Anda di halaman 1dari 6

BIMBINGAN TEKNIS

PUSAT SUMBER DAYA AIR TANAH DAN GEOLOGI LINGKUNGAN


DI PROVINSI SUMATERA UTARA
Medan, 11 Oktober 2012




PUSAT SUMBER DAYA AIR TANAH DAN GEOLOGI LINGKUNGAN
BADAN GEOLOGI
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
2012















Lampiran II Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral
Nomor :
Tanggal :
PEDOMAN
REKOMENDASI TEKNIS AIR TANAH
I. PENDAHULUAN

Secara teknis, pengelolaan sumber daya air tanah didasarkan pada satuan wilayah
cekungan air tanah. Sebaran cekungan air tanah dapat melintasi batas administrasi
suatu negara, provinsi, atau kabupaten/kota.

Dengan berlakunya otonomi daerah yang memberi kewenangan kepada daerah untuk
mengelola sumber daya air tanah yang tersedia di wilayahnya,apabila terjadi konflik
kepentingan antar daerah maka akan menyebabkan pengambilan air tanah tidak
terkendali sehingga menimbulkan dampak negatif terhadap sumber daya air tanah dan
lingkungan sekitar.

Peningkatan pengambilan air tanah dapat menimbulkan dampak negatif berupa
penurunan muka air tanah, penurunan mutu air, penyusupan air laut di daerah pantai
dan amblesan tanah. Oleh karena itu diperlukan pengelolaaan sumber daya air tanah
agar ketersediannya tetap berkelanjutan.

Salah satu aspek penting dalam pengelolaan tersebut adalah pengaturan rekomendasi
teknis sebagai dasar untuk penerbitan izin pemakaian air tanah dan izin pengusahaan air
tanah.

Pedoman ini dimaksudkan sebagai acuan dalam pemberian rekomendasi teknis untuk
izin pemakaian air tanah dan izin pengusahaan air tanah bagi Pemerintahan,
pemerintahan provinsi, pemerintahan kabupaten/kota. Tujuannya untuk menyamakan
persepsi dalam pemberian rekomdasi teknis agar pengambilan air tanah sesuai dengan
jumlah ketersediaannya sehingga tidak mengganggu keseimbangan air tanah dan
lingkungan sekitarnya, serta untuk menghindari konflik antar propinsi, kabupaten/kota
dalam pengambilan air tanah.

II. PENGERTIAN
Dalam pedoman ini yang dimaksudkan dengan :
1. Akuifer tertekan adalah akuifer yang dibatasi di bagian atas dan bawahnya oleh
lapisan kedap air.
2. Akuifer tidak tertekan adalah akuifer yang dibatasi di bagian atasnya oleh muka air
tanah bebas dan dibagian bawahnya oleh lapisan kedap air.
3. Zona pemanfaatan air tanah adalah daerah yang air tanahnya dapat dimanfaatkan
seperti kawasan budi daya.
4. Alokasi penggunaan air tanah adalah julah dan jangka waktu pengambila dan
pengusahaan air tanah.
5. Survei hidrogeologi adalah penyelidikan yang bertujuan untuk memperoleh data
kondisi dan lingkungan air tanah, antara lain, konfigurasi dan parameter akuifer,
kuantitas dan kualitas air tanah, dan/atau dampak pengambilan air tanah.
6. Kondisi dan lingkungan air tanah adalah kuantitas, kualitas, lapisan batuan yang
mengandung air tanah.

III. PENGATURAN DAN PEMBERIAN REKOMENDASI TEKNIS

Rekomendasi teknis bersifat mengikat, diberikan oleh Menteri, gubernur atau dinas
teknis kabupaten/kota terkait sesuai kewenangannya kepada bupati/walikota yang
menerbitkan izin pemakaian air tanah atau izin pengusahaan air tanah. Rekomendasi
tersebut berisi ketentuan teknis dalam melakukan penggalian atau pengeboran,
pemasangan konstruksi sumur dan jumlah pengambilan air tanah atau berisi penolakan
permohonan izin dengan disertai alasan penolakan.

Setiap pelaksanaan rekomendasi teknis terkait penerbitan dan perpanjangan izin
pemakaian atau pengusahaan air tanah dari Menteri dilakukan oleh Kepala Badan atas
nama Menteri.

Pemberian rekomendasi teknis harus memperhatikan potensi ketersediaan air tanah
serta kondisi dan lingkungan air tanah dengan ketentuan sebagai berikut.

A. Penetapan Penatagunaan Air Tanah
Penatagunaan air tanah ditunjukkan untuk menetapkan zona pemanfaatan air tanah
dan peruntukan air tanah cekungan air tanah yang disusun berdasarkan zona
konversi air tanah.
Pelaksanaan penatagunaan air tanah dilakukan dengan menyusun zona konservasi
air tanah dan menetapkan zona pemanfaatan air tanah sesuai dengan Lampiran I
Pedoman Penyusunan Zona Konservasi Air Tanah pada Peraturan Menteri Energi
dan Sumber Daya Mineral Nomor ........ Tahun 2011 tentang Tata Cara Penetapan
Zona Konservasi Air Tanah.

Penyusunan dan penetapan peruntukan air tanah dilakukan dengan
mempertimbangkan :
1. Kuantitas dan kualitas air tanah;
2. Daya dukung terhadap pengambilan air tanah;
3. Jumlah dan sebaran penduduk serta laju pertambahannya;
4. Proyeksi kebutuhan air tanah; dan
5. Pemanfaatan air tanah yang sudah ada.

B. Penetapan Penyediaan Air Tanah

Penyediaan air tanah ditunjukkan untuk memenuhi kebutuhan air dari pemanfaatan
air tanah untuk berbagai keperluan sesuai dengan kualitas dan kuantitasnya.

Penetapan penyediaan air tanah dilakukan sebagai berkut :
1. Menetapkan urutan prioritas penyediaan air tanah, untuk kebutuhan pokok
sehari-hari merupakan prioritas utama diatas segala keperluan lainnya.
2. Penyediaan air tanah dilakukan dengan memperhatikan kelangsungan
penyediaan air tanah yang sudah ada rencana penyediaan air permukaan.
3. Menetapkan alokasi penyediaan air tanah dengan batas maksimum
pengambilan tertentu pada zona pemanfaatan air tanah untuk memenuhi :
a. Kebutuhan pokok sehari-hari dan kebutuhan pertanian rakyat;
b. Kebutuhan sanitas lingkungan di perkantoran pemerintah, tempat ibadah,
yayasan sosial, sekolah,rumah sakit, kawasan perniagaan, kawasan industri
c. Kebutuhan pertanian, niaga, industri, pertambangan dan pariwisata;

C. Pengaturan Penggunaan Air Tanah

Penggunaan air tanah terdiri atas pemakaian air tanah dan pengusahaan air tanah.
Pengaturan dilakukan terhadap kegiatan penggunaan air tanah agar memenuhi
ketentuan sebagai berikut:
1. Menetapkan batasan kedalaman pengeboran, rancang bangun dan konstruksi
sumur, dan jumlah pengambilan air tanah maksimum untuk setiap peruntukan
agar tidak mengganggu penggunaan air tanah yang telah ada serta tidak
menimbulkan kerusakan kondisi dan lingkungan air tanah.
2. Air tanah pada sistem akuifer tidak tertekan, pada kedalaman tertentu sesuai
kondisi setempat hanya digunakan untuk :
a. Pemenuhan kebutuhan pokok sehari-hari;
b. Pertanian rakyat;
c. Usaha kecil perorangan;
d. Niaga dan industri, apabila di daerah tersebut tidak terdapat akuifer
tertekan dan tidak ada alternatif sumber air lainnya diperlukan terlebih
dahulu survei hidrogeologi dan eksploitasi air tanah untuk mengetahui air
tanah yang masih dimungkinkan diambil secara aman tidak menimbulkan
kerusakan kondisi air tanah dan lingkungan hidup.
3. Air tanah pada sistem akuifer tertekan pada kedalaman tertentu dapat
digunakan untuk berbagai peruntukan sesuai kondisi setempat.
4. Kegiatan pengusahaan air tanah di suatu daerah mempunyai kelayakan secara
teknis dan ekonomi; berdasarkan potensi air tanah yang terkandung dalam
setiap kelompok akuifer dengan kedalam tertentu diarahkan untuk mendukung
jenis usaha mendukung jenis usaha yang paling sesuai dengan kuantitas maupun
kualitas air tanahnya;
IV. PROSES PEMBERIAN REKOMENDASI TEKNIS
A. Rekomendasi Teknis untuk Izin Baru
1. Permohonan rekomendasi teknis untuk izin pemakaian air tanah atau izin
pengusahaan air tanah wajib dilengkapi persyaratan, meliputi :
a. Peta situasi (denah) skala 1 : 10.000 atau lebih besar dan peta topografi
skala 1 : 50.000 (kalau tidak tersedia dapat diganti dengan peta administrasi
kabupaten atau kota) yang memperlihatkan titik lokasi rencana penggalian
atau pengeboran air tanah ;
b. Informasi mengenai :
1. Peruntukan dan kebutuhan air tanah
2. Rencana pelaksanaan penggalian atau pengeboran air tanah (Formulir
1): dan
3. Upaya pengelolahan lingkungan (UKL) dan upaya pemantauan
lingkungan (UPL) untuk pengambilan air tanah kurang dari 50 (lima
puluh) liter/dettik, atau analisis mengenai dampak lingkungan hidup
(AMDAL) untuk pengambilan air tanah sama atau lebih besar dari 50
(lima puluh) liter/detik dari satu sumur atau dari beberapa sumur pada
areal kurang dari 10 (sepuluh) hektar.
c. Salinan atau fotocopy izin Perusahaan Pengeboran Air Tanah, Sertifikat
Instalansi Bor Air Tanah dan Sertifikat Juru Bor Air Tanah yang masih
berlaku;
d. Laporan hasil eksplorasi air tanah untuk rencana pengambilan air tanah
lebih dari 2 (dua) liter/detik;
e. Pernyataan lain yang ditetapkan oleh bupati/walikota.
2. Apabila titik lokasi rencana penggalian atau pengeboran air tanah berada pada
zona pemanfaatan air tanah yang secara teknis masih memungkinkan air
tanahnya untuk diambil, selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari kerja sejak
diterimanya permintaan rekomendasi teknis dari bupati/walikota dengan
persyaratan lengkap, maka rekomendasi teknis diberikan oleh :
a. Kepala Badan atas nama Menteri, untuk titik lokasi penggalian atau
pengeboran air tanah yang berada pada cekungan air lintas provinsi atau
lintas negara;
b. Gubernur, untuk titik lokasi penggalian atau pengeboran air tanah yang
berada pada cekungan air tanah lintas kabupaten/kota; dan
c. Dinas teknis kabupaten/kota yang terkait, untuk titik lokasi penggalian atau
pengeboran air tanah yang berada pada cekungan air tanah berada dalam
satu wilayah kabupaten/kota yang bersangkutan.
Tembusan rekomendasi teknis wajib disampaikan kepada Menteri, gubernur,
dinas kabupaten/kota yang membidangi air tanah, dan pemohon izin.
3. Dalam hal pengambilan air tanah secara teknis sudah tidak memungkinkan lagi,
Menteri, gubernur, atau dinas teknis kebupaten/kota selambat-lambatnya 15
(lima belas) hari kerja sejak diterimanya permintaan teknis dari kabupaten/kota,
wajib untuk menolak rencana pengambilan tersebut disertai dengan alasan
penolakan.
4. Rekomendasi teknis yang mengikat untuk izin pemakaian air tanah atau
pengusahaan air tanah yang diberikan kepada bupati/walikota, memuat
ketentuan teknis untuk penggalian atau pengeboran dan konstruksi sumur,
pengambilan air tanah, serta ketentuan lain (Formulir 2).
a. Ketentuan teknis untuk penggalian atau pengeboran dan konstruksi sumur,
meliputi.
1) Nomor registrasi sumur:
2) Lokasi titik penggalian atau pengeboran :
a) Kampung : Desa/Kelurahan :
b) Kecamatan : Kota/Kabupaten :
c) Propinsi :
d) Koordiat (UMT) B/T :
U/S :
Zona :
3) Pelaksana pengeboran :
a) Instansi/Lembaga/PT/CV :
b) Alamat
c) No. dan Tanggal Surat Izin Perusahaan Pengeboran Air Tanah :
d) No. dan Tanggal Sertifikat Instalasi Bor Air Tanah :
4) Juru bor air tanah :
a) Nama :
b) Alamat
c) No. dan Tanggal Sertifikat Juru Bor Air Tanah :
5) Jarak minimum titik penggalian atau pengeboran terhadap sumur yang
telah ada;
6) Kedalaman dan diameter lubang penggalian atau pengeboran;
7) Kedalam akuifer yang disadap/kedudukan saringan;
8) Rancang bangun konstruksi sumur
a) Sumur gali, meliputi :
Kedalaman sumur ; dan
Diameter sumur
b) Sumur bor, meliputi :
Kedalaman sumur;
Diameter dan panjang pipa jambang;
Diameter dan panjang pipa saringan;
Dimater dan panjang pipa naik;
Dimater, panjang, dan kedalaman pipa piezometer;
Kedudukan kerikil pembalut; dan
Kedudukan semen penyekat;
b. Ketentuan teknis untuk pengambilan air tanah, meliputi
1) Jenis, kapasitas, dan kedudukan pompa serta lama pemompaan
2) Batasan debit atau jumlah maksimum air tanah yang boleh diambil
dalam satu hari untuk sumur gali atau satu bulan untuk sumur bor;
3) Jika pengambilan air tanah melebihi jumlah

Anda mungkin juga menyukai