Anda di halaman 1dari 29

1

BAB I
PENDAHULUAN


De Quervains syndrome dikenal dengan beberapa macam cara penulisan.
Pada beberapa referensi seperti pada kamus Dorland tertulis de Quervains disease,
pada kamus Stedman tertulis de Quervain disease, pada kamus M-W medical
dictionary tertulis de Quervains disease dan pada kamus Wikipedia tertulis de
Quervains syndrome. Sebagian besar referensi menuliskan penyakit ini dengan de
Quervains disease. Penyakit ini disebut juga dengan de Quervains
tenosynovitis atau de Quervains syndrome. Ada pula yang menyebut penyakit ini
dengan nama washerwomans sprain karena lebih banyak menyerang wanita daripada
pria.
1,2,3


De Quervains syndrome dinamakan sesuai dengan nama orang yang pertama
kali mendeskripsikan penyakit ini yaitu Fritz de Quervain (1868-1940), seorang ahli
bedah Swiss yang lahir pada tanggal 4 Mei 1868 dan meninggal pada tahun 1940
akibat penyakit pankreatitis akut yang dideritanya. Penyakit ini dideskripsikan untuk
yang pertama kalinya oleh Fritz de Quervain pada tahun 1895. Awalnya, Fritz de
Quervain mendeskripsikan penyakit ini dengan apa yang kita kenal
sebagai tenovaginitis yaitu proliferasi jaringan fibrosa retinakulum otot-otot ekstensor
dan tendon sheath dari otot ekstensor polisis brevis dan otot abduktor polisis longus.
Beberapa tahun kemudian, terjadi stenosis tenosynovitis dari kedua tendon tersebut
2

(kompartemen dorsal pertama) hingga kemudian penyakit ini dikenal dengan nama de
Quervains tenosynovitis. Fritz de Quervain juga banyak menulis buku-buku yang
memperkenalkan prosedur teknik tiroidektomi sehingga dikenal pula penyakit pada
tiroid dengan nama yang sama yaitu de Quervains Thyroiditis.
2,3




















3

BAB II
PEMBAHASAN


A. DEFINISI
De Quervains syndrome merupakan penyakit dengan nyeri pada daerah
prosesus stiloideus akibat inflamasi kronik pembungkus tendon otot abduktor
polisis longus dan ekstensor polisis brevis setinggi radius distal dan jepitan pada
kedua tendon tersebut.
4,5


De Quervains syndrome atau tenosinovitis stenosans ini merupakan
tendovaginitis kronik yang disertai penyempitan sarung tendon. Sering juga
ditemukan penebalan tendon.
5


Lokasi de Quervains syndrome ini adalah pada kompartemen dorsal
pertama pada pergelangan tangan. Kompartemen dorsal pertama pada
pergelangan tangan termasuk di dalamnya adalah tendon otot abduktor polisis
longus (APL) dan tendon otot ekstensor polisis brevis (EPB). Pasien dengan
kondisi yang seperti ini biasanya datang dengan nyeri pada aspek dorsolateral
dari pergelangan tangannya dengan nyeri yang berasal dari arah ibu jari dan /
atau lengan bawah bagian lateral. Kondisi seperti ini mempunyai respon yang
baik terhadap penanganan non bedah.
3

4



Gambar 1. Kompartemen dorsal pertama pergelangan tangan pada daerah tepi lateral
dari snuffbox.


Gambar 2. Tampak kompartemen dorsal pertama pada daerah stiloid radius
menonjol.
5


B. EPIDEMIOLOGI
Angka kejadian di USA untuk penyakit ini relatif, terutama di antara orang-
orang yang menunjukkan aktivitas yang menggunakan tangan berulang-ulang,
seperti pekerja pemasangan bagian-bagian mesin tertentu dan sekretaris.
3


Mortalitas tidak berhubungan dengan kondisi penyakit ini. Beberapa
morbiditas yang dilaporkan mungkin terjadi pada pasien dengan riwayat nyeri
progresif di mana berhubungan dengan aktivitas yang memerlukan penggunaan
tangan yang terkena. De Quervains syndrome lebih banyak diderita oleh orang
dewasa dibanding pada anak-anak.
3


Hingga saat ini belum ditemukan adanya korelasi yang nyata antara
insiden de Quervains syndrome dengan sejumlah ras tertentu. Meskipun
penyakit seperti ini sering dijumpai pada pria dan wanita, tetapi de Quervains
syndrome menunjukkan jumlah yang signifikan di mana lebih banyak terjadi
pada wanita dibandingkan pada pria. Beberapa sumber bahkan memperlihatkan
rasio yang sangat tinggi pada wanita dibandingkan pada pria, yaitu 8 : 1.
Menariknya, banyak wanita yang menderita de Quervains syndrome selama
kehamilannya atau selama periode postpartum.
3




6

C. ETIOLOGI
Trauma minor yang berulang-ulang umumnya memberikan kontribusi
terhadap perkembangan penyakit de Quervains syndrome. Aktivitas-aktivitas
yang mungkin menyebabkan trauma ulangan pada pergelangan tangan termasuk
faktor pekerjaan, tugas-tugas sekretaris, olahraga golf, atau permainan olahraga
yang menggunakan raket.
3



Gambar 3. Tugas-tugas dari seorang sekretaris yang dapat menyebabkan
trauma ulangan pada pergelangan tangan

Faktor-faktor lain yang mungkin dapat memberikan kontribusi
terjadinyade Quervains syndrome antara lain :
3,6,7

Trauma akut pada tangan terutama ibu jari.
7

Berhubungan dengan rheumatoid arthritis.
Penyebab yang pasti tidak diketahui, tetapi inflamasi tendon yang terjadi
berhubungan dengan gesekan yang berlebihan / berkepanjangan antara tendon
dan pembungkusnya, terjadi misalnya pada wanita yang pekerjaannya memeras
kain.
4,7


D. ANATOMI DAN FISIOLOGI
Tendon adalah penghubung antara tulang dan otot. Tendon ada yang
dibungkus dengan pembungkus tendon (tendon sheath), ada pula yang tidak dan
langsung melekat pada tulang.
8,9




Gambar 4. Tendon dari otot abduktor polisis longus dan otot ekstensor polisis brevis

8


Pergelangan tangan bagian dorsal yang terdiri dari otot-otot ekstensor
dibungkus oleh sebuah retinakulum ekstensor yang berjalan melalui tulang-
tulang karpal. Retinakulum ini terdiri dari jaringan fibrosa. Bagian medial dari
retinakulum ini melekat pada os pisiform dan os hamate sementara bagian
lateralnya melekat pada bagian distal dari os radius. Ada enam kompartemen
jaringan fibrosa yang melalui otot-otot ekstensor ini. Kompartemen ini
dipisahkan satu sama lain oleh jaringan fibrosa. Setiap kompartemen dibungkus
oleh tendon sheath yang berisi cairan sinovial dan semuanya dibungkus oleh
retinakulum tadi.
8,9,10




Gambar 5. Retinakulum otot-otot ekstensor, tendon sheath, dan potongan
transversal tendon sheath
9

Struktur kompartemen dari radial ke ulnar adalah kompartemen pertama
yang terdiri dari tendon otot ekstensor polisis brevis dan tendon otot abduktor
polisis longus, kompartemen kedua yang terdiri dari tendon otot ekstensor karpi
radialis brevis dan tendon otot ekstensor karpi radialis longus, kompartemen
ketiga yaitu tendon otot ekstensor polisis longus, kompartemen keempat yaitu
tendon otot ekstensor digitorum dan otot ekstensor indicis, kompartemen kelima
adalah tendon otot ekstensor digiti minimi, dan kompartemen keenam adalah
tendon otot ekstensor karpi ulnaris.
8,9,10,18



Gambar 6. Kompartemen pertama sampai kompartemen keenam.

10

De Quervains syndrome adalah stenosis pada tendon
sheathkompartemen dorsal pertama pergelangan tangan. Kompartemen ini terdiri
dari tendon otot abduktor polisis longus dan otot ekstensor polisis
brevis.
1,3,10,11,12,13,14



Gambar 7. Kompartemen dorsal pertama

Tendon pada otot ekstensor polisis brevis berfungsi pada pergerakan
ekstensi polluks, sedangkan tendon pada otot abduktor polisis longus berfungsi
sebagai pergerakan abduksi pada polluks.
8,9,10

11

Di antara kedua tendon ini berjalan cabang dari nervus radialis sebagai
sensoriknya sehingga jika terjadi stenosis pada kompartemen ini akan
merangsang terjadinya nyeri oleh iritasi pada nervus radialis.
8,9



E. PATOFISIOLOGI
Kompartemen dorsal pertama pada pergelangan tangan termasuk
pembungkus tendon yang menutupi tendon otot abduktor polisis longus dan
tendon otot ekstensor polisis brevis pada tepi lateral. Inflamasi pada daerah ini
umumnya terlihat pada pasien yang menggunakan tangan dan ibu jarinya untuk
kegiatan-kegiatan yang repetitif. Karena itu, de Quervains syndrome dapat
terjadi sebagai hasil dari mikrotrauma kumulatif (repetitif).
3,7


Pada trauma minor yang bersifat repetitif atau penggunaan berlebih
pada jari-jari tangan (overuse) menyebabkan malfungsi dari tendon sheath.
Tendon sheath yang memproduksi cairan sinovial mulai menurun produksi dan
kualitas cairannya. Akibatnya, pada penggunaan jari-jari selanjutnya terjadi
pergesekan otot dengan tendon sheath karena cairan sinovial yang berkurang tadi
berfungsi sebagai lubrikasi. Sehingga terjadi proliferasi jaringan ikat fibrosa yang
tampak sebagai inflamasi dari tendon sheath. Proliferasi ini menyebabkan
pergerakan tendon menjadi terbatas karena jaringan ikat ini memenuhi hampir
seluruhtendon sheath. Terjadilah stenosis atau penyempitan pada tendon
sheathtersebut dan hal ini akan mempengaruhi pergerakan dari kedua otot tadi.
Pada kasus-kasus lanjut akan terjadi perlengketan tendon dengan tendon sheath.
12

Pergesekan otot-otot ini merangsang nervus yang ada pada kedua otot tadi
sehingga terjadi perangsangan nyeri pada ibu jari bila digerakkan yang sering
merupakan keluhan utama pada penderita penyakit ini.
1,3,11,15

Pembungkus fibrosa dari tendon abduktor polisis longus dan ekstensor
polisis brevis menebal dan melewati puncak dari prosesus stiloideus radius.
4,6,7



F. DIAGNOSIS
Kelainan ini sering ditemukan pada wanita umur pertengahan. Gejala yang
timbul berupa nyeri bila menggunakan tangan dan menggerakkan kedua otot
tersebut yaitu bila menggerakkan ibu jari, khususnya tendon otot abduktor polisis
longus dan otot ekstensor polisis brevis. Perlu ditanyakan juga kepada pasien
riwayat terjadinya nyeri. Sebagian pasien akan mengungkapkan riwayat
terjadinya nyeri dengan trauma akut pada ibu jari mereka dan sebagian lainnya
tidak menyadari keluhan ini sampai terjadi nyeri yang lambat laun makin
menghebat. Untuk itu perlu ditanyakan kepada pasien apa pekerjaan mereka
karena hal tersebut akan memberikan kontribusi sebagai onset dari gejala
tersebut khususnya pada pekerjaan yang menggunakan jari-jari tangan. Riwayat
penyakit lain seperti pada rheumatoid arthritis dapat menyebabkan pula
deformitas dan kesulitan menggerakkan ibu jari. Pada kasus-kasus dini, nyeri ini
belum disertai edema yang tampak secara nyata (inspeksi), tapi pada kasus-kasus
lanjut tampak edema terutama pada sisi radial dari polluks.
3,10,11,12,13,14,15


13

Pada pemeriksaan fisik, terdapat nyeri tekan pada daerah prosesus
stiloideus radius, kadang-kadang dapat dilihat atau dapat teraba nodul akibat
penebalan pembungkus fibrosa pada sedikit proksimal prosesus stiloideus radius,
serta rasa nyeri pada adduksi pasif dari pergelangan tangan dan ibu jari. Bila
tangan dan seluruh jari-jari dilakukan deviasi ulnar, penderita merasa nyeri oleh
karena jepitan kedua tendo di atas dan disebut uji Finkelstein positif.
4,5,6,7,16




Gambar 8. Tampak inflamasi pada tendon sheath dari kompartemen dorsal pertama

Tanda-tanda klasik yang ditemukan pada de Quervains
syndrome adalah tes Finkelstein positif. Cara melakukannya adalah dengan
14

menyuruh pasien untuk mengepalkan tanganya di mana ibu jari diletakkan di
bagian dalam dari jari-jari lainnya. Si pemeriksa kemudian melakukan deviasi
ulnar pasif pada pergelangan tangan si pasien yang dicurigai di mana dapat
menimbulkan keluhan utama berupa nyeri pergelangan tangan daerah
dorsolateral.
3,16




Gambar 9. Daerah yang nyeri pada de Quervains syndrome

Lakukan tes Finskelstein secara bilateral untuk membandingkan dengan
bagian yang tidak terkena. Hati-hati memeriksa the first carpometacarpal
15

(CMC) joint sebab bagian ini dapat menyebabkan tes Finskelstein positif
palsu.
6
Selain dengan tes Finkelstein harus diperhatikan pula sensorik dari ibu
jari, refleks otot-otot, dan epikondilitis lateral pada tennis elbow untuk melihat
sensasi nyeri apakah primer atau merupakan referred pain.
3,12,13,15



Gambar 10. Tes Finkelstein, si pemeriksa melakukan deviasi ulnar pasif
pada pergelangan tangan pasien

16



Gambar 11. Tes Finkelstein
manuver lain, disebut tanda hitchhiker, melibatkan memiliki pasien aktif radial
menculik jempol terhadap resistensi.



Gambar 12. Hitchhiker sign


17


Brunelli menggambarkan sebuah manuver serupa yang dilakukan dengan
memiliki pasien aktif radial menculik ibu jari dengan pergelangan tangan pada
deviasi radial.


Gambar 13. Brunelli test

untuk secara khusus mengevaluasi untuk memicu, pasien melakukan manuver
dengan penculikan palmaris menolak ibu jari diikuti dengan adduksi dan
fleksi. ujian juga harus mencakup manuver untuk membedakan penyebab umum
lainnya sakit pergelangan tangan radial sisi. Pasien dengan radang sendi ibu jari
carpometacarpal (CMC) akan memiliki kelembutan lokal lebih distal pada sendi
CMC. Sebuah jempol CMC menggiling akan mereproduksi rasa sakit pasien
18

dengan ibu jari CMC arthritis. Manuver ini melibatkan menggenggam dan
memutar jempol metakarpal sementara plucing beban aksial.Krepitasi dan nyeri
int sendi CMC akan terjadi.Persimpangan sindrom, sebuah tendosynovitis
kompartemen ekstensor kedua, menyebabkan rasa sakit hanya proksimal ke
daerah terlibat dalam tenosynovitis Quervain de. Sindrom persimpangan terjadi
di wilayah 4 cm proksimal sendi karpal radial.Di wilayah ini, otot kompartemen
ekstensor pertama menyeberangi dangkal ke ekstensor carpi radialis brevis dan
longus tendon dari kompartemen ekstensor kedua. Pada pemeriksaan, krepitasi
akan dicatat di wilayah ini saat melakukan manuver Finkelstein. Pasien dengan
radang sendi karpal radial akan memiliki rentang pergelangan tangan terbatas
gerak dan nyeri tekan pada sendi karpal radial dan bukan kompartemen ekstensor
punggung pertama
Pemeriksaan laboratorium tidak ada yang spesifik untuk menunjang
diagnosis penyakit ini. Kadang dilakukan pemeriksaan serum untuk melihat
adanya faktor rheumatoid untuk mengetahui penyebab penyakit ini, tetapi hal ini
juga tidak spesifik karena beberapa penyakit lain juga menghasilkan
faktorrheumatoid di dalam darahnya.
3,10,14

Pemeriksaan radiologik secara umum juga tidak ada yang secara spesifik
menunjang untuk mendiagnosis penyakit ini. Akan tetapi, penemuan terbaru
dalam delapan orang pasien yang dilakukan ultrasonografi dengan transduser 13
MHz resolusi tinggi diambil potongan aksial dan koronal didapatkan adanya
penebalan dan edema pada tendon sheath. Pada pemeriksaan dengan MRI terlihat
adanya penebalan pada tendon sheath tendon otot ekstensor polisis brevis dan
19

otot abduktor polisis longus. Pemeriksaan radiologis lainnya hanya dipakai untuk
kasus-kasus trauma akut atau diduga nyeri oleh karena fraktur atau
osteonekrosis.
3,10



G. DIAGNOSIS BANDING
Yang merupakan diagnosis banding de Quervains syndrome adalah
sebagai berikut :
3,10,11,13,14

1. Carpal Tunnel Syndrome, di mana pada penyakit ini dirasakan nyeri
pada ibu jari tangan. Nyeri ini tidak hanya dirasakan pada ibu jari
tangan, akan tetapi dapat ke seluruh pergelangan tangan bahkan dapat
sampai ke lengan. Carpal Tunnel Syndrome adalah kumpulan gejala
yang disebabkan oleh kompresi pada nervus medianus akibat inflamasi
pada pergelangan tangan. Penyebab inflamasi dapat karena suatu
infeksi, trauma, atau penggunaan berlebihan pada pergelangan tangan
(overuse). Gejala lain pada penyakit ini adalah adanya rasa panas dan
kelemahan pada otot-otot pergelangan tangan.
2. Osteoarthritis pada persendian di pergelangan tangan.
3. Kienbock disease yaitu osteonekrosis pada os lunate.
4. Degenerative arthritis pada sendi radioscaphoid, cervical
radiculopathyterutama pada segmen C5 atau C6.
5. Cheiralgia paresthetica atau neuropati pada sensorik dari nervus
radial.
20

6. Fraktur scaphoid yang tampak sebagai nyeri pada daerah snuff
box pada kompartemen dorsal pertama.
7. Intersection syndrome di mana tenosynovitis terjadi pada tendon dari
kompartemen dorsal pertama (tendon otot ekstensor polisis brevis dan
otot abduktor polisis longus) sampai ke tendon dari kompartemen
dorsal kedua (otot ekstensor karpi radialis longus dan otot ekstensor
karpi radialis brevis) dengan gejala nyeri dan inflamasi pada bagian
distal pada daerah dorsolateral dari lengan bawah. Nyeri pada penyakit
ini lebih kurang di daerah lateral dibandingkan pada de Quervains
syndrome.


H. PENGOBATAN
Pengobatan yang dilakukan adalah dengan terapi konservatif dan
intervensi bedah. Pada terapi konservatif kasus-kasus dini, sebaiknya penderita
menghindari pekerjaan yang menggunakan jari-jari mereka. Hal ini dapat
membantu penderita dengan mengistirahatkan (immobilisasi) kompartemen
dorsal pertama pada ibu jari (polluks) agar edema lebih lanjut dapat dicegah.
Idealnya, immobilisasi ini dilakukan sekitar 4-6 minggu. Kompres dingin pada
daerah edema dapat membantu menurunkan edema (cryotherapy). Jika gejala
terus berlanjut dapat diberikan obat-obat anti inflamasi baik oral maupun injeksi.
Beberapa obat oral dan injeksi yang diberikan sebagai berikut :
3,10,11

21

1. Nonsteroid anti-inflammatory drug misalnya ibuprofen yang
merupakandrug of choice untuk pasien dengan nyeri
sedang. Bekerja sebagai penghambat reaksi inflamasi dan nyeri
dengan jalan menghambat sintesa prostaglandin. Dosis dewasa
200-800 mg, sedang dosis untuk anak-anak usia 6-12 tahun 4-10
mg/kgBB/hari. Untuk anak > 12 tahun sama dengan dewasa.
Adapun kontra indikasi pemberian obat ini adalah adanya riwayat
hipersensitif, ulkus peptikum, perdarahan gastrointestinal atau
perforasi, insufisiensi ginjal, atau resiko tinggi terjadinya
perdarahan. Interaksi obat dengan aspirin dapat meningkatkan efek
samping dari obat ini, kombinasi dengan probenesid dapat
meningkatkan konsentrasi obat di dalam darah. Pada pasien-pasien
dengan hipertensi, dapat diberikan kombinasi antara obat ini
dengan obat anti hipertensi seperti captopril, beta blocker,
furosemid, dan thiazid. Obat ini tidak aman diberikan untuk wanita
hamil terutama kehamilan pada trimester ketiga (berpotensi untuk
menyebabkan menutupnya duktus arteriosus).
2. Kortikosteroid dapat digunakan sebagai anti inflamasi karena
dapat mensupresi migrasi dari sel-sel polimorfonuklear dan
mencegah peningkatan permeabilitas kapiler. Pada orang dewasa
dapat diberikan dosis 20-40 mg metilprednisolon atau dapat juga
diberikanhidrokortison yang dicampur dengan sedikit obat anestesi
lokal misalnyalidokain. Campuran obat ini disuntikkan
22

pada tendon sheath dari kompartemen dorsal pertama yang
terkena. Harus diperhatikan agar jangan sampai menyuntikkan
campuran obat ini langsung pada tendonnya karena dapat
menyebabkan kelemahan pada tendon dan potensial untuk
terjadinya ruptur. Penyuntikan campuran obat ini juga hendaknya
dicegah jangan sampai terlalu superfisial dari jaringan subkutan
karena dapat menyebabkan depigmentasi pada kulit. Untuk pasien-
pasien yang menderita diabetes melitus sebaiknya dilakukan
pengontrolan glukosa darah karena pemberian kortikosteroid lokal
dapat menyebabkan peningkatan glukosa darah sementara.

Pada tahap awal diberikan analgetik atau injeksi lokal kortikosteroid serta
mengistirahatkan pergelangan tangan, tetapi kadang-kadang penyembuhan hanya
bersifat sementara. Operasi dilakukan pada penderita yang resisten atau untuk
meredakan nyeri secara permanen dengan membuka bagian sarung tendon yang
sempit.
4,5

Rehabilitatif
Fisioterapi : dengan memberikan modalitas terapi berupa stimulasi
listrik TENS untuk mengurangi nyeri dan terapi panas SWD
yang juga digunakan untuk mengurangi nyeri serta
mengurangi inflamasi yang terjadi
Ortotik-Prostetik : dengan memberikan splint untuk mengistirahatkan ibu jari
dan pergelangan tangan.
23



Splint tidak diperkenankan dipakai sepanjang hari secara terus menerus, pasien
perlu membuka splint minimal 2 kali dalam sehari. Saat splint dilepas, pasien
dapat melakukan latihan-latihan sebagai berikut :
Opposition stretch: letakkan tangan anda di atas meja, angkat
pergelangan tangan. Kemudian ujung ibu jari menyentuh ujung jari
kelingking. Tahan posisi tersebut selama kurang lebih 6 detik.
Ulangi 10 kali.
Wrist stretch: dengan tangan yang lain, Bantu tangan sisi yang
lain untuk menahan dalam posisi fleksi selama 15-30 detik.
Kemudia dengan cara yang sama, tahan dalam posisi ekstensi
dalam rentang waktu yang sama. Lakukakan masing-masing 3 kali
untuk tiap tangan. Sendi siku tetap dalam kondisi lurus.
24

Wrist flexion: genggam sebuah sabun dalam posisi tangan
supinasi. Lakukan gerakan fleksi pada sendi pergelangan tangan
secara perlahan. Lakukan 10 kali. Beban dapat secara perlahan
ditingkatkan.
Wrist radial deviation strengthening: tangan diposisikan miring,
sehingga ibu jari berada di bagian atas. Genggan sabun. Lakukan
gerakan deviasi kea rah radial tanpa menggerakkan lengan.
Lakukan 10 kali.
Wrist extension: genggam sebuah sabun dalam posisi tangan
pronasi. Lakukan gerakan fleksi pada sendi pergelangan tangan
secara perlahan. Lakukan 10 kali. Beban dapat secara perlahan
ditingkatkan.
Grip strengthening: genggam sebuah bola. Lalu remas-remas
selama 5 detik. Lakukan 10 kali.
Finger spring: letakkan karet gelang sehingga melingkari semua
jari-jari tangan. Lakukan gerakan abduksi dan aduksi. Ulangi 10
kali.

Intervensi bedah diperlukan jika terapi konservatif tidak efektif lagi
terutama pada kasus-kasus lanjut di mana telah terjadi perlengketan padatendon
sheath. Prosedur operasi yang dilakukan adalah sebagai berikut :
3,10,14,18

Digunakan anestesi lokal dan turniket. Setelah kulit disterilkan, gunakan
turniket dan infiltrasi kulit pada daerah kompartemen dorsal pertama dengan
25

menggunakan anestesi lokal secukupnya. Lalu dibuat insisi pada kulit yang mulai
dari dorsal ke volar dalam arah transversal-oblik, sejajar dengan lipatan-lipatan
kulit melewati daerah yang lunak dari kompartemen dorsal pertama. Insisi
longitudinal dianjurkan untuk membuat area yang lebih panjang di mana skar
kulit mungkin saja melekat pada nervus kutaneus dan tendon. Tindakan diseksi
tajam hanya sampai pada lapisan dermis dan tidak sampai ke lapisan lemak
subkutaneus, menjauhi cabang-cabang nervus radialis superfisialis. Setelah
menarik tepi kulit, gunakan diseksi tumpul pada lemak subkutaneus. Kemudian
cari dan lindungi cabang-cabang sensoris dari nervus radialis superfisialis,
biasanya terletak di bagian dalam dari vena-vena superfisialis. Kenali tendon
proksimal sampai penyempitan ligamen dorsal dan tendon sheath, kemudian
buka kompartemen dorsal pertama pada sisi dorsoulnar. Dengan ibu jari yang
abduksi dan pergelangan tangan yang fleksi, angkat tendon otot abduktor polisis
longus dan otot ekstensor polisis brevis dari tempatnya. Jika tendon otot-otot
tersebut sulit untuk dibebaskan, carilah additional aberrant tendons dan
kompartemen-kompartemen yang terpisah. Kemudian tutup insisi kulit dan
menggunakan balutan dengan tekanan yang rendah.


26




Gambar 12. Teknik operasi pada de Quervains Syndrome


I. PROGNOSIS
Prognosis penyakit ini umumnya baik. Pada kasus-kasus dini, biasanya
berespon dengan baik pada terapi konservatif. Sedangkan pada kasus-kasus lanjut
dan tidak memberikan respon yang baik dengan terapi konservatif, dilakukan
tindakan bedah untuk dekompresi pada kompartemen dorsal pertama dari
pergelangan tangan. Umumnya berlangsung dengan baik, morbiditas dapat terjadi
jika terjadi komplikasi pasca operasi misalnya adhesi tendo atau subluksasi volar
tendon.
3,10,11,12,13,14,15

27

Pasien dengan de Quervains syndrome perlu untuk menghindari
aktivitas-aktivitas repetitif tertentu dari pergelangan tangan atau dari ibu jari
hingga pengobatan yang adekuat tercapai.
3





















28

DAFTAR PUSTAKA

1. Polsdorfer, R, de Quervains Tenosynovitis, available
athttp://healthlibrary.epnet.com, last reviewed November 2011.
2. NN, Biography of Fritz de Quervain, available
athttp://www.whonamedit.com/doctor.cfm, 1994-2001.
3. Foye, PM, de Quervains Tenosynovitis, available
athttp://www.emedicine.com/pmr/topic36.htm, last updated October 13, 2005.
4. Rasjad, C, Penyakit de Quervain (Tenovaginitis Stenosans) dalamPengantar
Ilmu Bedah Ortopedi, Penerbit Bintang Lamumpatue, Ujung Pandang, 1998.
halaman : 228-9.
5. Sjamsuhidajat, R. , Tenosinovitis Stenosans dalam Buku-Ajar Ilmu Bedah,
Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 1998. halaman : 1246.
6. Duckworth, T. , De Quervains Teno-Vaginitis in Lectura Notes On
Orthopaedics And Fractures, Second Edition, P G Publishing Pte Ltd,
Singapore, 1985. page : 249.
7. Bunnel, S. , Stenosing Tenosynovitis at Radiostyloid Process (de Quervains
Disease) in Surgery of The Hand, Third Edition, Pitman Medical Publishing
Co., LTD, London, 1992. page 774-5.
8. Chase, RA, Anatomy in Atlas of Hand Surgery, Stanford University School of
Medicine, W.B. Saunders Company, California, 1973. page : 3-20.
9. Weinsten, SL et all, The Wrist and Hand in Tureks Orthopaedics, Fifth
Edition, JB Lippincott Company, Philadelphia, 1992. page : 428-30.
29

10. Gulf, MD, de Quervains Disease, available
athttp://www.gulfmd.com/deQuervainsdisease.grd.drt..
11. Natarajan, M, Wrist and Hand in Text Book of Orthopaedics, MN
Orthopaedic Hospital, Tamil Nadu, India, 1985. page : 163-6.
12. Sahin, B, Hand, Anatomy, available
athttp://www.emedicine.com/org.anatomyofthehand.trs. , last updated July 28,
2003.
13. McRae, Ronald, The Wrist in Clinical Orthopaedic Examination, Third
Edition, Churchill Livingstone, Edinburgh London Melbourne and New York,
1990. page : 71-86.
14. Chien, JA, et all, Focal Radial Styloid Abnormality as Manifestation of De
Quervain Tenosynovitis, available athttp://www.americanjournal.com/org.
15. Lech, O, et all, Stenosing Tenosinovitis of The First Compartment De
Quervains Disease, available
athttp://www.healthinformation.com/orthoped/topic482.htm.
16. Schwartz, SI, et all, Tendon Entrapment Syndrome of First Extensor
Compartment (deQuervains Disorder) in Principles of Surgery, Fifth Edition,
McGraw-Hill Information Services Company, USA, 1989. page : 2066-7.
17. Pictures of de Quervains syndrome available at http://www.google.com.
18. Wright, PE, Carpal Tunnel, Ulnar Tunnel, and Stenosing
Tenosynovitis in Campbell-Operative Orthopaedics, 10
th
Edition, 2004. Part
XVIII, chapter 73.

Anda mungkin juga menyukai