaan juga tempat tidur di lantai satu. Selain itu juga desain harus terjangkau secara ekonomi sehingga menimbulkan inovasi desain yang terjangkau. Sementara itu lantai kedua dapat digunakan oleh anggota keluarga yang lebih muda atau kos-kosan yang disewakan kepada orang lain.
6. Evaluasi Hasil Kegiatan Disimpulkan ternyata kegiatan ini sangat bermanfaat karena dapat memberikan kontribusi nyata kepada para difabel dan senior berbentuk usulan desain. Kegiatan ini mungkin cukup berat mengingat beban Studio Merancang 6 yang cukup berat dan juga kebutuhan eksplorasi di masyarakat. Terakhir kegiatan ini dapat direplikasikan di bebagai Program Studi yang lain. Evaluasi lainnya ialah didapati ternyata waktu eksplorasi dan lokakarya desain dirasakan kurang memadai sehingga nara sumber mengusulkan kegiatan ini dapat diadakan pada hari yang lebih leluasa (seperti Jumat siang) agar interaksi wawancara dan loka karya dapat dilaksanakan dengan maksimal.
7. Rekomendasi Untuk Kegiatan Selanjutnya Diusulkan dapat dilanjutkan kegiatan ini di masa depan. Terutama untuk berkolaborasi dengan mata kuliah yang berbasis SL lainnya di Prodi Arsitektur maupun dalam lingkup Universitas.
87 Universitas Kristen Petra 8. Lampiran Surat Permohonan SMPLB - A YPAB, Jl Gebang Putih no 5, Surabaya, Tutus Setiawan
88 Universitas Kristen Petra Yayasan Pendidikan Anak Cacat Surabaya (YPAC), Jl Semolowaru Utara V/2A Surabaya, Abdul Syakur dan Ahmad Fauzi
89 Universitas Kristen Petra Bandung Independent Living Center (BILIC), yang beralamat di Jl, Jimbaran no D-5 Kompleks Cluster Bali 2, Bandung
90 Universitas Kristen Petra Paguyuban Warga Strenkali Surabaya, Kampung Bratang Tangkis, Jl, Bratang Gede VIi, Surabaya, Hariyono Karno
91 Universitas Kristen Petra Paulina Mayasari, Jalan Bibis no 3 Surabaya
92 Universitas Kristen Petra Surat Tugas (Belum)
93 Universitas Kristen Petra Surat Ucapan Terima Kasih SMPLB - A YPAB, Jl Gebang Putih no 5, Surabaya, Tutus Setiawan
94 Universitas Kristen Petra Yayasan Pendidikan Anak Cacat Surabaya (YPAC), Jl Semolowaru Utara V/2A Surabaya, Abdul Syakur dan Ahmad Fauzi
95 Universitas Kristen Petra Bandung Independent Living Center (BILIC), yang beralamat di Jl, Jimbaran no D-5 Kompleks Cluster Bali 2, Bandung
96 Universitas Kristen Petra Paguyuban Warga Strenkali Surabaya, Kampung Bratang Tangkis, Jl, Bratang Gede VIi, Surabaya, Hariyono Karno
97 Universitas Kristen Petra Paulina Mayasari, Jalan Bibis no 3 Surabaya
98 Universitas Kristen Petra Daftar Hadir
99 Universitas Kristen Petra Rincian Biaya Kegiatan Tidak Ada 100 Universitas Kristen Petra Materi Kegiatan Usulan Desain Rumah untuk Penyandang Cerebral Palsy (Klien Bapak Ahmad Fauzi M.Hum. yang didampingi oleh Ibu Lilik Ghoniyah Sofyan S.Pd. M.Ed. ) Desain Rumah untuk Penyandang Cerebral Palsy (Klien Bapak Ahmad Fauzi M.Hum. yang didampingi oleh Ibu Lilik Ghoniyah Sofyan S.Pd. M.Ed. ) didesain oleh Hendy Gunawan (22411086), Rebecca (NRP 22411003), Dicky (NRP 22411096), Yovita Hadi (NRP 22411095), Theodorus Akwila P (NRP 22411110). Rumah ini memiliki konsep yang unik karena memperhatikan kebutuhan pergerakan di lantai oleh Bapak Ahmad Fauzi. Konsep Rumah itu dapat dijelaskan sebagai berikut: Spektrum difabilitasnya pengguna ialah Cerebral Palsy (CP) yang mengalami kelumpuhan tubuh bagian bawah tubuhnya (dari kepala sampai kaki). BApak A Fauzi ini tetap masih mampu menggerakan sebagian tubuhnya khususnya tangan sebelah kanan. Dan pengguna melakukan seluruh aktivitasnya dalam kondisi merayap di lantai. Kebutuhan tambahan yang diberikan oleh Dosen KKP-C ini ialah: lebar akses pintu dan koridor harus memadai untuk kursi roda. Selain itu pengguna harus mampu memanaskan makanan di dapur yang ditambahkan. Jangkauan pengguna juga perlu diperhatikan. Konsep rumah secara umum ialah rumah untuk penyandang CP yang dapat digunakan beraktivitas secara mandiri dan nyaman (tidur, ke toilet, kerja, makan, memanaskan makanan). Selain itu rumah ini juga akan memperhatikan kenyamaan secara termal dan kesehatan pengguna lebih lanjut.
101 Universitas Kristen Petra
Gambar 83 Gambar Konsep Rumah Penyandang CP
102 Universitas Kristen Petra
Gambar 84 Gambar Konsep Rumah Penyandang CP
Gambar 85 Gambar Konsep Rumah Penyandang CP
103 Universitas Kristen Petra
Gambar 86 Gambar Konsep Rumah Penyandang CP Rumah ini menggunakan prinsip Selanjutnya 7 Prinsip Desain Inklusi yaitu sbb (modifikasi sesuai kebutuhan): PRINSIP SATU: Equitable Use (Kesetaraan dalam Penggunaan) - Desain akan menjadi berguna dan dapat dipasarkan untuk seluruh orang dengan kemampuan yang beragam. - Menyediakan sarana yang sama untuk digunakan oleh semua pengguna: fasilitas yang identik bila memungkinkan, fasilitas yang setara bila tidak memungkinkan. - Hindari memisahkan atau melakukan stigmatisasi pada pengguna manapun. - Menyediakan privasi, keamanan, dan keselamatan yang sama bagi semua pengguna. - Membuat desain yang menarik bagi semua pengguna. Penerapan: Desain secara utama diperuntukkan bagi penderita cerebral palsy, namun secara sirkulasidapatmemberikankenyamanan untuk pengguna kursi roda. Penggunaan ramp dan bukaan dengan lebar yang cukup untuk kursi roda menyediakan keamanan dan keselamatan bagi penggunanya. Penempatan sebagian besar perabot pada bagian bawah diterapkan atas dasar kebutuhan penderita cerebral palsy, namun masih dapat digunakan oleh orang lain meskipun dengan tingkat kenyamanan yang berbeda. Selain perabot, penempatan ventilasi/ bukaan yang ada pada bangunan ini juga diletakkan pada bagian bawah. Hal ini juga mempertimbangkan prinsip kesetaraan dimana pengguna dapat menikmati pemandangan serta dapat memperoleh udara yang cukup. PRINSIP DUA: Flexibility in Use (Fleksibilitas dalam Penggunaan) - Desain mengakomodasi berbagai preferensi dan kemampuan setiap individu. 104 Universitas Kristen Petra - Memberikan pilihan dalam metode yang digunakan. - Mengakomodasi kemungkinan pengguna tangan kanan atau tangan kiri. - Memfasilitasi keakuratan dan tingkat presisi dari pengguna. - Memberikan kemungkinan adaptasi terhadap kecepatan pengguna. Penerapan: Sirkulasi pada rumah ini diperpendek dan cenderung linear sehingga memudahkan penderita cerebral palsy untuk mengakses keseluruhan ruang dalam bangunan dengan jarak yang pendek. Pintu pada bagian kamar dibuat miring sehingga pengguna dapat menjangkau pintu kamar dengan mudah dari sisi manapun. KM/ WC memiliki 2 pintu yang bertujuan untuk memudahkan akses jalan masuk dan keluar, serta menghindari kesulitan berotasi/ berputardi dalam ruang tersebut (searah). PRINSIP KETIGA: Simple and Intuitive Use (Penggunaan yang Sederhana dan Intuitif) - Penggunaan desain harus dapat dimengerti dengan mudah, tidak tergantung pada perbedaan pengalaman, pengetahuan, keterampilan bahasa, atau tingkat konsentrasi saat itu dari seluruh pengguna. - Menghilangkan kompleksitas yang tidak perlu. - Konsisten untuk mencapai harapan pengguna dan mengantisipasi intuisi pengguna. - Mengakomodasi berbagai jenis keterampilan melek huruf dan keterampilan bahasa. - Mengatur informasi sesuai dengan derajat kepentingannya. -Menyediakan masukan dan umpan balik yang efektif selama dan setelah selesai penggunaan atau tugas. Penerapan: Peletakkan jet flush berada di sisi kanan bawahsehingga mudah dijangkau oleh pengguna. Menyesuaikan kemampuan pengguna secara khusus (tangan kanan yang berfungsi) dan pengguna lain pada umumnya menggunakan jet flush dengan tangan kanan. Stop kontak diletakkan di sisi bawah, menyesuaikan dengan kemampuan pengguna secara khusus yang beraktivitas di bawah. Selain itu peletakkan stop kontak yang dekat dengan barang-barang elektronik sehingga tidak memerlukan kabel yang panjang dan tidak perlu usaha ekstra saat mau menggunakan stop kontaktersebut. PRINSIP KEEMPAT: Perceptible Information (Informasi yang Jelas) Desain harusnya mengkomunikasikan informasi yang penting (diperlukan) secara efektif kepada pengguna, terlepas dari kondisi lingkungan atau kemampuan indra pengguna. - Menggunakan bentuk komunikasi yang beragam ( dengan gambar, verbal, taktil) untuk mempresentasikan informasi penting secara memadai. - Memaksimalkan "keterbacaan" informasi penting. - Melakukan diferensiasi elemen Elemen cara menjelaskan (misalnya, memudahkan untuk penyampaian instruksi atau petunjuk). Menyediakan kesesuaian dengan berbagai teknik atau peralatan yang digunakan oleh orang-orang dengan keterbatasan indrawi. 105 Universitas Kristen Petra Penerapan: Terdapat gambar arah panah kanan dan kiri pada penutup stop kontak yang bertujuan untuk menyampaikan informasi secara jelas. Arah panah kanan dan kiri yang diletakkan disesuaikan dengan arah bukaan penutup stop kontak yang ada.Perbedaanwarnakeramiksebagaipembatasantarakamardanruanglainnyamemberikaninformasibahw amemasukiruang yang berbedatingkatprivasinya. PRINSIP KELIMA: Tolerance for Error (Memberikan Toleransi terhadap Kesalahan) Desain harus meminimalkan bahaya dan konsekuensi yang merugikan dari tindakan disengaja atau kecelakaan. - Mengatur elemen untuk meminimalkan bahaya dan kesalahan: elemen yang paling mudah diakses; unsur yang sangat berbahaya harus dieliminasi, terisolasi, atau dilindungi. - Memberikan peringatan atas potensi bahaya dan kesalahan. - Menyediakan gagal fitur yang tidak memberikan kesempatan untuk gagal (atau aman walaupun gagal bekerja). - Mencegah terjadinya tindakan yang tidak sadar dalam hal yang membutuhkan kewaspadaan. Penerapan: Pada desain bangunan banyak menggunakan ramp untuk memberi perbedaan ketinggian ruang, sisi-sisi tajam pada ramp dihaluskan untuk menghindari kemungkinan melukai penderita cerebral palsy yang beraktifitas dengan merayap di lantai. Stop kontak yang berada di sisi bawah, diberi penutup untuk menghindari bahaya tersengat listrik terutama bila ada anak-anak di dalam rumah tersebut. Selain itu peletakkan stop kontak menyesuaikan alat elektronik yang ada, agar tidak ada kabel panjang yang terbentang di mana-mana, hal ini dilakukan untuk mengantisipasi kemungkinan tersandung atau tersangkut. Selain itu, penempatan microwave yang masih diberikan alas dan tidak diletakkan pada lantai bertujuan untuk mengantisipasi bahaya sengatan listrik dan konsleting. Begitu pula dengan penempatan dispenser di bawah yang bertujuan untuk memudahkanketikamengambil air danmenghindari pengguna agar tidak tertumpah air panas. PRINSIP KEENAM: Low Physical Effort (Memerlukan Upaya Fisik yg Rendah) - Desain dapat digunakan secara efisien dan nyaman dan hanya menimbulkan kelelahan minimum. - Membiarkan pengguna untuk mempertahankan posisi tubuh netral. - Menggunakan kekuatan operasi yang wajar. - Meminimalkan tindakan berulang. - Meminimalkan upaya fisik yang terus menerus. Penerapan: Dipilih televisi layar datar agar tidak mengganggu sirkulasi yang linear, diletakkan di bagian atas sesuai dengan arah pandang pengguna yang menonton televisi dengan posisi berbaring. Hal ini akan meningkatkan kenyamanan pengguna agar tidak terjadi kram pada bagian leher. Berbeda dengan perabotan lainnya yang justru diletakkan di bawah, karena pengguna butuh untuk menjangkaunya. Pada bagian kamar mandi, jet flushdan showerdiletakkan pada bagian bawah kanan, sesuai dengan kemampuan jangkauan pengguna. Kloset juga ditanam ke dalam lantai disesuaikan dengan kebiasaan pengguna yang menggunakannya dengan posisi tidur. Selain itu, lemari pakaian dan 106 Universitas Kristen Petra juga penggantung handuk juga diletakkan di bagian bawah untuk mempermudah jangkauan pengguna. Tempat tidur ditanam sebagian di bawah lantai untuk memudahkan pengguna untuk naik ke atasnya, namun tidak menghilangkan sisi kenyamanan dari tempat tidur tersebut. Meja komputer dibuat pendek dengan tinggi kurang lebih 15cm sesuai dengan kebutuhan pengguna. Begitu pula dengan beberapa perabot lainnya seperti rak buku, microwave, hingga stop kontak. Penempatan dispenser yang juga diletakkan rendah (posisikeran15-20 cm), serta bukaan-bukaan pada bangunan seperti jendela dan handlenya bertujuan untuk meminimalkan upaya fisik pengguna dalam menggapainya. Selain itu, semua perabot yang dapat dibuka seperti lemari, jendela, rak, dan lain sebagainya menggunakan pintu geser agar pengguna dapat mengaksesnya dengan upaya fisik yang rendah. Akses pintu dalam bangunan pun dihilangkan dengan menggantinya dengan tirai dengan dasar tujuan yang sama. PRINSIP KETUJUH: Size and Space for Approach and Use (Menyediakan Ukuran dan Ruang untuk Pendekatan dan Penggunaan) - Ukuran dan ruang yang sesuai seharusnya disediakan untuk memudahkan pendekatan, pencapaian, manipulasi, dan penggunaan terlepas dari ukuran tubuh pengguna, postur, atau mobilitasnya. - Memberikan garis yang jelas terlihat pada unsur-unsur penting bagi setiap pengguna yang berada pada posisi duduk atau berdiri. - Membuat setiap pengguna dapat mencapai semua komponen secara nyaman baik dalam posisi duduk atau berdiri. - Mengakomodasi variasi di tangan dan ukuran genggaman. - Menyediakan ruang yang cukup untuk penggunaan alat bantu atau bantuan pribadi Penerapan: Keseluruhan desain bangunan telah menyediakan ukuran dan ruang dalam pendekatan serta penggunaannyabagi pengguna cerebral palsy. Pertama-tama, seluruh jalur sirkulasi pada bangunan dapat dilewati oleh kursi roda sebagai antisipasi kebutuhan pengguna cerebral palsy. Kebutuhan space dan ruang pengguna disediakan pada setiap aktivitas yang dilakukannya, seperti berbaring, berputar/ berotasi, hingga kebutuhan berguling dari posisi tengkurap menuju posisi terlentang. Ruang yang disediakan tersebutmempertimbangkan dimensi atau ukuran pengguna. PEMILIHAN MATERIAL. Lantai menjadi elemen yang penting dalam desain ini. Hal ini disebabkan karena pengguna yang aktivitasnya secara dominan dilakukan di lantai, sehingga material lantai menjadi sangat perlu untuk dipikirkan lebih jauh. Dalam kasus ini dipilih material lantai vinyl yang bermotif kayu agar memberikan kesan hangat. 107 Universitas Kristen Petra
Gambar 87 Lantai Vinyl Motif Kayu untuk Rumah Penyandang CP Selain itu terdapat kelebihan lain dari lantai vinyl yang sangat bermanfaat bagi pengguna, yaitu :Tabel 2 Kelebihan Material Vinyl
Kesimpulannya, Desain Rumah untuk penyandang Cerebral Palsy membutuhkan aksesibilitas pengguna merangkak dan menggapai berbagai peralatan di lantai. Akibatnya diperlukan perletakkan 108 Universitas Kristen Petra perabotan dan jendela pada ketinggian pengguna (sekitar 0-30 cm) dari lantai. Hal ini merupakan hal yang unik yang tidak ditemukan pada standar desain universal.
Usulan Desain Rumah untuk Penyandang Tuna Daksa Kursi Roda (Klien Bapak Abdul Syakur S.E.) Desain Rumah untuk Penyandang Tuna Daksa Kursi Roda (Klien Bapak Abdul Syakur S.E.) didesain oleh Louis Satria Purwanto (22411004), Ivan Vilano (22411108), Andre Sugianto (22411117), Terry Christianto Suroso (22411145), Tiffany Tommy (22411150), dan Maria Monica Rampisela (22411162). Spektrum Penghuni rumah ini ialah Pak Abdul Syakur (30 tahun) dan kedua orangtuanya (50 tahun). Secara khusus Pak Abdul Syakur adalah pria usia 35 tahun. Spektrum difabilitasnya adalah kemampuan tubuh dari pinggul kebawah kurang bisa digerakkan karena penyakit polio yang dideritanya saat berusia 5 tahun. Walaupun demikian Bapak Abdul Syakur masih mampu beraktivitas menggunakan tongkat atau dengan bersandar di sisi tembok karena sebenarnya bagian kaki Beliau masih mampu menopang tubuhnya. Namun di tempat pekerjaan Beliau, di Yayasan Panti Anak Cacat Surabaya, Bapak Abdul Syakur memilih untuk menggunakan kursi roda agar lebih leluasa bergerak. Kebutuhan tambahan yang diberikan oleh Tutor kami dalam Kuliah Kerja Pelayananan C adalah kebutuhan pengguna kursi roda untuk dapat masuk ke dalam setiap ruang, yaitu ruang tidur, toilet, ruang makan, dapur, ruang laundry, ruang tamu, ruang sholat meskipun tidak beraktivitas (seperti memasak, mencuci baju). Benda khusus yang dimiliki oleh Bapak Syakur adalah kursi roda dan sepeda motor roda tiga sehingga desain rumah perlu memikirkan kebutuhan ruang untuk benda tersebut Konsep rumah secara umum adalahpendalaman aspek-aspek pendukung aksesibilitas di dalam rumahseperti kesederhanaan dan kemudahan untuk beraktivitas, fleksibilitas dan luas ruang yang memenuhi kebutuhan ruang gerak, serta memperhatikan kenyamanan arsitektural, agar Bapak Abdul Syakur beserta keluarga dapat beraktivitas dengan baik, mandiri, dan nyaman. 109 Universitas Kristen Petra
Gambar 88 Gambar Konsep Rumah Difabel dengan Kursi Roda Pada entrance dan ruang tamu menggunakan prinsip: Equitable Use Ada ramp dari arah carport menuju pintu masuk rumah dengan kemiringan 4 derajat (perbedaan ketinggian 15 cm). Ramp dibatasi oleh dinding dengan lasan keselamatan dan keamanan. Ramp yang landai ini dapat digunakan oleh semua orang, baik orang biasa maupun kaum difabel, dan tidak berbahaya Simple and Intuitive Use Desain rumah secara keseluruhan dapat dikatakan sederhana melalui penempatan ruang yang bersifat linear dan tidak ada dinding yang keluar dari axis. Selain itu, penempatan handrail di daerah carport membuat pengguna kursi roda dengan mudah memahami fungsi handrail tersebut, yaitu digunakan ketika berpindah tempat dari kendaraan ke kursi roda atau sebaliknya. Low Physical Effort Handrail di beberapa spot dan ramp yang cukup landai dengan menggunakan material beton (tidak licin) membuat pengguna lebih mudah untuk mengakses setiap ruang yang ada di dalam rumah. Pintu sliding juga mempermudah pengguna kursi roda untuk membuka pintu dan melintasi ruang Size and Space for Approach and Use Lebar bersih pintu masuk adalah 1 meter termasuk ruang bebas gerak untuk pengguna kursi roda. Dimensi ruang tamu cukup bagi kursi roda untuk melakukan manuver. 110 Universitas Kristen Petra Pada ruang tidur menggunakan prinsip: Equitable Use Perabot yang digunakan adalah meja belajar tanpa kaki dengan ketinggian 80 cm sehingga kursi roda dapat dengan mudah masuk ke dalam meja tersebut, tanpa tertahan oleh sudut-sudut meja. Terdapat juga lemari baju dengan ketinggian 90 cm agar pengguna dapat meraih hingga tempat teratas lemari tersebut. Low Physical Effort Pintu dan jendela menggunakan sistem slide dengan ketinggian handle yang dapat dicapai dengan mudah oleh pengguna kursi roda. Size and Space for Approach and Use Lebar bersih pintu masuk adalah 1 meter termasuk ruang bebas gerak untuk pengguna kursi roda. Dimensi ruang tidur cukup bagi kursi roda untuk melakukan manuver. Pada ruang sholat menggunakan prinsip: Low Physical Effort Pintu dan jendela menggunakan sistem slide dengan ketinggian handle yang dapat dicapai dengan mudah oleh pengguna kursi roda. Size and Space for Approach and Use Lebar bersih pintu masuk adalah 1 meter termasuk ruang bebas gerak untuk pengguna kursi roda. Dimensi ruang sholat cukup bagi kursi roda untuk melakukan manuver.
Gambar 89 Gambar Konsep Rumah Difabel dengan Kursi Roda (entrance dan ruang tamu) 111 Universitas Kristen Petra
Gambar 90 Gambar Konsep Rumah Difabel dengan Kursi Roda (Ruang tidur)
Gambar 91 Gambar Konsep Rumah Difabel dengan Kursi Roda (Ruang sholat) 112 Universitas Kristen Petra
Gambar 92 Gambar Konsep Rumah Difabel dengan Kursi Roda (Kamar mandi)
Gambar 93 Gambar Konsep Rumah Difabel dengan Kursi Roda (Ruang makan dan dapur)
113 Universitas Kristen Petra
Gambar 94 Gambar Konsep Rumah Difabel dengan Kursi Roda (Ruang makan dan dapur)
Gambar 95 Gambar Konsep Rumah Difabel dengan Kursi Roda (Ruang makan dan dapur)
114 Universitas Kristen Petra
Gambar 96 Gambar Konsep Rumah Difabel dengan Kursi Roda (Ruang laundry) Pada kamar mandi menggunakan prinsip: Equitable Use Penggunaan kloset duduk mudah bagi pengguna kursi roda, orang tua, dan orang biasa Flexibility in Use Terdapat handrail yang bisa digunakan secara horizontal maupun vertikal dengan hanya mendorongnya sebesar 90 derajat. Simple and Intuitive Use Penempatan handrail di spot khusus yang memerlukan perpindah tempat dari kursi roda. Ada pula dudukan di bawah shower (bahan keramik) untuk pengganti kursi roda saat pengguna mandi Perceptible Information Papan instruksi agar pengguna kursi roda berhati-hati jika lantai licin karena basah Tolerance for Error Kelandaian ramp dan penggunaan material yang bertekstur dan tidak licin Low Physical Effort Handraildipasang pada ketinggian 80 cm untuk mempermudah aktivitas di dalam kamar mandi. Perabot-perabot, alat dan bahan juga diletakkan lebih rendah sesuai dengan jangkauan pengguna kursi roda. Keran dan shower menggunakan sistem pengungkit. Size and Space for Approach and Use Lebar bersih pintu masuk adalah 1 meter termasuk ruang bebas gerak untuk pengguna kursi roda. Dimensi kamar mandi cukup bagi kursi roda untuk melakukan manuver. Pada ruang makan dan dapur menggunakan prinsip: Flexibility in Use 115 Universitas Kristen Petra Terdapat meja yang dapat dilipat untuk kebutuhan ibu saat memasak, karena meja untuk pengguna kursi roda lebih rendah. Tolerance for Error Perabotan tidak menggunakan kaki-kaki dan ujung lancip yang dapat membahayakan pengguna kursi roda. Meja makan menggunakan satu kaki agar kursi roda dapat masuk ke meja makan Size and Space for Approach and Use Area ruang makan dan dapur besar Pada ruang laundry menggunakan prinsip: Size and Space for Approach and Use Ruang laundry dapat diakses oleh pengguna kursi roda karena dimensi yang cukup besar. Kesimpulannya, Desain Rumah untuk Tuna Daksa (pengguna Kursi Roda) membutuhkan aksesibilitas pengguna ke semua ruangan dengan kursi roda. Pintu dan akses sirkulasi menjadi lebih besar. Sementara ramp harus disediakan di setiap perbedaan ketinggian. Selain itu jangkauan pengguna yang tidak terlalu tinggi (150cm) menyebabkan perabotan juga harus diletakkan terjangkau oleh pengguna. Dan desain rumah seperti ini sudah banyak dibahas oleh Standar Desain Universal. Tetapi memang perlu dicatat bahwa keadaan Klien pengguna seringkali tidak diperhatikan. Desain pengguna kursi roda ini juga serupa dengan kebutuhan Bu Laeli Yuntari dan Bapak Aden Al Hadad di BILIC Bandung. Sehingga desain ini dapat direplikasikan juga di Bandung dengan perubahan minor.
Usulan Desain Rumah Toko (Bangunan Konservasi Arsitektur) untuk Warga Senior di Kota Lama Surabaya (Klien Ibu Paulina Mayasari S.Sn.) Desain Rumah Toko untuk Warga Senior di Kota Lama Surabaya (Klien Ibu Paulina Mayasari S.Sn.) didesain oleh Aaron Sutanto Putra (22411107), Fenny Gunawan (22411109), Marina Victoria Darmawan (22411123), Ronny Chandra Kurniawan (22411124), dan Roby Ismanto (22411160). Bangunan merupakan rumah tinggal dua lantai yang dihuni oleh keluarga Ibu Maya. Rumah tersebut dihuni oleh lima orang di mana terdapat nenek dan kedua orang tua Ibu Maya. Spektrum difabilitas merupakan keadaan lanjut usia yang memiliki keterbatasan dalam berjalan. Desain renovasi merupakan persiapan dari penghuni dalam menyambut masa tua, di mana pengghuni senior akan menggunakan tongkat atau bahkan kursi roda. Konsep rumah secara umum ialah menambahkan unsur-unsur arsitektural demi kenyamanan yang dikhususkan untuk penghuni lanjut usia. Daerah yang direnovasi adalah daerah dimana beliau biasa beraktivitas, meliputi kamar tidur, kamar mandi, ruang keluarga, dapur, dan ruang makan. Sistem struktur yang ada tetap dipertahankan karena rumah merupakan bangunan lama di mana memiliki sistem struktur khusus yang tidak dapat diubah. Tuntutan kebutuhan yang diharapkan adalah hunian yang ramah terhadap pengguni senior yang menggunakan tongkat dan kursi roda. Diharapkan elemen-elemen arsitektural yang ditambahkan tidak 116 Universitas Kristen Petra hanya menjadi ornamen namun juga membantu pengghuni dalam beraktifitas baik di dalam ruang maupun antar ruang.
Gambar 97 Gambar Kondisi Asli Rumah Toko (Bangunan Konservasi) untuk Warga Senior 117 Universitas Kristen Petra
Gambar 98 Gambar Kondisi Asli Rumah Toko (Bangunan Konservasi) untuk Warga Senior
118 Universitas Kristen Petra
Gambar 99 Gambar Konsep Rumah Toko (Bangunan Konservasi) untuk Warga Senior 119 Universitas Kristen Petra
Gambar 100 Gambar Konsep Rumah Toko (Bangunan Konservasi) untuk Warga Senior
Gambar 101 Gambar Konsep Rumah Toko (Bangunan Konservasi) untuk Warga Senior (Tangga dengan ketinggian 10 cm demi memudahkan akses penghuni senior dan efisiensi ruang)
120 Universitas Kristen Petra
Gambar 102 Gambar Konsep Rumah Toko (Bangunan Konservasi) untuk Warga Senior (Pispot dalam kamar demi memudahkan penghuni lanjut usia untuk buang air pada malam hari).
Gambar 103 Gambar Konsep Rumah Toko (Bangunan Konservasi) untuk Warga Senior (Plat pada pintu yang memudahkan pengguna untuk memahami bahwa pintu hanya dapat di dorong).
121 Universitas Kristen Petra
Gambar 104 Gambar Konsep Rumah Toko (Bangunan Konservasi) untuk Warga Senior (Kanopi polikarbonat demi mengurangi air hujan yang masuk).
Gambar 105 Gambar Konsep Rumah Toko (Bangunan Konservasi) untuk Warga Senior (Pintu geser pada kamar utama). 122 Universitas Kristen Petra
Gambar 106 Gambar Konsep Rumah Toko (Bangunan Konservasi) untuk Warga Senior (Desain toilet dan pintunya yang lebar demi memudahkan pengguna kursi roda unruk mengakses). Penerapan Prinsip Desain Inklusi pada desain ini dijelaskan sebagai berikut: 1. Equitable Use (Kesetaraan dalam Penggunaan) Pada dasarnya desain ditawarkan telah memenuhi prinsip Equitable Use, dimana ramp dan tangga telah tersajikan dan dapat diakses oleh keseluruhan penghuni bangunan. Namun hal tersebut tidak dapat direalisasikan karena ramp akan merubah pembalokan lantai dua dan mengurangi efisiensi ruang keluarga. Solusi akhir yang ditawarkan adalah memperpendek anak tangga yang semula 20 cm menjadi 10 cm dan penambahan railing di tepinya sehingga memudahkan penghuni senior untuk mengakses ruang tersebut. 2. Flexibility in Use (Fleksibilitas dalam Penggunaan) Desain awal yang ditawarkanuntuk menambahkan ramp sebagai akses sirkulasi telah memenuhi prinsip Flexibility in Use. Ramp menjadi jalur sirkulasi yang dapat diakses oleh semua penghuni termasuk pengguna tongkat dan kursi roda. Namun pada realisasinya, ramp tersebut tidak dapat direalisasikan karena keterbatasan struktur dan efisiensi ruang. 3. Simple and Intuitive Use (Penggunaan Sederhana dan Intuitif) Prinsip Simple and Intuitive Use diterapkan pada penggunaan plat pada pintu. Hal ini dapat memudahkan penghuni dalam memahami bahawa pintu tersebut hanya dapat didorong. Selain itu memberikan pispot pada kamar utama demi memudahkan penghuni senior dalam buang air pada malam hari. 4. Perceptible Information (Informasi yang Jelas) 123 Universitas Kristen Petra Desain yang ditawarkan tidak perlu menerapkan prinsip Perceptible Information karena penghuni rumah tersebut sudah terbiasa dengan keadaan dan sirkulasi dalam rumah sehingga tidak memerlukan tanda atau grafis informatif. 5. Tolerance of Error (Memberikan Toleransi terhadap Kesalahan) Pada desain rumah lama, bagian taman tidak tertutup oleh atap, sehingga air hujan dapat masuk dan menggenang. Hal tersebut dapat membahayakan sirkulasi penghuni terutama penghuni senior. Untuk menyelesaikan masalah tersebut, dirancanglah kanopi untuk menutup bagian taman dan selasar sehingga mengurangi kapasitas air hujan yang masuk. Sebagian air hujan tetap masuk dan jatuh tepat di area taman. Dari taman, air hujan akan disalurkan ke pembuangan melalui gutter. Kanopi juga dirancang untuk tetap memasukkan angin supaya sirkulasi udara tetap terpenuhi. 6. Low Physical Effort (Memerlukan Upaya Fisik yang Rendah) Prinsip Low Physical Effort telah diterapkan pada penggunaan pintu geser. Hal ini dilakukan untuk mengurangi upaya fisik penghuni terutama bagi penghuni senior yang berkursi roda. Degan hadirnya pintu geser akan memudahkan penghuni senior untuk mengakses ruang-ruang yang ada. 7. Size and Space for Approach and Use (Menyediakan Ukuran dan Ruang untuk Pendekatan dan Penggunaan) Pada desain bangunan awal, terdapat pemisahan antara kamar mandi dan WC. Hal tersebut akan mempersulit akses dari penghuni difable dan penghuni lanjut usia. Untuk memaksimalkan efisiensi ruang di kamar mandi dan WC, maka dinding pembatas dihilangkan sehingga kamar mandi dan WC menjadi satu ruang dan dapat diakses dengan mudah oleh semua penghuni termasuk penghuni senior bertongkat maupun berkursi roda. Kesimpulannya, Desain Rumah Toko (Bangunan Konservasi Arsitektur) untuk Warga Senior di Kota Lama Surabaya membutuhkan aksesibilitas untuk penggunanya memasuki setiap ruangan. Lebar pintu dan sirkulasi sebenarnya diperlukan lebih lebar tetapi karena struktur bangunan konservasi yang perlu dipertahankan dan mungkin juga keterbatasan keuangan, maka desain pada bangunan ini berupa perubahan minor yang memperhatikan kebutuhan penggunanya seperti tangga yang lebih pendek pijakannya, railing, lantai anti-slip dan sosoran polykarbonat.
Usulan Desain Rumah untuk Penyandang Tuna Netra Total Blind dan Low Vision (Klien Bapak Tutus Setiawan S.Pd. dan Ibu Desy S.Pd. Desain Rumah untuk Penyandang Tuna Netra Total Blind dan Low Vision (Klien Bapak Tutus Setiawan S.Pd. dan Ibu Desy S.Pd. didesain oleh: Cindy Fransisca (22411055), Anneke Debora (22411044), Wenny (22411053), Nerissa Kumala Tandiono (22411055), dan Melissa Stefani (22411077). Spektrum pengguna rumah ini ialah Tuna Netra Total Blind dan Low Vision. Kebutuhan rekan rekan Tuna Netra ialah kebutuhan pengarah yang bisa diraba untuk beraktivitas dan perabotan atau layout yang tidak berubah ubah agar memudahkan aksesibilitasnya. Sementara Tuna Netra Low 124 Universitas Kristen Petra Vision membutuhkan warna warna kontras yang bisa dipakai membedakan ujung tangga atau dinding yang bisa membahayakan kegiatan mereka ketika beraktivitas. Kemudian juga menghindari kesilauan karena mereka masih dapat menangkap cahaya secara terbatas (buram). Sehingga material matte (tidak menyilaukan) sebaiknya dipakai.
Gambar 107 Gambar Konsep Rumah untuk Penyandang Tuna Netra Total Blind dan Low Vision 125 Universitas Kristen Petra
Gambar 108 Gambar Konsep Rumah untuk Penyandang Tuna Netra Total Blind dan Low Vision Konsep rumah secara umum ialah bagaimana memberi kemudahan pengguna rumah (Tuna Netra Total Blind dan Low Vision) untuk beraktivitas dengan rasa nyaman maupun aman. Rumah yang bebas hambatan / Free-Barrier bagi spektrum pengguna yang menghuni rumah. Tuntutan kebutuhan ialah rumah ini dapat digunakan secara mandiri oleh kedua spektrum pengguna dan mengurangi kecelakaan atau kesulitan menemukan jalan.
126 Universitas Kristen Petra
Gambar 109 Gambar Konsep Rumah untuk Penyandang Tuna Netra Total Blind dan Low Vision (Tactile tiles yang bertujuan untuk membatasi/ petunjuk area entrance)
127 Universitas Kristen Petra
Gambar 110 Gambar Konsep Rumah untuk Penyandang Tuna Netra Total Blind dan Low Vision (Ramp pada penurunan level lantai dengan kemiringan 1:12)
128 Universitas Kristen Petra
Gambar 111 Gambar Konsep Rumah untuk Penyandang Tuna Netra Total Blind dan Low Vision (Perancangan guiding path yang dipasang secara vertikal)
Gambar 112 Gambar Konsep Rumah untuk Penyandang Tuna Netra Total Blind dan Low Vision (Perbedaan warna ekstrem di dapur lantai 1)
129 Universitas Kristen Petra
Gambar 113 Gambar Konsep Rumah untuk Penyandang Tuna Netra Total Blind dan Low Vision (Perbedaan warna ekstrem di selasar tempat istri bekerja)
Gambar 114 Gambar Konsep Rumah untuk Penyandang Tuna Netra Total Blind dan Low Vision (Organisasi ruang yang terstruktur) 130 Universitas Kristen Petra
Gambar 115 Gambar Konsep Rumah untuk Penyandang Tuna Netra Total Blind dan Low Vision (Detail Guiding path pembatas ruang)
Gambar 116 Gambar Konsep Rumah untuk Penyandang Tuna Netra Total Blind dan Low Vision (Handrail yang diberi tekstur tactiles dengan Braille) 131 Universitas Kristen Petra
Gambar 117 Gambar Konsep Rumah untuk Penyandang Tuna Netra Total Blind dan Low Vision (Detail Tactile pada pijakan tangga)
Gambar 118 Gambar Konsep Rumah untuk Penyandang Tuna Netra Total Blind dan Low Vision (Suasana ruang santai dengan skylight)
132 Universitas Kristen Petra
Gambar 119 Gambar Konsep Rumah untuk Penyandang Tuna Netra Total Blind dan Low Vision (Suasana ruang makan dengan vertical garden )
Selanjutnya tujuh Prinsip Desain Inklusi diterapkan di dalam desain ini: PRINSIP SATU: Equitable Use (Kesetaraan dalam Penggunaan) - Desain akan menjadi berguna dan dapat dipasarkan untuk seluruh orang dengan kemampuan yang beragam. - Menyediakan sarana yang sama untuk digunakan oleh semua pengguna: fasilitas yang identik bila memungkinkan, fasilitas yang setara bila tidak memungkinkan. - Hindari memisahkan atau melakukan stigmatisasi pada pengguna manapun. - Menyediakan privasi, keamanan, dan keselamatan yang sama bagi semua pengguna. - Membuat desain yang menarik bagi semua pengguna. Penerapannya: Semua pengguna melalui level entrance,Rumah di desain dengan lebih banyak mengandalkan indera peraba (permainan tekstur sebagai petunjuk arah), dan permainan warna ekstrem ( untuk istri yang low-vision). Penerapan rancangan dapat dilihat pada gambar 1.1, penggunaan tactile tiles dengan warna cerah(ekstrem) agar memberi petunjuk arah entrance bagi pengguna tunanetra maupun lowvision PRINSIP DUA: Flexibility in Use (Fleksibilitas dalam Penggunaan) - Desain mengakomodasi berbagai preferensi dan kemampuan setiap individu. - Memberikan pilihan dalam metode yang digunakan. - Mengakomodasi kemungkinan pengguna tangan kanan atau tangan kiri. - Memfasilitasi keakuratan dan tingkat presisi dari pengguna. - Memberikan kemungkinan adaptasi terhadap kecepatan pengguna. 133 Universitas Kristen Petra Penerapannya: Penggantian penurunan level dengan ramp dengan kemiringan 1:12 agar fleksibel pagi semua spektrum pengguna, memudahkan pengguna seperti pak Tutus agar bisa beraktivitas dengan aman. Hal ini juga diterapkan dengan pemberian warna perabot yang ekstrem berbeda dengan warna dinding. Perancangan guiding path yang terpasang secara vertikal sebagai petunjuk. Material guiding path memakai metal agar ketika diraba, terdapat efek dingin yang dirasakan oleh pengguna sehingga memberi rasa nyaman (dalam kasus pengguna ditujukan untuk pak Tutus). Selain itu juga diterapkan warna merah yang cukup ekstrem agar pengguna (dalam kasus istri pak Tutus) dapat mudah mengenali perabotan sehingga meningkatkan kecepatan dalam beraktivitas. Pada ruang belajar istri yang terdapat di selasar lantai 2 juga menggunakan diterapkan permainan dinding bewarna ekstrem karena sang istri merupakan low vision. Rancangan tersebut bertujuan agar pengguna low-vision bisa lebih cepat membedakan mana perabot mana dinding (kemampuan adaptasi lebih cepat dalam beraktivitas) PRINSIP KETIGA: Simple and Intuitive Use (Penggunaan yang Sederhana dan Intuitif) - Penggunaan desain harus dapat dimengerti dengan mudah, tidak tergantung pada perbedaan pengalaman, pengetahuan, keterampilan bahasa, atau tingkat konsentrasi saat itu dari seluruh pengguna. - Menghilangkan kompleksitas yang tidak perlu. - Konsisten untuk mencapai harapan pengguna dan mengantisipasi intuisi pengguna. - Mengakomodasi berbagai jenis keterampilan melek huruf dan keterampilan bahasa. - Mengatur informasi sesuai dengan derajat kepentingannya. - Menyediakan masukan dan umpan balik yang efektif selama dan setelah selesai penggunaan atau tugas. Penerapannya: Desain perancangan bukaan pintu terlihat jelas dan mudah ditemukan (tidak tersembunyi) sehingga memudahkan pengguna untuk pencapaian ruang yang berbeda. Perancangan ruang yang teratur, hanya bercabang satu sisi, organisasi ruang lantai 1 & 2 sama sehingga memudahkan pengguna dalam proses pengenalan ruang (Gambar 3.1). Perbedaan ruang tanpa bukaan pintu dapat diketahui melalui penggunaan tactile tiles sebagai guiding path (gambar 3.2) PRINSIP KEEMPAT: Perceptible Information (Informasi yang Jelas) Desain harusnya mengkomunikasikan informasi yang penting (diperlukan) secara efektif kepada pengguna, terlepas dari kondisi lingkungan atau kemampuan indra pengguna. - Menggunakan bentuk komunikasi yang beragam ( dengan gambar, verbal, taktil) untuk mempresentasikan informasi penting secara memadai. - Memaksimalkan "keterbacaan" informasi penting. - Melakukan diferensiasi elemen elemen cara menjelaskan (misalnya, memudahkan untuk penyampaian instruksi atau petunjuk). 134 Universitas Kristen Petra - Menyediakan kesesuaian dengan berbagai teknik atau peralatan yang digunakan oleh orang-orang dengan keterbatasan indrawi. Penerapannya: Pengggunaan teks braille di tempat-tempat yang membutuhkan penjelasan. Petunjuk arah yang dapat dikenali oleh pengguna dengan perubahan tekstur (bisa menggunakan tactile tiles, penggunaan warna kontras pada perabot. Perancangan tangga dibuat sedemikian rupa agar mampu memberi informasi yang jelas, setiap pijakan tangga diberi tactile sebagai petunjuk, pada handrail di ujung anak tangga diberi tekstur teks braille agar dapat mengetahui jumlah anak tangga yang tersisa. PRINSIP KELIMA: Low Physical Effort (Memerlukan Upaya Fisik yg Rendah) - Desain dapat digunakan secara efisien dan nyaman dan hanya menimbulkan kelelahan minimum. - Membiarkan pengguna untuk mempertahankan posisi tubuh netral. - Menggunakan kekuatan operasi yang wajar. - Meminimalkan tindakan berulang. - Meminimalkan upaya fisik yang terus menerus. Penerapannya: Perancangan perabot sesuai dengan posisi tubuh normal pengguna, peletakkan objek dengan jarak yang mudah diraih dan pemberian tekstur berbeda maupun permainan warna ekstrim agar memudahkan pengguna pak Tutus beserta istri mengakomodasinya. Karena lahan rumah Pak Tutus memanjang ke dalam, menjadikan ruang-ruang dalam tidak dapat terkena cahaya matahari (pencahayaan alami) dan angin tidak dapat masuk sampai dalam (penghawaan alami). Oleh karena itu ruang dirancang dengan skylight sebagai sumber cadangan pencahayaan alami, dan memberi ruang hijau agar bisa terjadi pertukaran udara yang baik pada ruang, Kesimpulannya, Desain Rumah untuk Penyandang Tuna Netra Total Blind dan Low Vision membutuhkan layout yang lebih efektif dan tidak berbelok belok. Sementara itu pembedaan dengan tekstur, railing juga warna yang kontras akan berguna bagi teman teman Tuna Netra. Hal ini juga ditunjang dengan furnitur yang lebih bersifat tidak berubah ubah.
Usulan Desain Rumah Bengkel untuk Warga Senior di Kampung Tepi Sungai (Klien Bapak Hariyono Karno) Desain Rumah Bengkel untuk Warga Senior di Kampung Tepi Sungai (Klien Bapak Hariyono Karno) didesain oleh: Anneke Clauvinia Patriajaya (22411061), Veronica Yuwono (22411066), Michelle Mimosa (22411072), Puspita Rani (22411074) dan Cendana Marcheliwan Putra (22411075). Spektrum pengguna rumah ini ialah 2 Warga Senior (60 tahun) dan 2 orang dewasa (20- 30 tahun) Kebutuhan tambahan yang diberikan oleh Dosen kami dalam Kuliah Kerja Pelayananan C ini ialah Fasilitas tempat bekerja membuat cetok untuk pupuk kompos di dalam rumah.
135 Universitas Kristen Petra Konsep Rumah ini berada di stren kali sungai bratang, sehingga menurut rencana pemerintah Kota Surabaya, sehingga tampak depan rumah adalah bagian yang menghadap sungai Bratang. Hal ini disebabkan karena untuk kedepannya, sungai akan dimanfaatkan sebagai daerah wisata. Pemilik rumah adalah pria manula yang berusia 60 tahun, walaupun kondisi pemilik rumah masih segar rumah,tetapi rumah ini didesain untuk jangka waktu ke depan dengan pertimbangan apabila pemilik rumah ini nantinya memiliki disabilitas akibat lanjut usia. Rumah ini juga didesain dengan pertimbangan agar dapat digunakan untuk bekerja walaupun nantinya pemilik rumah ini sudah tidak dapat menjangkau lantai 2. Rumah ini juga didesain agar mengeluarkan biaya seminimal mungkin mengingat berlokasi di Kampung Tepi Sungai.
Gambar 120 Desain Rumah Bengkel untuk Warga Senior di Kampung Tepi Sungai Rumah ini menggunakan prinsip Selanjutnya 7 Prinsip Desain Inklusi yaitu sbb:
136 Universitas Kristen Petra PRINSIP SATU: Equitable Use (Kesetaraan dalam Penggunaan) - Desain akan menjadi berguna dan dapat dipasarkan untuk semua kalangan dengan kemampuan yang beragam. Penerapannya: Ruang-ruang untuk kegiatan kebersamaan (seperti ruang kerja (1) dan dapur (2)) diletakkan di bawah sehingga dapat dijangkau oleh orang tua, maupun orang dewasa pada umumnya. Ruang kerja (1) dibuat lapang dan tak bersekat. Ada kemenerusan dari pintu masuk (di sebelah kanan) ke belakang sehingga dapat digunakan untuk pekerjaan komunal dan nyaman. Pintu lipat berfungsi untuk memberi pemandangan ke arah sungai saat pemilik rumah bekerja juga sebagai ventilasi silang untuk menciptakan desain yang sehat.
Gambar 121 Desain Rumah Bengkel untuk Warga Senior di Kampung Tepi Sungai (Ruang kerja untuk kegiatan komunal). Terdapat 2 kamar mandi yaitu di lantai atas (7) dan lantai bawah (5) sebagai upaya menyetarakan kebutuhan penyandang disabilitas dan pengguna pada umumnya. PRINSIP KEDUA: Flexibility in Use (Fleksibilitas dalam Penggunaan) - Desain mengakomodasi berbagai preferensi dan kemampuan setiap individu. Penerapannya: Ruang kerja didesain agar dapat dijangkau baik oleh pengguna manula maupun orang dewasa. Pada ruang kerja perabot diposisikan rendah sesuai dengan tahapan pembuatan cetok yang dapat dilakukan dengan duduk lesehan maupun berdiri, dan dalam proses kerjanya, pengguna banyak merubah posisi badan , jongkok, berdiri, duduk bersila , berjalan. Peletakan perabot di bagian samping ruangan untuk menciptakan ruang luas yang digunakan dalam proses pembuatan cetok yang dilakukan oleh orang banyak.
137 Universitas Kristen Petra
Gambar 122 Desain Rumah Bengkel untuk Warga Senior di Kampung Tepi Sungai (Fleksibilitas dalam penggunaan pada ruang kerja). PRINSIP KETIGA: Simple and Intuitive Use (Penggunaan yang Sederhana dan Intuitif) - Penggunaan desain harus dapat dimengerti dengan mudah, tidak tergantung pada perbedaan pengalaman, pengetahuan, keterampilan bahasa, atau tingkat konsentrasi saat itu dari seluruh pengguna. Penerapannya: Pada Kamar Mandi, Pintu kamar mandi menggunakan knop bulat sehingga pengguna secara otomatis mendorong pintu.Letak Ember di kanan closet sehingga langsung dapat dijangkau tanganTerdapat Railing pada sisi closet agar pengguna dapat memegang dan stabil saat jongkok .
Gambar 123 Desain Rumah Bengkel untuk Warga Senior di Kampung Tepi Sungai (Railing pada Dinding Samping Closet). 138 Universitas Kristen Petra PRINSIP KEEMPAT: Perceptible Information (Informasi yang Jelas) Desain harusnya mengkomunikasikan informasi yang penting (diperlukan) secara efektif kepada pengguna, terlepas dari kondisi lingkungan atau kemampuan indra pengguna. Penerapannya: Penggunaan pintu lipat pada ruang kerja, penggunaan bentuk handle pintu pada kamar tidur dan kamar mandi. PRINSIP KELIMA: Tolerance for Error (Memberikan Toleransi terhadap Kesalahan) Desain harus meminimalkan bahaya dan konsekuensi yang merugikan dari tindakan disengaja atau kecelakaan. Penerapannya: Kamar tidur Pak Hariyono diletakkan di lantai satu agar mudah diakses kapanpun dengan tujuan pertimbangan faktor usia yang akan terus bertambah dan pertimbangan disabilitas manula dari Pak Hariyono untuk ke depannya. Jarak railing (4) disesuaikan untuk ukuran pengguna. Untuk pertimbangan pengguna di masa depan apabila memiliki anak kecil railing menyesuaikan dengan jarak 15 cm agar anak kecil tidak jatuh dari lubang railing.
Gambar 124 Desain Rumah Bengkel untuk Warga Senior di Kampung Tepi Sungai (Jarak lubang railing menyesuaikan postur tubuh anak kecil).
139 Universitas Kristen Petra
Penerapannya: Penggunaan Railing Pada kamar mandi pak Hariyono memudahkan Pak Hariyono untuk dapat jongkok tanpa terjatuh dan Penggunaan jendela Geser pada area kamar tidur guna agar saat jendela terbuka, tidak terkena kepada pengguna dan tidak mengakibatkan kecelakaan.
Gambar 125 Desain Rumah Bengkel untuk Warga Senior di Kampung Tepi Sungai (Jendela geser untuk menghindari kecelakaan) PRINSIP KEENAM: Low Physical Effort (Memerlukan Upaya Fisik yg Rendah) - Desain dapat digunakan secara efisien dan nyaman dan hanya menimbulkan kelelahan minimum. Penerapannya: Prinsip ini hanya bisa diterapkan untuk pengguna senior yaitu untuk Bapak dan Ibu Hariyono, mengingat minimnya modal yang tersedia namun semakin bertambahnya usia pengguna. Oleh karena itu fasilitas yang digunakan oleh pengguna senior diletakkan di lantai bawah dan berada pada satu area . Hal tersebut bertujuan agar pengguna senior tidak harus mengeluarkan energy lebih untuk menjangkau kebutuhannya di lantai atas serta dalam bekerja, tidak perlu mondar- mandir dalam bekerja seperti pada rumah yang lama .
140 Universitas Kristen Petra
Gambar 126 Desain Rumah Bengkel untuk Warga Senior di Kampung Tepi Sungai (Lantai 1 yang dikhususkan untuk memudahkan pergerakan Pak Hariyono). PRINSIP KETUJUH: Size and Space for Approach and Use (Menyediakan Ukuran dan Ruang untuk Pendekatan dan Penggunaan)- Ukuran dan ruang yang sesuai seharusnya disediakan 141 Universitas Kristen Petra untuk memudahkan pendekatan, pencapaian, manipulasi, dan penggunaan terlepas dari ukuran tubuh pengguna, postur, atau mobilitasnya. Penerapannya: Pada kamar mandi (5 dan 7) digunakan closet jongkok karena permintaan dari Pak Haryono sendiri dan juga harga lebih terjangkau dibanding closet duduk untuk meminimalkan biaya desain, sehingg diperoleh kebutuhan ruang yang mencukupi namun tidak terlalu membuang tempat. Hal ini sesuai dengan prinsip ketujuh yaitu penyesuaian desain dengan pendekatan kebutuhan dan penggunaan. Penggunaan ember disesuaikan dengan ukuran toilet yang tidak terlalu besar agar ruang gerak Pak Haryono Lebih lebar dan leluasa. 142 Universitas Kristen Petra Daftar Nama & NRP Mahasiswa yang Terlibat - 22411003, REBECCA ASTRID GUNAWAN - 22411018, CINDY FRANSISCA TANRIM - 22411044, ANNEKE DEBORA KUNCORO - 22411053, WENNY STEFANIE - 22411055, NERISSA KUMALA TANDIONO - 22411061, ANNEKE CLAUVINIA PATRIAJAYA - 22411066, VERONICA YUWONO - 22411072, MICHELLE MIMOSA - 22411074, PUSPITA RANI - 22411075, CENDANA MARCHELIWAN PUTRA - 22411077, MELLISA STEFANI YOLINO - 22411086, HENDY GUNAWAN - 22411095, YOVITA HADI - 22411096, DICKY LIENARDO LIE - 22411107, AARON SUTANTO PUTRA - 22411108, IVAN VILANO - 22411109, FENNY GUNAWAN - 22411110, THEODORUS AKWILA PREVIAN - 22411117, ANDRE SUGIANTO - 22411123, MARINA VICTORIA DHARMAWAN - 22411124, RONNY CHANDRA KURNIAWAN - 22411145, TERRY CHRISTIANTO SUROSO - 22411150, TIFFANY TOMMY - 22411160, ROBY ISMANTO - 22411162, MARIA MONICA RAMPISELA - 22411094, LOUIS SATRIA PURWANTO 143 Universitas Kristen Petra Dokumentasi Kegiatan
Gambar 127 Pendekatan ke BILIC Bandung
Gambar 128 Pendekatan ke PWSS Surabaya 144 Universitas Kristen Petra
Gambar 129 Kegiatan Wawancara dengan Narasumber Ibu Paulina Mayasari S.Sn.
Gambar 130 Kegiatan Wawancara dengan Narasumber Bapak Ahmad Fauzi M.Hum. dan Ibu Lilik Ghoniyah Sofyan S.Pd. M.Ed. 145 Universitas Kristen Petra
Gambar 131 Kegiatan Wawancara dengan Bapak Hariyono Karno
Gambar 132 Kegiatan Wawancara dengan P Tutus Setiawan S.Pd. 146 Universitas Kristen Petra
Gambar 133 Kegiatan Wawancara dengan Bapak Abdul Syakur S.E.
Gambar 134 Kegiatan Lokakarya Desain Inklusif Rumah Tinggal di UK Petra 147 Universitas Kristen Petra
Gambar 135 Kegiatan Lokakarya Desain Inklusif Rumah Tinggal di UK Petra
Gambar 136 Kegiatan Lokakarya Desain Inklusif Rumah Tinggal di UK Petra 148 Universitas Kristen Petra
Gambar 137 Kegiatan Lokakarya Desain Inklusif Rumah Tinggal di UK Petra
Gambar 138 Kegiatan Lokakarya Desain Inklusif Rumah Tinggal di UK Petra 149 Universitas Kristen Petra
Gambar 139 Kegiatan Lokakarya Desain Inklusif Rumah Tinggal di UK Petra
Gambar 140 Kegiatan Lokakarya Desain Inklusif Rumah Tinggal di UK Petra 150 Universitas Kristen Petra
Gambar 141 Kegiatan Lokakarya Desain Inklusif Rumah Tinggal di UK Petra
Gambar 142 Kegiatan Lokakarya Desain Inklusif Rumah Tinggal di UK Petra 151 Universitas Kristen Petra
Gambar 143 Kegiatan Lokakarya Desain Inklusif Rumah Tinggal di UK Petra
Gambar 144 Kegiatan Lokakarya Desain Inklusif Rumah Tinggal di UK Petra 152 Universitas Kristen Petra
Gambar 145 Kegiatan Lokakarya Desain Inklusif Rumah Tinggal di UK Petra
Gambar 146 Kegiatan Lokakarya Desain Inklusif Rumah Tinggal di UK Petra 153 Universitas Kristen Petra
Gambar 147 Kegiatan Lokakarya Desain Inklusif Rumah Tinggal di UK Petra
Gambar 148 Kegiatan Lokakarya Desain Inklusif Rumah Tinggal di UK Petra 154 Universitas Kristen Petra
Gambar 149 Kuliah dan Diskusi dalam Penyempurnaan Desain Inklusif Rumah Tinggal di UK Petra
Gambar 150 Kuliah dan Diskusi dalam Penyempurnaan Desain Inklusif Rumah Tinggal di UK Petra 155 Universitas Kristen Petra
Gambar 151 Kuliah dan Diskusi dalam Penyempurnaan Desain Inklusif Rumah Tinggal di UK Petra
Gambar 152 Kuliah dan Diskusi dalam Penyempurnaan Desain Inklusif Rumah Tinggal di UK Petra 156 Universitas Kristen Petra Refleksi Mahasiswa Kelompok Bapak Ahmad Fauzi M.Hum.yang didampingi oleh Ibu Lilik Ghoniyah Sofyan S.Pd. M.Ed. Dicky Lienardo Lie, 22411096 Nama Dicky Lienardo Lie NRP 22411096 Email Mahasiswa dicky.lienardo@yahoo.com Mata Kuliah KKP-C Desain Inklusi Dosen Pengampu Gunawan,S.T, M.Sc Kuliah/ Pertemuan ke 1 Tanggal 20 Februari 2014 Materi teori yang didapatkan Pengantar Desain Inklusi Penjelasan awal tugas mata kuliah inklusi yaitu mendesain ruang bagi kaum difabel serta kebutuhan-kebutuhan dari beberapa jenis difabel. Perasaan yang dirasakan Semakin tertarik dengan desain inklusi dengan melihat bahwa hak kesetaraan mereka di Indonesia belum terlalu dipikirkan. Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Kebutuhan akan difabel belum terlalu diperhatikan bahkan diabaikan. Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Belum ada, hanya sekedar mencari tahu mengenai desain bagi kaum difabel yang sudah ada. Kuliah/ Pertemuan ke 2 Tanggal 27 Februari 2014 Materi teori yang didapatkan Kuliah mengenai desain inklusi yang dibawakan oleh Pak Tutus sebagai narasumber. Pak Tutus memberikan banyak hal, mulai dari pengalamannya di fasilitas-fasilitas umum yang tidak memperhatikan aksesibilitas kaum difabel, cara memegang tongkat, mengajarkan fungsi penanda khusus dan perbedaannya masing-masing, penataan ruang untuk kaum tuna netra, kesulitan-kesulitan yang didapatkan saat beraktivitas. - Selalu berjalan di dekat pembatas berupa dinding atau semacamnya untuk memudahkan mengetahui arah, atau berjalan sambil meraba - Menggunakan tongkat untuk mengetahui arah - Ketika kaki kanan melangkah ke depan, maka tongkat diarahkan ke kiri, dan sebaliknya - Tidak perlu mengayunkan tongkat terlalu tinggi - Cara memegang tongkat (teknik grip) harus rileks, tidak kaku, dan tidak terlalu erat. Jari telunjuk yang akan menggerakkan tongkat ke kanan dan ke kiri. Sewaktu hendak berjalan hendaknya mengecek keadaan yang ada di depannya menggunakan tongkat Perasaan yang dirasakan Merasakan bahwa kebutuhan orang normal dan yang memiliki disabilitas sangat berbeda, sehingga semakin tertarik untuk mempelajari mata kuliah ini agar bisa mendesain bagi kaum tersebut. Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Tuna netra mengandalkan memori dalam beraktivitas, sehingga perabot dalam rumah sebaiknya tidak dipindahkan atau selalu ditata dengan posisi yang sama. Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Memperlajari lebih dalam lagi mengenai desain bagi kaum disable pada fasilitas-fasilitas umum agar mereka bisa menikmati juga fasilitas umum tersebut dengan lebih baik. Kuliah/ Pertemuan ke 3 Tanggal 12 Maret 2014 Materi teori yang didapatkan Simulasi Desain Inklusi - Ramp membutuhkan kemiringan tertentu agar mudah dilewati kursi roda - Material ramp tidak boleh licin, untuk pengguna kursi roda maupun tuna netra Perasaan yang dirasakan Terdapat perasaan khawatir ketika menjalani simulasi sebagai tuna netra. Tentunya perasaan malu tidak dapat dihindari. Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Dalam mendesain ramp sangat dibutuhkan standard yang tepat dari kemiringan hingga material yang digunakan. Saat ini cukup banyak designer yang kurang memperhatikan hal tersebut secara detail, sehingga banyak kaum difabel yang mengalami kesulitan ketika melewati ramp. Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Mempelajari desain yang bersifat universal agar dapat digunakan oleh banyak orang termasuk difabel. Kuliah/ Pertemuan ke 4 157 Universitas Kristen Petra Tanggal 19 Maret 2014 Materi teori yang didapatkan Wawancara dengan Narasumber (Luar Kampus) Kami mewawancarai Pak Fauzi, yang merupakan penderita CP. Ia menjalani kesehariannya dengan berbaring. Perabotan dalam rumahnya semua didesain dengan ketinggian pendek agar mudah dijangkau dalam posisi berbaring. Ia mengaku tidak mengalami kekurangan apapun dalam rumah yang saat ini ia tempati. Namun kami melihat bahwa itu disebabkan karena kebiasaan. Kenyataannya masih banyak kekurangan yang bisa didesain ulang agar membuat ia semakin lebih nyaman dalam beraktivitas. Perasaan yang dirasakan Simpati sekaligus kagum terhadap P. Fauzi yang menjadi penderita cerebal palsy, namun masih memiliki semangat yang luar biasa untuk hidup. Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Studi mengenai desain bagi penderita CP sangat jarang bahkan belum ditemui, sehingga sulit untuk mempelajarinya. Akibatnya desain bagi penderita CP hanya sekedar berdasarkan pengalaman. Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Memberikan simpati dan menggali info terhadap narasumber yang lebih dalam mengenai kebutuhan-kebutuhannya. Kuliah/ Pertemuan ke 5 Tanggal 26 Maret 2014 Materi teori yang didapatkan Wawancara dengan narasumber (Luar Kampus) Kelompok berdiskusi perihal hasil wawancara dan mulai melakukan pemecahan desain. Perasaan yang dirasakan Semakin mengerti bagaimana menjadi seorang yang menderita cerebal palsy dilihat melalui kegiatan sehari-harinya. Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Untuk dapat mendesain harus dapat mengerti bagaimana pengguna yang di desain baik secara mental maupun fisik. Pengalaman secara nyata menjadi referensi dalam desain. Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Mencoba untuk memberikan gambaran kasar desain secara sketsa dan gambaran untuk kedepannya. Kuliah/ Pertemuan ke 6 Tanggal 2 April 2014 Materi teori yang didapatkan Asistensi Hasil Wawancara Perasaan yang dirasakan Penasaran untuk berpikir lebih kompleks dikarenakan banyak hal yang kami lupakan dalam mendasain dan diingatkan oleh dosen pembimbing. Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Memperdalam teori yang di dapat serta membandingkannya dengan keadaan nyata dilapangan dengan dosen pembimbing. Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Mulai menatata ulang desain yang sudah di buat sebelumnya serta mengatur dimensi yang dibutuhkan. Kuliah/ Pertemuan ke 7 - 8 Tanggal 9 April 2014 & 16 April 2014 Materi teori yang didapatkan Tidak ada, merupakan pekan Ujian Tengah Semester (UTS). Perasaan yang dirasakan - Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan - Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan - Kuliah/ Pertemuan ke 9 Tanggal 23 April 2014 Materi teori yang didapatkan Workshop UNDK Perasaan yang dirasakan Merasa tertarik karena ada pembicara dari luar Indonesia. Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Kenyataan terkadang belum sesuai dengan teori yang ada, namun teori dapat menjadi pembelajaraan kedepannya. Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Tidak ada Kuliah/ Pertemuan ke 10 Tanggal 30 April 2014 Materi teori yang didapatkan Persiapan Workshop Desain Perasaan yang dirasakan Berdikusi dengan kelompok untuk menyatukan pendapat agar lebih mendalami bagaimana perasaan narasumber. Tujuannya adalah desain yang dapat menjadi lebih sesuai dengan pengguna. 158 Universitas Kristen Petra Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Rumah Pak Fauzi didesain ulang agar sirkulasi antar ruang lebih pendek dengan mengeliminasi ruang-ruang yang kurang terpakai. Selain itu sirkulasi udara dalam ruang juga perlu diperhatikan. Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Menyusun desain dalam sebuah skematik dan sketsa. Kuliah/ Pertemuan ke 11 Tanggal 7 Mei 2014 Materi teori yang didapatkan Workshop Desain Perasaan yang dirasakan Semakin tersadar setelah mendengar langsung dari sumber-sumber yang telah menghadiri workshop sehingga bisa lebih mengerti dan menambah pengetahuan mengenai desain kaum disable. Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Setiap teori belum tentu sesuai dengan narasumber yang didesainkan karena terkadang pengguna lebih memiliki preferensi sendiri dan juga teori dapat menjadi tolak ukur dalam desain. Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Memberikan ide ide tambahan yang didapat melalui narasumber lainnya. Mengupdate kembali pekerjaan desain rumah Pak Fauzi agar dapat lebih asesibel dengan masukan dari kelompok lain serta sumber workshop. Kuliah/ Pertemuan ke 12 Tanggal 14 Mei 2014 Materi teori yang didapatkan Penjelasan 7 Prinsip Desain Inklusi Perasaan yang dirasakan Menjadi semakin tertarik dan menjadi mengerti bagaimana prinsip prinsip yang belum pernah di dengar dan menjadi dapat tambahan untuk desain yang dibuat. Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Adanya tujuh prinsip dalam desain inklusi yaitu : 1. Equitable Use (Kesetaraan dalam penggunaan, menarik bagi semua pengguna) 2. Flexibility in Use (Pengguna mampu beradaptasi dengan mudah) 3. Simple and Intuitive Use (Penggunaan desain mampu dimengerti, sederhana) 4. Perceptible Information (Informasi yang penting) 5. Tolerance for Error (Meminimalkan bahaya) 6. Low Physical Effort (Menimbulkan kelelahan minimum) 7. Size and Space for Approach and Use (Ruang yang cukup untuk bergerak) Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Menerapkan prinsip tersebut ke dalam desain rumah satu per satu dengan detail sesuai kebutuhan. Kuliah/ Pertemuan ke 13 Tanggal 21 Mei 2014 Materi teori yang didapatkan Asistensi tugas akhir. Perasaan yang dirasakan Yakin membuat desain yang baik untuk narasumber. Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Melakukan pengecekan terhadap terori yang didapat dengan desain yang dibuat. Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Hasil akhir dengan melakukan finalisasi terhadap gambar 3d serta penyusunan laporan untuk dijadikan buku yang diharapkan mampu membantu dalam desain. Kuliah/ Pertemuan ke 14 Tanggal 28 Mei 2014 Materi teori yang didapatkan Pengumpulan tugas akhir (UAS). Perasaan yang dirasakan Senang karena bisa memberikan kontribusi bagi masyarakat. Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan - Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan -
Hendy Gunawan, 22411086 Nama Hendy Gunawan NRP 22411086 Email Mahasiswa Hendy.gunawan@hotmail.com Mata Kuliah KKP-C Desain Inklusi Dosen Pengampu Gunawan,S.T, M.Sc Kuliah/ Pertemuan ke 1 Tanggal 20 Februari 2014 159 Universitas Kristen Petra Materi teori yang didapatkan Pengantar Desain Inklusi Perasaan yang dirasakan Penasaraan terhadap desain inklusi dan masih bingung detailnya seperti apa Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Belum terlalu jelas karena baru hanya gambaran besar seluruh pelajaran Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Belum ada Kuliah/ Pertemuan ke 2 Tanggal 26 Februari 2014 Materi teori yang didapatkan Kuliah mengenai desain inklusi yang dibawakan oleh Pak Tutus sebagai narasumber. Perasaan yang dirasakan Menjadi lebih peka terhadap orang orang berkebutuhan khusus Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Belajar untuk mulai memperhatikan orang orang yang berkebutuhan khusus dan menjadi simpati dan mulai berpikir desain untuk arsitekturnya Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Belum ada. Kuliah/ Pertemuan ke 3 Tanggal 12 Maret 2014 Materi teori yang didapatkan Simulasi Desain Inklusi Perasaan yang dirasakan Cukup was was dan malu saat melakukan simulasi karena di lihat banyak orang. Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Belajar bagaimana menjadi orang yang berkebutuhan khusus itu tidak lah mudah. Selain secara fisik mental pun perlu diperkuat. Teori yang didapatpun tidak semudah seperti kenyaataannya. Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Belum ada Kuliah/ Pertemuan ke 4 Tanggal 19 Maret 2014 Materi teori yang didapatkan Wawancara dengan Narasumber (Luar Kampus) Perasaan yang dirasakan Simpati terhadap P. Fauzi yang menjadi penderita cerebal palsy Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Khusus untuk penderita ini teori belum terlalu dipaparkan dikelas namun memperoleh pelajaran yang langsung nyata walaupun di desain oleh orang awan melalui pengalaman saja. Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Memberikan simpati dan menggali info terhadap narasumber Kuliah/ Pertemuan ke 5 Tanggal 26 Maret 2014 Materi teori yang didapatkan Wawancara dengan narasumber (Luar Kampus) Kelompok berdiskusi perihal hasil wawancara dan mulai melakukan pemecahan desain. Perasaan yang dirasakan Semakin mengerti bagaimana menjadi seorang yang menderita cerebal palsy dilihat melalui kegiatan nya sehari hari Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Untuk dapat mendesain harus dapat mengerti bagaimana pengguna yang di desain baik secara mental maupun fisik. Pengalaman secara nyata menjadi referens desain Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Mencoba untuk memberikan desain secara sketsa dan gambaran kedepannya Kuliah/ Pertemuan ke 6 Tanggal 2 April 2014 Materi teori yang didapatkan Asistensi Hasil Wawancara Perasaan yang dirasakan Tidak ada Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Memperdalam teori yang di dapat serta membandingkannya dengan keadaan nyata dilapangan dengan dosen pembimbing Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Mulai menatata ulang desain yang sudah di buat sebelumnya serta mengatur dimensi yang di butuhkan. Kuliah/ Pertemuan ke 7 - 8 Tanggal 9 April 2014 & 16 April 2014 Materi teori yang didapatkan Tidak ada, merupakan pekan Ujian Tengah Semester (UTS). 160 Universitas Kristen Petra Perasaan yang dirasakan - Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan - Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan - Kuliah/ Pertemuan ke 9 Tanggal 23 April 2014 Materi teori yang didapatkan Workshop UNDK Perasaan yang dirasakan Merasa tertarik karena ada pembicara dari luar Indonesia. Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Kenyaataan terkadang belum sesuai dengan teori yang ada namun teori dapat menjadi pembelajaraan kedepannya. Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Tidak ada Kuliah/ Pertemuan ke 10 Tanggal 30 April 2014 Materi teori yang didapatkan Persiapan Workshop Desain Perasaan yang dirasakan Berusaha untuk makin mendalami bagaimana perasaan narasumber agar desain dapat menjadi lebih sesuai dengan pengguna Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan
Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Menyusun desain dalam sebuah skematik dan sketsa Kuliah/ Pertemuan ke 11 Tanggal 7 Mei 2014 Materi teori yang didapatkan Workshop Desain Perasaan yang dirasakan Menjadi makin mengerti bagaimana keadaan narasumber lain yang juga membutuhkan bantuan Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Setiap teori belum tentu sesusai dengan narasumber yang di desainkan karena terkadang pengguna lebih memiliki preferensi sendiri dan juga teori dapat menjadi tolak ukur dalam desain. Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Memberikan ide ide tambahan yang di dapat melalui narasumber lain juga. Kuliah/ Pertemuan ke 12 Tanggal 14 Mei 2014 Materi teori yang didapatkan Penjelasan 7 Prinsip Desain Inklusi Perasaan yang dirasakan Menjadi semakin tertarik dan menjadi mengerti bagaimana prinsip prinsip yang belum pernah di dengar dan menjadi dapat tambahan untuk desain yang dibuat. Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Teori teori yang di dapat dengan kenyaataan yang ada belum tentu sama serta sesusai dengan kebiasaan dan kenyamaan an pengguna menjadi pertimbangan Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Mereview ualng desain yang telah dibuat dengan prinsip desain inklusi yang didapat Kuliah/ Pertemuan ke 13 Tanggal 21 Mei 2014 Materi teori yang didapatkan Asistensi tugas akhir. Perasaan yang dirasakan Yakin membuat desain yang baik untuk narasumber Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Melakukan pengecekan terhadap terori yang di dapat dengan desain yang dibuat Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Hasil akhir dengan melakukan finalisasi terhadapa gamabr 3d Kuliah/ Pertemuan ke 14 Tanggal 28 Mei 2014 Materi teori yang didapatkan Pengumpulan tugas akhir (UAS). Perasaan yang dirasakan - Apakah yang saya pahami - 161 Universitas Kristen Petra yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan -
Rebecca Astrid Gunawan, 22411003 Nama Rebecca Astrid Gunawan NRP 22411003 Email Mahasiswa rebecca_gunawan@yahoo.com Mata Kuliah KKP-C Desain Inklusi Dosen Pengampu Gunawan,S.T, M.Sc Kuliah/ Pertemuan ke 1 Tanggal 20 Februari 2014 Materi teori yang didapatkan Pengantar Desain Inklusi Perasaan yang dirasakan Semakin tertarik untuk lebih memahami dan mengenal desain inklusi lebih dalam. Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Belum terlalu memahami karena masih berupa pengantar singkat dan belum langsung terjun di lapangan. Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Belum ada. Kuliah/ Pertemuan ke 2 Tanggal 26 Februari 2014 Materi teori yang didapatkan Kuliah mengenai desain inklusi yang dibawakan oleh Pak Tutus sebagai narasumber. Perasaan yang dirasakan Simpati melihat kondisi nyata yang dialami oleh narasumber mengingat selama ini hanya memikirkan namun tidak pernah melihat secara langsung Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Teori yang ada bukan merupakan hal yang paten & dapat langsung diterapkan dalam kenyataan di lapangan, namun masih harus memperhatikan & melihat kebutuhan serta kondisi orang yang bersangkutan secara langsung. Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Belum ada. Kuliah/ Pertemuan ke 3 Tanggal 12 Maret 2014 Materi teori yang didapatkan Simulasi Desain Inklusi Perasaan yang dirasakan Merasakan perasaan narasumber tuna netra & berkursi roda secara langsung dengan melakukan simulasi di Gedung W dan EH Universitas Kristen Petra. Perasaan yang dirasakan cukup kaget merasakan keadaan yang ternyata tidak semudah dipikirkan. Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Teori merupakan hal pendukung dalam lapangan, namun bukan merupakan hal yang langsung 100% dapat diterapkan dalam kenyataan. Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Belum ada. Kuliah/ Pertemuan ke 4 Tanggal 19 Maret 2014 Materi teori yang didapatkan Wawancara dengan Narasumber (Luar Kampus) Perasaan yang dirasakan Simpati melihat kondisi narasumber yang terjadi (P. Fauzi yang menderita Cerebral Palsy) Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Merupakan 2 hal yang berkesinambungan & tidak dapat terpisahkan (Jangan selalu berpatokan pada teori & tidak memperhatikan kondisi narasumber yang bersangkutan). Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Belum ada secara khusus, hanya menampung kondisi & kebutuhan yang diperlukan oleh narasumber. Kuliah/ Pertemuan ke 5 Tanggal 26 Maret 2014 Materi teori yang didapatkan Wawancara dengan narasumber (Luar Kampus) Kelompok berdiskusi perihal hasil wawancara dan mulai melakukan pemecahan desain. Perasaan yang dirasakan Semakin memperdalam perasaan setelah bertemu narasumber dan berusaha merasakannya secara langsung agar desain yang dihasilkan pun maksimal. Apakah yang saya pahami Dilatih untuk merasakan pengalaman penyandang cacat serta permasalahan mereka, serta 162 Universitas Kristen Petra yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan mencari desain yang lebih baik agar dapat memenuhi kenyamanan narasumber. Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Mulai menghasilkan ide-ide desain yang masih abstrak. Kuliah/ Pertemuan ke 6 Tanggal 2 April 2014 Materi teori yang didapatkan Asistensi Hasil Wawancara Perasaan yang dirasakan Sama dan semakin belajar untuk merasakan keadaan narasumber. Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Semakin menggali & mendalami teori serta kenyataan di lapangan dengan asistensi hasil wawancara pada dosen pembimbing. Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Penataan ide-ide desain yang ada dan didiskusikan secara lebih mendalam. Kuliah/ Pertemuan ke 7-8 Tanggal 9 April 2014 & 16 April 2014 Materi teori yang didapatkan Tidak ada, merupakan pekan Ujian Tengah Semester (UTS). Perasaan yang dirasakan - Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan - Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan - Kuliah/ Pertemuan ke 9 Tanggal 23 April 2014 Materi teori yang didapatkan Workshop UNDK Perasaan yang dirasakan Merasa semakin terbekali Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Sama dengan anggapan sebelumnya, yaitu keduanya harus diperhatikan. Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan - Kuliah/ Pertemuan ke 10 Tanggal 30 April 2014 Materi teori yang didapatkan Persiapan Workshop Desain Perasaan yang dirasakan Semakin berusaha memahami perasaan narasumber agar dapat menciptakan desain yang baik bagi narasumber. Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Sama dengan pertemuan sebelumnya. Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Ide desain yang mulai tersusun dengan rapi & sistematis. Kuliah/ Pertemuan ke 11 Tanggal 7 Mei 2014 Materi teori yang didapatkan Workshop Desain Perasaan yang dirasakan Semakin simpati terutama setelah melihat kehadiran dan keadaan narasumber kelompok lain. Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Setiap teori yang ada memiliki hubungan yang berbeda-beda bagi tiap-tiap orang yang berbeda pula terutama terhadap kebutuhan yang berbeda. Hal ini disadari setelah melihat kehadiran narasumber kelompok lain dalam Workshop Desain ini. Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Desain ide kelompok, namun masih akan mengalami proses perubahan lagi kedepannya. Kuliah/ Pertemuan ke 12 Tanggal 14 Mei 2014 Materi teori yang didapatkan Penjelasan 7 Prinsip Desain Inklusi Perasaan yang dirasakan Semakin terbekali dalam mendesain khususnya dalam tugas yang saat ini sedang dikerjakan, juga semakin tertantang untuk memenuhi prinsip-prinsip tersebut dalam desain yang sedang dilakukan oleh kelompok. Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan Dari prinsip-prinsip di atas kami tahu bahwa ada standar-standar yang harus dipenuhi dalam mendesain rumah untuk penderita disabilitas, kita tidak bisa menyamakan dengan 163 Universitas Kristen Petra kenyataan di lapangan rumah pada umumnya. Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Koreksi ulang desain yang sedang dikerjakan agar memenuhi 7 prinsip desain inklusi yang telah dijelaskan. Kuliah/ Pertemuan ke 13 Tanggal 21 Mei 2014 Materi teori yang didapatkan Asistensi tugas akhir. Perasaan yang dirasakan Semakin yakin dalam penyelesaian proses desain. Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Semakin paham & berusaha menerapkannya dalam tugas akhir yang sedang dikerjakan. Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Hasil desain yang semakin mencapai tahap akhir finalisasi serta kelengkapannya. Kuliah/ Pertemuan ke 14 Tanggal 28 Mei 2014 Materi teori yang didapatkan Pengumpulan tugas akhir (UAS). Perasaan yang dirasakan - Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan - Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan -
Yovita Hadi, 22411095 Nama Yovita Hadi NRP 22411095 Email Mahasiswa yovitahadi@yahoo.com Mata Kuliah KKP-C Desain Inklusi Dosen Pengampu Gunawan, S.T, M.Sc Kuliah/ Pertemuan ke 1 Tanggal 20 Februari 2014 Materi teori yang didapatkan Pengantar Desain Inklusi Perasaan yang dirasakan Ingin tahu lebih jauh apa yang dimaksud dengan desain inklusi Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Belum terlalu paham, karena hanya mendengar teorinya saja, dan hanya dijelaskan gambaran besar dari desain inklusi Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Belum ada Kuliah/ Pertemuan ke 2 Tanggal 26 Februari 2014 Materi teori yang didapatkan Kuliah mengenai desain inklusi dengan narasumber Pak Tutus, penyandang tuna netra Perasaan yang dirasakan Menjadi lebih peka pada kebutuhan orang-orang dengan disabilitas Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Belajar untuk memahami kebutuhan orang-orang berkebutuhan khusus, menjadi lebih simpati dan mulai terbayang penerapannya dalam arsitektur Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Belum ada Kuliah/ Pertemuan ke 3 Tanggal 12 maret 2014 Materi teori yang didapatkan Simulasi Desain Inklusi (tuna netra) Perasaan yang dirasakan Malu karena menjadi sorotan mata banyak orang dan takut karena kehilangan arah saat mata ditutup Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Menjadi orang berkebutuhan khusus tidaklah mudah, terlebih dengan desain yang tidak ramah terhadapnya. Selain secara fisik, mental pun juga harus lebih kuat. Teori yang diberikan di kelas tidak semudah yang dijalani Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Belum ada 164 Universitas Kristen Petra Kuliah/ Pertemuan ke 4 Tanggal 19 maret 2014 Materi teori yang didapatkan Wawancara Dengan Narasumber (Luar Kampus) Perasaan yang dirasakan Simpati terhadap Bp. Fauzi penderita cerebral palsy Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Kebutuhan untuk penderita cerebral palsy tidak dibahas di kelas, namun dengan melihat apa yang telah dirancang oleh keluarga Bp. Fauzi sendiri untuk memenuhi kebutuhannya, mendapat pelajaran langsung di lapangan. Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Memberikan simpati dan menggali info terhadap narasumber Kuliah/ Pertemuan ke 5 Tanggal 26 Maret 2014 Materi teori yang didapatkan Wawancara dengan narasumber (Luar Kampus) Kelompok berdiskusi perihal hasil wawancara dan mulai melakukan pemecahan desain. Perasaan yang dirasakan Semakin peka dalam mencari tahu kebutuhan dari penderita cerebral palsy untuk melakukan aktivitas sehari-hari Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Untuk dapat mendesain, harus mengerti pengguna dari desain kita sendiri baik secara mental dan fisik, karena tanpa pengalaman yang cukup, banyak hal akan terlewatkan Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Mencoba untuk memberikan desain secara sketsa dan gambaran kedepannya Kuliah/ Pertemuan ke 6 Tanggal 2 April 2014 Materi teori yang didapatkan Asistensi Hasil Wawancara Perasaan yang dirasakan Tidak ada Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Mencari teori yang didapat dan menerapkannya pada desain kenyataan yang ada di lapangan Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Mulai menatata ulang desain yang sudah di buat sebelumnya serta mengatur dimensi yang di butuhkan. Kuliah/ Pertemuan ke 7-8 Tanggal 9 April 2014 & 16 April 2014 Materi teori yang didapatkan Tidak ada, merupakan pekan Ujian Tengah Semester (UTS). Perasaan yang dirasakan - Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan - Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan - Kuliah/ Pertemuan ke 9 Tanggal 23 April 2014 Materi teori yang didapatkan Workshop UNDK Perasaan yang dirasakan Antusias Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Kenyaataan terkadang belum sesuai dengan teori yang ada namun teori dapat menjadi modal untuk mendesain di kemudian hari Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Tidak ada Kuliah/ Pertemuan ke 10 Tanggal 30 April 2014 Materi teori yang didapatkan Persiapan Workshop Desain Perasaan yang dirasakan Berusaha untuk makin mendalami bagaimana perasaan narasumber agar desain dapat menjadi lebih sesuai dengan pengguna Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan
Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Menyusun desain dalam sebuah skematik dan sketsa Kuliah/ Pertemuan ke 11 Tanggal 7 Mei 2014 165 Universitas Kristen Petra Materi teori yang didapatkan Workshop Desain Perasaan yang dirasakan Menjadi makin mengerti bagaimana desain untuk orang berkebutuhan khusus lainnya Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Setiap teori belum tentu sesusai dengan narasumber yang di desainkan karena terkadang pengguna lebih memiliki preferensi sendiri dan juga teori dapat menjadi tolak ukur dalam desain Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Memberikan ide ide tambahan yang di dapat melalui narasumber lain juga. Kuliah/ Pertemuan ke 12 Tanggal 14 Mei 2014 Materi teori yang didapatkan Penjelasan 7 Prinsip Desain Inklusi Perasaan yang dirasakan Semakin mengerti akan prinsip-prinsip yang harus diterapkan di dalam desain Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Teori teori yang di dapat dengan kenyaataan yang ada belum tentu sama serta sesusai dengan kebiasaan dan kenyamaanan pengguna menjadi pertimbangan Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Mereview desain yang telah dibuat dan merecheck apakan prinsip-prinsip sudah diterapkan semua di dalam desain Kuliah/ Pertemuan ke 13 Tanggal 21 Mei 2014 Materi teori yang didapatkan Asistensi tugas akhir Perasaan yang dirasakan Berusaha semaksimal mungkin membuat desain yang baik untuk narasumber Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Melakukan pengecekan ulang desain yang telah dibuat dan membandingkannya dengan teori yang ada Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Hasil akhir dengan melakukan finalisasi terhadap gambar 3d Kuliah/ Pertemuan ke 14 Tanggal 28 Mei 2014 Materi teori yang didapatkan Pengumpulan tugas akhir (UAS). Perasaan yang dirasakan - Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan - Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan -
Theodorus Akwila Previan, 22411110 Nama Theodorus Akwila Previan NRP 22411110 Email Mahasiswa aquilaprevian@yahoo.com Mata Kuliah KKP-C , Desain Inklusi Dosen Pengampu Gunawan Tanuwidjaja, ST, M.Sc Kuliah Pertemuan ke 1. Tanggal Rabu, 19 Februari 2014 Materi teori yang didapatkan Pengantar Desain Inklusi. Pertemuan pertama membahas tentang pengantar Desain Inklusi. Bapak Gunawan menjelaskan tentang definisi desain inklusi, perlunya desain inklusi, dan beberapa studi kasus tentang desain-desain yang memperhatikan disabilitas pengguna. Perasaan yang dirasakan Senang dan penasaran. Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan yang ada di lapangan Saya mendapatkan pengetahuan baru tentang Desain Inklusi. Desain Inklusi merupakan desain yang memperhatikan secara khusus kebutuhan penggunanya. Kebanyakan yang dibahas merupakan pengguna yang memiliki kebutuhan khusus, antara lain seperti tuna netra dan tidak bisa berjalan biasa. Di lapangan saya beberapa kali menemui desain- desain untuk difabel, tetapi belum mengetahui secara detail. 166 Universitas Kristen Petra Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Belum ada, baru sebatas perkenalan materi. Kuliah Pertemuan ke 2. Tanggal Rabu, 26 Februari 2014 Materi teori yang didapatkan Kuliah Tamu dari Narasumber Bp. Tutus. Pertemuan kedua mendatangkan narasumber dari luar, yaitu Bp. Tutus. Beliau merupakan penyadang kebutuhan khusus tuna netra. Beliau datang bersama istrinya yang juga penyandang tuna netra. Bedanya bila Bp. Tutus memiliki jenis tuna netra full (sama sekali tidak bisa melihat), istrinya memiliki tuna netra setengah (bisa melihat tetapi kurang jelas, semacam katarak tetapi lebih di atas katarak). Bp.Tutus membagikan pengalamannya dalam beradaptasi dengan fasilitas umum, yang sebagian besar ditujukan secara umum untuk orang-orang normal sehingga beliau harus beradaptasi. Perasaan yang dirasakan Senang dan penasaran. Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan yang ada di lapangan Saya mendapatkan pengetahuan baru tentang adaptasi penyandang tuna netra terhadap lingkungan umum di sekitarnya. Yaitu bagaimana penggunaan tongkat tuna netra yang ternyata memiliki beberapa teknik penggunaan tersendiri yang tidak diketahui oleh orang banyak. Diantaranya dengan meraba bidang-bidang di hadapan pengguna, dan meraba tekstur bidang tersebut untuk mengenali suatu tempat atau lingkungan. Di samping itu saya terkesan juga dengan usaha para penyandang tuna netra yang mau untuk berusaha mandiri tanpa dibantu orang lain. Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Belum ada, baru sebatas perkenalan materi. Kuliah Pertemuan ke 3. Tanggal Rabu, 11 Maret 2014 Materi teori yang didapatkan Simulasi Desain Inklusi. Pada pertemuan ketiga kami melakukan simulasi penyandang cacat. Beberapa peralatan yang kami gunakan yaitu tongkat tuna netra, penutup mata dan kursi roda. Kami melakukannya dengan jalur dari gedung P sampai dengan puncak gedung W. Diusahakan spot-spot simulasi merupakan tempat-tempat yang mewakili lingkungan yang biasa dijumpai oleh penyandang cacat, contohnya seperti tangga, ramp, kamar mandi, dan lift. Perasaan yang dirasakan Senang dan penasaran. Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan yang ada di lapangan Saya mendapatkan pengetahuan baru juga dan berkesempatan untuk mengalami sendiri apa yang dialami oleh orang-orang berkebutuhan khusus dan bagaimana cara mereka beradaptasi dengan lingkungan di sekitarnya. Yang paling berkesan menurut saya adalah bagaimana menggunakan kursi roda pada jalan yang berundak (tangga), pada ramp yang curam, menghadapi keterbatasan ruang pada kamar mandi, dan juga keterbatasan ruang pada lift juga untuk sirkulasi ke lantai atas yang cukup tinggi. Saya jadi memahami bahwa diperlukan waktu penyesuaian yang cukup lama terhadap semua itu dan butuh usaha yang lebih besar untuk bisa beradaptasi, sehingga pelajaran yang saya dapat adalah saya menjadi lebih menghargai para penyandang cacat karena mereka berpengalaman untuk memiliki usaha yang lebih besar untuk beradaptasi dibandingkan dengan orang normal. Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Belum ada, baru sebatas pengenalan dan praktek tentang pengguna berkebutuhan khusus Kuliah Pertemuan ke 4 Tanggal Rabu, 18 Maret 2014 167 Universitas Kristen Petra Materi teori yang didapatkan Wawancara dengan Narasumber di luar kampus (1). Kami mewawancarai narasumber di luar kampus bersama dengan kelompok yang sudah dibagi. Kelompok kami mendapat tugas menganalisis kebutuhan Bp. Fauzi yang memiliki penyakit cerebral palsy, yaitu kelumpuhan permanen yang dialami sejak kecil berupa keterbatasan penggunaan alat tubuh, yaitu kaki yang tidak memungkinkan penderita tidak dapat berjalan dan duduk layaknya orang biasa. Bp. Fauzi diharuskan untuk merangkak dalam geraknya dan perpindahannya. Di rumah bapak Fauzi, kami mendapati bahwa rumah beliau yang direnovasi sedemikian rupa sehingga dapat menyesuaikan kebutuhan Bp. Fauzi sendiri, antara lain peletakan meja-meja belajar yang pendek dan menyesuaikan pergerakan Bp. Fauzi, lantai area mandi yang diturunkan dan wc yang selevel lantai sehingga memudahkan Bp. Fauzi untuk mandi dan buang air. Perasaan yang dirasakan Senang dan penasaran. Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan yang ada di lapangan Kami mendapatkan pengetahuan baru tentang penyakit cerebral palsy dan kondisi penderita cerebral palsy tersebut. Selain itu juga bagaimana penyesuaian diri mereka terhadap lingkungan sekitar, juga penyesuaian desain rumah tinggal mereka yang dapat memenuhi segala kebutuhan penggunanya yang memiliki kebutuhan khusus. Di samping itu, pelajaran yang saya dapatkan adalah bahwa ditengah keterbatasannya, Bp. Fauzi ternyata merupakan seorang yang berprestasi tinggi dan bisa menempuh pendidikan tinggi seperti orang-orang lainnya. Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan belum ada, baru sebatas perkenalan dan eksplorasi . Kuliah Pertemuan ke 5 Tanggal Rabu, 26 Maret 2014 Materi teori yang didapatkan Wawancara dengan Narasumber di luar kampus (2). Waktu ini kami gunakan untuk berdiskusi dalam kelompok tentang pemecahan masalah yang perlu dalam usaha peningkatan kenyamanan penyandang cacat dalam menghuni rumahnya. Perasaan yang dirasakan Senang dan penasaran. Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan yang ada di lapangan Kami dilatih untuk merasakan pengalaman penyandang cacat dan menganalisa permasalahan mereka, serta mencari desain yang lebih baik untuk dapat memenuhi kenyamanan penyandang cacat dalam menghuni rumah mereka. Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Analisis kebutuhan pengguna dan konsep awal pemecahan masalah desain. Kuliah Pertemuan ke 6 Tanggal Rabu, 23 April 2014 Materi teori yang didapatkan Workshop UNDK. merupakan seminar internasional yang membahas mengenai berbagai macam hal. Dalam hal ini diundang tamu dari berbagai macam Negara khususnya ASEAN. 2 sesi yang sempat di ikuti saat itu yaitu mengenai cara pembelajaran yang kreatif melalui teknologi dan teknik. Selain itu terdapat materi tentang arsitektur tradisional dengan tema Arsitektur Tionghoa. Perasaan yang dirasakan Senang dan penasaran. Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan yang ada di lapangan Saya mendapat banyak pengetahuan tentang teknologi-teknologi dalam arsitektur yang dapat mempermudah kita dalam melakukan aktifitas. Selain itu juga pengetahuan tentang arsitektur tradisional Tionghoa yang ternyata juga telah memperhatikan kebutuhan dan kenyamanan penghuninya. Ini bisa dilihat dari bentuk desain dan tata ruang yang unik bila dibandingkan dengan arsitektur di daerah lain. 168 Universitas Kristen Petra Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan belum ada, sebatas pengenalan kepada desain-desain berteknologi maju. Kuliah Pertemuan ke 7 Tanggal Selasa, 30 April 2014 Materi teori yang didapatkan Persiapan Workshop Desain. Waktu ini kami gunakan untuk mencari info lebih mengenai contoh desain rumah untuk penderita cerebral palsy beserta kebutuhan mendasarnya, dan juga mendata kebutuhan khusus yang dibutuhkan oleh Bp. Fauzi karena setiap penderita disabilitas memiliki kebutuhan yang berbeda meskipun sama- sama menderita cerebral palsy. Kami juga mencoba mensimulasikan untuk menjadi Bp. Fauzi dan melakukan aktivitas. Perasaan yang dirasakan Senang dan penasaran. Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan yang ada di lapangan Kegiatan ini melatih kepekaan kita dalam menganalisis karakteristik dan mencari kebutuhan yang diperlukan oleh pengguna sehingga mereka dapat nyaman dalam melakukan aktifitasnya melalui arsitektur yang bersahabat dengannya. Kami juga memperoleh pandangan arsitektur dari mata pengguna difabel melalui proses mencoba menjadi pengguna yang berkebutuhan khusus. Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Pendalaman lebih tentang analisis karakter pengguna dan solusi yang lebih efektif lagi untuk pengguna. Kuliah Pertemuan ke 8 Tanggal Rabu, 7 Mei 2014 Materi teori yang didapatkan Pertemuan ke 8 mengundang narasumber dari luar untuk membahas tentang kebutuhan khusus yang dimilikinya. Narasumber kelompok kami Bp. Fauzi berhalangan hadir dikarenakan sedang mengikuti ibadah umroh. Yang kami lakukan adalah membahas desain apa yang diperlukan untuk dapat menampung kebutuhan penghuni sehingga bisa beraktivitas dengan baik. Setelah itu kami mempresentasikan desain tersebut dihadapan narasumber, Bp. Gunawan, dan peserta mata kuliah Desain Inklusi yang lain. Perasaan yang dirasakan Senang dan penasaran. Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan yang ada di lapangan Di sini yang kami dapatkan adalah berpikir kritis dan solutif mengenai apa yang perlu diperbaiki pada rumah penyandang kebutuhan khusus ini. Kami dilatih untuk menganalisis masalah-masalah yang sering dialami oleh pengguna selama di rumahnya dan bagaimana pemecahannya sehingga pengguna bisa lebih nyaman dalam menghuni rumahnya dan melakukan kegiatannya sehari-hari. Di sini kami juga berdiskusi dengan kelompok lain yang narasumbernya datang dan berkesempatan untuk sharing pengalamannya. Dari mereka, kami memahami bahwa kenyataannya yang terjadi di lapangan mungkin beberapa desain ideal tidak dapat terlaksana dikarenakan beberapa kendala, baik dari segi pembangunan maupun nanti mau-tidaknya pengguna menerima desain ideal kita. bisa juga ternyata pengguna sudah merasa nyaman dengan desain yang selama ini mereka gunakan. Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan
Kuliah Pertemuan ke 9 Tanggal Rabu, 15 Mei 2014 Materi teori yang didapatkan Pertemuan ke-9 membahas pengenalan 7 prinsip desain inklusi, yaitu: 169 Universitas Kristen Petra
1. Equitable Use (Kesetaraan dalam penggunaan). Desain harus memiliki kesetaraan, yaitu mampu untuk dipakai semua pengguna yang memiliki kemampuan dan karakteristik yang beragam.
2. Flexibility in Use (Fleksibilitas dalam penggunaan). Desain harus dapat memenuhi kebutuhan setiap individu dan memberikan kemungkinan untuk setiap individu beraktifitas di dalamnya.
3. Simple and Intuitive Use (Pengunaan yang sederhana dan intuitif). Desain dapat dinikmati dan digunakan dengan mudah, tanpa membutuhkan perlakuan khusus yang menyulitkan pengguna, justru harus dapat mempermudah pengguna.
4. Perceptible Information (Informasi yang jelas). Desain dapat memberikan informasi yang penting bagi pengguna yang dapat dimengerti oleh setiap pengguna dengan bantuan indera apapun.
5. Tolerance for Error (Toleransi terhadap kesalahan). Desain harus meminimalkan bahaya dan dan konsekuensi merugikan dari tindakan kecelakaan yang disengaja maupun tidak disengaja.
6. Low Physical Effort (Meminimalkan upaya fisik). Desain sebaiknya jangan terlalu menuntut pengguna melakukan upaya fisik yang besar, sebaliknya dengan upaya fisik seminimal mungkin untuk mencapai tujuan yang besar.
7. Size and Space forApproach and Use (Menyediakan ukuran dan ruang yang cukup untuk pendekatan dan penggunaan). Perasaan yang dirasakan Senang dan penasaran. Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan yang ada di lapangan Kami mendapatkan pengetahuan baru tentang prinsip-prinsip yang benar dalam desain inklusi. Menurut kami prinsip-prinsip ini sebaiknya juga dapat digunakan dalam semua desain arsitektur sehingga kita dapat menciptakan sebuah space yang ramah bagi semua pengguna. Yang sering membuat bingung adalah pada saat kita ingin idealis membuat suatu desain dengan bentuk yang kita inginkan tetapi ternyata bila diintegrasikan dengan prinsip inklusi jadinya adalah bertentangan dan tidak dapat dimasukkan. Tantangan yang harus kita pecahkan adalah bagaimana membuat sebuah desain yang ideal dengan bentuk yang baik dan juga bisa ramah dengan semua pengguna dengan karakter dan kemampuan yang berbeda-beda. Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan belum ada, sebatas pengenalan terhadap 7 prinsip desain inklusi.
Kelompok Bapak Abdul Syakur S.E. Louis Satria Purwanto, 22411094 Nama Louis Satria Purwanto NRP 22411094 Email Mahasiswa louis.purwanto@yahoo.com Mata Kuliah KKP-C Desain Inklusi Dosen Pengampu Gunawan,S.T, M.Sc Kuliah/ Pertemuan ke 1 Tanggal 20 Februari 2014 Materi teori yang didapatkan Pengantar Desain Inklusi Pertemuan pertama kami dijelaskan mengenai tugas mata kuliah Inklusi secara garis besar, bahwa kami akan mendesain ruang bagi kaum difabel, misalnya tuna netra, tuna daksa, lansia, dan sebagainya. Bapak Gunawan mulai memberi contoh fasilitas umum yang tidak aksesibel bagi kaum difabel. Misalnya bagi tuna netra, mereka butuh bimbingan berupa ubin dengan penanda khusus pada trotoar jalan. Penanda khusus pada jalan berbeda-beda dengan fungsi yang berbeda. Ada yang menandakan bahwa jalan lurus, berhati-hati, atau perbedaan ketinggian. Tuna netra dapat mengetahuinya melalui bantuan tongkat. Misalnya 170 Universitas Kristen Petra bagi tuna daksa yang menggunakan kursi roda, sebaiknya menggunakan pintu geser, karena pintu standar akan dapat menyusahkan bahkan membahayakan pengguna. Perasaan yang dirasakan Ketidak setaraan hak untuk aksesibilitas antara manusia normal biasa dengan para kaum difabel, yang saat ini masih sangat kurang perhatian dari kita semua bagi mereka yang membutuhkan itu. Pedestrian yang ada di Indonesia ini sangat tidak layak bagi kalangan mereka Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Aksesibilitas fasum pedestrian saat ini hanya ditujukan pada masyarakat umum saja. Para penyandang disabilitas belum mendapatkan perhatian yang layak. Di beberapa titik kota sudah ada yang mulai menggalakan atau memberikan perhatian lebih kepada mereka, tapi belum 100% baik diterapkannya. Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Mulai berpikir dan bertindak dengan kacamata kaum orang difable agar turut dapat merasakan kekurangan dan kesulitan yang dialami mereka sehingga bisa lebih bereksplor dalam mendesain. Kuliah/ Pertemuan ke 2 Tanggal 27 Februari 2014 Materi teori yang didapatkan Kedatangan Pak Tutus Pak Tutus menceritakan banyak hal, mulai dari pengalaman Beliau di fasilitas-fasilitas umum yang tidak memperhatikan aksesibilitas kaum difabel, cara memegang tongkat, mengajarkan fungsi penanda khusus dan perbedaannya masing-masing, penataan ruang untuk kaum tuna netra, kesulitan-kesulitan yang didapatkan saat beraktivitas. - Selalu berjalan di dekat pembatas berupa dinding atau semacamnya untuk memudahkan mengetahui arah, atau berjalan sambil meraba - Menggunakan tongkat untuk mengetahui arah - Ketika kaki kanan melangkah ke depan, maka tongkat diarahkan ke kiri, dan sebaliknya - Tidak perlu mengayunkan tongkat terlalu tinggi - Cara memegang tongkat (teknik grip) harus rileks, tidak kaku, dan tidak terlalu erat. Jari telunjuk yang akan menggerakkan tongkat ke kanan dan ke kiri. - Sewaktu hendak berjalan hendaknya mengecek keadaan yang ada di depannya menggunakan tongkat Perasaan yang dirasakan Perbedaan kesulitan yang sangat besar antara orang normal dan orang disabilitas dalam menjalankan kegiatannya sehari-hari. Mengingatkan kita untuk lebih peka dalam mendesain sehingga selalu berusaha untuk measukan unsur-unsur tersebut pada setiap rancangan. Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Tuna netra bergerak melalui memori yang ada. Apabila mereka sudah terbiasa atau hafal dengan keadaan di sekitarnya maka mereka dapat beraktivitas lebih mudah. Maka dari itu pada tempat tinggal Pak Tutus keadaan perabot di rumahnya tidak boleh dipindah sedikit pun. Pada kehidupan bermasyarakat masih kurang teraplikasikan. Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Semakin menerapkan desain-desain bagi kaum disabillitas terutama pada fungsi fungsi fasilitas umum lebih ditingkatkan kembali karena saat ini masih sangat kurang pada kenyataannya di lapangan. Kuliah/ Pertemuan ke 3 Tanggal 12 Maret 2014 Materi teori yang didapatkan Simulasi Desain Inklusi - Ramp membutuhkan kemiringan tertentu agar mudah dilewati kursi roda - Pengguna kursi roda sulit menaiki ramp di gedung EH, dan handrail yang disediakan tidak berguna - Material ramp tidak boleh licin, untuk pengguna kursi roda maupun tuna netra Perasaan yang dirasakan Sulit menaiki kursi roda karena membutuhkan tenaga ekstra, dan sangat berbahaya jika menaiki atau menuruni ramp yang curam. Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Ada suatu standar universal dalam perancangan ramp agar dapat dilalui dengan mudah baik oleh pengguna kursi roda atau tongkat, maupun oleh tuna netra, lansia, ibu hamil, dsb. Semakin landai suatu ramp maka akan lebih mudah diakses. Pemilihan material yang tepat juga akan membantu aksesibilitas kaum difabel. Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Desain yang bersifat universal agar dapat digunakan oleh kaum difabel bahkan orang normal. Kuliah/ Pertemuan ke 4 Tanggal 19 Maret 2014 Materi teori yang didapatkan Wawancara Kami mewawancarai Bapak Syakur di YPAC, Beliau adalah pengguna kursi roda di YPAC, tetapi menggunakan tongkat di rumah karena masalah keterbatasan ruang. Bapak Syakur mengaku bahwa tidak terlalu menemukan kesulitan dalam menggunakan tongkat, tetapi jika menggunakan kursi roda hal yang sering terjadi adalah kursi roda yang menabrak perabot, misalnya tidak bisa masuk ke dalam meja makan, dsb.. Perabotan juga 171 Universitas Kristen Petra memerlukan tinggi yang dapat dijangkau oleh pengguna kursi roda, jadi segala penempatan perabotan lebih rendah dari biasanya. - Kursi roda membutuhkan ruang yang lebih besar untuk manuver - Kursi roda membutuhkan ramp untuk melalui naikan atau turunan, dengan kemiringan yang cocok - Kursi roda mempunyai berbagai macam jenis dan semakin canggih untuk membantu aktivitas penggunanya - Pengguna kursi roda memerlukan kekuatan lebih untuk berpindah dari kursi roda ke tempat lain, misalnya sofa, atau toilet - Saat berpindah tempat, pengguna kursi roda membutuhkan bantuan handrail Perasaan yang dirasakan Para kaum difabel mampu untuk melakukan kegiatan-kegiatan sehari-hari nya secara mandiri membuat rasa respect pada diri saya muncul. Yang diharapkan oleh mereka hanyalah kesataran dan sedikit perhatian agar mereka mendapatkan kemudahan yang sama dengan masyarakat umum lainnya. Tidak dibeda-bedakan. Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Pengguna setiap fasilitas umum adalah semua orang baik itu masyarakat umum maupun kaum difable. Meskipun tidak cacat semua orang pasti akan tua atau dapat hamil. Sehingga sebenarnya apabila kita telah membiasakan diri untuk mendesain dengan target spectrum seperti di atas, maka desain kita kaan berhasil untuk semua pengguna. Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Ingin lebih mengeksplore dan mengetahui bagaimana kesulitan-kesulitan yang dialami oleh sumber sehingga bisa lebih mengena dan sadar agar dapat menjadi perhatian yang lebih. Kuliah/ Pertemuan ke 5 Tanggal 26 Maret 2014 Materi teori yang didapatkan Wawancara Perasaan yang dirasakan Rumah Pak Syakur sangat tidak mendukung dengan aksebilitas bagi kaum difabel membuat prihatin Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Setiap ruang harus didesain dengan ukuran yang pas sehingga dapat dilewati oleh kursi roda, maupun kursi roda tersebut bermanuver. Namun pada lorong-lorong ruang tersebut terlalu sempit untuk melakukan manuver kursi roda. Kemudian pintu-pintu yang digunakan menggunakan pintu engsel yang membuat pak Syakur kesulitan untuk membuka pintu apabila menggunakan kursi roda. Pak Syakur sendiri menggunakan kendaraan roda tiga yang diparkir pada ram depan rumahnya yang terlalu curam. Di dalam rumahnya sendiri banyak terdapat perbedaan ketinggian yang menyulitkan pak Syakur untuk bergerak. Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Mulai memikirkan cara dan mendesain bagaimana desain yang ideal bagi rumah pak syakur yang baru dengan menambahkan akses ram-ram agar memudahkan sirkulasi kursi roda. Kuliah/ Pertemuan ke 6 Tanggal 3 April 2014 Materi teori yang didapatkan Asistensi Hasil Wawancara Perasaan yang dirasakan Semangat untuk membuat rancangan rumah Pak Syakur yang lebih asesibel bagi pengguna kursi roda Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Pemberian handrail serta perbanyakan ramp harus ditambahkan agar kemudahan dan keamanan aksesibilitas lebih meningkat dari yang sebelumnya. Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Mengajukan ide-ide desain dan saran yang ingin diberikan untuk lebih mendukung pengerjaan desain rumah Pak Syakur. Kuliah/ Pertemuan ke 7 Tanggal 10 April 2014 Materi teori yang didapatkan UTS Perasaan yang dirasakan Mencari tahu lebih tentang desain inklusi yang benar Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Perlu adanya prinsip-prinsip desain inklusi untuk semua desain bangunan yang bersifat universe. Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Memberikan masukan-masukan dan kritik terhadap desain inklusi yang diajukan Kuliah/ Pertemuan ke 8 Tanggal 17 April 2014 Materi teori yang didapatkan UTS Perasaan yang dirasakan Mencari tahu lebih tentang desain inklusi yang benar Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Desain inklusi yang benar juga perlu memerhatikan kebutuhan dari setiap penggunanya apabila lingkup kerjanya bersifat lebih mikro seperti rumah pengguna, ruang kerja dan sebagainya. Namun untuk fasilitas umum, desain yang digunakan dapat bersifat universal 172 Universitas Kristen Petra Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Memberikan masukan-masukan dan kritik terhadap desain inklusi yang diajukan Kuliah/ Pertemuan ke 9 Tanggal 24 April 2014 Materi teori yang didapatkan Workshop UNDK Perasaan yang dirasakan Semangat memikirkan desain yang diterapkan Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Perlu adanya 7 prinsip desain inklusi untuk semua desain bangunan yang bersifat universe. Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Memberikan masukan-masukan dan kritik terhadap desain inklusi yang diajukan Kuliah/ Pertemuan ke 10 Tanggal 1 Mei 2014 Materi teori yang didapatkan Persiapan Workshop Desain Perasaan yang dirasakan Berdikusi dengan kelompok untuk menyatukan pendapat agar dapat menemukan ide desain yang tepat untuk rumah Pak Syakur Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Rumah Pak Syakur didesain ulang agar lebih luas dengan mengeliminasi ruang-ruang yang kurang terpakai. Selain itu pembuatan bukaan yang lebih nyaman agar selain sesuai dengan tempat tinggal penyandang disabilitas, tetapi juga tetap memikirkan aspek kesehatannya. Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Memberikan saran serta pendapat pada kelompok Kuliah/ Pertemuan ke 11 Tanggal 8 Mei 2014 Materi teori yang didapatkan Workshop Desain Perasaan yang dirasakan Mata menjadi terbuka setelah mendengar langsung dari sumber-sumber yang telah menghadiri workshop sehingga bisa lebih mengerti dan menambah pengetahuan Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Teori yang didapatkan lebih teori praktis dari sumber-sumber penyandang disabilitas sendiri, selain itu saran-saran dari teman-teman kelompok lainnya menjadi ilmu yang baru bagi saya. Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Mengupdate kembali pekerjaan desain rumah Pak Syakur agar dapat lebih asesibel dengan masukan dari kelompok lain serta sumber workshop Kuliah/ Pertemuan ke 12 Tanggal 15 Mei 2014 Materi teori yang didapatkan Penjelasan 7 Prinsip Desain Inklusi Perasaan yang dirasakan Menambah pengetahuan mengenai desain inklusi yang benar dan sesuai dengan prinsip Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Adanya tujuh prinsip dalam desain inklusi yaitu :
8. Equitable Use (Kesetaraan dalam penggunaan, menarik bagi semua pengguna) 9. Flexibility in Use (Pengguna mampu beradaptasi dengan mudah) 10. Simple and Intuitive Use (Penggunaan desain mampu dimengerti, sederhana) 11. Perceptible Information (Informasi yang penting) 12. Tolerance for Error (Meminimalkan bahaya) 13. Low Physical Effort (Menimbulkan kelelahan minimum) 14. Size and Space for Approach and Use (Ruang yang cukup untuk bergerak) Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Menerapkan prinsip tersebut ke dalam desain rumah pak Syakur satu per satu dengan detail sesuai kebutuhan Kuliah/ Pertemuan ke 13 Tanggal 10 Juni 2014 Materi teori yang didapatkan Asistensi Perasaan yang dirasakan Mengusahakan menyempurnakan kembali desain rumah Pak Syakur Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Kurang detailnya 7 prinsip desain inklusi pada desain sebelumnya. Perabot-perabot yang ada belum inklusif serta aksesibilitas belum mencukupi idealnya di beberapa titik di ruangan rumahnya. Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Mendesain kembali rumah yang telah ada agar lebih baik lagi Kuliah/ Pertemuan ke 14 Tanggal 18 Juni 2014 Materi teori yang didapatkan Kumpul UAS 173 Universitas Kristen Petra Perasaan yang dirasakan Senang karena bisa memberikan kontribusi bagi masyarakat difable Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Materi dengan kenyataan sangatlah sulit diterapkan seluruhnya secara mendetail. Harus ada dorongan lebih untuk mencapai desain yang baik Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Menyelesaikan pekerjaan cadding serta sketchup untuk penyajian. 174 Universitas Kristen Petra Ivan Vilano, 22411108 Nama Ivan Vilano NRP 22411108 Email Mahasiswa Ivanvilano@yahoo.com Mata Kuliah KKP-C Desain Inklusi Dosen Pengampu Gunawan,S.T, M.Sc Kuliah/ Pertemuan ke 1 Tanggal 19 Februari 2014 Materi teori yang didapatkan Pengantar Desain Inklusi Perasaan yang dirasakan Merasa ingin tahu lebih banyak bagaimana desain inklusi seharusnya Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Untuk setiap public space memang perlu adanya accessible untuk setiap pengguna jalan termasuk orang-orang difable. Namun pada kenyataannya, orang-orang cenderung menghiraukan hal tersebut. Karena itu perlu adanya pengetahuan tentang inklusi pada bidang arsitektur sehingga desain pada setiap bangunan dapat diakses oleh semua orang karena memang itu hak milik semua orang. Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Berusaha mencari tahu masalah yang dihadapi oleh orang-orang difable sehingga dapat mendesain fasilitas umum dengan baik dan dapat diakses oleh semua orang Kuliah/ Pertemuan ke 2 Tanggal 26 Februari 2014 Materi teori yang didapatkan Kedatangan Pak Tutus Perasaan yang dirasakan Menambah pengetahuan Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Memahami studi gerak para difable dengan kenyataan pada lapangan. - Dimana orang yang berjalan dengan menggunakan tongkat dan tidak dapat melihat membutuhkan adanya jalur pembantu seperti lantai yang bertekstur ataupun handrail untuk menuntun mereka - Studi tentang luasan gerak orang difable dimana mereka memerlukan ukuran- ukuran perabotan tersendiri untuk memudahkan mereka mengakses hal tersebut. Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Berusaha memahami kekurangan dari pak Tutus dan menerapkannya pada pekerjaan lapangan lebih dalam lagi, sehingga orang-orang seperti pak Tutus ini tidak perlu kerepotan untuk menuju ke suatu tempat Kuliah/ Pertemuan ke 3 Tanggal 11 Maret 2014 Materi teori yang didapatkan Simulasi Desain Inklusi Perasaan yang dirasakan Susah dan memang perlu adanya perhatian khusus Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Difable perlu adanya akses-akses khusus yang membantu mereka seperti ram, handrail dan sebagainya. Dari simulasi ini pula kita mempelajari bahwa ukuran tinggi ram untuk pengguna kursi roda tidak bisa terlalu curam. Perlu juga adanya penunjuk-penunjuk jalan untuk membantu mereka menemukan lokasi yang ingin dituju. Adanya handrail ataupun guiding path akan sangat membantu mereka untuk bergerak. Penggunaan lift dimana tombol lift harus terdapat huruf braille dan tidak boleh terlalu tinggi agar dapat lebih mudah diakses. Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Berusaha mengerti dan memahami kebutuhan para difable dimana hal-hal penting yang perlu diperhatikan dalam mendesain Kuliah/ Pertemuan ke 4 Tanggal 18 Maret 2014 Materi teori yang didapatkan Wawancara Perasaan yang dirasakan Perlu adanya perhatian lebih bagi orang-orang difable salah satunya adalah orang yang kita wawancara yaitu pak Syaukur Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Orang-orang difable seperti pak Syakur dimana ia adalah pengguna kursi roda. Beliau hanya bisa menuju ke public space yang memiliki accessibilitas dimana perlu adanya tuntunan untuk menuju ke tiap-tiap lokasi. Karena itu desain-desain public space yang sekarang tidak memenuhi syarat untuk accessibilitas. Seperti misalnya tidak adanya guiding path atau ram yang terlalu curam untuk dinaiki. Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Menawarkan desain inklusi kepada rumah Pak Syakur untuk dapat dibuat lebih accessibilty namun tetap berestetika Kuliah/ Pertemuan ke 5 Tanggal 26 Maret 2014 Materi teori yang didapatkan Wawancara Perasaan yang dirasakan Prihatin terhadap desain rumah pak Syakur yang cukup susah untuk diakses oleh orang- orang difable 175 Universitas Kristen Petra Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Setiap ruang harus didesain dengan ukuran yang pas sehingga dapat dilewati oleh kursi roda, maupun kursi roda tersebut bermanuver. Namun pada lorong-lorong ruang tersebut terlalu sempit untuk melakukan manuver kursi roda. Kemudian pintu-pintu yang digunakan menggunakan pintu engsel yang membuat pak Syakur kesulitan untuk membuka pintu apabila menggunakan kursi roda. Pak Syakur sendiri menggunakan kendaraan roda tiga yang diparkir pada ram depan rumahnya yang terlalu curam. Di dalam rumahnya sendiri banyak terdapat perbedaan ketinggian yang menyulitkan pak Syakur untuk bergerak. Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Desain rumah pak Syakur harus jelas terdapat ram-ram untuk membantu pergerakan. Pintu yang digunakan diganti dengan sliding door untuk memudahkan pak Syakur. Toilet didesain secara khusus dengan berbagai peralatan mandi untuk orang-orang difable, seperti shower, closet duduk, dan kursi mandi. Kuliah/ Pertemuan ke 6 Tanggal 2 April 2014 Materi teori yang didapatkan Asistensi Hasil Wawancara Perasaan yang dirasakan Semangat memikirkan desain yang diterapkan Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Perlu adanya perubahan ukuran denah dari rumah pak Syakur dimana lorong rumah harus diperbesar untuk memudahkan manuver, dan mengganti tinggi permukaan lantai supaya lebih accessible dan nyaman untuk pak Syakur. Ram kendaraan diperlebar dan diberi handrail untuk menuntun beliau. Ukuran pintu harus disesuaikan dengan ukuran kursi roda pak Syakur. Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Memberikan masukan-masukan dan kritik terhadap desain inklusi yang diajukan Kuliah/ Pertemuan ke 7 Tanggal 9 April 2014 Materi teori yang didapatkan UTS Perasaan yang dirasakan Mencari tahu lebih tentang desain inklusi yang benar Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Perlu adanya prinsip-prinsip desain inklusi untuk semua desain bangunan yang bersifat universe. Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Memberikan masukan-masukan dan kritik terhadap desain inklusi yang diajukan Kuliah/ Pertemuan ke 8 Tanggal 16 April 2014 Materi teori yang didapatkan UTS Perasaan yang dirasakan Mencari tahu lebih tentang desain inklusi yang benar Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Desain inklusi yang benar juga perlu memerhatikan kebutuhan dari setiap penggunanya apabila lingkup kerjanya bersifat lebih mikro seperti rumah pengguna, ruang kerja dan sebagainya. Namun untuk fasilitas umum, desain yang digunakan dapat bersifat universal Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Memberikan masukan-masukan dan kritik terhadap desain inklusi yang diajukan Kuliah/ Pertemuan ke 9 Tanggal 23 April 2014 Materi teori yang didapatkan Workshop UNDK Perasaan yang dirasakan Semangat memikirkan desain yang diterapkan Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Perlu adanya 7 prinsip desain inklusi untuk semua desain bangunan yang bersifat universe. Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Memberikan masukan-masukan dan kritik terhadap desain inklusi yang diajukan Kuliah/ Pertemuan ke 10 Tanggal 30 April 2014 Materi teori yang didapatkan Persiapan Workshop Desain Perasaan yang dirasakan Berusaha untuk menemukan solusi desain inklusi yang sesuai dengan rumah pak Syakur Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Setiap ruangan di dalam rumah pak Syakur harus memiliki accesibilitas yang dapat digunakan oleh pak Syakur sendiri maupun keluarganya. Pemilihan material yang aman dan nyaman juga perlu diperhitungkan di dalam perancangan. Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Memberikan masukan-masukan dan kritik terhadap desain inklusi yang diajukan Kuliah/ Pertemuan ke 11 176 Universitas Kristen Petra Tanggal 7 Mei 2014 Materi teori yang didapatkan Workshop Desain Perasaan yang dirasakan Terinspirasi oleh pembicara workshop yang memberikan wawasan tambahan mengenai desain inklusi Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Prinsip desain yang telah diajarkan di kuliah sesuai dengan kenyataan yang dialami oleh pembicara workshop, seperti penggunaan toilet yang accessible, penggunaan ramp, dain lain-lain. Sekaligus mendapatkan masukan dari kelompok lain mengenai desain yang disarankan Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Memberikan masukan-masukan dan kiritik berdasarkan ilmu tambahan yang didapat dari workshop Kuliah/ Pertemuan ke 12 Tanggal 15 Mei 2014 Materi teori yang didapatkan Penjelasan 7 Prinsip Desain Inklusi Perasaan yang dirasakan Menambah pengetahuan mengenai desain inklusi yang benar dan sesuai dengan prinsip Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Adanya tujuh prinsip dalam desain inklusi yaitu : 15. Equitable Use (Kesetaraan dalam penggunaan, menarik bagi semua pengguna) 16. Flexibility in Use (Pengguna mampu beradaptasi dengan mudah) 17. Simple and Intuitive Use (Penggunaan desain mampu dimengerti, sederhana) 18. Perceptible Information (Informasi yang penting) 19. Tolerance for Error (Meminimalkan bahaya) 20. Low Physical Effort (Menimbulkan kelelahan minimum) 21. Size and Space for Approach and Use (Ruang yang cukup untuk bergerak) Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Menerapkan prinsip tersebut ke dalam desain rumah pak Syakur satu per satu dengan detail sesuai kebutuhan Kuliah/ Pertemuan ke 13 Tanggal 10 Juni 2014 Materi teori yang didapatkan Asistensi Perasaan yang dirasakan Berusaha mencapai desain inklusi yang lebih baik lagi dari hasil sebelumnya Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Bahwa desain inklusi juga tetap harus memikirkan tentang fungsi rumah secara sains dimana cross ventilasi tetap harus dipertahankan. Butuh adanya integrasi antara prinsip desain inklusi dan nilai estetika suatu bangunan. Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Desain dan konsep renovasi rumah pak Syakur yang baru dan sudah didesain secara inklusi.
Andre Sugianto, 22411117 Nama Andre Sugianto NRP 22411117 Email Mahasiswa andresugianto14@hotmail.com Mata Kuliah KKP-C Desain Inklusi Dosen Pengampu Gunawan,S.T, M.Sc Kuliah/ Pertemuan ke 1 Tanggal 19 Februari 2014 Materi teori yang didapatkan Pengantar Desain Inklusi Pada pertemuan pertama dilakukan pengenalan tentang mata kuliah desain inklusi bagi kaum difabel (tuna daksa, tuna rungu, lansia, tuna netra, low vision, dan lain-lain). Pengenalan tentang bagaimana seharusnya mendesain bangunan dengan memperhatikan elemen-elemen desain yang seharusnya ada. Pada pertemuan ini dijelaskan juga tentang tugas dan jadwal perkuliahan yang akan dijalani selama satu semester. Perasaan yang dirasakan Tertarik terhadap apa tentang desain inklusi itu. Mendesain dengan memperhatikan aksesibilitas kaum difabel. Tertarik untuk memperlajari kebutuhan setiap kaum difabel yang relatif berbeda-beda. Tertarik untuk mempelajari penerapan desain kedalam bangunan terhadap setiap kebutuhan yang diperluka kaum difabel tersebut. Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Rata-rata bangunan dan fasilitas umum yang ada terutama di Indonesia belum memperhatikan elemen desain yang memenuhi kebutuhan pengguna kaum difabel. Seperti contoh trotar yang belum didesain untuk tuna netra yang baik. Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Berusaha untuk menghargai setiap kebutuhan kaum difabel dan ikut berkontribusi bagi mereka lewat karya-karya desain kita sebagai seorang arsitek yang baik. Kuliah/ Pertemuan ke 2 Tanggal 26 Februari 2014 Materi teori yang didapatkan Kedatangan Pak Tutus 177 Universitas Kristen Petra Pada pertemuan ini Bapak Tutus selaku pembicara banyak menjelaskan tentang kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan kaum difabel dari segi pengguna tuna netra. Bapak Tutus juga menjelaskan dan banyak memberi contoh tentang kesalahan yang sering dilakukan oleh perancang bangunan dalam mendesain sehingga tidak memenuhi kebutuhan orang-orang difabel khususnya tuna netra. Bapak Tutus mempraktekan bagaimana seorang tuna netra melakukan aktivitas mereka sehari-hari dengan menggunakan tongkat bantu. Bagaimana cara mereka berjalan dan beradaptasi pada suatu ruang atau tempat yang baru bagi mereka. Perasaan yang dirasakan Tertarik tentang setipa pembicaraan Bapak Tutus mengenai semua kebutuhan yang diperlukan sebagai seorang kaum difabel. Tertarik untuk dapat menerapkan setiap bangunan Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Sebagai mahasiswa arsitek saya sadar akan pentingnya kebutuhan kaum difabel. Pentingnya desain yang benar-benar nyaman bagi kaum ini. Banyak kebutuhan yang seharusnya dipenuhi dalam mendesain bangunan. Mendesain bukan semata-mata keindahan dan fungsi ruang saja tetapi juga memperhatikan aksesibiltas kaum difabel juga. Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Berusaha memahami dan mengerti kebutuhan kaum difabel dan mengaplikasikan pada desain bangunan setiap kebutuhan mereka dalam berkativitas sehari-hari sehingga dapat memudahkan dan memberi kenyaman kepada mereka. Kuliah/ Pertemuan ke 3 Tanggal 11 Maret 2014 Materi teori yang didapatkan Simulasi Desain Inklusi Pada pertemuan ini dilakukan simulasi desain dimana kita sebagai mahasiswa mensimulasikan kaum difabel dengan menggunakan beberapa alat bantu seperti tongkat, penutup mata dankursi roda yang dilakukan di gedung W dan di Entrance Hall. Perasaan yang dirasakan Semangat untuk mencoba mensimulasikan bagaimana menjadi seorang difabel. Hal-hal apa saja yang menjadi kendala dalam berkativitas seperti berjalan, duduk, membuka pintu, buang air, menggunakan kursi roda, dan lain-lain. Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Saya paham dan dapat merasakan sendiri bagaimana kebutuhan sebenarnya seorang tuna netra dan tuna daksa. Pentingnya sebuah desain bagi mereka kaum difabel. Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan
Kuliah/ Pertemuan ke 4 Tanggal 18 Maret 2014 Materi teori yang didapatkan Wawancara Pada pertemuan ini saya bersama kelompok wawancara dengan klien desain kami bernama Bapak Syakur yang merupakan seorang tuna daksa yang hanya mampu beraktivitas dengan setengah badan keatas saja. Dari wawancara ini kami paham akan kebutuhan Bapak Syakur dan aktivitas sehari-hari beliau di rumahnya. Kami juga belajar bahwa sebenarnya semua ketentuan dan peraturan tentang difabel sudah tercantum dalam peraturan pemerintah. Hanya saja pelaksanaan yang belum benar-benar terlaksana di seluruh fasilitas umum dan bangunan yang ada. Perasaan yang dirasakan Tertarik untuk mendesain rumah Bapak Syakur dan memperhatikan setiap kebutuhan Bapak Syakur sehingga menunjang dan memberi kenyaman untuk beraktivitas di dalam rumah setiap hari. Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Saya paham apa yang menjadi kebutuhan Bapak Syakur. Setiap perabot harus dapat diraih dengan mudah oleh kursi roda, lebar pintu dan jalan menyesuaikan kebutuhan kursi roda, memperhatikan ketinggian lantai dan kemiringan ramp yang ada. Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Mencoba menerapkan apa yang telah saya perlajari tentang desain untuk kaum difabel kepada desain sebagai seorang arsitektur yang berempati terhadap orang lain khususnya kaum difabel Kuliah/ Pertemuan ke 5 Tanggal 26 Maret 2014 Materi teori yang didapatkan Wawancara Pertemuan ini saya bersama kelompok berkunjung ke rumah Bapak Syakur untuk melihat kondisi rumha. Mencatat setiap kekurangan dan hal-hal yang menjadi kendala pada rumah Bapak Syakur. Mempelajari perabot-perabot yang ada di rumah tersebut. Tingkat aksesibilitas pada rumah beliau. Selanjutnya mengukur setiap ruangan dalam rumah beliau. Perasaan yang dirasakan Tertarik untuk dapat mendesain rumah beliau Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Saya memahami setiap kebutuhan beliau beserta setiap alat yang ia butuhkan dan kegiatan sehari-hari beliau di dalam rumah. Dari referensi tersebut dapat memudahkan kita untuk menngerti dan mendesain rumah beliau sehingga tepat sesuai dengan kebutuhan beliau dengan baik. Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas Mencoba menerapkan apa yang telah saya perlajari tentang desain untuk kaum difabel kepada desain sebagai seorang arsitektur yang berempati terhadap orang lain khususnya 178 Universitas Kristen Petra dampingan kaum difabel Kuliah/ Pertemuan ke 6 Tanggal 2 April 2014 Materi teori yang didapatkan Asistensi Hasil Wawancara Menceritakan ulang hasil dari wawancara dan observasi tentang klien (Bapak Syakur) kepada dosen dan diskusi bersama dosen tentang setiap kebutuhan mereka dan penerapan desain ke dalam bangunan. Perasaan yang dirasakan Tertarik untuk berdiskusi bersama untuk mendapatkan solusi desain yang baik dan tepat Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Memahami hasil diskusi dan menemukan bersama solusi yang seharusnya dapat masuk dalam desain rumah Bapak Syakur Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Mencoba menerapkan apa yang telah saya perlajari tentang desain untuk kaum difabel kepada desain sebagai seorang arsitektur yang berempati terhadap orang lain khususnya kaum difabel Kuliah/ Pertemuan ke 7 Tanggal 9 April 2014 Materi teori yang didapatkan UTS Mencari referensi untuk desain rumah kaum tuna daksa. Perasaan yang dirasakan Senang karena tidak ada Ujian Tengah Semester Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Mencari referensi desain dan mempelajari desain serta mencoba desain untuk rumah Bapak Syakur. Lalu mencoba mengevaluasi hasil desain dengan setiap pelajaran yang telah didapatkan selama setengah semester tentang desain inklusi. Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Mencoba menerapkan apa yang telah saya perlajari tentang desain untuk kaum difabel kepada desain sebagai seorang arsitektur yang berempati terhadap orang lain khususnya kaum difabel Kuliah/ Pertemuan ke 8 Tanggal 16 April 2014 Materi teori yang didapatkan UTS Mendiskusikan hasil desain bersanma dengan teman kelompok dan saling mengkritik serta mmberi masukan desain untuk rumah Bapak Syakur. Mengombinasi semua hasil desain menjadi satu desain yang nyaman dan aksesibel bagi Bapak Syakur dan mengasistensi hasi desain bersama dosen. Perasaan yang dirasakan Tertarik untuk dapat bertukar pikiran serta saling memperbaiki hasil desain dan kebutuhan desain rumah Bapak Syakur. Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Saya paham bahwa desain yang baik untuk tuna daksa tidak mudah. Perlu memperhatikan setiap detail yang ada dalam rumah seperti lebar pintu, tinggi jendela, bentuk perabot, jenis pintu, tekstur lantai, hand rail, letak perabot kamar mandi dan jenisnya, dan lain- lain. Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Mencoba menerapkan apa yang telah saya perlajari tentang desain untuk kaum difabel kepada desain sebagai seorang arsitektur yang berempati terhadap orang lain khususnya kaum difabel Kuliah/ Pertemuan ke 9 Tanggal 23 April 2014 Materi teori yang didapatkan Workshop UNDK Perasaan yang dirasakan Senang karena banyak mendapat hal baru dalam berpikir dan mendesain sesuatu Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Banyak hal yang saya dapatkan dan pahami dalam mendesain bangunan. Bagaimana cara mendesain bangunan yang baik dan nyaman. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mendesain bangunan. Serta langkah-langkah mendesain yang baik dan efektif Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Mencoba menerapkan apa yang telah saya perlajari tentang desain untuk kaum difabel kepada desain sebagai seorang arsitektur yang berempati terhadap orang lain khususnya kaum difabel Kuliah/ Pertemuan ke 10 Tanggal 30 April 2014 Materi teori yang didapatkan Persiapan Workshop Desain Pada pertemuan ini saya bersama kelompok mencoba berdiskusi kembali serta memperbaiki hasil desain yang telah kami buat. Kami mulai mencoba membuat gambar kerja dan bentuk 3D dari desain kami. Kami juga mencoba untuk berdiskusi kembali dengan Bapak Syakur tentang hasil desain yang telah kami buat dan terbuka terhadap masukan-masukan beliau Perasaan yang dirasakan Tertarik untuk membuat gambar kerja serta memperbaiki desain yang telah dibuat menjadi desain yang lebih baik dan benar-benar nyaman untuk Bapak Syakur Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Saya paham ternyata solusi desain yang telah kami buat tidak sepenuhnya dapat menjawab semua kebutuhan Bapak Syakur. Bahkan ada beberapa desain yang malah menghambat aktivitas beliau dan membuat beliau tidak nyaman. Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas Mencoba menerapkan apa yang telah saya perlajari tentang desain untuk kaum difabel kepada desain sebagai seorang arsitektur yang berempati terhadap orang lain khususnya 179 Universitas Kristen Petra dampingan kaum difabel Kuliah/ Pertemuan ke 11 Tanggal 7 Mei 2014 Materi teori yang didapatkan Workshop Desain Pada pertemuan ini saya bersama kelompok mencoba mempresentasikan kepada mahasiswa lain dan kepada dosen hasil dari desain rumah yang kami buat untuk Bapak Syakur. Kami mencoba untuk menjelaskan setiap kebutuhan beliau dan menjelaskan eksekusi desain yang kami lakukan di dalam desain kami. Perasaan yang dirasakan Tertarik untuk dapat menjelaskan ulang kepada mahasiswa lain serta belajar dari hasil presentasi proyek dari mahasiswa lain sehingga pengetahuan akan kebutuhan difabel lain bertambah. Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Saya menjadi mengerti apa yang menjadi kebutuhan kaum difabel lain selain Pak Syakur seperti lumpuh kaki, tuna netra, tuna rungu dan lain-lain serta bagaimana solusi desain untuk memenuhi kebutuhan mereka semua. Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Memberi masukan kepada kelompok lain tentang kekurangan dan kelebihan desain mereka masing-masing dan mencoba merefleksi hasil desain yang telah kami buat bersama Kuliah/ Pertemuan ke 12 Tanggal 15 Mei 2014 Materi teori yang didapatkan Penjelasan 7 Prinsip Desain Inklusi Pada pertemuan ini dijelaskan tentang 7 prinsip desain iklusi yang sebenarnya dibutuhkan bagi kaum difabe oleh dosen. Ke tujuh prinsip tersebut adalah 1. Equitable Use (Kesetaraan dalam penggunaan, menarik bagi semua pengguna) - Penggunaan WC duduk untuk pengguna kursi roda atau orang tua - Pemberian ramp di bagian depan untuk masuknya kursi roda
2. Flexibility in Use (Pengguna mampu beradaptasi dengan mudah) - Misalnya ada meja yang dapat dilipat untuk kebutuhan ibu saat memasak, karena meja untuk pengguna kursi roda lebih tinggi/rendah
3. Simple and Intuitive Use (Penggunaan desain mampu dimengerti, sederhana) - Handrail untuk pengguna kursi roda atau orang tua
4. Perceptible Information (Informasi yang penting) - Papan instruksi untuk hal-hal baru misalnya untuk meja lipat
5. Tolerance for Error (Meminimalkan bahaya) - Handrail agar memudahkan orang berdiri dari kursi roda - Material lantai tidak licin - Penggunaan ramp - Dinding tidak bersudut 90 o
- Perabotan tidak mempunyai kaki yang menyulitkan pengguna kursi roda - Pintu dan jendela sliding
6. Low Physical Effort (Menimbulkan kelelahan minimum) - Handrail - Ramp - Pintu dan jendela sliding - Perabotan khusus 7. Size and Space for Approach and Use (Ruang yang cukup untuk bergerak) - Lebar pintu (lebar bersih) 1 meter untuk masuknya kursi roda - Ukuran toilet agar kursi roda mampu berputar atau berpindah - Manufer kursi roda muat di ruang ruang lainnya (misalnya ruang keluarga) Perasaan yang dirasakan Saya tertarik untuk memeriksa ulang hasil desain yang telah kami buat. Apakah sudah sesuai dengan ketujuh prinsip utama desain inklusi yang ada. Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Saya mengerti konsep-konsep yang benar-benar harus dipenuhi dalam desain dan harus diperhatikan dalam mendesain demi kepentingan kaum difabel Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Mencoba menerapkan apa yang telah saya perlajari tentang desain untuk kaum difabel kepada desain sebagai seorang arsitektur yang berempati terhadap orang lain khususnya kaum difabel Kuliah/ Pertemuan ke 13 Tanggal 10 Juni 2014 Materi teori yang didapatkan Asistensi Mendiskusikan hasil akhir desain yang telah saya buat bersama kelompok. Mencoba memperbaiki sedikit kekurangan yang ada dari hasil desain dan melengkapi gambar- 180 Universitas Kristen Petra gambar kerja yang ada Perasaan yang dirasakan Tertarik untuk dapat menyelesaikan hasil final dari desain rumah Bapak Syakur Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Saya paham bahwa dalam mendesain dengan memperhatikan ke tujuh prinsip desain tidaklah mudah. Sangat banyak hambatan serta kekurangan dalam mendesain demi memenuhi prinsip-prinsip tersebut. Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Mencoba menerapkan apa yang telah saya perlajari tentang desain untuk kaum difabel kepada desain sebagai seorang arsitektur yang berempati terhadap orang lain khususnya kaum difabel
Terry Christianto Suroso, 22411145 Nama Terry Christianto Suroso NRP 22411145 Email Mahasiswa Tare_terry@yahoo.com Mata Kuliah KKP-C Desain Inklusi Dosen Pengampu Gunawan,S.T, M.Sc Kuliah/ Pertemuan ke 1 Tanggal 19 Februari 2014 Materi teori yang didapatkan Pengantar Desain Inklusi Pada pertemuan ini dilakukan pengenalan akan desain inklusi bagai mana dampak desain arsitek kepada kaum difabel, pentingnya desain inklusi dalam sebuah desain arsitektur. Bagaimana desain inklusi sangat bermanfaat bagi kaum difabel. Di lanjutkan dengan system perkuliahan dan materi materi yang akan di berikan Perasaan yang dirasakan Cukup prihatin tentang desain inklusi yang belum pernah diajarkan pada semester sebelumnya, karena sebelumnya kita mahasiswa menganggap gampangan tentang ketinggian handrail, penggunaan material, kemiringan ramp dan lain lain Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Pada kenyataan di lapangan desain inklusi di sekitar kita sangat kurang di perhatikan, mulai dari parkiran, ramp, toilet, trotoar dan lain lain. Di bandingkan dengan luar negeri desain inklusi di Indonesia bisa di katakana gagal. Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Berusaha untuk menghargai setiap kebutuhan kaum difabel dan ikut berkontribusi bagi mereka lewat karya-karya desain kita sebagai seorang arsitek yang baik. Kuliah/ Pertemuan ke 2 Tanggal 26 Februari 2014 Materi teori yang didapatkan Kedatangan Pak Tutus Hari ini kami bertemu dengan Bapak Tutus yang mengalami difabel tuna netra dan membagi pengalaman tentang keseharian dia dan kebutuhan kebutuhan yang terpenting yang di butuhkan oleh penderita tuna netra. Bapak tutus juga banyak bercerita tentang kesalahan kesalahan desain di kota Surabaya yang sering kita kunjungi. Bapak tutus juga memperaktekan cara berjalan Seorang tuna netra dengan menggunakan alat bantu tongkat. Perasaan yang dirasakan Senang karena berbagi pengalaman dengan narasumber langsung, serta mendapatkan berbagai praktek cara berjalan menggunakan tongkat. Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Mungkin hanya sebagian kecil yang berani untuk berjalan jalan di kota Surabaya seperti contohnya pak tutus. Kota kita Surabaya kurang dapat membantu penyandang tuna netra , mulai dari path hungga cara penyandang tuna netra berkomunikasi dengan rakyat sekitar Surabaya Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Mulai memandang tinggi desain inklusi terhadap kaum difable, dan belajar bagaimana keperluan yang di butuhkan tuna netra Kuliah/ Pertemuan ke 3 Tanggal 11 Maret 2014 Materi teori yang didapatkan Simulasi Desain Inklusi Pada pertemuan ini dilakukan simulasi desain dimana kita sebagai mahasiswa mensimulasikan kaum difabel dengan menggunakan beberapa alat bantu seperti tongkat, penutup mata dankursi roda yang dilakukan di gedung W dan di Entrance Hall. Perasaan yang dirasakan Merasa sangat susah untuk pertama kali mencoba menjadi seorang difabel, dan pastinya senang dapat mencoba berpraktek secara langsung mulai dari berjalan, duduk hingga menggunakan toilet. Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Saya mulai sadar bagaimana perasaan penyandang difabel jika berkehidupan di sekitar kita. Mereka pasti sangat kesusahan jika ingin keluar dari daerah mereka. Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan
Kuliah/ Pertemuan ke 4 Tanggal 18 Maret 2014 181 Universitas Kristen Petra Materi teori yang didapatkan Wawancara Pada pertemuan pertama ini saya sekelompok dalam matakuliah desain inklusi datang ke YPAC untuk bertemu secara langsung dengan bapak Syakur selaku tuna daksa yang hanya mampu menggerakan bagian setengah badan ke atas saja. Sedangkan bagian pinggul kebawah masih dapat berfungsi tapi tidak secara normal. Karena terkena gangguan syaraf pada bagian kakinya. Pada pertemuan ini bapak Syakur sangat banyak memberi pengalaman tentang peraturan peraturan undang undang untuk kaum difabel tapi belum terlaksanakan atau terpenuhi di sekitar kita kota Surabaya . Perasaan yang dirasakan Cukup senang karena dapat bertemu langsung dengan pak syakur dan mendengar keluhan keluhan yang dia alami selama berkehidupan di sekitar Surabaya. Saya juga sangat prihatin dengan desain desain arsitek yang besar tapi sangan menyampingkan desain inklusi. Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Saya paham apa yang menjadi kebutuhan Bapak Syakur. Setiap perabot harus dapat diraih dengan mudah oleh kursi roda, lebar pintu dan jalan menyesuaikan kebutuhan kursi roda, memperhatikan ketinggian lantai dan kemiringan ramp yang ada. Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Mulai mendapat bayangan dan mencatat beberapa yang harus diperhatikan dalam desain inklusi. Kuliah/ Pertemuan ke 5 Tanggal 26 Maret 2014 Materi teori yang didapatkan Wawancara Pada pertemuan ini kami bersama kelompok mengunjungi rumah orang tua Pak syakur sebagai refrensi rumah yang akan kami desain , kami mulai mengukur ukuran ruang , perabot , dan ketinggian lantai. Dan mempelajari kesusahan aksesbilitan beliau dalam rumah tersebut. Perasaan yang dirasakan Tertarik untuk dapat mendesain rumah beliau Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Saya mulai mengerti apa saja keluhan keluhan beliau dan bagai mana cara mengatasi pada desain kita nanti. Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Mencoba menerapkan apa yang telah saya perlajari tentang desain untuk kaum difabel kepada desain sebagai seorang arsitektur yang berempati terhadap orang lain khususnya kaum difabel Kuliah/ Pertemuan ke 6 Tanggal 2 April 2014 Materi teori yang didapatkan Asistensi Hasil Wawancara Asistensi dengan dosen inklusi kami tentang apa saja data yang kita dapat dan diskusi bersama dosen bagaimana menanggapi setiap kebutuhan hingga penerapan kedalam desain bangunan. Perasaan yang dirasakan Mulai bersemangat karena kita mendapatkan banyak solusi untuk desain bangunan selanjutnya Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Memahami hasil diskusi dan menemukan bersama solusi yang seharusnya dapat masuk dalam desain rumah Bapak Syakur Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Penerapan pada desain bangunan bagaimana menerapkan 5 prinsip inklusi dalam bangunan yang akan di desain. Mulai dari setiap ruangan. Kuliah/ Pertemuan ke 8 Tanggal 16 April 2014 Materi teori yang didapatkan UTS Berdiskusi dengan kelompok bagaimana tindakan selanjutnya untuk desain bangunan rumah pak syakur serta memberi masukan dan kritik tentang prinsip prinsip yang akan di ambil. Dan akhirnya berdikusi dengan dosen tentang apa saja yang akan dilakukan. Perasaan yang dirasakan Mulai pusing dengan berbagai kritik dan masukan, serta bangga dapat bertukar pikiran dengan teman sekelompok Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Saya mulai memahami bagaimana seorang penyandang lumpuh setengah badan untuk mengakses rumah dia sendiri, dan kendala kendala dalam lapangan, seperti kemiringan ramp, material yang terlalu licin, atau adanya undukan tangga yang sangat susah untuk di akses oleh kursi roda. Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Melakukan penerapan pada bangunan yang akan di desain, serta memasukan prinsip prinsip dalam desain inklusi. Kuliah/ Pertemuan ke 10 Tanggal 30 April 2014 Materi teori yang didapatkan Persiapan Workshop Desain Pada pertemuan ini kami satu kelompok mencoba berdikusi dengan bapak syakur tentang desain kasaran 3D kepada bapak syakur 182 Universitas Kristen Petra Perasaan yang dirasakan Merasa senang karena Bapak syakur ikut berpartisipasi sehingga kebutuhan yang di inginkan pak Syakur dapat tercapai. Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Saya paham ternyata solusi desain yang telah kami buat tidak sepenuhnya dapat menjawab semua kebutuhan Bapak Syakur. Bahkan ada beberapa desain yang malah menghambat aktivitas beliau dan membuat beliau tidak nyaman. Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Mencoba menerapkan hasil diskusi bersama pak syakur serta melakukan perbaikan dalam desain 3D yang telah kami buat. Kuliah/ Pertemuan ke 11 Tanggal 7 Mei 2014 Materi teori yang didapatkan Workshop Desain Pada Pertemuan ini kami sekelmompok mencoba mempersentasikan hasil karya kami serta mendapat masukan dari dosen tentang pemenuhan kebutuhan dalam desain bangunan pak Syakur. Perasaan yang dirasakan Senang karena mendapatkan pengalaman lebih dari kelompok lain tentang desain inklusi yang harus spesifik terhadap penggunanya. Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Mulai sedikit paham akan kebutuhan difabel lain seperti tuna netra, tuna rungu, hingga lumpuh kaki. Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Memberi masukan kepada kelompok lain tentang kekurangan dan kelebihan desain mereka masing-masing dan mencoba merefleksi hasil desain yang telah kami buat bersama Kuliah/ Pertemuan ke 12 Tanggal 15 Mei 2014 Materi teori yang didapatkan Penjelasan 7 Prinsip Desain Inklusi Pada pertemuan ini dijelaskan tentang 7 prinsip desain iklusi yang sebenarnya dibutuhkan bagi kaum difabe oleh dosen. Ke tujuh prinsip tersebut adalah 8. Equitable Use (Kesetaraan dalam penggunaan, menarik bagi semua pengguna) - Penggunaan WC duduk untuk pengguna kursi roda atau orang tua - Pemberian ramp di bagian depan untuk masuknya kursi roda
9. Flexibility in Use (Pengguna mampu beradaptasi dengan mudah) - Misalnya ada meja yang dapat dilipat untuk kebutuhan ibu saat memasak, karena meja untuk pengguna kursi roda lebih tinggi/rendah
10. Simple and Intuitive Use (Penggunaan desain mampu dimengerti, sederhana) - Handrail untuk pengguna kursi roda atau orang tua
11. Perceptible Information (Informasi yang penting) - Papan instruksi untuk hal-hal baru misalnya untuk meja lipat
12. Tolerance for Error (Meminimalkan bahaya) - Handrail agar memudahkan orang berdiri dari kursi roda - Material lantai tidak licin - Penggunaan ramp - Dinding tidak bersudut 90 o
- Perabotan tidak mempunyai kaki yang menyulitkan pengguna kursi roda - Pintu dan jendela sliding
13. Low Physical Effort (Menimbulkan kelelahan minimum) - Handrail - Ramp - Pintu dan jendela sliding - Perabotan khusus 14. Size and Space for Approach and Use (Ruang yang cukup untuk bergerak) - Lebar pintu (lebar bersih) 1 meter untuk masuknya kursi roda - Ukuran toilet agar kursi roda mampu berputar atau berpindah - Manufer kursi roda muat di ruang ruang lainnya (misalnya ruang keluarga) Perasaan yang dirasakan Mulai senang karena mendapatkan banyak masukan mengenai prinsip prinsip yang harus di penuhi demi kenyamanan pengguna difabel. Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Mahasiswa mulai paham akan kegagalan kegagalan desain inklusi , dan mulai mempraktekannya dalam desain masing masing bangunan mereka. Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Mulai menerapkan Ketujuh prinsip tersebut, walaupun tidak semua prinsip terpenuhi dalam setiap ruangan. 183 Universitas Kristen Petra Kuliah/ Pertemuan ke 13 Tanggal 10 Juni 2014 Materi teori yang didapatkan Asistensi Mendiskusikan hasil akhir 3D kepada dosen inklusi kami Perasaan yang dirasakan Merasa tertantang dan senang mendapat masukan dari dosen kami Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Ternyata sangat banyak yang di perhatikan dalam desain inklusi melalui 7 prinsip tersebut dan tidak mudah untuk memperaktekan itu semua, sebagaimana matakuliah desain inklusi, kita terus belajar bagaimana memenuhi prinsip tersebut secara maksimal Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Menerapkan 7 prinsip tersebut dalam desain , mulai dari perubahan ramp, denah , sirkulasi, perabotan, material. Hingga vegetasi dalam desain bangunan rumah pak Syakur
Tiffany Tommy, 22411150 Nama Tiffany Tommy NRP 22411150 Email Mahasiswa tiffanytommy@ymail.com Mata Kuliah KKP-C Desain Inklusi Dosen Pengampu Gunawan,S.T, M.Sc Kuliah/ Pertemuan ke 1 Tanggal 19 Februari 2014 Materi teori yang didapatkan Pengantar Desain Inklusi dijelaskan oleh Bapak Gunawan. Penjelasan tersebut meliputi definisi desain inklusi, fungsi desain inklusi, dan beberapa studi kasus tentang desain- desain yang memperhatikan disabilitas pengguna. Saya belajar mengenai Desain Inklusi pada kesempatan ini. Bagaimana desain inklusi sangat penting bagi mereka yang merupakan penyandang cacat ataupun lansia. Perasaan yang dirasakan Merasa tertarik mengenai desain inklusi yang memperhatikan aksesibilitas kaum difabel. Selain itu, kebutuhan kaum difabel yang berbeda satu sama lain menjadi tantangan untuk dipelajari serta diterapkan dalam desain bangunan ke depannya. Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Kebanyakan bangunan dan fasilitas umum yang ada di Indonesia masih kurang memperhatikan bagi pengguna kaum difabel. Contohnya masih kurangnya toilet bagi kaum difabel di tempat umum. Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Menghargai setiap kebutuhan kaum difabel dan menolong kaum difabel jika lagi memerlukan bantuan, mengaplikasikan teori ke dalam desain bangunan agar dapat memenuhi kebutuhan kaum difabel dalam beraktivitas setiap harinya dengan nyaman dan mudah. Kuliah/ Pertemuan ke 2 Tanggal 26 Februari 2014 Materi teori yang didapatkan Kedatangan Pak Tutus Pada pertemuan ini Bp. Tutus dan istrinya diundang sebagai pembicara tamu. Beliau dan istrinya merupakan penyandang tuna netra maupun tuna netra setengah. Pada kesempatan ini, beliau membagikan pengalamannya dalam kehidupan sehari-hari terutama berkaitan dengan fasilitas umum yang tidak memadai bagi mereka sehingga mereka harus beradaptasi. Saya belajar secara langsung dari penyandang cacat mengenai kebutuhan mereka dalam kehidupan sehari-hari. Saya juga belajar mengenai cara mereka beradaptasi dengan menggunakan tongkat. Pada kesempatan ini saya juga belajar terhadap semangat dan usaha mereka untuk bisa beradaptasi tanpa mengharapkan bantuan terus menerus. Perasaan yang dirasakan Merasa tertarik dengan kehidupan Bp. Tutus sebagai seorang kaum difabel, mengenai kebutuhan yang diperlukan serta ketertarikan sebagai seorang arsitek untuk menerapkan kebutuhan kaum difabel pada masa yang akan datang. Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Sebagai seorang mahasiswa arsitek haruslah sadar akan pentingnya kebutuhan kaum difabel. Desain harus kompleks dan tidak hanya mementingkan sisi keindahan namun juga memperhatikan kebutuhan pengguna khususnya bagi kaum difabel. Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Menghargai setiap kebutuhan kaum difabel dan menolong kaum difabel jika lagi memerlukan bantuan, mengaplikasikan teori ke dalam desain bangunan agar dapat memenuhi kebutuhan kaum difabel dalam beraktivitas setiap harinya dengan nyaman dan mudah. Kuliah/ Pertemuan ke 3 Tanggal 11 Maret 2014 Materi teori yang didapatkan Simulasi Desain Inklusi Pada pertemuan ini kami belajar melalui simulasi penyandang cacat. Kami juga dilengkapi dengan peralatan berupa tongkat tuna netra, penutup mata, dan kursi roda. Kami melakukan simulasi ini dengan menyesuaikannya sebisa mungkin dengan lingkungan yang 184 Universitas Kristen Petra dijumpai penyandang cacat seperti tangga, lift, dan kamar mandi. Kami mengawalinya di gedung P hingga ke puncak gedung W. Saya belajar untuk memahami penyandang tuna netra dengan sangat baik melalui kesempatan ini karena dapat mencoba mengalami apa yang mereka rasakan. Saya juga belajar bahwa lingkungan yang tidak memadai bagi mereka sangat menyulitkan untuk melakukan kegiatan sehari-hari, bagaimana mereka harus berusaha lebih dan membutuhkan waktu lebih untuk dapat beradaptasi. Saya menjadi lebih mengapresiasi kebutuhan mereka dan berharap bahwa kedepannya fasilitas umum dapat lebih disesuaikan lagi terhadap kebutuhan penyandang cacat. Perasaan yang dirasakan Bersemangat untuk mensimulasikan bagaimana caranya menjadi salah satu dari kaum difabel. Menyadari berbagai kendala yang ditemui dalam beraktivitas sehari-hari seperti buang air, membuka pintu, masuk ke lift, menaiki ramp, duduk, dll. Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Melalui simulasi saya memahami berbagai kendala dan kebutuhan yang sebenarnya dialami serta diperlukan oleh tuna netra dan tuna daksa. Desain seorang arsitek sangat penting bagi para kaum difabel. Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Menghargai setiap kebutuhan kaum difabel dan menolong kaum difabel jika lagi memerlukan bantuan, mengaplikasikan teori ke dalam desain bangunan agar dapat memenuhi kebutuhan kaum difabel dalam beraktivitas setiap harinya dengan nyaman dan mudah. Kuliah/ Pertemuan ke 4 Tanggal 18 Maret 2014 Materi teori yang didapatkan Wawancara Pada pembelajaran hari ini kami lakukan di luar kampus berupa wawancara terhadap penyandang cacat Bp. Syahkur di YPAC (Yayasan Pendidikan Anak Cacat) yang telah di alaminya sejak kecil dan pada saat mengalami kecelakaan. Bp. Syahkur mengalami kesulitan untuk berjalan secara normal, dan terkadang menggunakan kursi roda maupun alat bantu untuk berjalan. Kami dapat belajar lebih mengenai kesulitan yang dihadapi para penderita disabilitas dari penderitanya langsung. Kami tidak hanya belajar mengenai tuna daksa saja tapi juga bagaimana penderitanya beradaptasi dan juga menyesuaikan lingkungan sekitar dengan kebutuhannya. Saya juga belajar bahwa keterbatasan gerak yang dialami Bp. Syahkur tidak menghalanginya untuk senantiasa tetap semangat dan berprestasi. Perasaan yang dirasakan Bersemangat dan tertarik untuk mendesainkan rumah tinggal yang memperhatikan kebutuhan Bapak Syahkur sebagai penderita tuna daksa yaitu lumpuh setengah badan, sehingga desain rumah dapat menunjang serta memudahkan Bapak Syahkur dalam beraktivitas setiap hari. Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Memahami berbagai hal yang merupakan kebutuhan Bapak Syahkur dalam beraktivitas di rumahnya. Setiap ruangan harus dapat mudah diakses dengan kursi roda, perabot yang sesuai, kemiringan ramp, serta lebar pintu dan ruangan untuk manuver kursi roda. Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Menghargai setiap kebutuhan kaum difabel dan menolong kaum difabel jika lagi memerlukan bantuan, mengaplikasikan teori ke dalam desain bangunan agar dapat memenuhi kebutuhan kaum difabel dalam beraktivitas setiap harinya dengan nyaman dan mudah. Kuliah/ Pertemuan ke 5 Tanggal 26 Maret 2014 Materi teori yang didapatkan Wawancara Kesempatan pada pertemuan hari ini, kami sekelompok berkunjung ke rumah Bapak Syahkur untuk melihat kondisi rumah. Kami mencatat berbagai kebutuhan dan kekurangan serta hal-hal yang menjadi kendala Bapak Syahkur untuk beraktivitas dalam rumah. Kami juga mempelajari perabot yang ada dalam rumah serta mengukur setiap ruangan dalam rumah dan tingkat aksesbilitas pada rumah. Perasaan yang dirasakan Bersemangat dan merasa tertantang untuk mendesain rumah tinggal yang memenuhi kebutuhan bagi Bapak Syahkur. Tertantang untuk dapat menganalisa permasalahan yang dialami dan memikirkan solusi yang lebih baik bagi penyandang cacat untuk dapat memperoleh kenyamanan dalam menghuni rumah mereka. Saya berharap kami dapat melakukan kontribusi yang berarti bagi penyandang cacat. Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Banyak materi yang tidak diterapkan di lapangan, atau penerapan tidak sesuai dengan yang di ajarkan sehingga kenyataan di lapangan menjadi tidak maksimal. Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Menerapkan apa yang telah dipelajari mengenai desain inklusi sebagai seorang arsitek yang berempati khususnya terhadap penyandang kaum difabel. Kuliah/ Pertemuan ke 6 Tanggal 2 April 2014 Materi teori yang didapatkan Asistensi Hasil Wawancara Menceritakan ulang hasil dari wawancara dan observasi tentang klien yaitu Bapak Syahkur 185 Universitas Kristen Petra kepada dosen. Melakukan diskusi bersama dengan dosen tentang setiap aspek yang dibutuhkan dan penerapan desain ke dalam bangunan. Perasaan yang dirasakan Tertarik untuk melakukan diskusi bersama agar mendapatkan solusi desain yang benar dan baik untuk diterapkan. Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Memahami hasil diskusi dan menemukan berbagai solusi yang dapat diterapkan ke dalam desain rumah Bapak Syahkur. Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Menerapkan apa yang telah dipelajari mengenai desain inklusi sebagai seorang arsitek yang berempati khususnya terhadap penyandang kaum difabel. Kuliah/ Pertemuan ke 7 Tanggal 9 April 2014 Materi teori yang didapatkan UTS Mencari referensi untuk desain rumah kaum tuna daksa. Perasaan yang dirasakan Merasa gembira karena tidak ada Ujian Tengah Semester untuk mata kuliah inklusi. Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Melalui referensi, pembelajaran, serta percobaan desain ke rumah Bapak Syahkiur. Mengevaluasi hasil desain bersama dengan teori yang telah didapatkan selama setengah semester ini. Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Mendesainkan rencana rumah tinggal yang lebih baik dan cocok dengan keterbatasan yang dialami oleh Bp. Syahkur yaitu penyandang cacat setengah badan. Menerapkan apa yang telah dipelajari mengenai desain inklusi sebagai seorang arsitek yang berempati khususnya terhadap penyandang kaum difabel. Kuliah/ Pertemuan ke 8 Tanggal 16 April 2014 Materi teori yang didapatkan UTS Mendiskusikan hasil desain rumah Bapak Syahkur bersama dengan teman kelompok. Setiap anggota saling mengkritik dan memberikan saran atau masukan desain untuk rumah Bapak Syakur. Mengombinasikan seluruh hasil desain menjadi satu desain yang nyaman dan aksesibel bagi Bapak Syakur dan mengasistensi hasi desain bersama dosen. Perasaan yang dirasakan Bersemangat untuk bertukar pikiran bersama dengan teman kelompok untuk mendapatkan hasil desain yang baik dan benar sesuai dengan kebutuhan desain rumah Bapak Syahkur. Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Mendesain bagi tuna daksa maupun penyandang cacat lainnya merupakan suatu hal yang tidak mudah. Arsitek dituntut untuk memperhatikan setiap aspek dengan detail seperti pintu rumah, tinggi jendela, kemiringan ramp, aksesibilitas ruang dan perabot, material, letak perabot, dan lainnya. Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Mendesainkan rencana rumah tinggal yang lebih baik dan cocok dengan keterbatasan yang dialami oleh Bp. Syahkur yaitu penyandang cacat setengah badan. Menerapkan apa yang telah dipelajari mengenai desain inklusi sebagai seorang arsitek yang berempati khususnya terhadap penyandang kaum difabel. Kuliah/ Pertemuan ke 9 Tanggal 23 April 2014 Materi teori yang didapatkan Workshop UNDK
Perasaan yang dirasakan Merasa bersemangat dan gembira karena banyak mendapat hal baru dalam mendesain dan berpikir lebih terbuka serta dalam mengenai sesuatu. Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Dalam mendesain sesuatu terdapat banyak hal yang perlu dipahami. Bagaimana cara mendesain suatu bangunan yang nyaman dan baik serta memenuhi kebutuhan penghuni yang tidak hanya mementingkan keindahan namun juga desain yang kompleks dan efektif. Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Mendesainkan rencana rumah tinggal yang lebih baik dan cocok dengan keterbatasan yang dialami oleh Bp. Syahkur yaitu penyandang cacat setengah badan. Menerapkan apa yang telah dipelajari mengenai desain inklusi sebagai seorang arsitek yang berempati khususnya terhadap penyandang kaum difabel. Kuliah/ Pertemuan ke 10 Tanggal 30 April 2014 Materi teori yang didapatkan Persiapan Workshop Desain Pada pertemuan ini, kami sekelompok mencoba berdiskusi kembali serta memperbaiki hasil desain yang telah kami buat. Kami mulai mencoba membuat gambar kerja dan bentuk 3D dari desain kami serta berdiskusi kembali dengan Bapak Syahkur tentang hasil desain yang telah kami buat dan tetap terbuka terhadap masukan-masukan beliau demi menghasilkan sebuah desain yang nyaman. Perasaan yang dirasakan Merasa tertantang untuk membuat denah serta gambar kerja lainnya serta memperbaiki desain yang telah dibuat sebelumnya menjadi desain yang kompleks, mudah, nyaman bagi Bapak Syahkur. Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Memahami bahwa berbagai solusi yang telah kami pikirkan dan buat tidak dapat sepenuhnya menjawab seluruh kebutuhan Bapak Syahkur. Selain itu, terdapat beberapa desain yang malahan dapat menghambat aktivitas Bapak Syahkur dan membuat beliau 186 Universitas Kristen Petra merasa tidak nyaman. Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Mendesainkan rencana rumah tinggal yang lebih baik dan cocok dengan keterbatasan yang dialami oleh Bp. Syahkur yaitu penyandang cacat setengah badan. Menerapkan apa yang telah dipelajari mengenai desain inklusi sebagai seorang arsitek yang berempati khususnya terhadap penyandang kaum difabel. Kuliah/ Pertemuan ke 11 Tanggal 7 Mei 2014 Materi teori yang didapatkan Workshop Desain Pada pertemuan ini kami sekelompok mencoba mempresentasikan kepada mahasiswa lain, klien, serta kepada dosen hasil dari desain rumah yang kami buat untuk Bapak Syahkur. Kami mencoba untuk menjelaskan setiap kebutuhan beliau dan menjelaskan eksekusi desain yang kami lakukan di dalam desain kami. Perasaan yang dirasakan Merasa tertantang dan bersemangat dalam mempresentasikan hasil desain kepada mahasiswa lainnya agar pengetahuan mengenai jenis kebutuhan dan kebutuhan difabel dapat bertambah. Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Mengerti lebih dalam mengenai kebutuhan kaum difabel lain seperti penderita tuna netra dan lansia. Selain itu, kami juga mengerti tentang solusi desain untuk memenuhi kebutuhan penderita difabel sesuai dengan jenisnya. Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Kami dapat memberikan masukan kepada kelompok lain mengenai kekurangan dan kelebihan hasil desain mereka dan mencoba untuk merefleksikan hasil desain yang telah kami buat bersama. Kuliah/ Pertemuan ke 12 Tanggal 15 Mei 2014 Materi teori yang didapatkan Penjelasan 7 Prinsip Desain Inklusi Pada pertemuan ini dijelaskan tentang 7 prinsip desain iklusi yang sebenarnya dibutuhkan bagi kaum difabe oleh dosen. Ke tujuh prinsip tersebut adalah 15. Equitable Use (Kesetaraan dalam penggunaan, menarik bagi semua pengguna) - Penggunaan WC duduk untuk pengguna kursi roda atau orang tua - Pemberian ramp di bagian depan untuk masuknya kursi roda
16. Flexibility in Use (Pengguna mampu beradaptasi dengan mudah) - Misalnya ada meja yang dapat dilipat untuk kebutuhan ibu saat memasak, karena meja untuk pengguna kursi roda lebih tinggi/rendah
17. Simple and Intuitive Use (Penggunaan desain mampu dimengerti, sederhana) - Handrail untuk pengguna kursi roda atau orang tua
18. Perceptible Information (Informasi yang penting) - Papan instruksi untuk hal-hal baru misalnya untuk meja lipat
19. Tolerance for Error (Meminimalkan bahaya) - Handrail agar memudahkan orang berdiri dari kursi roda - Material lantai tidak licin - Penggunaan ramp - Dinding tidak bersudut 90 o
- Perabotan tidak mempunyai kaki yang menyulitkan pengguna kursi roda - Pintu dan jendela sliding
20. Low Physical Effort (Menimbulkan kelelahan minimum) - Handrail - Ramp - Pintu dan jendela sliding - Perabotan khusus 21. Size and Space for Approach and Use (Ruang yang cukup untuk bergerak) - Lebar pintu (lebar bersih) 1 meter untuk masuknya kursi roda - Ukuran toilet agar kursi roda mampu berputar atau berpindah - Manufer kursi roda muat di ruang ruang lainnya (misalnya ruang keluarga) Pertemuan ini memberikan saya pengetahuan lebih tentang prinsip-prinsip yang harus dipenuhi dalam desain inklusi. Prinsip ini sangat bermanfaat dikemudian hari karena hampir seluruh desain bangunan yang kita desain harus memperhatikan kebutuhan para penderita disabilitas. Para penderita disabilitas juga manusia yang memiliki hati dan membutuhkan perhatian dari kita para arsitek untuk memenuhi kebutuhannya. Dengan mengikuti desain inklusi, saya dapat belajar banyak mengenai apa yang dirasakan para penyandang cacat, dan apa yang mereka butuhkan dalam keseharian di luar bangunan maupun di dalam bangunan karena sebagai arsitek, kita dituntut untuk memenuhi kebutuhan manusia baik yang cacat maupun yang tidak cacat. 187 Universitas Kristen Petra Perasaan yang dirasakan Menjadi bersemangat untuk mengecek ulang hasil desain yang telah dibuat sebelumnya, apakah telah sesuai dengan 7 prinsip utama dalam desain inklusi. Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Memahami seacara sepenuhnya mengenari konsep-konsep yang harus dipenuhi dalam desain bagi kepentingan kaum difabel. Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Menerapkan apa yang telah dipelajari mengenai desain inklusi sebagai seorang arsitek yang berempati khususnya terhadap penyandang kaum difabel. Kuliah/ Pertemuan ke 13 Tanggal 10 Juni 2014 Materi teori yang didapatkan Asistensi Hasil Desain Mendiskusikan hasil akhir desain yang telah dibuat bersama dengan kelompok, kami mencoba untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan desain yang ditemukan pada saat asistensi bersama dosen. Selain itu, kami juga memulai untuk melengkapi gambar-gambar kerja serta laporan yang dibutuhkan. Perasaan yang dirasakan Tertarik dan bersemangat untuk menyelesaikan hasil akhir dari desain rumah Bapak Syahkur. Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Dalam mendesain dengan memperhatikan 7 prinrip utama dalam desain inklusi merupakan hal yang tidak mudah. Terdapat berbagai hal yang harus dipertimbangan serta ada banyak kekurangan dan masalah dalam mendesain agar dapat memenui ketujuh prinsip tersebut. Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Mendesainkan rencana rumah tinggal yang lebih baik dan cocok dengan keterbatasan yang dialami oleh Bp. Syahkur yaitu penyandang cacat setengah badan. Menerapkan apa yang telah dipelajari mengenai desain inklusi sebagai seorang arsitek yang berempati khususnya terhadap penyandang kaum difabel.
Maria Monica Rampisela, 22411162 Nama Maria Monica Rampisela NRP 22411162 Email Mahasiswa mariarampisela@gmail.com Mata Kuliah KKP-C Desain Inklusi Dosen Pengampu Gunawan,S.T, M.Sc Kuliah/ Pertemuan ke 1 Tanggal 20 Februari 2014 Materi teori yang didapatkan Pengantar Desain Inklusi Pertemuan pertama kami dijelaskan mengenai tugas mata kuliah Inklusi secara garis besar, bahwa kami akan mendesain ruang bagi kaum difabel, misalnya tuna netra, tuna daksa, lansia, dan sebagainya. Bapak Gunawan mulai memberi contoh fasilitas umum yang tidak aksesibel bagi kaum difabel. Misalnya bagi tuna netra, mereka butuh bimbingan berupa ubin dengan penanda khusus pada trotoar jalan. Penanda khusus pada jalan berbeda-beda dengan fungsi yang berbeda. Ada yang menandakan bahwa jalan lurus, berhati-hati, atau perbedaan ketinggian. Tuna netra dapat mengetahuinya melalui bantuan tongkat. Misalnya bagi tuna daksa yang menggunakan kursi roda, sebaiknya menggunakan pintu geser, karena pintu standar akan dapat menyusahkan bahkan membahayakan pengguna. Perasaan yang dirasakan Saya baru menyadari bahwa aksesibilitas bagi kaum difabel itu penting karena selama ini saya tidak pernah memikirkannya atau mempertimbangkannya di dalam desain. Saya juga baru mengetahui fungsi penanda jalan yang ada di trotoar, dan ada berbagai bentuk penanda jalan dengan fungsi yang berbeda. Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Ternyata fasilitas umum belum mengutamakan aksesibilitas kaum difabel, dibuktikan dengan sangat sedikitnya trotoar jalan yang menggunakan penanda khusus, atau meskipun menggunakan penanda khusus tetapi ada pohon-pohon yang memutuskan penanda khusus tersebut. Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Berusaha untuk selalu memikirkan aksesibilitas kaum difabel dalam mendesain fasilitas umum apapun, atau memikirkan aksesibiltas di dalam rumah kaum difabel. Kuliah/ Pertemuan ke 2 Tanggal 27 Februari 2014 Materi teori yang didapatkan Kedatangan Pak Tutus Pak Tutus menceritakan banyak hal, mulai dari pengalaman Beliau di fasilitas-fasilitas umum yang tidak memperhatikan aksesibilitas kaum difabel, cara memegang tongkat, mengajarkan fungsi penanda khusus dan perbedaannya masing-masing, penataan ruang untuk kaum tuna netra, kesulitan-kesulitan yang didapatkan saat beraktivitas. - Selalu berjalan di dekat pembatas berupa dinding atau semacamnya untuk memudahkan mengetahui arah, atau berjalan sambil meraba 188 Universitas Kristen Petra - Menggunakan tongkat untuk mengetahui arah - Ketika kaki kanan melangkah ke depan, maka tongkat diarahkan ke kiri, dan sebaliknya - Tidak perlu mengayunkan tongkat terlalu tinggi - Cara memegang tongkat (teknik grip) harus rileks, tidak kaku, dan tidak terlalu erat. Jari telunjuk yang akan menggerakkan tongkat ke kanan dan ke kiri. - Sewaktu hendak berjalan hendaknya mengecek keadaan yang ada di depannya menggunakan tongkat Perasaan yang dirasakan Membayangkan jika berjalan dengan mata tertutup akan sangat sulit, tetapi Pak Tutus terlihat sudah sangat lihai dan terbiasa dalam beraktivitas. Kita sebagai orang yang peduli dengan kaum difabel harus lebih menerapkan aksesibilitas dalam desain. Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Tuna netra beraktivitas menggunakan memori mereka akan benda-benda yang menjadi patokan. Jadi seharusnya tidak memindahkan benda-benda tuna netra yang telah menjadi patokan dan telah dihafalkan. Pada kenyataannya, benda Pak Tutus di dalam rumahnya sendiri tidak pernah berganti tempat. Untuk mengurangi bahaya terbentur saat berjalan, maka tidak ada benda-benda yang keluar dari dinding. Berbicara mengenai fasilitas umum, pada kenyataannya masih sangat kurang memperhatikan aksesibilitas. Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Sebagai mahasiswa yang peduli akan desain inklusif, kita seharusnya lebih memperjuangkan hak kaum difabel untuk menikmati fasilitas-fasilitas umum sebagaimana orang lain menikmatinya. Dimulai dengan memaksimalkan aksesibilitas di dalam desain. Kuliah/ Pertemuan ke 3 Tanggal 12 Maret 2014 Materi teori yang didapatkan Simulasi Desain Inklusi - Ramp membutuhkan kemiringan tertentu agar mudah dilewati kursi roda - Pengguna kursi roda sulit menaiki ramp di gedung EH, dan handrail yang disediakan tidak berguna - Material ramp tidak boleh licin, untuk pengguna kursi roda maupun tuna netra Perasaan yang dirasakan Sulit menaiki kursi roda karena membutuhkan tenaga ekstra, dan sangat berbahaya jika menaiki atau menuruni ramp yang curam. Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Ada suatu standar universal dalam perancangan ramp agar dapat dilalui dengan mudah baik oleh pengguna kursi roda atau tongkat, maupun oleh tuna netra, lansia, ibu hamil, dsb. Semakin landai suatu ramp maka akan lebih mudah diakses. Pemilihan material yang tepat juga akan membantu aksesibilitas kaum difabel. Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Desain yang bersifat universal agar dapat digunakan oleh kaum difabel bahkan orang normal. Kuliah/ Pertemuan ke 4 Tanggal 19 Maret 2014 Materi teori yang didapatkan Wawancara Kami mewawancarai Bapak Syakur di YPAC, Beliau adalah pengguna kursi roda di YPAC, tetapi menggunakan tongkat di rumah karena masalah keterbatasan ruang. Bapak Syakur mengaku bahwa tidak terlalu menemukan kesulitan dalam menggunakan tongkat, tetapi jika menggunakan kursi roda hal yang sering terjadi adalah kursi roda yang menabrak perabot, misalnya tidak bisa masuk ke dalam meja makan, dsb.. Perabotan juga memerlukan tinggi yang dapat dijangkau oleh pengguna kursi roda, jadi segala penempatan perabotan lebih rendah dari biasanya. - Kursi roda membutuhkan ruang yang lebih besar untuk manuver - Kursi roda membutuhkan ramp untuk melalui naikan atau turunan, dengan kemiringan yang cocok - Kursi roda mempunyai berbagai macam jenis dan semakin canggih untuk membantu aktivitas penggunanya - Pengguna kursi roda memerlukan kekuatan lebih untuk berpindah dari kursi roda ke tempat lain, misalnya sofa, atau toilet - Saat berpindah tempat, pengguna kursi roda membutuhkan bantuan handrail Perasaan yang dirasakan Merasa bahwa Bapak Syakur serba bisa di dalam setiap keterbatasannya, padahal sebelumnya saya merasa iba dan berpikir bahwa melakukan segala sesuatu itu dapat menjadi sulit karena menggunakan kursi roda. Bapak Syakur juga menitikberatkan kepada kemandirian dalam beraktivitas, dan di situlah aksesibilitas berperan. Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Ada spektrum pengguna yang harus diperhitungkan dalam mendesain, baik desain universal maupun desain inklusif. Saya menyadari bahwa fleksibiltas dalam desain harus berperan karena kita tidak tahu apa yang dapat terjadi pada kita, sehingga suatu saat kita membutuhkan desain yang aksesibel, misalnya saat lanjut usia, dsb. Yang terjadi di YPAC adalah ramp yang sangat curam bahkan orang normal pun tidak ingin melewati jalur itu, ditambah lagi dengan material yang licin. Kontribusi yang diberikan Mendengarkan dengan seksama sharing Bapak Syakur dan mulai memikirkan hal-hal 189 Universitas Kristen Petra terhadap komunitas dampingan penting yang perlu diperhatikan dalam mendesain ruang untuk kaum difabel pengguna kursi roda. Kuliah/ Pertemuan ke 5 Tanggal 26 Maret 2014 Materi teori yang didapatkan Wawancara Wawancara kedua kami dengan Bapak Syakur, menceritakan tentang banyak hal mengenai kebutuhan-kebutuhan beliau di fasilitas umum dan rumah. Selain itu beliau menceritakan tingkatan tuna daksa, mulai dari yang terkena polio dan masih bisa berjalan, bahkan ada yang sampai tidak bisa bergerak sama sekali dan agak sulit melakukan beberapa aktivitas. Jadi, setiap penyakit mempunyai spektrumnya masing-masing, dan Bapak Syakur masuk dalam spektrum pengguna yang menggunakan kursi roda tetapi masih kuat jika menggunakan tongkat untuk beraktivitas. Perasaan yang dirasakan Senang karena mendapatkan banyak hal baru, mendengarkan kisah-kisah Bapak Syakur dan kemampuannya untuk menyesuaikan diri dalam beraktivitas seperti orang lain. Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Model kursi roda ada bermacam-macam mulai dari yang tidak terlalu canggih dan kurang nyaman seperti kursi roda di rumah sakit, hingga kursi roda yang canggih yang mampu membantu pengguna dalam beraktivitas, misalnya gagang bisa dilepas, atau berjalan dengan menggunakan setir, lebih empuk, dsb.. Perabot-perabot juga ada yang menghambat aktivitas pengguna kursi roda, sehingga dalam mendesain harus lebih memperhatikan tingkat aksesibilitasnya. Untuk fasilitas umum sebaiknya didesain untuk seluruh spektrum, yaitu spektrum dengan tingkat ketidakmampuan paling tinggi atau sulit, agar secara otomatis, spektrum yang lebih ringan dapat dengan mudah beraktivitas melalui desain tersebut, atau biasa disebut dengan desain universal. Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Saya mulai berpikir untuk detail-detail yang dapat kami berikan agar aksesibilitas kursi roda di suatu ruang dapat terlaksana dan membatu para pengguna kursi roda, dimulai dari ketinggian perabot agar dapat dicapai pengguna kursi roda, karena pencapaian tangan mereka lebih rendah dari orang biasa. Kuliah/ Pertemuan ke 6 Tanggal 3 April 2014 Materi teori yang didapatkan Asistensi Hasil Wawancara Saya diajarkan bahwa spektrum pengguna penting dalam sebuah desain, bagaimana cara kita menentukan tingkat aksesibilitas suatu ruang, apakah dengan mengikuti spektrum pengguna khusus, atau didesain secara universal. Untuk memudahkan desain, kami dianjurkan untuk melakukan studi gerak menggunakan kursi roda, sampai mana jangkauan tangan kita atau bahkan kebebasan kita bergerak, agar bisa lebih detail dalam mendesain rumah untuk Bapak Syakur. Perasaan yang dirasakan Saya senang bisa mendapatkan beberapa masukan yang membangun dalam tugas Desain Inklusi ini. Saya cukup bersemangat dalam mendesain, dan pikiran lebih terbuka akan hal- hal yang menyangkut desain untuk kaum difabel Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Kenyataan di lapangan, hampir semua orang mendesain menggunakan desain universal, terutama di fasilitas-fasilitas umum, karena jika menggunakan desain yang inklusif sesuai spektrum pengguna, akan lebih besar kemungkinan adanya ketidakcocokan jika muncul spektrum-spektrum berbeda dari kaum difabel lainnya. Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Mendesain secara universal Kuliah/ Pertemuan ke 7 Tanggal 10 April 2014 Materi teori yang didapatkan UTS Kami langsung menuju lokasi, yaitu rumah orang tua Bapak Syakur. Ruang yang simpel dan tidak berbelok-belok, dan penggunaan ramp akan membantu pengguna kursi roda dalam beraktivitas di rumah. Selain desain toilet yang perlu diperhatikan secara khusus, ruang-ruang lainnya juga tidak kalah pentingnya untuk didesain sesuai dengan kebutuhan gerak kursi roda Perasaan yang dirasakan Senang bisa menuju lokasi dan diterima dengan baik oleh keluarga Bapak Syakur, meskipun Bapak Syakur sedang sakit dan kami tidak bisa bertemu dengan beliau. Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Rumah orang tua Bapak Syakur sangat kurang nyaman untuk menggunakan kursi roda karena tidak simpel, sempit, berbelok-belok, menggunakan WC jongkok, banyak kenaikan lantai sekitar 15 cm ke atas, dan keadaan rumah yang pengap dan gelap. Bapak Syakur hanya bisa berputar arah di daerah ruang tamu dan ruang makan dengan menggunakan kursi roda. Untuk penggunaan kamar mandi, Bapak Syakur selalu mandi sambil duduk di kursi plastik, dan dulunya masih bisa menggunakan kloset jongkok. Karena keadaan kaki yang semakin lemah, Bapak Syakur sudah tidak mampu menggunakan kloset jongkok. Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Mulai memikirkan desain yang cocok untuk memperbaiki keadaan rumah, agar bisa diakses oleh Bapak Syakur jika menggunakan kursi roda. Kami juga bercerita dengan orang tua Bapak Syakur mengenai Beliau, apa saja kesulitan-kesulitan yang dialami di 190 Universitas Kristen Petra dalam rumah. Dengan bercerita demikian, mulai tumbuh rasa kepedulian yang besar terhadap kaum difabel sekaligus menjalin kekerabatan dengan keluarga narasumber Kuliah/ Pertemuan ke 8 Tanggal 17 April 2014 Materi teori yang didapatkan UTS Mencari referensi dan melakukan studi gerak menggunakan kursi roda, dengan lebar kursi roda 75 cm, maka membutuhkan pintu dengan lebar bersih sekitar 90 cm ke atas, untuk ruang gerak bebas pengguna. Seluruh perabot juga harus disesuaikan ketinggiannya dengan jarak jangkau pengguna kursi roda, misalnya tidak menaruh rak terlalu tinggi. Perasaan yang dirasakan Tertarik untuk melakukan perbaikan desain terhadap rumah orang tua Bapak Syakur, dan semangat mengerjakan bersama teman kelompok Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Ketinggian jalan lebih tinggi dari rumah Bapak Syakur sehingga dengan terpaksa ada banyak penurunan dan penaikan ketinggian lantai yang drastis pada rumah, dan menggunakan tangga bukan ramp. Hal ini menyulitkan pengguna kursi roda. Handrail juga tidak ada untuk membantu perpindahan tempat pengguna kursi roda. Mungkin bagi keluarga Pak Syakur, lebih memilih untuk tidak menggunakan hal-hal seperti handrail melainkan seperti rumah biasa saja. Hal ini juga dipengaruhi karena desain rumah sudah lebih dulu ada, lalu Bapak Syakur mengalami kecelakaan dan akhirnya menggunakan kursi roda. Akhirnya, rumah tersebut tidak nyaman untuk dipakai beraktivitas menggunakan kursi roda Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Ingin mendesain rumah yang ditinggikan hampir sejajar dengan jalan, dan ketika harus ada turunan, maka akan diberi ramp agar turunan menjadi mulus dan kursi roda lebih mudah melaluinya. Kami juga ingin untuk mendesain rumah yang lebih simpel dan mudah untuk dilalui kursi roda, baik jalan lurus ataupun berputar. Kuliah/ Pertemuan ke 9 Tanggal 24 April 2014 Materi teori yang didapatkan Workshop UNDK Karena tidak ada kelas, kami menggunakan waktu mandiri untuk mendesain. Kami masih melalukan studi pustaka mengenai ruang gerak dan kebutuhan pengguna kursi roda Perasaan yang dirasakan Masih semangat dalam mengerjakan tugas Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Kebutuhan kaum pengguna kursi roda berbeda dengan kebutuhan orang biasa, yaitu di perbedaan ketinggian perletakan perabot, jenis perabot, jenis material khusus yang dibutuhkan, dan alat-alat pembantu khusus untuk memudahkan kaum pengguna kursi roda Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Mulai merancang rumah dengan berusaha memperbaiki keadaan rumah yang sudah dibangun, agar nyaman dipakai dan aksesibel bagi pengguna kursi roda, dan nyaman secara arsitektural Kuliah/ Pertemuan ke 10 Tanggal 1 Mei 2014 Materi teori yang didapatkan Persiapan Workshop Desain Ternyata kami tidak perlu mempertahankan keadaan rumah yang telah ada, tetapi dapat mendesain rumah dengan keadaan yang benar-benar baru, hanya menggunakan kavling yang sudah ada. Hal ini jauh lebih memudahkan kami dalam mendesain dikarenakan tidak perlu memperhatikan struktural rumah yang sudah ada Perasaan yang dirasakan Senang karena lebih dipermudah dalam mendesain Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Akan lebih baik jika kita mendesain rumah lebih awal untuk aksesibel bagi kaum difabel, agar menjadi lebih siap jika suatu saat desain tersebut dibutuhkan, bukan jika ada kejadian yang tidak diinginkan lalu rumah sudah terbangun dengan desain yang tidak aksesibel Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Mulai mendesain rumah yang aksesibel dan dapat dijadikan contoh bagi pengguna kursi roda lainnya. Kami mendesain dengan memperhatikan kenyamanan arsitektural seperti meletakkan taman di dalam rumah agar terjadi ventilasi silang dan suasana ruang yang lebih nyaman. Kuliah/ Pertemuan ke 11 Tanggal 8 Mei 2014 Materi teori yang didapatkan Workshop Desain Bapak Syakur berhalangan hadir sehingga kami hanya berdiskusi sesama anggota kelompok dan juga pak Gunawan. Harus ada ruang yang cukup agar kursi roda dapat melakukan manuver dan lebih mudah melakukan aktivitas dari satu ruang ke ruang lainnya, misalnya dengan melakukan desain dengan sirkulasi linear dan lebar selasar yang cukup lebar. Ruang gerak untuk manuver kursi roda adalah 1,5 meter. Besar ruang juga perlu diperhatikan agar setiap ruang dapat dimasuki oleh kursi roda. Lebar setiap pintu juga bertambah dibandingkan lebar pintu biasanya. Perasaan yang dirasakan Senang mendapatkan banyak masukan saat Workshop juga menyaksikan presentasi kelompok lain dengan spektrum kaum difabel yang berbeda Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Dengan keterbatasan yang berbeda, maka kebutuhan desain juga berbeda. Misalnya jika mendesain untuk pengguna kursi roda maka secara otomatis perbedaan yang paling mencolok adalah masalah besar ruang yang akan jauh lebih besar dibandingkan kaum 191 Universitas Kristen Petra difabel yang tuna netra. Tuna netra lebih menitikberatkan pada peletakan perabot yang tidak membahayakan dan tidak berubah-ubah, agar dihafal dengan memori Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Tidak hanya terpaku pada narasumber kami (pengguna kursi roda) tetapi juga memperhatikan kaum difabel lain dan bagaimana cara teman-teman menyelesaikan permasalahan yang ada Kuliah/ Pertemuan ke 12 Tanggal 15 Mei 2014 Materi teori yang didapatkan Penjelasan 7 Prinsip Desain Inklusi - Kesetaraan dalam penggunaan - Fleksibilitas - Simpel dan mudah dimengerti - Meminimalkan bahaya, aman - Ukuran ruang - Menimbulkan kelelahan minimum - Informasi yang penting Ketujuh prinsip tersebut harus ada dalam sebuah desain yang universal agar dapat menciptakan aksesibilitas bagi kaum difabel Perasaan yang dirasakan Mendapatkan teori baru mengenai desain inklusi dan desain universal, mengenai pentingnya desain untuk aksesibiltas kaum difabel Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Kenyataan yang ada dalam desain rumah Pak Syakur sebelumnya tidak memenuhi ketujuh prinsip tersebut. Lalu desain baru pada saat workshop juga belum terlalu nyaman, bahkan tidak memenuhi standar ukuran ruang tidur dan ruang sholat. Kami perlu memperbaiki desain lagi. Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Berusaha membuat desain yang lebih baik Kuliah/ Pertemuan ke 13 Tanggal 10 Juni 2014 Materi teori yang didapatkan Asistensi Kami membuat desain kedua untuk perbaikan desain rumah Bapak Syakur lalu setelah asistensi kami mendapat beberapa masukan - Pintu sliding kurang lebar karena kami lupa menghitung jarak bersih yang ada setelah dikurangi gagang pintu - Ada turunan 5 cm pada kamar mandi tetapi tidak diberikan ramp - Perabotan tidak didesain khusus untuk kursi roda. Sebaiknya perabotan tidak mempunyai kaki yang bisa menghalangi masuknya kursi roda, misalnya meja makan yang mempunyai 4 kaki. Akan lebih cocok jika menggunakan meja makan dengan 1 kaki di tengah. - Tidak memperhatikan kenyamanan arsitektural, seperti ventilasi silang - Daerah teras masih kurang nyaman Perasaan yang dirasakan Merasa kurang puas dengan desain karena tidak dipikirkan secara matang, dan banyak hal yang tidak didesain dengan baik Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Ternyata dalam sebuah rumah banyak sekali detail-detail yang harus diperhatikan untuk aksesibilitas kaum difabel. Bukan hanya sekedar aksesibel, tetapi harus nyaman secara arsitektural. Hal ini yang biasanya terlupakan di daerah perkampungan yang padat, seperti daerah rumah Bapak Syakur yang sangat pengap Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Memperbaiki desain dan meningkatkan simpati serta empati Kuliah/ Pertemuan ke 14 Tanggal 18 Juni 2014 Materi teori yang didapatkan Kumpul UAS Pemenuhan tujuh prinsip di dalam desain sangat penting untuk mencapai aksesibilitas kaum difabel Perasaan yang dirasakan Sangat senang karena merupakan tugas terakhir dan saya mendapatkan banyak hal, meskipun belum sempurna Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Rumah yang nyaman adalah ketika rumah itu aksesibel di segala ruang Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Lebih empati kepada kaum difabel, dan rasa empati tidak hanya berhenti di tugas ini. Saya akan lebih memperhatikan desain inklusif dalam mendesain di tugas-tugas selanjutnya.
192 Universitas Kristen Petra Kelompok Ibu Paulina Mayasari S.Sn. Aaron Sutanto Putra, 22411107 Nama Aaron Sutanto Putra NRP 22411107 Email Mahasiswa aaronsutanto@yahoo.com Mata Kuliah KKP-C Desain Inklusi Dosen Pengampu Gunawan,S.T, M.Sc Kuliah/ Pertemuan ke 1. Pengantar Desain Inklusi Tanggal 19 Februari 2014 Materi teori yang didapatkan Pengenalan terhadap materi yang akan diajarkan selama 1 semester. Penjelasan awal tentang Desain Inklusi. Perasaan yang dirasakan Tertarik terhadap materi-materi yang akan didapatkan selama satu semester. Menantang diri untuk menghasilkan desain-desain yang inklusif dan ramah akan orang-orang berkebutuhan khusus (difable). Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Perlunya pemahaman lebih akan desain inklusi yang dikarenakan banyaknya desain arsitektural masa kini tidak ramah terhadap orang-orang berkebutuhan khusus. Hal ini dapat kita lihat bahwa orang-orang difable cukup kesusahan pada saat berada di tempat umum. Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Mempersiapkan kontribusi yang akan diberikan. Kuliah/ Pertemuan ke 2. Kuliah P. Tutus tentang Desain Inklusi Tanggal 26 Februari 2014 Materi teori yang didapatkan "Mendesain aksebilitas berguna bagi orang yang memiliki keterbatasan (tuna netra) dapat hidup mandiri." - Pak Tutus Hal yang perlu diperhatikan dalam mendesain rumah bagi penyandang tuna netra: Rumah yang ramah terhadap orang tuna netra (mempermudah). Tempatnya tidak berubah-ubah (letak perabot). Menata meja dan kursi dalam ruang yang sejajar, tidak acak. Ketinggian benda-benda yang dipasang secara menggantung perlu diperhatikan. Mendesain pintu untuk tuna netra sebaiknya menggunakan pintu geser Dimensi pintu perlu dibuat lebar (penggunaan kursi roda). Penataan lemari harus dipisahkan dan letaknya tidak boleh berubah-ubah (adanya keteraturan). Jika rumahnya besar maka perlu membuat tonjolan-tonjolan pada lantai (sebagai petunjuk bagi orang tuna netra). Jika adanya perbedaan level lantai, membuat tangga akan menyulitkan orang tuna netra. Sebaiknya membuat ramp (dengan mengatur kemiringan). Memperhatikan lebar kamar mandi (membutuhkan space untuk memindahkan orang dari kursi roda ke kamar mandi). Perasaan yang dirasakan Simpati akan orang-orang difable yang ternyata tidak memperoleh hak hidup yag ayak seperti kita. Jika diposisikan sebagai orang tuna netra tentu akan merasa takut dan kebingungan karena tidak dapat mengetahui keadaan di sekitar kita. Sebagai seorang arsitek memiliki rasa ingin membantu dengan menciptakan karya- karya yang bukan hanya sekedar indah namun juga nyaman digunakan bagi orang- orang difable. Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Teori yang diberikan sudah baik adanya, namun beum ada penerapan yang cukup pada kenyataannya. Banyak tempat-tempat umum yang susah diakses bagi orang difable. Perlunya praktek/ simulasi sebagai orang difable demi merasakan ramah atau tidaknya tempat-tempat tertentu bagi orang difable. Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Mempersiapkan kontribusi yang akan diberikan Kuliah/ Pertemuan ke 3. Simulasi Desain Inklusi Tanggal 12 Maret 2014 Materi teori yang didapatkan Simulasi menjadi difabel di Kampus UK. Petra Perasaan yang dirasakan Memerlukan keberanian dan iman yang ebih untuk menjadi seorang difable. Ketika menjadi orang pincang, dapat dirasakan betapa susahnya menaiki tangga. Ketika menjadi orang berkursi roda dapat dirasakan bahwa benar-benar kesusahan dalam mengakses gedung K (auditorium). Walaupun terdapat ramp, namun hal 193 Universitas Kristen Petra tersebut tidak banyak membantu. Ketika menjadi tuna netra dapat dirasakan kegelapan sepanjang masa dimana kita benar-benar tidak dapat melihat sekeliling kita. Peran teman sangat berarti untuk saling membantu satu dengan yang lainnya. Perasaan yang terberat mungin bukan datang dari dalam melainkan dari luar di mana banyak orang yang memperhatikan kami sebagai orang difable dengan pandangan yang tidak menyenangkan. Adanya simpati untuk memabantu orang-orang difable di sekitar kita. Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Dari teori aksebilitas bagi pengguna difable yang telah didapatkan, UK Petra tidak ramah bagi orang-orang berkebutuhan khusus. Hal ini terbukti dari susahnya orang-orang difable dalam mengakses kampus dari gedung P lantai 7 menuju auditorium dan W 10. Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Mulai menentukan subjek difable yang akan menjadi komunitas dampingan dan mempersiapkan observasi dan wawancara yang akan dilakukan. Kuliah/ Pertemuan ke 4. Wawancara dengan Ibu Maya (orang senior) Tanggal 22 Maret 2014 Materi teori yang didapatkan Nenek Ibu Maya yang merupakan penghuni senior sudah tidak dapat tinggal dirumahnya karena rumah tersebut tidak memenuhi aksebilitas bagi orang senior. Ketinggian anak tangga yang terlalu tinggi. Adanya tonjolan balok pada sirkulasi dari dapur munuju kamar tidur dan ruang keluarga. Lebar pintu kamar mandi dan ukuran dimensi kamar mandi yang tidak memenuhi. Model pintu masuk ke kamar tidur yang tidak memenuhi bagi orang difable. Akses menuju kamar tidur yang tidak memenuhi bagi orang difable. Karena akses menuju kamar tidur tidak ada penutup atap sehingga ketika hujan, jalan menjadi licin. Perasaan yang dirasakan Senang dapat terjun langsung melihat kondisi/ kenyataan yang ada. Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Dengan melakukan eksplorasi langsung di rumah Bu Maya, saya dan kelompok dapat memahami langsung masalah-masalah tentang aksebilitas bagi orang difable di rumah beliau. Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Mulai menyusun kerangka permasalahan yang ada dalam hunian tersebut dan mulai mengeluarkan ide-ide desain demi memabantu kenyamanan penghuni senior di rumah tersebut. Kuliah/ Pertemuan ke 5. Asistensi Hasil Wawancara Tanggal 26 Maret 2014 Materi teori yang didapatkan Menentukan ruangan-ruangan yang akan didesain ulang. Membuat gambar sketsa tangan menjadi gambar kerja. Mendata permasalahan pada rumah ibu Maya yang belum memenuhi aksebilitas bagi orang difable. Memberikan solusisolusi desain sementara terhadap rumah Bu Maya. Perasaan yang dirasakan Mulai menantang diri untuk memberikan desain yang terbaik bagi kenyamanan orang senior dalam rumah tersebut. Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Realisasi praktek lapangan bersifat menyesuaikan tidak terlalu terpaku oleh teori dan materi yang ada. Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Mulai menyusun solusi-solusi yang ditawarkan dalam desain renovasi rumah. Kuliah/ Pertemuan ke 6. Asistensi Hasil Wawancara Tanggal 2 April 2014 Materi teori yang didapatkan Melakukan pengembangan ide desain terhadap rumah Bu Maya. Desain yang dilakukan mengusahakan tidak mengubah struktur dari bangunan itu sendiri (lebih kearah perbaikan aksebilitas difable dan peletakan perabot). Hal ini dikarenakan rumah tersebut merupakan rumah pecinan tua yang sangat tidak memungkinkan untuk merubah sistem struktur yang ada. Perasaan yang dirasakan Berharap desain yang ditawarkan dapat direalisasikan demi membantu kenyamanan orang difable dalam rumah tersebut. Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Realisasi praktek lapangan bersifat menyesuaikan tidak terlalu terpaku oleh teori dan materi yang ada. Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Pengembangan desain renovasi. Kuliah/ Pertemuan ke 7. UTS Tanggal 9 April 2014 Materi teori yang didapatkan Mengumpulkan lomba desain Rumah Urban Indonesia (Arbbi). 194 Universitas Kristen Petra Rumah yang didesain memiliki konsep Sun and Shade di mana rumah memanfaatkan matahari dan bayangan demi membentuk karakter ruang yang ada. Rumah didesain sesuai dengan konsep urban, dimana fungsi ruang dapat berkembang sesuai dengan kebutuhan penghuni. Hal ini dapat dilihat dari jumlah kamar yang fleksibel. Jika pasangan muda yang baru saja menikah dapat menggunakan kapar utama, sedangkan kamar-kamar lain dapat berfungsi sebagai ruang keluarga dan ruang kerja. Ketika hadir satu anak makan kamar yag lain mulai berubah fungsi pada jam-jam tertentu. Begitu juga seterusnya jika anak kedua lahir. Rumah terdapat tiga lantai dimana ruang-ruangnya secara fleksibel dapat di buka dan menghadirkan ruang yang leuasa bagi anak-anak untuk bermain pada siang hari. Namun pada malam hari ruang-ruang tersebut menjadi ruang private bagi masing- masing penghuni di dalamnya. Perasaan yang dirasakan Senang mendapatkan pengalaman dan ilmu baru dari mengikuti lomba tersebut. Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Realisasi praktek lapangan bersifat menyesuaikan tidak terlalu terpaku oleh teori dan materi yang ada. Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Hasil desain lomba Arbbi. Kuliah/ Pertemuan ke 8. UTS Tanggal 16 April 2014 Materi teori yang didapatkan Mengumpulkan lomba desain Rumah Urban Indonesia (Arbbi). Rumah yang didesain memiliki konsep Sun and Shade di mana rumah memanfaatkan matahari dan bayangan demi membentuk karakter ruang yang ada. Rumah didesain sesuai dengan konsep urban, dimana fungsi ruang dapat berkembang sesuai dengan kebutuhan penghuni. Hal ini dapat dilihat dari jumlah kamar yang fleksibel. Jika pasangan muda yang baru saja menikah dapat menggunakan kapar utama, sedangkan kamar-kamar lain dapat berfungsi sebagai ruang keluarga dan ruang kerja. Ketika hadir satu anak makan kamar yag lain mulai berubah fungsi pada jam-jam tertentu. Begitu juga seterusnya jika anak kedua lahir. Rumah terdapat tiga lantai dimana ruang-ruangnya secara fleksibel dapat di buka dan menghadirkan ruang yang leuasa bagi anak-anak untuk bermain pada siang hari. Namun pada malam hari ruang-ruang tersebut menjadi ruang private bagi masing- masing penghuni di dalamnya. Perasaan yang dirasakan Senang mendapatkan pengalaman dan ilmu baru dari mengikuti lomba tersebut. Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Realisasi praktek lapangan bersifat menyesuaikan tidak terlalu terpaku oleh teori dan materi yang ada. Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Hasil desain lomba Arbbi. Kuliah/ Pertemuan ke 9. Workshop UNDK Tanggal 23 April 2014 Materi teori yang didapatkan Toilet harus tetap mempertahankan budaya di daerah sekitarnya. Budayan tersebut dapat diaplikasikan dengan memberikan desain cat yang sesuai. Dengan menerapkan budaya sekitar dalam desain toilet, maka penduduk sekitar akan merasa lebih nyaman dalam menggunakan dan turut berpartisipasi untuk menjaga dan melestarikan budaya di tempat tersebut. Perasaan yang dirasakan Kurang dapat dimengerti karena penyampaian materi kurang komunikatif. Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Realisasi praktek lapangan bersifat menyesuaikan tidak terlalu terpaku oleh teori dan materi yang ada. Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Turut berpartisipasi sebagai peserta seminar. Kuliah/ Pertemuan ke 10. Persiapan Workshop Desain Tanggal 30 April 2014 Materi teori yang didapatkan Menyajikan desain dalam gambar kerja. Mempersiapkan presentasi dalam bentu transparansi. Mempersiapkan foto dan video hasil wawancara untuk dipresentasikan. Perasaan yang dirasakan Sedikit tegang karena akan mempresentasikan halis desain pada klien. Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan Realisasi praktek lapangan bersifat menyesuaikan tidak terlalu terpaku oleh teori dan materi yang ada (menyesuaikan permintaan klien). 195 Universitas Kristen Petra kenyataan di lapangan Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Menyiapkan usulan desain yang akan diajukan pada Bu Maya sebagai klien. Kuliah/ Pertemuan ke 11. Workshop Desain Tanggal 8 Mei 2014 Materi teori yang didapatkan Permintaan dari ibu Maya Kamar mandi yang direncanakan di dalam kamar tidur tidak dapat diaplikasikan karena akan mengubah struktur bangunan. Ibu Maya menyarankan pemberian kanopi tetap memasukkan angin dan cahaya matahari. Penambahan elemen-elemen arsitektural demi kenyamanan orang-orang senior dalam berktifitas di dalamnya. Perasaan yang dirasakan Cukup senang karena workshop dapat berjalan dengan lancar dan dapat menjalin komunikasi yang baik dengan klien. Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Realisasi praktek lapangan bersifat menyesuaikan tidak terlalu terpaku oleh teori dan materi yang ada (menyesuaikan permintaan klien). Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Memberikan usulan desain renovasi yang baru pada klien. Kuliah/ Pertemuan ke 12. Penjelasan tujuh prinsip Desain Inklusi Tanggal 21 Mei 2014 Materi teori yang didapatkan Tujuh prinsip yang harus diterapkan dalam desain inklusi adalah sebagai berikut: 1. equitable Use (kesetaraan dalam penggunaan), 2. flexibility in Use (Fleksibilitas dalam penggunaan), 3. simple and Intuitive Use (penggunaan sederhana dan intuitif), 4. perceptible Information (informasi yang jelas), 5. tolerance of Error (Memberikan toleransi terhadap kesalahan), 6. low Physical Effort (memerlukan upaya fisik yang rendah), dan 7. size and Space for Approach and Use (Menyediakan ukuran dan ruang untuk pendekatan dan penggunaaan). Perasaan yang dirasakan Senang mendapatkan pengetahuan baru yang sekiranya dapat membantu dalam desain bagi orang difable. Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Realisasi praktek lapangan bersifat menyesuaikan tidak terlalu terpaku oleh teori dan materi yang aad (menyesuaikan permintaan klien). Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Merevisi desain dan menyesuaikan desain yang ditawarkan dengan ketujuh prinsip yang telah dijelaskan. Kuliah/ Pertemuan ke 13. Asistensi Usulan Desain Tanggal 10 Juni 2014 Materi teori yang didapatkan Penjelasan ulang tentang tujuh desain inklusi dan penerapannya dalam desain renovasi kelompok. Pengembangan ide dalam desain kelompok. Penjelasan aakn produk akhir yang diminta. Perasaan yang dirasakan Mulai merasa diburu oleh waktu yang ada melihat banyaknya tugas-tugas perkuliahan yang lain di samping tugas desain inklusi. Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Realisasi praktek lapangan bersifat menyesuaikan tidak terlalu terpaku oleh teori dan materi yang ada (menyesuaikan permintaan klien). Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Menyesuaikan dan meninjau kembali desain renovasi kelompok dengan tujuh prinsip yang sudah dijelaskan. Kuliah/ Pertemuan ke 14. Pengumpulan UAS Tanggal 18 Juni 2014 Materi teori yang didapatkan Kompilasi dari seluruh materi desain inklusi selama 1 semester yang telah diberikan. Perasaan yang dirasakan Senang karena dapat menyelesaikan tugas desain inklusi selama 1 semester dengan maksimal. Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Realisasi praktek lapangan bersifat menyesuaikan tidak terlalu terpaku oleh teori dan materi yanga ada (menyesuaikan permintaan klien). Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Memberikan usulan desain renovasi final rumah Bu Maya yang diharapkan sedikit banyak dapat membantu orang-orang senior beraktifitas di dalamnya. 196 Universitas Kristen Petra
Fenny Gunawan, 22411109 Nama Fenny Gunawan NRP 22411124 Email Mahasiswa fenny_yuphi@yahoo.com Mata Kuliah KKP-C Desain Inklusi Dosen Pengampu Gunawan,S.T, M.Sc Kuliah/ Pertemuan ke 15. Pengantar Desain Inklusi Tanggal 19 Februari 2014 Materi teori yang didapatkan Pengenalan terhadap materi yang akan diajarkan selama 1 semester Penjelasan awal tentang Desain Inklusi Perasaan yang dirasakan Penasaran terhadap materi yang akan diberikan. Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Belum ada yang saya pahami Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Belum ada Kuliah/ Pertemuan ke 16. Kuliah P. Tutus tentang Desain Inklusi Tanggal 26 Februari 2014 Materi teori yang didapatkan Mendesain aksebilitas berguna supaya orang yang memiliki keterbatasan (tuna netra) dapat hidup mandiri Hal yang perlu diperhatikan dalam mendesain rumah untuk orang tuna netra: Rumah yang ramah terhadap orang tuna netra (mempermudah) Tempatnya tidak berubah-ubah (letak perabot) Menata meja dan kursi dalam ruang yang sejajar, tidak acak Ketinggian benda-benda yang dipasang secara menggantung perlu diperhatikan Mendesain pintu untuk tuna netra sebaiknya menggunakan pintu geser Dimensi pintu perlu dibuat lebar (penggunaan kursi roda) Penataan lemari harus dipisahkan dan letaknya tidak boleh berubah-ubah (adanya keteraturan) Jika rumahnya besar maka perlu membuat tonjolan-tonjolan pada lantai (sebagai petunjuk bagi orang tuna netra) Jika adanya perbedaan level lantai, jika membuat tangga akan menyulitkan orang tuna netra. Sebaiknya membuat ramp (dengan mengatur kemiringan) Memperhatikan lebar kamar mandi (membutuhkan space untuk memindahkan orang dari kursi roda ke kamar mandi) Perasaan yang dirasakan Menjadi difabel kurang menyenangkan, takut karena tidak tahu apa yang terjadi disekitar kita Perasaan simpati dan empati untuk ingin membantu mendesain bagi orang difable Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Dari teori yang didapatkan, sangat susah untuk dapat merasakan menjadi difable, maka perlu mempraktekkannya Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Belum ada Kuliah/ Pertemuan ke 17. Simulasi Desain Inklusi Tanggal 12 Maret 2014 Materi teori yang didapatkan Simulasi menjadi difabel di Kampus UK. Petra Perasaan yang dirasakan Menjadi difabel kurang menyenangkan, takut karena tidak tahu apa yang terjadi disekitar kita Adanya simpati dan empati untuk menolong orang difable yang berada di Kampus UK. Petra Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Dari teori aksebilitas bagi pengguna difable, Kampus UK. Petra masih belum memenuhi untuk digunakan oleh orang difable Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Belum ada Kuliah/ Pertemuan ke 18. Wawancara dengan Ibu Maya (orang senior) Tanggal 22 Maret 2014 Materi teori yang didapatkan Orang tua ibu Maya yang senior sudah tidak dapat tinggal dirumahnya, karena rumah tersebut tidak memenuhi aksebilitas bagi orang senior seperti orang tua ibu Maya. 197 Universitas Kristen Petra Contohnya: Ketinggian anak tangga yang terlalu tinggi Adanya tonjolan balok pada sirkulasi dari dapur munuju kamar tidur dan ruang keluarga Lebar pintu kamar mandi dan ukuran dimensi kamar mandi yang tidak memenuhi Model pintu masuk ke kamar tidur yang tidak memenuhi bagi orang difable Akses menuju kamar tidur yang tidak memenuhi bagi orang difable. Karena akses menuju kamar tidur tidak ada penutup atap sehingga ketika hujan, jalan menjadi licin Perasaan yang dirasakan Senang, karena dapat melakukan eksplorasi langsung di rumah ibu Maya Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Dengan melakukan eksplorasi langsung di rumah ibu Maya, saya dan kelompok dapat memahami langsung masalah-masalah tentang aksebilitas bagi orang difable di rumah ibu Maya Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Adanya simpati dan empati untuk ingin membantu mendesainkan rumah ibu Maya agar dapat dipergunakan oleh orang tua ibu Maya yang sudah senior Kuliah/ Pertemuan ke 19. Asistensi Hasil Wawancara Tanggal 26 Maret 2014 Materi teori yang didapatkan Menentukan ruangan-ruangan yang akan didesain ulang Membuat gambar sketsa tangan menjadi gambar kerja Mendata permasalahan pada rumah ibu Maya yang belum memenuhi aksebilitas bagi orang difable Melakukan solusi solusi desain sementara terhadap rumah ibu Maya Perasaan yang dirasakan Tidak ada Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Realisasi praktek lapangan bersifat menyesuaikan tidak terlalu terpaku oleh teori dan materi Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Memberikan desain renovasi Kuliah/ Pertemuan ke 20. Asistensi Hasil Wawancara Tanggal 2 April 2014 Materi teori yang didapatkan Melakukan pengembangan solusi solusi desain terhadap rumah ibu Maya Desain yang dilakukan mengusahakan tidak mengubah struktur dari bangunan itu sendiri (lebih kearah perbaikan aksebilitas difable dan peletakan perabot) Perasaan yang dirasakan Senang, dapat membantu mendesain rumah ibu Maya agar dapat digunakan oleh orang difable Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Realisasi praktek lapangan bersifat menyesuaikan tidak terlalu terpaku oleh teori dan materi Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Memberikan desain renovasi Kuliah/ Pertemuan ke 21. UTS Tanggal 9 April 2014 Materi teori yang didapatkan Mengerjakan tugas UTS merangkum literatur dari dari Buku : Thompson, Athena, (2004), Homes that Heal, New Society Publishers, National Library of Canada - Chapter 4 The Remodeled Home Kegiatan merenovasi rumah pasti memengaruhi kesehatan penghuninya baik positif maupun negatif. Beberapa bahaya kesehatan yang dapat ditemukan pada material bangunan saat merenovasi rumah : Jamur Timah Asbes Serat Kaca Untuk mengetahui apakah bahan material yang digunakan mengandung bahan berbahaya, diperlukan ahli untuk mengujinya. Selama proses renovasi, ada baiknya penghuni rumah tidak tinggal didalamnya untuk mencegah bahaya kesehatan memengaruhi kesehatan penghuni rumah. Perasaan yang dirasakan Senang karena mendapatkan ilmu tambahan dari membaca buku Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Realisasi praktek lapangan bersifat menyesuaikan tidak terlalu terpaku oleh teori dan materi Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas Hasil rangkuman dari literatur yang sudah dibaca 198 Universitas Kristen Petra dampingan Kuliah/ Pertemuan ke 22. UTS Tanggal 16 April 2014 Materi teori yang didapatkan Mengerjakan tugas UTS merangkum literatur dari dari Buku : Thompson, Athena, (2004), Homes that Heal, New Society Publishers, National Library of Canada - Chapter 4 The Remodeled Home Kegiatan merenovasi rumah pasti memengaruhi kesehatan penghuninya baik positif maupun negatif. Beberapa bahaya kesehatan yang dapat ditemukan pada material bangunan saat merenovasi rumah : Jamur Timah Asbes Serat Kaca Untuk mengetahui apakah bahan material yang digunakan mengandung bahan berbahaya, diperlukan ahli untuk mengujinya. Selama proses renovasi, ada baiknya penghuni rumah tidak tinggal didalamnya untuk mencegah bahaya kesehatan memengaruhi kesehatan penghuni rumah. Perasaan yang dirasakan Senang karena mendapatkan ilmu tambahan dari membaca buku Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Realisasi praktek lapangan bersifat menyesuaikan tidak terlalu terpaku oleh teori dan materi Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Hasil rangkuman dari literatur yang sudah dibaca Kuliah/ Pertemuan ke 23. Workshop UNDK Tanggal 23 April 2014 Materi teori yang didapatkan Toilet harus tetap mempertahankan budaya di daerah sekitarnya. Budayan tersebut dapat diaplikasikan dengan memberikan desain cat yang sesuai. Perasaan yang dirasakan Kurang mengerti karena penyampaian materi kurang komunikatif. Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Realisasi praktek lapangan bersifat menyesuaikan tidak terlalu terpaku oleh teori dan materi Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Turut berpartisipasi sebagai peserta. Kuliah/ Pertemuan ke 24. Persiapan Workshop Desain Tanggal 30 April 2014 Materi teori yang didapatkan Tidak ada Perasaan yang dirasakan Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Realisasi praktek lapangan bersifat menyesuaikan tidak terlalu terpaku oleh teori dan materi (menyesuaikan permintaan klien) Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Menyiapkan usulan desain yang akan diajukan pada ibu Maya sebagai klien Kuliah/ Pertemuan ke 25. Workshop Desain Tanggal 8 Mei 2014 Materi teori yang didapatkan Permintaan dari ibu Maya Kamar mandi yang direncanakan di dalam kamar tidur tidak dapat diaplikasikan karena mengubah struktur bangunan dibawahnya Ibu Maya menyarankan pemberian kanopi tetap memasukkan angin dan cahaya matahari Perasaan yang dirasakan Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Realisasi praktek lapangan bersifat menyesuaikan tidak terlalu terpaku oleh teori dan materi (menyesuaikan permintaan klien) Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Memberikan usulan desain baru Kuliah/ Pertemuan ke 26. Penjelasan tujuh prinsip Desain Inklusi Tanggal 21 Mei 2014 Materi teori yang didapatkan Tujuh prinsip yang harus diterapkan dalam desain inklusi 8. Equitable Use (kesetaraan dalam penggunaan) 9. Flexibility in Use (Fleksibilitas dalam penggunaan) 199 Universitas Kristen Petra 10. Simple and Intuitive Use (penggunaan sederhana dan intuitif) 11. Perceptible Information (informasi yang jelas) 12. Tolerance of Error (Memberikan toleransi terhadap kesalahan) 13. Low Physical Effort (memerlukan upaya fisik yang rendah) 14. Size and Space for Approach and Use (Menyediakan ukuran dan ruang untuk pendekatan dan penggunaaan) Perasaan yang dirasakan Senang karena mendapat pengetahuaan baru Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Realisasi praktek lapangan bersifat menyesuaikan tidak terlalu terpaku oleh teori dan materi (menyesuaikan permintaan klien) Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Menyesuaikan desain renovasi kelompok dengan tujuh prinsip yang sudah dijelaskan Kuliah/ Pertemuan ke 27. Asistensi Usulan Desain Tanggal 10 Juni 2014 Materi teori yang didapatkan Penjelasan ulang tentang tujuh desain inklusi dan penerapannya dalam desain renovasi kelompok Perasaan yang dirasakan Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Realisasi praktek lapangan bersifat menyesuaikan tidak terlalu terpaku oleh teori dan materi (menyesuaikan permintaan klien) Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Menyesuaikan dan meninjau kembali desain renovasi kelompok dengan tujuh prinsip yang sudah dijelaskan Kuliah/ Pertemuan ke 28. Pengumpulan UAS Tanggal 18 Juni 2014 Materi teori yang didapatkan Kompilasi dari seluruh materi desain inklusi selama 1 semester Perasaan yang dirasakan Senang karena dapat menyelesaikan tugas-tugas desain inklusi selama 1 semester Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Realisasi praktek lapangan bersifat menyesuaikan tidak terlalu terpaku oleh teori dan materi (menyesuaikan permintaan klien) Kontribusi yg diberikan thd komunitas dampingan Memberikan usulan desain aksebilitas difable pada rumah ibu Maya
Marina Victoria D, 22411123 Nama Marina Victoria D NRP 22411160 Email Mahasiswa marina.victoria99@gmail.com Mata Kuliah KKP-C Desain Inklusi Dosen Pengampu Gunawan,S.T, M.Sc Kuliah/ Pertemuan ke 29. Pengantar Desain Inklusi Tanggal 19 Februari 2014 Materi teori yang didapatkan Pengenalan terhadap materi yang akan diajarkan selama 1 semester Penjelasan awal tentang Desain Inklusi Perasaan yang dirasakan Penasaran terhadap materi yang akan diberikan. Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Tidak sesuai denagn kenyataan. Pemahaman teori kurang Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Belum ada Kuliah/ Pertemuan ke 30. Kuliah P. Tutus tentang Desain Inklusi Tanggal 26 Februari 2014 Materi teori yang didapatkan Mendesain aksebilitas berguna supaya orang yang memiliki keterbatasan (tuna netra) dapat hidup mandiri Hal yang perlu diperhatikan dalam mendesain rumah untuk orang tuna netra: Rumah yang ramah terhadap orang tuna netra (mempermudah) Tempatnya tidak berubah-ubah (letak perabot) Menata meja dan kursi dalam ruang yang sejajar, tidak acak Ketinggian benda-benda yang dipasang secara menggantung perlu diperhatikan Mendesain pintu untuk tuna netra sebaiknya menggunakan pintu geser Dimensi pintu perlu dibuat lebar (penggunaan kursi roda) Penataan lemari harus dipisahkan dan letaknya tidak boleh berubah-ubah (adanya 200 Universitas Kristen Petra keteraturan) Jika rumahnya besar maka perlu membuat tonjolan-tonjolan pada lantai (sebagai petunjuk bagi orang tuna netra) Jika adanya perbedaan level lantai, jika membuat tangga akan menyulitkan orang tuna netra. Sebaiknya membuat ramp (dengan mengatur kemiringan) Memperhatikan lebar kamar mandi (membutuhkan space untuk memindahkan orang dari kursi roda ke kamar mandi) Perasaan yang dirasakan Menjadi difabel kurang menyenangkan, takut karena tidak tahu apa yang terjadi disekitar kita Perasaan simpati dan empati untuk ingin membantu mendesain bagi orang difable Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Perlu pengertian lebih dalam tentang difable dan teorinya, sehingga perlu ada praktik utnuk mengetahui lebih lanjut tentang perliaku difable dan masalahnya Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Belum ada Kuliah/ Pertemuan ke 31. Simulasi Desain Inklusi Tanggal 12 Maret 2014 Materi teori yang didapatkan Simulasi menjadi difabel di Kampus UK. Petra Perasaan yang dirasakan Menjadi difabel kurang menyenangkan, takut karena tidak tahu apa yang terjadi disekitar kita Adanya simpati dan empati untuk menolong orang difable yang berada di Kampus UK. Petra Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Dari teori aksebilitas bagi pengguna difable, Kampus UK. Petra masih belum memenuhi untuk digunakan oleh orang difable Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Belum ada Kuliah/ Pertemuan ke 32. Wawancara dengan Ibu Maya (orang senior) Tanggal 22 Maret 2014 Materi teori yang didapatkan Orang tua ibu Maya yang senior sudah tidak dapat tinggal dirumahnya, karena rumah tersebut tidak memenuhi aksebilitas bagi orang senior seperti orang tua ibu Maya. Contohnya: Ketinggian anak tangga yang terlalu tinggi Adanya tonjolan balok pada sirkulasi dari dapur munuju kamar tidur dan ruang keluarga Lebar pintu kamar mandi dan ukuran dimensi kamar mandi yang tidak memenuhi Model pintu masuk ke kamar tidur yang tidak memenuhi bagi orang difable Akses menuju kamar tidur yang tidak memenuhi bagi orang difable. Karena akses menuju kamar tidur tidak ada penutup atap sehingga ketika hujan, jalan menjadi licin Perasaan yang dirasakan Senang, karena dapat melakukan eksplorasi langsung di rumah ibu Maya Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Dengan melakukan eksplorasi langsung di rumah ibu Maya, saya dan kelompok dapat memahami langsung masalah-masalah tentang aksebilitas bagi orang difable di rumah ibu Maya Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Adanya simpati dan empati untuk ingin membantu mendesainkan rumah ibu Maya agar dapat dipergunakan oleh orang tua ibu Maya yang sudah senior Kuliah/ Pertemuan ke 33. Asistensi Hasil Wawancara Tanggal 26 Maret 2014 Materi teori yang didapatkan Menentukan ruangan-ruangan yang akan didesain ulang Membuat gambar sketsa tangan menjadi gambar kerja Mendata permasalahan pada rumah ibu Maya yang belum memenuhi aksebilitas bagi orang difable Melakukan solusi solusi desain sementara terhadap rumah ibu Maya Perasaan yang dirasakan Tidak ada Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Realisasi praktek lapangan bersifat menyesuaikan tidak terlalu terpaku oleh teori dan materi Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Memberikan desain renovasi Kuliah/ Pertemuan ke 34. Asistensi Hasil Wawancara Tanggal 2 April 2014 201 Universitas Kristen Petra Materi teori yang didapatkan Melakukan pengembangan solusi solusi desain terhadap rumah ibu Maya Desain yang dilakukan mengusahakan tidak mengubah struktur dari bangunan itu sendiri (lebih kearah perbaikan aksebilitas difable dan peletakan perabot) Perasaan yang dirasakan Senang, dapat membantu mendesain rumah ibu Maya agar dapat digunakan oleh orang difable Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Realisasi praktek lapangan bersifat menyesuaikan tidak terlalu terpaku oleh teori dan materi Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Memberikan desain renovasi Kuliah/ Pertemuan ke 35. UTS Tanggal 9 April 2014 Materi teori yang didapatkan Mengikuti kegiatang lomba ARBI, tentang rumah urban sehat. Konsep yang diambil adalah rumah sehat sederhana dan dapat multifungsi tempat bekerja, sebagai rumah urban sekarang. Mengumpulkan hasil portfolio ARBI sebagai hasil UTS Perasaan yang dirasakan Senang karena mendapatkan ilmu tambahan dari membaca buku Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Realisasi praktek lapangan bersifat menyesuaikan tidak terlalu terpaku oleh teori dan materi Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Hasil rangkuman dari literatur yang sudah dibaca Kuliah/ Pertemuan ke 36. UTS Tanggal 16 April 2014 Materi teori yang didapatkan Mengerjakan tugas UTS merangkum literatur dari dari Buku : Thompson, Athena, (2004), Homes that Heal, New Society Publishers, National Library of Canada Chapter 17 Home Maintenance Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemeliharaan rumah : Pemilihan material yang bebas dari bahan kimia (dari baunya) Pembersihan perabot rumah yang dilakukan secara berkala Renovasi rumah dilakukan oleh orang yang mengerti material bangunan Pemeliharaan rumah saat melakukan renovasi rumah Pemeliharaan rumah dalam jangka pendek dan jangka panjang Perasaan yang dirasakan Senang karena mendapatkan ilmu tambahan dari membaca buku Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Realisasi praktek lapangan bersifat menyesuaikan tidak terlalu terpaku oleh teori dan materi Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Hasil rangkuman dari literatur yang sudah dibaca Kuliah/ Pertemuan ke 37. Workshop UNDK Tanggal 23 April 2014 Materi teori yang didapatkan Toilet harus tetap mempertahankan budaya di daerah sekitarnya. Budayan tersebut dapat diaplikasikan dengan memberikan desain cat yang sesuai. Perasaan yang dirasakan Kurang mengerti karena penyampaian materi kurang komunikatif. Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Realisasi praktek lapangan bersifat menyesuaikan tidak terlalu terpaku oleh teori dan materi Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Turut berpartisipasi sebagai peserta. Kuliah/ Pertemuan ke 38. Persiapan Workshop Desain Tanggal 30 April 2014 Materi teori yang didapatkan Tidak ada Perasaan yang dirasakan Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Realisasi praktek lapangan bersifat menyesuaikan tidak terlalu terpaku oleh teori dan materi (menyesuaikan permintaan klien) Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Menyiapkan usulan desain yang akan diajukan pada ibu Maya sebagai klien Kuliah/ Pertemuan ke 39. Workshop Desain Tanggal 8 Mei 2014 202 Universitas Kristen Petra Materi teori yang didapatkan Permintaan dari ibu Maya Kamar mandi yang direncanakan di dalam kamar tidur tidak dapat diaplikasikan karena mengubah struktur bangunan dibawahnya Ibu Maya menyarankan pemberian kanopi tetap memasukkan angin dan cahaya matahari Perasaan yang dirasakan Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Realisasi praktek lapangan bersifat menyesuaikan tidak terlalu terpaku oleh teori dan materi (menyesuaikan permintaan klien) Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Memberikan usulan desain baru Kuliah/ Pertemuan ke 40. Penjelasan tujuh prinsip Desain Inklusi Tanggal 21 Mei 2014 Materi teori yang didapatkan Tujuh prinsip yang harus diterapkan dalam desain inklusi 15. Equitable Use (kesetaraan dalam penggunaan) 16. Flexibility in Use (Fleksibilitas dalam penggunaan) 17. Simple and Intuitive Use (penggunaan sederhana dan intuitif) 18. Perceptible Information (informasi yang jelas) 19. Tolerance of Error (Memberikan toleransi terhadap kesalahan) 20. Low Physical Effort (memerlukan upaya fisik yang rendah) 21. Size and Space for Approach and Use (Menyediakan ukuran dan ruang untuk pendekatan dan penggunaaan) Perasaan yang dirasakan Senang karena mendapat pengetahuaan baru Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Realisasi praktek lapangan bersifat menyesuaikan tidak terlalu terpaku oleh teori dan materi (menyesuaikan permintaan klien) Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Menyesuaikan desain renovasi kelompok dengan tujuh prinsip yang sudah dijelaskan Kuliah/ Pertemuan ke 41. Asistensi Usulan Desain Tanggal 10 Juni 2014 Materi teori yang didapatkan Penjelasan ulang tentang tujuh desain inklusi dan penerapannya dalam desain renovasi kelompok Perasaan yang dirasakan Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Realisasi praktek lapangan bersifat menyesuaikan tidak terlalu terpaku oleh teori dan materi (menyesuaikan permintaan klien) Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Menyesuaikan dan meninjau kembali desain renovasi kelompok dengan tujuh prinsip yang sudah dijelaskan Kuliah/ Pertemuan ke 42. Pengumpulan UAS Tanggal 18 Juni 2014 Materi teori yang didapatkan Kompilasi dari seluruh materi desain inklusi selama 1 semester Perasaan yang dirasakan Senang karena dapat menyelesaikan tugas-tugas desain inklusi selama 1 semester Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Realisasi praktek lapangan bersifat menyesuaikan tidak terlalu terpaku oleh teori dan materi (menyesuaikan permintaan klien) Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Memberikan usulan desain aksebilitas difable pada rumah ibu Maya
Roby Ismanto, 22411160 Nama Roby Ismanto NRP 22411160 Email Mahasiswa joemi_owen@yahoo.co.id Mata Kuliah KKP-C Desain Inklusi Dosen Pengampu Gunawan,S.T, M.Sc Kuliah/ Pertemuan ke 43. Pengantar Desain Inklusi Tanggal 19 Februari 2014 Materi teori yang didapatkan Pengenalan terhadap materi yang akan diajarkan selama 1 semester Penjelasan awal tentang Desain Inklusi Perasaan yang dirasakan Penasaran terhadap materi yang akan diberikan. 203 Universitas Kristen Petra Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Belum ada yang saya pahami Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Belum ada Kuliah/ Pertemuan ke 44. Kuliah P. Tutus tentang Desain Inklusi Tanggal 26 Februari 2014 Materi teori yang didapatkan Mendesain aksebilitas berguna supaya orang yang memiliki keterbatasan (tuna netra) dapat hidup mandiri Hal yang perlu diperhatikan dalam mendesain rumah untuk orang tuna netra: Rumah yang ramah terhadap orang tuna netra (mempermudah) Tempatnya tidak berubah-ubah (letak perabot) Menata meja dan kursi dalam ruang yang sejajar, tidak acak Ketinggian benda-benda yang dipasang secara menggantung perlu diperhatikan Mendesain pintu untuk tuna netra sebaiknya menggunakan pintu geser Dimensi pintu perlu dibuat lebar (penggunaan kursi roda) Penataan lemari harus dipisahkan dan letaknya tidak boleh berubah-ubah (adanya keteraturan) Jika rumahnya besar maka perlu membuat tonjolan-tonjolan pada lantai (sebagai petunjuk bagi orang tuna netra) Jika adanya perbedaan level lantai, jika membuat tangga akan menyulitkan orang tuna netra. Sebaiknya membuat ramp (dengan mengatur kemiringan) Memperhatikan lebar kamar mandi (membutuhkan space untuk memindahkan orang dari kursi roda ke kamar mandi) Perasaan yang dirasakan Menjadi difabel kurang menyenangkan, takut karena tidak tahu apa yang terjadi disekitar kita Perasaan simpati dan empati untuk ingin membantu mendesain bagi orang difable Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Dari teori yang didapatkan, sangat susah untuk dapat merasakan menjadi difable, maka perlu mempraktekkannya Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Belum ada Kuliah/ Pertemuan ke 45. Simulasi Desain Inklusi Tanggal 12 Maret 2014 Materi teori yang didapatkan Simulasi menjadi difabel di Kampus UK. Petra Perasaan yang dirasakan Menjadi difabel kurang menyenangkan, takut karena tidak tahu apa yang terjadi disekitar kita Adanya simpati dan empati untuk menolong orang difable yang berada di Kampus UK. Petra Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Dari teori aksebilitas bagi pengguna difable, Kampus UK. Petra masih belum memenuhi untuk digunakan oleh orang difable Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Belum ada Kuliah/ Pertemuan ke 46. Wawancara dengan Ibu Maya (orang senior) Tanggal 22 Maret 2014 Materi teori yang didapatkan Orang tua ibu Maya yang senior sudah tidak dapat tinggal dirumahnya, karena rumah tersebut tidak memenuhi aksebilitas bagi orang senior seperti orang tua ibu Maya. Contohnya: Ketinggian anak tangga yang terlalu tinggi Adanya tonjolan balok pada sirkulasi dari dapur munuju kamar tidur dan ruang keluarga Lebar pintu kamar mandi dan ukuran dimensi kamar mandi yang tidak memenuhi Model pintu masuk ke kamar tidur yang tidak memenuhi bagi orang difable Akses menuju kamar tidur yang tidak memenuhi bagi orang difable. Karena akses menuju kamar tidur tidak ada penutup atap sehingga ketika hujan, jalan menjadi licin Perasaan yang dirasakan Senang, karena dapat melakukan eksplorasi langsung di rumah ibu Maya Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Dengan melakukan eksplorasi langsung di rumah ibu Maya, saya dan kelompok dapat memahami langsung masalah-masalah tentang aksebilitas bagi orang difable di rumah ibu Maya Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas Adanya simpati dan empati untuk ingin membantu mendesainkan rumah ibu Maya agar dapat dipergunakan oleh orang tua ibu Maya yang sudah senior 204 Universitas Kristen Petra dampingan Kuliah/ Pertemuan ke 47. Asistensi Hasil Wawancara Tanggal 26 Maret 2014 Materi teori yang didapatkan Menentukan ruangan-ruangan yang akan didesain ulang Membuat gambar sketsa tangan menjadi gambar kerja Mendata permasalahan pada rumah ibu Maya yang belum memenuhi aksebilitas bagi orang difable Melakukan solusi solusi desain sementara terhadap rumah ibu Maya Perasaan yang dirasakan Tidak ada Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Realisasi praktek lapangan bersifat menyesuaikan tidak terlalu terpaku oleh teori dan materi Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Memberikan desain renovasi Kuliah/ Pertemuan ke 48. Asistensi Hasil Wawancara Tanggal 2 April 2014 Materi teori yang didapatkan Melakukan pengembangan solusi solusi desain terhadap rumah ibu Maya Desain yang dilakukan mengusahakan tidak mengubah struktur dari bangunan itu sendiri (lebih kearah perbaikan aksebilitas difable dan peletakan perabot) Perasaan yang dirasakan Senang, dapat membantu mendesain rumah ibu Maya agar dapat digunakan oleh orang difable Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Realisasi praktek lapangan bersifat menyesuaikan tidak terlalu terpaku oleh teori dan materi Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Memberikan desain renovasi Kuliah/ Pertemuan ke 49. UTS Tanggal 9 April 2014 Materi teori yang didapatkan Mengerjakan tugas UTS merangkum literatur dari dari Buku : Thompson, Athena, (2004), Homes that Heal, New Society Publishers, National Library of Canada Chapter 17 Home Maintenance Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemeliharaan rumah : Pemilihan material yang bebas dari bahan kimia (dari baunya) Pembersihan perabot rumah yang dilakukan secara berkala Renovasi rumah dilakukan oleh orang yang mengerti material bangunan Pemeliharaan rumah saat melakukan renovasi rumah Pemeliharaan rumah dalam jangka pendek dan jangka panjang Perasaan yang dirasakan Senang karena mendapatkan ilmu tambahan dari membaca buku Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Realisasi praktek lapangan bersifat menyesuaikan tidak terlalu terpaku oleh teori dan materi Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Hasil rangkuman dari literatur yang sudah dibaca Kuliah/ Pertemuan ke 50. UTS Tanggal 16 April 2014 Materi teori yang didapatkan Mengerjakan tugas UTS merangkum literatur dari dari Buku : Thompson, Athena, (2004), Homes that Heal, New Society Publishers, National Library of Canada Chapter 17 Home Maintenance Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemeliharaan rumah : Pemilihan material yang bebas dari bahan kimia (dari baunya) Pembersihan perabot rumah yang dilakukan secara berkala Renovasi rumah dilakukan oleh orang yang mengerti material bangunan Pemeliharaan rumah saat melakukan renovasi rumah Pemeliharaan rumah dalam jangka pendek dan jangka panjang Perasaan yang dirasakan Senang karena mendapatkan ilmu tambahan dari membaca buku Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Realisasi praktek lapangan bersifat menyesuaikan tidak terlalu terpaku oleh teori dan materi Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Hasil rangkuman dari literatur yang sudah dibaca 205 Universitas Kristen Petra Kuliah/ Pertemuan ke 51. Workshop UNDK Tanggal 23 April 2014 Materi teori yang didapatkan Toilet harus tetap mempertahankan budaya di daerah sekitarnya. Budayan tersebut dapat diaplikasikan dengan memberikan desain cat yang sesuai. Perasaan yang dirasakan Kurang mengerti karena penyampaian materi kurang komunikatif. Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Realisasi praktek lapangan bersifat menyesuaikan tidak terlalu terpaku oleh teori dan materi Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Turut berpartisipasi sebagai peserta. Kuliah/ Pertemuan ke 52. Persiapan Workshop Desain Tanggal 30 April 2014 Materi teori yang didapatkan Tidak ada Perasaan yang dirasakan Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Realisasi praktek lapangan bersifat menyesuaikan tidak terlalu terpaku oleh teori dan materi (menyesuaikan permintaan klien) Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Menyiapkan usulan desain yang akan diajukan pada ibu Maya sebagai klien Kuliah/ Pertemuan ke 53. Workshop Desain Tanggal 8 Mei 2014 Materi teori yang didapatkan Permintaan dari ibu Maya Kamar mandi yang direncanakan di dalam kamar tidur tidak dapat diaplikasikan karena mengubah struktur bangunan dibawahnya Ibu Maya menyarankan pemberian kanopi tetap memasukkan angin dan cahaya matahari Perasaan yang dirasakan Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Realisasi praktek lapangan bersifat menyesuaikan tidak terlalu terpaku oleh teori dan materi (menyesuaikan permintaan klien) Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Memberikan usulan desain baru Kuliah/ Pertemuan ke 54. Penjelasan tujuh prinsip Desain Inklusi Tanggal 21 Mei 2014 Materi teori yang didapatkan Tujuh prinsip yang harus diterapkan dalam desain inklusi 22. Equitable Use (kesetaraan dalam penggunaan) 23. Flexibility in Use (Fleksibilitas dalam penggunaan) 24. Simple and Intuitive Use (penggunaan sederhana dan intuitif) 25. Perceptible Information (informasi yang jelas) 26. Tolerance of Error (Memberikan toleransi terhadap kesalahan) 27. Low Physical Effort (memerlukan upaya fisik yang rendah) 28. Size and Space for Approach and Use (Menyediakan ukuran dan ruang untuk pendekatan dan penggunaaan) Perasaan yang dirasakan Senang karena mendapat pengetahuaan baru Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Realisasi praktek lapangan bersifat menyesuaikan tidak terlalu terpaku oleh teori dan materi (menyesuaikan permintaan klien) Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Menyesuaikan desain renovasi kelompok dengan tujuh prinsip yang sudah dijelaskan Kuliah/ Pertemuan ke 55. Asistensi Usulan Desain Tanggal 10 Juni 2014 Materi teori yang didapatkan Penjelasan ulang tentang tujuh desain inklusi dan penerapannya dalam desain renovasi kelompok Perasaan yang dirasakan Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Realisasi praktek lapangan bersifat menyesuaikan tidak terlalu terpaku oleh teori dan materi (menyesuaikan permintaan klien) Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Menyesuaikan dan meninjau kembali desain renovasi kelompok dengan tujuh prinsip yang sudah dijelaskan Kuliah/ Pertemuan ke 56. Pengumpulan UAS 206 Universitas Kristen Petra Tanggal 18 Juni 2014 Materi teori yang didapatkan Kompilasi dari seluruh materi desain inklusi selama 1 semester Perasaan yang dirasakan Senang karena dapat menyelesaikan tugas-tugas desain inklusi selama 1 semester Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Realisasi praktek lapangan bersifat menyesuaikan tidak terlalu terpaku oleh teori dan materi (menyesuaikan permintaan klien) Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Memberikan usulan desain aksebilitas difable pada rumah ibu Maya
Ronny Chandra K, 22411124 Nama Ronny Chandra K. NRP 22411124 Email Mahasiswa Jla_avenger@yahoo.com Mata Kuliah KKP-C Desain Inklusi Dosen Pengampu Gunawan,S.T, M.Sc Kuliah/ Pertemuan ke 57. Pengantar Desain Inklusi Tanggal 19 Februari 2014 Materi teori yang didapatkan Pengenalan terhadap materi yang akan diajarkan selama 1 semester Penjelasan awal tentang Desain Inklusi Perasaan yang dirasakan Penasaran terhadap materi yang akan diberikan. Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Belum ada yang saya pahami Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Belum ada Kuliah/ Pertemuan ke 58. Kuliah P. Tutus tentang Desain Inklusi Tanggal 26 Februari 2014 Materi teori yang didapatkan Mendesain aksebilitas berguna supaya orang yang memiliki keterbatasan (tuna netra) dapat hidup mandiri Hal yang perlu diperhatikan dalam mendesain rumah untuk orang tuna netra: Rumah yang ramah terhadap orang tuna netra (mempermudah) Tempatnya tidak berubah-ubah (letak perabot) Menata meja dan kursi dalam ruang yang sejajar, tidak acak Ketinggian benda-benda yang dipasang secara menggantung perlu diperhatikan Mendesain pintu untuk tuna netra sebaiknya menggunakan pintu geser Dimensi pintu perlu dibuat lebar (penggunaan kursi roda) Penataan lemari harus dipisahkan dan letaknya tidak boleh berubah-ubah (adanya keteraturan) Jika rumahnya besar maka perlu membuat tonjolan-tonjolan pada lantai (sebagai petunjuk bagi orang tuna netra) Jika adanya perbedaan level lantai, jika membuat tangga akan menyulitkan orang tuna netra. Sebaiknya membuat ramp (dengan mengatur kemiringan) Memperhatikan lebar kamar mandi (membutuhkan space untuk memindahkan orang dari kursi roda ke kamar mandi) Perasaan yang dirasakan Menjadi difabel kurang menyenangkan, takut karena tidak tahu apa yang terjadi disekitar kita Perasaan simpati dan empati untuk ingin membantu mendesain bagi orang difable Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Dari teori yang didapatkan, sangat susah untuk dapat merasakan menjadi difable, maka perlu mempraktekkannya Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Belum ada Kuliah/ Pertemuan ke 59. Simulasi Desain Inklusi Tanggal 12 Maret 2014 Materi teori yang didapatkan Simulasi menjadi difabel di Kampus UK. Petra Perasaan yang dirasakan Menjadi difabel kurang menyenangkan, takut karena tidak tahu apa yang terjadi disekitar kita Adanya simpati dan empati untuk menolong orang difable yang berada di Kampus UK. Petra Apakah yang saya pahami Dari teori aksebilitas bagi pengguna difable, Kampus UK. Petra masih belum memenuhi 207 Universitas Kristen Petra yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan untuk digunakan oleh orang difable Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Belum ada Kuliah/ Pertemuan ke 60. Wawancara dengan Ibu Maya (orang senior) Tanggal 22 Maret 2014 Materi teori yang didapatkan Orang tua ibu Maya yang senior sudah tidak dapat tinggal dirumahnya, karena rumah tersebut tidak memenuhi aksebilitas bagi orang senior seperti orang tua ibu Maya. Contohnya: Ketinggian anak tangga yang terlalu tinggi Adanya tonjolan balok pada sirkulasi dari dapur munuju kamar tidur dan ruang keluarga Lebar pintu kamar mandi dan ukuran dimensi kamar mandi yang tidak memenuhi Model pintu masuk ke kamar tidur yang tidak memenuhi bagi orang difable Akses menuju kamar tidur yang tidak memenuhi bagi orang difable. Karena akses menuju kamar tidur tidak ada penutup atap sehingga ketika hujan, jalan menjadi licin Perasaan yang dirasakan Senang, karena dapat melakukan eksplorasi langsung di rumah ibu Maya Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Dengan melakukan eksplorasi langsung di rumah ibu Maya, saya dan kelompok dapat memahami langsung masalah-masalah tentang aksebilitas bagi orang difable di rumah ibu Maya Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Adanya simpati dan empati untuk ingin membantu mendesainkan rumah ibu Maya agar dapat dipergunakan oleh orang tua ibu Maya yang sudah senior Kuliah/ Pertemuan ke 61. Asistensi Hasil Wawancara Tanggal 26 Maret 2014 Materi teori yang didapatkan Menentukan ruangan-ruangan yang akan didesain ulang Membuat gambar sketsa tangan menjadi gambar kerja Mendata permasalahan pada rumah ibu Maya yang belum memenuhi aksebilitas bagi orang difable Melakukan solusi solusi desain sementara terhadap rumah ibu Maya Perasaan yang dirasakan Tidak ada Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Realisasi praktek lapangan bersifat menyesuaikan tidak terlalu terpaku oleh teori dan materi Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Memberikan desain renovasi Kuliah/ Pertemuan ke 62. Asistensi Hasil Wawancara Tanggal 2 April 2014 Materi teori yang didapatkan Melakukan pengembangan solusi solusi desain terhadap rumah ibu Maya Desain yang dilakukan mengusahakan tidak mengubah struktur dari bangunan itu sendiri (lebih kearah perbaikan aksebilitas difable dan peletakan perabot) Perasaan yang dirasakan Senang, dapat membantu mendesain rumah ibu Maya agar dapat digunakan oleh orang difable Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Realisasi praktek lapangan bersifat menyesuaikan tidak terlalu terpaku oleh teori dan materi Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Memberikan desain renovasi Kuliah/ Pertemuan ke 63. UTS Tanggal 9 April 2014 Materi teori yang didapatkan Mengerjakan tugas UTS merangkum literatur dari dari Buku : Thompson, Athena, (2004), Homes that Heal, New Society Publishers, National Library of Canada - Chapter 5 Material dan sistem yangn dapat digunakan untuk membangun sebuah rumah yang sehat. Slab on Grade Attics You Can Live With Big Fat Walls The Delight Warm Floors Floor Covering Timeless Design and Modern Day Functionaly Ventilation and Natural Sunlight Low EMR Design 208 Universitas Kristen Petra Water : The Elixir of Life Formaldehyde Free Cabinets, Doors, and Built Ins Detached Garage Cntral Vacum System Perasaan yang dirasakan Senang karena mendapatkan ilmu tambahan dari membaca buku Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Realisasi praktek lapangan bersifat menyesuaikan tidak terlalu terpaku oleh teori dan materi Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Hasil rangkuman dari literatur yang sudah dibaca Kuliah/ Pertemuan ke 64. UTS Tanggal 16 April 2014 Materi teori yang didapatkan Mengerjakan tugas UTS merangkum literatur dari dari Buku : Thompson, Athena, (2004), Homes that Heal, New Society Publishers, National Library of Canada - Chapter 5 Material dan sistem yangn dapat digunakan untuk membangun sebuah rumah yang sehat. Slab on Grade Attics You Can Live With Big Fat Walls The Delight Warm Floors Floor Covering Timeless Design and Modern Day Functionaly Ventilation and Natural Sunlight Low EMR Design Water : The Elixir of Life Formaldehyde Free Cabinets, Doors, and Built Ins Detached Garage Cntral Vacum System Perasaan yang dirasakan Senang karena mendapatkan ilmu tambahan dari membaca buku Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Realisasi praktek lapangan bersifat menyesuaikan tidak terlalu terpaku oleh teori dan materi Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Hasil rangkuman dari literatur yang sudah dibaca Kuliah/ Pertemuan ke 65. Workshop UNDK Tanggal 23 April 2014 Materi teori yang didapatkan Toilet harus tetap mempertahankan budaya di daerah sekitarnya. Budayan tersebut dapat diaplikasikan dengan memberikan desain cat yang sesuai. Perasaan yang dirasakan Kurang mengerti karena penyampaian materi kurang komunikatif. Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Realisasi praktek lapangan bersifat menyesuaikan tidak terlalu terpaku oleh teori dan materi Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Turut berpartisipasi sebagai peserta. Kuliah/ Pertemuan ke 66. Persiapan Workshop Desain Tanggal 30 April 2014 Materi teori yang didapatkan Tidak ada Perasaan yang dirasakan Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Realisasi praktek lapangan bersifat menyesuaikan tidak terlalu terpaku oleh teori dan materi (menyesuaikan permintaan klien) Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Menyiapkan usulan desain yang akan diajukan pada ibu Maya sebagai klien Kuliah/ Pertemuan ke 67. Workshop Desain Tanggal 8 Mei 2014 Materi teori yang didapatkan Permintaan dari ibu Maya Kamar mandi yang direncanakan di dalam kamar tidur tidak dapat diaplikasikan karena mengubah struktur bangunan dibawahnya Ibu Maya menyarankan pemberian kanopi tetap memasukkan angin dan cahaya matahari Perasaan yang dirasakan 209 Universitas Kristen Petra Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Realisasi praktek lapangan bersifat menyesuaikan tidak terlalu terpaku oleh teori dan materi (menyesuaikan permintaan klien) Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Memberikan usulan desain baru Kuliah/ Pertemuan ke 68. Penjelasan tujuh prinsip Desain Inklusi Tanggal 21 Mei 2014 Materi teori yang didapatkan Tujuh prinsip yang harus diterapkan dalam desain inklusi 29. Equitable Use (kesetaraan dalam penggunaan) 30. Flexibility in Use (Fleksibilitas dalam penggunaan) 31. Simple and Intuitive Use (penggunaan sederhana dan intuitif) 32. Perceptible Information (informasi yang jelas) 33. Tolerance of Error (Memberikan toleransi terhadap kesalahan) 34. Low Physical Effort (memerlukan upaya fisik yang rendah) 35. Size and Space for Approach and Use (Menyediakan ukuran dan ruang untuk pendekatan dan penggunaaan) Perasaan yang dirasakan Senang karena mendapat pengetahuaan baru Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Realisasi praktek lapangan bersifat menyesuaikan tidak terlalu terpaku oleh teori dan materi (menyesuaikan permintaan klien) Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Menyesuaikan desain renovasi kelompok dengan tujuh prinsip yang sudah dijelaskan Kuliah/ Pertemuan ke 69. Asistensi Usulan Desain Tanggal 10 Juni 2014 Materi teori yang didapatkan Penjelasan ulang tentang tujuh desain inklusi dan penerapannya dalam desain renovasi kelompok Perasaan yang dirasakan Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Realisasi praktek lapangan bersifat menyesuaikan tidak terlalu terpaku oleh teori dan materi (menyesuaikan permintaan klien) Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Menyesuaikan dan meninjau kembali desain renovasi kelompok dengan tujuh prinsip yang sudah dijelaskan Kuliah/ Pertemuan ke 70. Pengumpulan UAS Tanggal 18 Juni 2014 Materi teori yang didapatkan Kompilasi dari seluruh materi desain inklusi selama 1 semester Perasaan yang dirasakan Senang karena dapat menyelesaikan tugas-tugas desain inklusi selama 1 semester Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Realisasi praktek lapangan bersifat menyesuaikan tidak terlalu terpaku oleh teori dan materi (menyesuaikan permintaan klien) Kontribusi yg diberikan thd komunitas dampingan Memberikan usulan desain aksebilitas difable pada rumah ibu Maya
Kelompok Bapak Tutus Setiawan S.Pd. dan Ibu Desy S.Pd. Anneke Debora Kuncoro, 22411044 Nama Anneke DeboraKuncoro NRP 22411044 Email Mahasiswa debora04@ymail.com Mata Kuliah KKP-C Desain Inklusi Dosen Pengampu Gunawan,S.T, M.Sc Kuliah/ Pertemuan ke 1. Pengantar Desain Inklusi Tanggal 19 Februari 2014 Materi teori yang didapatkan - Penjelasan singkat mengenai materi yang akan di pelajari selama satu semester - Pembentukan kelompok Perasaan yang dirasakan Tau sekilas mengenai materi yang akan diajarkan. Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Dalam mendesain bangunan umum, seringkali kita lupa akan kebutuhan semua pengguna. Sehingga di kenyataan, banyak orang disable, kesulitan mengakses bangunan tersebut. Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas Mengumpulkan jadwal kuliah, uts, uas. Agar tidak terjadi bentrokan antara tugas inklusi dengan tugas yang lainnya. 210 Universitas Kristen Petra dampingan Kuliah/ Pertemuan ke 2. Kuliah Pak Tutus tentang Desain Inklusi Tanggal 26 Februari 2014 Materi teori yang didapatkan Apa saja yang harus di perhatika dalam mendesain rumah untuk orang disable, khususnya para tunanetra. Perasaan yang dirasakan Diingatkan kembali, bahwa pengguna bangunan umum bukan hanya orang normal saja, tapi juga orang disable. Sehingga, bangunan juga harus ramah kepada orang disable. Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Banyak fasilitas yang kurang memperhatikan para disable. Sehingga para disable menjadi tidak nyaman ketika berada di sana.
Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Mendesain bangunan yang sesuai dan cocok dengan para pengguna, kesetaraan, dan fleksibilitas para pengguna. Kuliah/ Pertemuan ke 3. Simulasi Desain Inklusi Tanggal 12 Maret 2014 Materi teori yang didapatkan Merasakan bagaimana rasanya menjadi seorang disable agar tau fasilitas seperti apa dirasa nyaman atau menganggu. Serta tau fasilitas apa saja yang dibutuhkan para disable. Perasaan yang dirasakan Merasakan bagaimana rasanya menjadi seorang disable. Tau fasilitas apa yang pas atau fasilitas yang masih kurang bagi para disable. Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Arsitek masih kurang memperhatikan para disable pada saat mendesain suatu bangunan. Sehingga, banyak area yang sulit, bahkan tidak bisa diakses oleh para disable. Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Dalam mendesain suatu bangunan, arsitek harus memperhatikan seluruh aspek. Smulai dari pengguna, kesetaraan, dan fleksibilitas para pengguna. Agar bangunan dapat diakses semua orang.
Kuliah/ Pertemuan ke 4. Wawancara dengan Disable / Orang Senior Tanggal 19 Maret 2014 Materi teori yang didapatkan Pak Tutus adalah seorang tunanetra, sedangkan istrinya adalah seorang low vision. Oeh karena itu, dalam mendesain rumah untuk mereka berdua, harus sesuai dengan kebutuhan mereka. Perasaan yang dirasakan Memahami apa yang dibutuhkan oleh pak Tutus dan istrinya, dan diaplikasikan ke dalam desain rumah bagi mereka berdua. Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Dalam mendesain rumah, kita harus melihat spekturm para penggunanya. Hal ini bertujuan untuk memberikan fasilitas yang setara dengan kebutuhan para pengguna. Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Desain rumah untuk pak Tutus, diperlukan perbedaan tekstur. Agar pak Tutus tau bahwa ia berada di ruang yang berbeda. Sedangkan unbutuk istrinya, dibutuhkan warna-warna yang cerah/ekstrem, agar sang istri bisa membedakan warna dengan baik. Kuliah/ Pertemuan ke 5. Wawancara dengan Disable / Orang Senior Tanggal 26 Maret 2014 Materi teori yang didapatkan Pak Tutus adalah seorang tunanetra, sedangkan istrinya adalah seorang low vision. Oeh karena itu, dalam mendesain rumah untuk mereka berdua, harus sesuai dengan kebutuhan mereka. Perasaan yang dirasakan Memahami apa yang dibutuhkan oleh pak Tutus dan istrinya, dan diaplikasikan ke dalam desain rumah bagi mereka berdua. Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Dalam mendesain rumah, kita harus melihat spekturm para penggunanya. Hal ini bertujuan untuk memberikan fasilitas yang setara dengan kebutuhan para pengguna. Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Desain rumah untuk pak Tutus, diperlukan perbedaan tekstur. Agar pak Tutus tau bahwa ia berada di ruang yang berbeda. Sedangkan unbutuk istrinya, dibutuhkan warna-warna yang cerah/ekstrem, agar sang istri bisa membedakan warna dengan baik. Kuliah/ Pertemuan ke 6 . Asistensi Hasil Wawancara Tanggal 2 April 2014 Materi teori yang didapatkan Mendesain sesuai dengan spectrum pengguna Perasaan yang dirasakan Perlu pertimbangan dalam mendesain, apakah perlu didesain ulang atau hanya beberapa objek yang perlu diperbaiki. Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Perlunya penerapan dalam mendesain sesuai teori tersebut, sehingga terkadang mendesain sesuatu juga melihat objek yang didesain, misalnya bekas bangunan kolonil, cina, dll Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Menerapkan pehaman tersebut ke dalam desain Kuliah/ Pertemuan ke 7. UTS Tanggal 9 April 2014 211 Universitas Kristen Petra Materi teori yang didapatkan Mengumpulkan tugas UTS sesuai jadwal yang diberikan dan ketentuannya Perasaan yang dirasakan Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan
Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan
Kuliah/ Pertemuan ke 8. UTS Tanggal 16 April 2014 Materi teori yang didapatkan Mengumpulkan tugas UTS sesuai jadwal yang diberikan dan ketentuannya Perasaan yang dirasakan Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan
Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan
Kuliah/ Pertemuan ke 9. Workshop UNDK Tanggal 23 April 2014 Materi teori yang didapatkan Bagaimana cara mengembangkan potensi inovasi lokal yang dimiliki, ke dunia internasional Perasaan yang dirasakan Sedikit membosankan, karena materi yang di presentasikan olek Pak Loekito, sudah di jelaskan pada saat perkuliahan. Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Dunia internasional terkadang menganggap sebelah mata potensi yang dimiliki suatu daerah. Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Bekerja sama dengan banyak pihak internasional, agar potensi inovasi lokal yang kita miliki dapat diakui oleh dunia Kuliah/ Pertemuan ke 10. Persiapan Workshop Desain Tanggal 30 April 2014 Materi teori yang didapatkan Mempersiapkan tugas akhir yang sudah diberikan Perasaan yang dirasakan Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan
Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan
Kuliah/ Pertemuan ke 11. Workshop Desain Tanggal 7 Mei 2014 Materi teori yang didapatkan Mempersiapkan tugas akhir yang sudah diberikan Perasaan yang dirasakan Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan
Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan
Kuliah/ Pertemuan ke 12. Penjelasan 7 Prinsip Desain Inklusi Tanggal 14 Juni 2014 Materi teori yang didapatkan Menjelaskan bahwa mendesain bangunan perlu memperhatikan prinsip-prinsip dari inclusive design Perasaan yang dirasakan Memahami prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam desain Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Mendesain ataupun merancang sebuah bangunan perlu memperhatikan : kesetaraan, fleksibilitas, sederhana, jelas, fisik, ukuran dan ruang sesuai pengguna Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Menerapkan prinsip tersebut kedalam desain bangunan Kuliah/ Pertemuan ke 13. Asistensi Tugas Akhir Inklusi Tanggal 14 Juni 2014 Materi teori yang didapatkan Penjelasan mengenai tugas. Seperti, produk apa saja yang dikumpulkan, tanggal berapa tugas dikumpulkan, dan lain-lain. 212 Universitas Kristen Petra Perasaan yang dirasakan Senang, karena bisa belajar mengenai hal-hal yang baru. Khususnya pengetahuan mengenai inclusive design. Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Mengembangkan materi yang didapat selama perkuliahan ke dalam desain Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Mengikuti serta mempertimbangkan prosedur yang ada dalam mendesain bangunan Kuliah/ Pertemuan ke 14. UAS Tanggal 18 Juni 2014 Materi teori yang didapatkan Mengumpulkan tugas akhir di P8 jam 10 dalam bentuk soft copy di burn di CD per kelompok. Perasaan yang dirasakan Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan
Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan
Cindy F.Tanrim, 22411018 Nama Cindy Tanrim NRP 22411018 Email Mahasiswa bor4kim92@gmail.com, Mata Kuliah KKP-C Desain Inklusi Dosen Pengampu Gunawan,S.T, M.Sc Kuliah/ Pertemuan ke 1. Pengantar Desain Inklusi Tanggal 19 Februari 2014 Materi teori yang didapatkan Penjelasan materi dan tugas inklusi yang akan dipelajari, serta pembagian kelompok dan jadwal pertemuan inklusi. Perasaan yang dirasakan Masih kurang paham apa yang seharusnya dilakukan karena masih awal kuliah. Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Materi yang akan dipelajari, dan tugas bisa dipersiapkan jadwal kerja serta pengumpulannya, selain itu juga menjelaskan bahwa mendesain inklusi harus mempertimbangkan spektrum pengguna Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Mengumpulkan jadwal kuliah, uts, uas sehingga dirangkum menjadi jadwal pertemuan inklusi, jadwal ini dibuat tujuannya tidak menghambat pertemuan mahasiswa agar dosen pembimbing dan mahasiswa puas dengan hasil pertemuannya. Kuliah/ Pertemuan ke 2. Kuliah Pak Tutus tentang Desain Inklusi Tanggal 26 Februari 2014 Materi teori yang didapatkan Peraturan, persyaratan dalam mendesain rumah untuk disable people termasuk tunanetra yang harus perlu diperhatikan Perasaan yang dirasakan Memahami dalam mendesain objek sesuatu yang dapat bisa digunakan untuk mereka, seperti ramp yg tidak licin dengan sudut miringnya 2, dsb Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Kenyataannya masih banyak fasilitas kurang memperhatikan fasilitas untuk disable people, seperti fasilitas ramp petra, yg bisa digunakan distribusi untuk kereta barang seharusnya bisa digunakan untuk kursi roda bagi yg disable atau mahasiswa yang mengalami musibah. Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Merancang desain sesuai dengan penjelasan materi yang cocok dengan spektrum pengguna, perencanaan desain, kesetaraan, fleksibilitas dengan pengguna Kuliah/ Pertemuan ke 3. Simulasi Desain Inklusi Tanggal 12 Maret 2014 Materi teori yang didapatkan Mencermati apa yang dilakukan bagi tunanetra ataupun disable people untuk fasilitas umum, serta bagaimana kita menanggapi kebutuhan mereka? Perasaan yang dirasakan Bersama-sama mengalami apa yang dirasakan disable people, apa yang mereka kehendak jika fasilitas yang didesain masih kurang cukup untuk mereka? Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Kenyataan apa yang dijelaskan terasa berbeda dengan kenyataan di lapangan, bahwa masih ada fasilitas umum, rumah yang kurang memperhatikan disable people Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Sebagai calon arsitek, mempelajari dengan merancang desain yg dilihat spectrum penggunanya dengan begitu kita bisa memahami sapa saja yang menggunakan objek tersebut. Kuliah/ Pertemuan ke 4. Wawancara dengan Disable / Orang Senior Tanggal 19 Maret 2014 213 Universitas Kristen Petra Materi teori yang didapatkan Pak Tutus seorang tunanetra sedangkan istrinya seorang low vision, oleh karena itu dalam mendesain rumah untuk mereka butuh fungsinya masing-masing. Perasaan yang dirasakan Memahami apa yang dibutuhkan dalam mendesain spectrum penggunanya spt pak Tutus dengan istrinya Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Yang saya pahami bahwa mendesain rumah untuk penggunanya kita harus melihat spekturm penggunanya guna memberikan fasilitas yang setara antara disable people dengan kita Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Mendesain rumah Pak Tutus butuh tekstur yang bisa berguna bagi indera perabanya, sedangkan istrinya butuh warna yang ekstrem sehingga bisa membedakan warna yg polos dengan warna gelap. Kuliah/ Pertemuan ke 5. Wawancara dengan Disable / Orang Senior Tanggal 26 Maret 2014 Materi teori yang didapatkan Pak Tutus seorang tunanetra sedangkan istrinya seorang low vision, oleh karena itu dalam mendesain rumah untuk mereka butuh fungsinya masing-masing. Perasaan yang dirasakan Memahami apa yang dibutuhkan dalam mendesain spectrum penggunanya spt pak Tutus dengan istrinya Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Yang saya pahami bahwa mendesain rumah untuk penggunanya kita harus melihat spekturm penggunanya guna memberikan fasilitas yang setara antara disable people dengan kita Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Mendesain rumah Pak Tutus butuh tekstur yang bisa berguna bagi indera perabanya, sedangkan istrinya butuh warna yang ekstrem sehingga bisa membedakan warna yg polos dengan warna gelap. Kuliah/ Pertemuan ke 6 . Asistensi Hasil Wawancara Tanggal 2 April 2014 Materi teori yang didapatkan Mendesain sesuai dengan spectrum pengguna, ciri bentuk rumahnya seperti bangunan kolonial biasanya rumah khas orang senior tidak bisa dilepas, Perasaan yang dirasakan Perlu pertimbangan dalam mendesain, apakah perlu didesain ulang atau hanya beberapa objek yang perlu diperbaiki supaya tidak menghilangkan desain tersebut. Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Perlunya penerapan dalam mendesain sesuai teori tersebut, sehingga terkadang mendesain sesuatu juga melihat objek yang didesain apa dulu, misalnya bekas bangunan kolonil, cina, dll Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Menerapkan pehaman tersebut ke dalam desain Kuliah/ Pertemuan ke 7. UTS Tanggal 9 April 2014 Materi teori yang didapatkan Mengumpulkan tugas UTS sesuai jadwal yang diberikan dan ketentuannya Perasaan yang dirasakan Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan
Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan
Kuliah/ Pertemuan ke 8. UTS Tanggal 16 April 2014 Materi teori yang didapatkan Mengumpulkan tugas UTS sesuai jadwal yang diberikan dan ketentuannya Perasaan yang dirasakan Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan
Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan
Kuliah/ Pertemuan ke 9. Workshop UNDK Tanggal 23 April 2014 Materi teori yang didapatkan Bagaimana cara mengembangkan potensi inovasi lokal yang dimiliki, ke dunia internasional Perasaan yang dirasakan Sedikit membosankan, karena materi yang di presentasikan olek Pak Loekito, sudah di jelaskan pada saat perkuliahan. Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Dunia internasional terkadang menganggap sebelah mata potensi yang dimiliki suatu daerah. Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas Bekerja sama dengan banyak pihak internasional, agar potensi inovasi lokal yang kita miliki dapat diakui oleh dunia 214 Universitas Kristen Petra dampingan Kuliah/ Pertemuan ke 10. Persiapan Workshop Desain Tanggal 30 April 2014 Materi teori yang didapatkan Mempersiapkan tugas akhir yang sudah diberikan Perasaan yang dirasakan Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan
Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan
Kuliah/ Pertemuan ke 11. Workshop Desain Tanggal 7 Mei 2014 Materi teori yang didapatkan Mempersiapkan tugas akhir yang sudah diberikan Perasaan yang dirasakan Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan
Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan
Kuliah/ Pertemuan ke 12. Penjelasan 7 Prinsip Desain Inklusi Tanggal 14 Juni 2014 Materi teori yang didapatkan Menjelaskan bahwa mendesain bangunan perlu memperhatikan prinsip-prinsip dari inclusive design Perasaan yang dirasakan Memahami prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam desain, dan dihubungkan dengan spectrum penggunanya Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Mendesain ataupun merancang sebuah bangunan perlu memperhatikan : kesetaraan, fleksibilitas, sederhana, jelas, fisik, ukuran dan ruang sesuai pengguna Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Menerapkan prinsip tersebut kedalam desain bangunan Kuliah/ Pertemuan ke 13. Asistensi Tugas Akhir Inklusi Tanggal 14 Juni 2014 Materi teori yang didapatkan Memperhatikan dan mengumpulkan tugas apa saja yang dibutuhkan serta produk apa saja yang perlu dikumpulkan Perasaan yang dirasakan Senang, bisa dapat menyelesaikan ke desain ini selama penjelasan teori berlangsung Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Mengembangkan materi yang didapat selama perkuliahan ke dalam desain Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Mengikuti serta mempertimbangkan prosedur yang ada dalam mendesain bangunan Kuliah/ Pertemuan ke 14. UAS Tanggal 18 Juni 2014 Materi teori yang didapatkan Mengumpulkan tugas akhir di P8 jam 10 dalam bentuk soft copy di burn di CD per kelompok. Perasaan yang dirasakan Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan
Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan
Mellisa S.Y/22411077 Nama Mellisa Stefani Yolino NRP 22411077 Email Mahasiswa mellisastefani@rocketmail.com Mata Kuliah KKP-C Desain Inklusi Dosen Pengampu Gunawan,S.T, M.Sc Kuliah/ Pertemuan ke 1. Pengantar Desain Inklusi Tanggal 19 Februari 2014 215 Universitas Kristen Petra Materi teori yang didapatkan Penjelasan lingkup materi yang akan dibahas dalam kelas KKP inklusi. Pembagian kelompok dan penjelasan pembagian jadwal materi selama satu semester. Perasaan yang dirasakan Secara umum, paham akan konsep pembelajaran yang akan digunakan selama satu semester. Namun tidak paham dengan tugas untuk UTS dan tugas besar (desain kelompok) Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Lingkup materi pembelajaran, jadwal materi tiap minggu. Tidak terlalu paham tugas UTS dan tugas desain kelompok Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Belum ada Kuliah/ Pertemuan ke 2. Kuliah Pak Tutus tentang Desain Inklusi Tanggal 26 Februari 2014 Materi teori yang didapatkan Sharing tentang pengalaman orang tuna netra yang berkaitan dengan arsitektur (penataan ruang dalam dan ruang luar) Perasaan yang dirasakan Membayangkan dengan lingkungan yang ada sekarang dan bila dalam kondisi yang serupa dengan narasumber, mungkin banyak kesulitan yang terjadi. Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Kenyataannya masih banyak fasilitas tidak memperhatikan kebutuhan dari orang difabel. Contohnya adalah guiding path untuk orang buta yang ada di setapak jalan utama (Jl. Darmo) sering kali tidak menerus dan celakanya berhenti bila ada pohon. Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Pengertian bahwa desain arsitektur harus ramah untuk orang-orang difabel. Kuliah/ Pertemuan ke 3. Simulasi Desain Inklusi Tanggal 12 Maret 2014 Materi teori yang didapatkan Mencermati apa yang dilakukan bagi tunanetra ataupun disable people terhadap kondisi fasilitas umum yang ada di lingkungan (di kompleks Petra) Perasaan yang dirasakan Mengalami rasanya jadi orang tuna netra di kompleks Petra dan harus mencari jalan yang sebenarnya sudah hafal kondisi. Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Kenyataan bahwa memang kurang ramahnya desain yang ada terhadap orang difabel. Contohnya ram yang ada terlalu curam dan material yang kurang sesuai sehingga cukup berbahaya untuk orang dengan kursi roda (cenderung tidak mungkin dilalui sendiri dan sulit dengan bantuan orang lain) Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Tidak ada Kuliah/ Pertemuan ke 4. Wawancara dengan Disable / Orang Senior Tanggal 19 Maret 2014 Materi teori yang didapatkan Diskusi dengan Pak Tutus yang seorang tuna netra, sedangkan istrinya adalah low vision, Perasaan yang dirasakan Memahami apa yang dibutuhkan dalam mendesain spectrum penggunanya, yaitu pak Tutus dengan istrinya Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Yang saya pahami bahwa mendesain rumah untuk penggunanya kita harus melihat spekturm penggunanya guna memberikan fasilitas yang setara antara disable people dengan kita Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Desain untuk seorang tuna netra harus bermain dengan tekstur. Sedangkan untuk low vision lebih ke permainan warna. Berhati-hati dengan penggunaan warna yang ada. Kuliah/ Pertemuan ke 5. Wawancara dengan Disable / Orang Senior Tanggal 26 Maret 2014 Materi teori yang didapatkan Diskusi dengan Pak Tutus yang seorang tuna netra, sedangkan istrinya adalah low vision, Perasaan yang dirasakan Memahami apa yang dibutuhkan dalam mendesain spectrum penggunanya, yaitu pak Tutus dengan istrinya Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Yang saya pahami bahwa mendesain rumah untuk penggunanya kita harus melihat spekturm penggunanya guna memberikan fasilitas yang setara antara disable people dengan kita Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Desain untuk seorang tuna netra harus bermain dengan tekstur. Sedangkan untuk low vision lebih ke permainan warna. Berhati-hati dengan penggunaan warna yang ada. Kuliah/ Pertemuan ke 6 . Asistensi Hasil Wawancara Tanggal 2 April 2014 Materi teori yang didapatkan Hasil desain sementara dengan spektrum pengguna Perasaan yang dirasakan Perlu perbaikan dengan tambahan pertimbangan-pertimbangan baru yang ada dan mungkin terlewat Apakah yang saya pahami Perlunya penerapan dalam mendesain sesuai teori tersebut, sehingga terkadang mendesain 216 Universitas Kristen Petra yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan sesuatu juga melihat objek yang didesain apa dulu, misalnya bekas bangunan kolonil, cina, dll Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Menerapkan hasil pemahaman materi ke desain Kuliah/ Pertemuan ke 7. UTS Tanggal 9 April 2014 Materi teori yang didapatkan Mengumpulkan tugas UTS sesuai jadwal yang diberikan dan ketentuannya Perasaan yang dirasakan Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan
Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan
Kuliah/ Pertemuan ke 8. UTS Tanggal 16 April 2014 Materi teori yang didapatkan Mengumpulkan tugas UTS sesuai jadwal yang diberikan dan ketentuannya Perasaan yang dirasakan Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan
Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan
Kuliah/ Pertemuan ke 9. Workshop UNDK Tanggal 23 April 2014 Materi teori yang didapatkan Workshop mengenai inovasi kedaerahan yang ada di Indonesia (dan beberapa Negara lain yang tergabung) dan potensi untuk menglobalkannya. Perasaan yang dirasakan Tergabung sebagai panitia acara sehingga tidak dapat sepenuhnya menyimak materi yang dibahas. Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Tidak seberapa paham karena hampir separuh bagian acara berada di luar ruangan untuk menyiapkan acara selanjutnya Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Tidak ada Kuliah/ Pertemuan ke 10. Persiapan Workshop Desain Tanggal 30 April 2014 Materi teori yang didapatkan Mempersiapkan tugas akhir yang sudah diberikan Perasaan yang dirasakan Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan
Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Persiapan desain fix Kuliah/ Pertemuan ke 11. Workshop Desain Tanggal 7 Mei 2014 Materi teori yang didapatkan Mempersiapkan tugas akhir yang sudah diberikan Perasaan yang dirasakan Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan
Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan
Kuliah/ Pertemuan ke 12. Penjelasan 7 Prinsip Desain Inklusi Tanggal 14 Juni 2014 Materi teori yang didapatkan Penjelasan tentang inclusive design Perasaan yang dirasakan Pemahaman tentang apa itu inclusive design sendiri Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Seharusnya dalam mendesain yang baik tidak boleh lagi mengglobalkan pengguna dari bangunan tersebut. Menyesuaikan dengan spektrum yang ada. Kontribusi yang diberikan Tidak ada 217 Universitas Kristen Petra terhadap komunitas dampingan Kuliah/ Pertemuan ke 13. Asistensi Tugas Akhir Inklusi Tanggal 14 Juni 2014 Materi teori yang didapatkan Memperhatikan dan mengumpulkan tugas apa saja yang dibutuhkan serta produk apa saja yang perlu dikumpulkan Perasaan yang dirasakan Senang karena tugas akan berakhir dan tidak banyak perubahan yang harus dilakukan Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Mengembangkan materi yang didapat selama perkuliahan ke dalam desain Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Pra desain untuk rumah tinggal dengan penghuni tuna netra dan low vision Kuliah/ Pertemuan ke 14. UAS Tanggal 18 Juni 2014 Materi teori yang didapatkan Mengumpulkan tugas akhir di P8 jam 10 dalam bentuk soft copy di burn di CD per kelompok. Perasaan yang dirasakan Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan
Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan
Nerissa Kumala Tandiono, 22411055 Nama Nerissa Kumala Tandiono NRP 22411055 Email Mahasiswa nerissatandiono@hotmail.com Mata Kuliah KKP-C Desain Inklusi Dosen Pengampu Gunawan,S.T, M.Sc Kuliah/ Pertemuan ke 1- Pengantar desain inklusi Tanggal 19/2/14 Materi teori yang didapatkan Materi singkat tentang hal-hal apa yang akan dipelajari selama satu semester dalam kuliah inklusi Perasaan yang dirasakan Tertarik mengetahui lebih dalam tentang desain inklusi Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Masih tahap perkenalan rancangan inklusi, sebuah rancangan yang dapat diakses oleh semua orang tanpa memerlukan upaya yang khusus. Tetapi kenyataan di lapangan rancangan fasilitas umum saja masih susah digunakan khususnya bagi orang berkebutuhan khusus karena cacat Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Kumpul jadwal kuliah, uts, uas menghindari bentrok tugas inklusi dengan tugas lain Kuliah/ Pertemuan ke 2- Kuliah tamu (pak Tutus) tentang desain inklusi Tanggal 26/2/14 Materi teori yang didapatkan Pengalaman pribadi dari tamu yang seorang tunanetra dalam beraktivitas ( baik di dalam maupun luar ruang ) Perasaan yang dirasakan Terinspirasi bagaimana desain dapat berpengaruh besar bagi penyandang cacat Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Dibutuhkan desain ruang baik luar maupun ruang dalam yang harus memberi kenyamanan & keamanan bagi seorang penyandang cacat (tunanetra khususnya) karena seorang penyandang cacat memiliki ruang gerak yang berbeda dari orang pada umumnya Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Mulai memikirkan ide desain bangunan yang mampu memberi ruang gerak yang nyaman dan aman bagi semua spektrum pengguna Kuliah/ Pertemuan ke 3- Simulasi desain inklusi Tanggal 12/3/14 Materi teori yang didapatkan Turut merasakan menjadi seorang disabled, merasakan menjalani aktivitas di gedung Radius Prawiro. Perasaan yang dirasakan Merasa susah menjadi disaled ketika memasuki bangunan fasum (pada kasus universitas Kristen Petra pada gedung Radius Prawiro Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Pada saat belajar teori perancangan bangunan pada umumnya seringkali merasa desain sudah nyaman, akan tetapi hal sepele misal seperti desain ramp yang sering tidak dihitung karena sudah dirasa mampu dinaiki terbukti ketika dicoba saat pengguna kursi 218 Universitas Kristen Petra roda menaiki ramp, pengguna kursi roda terjatuh karena kemiringan ramp yang terlalu tajam. Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Penting adanya kesadaran bahwa dalam perancangan suatu bangunan (baik fasilitas umum maupun fasilitas pribadi/ rumah) hendaknya melihat spektrum pengguna dahulu. Penting mengutamakan keamanan dan kenyamanan pengguna karena sudah kewajiban seorang arsitek merancang ruang yang nyaman bagi pengguna ruang. Kuliah/ Pertemuan ke 4- Wawancara dengan disabled Tanggal 18/3/14 Materi teori yang didapatkan Kelompok kami mendapat wawancara dengan pak Tutus (tunanetra), beserta istrinya (low vision) tentang beraktivitas di kediaman bapak Tutus beserta istrinya Perasaan yang dirasakan Ikut merasakan kegiatan yang dilakukan oleh pak Tutus yang merupakan tunanetra, rancangan rumah yang terkesan memaksa pak Tutus untuk beradaptasi, seharusnya rancangan rumah otomatis membuat nyaman penggunanya, bukan memaksa pengguna untuk beradaptasi agar nyaman Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Rancangan rumah yang nyaman harus melihat aspek pengguna dahulu. Apabila terdapat pengguna yang difabel seharusnya desain rumah tidak sama dengan desain rumah pada umumnya. Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Setelah mengetahui permasalahan pada rumah yang telah dihuni, perlu adanya penyesuaian desain rumah dengan permainan yang mengandalkan indera peraba (tekstur) bagi pak Tutus sebagai pemberi petunjuk arah, dan permainan warna cerah tetapi tidak silau (agar tidak menyakiti mata) untuk istri pak Tutus yang low vision Kuliah/ Pertemuan ke 5 -Wawancara dengan difabel Tanggal 26/3/2014 Materi teori yang didapatkan Perasaan yang dirasakan Idem dengan pertemuan 4 Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Idem dengan pertemuan 4 Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Idem dengan pertemuan 4 Kuliah/ Pertemuan ke 6 -Asistensi hasil wawancara Tanggal 2/4/2014 Materi teori yang didapatkan Perancangan disesuaikan dengan kebutuhan pengguna yang beraktivitas Perasaan yang dirasakan Merasa butuh perbaikan/ perancangan ulang setelah melakukan wawancara dan observasi dari rumah tamu pendukung (pak Tutus) Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Teori tentang studi ruang gerak pada umumnya oleh pengguna orang normal tidak memberi kenyamanan bagi pengguna tunanetra (pak Tutus) & lowvision (istri pak Tutus), seperti contoh tangga tanpa guiding path, perabot yang memenuhi selasar (bisa tertubruk), terdapat penurunan level. Adanya hal-hal ini akhirnya terpaksa membuat pak Tutus membiasakan diri dengan ingatan. Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Penerapan teori kedalam desain Kuliah/ Pertemuan ke 7 Tanggal 9/4/2014 Materi teori yang didapatkan UTS Perasaan yang dirasakan - Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan - Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan - Kuliah/ Pertemuan ke 8 Tanggal 16/04/2014 Materi teori yang didapatkan UTS Perasaan yang dirasakan - Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan - Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan - Kuliah/ Pertemuan ke 9 -Workshop UNDW 219 Universitas Kristen Petra Tanggal 23/04/2014 Materi teori yang didapatkan Cara mengembangkan potensi inovasi lokal yang telah dimiliki di kancah internasional Perasaan yang dirasakan Agak hambar, mungkin karena materi yang diberikan sudah pernah disinggung pada saat perkuliahan sebelumnya. Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Arsitektur di Indonesia terkadang dipandang sebelah mata oleh kalangan internasional Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Bekerja sama dengan berbagai pihak agar inovasi kita dapat diakui oleh kalangan internasional Kuliah/ Pertemuan ke 10 -Persiapan Workshop desain Tanggal 30/04/2014 Materi teori yang didapatkan Persiapan tugas akhir Perasaan yang dirasakan Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan
Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan
Kuliah/ Pertemuan ke 11 -Workshop desain Tanggal 07/05/2014 Materi teori yang didapatkan Persiapan tugas akhir
Perasaan yang dirasakan Banyak mendapat informasi dari sharing kelompok maupun tamu pendukung Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Apabila spektrum pengguna berbeda ( tunanetra/ lumpuh/ penyandang kursi roda/ maupun senior), maka otomatis desain juga berbeda pula karena tingkat kenyamanannya berbeda. Contoh tunanetra memakai indera peraba untuk menggantikan indera penglihatan sehingga desain bermain tekstur & bidang untuk memberi petunjuk bagi pengguna tunanetra. Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan memberi ide atas saran-saran akan perbaikan/ perancangan rumah dan mendengarkan keinginan dari pengguna akan perancangan rumah yang baru Kuliah/ Pertemuan ke 12- Penjelasan 7 prinsip desain inklusi Tanggal 15/05/2014 Materi teori yang didapatkan Teori akan 7 prinsip dalam perancangan suatu ruang (ruang luar & ruang dalam) dari desain inklusi Perasaan yang dirasakan Mengerti akan kebutuhan untuk lebih peka lagi terhadap perancangan suatu ruang agar nantinya semua spektrum pengguna dapat beraktivitas dengan aman dan nyaman Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Sebelum menentukan memakai desain universal atau desain inklusi, kita harus memperhatikan spektrum dari penggunanya. Apabila fungsi bangunan sebagai fasilitas umum, maka ditujukan untuk semua spektrum pengguna, sehingga bangunan harus memiliki aksesibilitas bagi semua khalayak. Berbeda dengan desain rumah, yang apabila pengguna bukan berkebutuhan khusus maka bisa memakai desain yang universal, tetapi apabila terdapat pengguna yang berkebutuhan khusus maka harus disesuaikan dengan penggunanya (desain inklusi) Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Menerapkan prinsip kedalam perancangan rumah untuk tugas UAS Kuliah/ Pertemuan ke 13 -Asistensi tugas UAS Tanggal 18/0 Materi teori yang didapatkan Penjelasan tugas, produk tugas yang harus dikumpulkan Perasaan yang dirasakan Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Merancang kembali secara inklusi rumah pak Tutus agar rancangan rumah dapat memberi rasa aman dan nyaman bagi pengguna (pak Tutus beserta istri maupun keluarga) yang memiliki kebutuhan khusus (tunanetra & low vision) Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan - Kuliah/ Pertemuan ke 14- UAS Tanggal 14/06/2014 Materi teori yang didapatkan UAS (Pengumpulan tugas) Perasaan yang dirasakan - Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan - 220 Universitas Kristen Petra kenyataan di lapangan Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan -
Wenny Stefanie, 22411053 Nama Wenny Stefanie NRP 22411053 Email Mahasiswa Wenny_stef93@yahoo.com Mata Kuliah KKP-C Desain Inklusi Dosen Pengampu Gunawan,S.T, M.Sc Kuliah/ Pertemuan ke 1 Tanggal 19-02-2014 Materi teori yang didapatkan Pengantar desain inklusi. Apa yang akan dilakukan selama kuliah 1 semester dan pengetahuan-pengetahuan dasar mengenai desain inklusi Perasaan yang dirasakan Merasakan bahwa orang-orang difabel memerlukan desain kusus agar mereka dapat merasa nyaman. Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Bahwa desain untuk orang-orang defabel membutuhkan perhatian khusus karena kebanyakan bangunan tidak dapat digunakan oleh orang-orang defabel dengan nyaman akibat desain yang tidak memperhatikan kebutuhan khusus mereka. Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan - Kuliah/ Pertemuan ke 2 Tanggal 26-02-2014 Materi teori yang didapatkan Kuliah P.Tutus tentang desain inklusi Pengetahuan-pengetahuan mengenai desain yang baik dan yang cocok untuk orang-orang difabel yang disharekan sendiri oleh P.Tutus yang merupakan seorang difabel. Perasaan yang dirasakan Merasakan berbagai kesulitan dan ketidaknyamanan para difabel serta kebutuhan- kebutuhan orang difabel. Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan bangunan yang tidak didesain dengan memperhatiakan orang-orang difabel membuat para difabel menjadi kesulitan dan merasa tidak nyaman menggunakan bangunan tersebut. Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan - Kuliah/ Pertemuan ke 3 Tanggal 12-03-2014 Materi teori yang didapatkan Simulasi desain inklusi Mencoba merasakan sendiri apa yang diperlukan oleh orang-orang difabel beserta kesulitan-kesulitannya pada saat berada di tempat yang tidak didesain khusus untuk orang- orang difabel. Perasaan yang dirasakan merasakan apa yang dirasakan oleh para difabel dan kesulitan-kesulitan orang-orang difabel pada saat berada di fasiitas yang didesain untuk umum. Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan kebanyakan bangunan-bangunan dan fasilitas umum yang tidak dapat memenuhi kebutuhan pengguna defabel dan belum terlalu memikirkan kenyamanan mereka. Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan - Kuliah/ Pertemuan ke 4 Tanggal 19-03-2014 Materi teori yang didapatkan Wawancara dengan orang defabel/orang tua Kebutuhan-kebutuhan P.Tutus sebagai pengguna defabel yang rumahnya akan kelompok desain sebagai tugas akhir semester ini. Perasaan yang dirasakan Merasakan kesulitan dan kebutuhan dari pak Tutus yang tuna netra dan istrinya yang low vision Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan bangunan yang ditinggali oleh komunitas yang kami damping sebenarnya sudah cukup mendukung kondisi pak Tutus yang tuna netra dan istrinya yang low vision. Namun, ada beberapa aspek di dalam rumah yang harus diubah seperti perletakkan barang-barang dan posisi ruang yang dapat menghambat sirkulasi pak Tutus dan istrinya yang kesulitan melihat. Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas Berkonsutasi dan memberikan ide-ide desain kepada komunitas dampingan 221 Universitas Kristen Petra dampingan Kuliah/ Pertemuan ke 5 Tanggal 26-03-2014 Materi teori yang didapatkan Wawancara dengan orang defabel/orang tua Kebutuhan-kebutuhan P.Tutus sebagai pengguna defabel yang rumahnya akan kelompok desain sebagai tugas akhir semester ini. Perasaan yang dirasakan Merasakan kesulitan dan kebutuhan dari pak Tutus yang tuna netra dan istrinya yang low vision. Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan bangunan yang ditinggali oleh komunitas yang kami damping sebenarnya sudah cukup mendukung kondisi pak Tutus yang tuna netra dan istrinya yang low vision. Namun, ada beberapa aspek di dalam rumah yang harus diubah seperti perletakkan barang-barang dan posisi ruang yang dapat menghambat sirkulasi pak Tutus dan istrinya yang kesulitan melihat. Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Berkonsutasi dan memberikan ide-ide desain kepada komunitas dampingan Kuliah/ Pertemuan ke 6 Tanggal 02-04-2014 Materi teori yang didapatkan Asistensi hasil wawancara Kekurangan-kekurangan dan teori-teori yang dibutuhkan untuk memperbaiki dan melengkapi ide desain Perasaan yang dirasakan Merasakan kesulitan-kesulitan dalam penerapan teori kedalam desain. Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Cukup banyak kenyataan di lapangan yang kurang sesuai dengan teori dan memang kenyataannya menyulitkan pak Tutus sehingga bisa akan lebih baik bila diperbaiki dalam desain akhir Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Mengembangkan dan memperbaiki ide-ide desain rumah tinggal komunitas dampingan Kuliah/ Pertemuan ke 7 Tanggal 09-04-2014 Materi teori yang didapatkan UTS Pengembangan ide desain Perasaan yang dirasakan Merasakan berbagai kesulitan dalam mengembangkan ide desain untuk dapat memenuhi kebutuhan komunitas dampingan Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Cukup banyak kenyataan di lapangan yang masih harus diperbaiki untuk meningkatkan kenyamanan pengguna. Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Mengembangkan ide desain Kuliah/ Pertemuan ke 8 Tanggal 16-04-2014 Materi teori yang didapatkan UTS Pengembangan ide desain Perasaan yang dirasakan Merasakan berbagai kesulitan dalam mengembangkan ide desain untuk dapat memenuhi kebutuhan komunitas dampingan Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Cukup banyak kenyataan di lapangan yang masih harus diperbaiki untuk meningkatkan kenyamanan pengguna. Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Megembangkan ide desain Kuliah/ Pertemuan ke 9 Tanggal 23-04-2014 Materi teori yang didapatkan Workshop UNDK Mengikuti workshop UNDK dan mengembangkan desain Perasaan yang dirasakan Merasakan berbagai kesulitan dalam mengembangkan ide desain untuk dapat memenuhi kebutuhan komunitas dampingan. Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Cukup banyak kenyataan di lapangan yang masih harus diperbaiki untuk meningkatkan kenyamanan pengguna. Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Mengembangkan ide desain Kuliah/ Pertemuan ke 10 222 Universitas Kristen Petra Tanggal 30-04-2014 Materi teori yang didapatkan Persiapan workshop desain Mempersiapkan workshop desain Perasaan yang dirasakan Merasakan berbagai kesulitan dalam mengembangkan ide desain dan mempersiapkan workshop desain Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Cukup banyak kenyataan di lapangan yang masih harus diperbaiki untuk meningkatkan kenyamanan pengguna. Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Mengembangkan ide desain Kuliah/ Pertemuan ke 11 Tanggal 07-05-2014 Materi teori yang didapatkan Workshop desain Masukan-masukan dan ide-ide dari komunitas dampingan. Perasaan yang dirasakan Merasakan pentingnya kebutuhan-kebutuhan yang lebih detail dan kenyamanan yang dibutuhkan oleh komunitas dampingan Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Bahwa kommunitas dampingan membutuhkan sebuah hunian yang masih sesuai dengan kebiasaannya namun dengan beberapa perbaikan pada penataan perabot dan lokasi ruang. Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Mengembangkan ide desain sesuai dengan hasil wokshop. Kuliah/ Pertemuan ke 12 Tanggal 15-05-2014 Materi teori yang didapatkan Penjelasan 7 prinsip desain inklusi Prinsip-prinsip yang harus diterapkan agar sebuah bangunan dapat nyaman digunakan oleh orang-orang difabel beserta penjelasan mengenai desain universal. Perasaan yang dirasakan Merasakan pentingnya memenuhi kebutuhan-kebutuhan para difabel yang lebih spesifik Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Teori-teori tentang desain inklusi memang tidak dapat diterapkan pada semua jenis bangunan karena akan menimbulkan banyak kesulitan dan kerugian akibat biaya dan space yang bertambah. Namun, banyak juga bangunan-bangunan khusus difabel yang telah menerapkan teori desain inklusi dengan cukup baik meskipun belum maksimal. Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Mengembangkan desain dan melengkapi dengan mencoba memasukkan prinsip-prinsip desain inklusi ke dalam desain, Kuliah/ Pertemuan ke 13 Tanggal 14-06-2014 Materi teori yang didapatkan Asistensi tugas UAS Mengembangkan ide desain dengan masukan-masukan dari dosen Perasaan yang dirasakan Merasakan berbagai kesulitan dalam mengembangkan ide desain untuk dapat memenuhi kebutuhan komunitas dampingan. Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Cukup banyak kenyataan di lapangan yang masih harus diperbaiki untuk meningkatkan kenyamanan pengguna. Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Mengembangkan dan menyajikan desain rumah tinggal untuk komunitas dampingan. Kuliah/ Pertemuan ke 14 Tanggal 18-06-2014 Materi teori yang didapatkan UAS Perasaan yang dirasakan Merasakan pentingnya desain inklusi bagi orang-orang difabel. Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Bahwa bangunan untuk orang difabel memang membutuhkan perhatian khusus dan harus mempertimbangkan banyak hal. Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Hasil akhir desain rumah tinggal untuk komunitas dampingan.
Kelompok Bapak Hariyono Karno Anneke Clauvinia Patriajaya, 22411061 Nama Anneke Clauvinia Patriajaya 223 Universitas Kristen Petra NRP 22411061 Email Mahasiswa vivipatriajaya@gmail.com Mata Kuliah Desain Inklusi Dosen Pengampu Gunawan,S.T, M.Sc Kuliah/ Pertemuan ke 1 Tanggal 19 / 02/ 2014 Materi teori yang didapatkan Pengantar Desain Inklusi Perasaan yang dirasakan Ingin tahu desain inklusi yang dipelajari seperti apa.
Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Adanya pengguna khusus yang seringkali tidak diperhatikan dalam perancangan sehingga desain yang dihasilkan tidak dapat digunakan.
Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas - Kuliah/ Pertemuan ke 2 Tanggal 26 / 02/ 2014 Materi teori yang didapatkan Kuliah Pak Tutus (total blind) dan istrinya (low vision) tentang Desain Inklusi Perasaan yang dirasakan Ingin tahu bagaimana rasanya saat menjadi buta dan harus berjalan sendiri menggunakan tongkat seperti Pak Tutus
Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Pentingnya path khusus bagi orang berkebutuhan khusus seperti keluarga Pak Tutus. Perabotan di dalam rumah juga tidak boleh sembarangan dipindah dan harus sesuai dengan jangkuan tangan. Warna-warna yang mencolok untuk low vision.
Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas - Kuliah/ Pertemuan ke 3 Tanggal 04 / 03 / 2014 Materi teori yang didapatkan Mencari referensi tentang Desain Inklusi Perasaan yang dirasakan Masih kebingungan mencari referensi karena masih kurangnya pengetahuan tentang orang-orang berkebutuhan khusus.
Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Banyaknya pengguna khusus yang memiliki kebutuhan berbeda-beda. Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas - Kuliah/ Pertemuan ke 4 Tanggal 11 / 03 / 2014 Materi teori yang didapatkan Simulasi Desain Inklusi Perasaan yang dirasakan Perasaan takut jika saya menabrak saat menjadi orang buta. Kehilangan orientasi dan segalanya menjadi membingungkan.
Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Orang buta membutuhkan area yang mana dapat menjadi petunjuk arah jalan, saat petunjuk itu ada dan terputus, mereka akan menjadi bingung. Orang buta harus dijauhkan dari hal-hal yang bersifat tajam atau halangan di depannya karena ada perasaan khawatir akan terluka.
Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas - Kuliah/ Pertemuan ke 5 Tanggal 18 / 03 / 2014 Materi teori yang didapatkan Observasi di rumah warga Stren Kali Jagir.(bertemu dengan Pak Hariyono, salah satu warga pembuat cetok) Perasaan yang dirasakan Tidak biasa berkunjung ke daerah lain yang dimana mindset saya mengatakan itu adalah daerah kumuh, namun kenyataannya tidak. Penasaran bagaimana warga stren kali membuat cetok yang membuat mereka sampai terkenal dan masuk koran.
224 Universitas Kristen Petra Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Pembuatan cetok tidak sesederhana yang ada di pikiran saya. Perlu beberapa langkah dan hal tersebut dikerjakan oleh beberapa warga di rumah mereka masing-masing. Perlunya area khusus untuk warga bekerja di dalam rumah mereka karena saat ini semua tercampur aduk dengan kegiatan sehari-hari. Belum adanya perhatian terhadap orang berkebutuhan khusus (orang senior).
Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas Mengamati situasi daerah stren kali, bagaimana mereka saling berinteraksi antara satu dengan lainnya, serta tindakan mereka terhadap lingkungan.
Kuliah/ Pertemuan ke 6 Tanggal 26 / 03 / 2014 Materi teori yang didapatkan Diskusi kelompok di luar kelas (keadaan dan bagaimana mendesain ulang rumah Pak Hariyono) Perasaan yang dirasakan Semangat untuk mengerjakan desain karena cukup menantang dengan lahan yang sangat sempit tetapi Pak Hariyono tidak mau desain rumahnya diubah.
Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Untuk kasus Pak Hariyono sudah seharusnya desain rumahnya diubah total karena tidak sesuai dengan kebutuhan umum dan khusus dari pengguna, tetapi pengguna tidak mau diubah desainnya.
Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas - Kuliah/ Pertemuan ke 7 Tanggal 02 / 04 / 2014 Materi teori yang didapatkan Asistensi dengan dosen pembimbing terkait hasil survey dan wawancara Perasaan yang dirasakan Bingung dengan desain yang harus dikerjakan karena sempitnya lahan dan banyaknya aktivitas yang harus ditampung.
Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Stren kali merupakan area wisata kampung yang mana area kerja seharusnya menjadi titik utama bangunan yang mampu menarik pengunjung. Perhatian kepada area ruang kerja tidak boleh sampai mengabaikan kebutuhan utama dari pengguna yang memiliki kebutuhan khusus (orang senior). Belum adanya kesesuian fungsi ruang dengan kenyataan di lapangan (mix-used area).
Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas - Kuliah/ Pertemuan ke 8 Tanggal 09 / 04 / 2014 Materi teori yang didapatkan UTS Merangkum artikel tentang housing Perasaan yang dirasakan Penasaran akan hal-hal terkait rumah.
Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Beberapa hal perlu diperhatikan untuk menciptakan lingkungan sehat. Tidak semua yang dikatan Feng Shui dapat dilakukan, perlu pemikiran logis dalam menciptakan lingkungan sehat.
Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas - Kuliah/ Pertemuan ke 9 Tanggal 16 / 04 / 2014 Materi teori yang didapatkan UTS Mempersiapkan workshop UNDK Perasaan yang dirasakan Ingin tahu yang dibahas tentang apa dalam workshop.
Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan - Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas - Kuliah/ Pertemuan ke 10 Tanggal 23 / 04 /2014 Materi teori yang didapatkan Workshop UNDK Perasaan yang dirasakan Sedih karena pada saat hari H saya tidak dapat hadir karena sakit.
225 Universitas Kristen Petra Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Saya sempat bertanya dengan teman isi dari workshop. Yang saya dapatkan adalah perlunya perhatian khusus terhadap macam-macam pengguna dalam setiap desain. Seperti dalam desain toilet, setiap pengguna membutuhkan desain tersendiri yang mana fungsi dari desain dapat digunakan dengan nyaman oleh pengguna.
Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas - Kuliah/ Pertemuan ke 11 Tanggal 30 / 04 / 2014 Materi teori yang didapatkan Persiapan Workshop Desain Perasaan yang dirasakan Penasaran tentang workshop.
Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan - Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas - Kuliah/ Pertemuan ke 12 Tanggal 07 / 05 /2014 Materi teori yang didapatkan Workshop Desain Perasaan yang dirasakan Antusias mendengarkan cerita dari narasumber.
Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Orang senior seringkali merasa masih mampu beraktivitas berat. Adanya kebutuhan ruang khusus untuk bekerja dengan nyaman dan aman. Permintaan pengguna yang tidak ingin desainnya diubah cukup membuat pusing karena desain yang dihasilkan tidak bisa memenuhi standar bagi orang berkebutuhan khusus (orang senior).
Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas Desain yang dihasilkan didiskusikan kembali dengan Pak Hariyono sebagai pengguna. Apakah desain tersebut sudah sesuai dengan kebutuhan Beliau atau tidak.
Kuliah/ Pertemuan ke 13 Tanggal 14 / 05 / 2014 Materi teori yang didapatkan Penjelasan 7 Prinsip Desain Inklusi Perasaan yang dirasakan Semakin ingin tahu tentang Desain Inklusi dan penerapannya dalam desain.
Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Ada perbedaan besar antara desain inklusi dan desain universal. Yang selama ini saya pelajari dalam perancangan hanyalah desain universal. Desain inklusi lebih memperhatikan spektrum pengguna yang beragam sehingga perlu penyelesaian desain yang berbeda-beda. Beberapa keterbatasan yang memang tidak bisa diganggu bisa menciptakan desain yang tidak mencakup semua prinsip desain.
Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas - Kuliah/ Pertemuan ke 14 Tanggal 21 / 04 / 2014 Materi teori yang didapatkan Diskusi kelompok dan pra-desain Perasaan yang dirasakan Kebingungan saat memulai desain.
Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Area yang cukup sempit membuat kami semua harus memutar otak untuk mencapai desain yang maksimal. Kebutuhan orang senior diusahakan diletakkan semua di lantai bawah.
Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas - Kuliah/ Pertemuan ke 15 Tanggal 28 / 05 /2014 Materi teori yang didapatkan Mencari referensi tentang desain Perasaan yang dirasakan Semangat menyelesaikan desain.
Apakah yang saya pahami Banyak alternatif yang bisa diterapkan terkait desain. 226 Universitas Kristen Petra yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Pengetahuan tentang lebar sirkulasi dan ruang yang sesuai dengan spektrum pengguna.
Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas - Kuliah/ Pertemuan ke 16 Tanggal 04 / 06 / 2014 Materi teori yang didapatkan Diskusi kelompok dan Asistensi Desain dengan dosen pembimbing Perasaan yang dirasakan Semangat menyelesaikan desain.
Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Jarak railing masih perlu diperhatikan lagi untuk memenuhi aspek keselamatan pengguna. Area toilet harus memiliki ventilasi. Area ruang kerja dibuat luas agar pengguna dapat beraktivitas dengan nyaman.
Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas - Kuliah/ Pertemuan ke 17 Tanggal 11 / 06 / 2014 Materi teori yang didapatkan Masa UAS penyempurnaan desain Perasaan yang dirasakan Semangat menyelesaikan desain dan UAS.
Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Perletakan perabot diusahakan sesuai urutan pekerjaan. Bukaan disesuaikan agar mudah digunakan.
Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas - Kuliah/ Pertemuan ke 18 Tanggal 18 / 06 / 2014 Materi teori yang didapatkan UAS Inklusi pengumpulan desain Perasaan yang dirasakan Senang bisa menyelesaikan UAS dengan baik.
Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Desain bukan hanya tentang keindahan tetapi lebih kepada kenyamanan pengguna dengan memperhatikan spektrum pengguna dan kebutuhan mereka.
Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas -
Cendana Marcheliwan Putra, 22411075 Nama Cendana Marcheliwan Putra NRP 22411075 Email Mahasiswa Cmp_p1@yahoo.com Mata Kuliah Desain Inklusi Dosen Pengampu Gunawan,S.T, M.Sc Kuliah/ Pertemuan ke 1 Tanggal 19 / 02/ 2014 Materi teori yang didapatkan Pengantar Desain Inklusi, Apa yang dimaksud dengan desain inkusi , apa yang akan dilakukan selama 1 semester pada mata kuliah ini Perasaan yang dirasakan Ingin tahu lebih mengenai desain inklusi itu apa Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Yang dimaksud dengan desain inklusi adalah dalam kita mendesain , kita harus menyesuaikan apa yang kita desain , dengan spectrum kebutuhan penggunanya yang bervariasi
Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas - Kuliah/ Pertemuan ke 2 Tanggal 26 / 02/ 2014 Materi teori yang didapatkan Wawancara dengan Pak tutus (total blind ) dan Istrinya (low vision ) mengenai bagaimana cara mereka untuk beraktivitas sehari hari . Perasaan yang dirasakan Merasa bersyukur karena sudah dilahirkan dengan kondisi yang Normal Merasa lebih empati dan peka kondisi setiap orang yang berbeda akan kebutuhannya Terkadang desain yang saya buat tidak memperhatikan spectrum pengguna ini 227 Universitas Kristen Petra
Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Perlu diperhatikan texture jalan dan kekontinuitasnya karena itu sangat penting bagi spectrum pengguna ini, kenyataannya, guiding path orang buta tidak selalu ada , kalaupun ada, tidak selalu kontinu Menghindari benda benda yang berada di atas jangkauan tongkat, terkadang ada benda benda seperti lemari dinding, tonjolan dinding, dan bukaan jendela yang akan mengakibatkan orang buta tidak tahu dan akhirnya menabrak benda tersebut . Menggunakan perabot yang fixed / paling tidak, tidak dirubah rubah , kenyataannya, tanpa sadar, orang yang tinggal dengan spektrum pengguna ini , sering memindah barang sehingga membuat bingung.
Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas - Kuliah/ Pertemuan ke 3 Tanggal 04/03/2014 Materi teori yang didapatkan Melakukan pencarian referensi berkaitan dengan desain Inklusi baik dari buku maupun website Perasaan yang dirasakan Sedikit bingung karena desain inklusi benar benar focus pada kebutuhan orang difabel yang berbeda beda Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan - Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas - Kuliah/ Pertemuan ke 4 Tanggal 11/03/2014 Materi teori yang didapatkan Simulasi Menjadi orang difabel ( orang buta, pengguna kursi roda, pengguna kruck ) Perasaan yang dirasakan Takut menabrak objek di depan baik orang maupun benda , takut ditabrak kendaraan waktu menyebrang jalan Sedikit malu karena dilihat banyak orang dengan tatapan yang tidak enak Kehilangan Orientasi waktu menutup mata. Saat menggunakan kursi roda dan kruck, pergelangan tangan lelah .
Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Perlu ada desain khusus yang sesuai dengan spektrum penggunanya Kursi Roda : Pada ramp, teori dan praktek sesuai, karena kemiringan ramp di gedung W (KJ) dan Ramp auditorium termasuk curam, sehingga pengguna kursi roda dapat celaka karena kursi roda tidak dapat naik dan terbalik , sehingga harus didorong agar naik . Posisi tombol lift yang terlalu atas dan model pintu dorong yang menyulitkan . Sebaiknya ramp memenuhi standart kemiringan tertentu dan posisi tombol lift yang dapat di jangkau, model pintu yang dapat memudahkan orang kursi roda dan ruang toilet yang lebih besar karena butuh ruang lebih .
Orang Buta : Pada saat menjadi orang buta, halangan yang tidak sampai ke bawah jumlahnya lumayan banyak , sangat berbahaya dan dapat mencelakakan karena tidak dapat terdeteksi / dijangkau oleh tongkat oleh karena itu, jika mendesain untuk spektrum pengguna ini , hal hal tersebut dihindarkan . Perlu ada desain khusus agar spektrum ini dapat berorientasi dengan cepat tanpa kebingungan .
Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas - Kuliah/ Pertemuan ke 5 Tanggal 18/03/2014 Materi teori yang didapatkan Observasi ke Perumahan Stren Kali bratang dengan Pak Hariyono pembuat Cetok Kampung Perasaan yang dirasakan Canggung dan Tidak biasa, karena untuk pertama kalinya mengunjungi perumahan daerah stren kali, dan ternyata tidak seburuk yang saya bayangkan karena daerah tersebut merupakan kampong wisata Penasaran bagaimana perilaku orang yang tinggal di daerah stren kali dan bagaimana proses pembuatan cetok .
Apakah yang saya pahami Dalam pembuatan cetok kampong , terdiri dari beberapa proses dimana masing 228 Universitas Kristen Petra yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan masing proses tersebut dilakukan bersama warga lain dan memiliki kebutuhan ruang yang berbeda beda Memerlukan desain yang khusus terkait dengan spektrum pengguna yang lansia dan sehari hari bekerja dirumah
Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas Mengamati situasi daerah stren kali bratang , warga, interaksi antar warga, interaksi warga dengan linkungan .
Kuliah/ Pertemuan ke 6 Tanggal 26 / 03 / 2014 Materi teori yang didapatkan Berkumpul dengan kelompok berdiskusi mengenai hasil survey dan mengolah data guna kebutuhan mendesain Perasaan yang dirasakan Sedikit bingung dikarenakan Pak Haryono sebenarnya tidak terlalu mempermasalahkan rumah yang sekarang ditempati .
Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan - Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas - Kuliah/ Pertemuan ke 7 Tanggal 02 / 04 / 2014 Materi teori yang didapatkan Asistensi hasil wawancara dan survey dengan Pak Gunawan Perasaan yang dirasakan Antusias ingin segera memulai pembuatan desain Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Terdapat beberapa hal yang perlu di perhatikan dari kondisi rumah asal, yaitu letak dapur yang berada di luar. Lalu permintaan privasi dari Pak Haryono yang mana tidak dapat membuat bukaan dari depan terlalu lebar Hal hal lain yang harus diperhatikan antara lain kesesuaian ukuran ruang kerja dengan tindakan yang dilakukan dalam bekerja, desain kamar mandi dan dapur . Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas - Kuliah/ Pertemuan ke 8 Tanggal 09/04/2014 Materi teori yang didapatkan UTS Membuat tugas merangkum dari sebuah artikel tentang housing . Perasaan yang dirasakan Ingin menyelesaikan tugas UTS dengan cepat Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan - Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas - Kuliah/ Pertemuan ke 9 Tanggal 16/04/2014 Materi teori yang didapatkan UTS Mempersiapkan workshop UNDK Perasaan yang dirasakan Penasaran dengan workshop UNDK Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan - Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas - Kuliah/ Pertemuan ke 10 Tanggal 23/04/2014 Materi teori yang didapatkan Workshop UNDK membahas budaya toileting local dan beberapa topic lain yang cukup menarik untuk diikuti Perasaan yang dirasakan Penasaran karena acara ini diikuti tak hanya dari dalam kampus saja, tetapi banyak dari kampus luar juga Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Budaya Toilleting merupakan budaya yang berbeda beda pada setiap spektrum pengguna, berdasar kebiasaan, adat, ketersediaan fasilitas, dan lain lain. Oleh karena itu dalam mendesain melibatkan unsur kenyamanan dan keamanan
Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas - Kuliah/ Pertemuan ke 11 Tanggal 30 / 04 / 2014 Materi teori yang didapatkan Persiapan workshop Desain membaca serta berdiskusi dengan kelompok mengenai 229 Universitas Kristen Petra desain inklusi sesuai spektrumnya Perasaan yang dirasakan Penasaran dengan workshop desain Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan - Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas - Kuliah/ Pertemuan ke 12 Tanggal 07/05/2014 Materi teori yang didapatkan Workshop Desain : Memanggil narasumber yang berbeda spektrumnya, setiap kaum difabel memiliki kebutuhan sendiri sendiri Perasaan yang dirasakan Tertarik karena dapat pengetahuan yang cukup banyak dari beberapa narasumber yang diundang Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Masalah yang dihadapi oleh para difabel / orang senior, tidak hanya berkaitan dengan kemampuan diri sendiri nya saja , tetapi juga masalah social, contohnya adalah pemikiran orang lain mengenai mereka Tugas sebagai arsitek adalah memfasilitasi mereka agar dapat hidup berkegiatan sehari hari dengan nyaman dan aman.Oleh karena itu intensi desain yang mencakup spektrum pengguna, sangatlah penting. Terkadang para difabel tidak dapat menggunakan / tidak nyaman dengan desain yang telah ada (terutama pada fasilitas umum dan bangunan komersial ) karena hanya dirancang secara universal desain dan terkadang tidak memenuhi dan memikirkan spektrum pengguna difabel . Melakukan praktik pendekatan desain inklusi secara langsung, yaitu berdiskusi mengenai desain yang cocok/ dirasa nyaman untuk mereka. Akan tetapi desain seperti ini sangat subjektif, karena didesain spesifik untuk penggunanya
Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas Karena Pak haryono adalah salah satu dari narasumber. Desain yang telah dihasilkan oleh kelompok, didiskusikan dengan pak Haryono, apakah sudah memenuhi dan sesuai untuk kebutuhannya. Kuliah/ Pertemuan ke 13 Tanggal 15/05/2014 Materi teori yang didapatkan Prinsip desain universal dan desain inklusi, presentasi singkat hasil observasi ke kelompok lain . Perasaan yang dirasakan Ingin cepat menyelesaikan tugas desain inklusi ini . Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Ada perbedaan desain inklusi dengan desain universal. Desain inklusi berbicara tentang suatu desain yang sangat spesifik untuk spektrum penggunanya, sehingga sulit untuk diaplikasikan secara umum . Ada beberapa tolak ukur untuk desain universal. Yang paling mengena adalah desain sesuai intuitif manusia
Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas - Kuliah/ Pertemuan ke 14 Tanggal 19/05/2014 Materi teori yang didapatkan Diskusi kelompok masing-masing, segera membuat pra rancangan yang menggunakan data yang telah didapatkan Perasaan yang dirasakan Antusias untuk segera menyelesaikan desain . Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan - Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas - Kuliah/ Pertemuan ke 15 Tanggal 28/05/2014 Materi teori yang didapatkan Mencari data/ referensi secara kelompok ke perpustakaan dan sumber sumber lain mengenai desain rumah stren kali yang telah ada . Perasaan yang dirasakan Semakin bersemangat , karena ternyata desain rumah stren kali tidak hanya begitu saja, Banyak alternative desain dan pendekatan yang harus dibuat . Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan - Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas - Kuliah/ Pertemuan ke 16 230 Universitas Kristen Petra Tanggal 04/06/2014 Materi teori yang didapatkan Diskusi kelompok masing-masing Asistensi desain yang telah dibuat kepada Dosen Perasaan yang dirasakan Ingin segera menyelesaikan desain inklusi Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan - Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas - Kuliah/ Pertemuan ke 17 Tanggal 11/06/2014 Materi teori yang didapatkan Masa UAS Asistensi desain yang telah dibuat Perasaan yang dirasakan Perasaan ragu dengan desain yang dipilih karena merasa belum maksimal Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Daun pintu kamar mandi, harus sesuai dan mudah digunakan sesuai dengan arah bukaan pintu Toilet yang tidak memiliki ventilasi alami yang baik dapat menyebabkan penyakit dan kelembaban. Peletakan perabot untuk bekerja yang disesuakan dengan alur pekerjaan Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas - Kuliah/ Pertemuan ke 18 Tanggal 18/06/2014 Materi teori yang didapatkan Pengumpulan tugas UAS Perasaan yang dirasakan Senang karena tugas telah usai . Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan - Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas -
Michelle Mimosa, 22411072 Nama Michelle Mimosa NRP 22411072 Email Mahasiswa Michelle.mimosa@yahoo.com Mata Kuliah KKP-C Desain Inklusi Dosen Pengampu Gunawan,S.T, M.Sc Kuliah/ Pertemuan ke 1 Tanggal 19 Februari 2014 Materi teori yang didapatkan PENGANTAR DESAIN INKLUSI Perasaan yang dirasakan Perasaan lebih terbuka untuk penyandang disabilitas Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Pada pertemuan ini mempelajari tentang teori dan dasar desain utuk penyandang disabilitas. Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Mengusahakan desain yang aman dan nyaman untuk penyandang disabilitas, memiliki kesadaran bahwa mereka membutuhkan desain yang berbeda. Kuliah/ Pertemuan ke 2 Tanggal 26 Februari 2014 Materi teori yang didapatkan KULIAH PAK TUTUS (TUNANETRA) TENTANG DESAIN INKLUSI Perasaan yang dirasakan Mengetahui dan mengalami secara langsung interaksi dengan penyandang tunanetra, lebih berempati dengan penyandang tunanetra. Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Penyandang tunanetra dapat beraktivitas dengan normal tetapi memiliki perbedaan dengan orang normal. Mereka mengandalkan memori dan sentuhan untuk menganalisis keadaan dan kondisi di sekitar. Tongkat wajib dibutuhkan oleh penyandang tunanetra apabila sedang berada di tempat asing. 231 Universitas Kristen Petra Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Memiliki kesadaran akan kebutuhan-kebutuhan penyandang tunanetra. Diharapkan desain ke depannya dapat lebih memperhatikan kebutuhan mereka. Kuliah/ Pertemuan ke 3 Tanggal 15 Maret 2014 Materi teori yang didapatkan SIMULASI DESAIN INKLUSI Perasaan yang dirasakan Mengetahui dan memahami secara langsung pengalaman penyandang disabilitas, yaitu menjadi tunanetra dan berkursi roda. Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Saat mendapatkan teori, hanya sekedar mengetahui secara teoritis. Tetapi setelah menjalankan simulasi secara langsung, ternyata berbeda dengan yang dibayangkan. Menjadi penyandang disabilitas amat sulit, terutama jika berada pada daerah yang tidak memiliki sarana penunjang khusus. Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Memiliki empati terhadap penyandang disabilitas, dan memiliki kesadaran penuh akan kebutuhan dan kenyamanan mereka pada saat mendesain Kuliah/ Pertemuan ke 4 Tanggal 18 Maret 2014 Materi teori yang didapatkan EKSPLORASI LITERATUR KELOMPOK Perasaan yang dirasakan Mencari teori-teori yang mendukung eksplorasi terhadap orang tua. Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Kaum lanjut usia memerlukan kebutuhan-kebutuhan yang lebih daripada orang normal. Meskipun kebutuhan tersebut tidak sebanyak penyandang disabilitas seperti tunanetra, tunarungu, berkursi roda dan lain sebagainya. Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Mengetahui secara teoritis hal apa saja yang dibutuhkan oleh kaum senior di tempat tinggalnya. Kuliah/ Pertemuan ke 5 Tanggal 26 Maret 2014 Materi teori yang didapatkan WAWANCARA DEGAN ORANG SENIOR (PAK HARIYONO PEMBUAT CETOK) Perasaan yang dirasakan Berempati. Tempat tinggal yang berada di bantaran kali terasa tidak layak dan tidak memenuhi standar kesehatan dan kenyamanan. Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Bapak Hariyono tergolong kaum lanjut usia yang masih produktif dan aktif, sehingga belum banyak kebutuhan khusus yang diperlukan. Namun, kendala terbesar ada pada masalah biaya dan ukuran rumah stren kali yang relative sempit. Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Mengetahui dan berinteraksi secara langsung dengan kaum lanjut usia. Mengetahui bahwa terdapat kendala biaya, sehingga diharapkan desain ke depannya dapat mempertimbangkan masalah desain. Kuliah/ Pertemuan ke 6 Tanggal 2 April 2014 Materi teori yang didapatkan ASISTENSI HASIL WAWANCARA Perasaan yang dirasakan Lebih berempati dalam mendesain tempat tinggal untuk kaum lanjut usia. Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Dalam teori, kita dapat lebih mudah mengatur dan mendesain sesuai prinsip dan keinginan, namun dalam prakteknya seringkali desain terbentur dengan masalah-masalah lain, Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Mengetahui desain yang sesuai untuk kaum lanjut usia. Mengetahui bahwa terdapat kendala biaya, sehingga diharapkan desain ke depannya dapat mempertimbangkan masalah desain. Kuliah/ Pertemuan ke 7 Tanggal 9 April 2014 Materi teori yang didapatkan UTS Perasaan yang dirasakan - Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan - 232 Universitas Kristen Petra Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan - Kuliah/ Pertemuan ke 8 Tanggal 16 April 2014 Materi teori yang didapatkan UTS KKP-C DESAIN INKLUSI-PEMBUATAN TINJAUAN PUSTAKA Perasaan yang dirasakan Pengumpulan desain Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan - Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan - Kuliah/ Pertemuan ke 9 Tanggal 23 April 2014 Materi teori yang didapatkan WORKSHOP UNDK Perasaan yang dirasakan Lebih berempati Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Mengetahui toileting culture. Dengan hal tersebut dapat membantu melestarikan budaya setempat Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan - Kuliah/ Pertemuan ke 10 Tanggal 30 April 2014 Materi teori yang didapatkan PERSIAPAN WORKSHOP DESAIN Perasaan yang dirasakan Lebih memahami prinsip desain untuk kaum lanjut usia Apakah yang saya pahami yang antara materi teori Teori desain harus melewati proses perancangan yang matang hingga dapat diaplikasikan secara inklusif untuk satu pihak tertentu. dan kenyataan di lapangan Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Pengaplikasian teori desain terhadap desain rumah tinggal Pak Harioyono Kuliah/ Pertemuan ke 11 Tanggal 7 Mei 2014 Materi teori yang didapatkan WORKSHOP DESAIN Perasaan yang dirasakan Terkejut karena desain ternyata kurang dapat diterima oleh pemilik rumah Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Meskipun secara teoritis desain sudah memenuhi prinsip-prinsip inklusivitas, namun pada kenyataannya, pihak klien atau pemilik yang lebih berpengaruh, karena berhubungan langsung dengan mereka. Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Menampung masukan pemilik (Pak Harioyono) dan mencoba embuat desain yang dapat mengakomodir kebutuhan mereka Kuliah/ Pertemuan ke 12 Tanggal 15 Mei 2014 Materi teori yang didapatkan PENJELASAN 7 PRINSIP DESAIN INKLUSI Perasaan yang dirasakan Mendapatkan ilmu baru mengenai prinsip-prinsip desain Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Secara teoritis mungkin terlihat mudah dalam pengaplikasian, namun terdapat benturan- benturan kepentingan, baik dengan pihak pemilik maupun kendala biaya. Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Mencoba membuat desain yang dapat mengakomodir kebutuhan pemilik. Kuliah/ Pertemuan ke 13 233 Universitas Kristen Petra Tanggal 11 Juni 2014 Materi teori yang didapatkan ASISTENSI TUGAS UAS Perasaan yang dirasakan Lebih mengerti dan memahami maksud dari desain inklusi, yang khusus/inklusif sehingga kebutuhan klien merupakan titik ukur terutama Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Secara teoritis mungkin terlihat mudah dalam pengaplikasian, namun terdapat benturan- benturan kepentingan, baik dengan pihak pemilik maupun kendala biaya Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Membuat 2 alternatif desain yang merupakan desain permintaan klien, dan desain ideal yang diperlukan untuk rumah usaha kaum lanjut usia. Kuliah/ Pertemuan ke 14 Tanggal 18 Juni 2014 Materi teori yang didapatkan UAS KKP-C DESAIN INKLUSI : DESAIN RUMAH TINGGAL DENGAN PENGGUNA SENIOR (PENGUMPULAN TUGAS) Perasaan yang dirasakan Lebih berempati terhadap sesama, dan mengerti kebutuhan kaum penyandang disabilitas. Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Secara teoritis mungkin terlihat mudah dalam pengaplikasian, namun terdapat benturan- benturan kepentingan, baik dengan pihak pemilik maupun kendala biaya Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Membuat 2 alternatif desain yang merupakan desain permintaan klien, dan desain ideal yang diperlukan untuk rumah usaha kaum lanjut usia.
Format Refleksi KKP - C Desain Inklusi
Puspita Rani, 22411074 Nama Puspita Rani NRP 22411074 Email Mahasiswa rani.puspita94@gmail.com Mata Kuliah KKP-C Desain Inklusi Dosen Pengampu Gunawan,S.T, M.Sc Kuliah/ Pertemuan ke 1 Tanggal 19 Februari 2014 Materi teori yang didapatkan Pengantar Desain Inklusi Perasaan yang dirasakan Tertarik Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Berbeda. Tidak semudah yang selama ini dibayangkan Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Kontribusi yg dapat diberikan antara lain adalah design yang lebih peka dan membantu komunitas defable agr dapat melakukan aktivitas dg lebih nyaman Kuliah/ Pertemuan ke 2 Tanggal 26 Februari 2014 Materi teori yang didapatkan Kuliah oleh P.Tutus (penyandang tunanetra) Perasaan yang dirasakan Lebih berempati terhadap penyandang tunanetra Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Penyandang tujanetra sebagian besar melakukan aktivitas dengan mengandalkan ingatan, adanya perbedaan elemen maupun tekstur suatu material memberikan dampak yang signifikan bagi tunanetra. Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan
Kuliah/ Pertemuan ke 3 Tanggal 12 Maret 2014 Materi teori yang didapatkan Simulasi Desain Inklusi 234 Universitas Kristen Petra . Perasaan yang dirasakan Tertarik Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Merasakan secara langsung kebutuhan yang diperlukan oleh komunitas defable memberikan kepekaan yang lebih terhadap proses perancangan. Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Perancangan design bagi komunitas defable yang sesuai dan nyaman Kuliah/ Pertemuan ke 4 Tanggal 18 Maret 2014 Materi teori yang didapatkan Eksplorasi literatur kelompok Perasaan yang dirasakan Mencari teori yang mendukung eksplorasi Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan
Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Design yang diberikan selain diharapkan memudahkan mereka untuk bekerja juga nyaman bagi kesehatan. Kuliah/ Pertemuan ke 5 Tanggal 2 April 2014 Materi teori yang didapatkan Wawancara dengan P.Hariyono Perasaan yang dirasakan Lebih berempati Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan (orang senior/lanjut usia) komunitas defable ini memerlukan ruang yang mudah diakses untuk bekerja dan tempat tinggal, menghindari naik tangga krn kaki sering sakit. Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Desain yang membantu subjek untukd dapat bekerja dengan lebih nyaman Kuliah/ Pertemuan ke 6 Tanggal 2 April 2014 Materi teori yang didapatkan Asistensi hasil wawancara Perasaan yang dirasakan Lebih mengerti relevansi antara desain inklusi dengan kebutuhan subjek Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Banyak kebutuhan yang perlu diwujudkan untuk menciptakan tempat tinggal yg nyaman bagi komunitas defable Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Design yang nyaman dan sesuai kebutuhan Kuliah/ Pertemuan ke 7 Tanggal 9 April 2014 Materi teori yang didapatkan UTS Perasaan yang dirasakan - Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan - Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan - Kuliah/ Pertemuan ke 8 Tanggal 16 April 2014 Materi teori yang didapatkan UTS Inklusi pembuatan tinjauan pustaka Perasaan yang dirasakan Pengumpulan desain 235 Universitas Kristen Petra Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan - Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan - Kuliah/ Pertemuan ke 9 Tanggal 23 April 2014 Materi teori yang didapatkan Workshop UNDK Perasaan yang dirasakan Lebih berempati terhadap komunitas defable Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Mengenal lebih dalam mengenai budaya di toilet, sehingga dapat membantu melestarikan budaya Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan
Kuliah/ Pertemuan ke 10 Tanggal 30 April 2014 Materi teori yang didapatkan Persiapan workshop design Perasaan yang dirasakan Memahami lebih jelas konsep-konsep desain untuk orang lanjut usia Apakah yang saya pahami yang antara materi teori Dasar konsep desain perlu melewati proses perancangan yang baik agar dapat diaplikasikan dengan tepat pada subjek dan kenyataan di lapangan Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Aplikasi dasar konsep desain pada desain rumah tinggal P.Hariyono Kuliah/ Pertemuan ke 11 Tanggal 7 Mei 2014 Materi teori yang didapatkan Workshop desain Perasaan yang dirasakan Sedikit kecewa karena desain tidak sepenuhnya diterima oleh subjek Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Desain yag diinginkan oleh subjek lebih memperhatikan budaya dan kebiasaan mereka, bukan teori-teori desain yang seperti diajarkan Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Menampung masukan subjek dan mengolah desain menjadi lebih sesuai, baik dengan kebutuhan maupun keingina subjek Kuliah/ Pertemuan ke 12 Tanggal 15 Mei 2014 Materi teori yang didapatkan Penjelasan 7 prinsip desain inklusi Perasaan yang dirasakan Tertarik Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Aplikasi prinsip desain terlihat simple, namjn terkadang tidak sesuai dengan subjek ataupun biaya Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Merancang sebuah bangunan yang sesuai dengan kebutuhan dan kamampuan subjek Kuliah/ Pertemuan ke 13 Tanggal 11 Juni 2014 Materi teori yang didapatkan Asistensi tugas UAS Perasaan yang dirasakan Memahami bahwa kebutuhan subjek merupakan poin yang paling penting dalam desain inklusi Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Aplikasi desain inklusi seringkali terhambat kemampuan finansial subjek 236 Universitas Kristen Petra Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Membuat alternatif desain yang sesuai bagi subjek Kuliah/ Pertemuan ke 14 Tanggal 18 Juni 2014 Materi teori yang didapatkan UAS Perasaan yang dirasakan Lebih berempati kepada penyandang defable Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Desain yang memenuhi prinsip inklusi tidak semerta-merta diterima oleh subjek, melainkan ada pula faktor-faktor lain yang harus diperhatikan Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Menciptakan desain yang sesuai kebutuhan kemampuan subjek
Veronica Yuwono, 22411066 Nama Veronica Yuwono NRP 22411066 Email Mahasiswa veveronica.yu@yahoo.com Mata Kuliah KKP-C Desain Inklusi Dosen Pengampu Gunawan,S.T, M.Sc Kuliah/ Pertemuan ke 1 Tanggal 19 Februari 2014 Materi teori yang didapatkan PENGANTAR DESAIN IINKLUSI Perasaan yang dirasakan Tertarik Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Teori tidak sama dengan prakteknya, untuk dapat mendesain sesuatu yang berbeda dari biasanya dengan baik harus dipraktekkan. Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Lebih peka dalam mendesain dan mencoba merasakan kebutuhan komunitas dampingan. Kuliah/ Pertemuan ke 2 Tanggal 26 Februari 2014 Materi teori yang didapatkan KULIAH PAK TUTUS TENTANG DESAIN INKLUSI Perasaan yang dirasakan Tertarik Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Ketika seseorang mengalami kekurangan dalam suatu bagian tubuhnya, indera lain akan berusaha beradaptasi. Untuk beradaptasi Pak Tutus sebagai penyandang tuna netra mempunyai beberapa teori. Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Memikirkan jalan keluar lain yang dapat dilakukan dengan mengoptimalkan kemampuan bertahan hidup melalui anggota tubuh lain. Kuliah/ Pertemuan ke 3 Tanggal 15 Maret 2014 Materi teori yang didapatkan SIMULASI DESAIN INKLUSI Perasaan yang dirasakan Memahami bagaimana perasaan yang dirasakan penyandang disabilitas. Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Ketika mencoba simulasi saya dapat benar-benar merasakan kesusahan yang dialami penderita disabilitas. Pada kenyataannya mendesain tidak bisa hanya sekedar menggunakan teori namun lebih bermanfaat apabila diimbangi dengan simulasi. Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Studi gerak seperti yang dirasakan oleh komunitas dampingan dalam hal kebutuhan desain. Kuliah/ Pertemuan ke 4 Tanggal 18 Maret 2014 Materi teori yang didapatkan EKSPLORASI KELOMPOK LITERATUR Perasaan yang dirasakan Tertarik Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Banyak kebutuhan tambahan yang seharusnya dipenuhi dalam mendesain untuk penyandang disabilitas. Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas Mendesainkan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan mereka. 237 Universitas Kristen Petra dampingan Kuliah/ Pertemuan ke 5 Tanggal 26 Maret 2014 Materi teori yang didapatkan WAWANCARA DEGAN ORANG SENIOR (PAK HARIYONO PEMBUAT CETOK) Perasaan yang dirasakan Tertarik karena dapat secara langsung melihat keadaan dan kebutuhan komunitas dampingan. Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Keadaan komunitas dampingan belum sesuai dengan kebutuhannya. Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Membayangkan apa saja kebutuhan komunitas dampingan, berusaha melengkapi desain yang akan dibuat dengan kebutuhan-kebutuhan yang belum ada. Kuliah/ Pertemuan ke 6 Tanggal 2 April 2014 Materi teori yang didapatkan ASISTENSI HASUL WAWANCARA Perasaan yang dirasakan Tertarik Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Banyak hal yang masih perlu diperbaiki pada rumah Pak Hariyono. Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Mendesainkan dengan menambahkan kebutuhan yang diperlukan namun sesuai dengan kemampuan Pak Hariyono. Kuliah/ Pertemuan ke 7 Tanggal 9 April 2014 Materi teori yang didapatkan UTS Perasaan yang dirasakan - Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan - Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan - Kuliah/ Pertemuan ke 8 Tanggal 16 April 2014 Materi teori yang didapatkan UTS KKP-C DESAIN INKLUSI-PEMBUATAN TINJAUAN PUSTAKA Perasaan yang dirasakan Senang karena mendapat teori baru. Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Dari tinjauan pustaka yang saya dapatkan, saya mendapat bahwa ternyata banyak material alam lain yang dapat dimanfaatkan dengan optimal dan rendah biaya. Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan - Kuliah/ Pertemuan ke 9 Tanggal 23 April 2014 Materi teori yang didapatkan WORKSHOP UNDK Perasaan yang dirasakan Lebih berempati Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Mengetahui toileting culture untuk lebih mengetahui dan melestarikan kebudayaan yang ada. Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan - Kuliah/ Pertemuan ke 10 Tanggal 30 April 2014 Materi teori yang didapatkan PERSIAPAN WORKSHOP DESAIN Perasaan yang dirasakan Mempersiapkan dengan baik. Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Kebutuhan Pak Hariyono belum terpenuhi. Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Membuatkan alternatif desain sesuai kebutuhan dan kemampuan Pak Hariyono. Kuliah/ Pertemuan ke 11 Tanggal 7 Mei 2014 Materi teori yang didapatkan WORKSHOP DESAIN 238 Universitas Kristen Petra Perasaan yang dirasakan Tertarik Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Kebiasaan Pak Hariyono dengan desain yang sudah ada menimbulkan rasa nyaman yang sebenarnya tidak sesuai dengan kebutuhan. Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Memberi gambaran dan saran berupa alternatif desain kepada Pak Hariyono bagaimana desain yang baik. Kuliah/ Pertemuan ke 12 Tanggal 15 Mei 2014 Materi teori yang didapatkan PENJELASAN 7 PRINSIP DESAIN INKLUSI Perasaan yang dirasakan Tertarik Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Bahwa terdapat beberapa prinsip desain inklusi yang dapat menjadi tolok ukur suatu desain inklusi yang baik. Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Memberi desain sesuai kebutuhan dan sesuai dengan prinsip desain inklusi. Kuliah/ Pertemuan ke 13 Tanggal 11 Juni 2014 Materi teori yang didapatkan ASISTENSI TUGAS UAS Perasaan yang dirasakan Tertarik Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Ada banyak kebutuhan dan prinsip bahkan dalam hal terkecil dalam desain yang harus dipenuhi untuk mencapai desain yang baik. Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Mendesain dengan lebih detail dan menerapkan prinsip desain inklusi dalam desain. Kuliah/ Pertemuan ke 14 Tanggal 18 Juni 2014 Materi teori yang didapatkan UAS KKP-C DESAIN INKLUSI : DESAIN RUMAH TINGGAL DENGAN PENGGUNA SENIOR (PENGUMPULAN TUGAS) Perasaan yang dirasakan Senang karena dapat membantu mendesainkan pengguna khusus. Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan Ada banyak kebutuhan dan prinsip bahkan dalam hal terkecil dalam desain yang harus dipenuhi untuk mencapai desain yang baik. Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan Mendesain dengan lebih detail dan menerapkan prinsip desain inklusi dalam desain.