Anda di halaman 1dari 41

BAB II

TEORI DASAR

2. 1 Terowongan
Terowongan merupakan sebuah tembusan yang terletak dibawah permukaan tanah atau gunung.
Umumnya, bentuk terowongan adalah tertutup di seluruh sisi kecuali di kedua ujungnya yang
terbuka pada lingkungan luar. Beberapa ahli teknik sipil mendefinisikan terowongan sebagai
sebuah tembusan di bawah permukaan yang memiliki panjang minimal 0.1 mil, dan yang
memiliki panjang lebih pendek dari itu lebih disebut underpass.
Fungsi terowongan biasanya digunakan untuk lalu lintas kendaraan seperti mobil, kereta api,
pengendara sepeda maupun pejalan kaki. Selain fungsi lalu lintas, terowongan dapat berfungsi
mengalirkan air untuk mengurangi banjir atau untuk dikonsumsi, terowongan untuk saluran
pembuangan, pembangkit listrik, dan terowongan yang menyalurkan kabel telekomunikasi.
Beberapa terowongan rahasia juga telah dibuat sebagai metode bagi jalan masuk ke atau keluar
dari suatu tempat yang aman atau berbahaya, seperti terowongan di jalur Gaza, dan terowongan
Cu Chi di Vietnam yang dibangun dan dipergunakan ketika perang Vietnam.
Di Inggris, terowongan bawah tanah untuk pejalan kaki atau transportasi umumnya di sebut
subway. Istilah ini digunakan di masa lalu, dan saat ini sering di sebut underground rapid transit
system. Berdasarkan fungsinya, terowongan dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
1. Terowongan lalu lintas (traffic); penggunaan terowongan untuk jalur lalu lintas antara lain
terowongan kereta api, terowongan jalan raya, terowongan navigasi dan terowongan
tambang.
2. Terowongan angkutan; penggunaan terowongan untuk angkutan antara lain adalah untuk
pembangkit tenaga listrik (hydro power), water supply, sewerage water, dan/atau untuk
fasilitas umum.
Hal-hal yang penting untuk diperhatikan dalam konstriksi terowongan adalah lokasi terowongan,
metode konstruksi, material dan kegunaan dari terowongan tersebut. Dalam merancangan
terowongan yang perhatikan antara lain adalah:
Massa batuan yang komplek, gaya-gaya yang dihasilkan oleh redistribusi tegangan awal.
Sifat-sifat material di sekitar, kemungkinan failure / keruntuhan di struktur bahan dan
kekuatan batuan.
Perancangan terowongan yang baik adalah dengan memperhatikan faktor-faktor yang berkaitan
dengan pembangunan terowongan. Semua factor itu harus diperhitungkan secara seimbang,
meskipun dalam perhitungan, terdapat factor-faktor yang tidak dapat dikualifikasi.
2. 2 Penyelidikan Geoteknik
Elemen yang sangat penting dalam perencanaan dan pelaksanaan sebuah terowongan adalah
penyelidikan geoteknik. Data geologi yang cukup diperlukan untuk menentukan desain
terowongan yang sesuai, metode pelaksanaan yang paling optimal, biaya pelaksanaan yang
paling rasional serta persiapan yang sebaik baiknya direncanakan aspek keamanan
pelaksanaan. Biaya pelaksanaan akan sangat berpotensi membengkak karena kurang tersedianya
data geologi.
Dalam penyelidikan geoteknik, tujuan yang penting untuk dicapai adalah:
Menentukan stratifikasi tanah atau batuan pada jalur terowongan.
Menentukan sifat fisik batuan.
Menentukan parameter desain untuk batuan dan tanah.
Memberikan kepastian setinggi tingginya bagi suatu proyek dan dan memberi wawasan
kepada engineer mengenai kondisi yang mungkin terjadi saat pelaksanaan.
Mengurangi unsur ketidakpastian bagi kontraktor.
Meningkatkan keselamatan kerja.
Memberi pengalaman bekerja sehingga dapat memperbaiki kualitas kualitas keputusan
di lapangan.
Umumnya, penyelidikan geoteknik dilakukan di lapangan dan membutuhkan persiapan dan alat-
alat tersentu. Hal-hal yang dilakukan pada penyelidikan geoteknik lapangan adalah sebagai
berikut:
1. Tinjauan literature
Tinjauan literature dilakukan sebelum berangkat ke lapangan dengan tujuan untuk
mencari informasi yang pernah dipublikasikan mengenai geologi, tanah, air tanah, sejarah
seismik, dan struktur. Untuk wilayah kota, yang dilakukan adalah pencarian informasi
mengenai daerah penimbunan lama atau alterasi pola penirisan. Literature yang dipakai
biasanya adalah peta geologi yang dapat diperoleh dari Litbang Geologi dan/atau
geoteknologi LIPI.
2. Studi foto udara (bila ada)
Foto udara dilakukan untuk melihat kondisi lokasi dari jarak yang jauh dan luas. Analisis
yang dapat dilakukan adalah analisis geomorfis dan sifat-sifat batuan dari evaluasi respon
batuan terhadap lingkungan. Teknik pemotretan dapat dibedakan menjadi beberapa
teknik seperti vertikalitas dan kemiringan, fotografi warna,infra merah, dan radar.
3. Peninjauan geologi permukaan
Peninjauan geologi permukaan dilakukan untuk mengetahui jenis dan penyebaran batuan
dilokasi berupa ketebalan, sifat fisik dan mekanis di lapangan. Peninjauan geologi
permukaan dapat dibedakan menjadi pemetaan batuan dasar yang terdiri dari mencari
informasi tentang litologi batuan dan batas serta struktur geologinya, dan pemetaan
geologi teknik yang merupakan mencarian informasi mengenai singkapan batuan dan
derajat pelapukannya.
4. Survei geofisika
Survei geofisika dilakukan untuk mengetahui jenis dan penyebaran batuan dengan
memanfaatkan sifat fisiknya. Keuntungan dengan menggunakan survey geofisika antara
lain adalah tidak merusak objek yang diselidiki, cepat dan memiliki unit cost yang
rendah. Namun terdapat kerugian jika kita melakukan survey geofisika, yaitu data hasil
yang didapat memiliki ketelitian yang rendah. Teknik yang umum digunakan adalah
neutron density dan teknik gamma. Sedangkan metode yang biasanya dipilih adalah
seismic refraction dan survei resistivity.
5. Pemboran eksplorasi
Pemboran merupakan metoda yang paling umum untuk eksplorasi detil, seperti
keterangan yang spesifik dari batuan,variasi material dan sifat-sifat fisiknya. Daerah yang
memerlukan eksplorasi lebih detil antara lain:
Portal
Topografi rendah di atas terowongan, yang biasanya menggambarkan struktur
batuan lemah
Tipe batuan dengan potensial pelapukan yang dalam
Di daerah yang banyak air
Daerah geser
6. Sumur uji
7. Pengujian in-situ
8. Pengujian laboratorium
9. Pengujian model skala penuh
10. Tahap konstruksi
11. Pengamatan pasca konstruksi
Cara yang paling umum dipakai dalam pengambilan sampel saat pengerjaan terowongan adalah
dengan pemboran teknik. Pada pemboran akan didapat sampel berupa core. Dari core dapat
diketahui sifat fisik batuan, dan informasi penting lainnya. Lokasi-lokasi yang memerlukan
pengeboran secara detail adalah:
Daerah portal
Daerah yang secara topografi dekat terowongan, karena biasanya secara struktur lemah
(overburden tipis).
Lokasi yang berpotensi mengalami pelapukan berat.
Daerah yang berpotensi air tanah tinggi dan dan adanya batuan porous
2. 3 Metode Dasar Pembuatan Terowongan Pada Batuan
Metode pembuatan terowongan dipengatuhi oleh kondisi tanah permukaan yang akan digali,
apakah tanah merupakan tanah yang kuat atau lemah. Oleh karena itu, metoda penggalian
dibedakan menjadi 5 cara, yaitu:
Full face
Pada metode ini, seluruh penampang terowongan digali secara bersamaan. Cara ini cocok
untuk penampang melintang kecil hingga terowongan dengan diameter 3 meter. Tapi jika
metode full face dilakukan dengan menggunakan jumbo drill, terowongan yang terbentuk
akan berukuran besar. Keuntungan dari metode ini adalah pekerjaan menjadi lebih cepat,
lintasan pembuangan hasil peledakan dapat langsung dipasang bersamaan dengan proses
penggalian berikutnya, dan proses pembuatan terowongan dapat dilakukan secara
kontinu. Sedangkan kerugiannya adalah saat penggalian banyak membutuhkan alat
mekanis, tidak dapat digunakan untuk batuan yang tidak stabil, dan hanya terbatas untuk
terowongan yang lintasannya pendek.
Heading dan bench
Kontruksi terowongan dengan menggunakan metode ini dilakukan dengan bagian atas
digali lebih dulu sampai mencapai 3 3.5 meter sebagai heading. Selanjutnya penggalian
bagian bawah penampang dikerjakan (bench cut) sampai membentuk penampang yang
diinginkan. Proses ini diulangi sampai seluruh lintasan terowongan tercapai.

Gambar 2.1. Heading and Bench
Untuk kondisi batuan yang buruk, cara penggalian dapat dimodifikasi menjadi top
heading dimana heading diperpanjang sampai 25 m 35 m atau lebih, kemudian pasangi
penyangga, baru kemudian bench cut dibuat.
Keuntungan dari menggunakan cara ini adalah memungkinkan pekerjaan pengeboran dan
pembuangan sisa peledakan dilakukan secara simultan, efektif untuk ukuran terowongan
penampang besar dan lintasan, dan dapat diterapkan untuk setiap kondisi batuan.
Sedangkan kerugian dari menggunakan cara ini adalah metoda ini membutuhkan waktu
yang lebih lama bila dibandingkan metoda full face.
Drift
Cara yang digunakan dalam metoda ini adalah dengan menggali terlebih dahulu lubang
bukaan yang berukuran kecil sepanjang lintasan terowongan, kemudian diperbesar
sampai membentuk penampang yang direncanakan. Berdasarkan posisi lubang terhadap
sumbu terowongan, metode ini dapat dibedakan menjadi:
o Center drift

Gambar 2.2. Center drift

Diawali dengan penggalian lubang berukuran 2.5 m x 2.5 m 3m x 3m dari portal
ke portal. Perluasan dimulai setelah penggalian center drift selesai, dengan
membuat lubang untuk bahan peledakan yang dibor melingkar pada selimut drift
dari sumbu terowongan.
Keuntungan dari posisi lubang terhadap sumbu terowongan ini adalah sistem
ventilasinya baik, tidak memerlukan sistem penyangga sementara, dan mucking
dapat dikerjakan bersama dengan pekerjaan penggalian. Sedangkan kerugiannya
adalah pekerjaan perluasan harus menunggu center drift selesai secara
keseluruhan, dan alat bor dipasang dengan pola tertentu, seringkali spasi alat bor
dirubah sesuai dengan kondisi batuan yang diledakan.
o Side drift
Dua drift digali sekaligus pada sisi-sisi penampang, sepanjang lintasan
terowongan. Selanjutnya penggalian bagian arch diikuti dengan pemasangan
penyangga sementara. Selesai penyangga dipasang, penggalian bagian tengah
dikerjakan.

Gambar 2.3. Side drift
Keuntungan dari cara ini adalah proses lining dapat dikerjakan sebelum
penggalian bagian tengah dilaksanakan, metoda ini efektif untuk terowongan
besar dengan kondisi batuan yang buruk. Sedangkan kerugiannya adalah
pekerjaan perluasan harus menunggu drift selesai dikerjakan.
o Top drift
Digunakan untuk penggalian endapan. Metodanya mirip dengan heading and
bench.

Gambar 2.4. Top drift
o Bottom drift
Penggalian dimulai dengan membuka bagian bawah penampang. Pembuatan
lubang lubang bahan peledak untuk membuka bagian atas penampang dilakukan
dengan membor dari Bottom drift vertikal ke atas.

Gambar 2.5. Bottom drift
o Sumuran vertical
Awal dibuat lubang vertikal sampai pada terowongan yang akan digali. Dengan
demikian akan terbentuk tiga buah heading face.

Gambar 2.6. Sumuran vertical
Sumuran dapat bersifat sementara atau permanen. Sumuran sementara berfungsi
saat pelaksanaan dibuat untuk membantu pembuangan pelaksanaan pembuangan
sisa sisa peledakan (mucking), salah satu jalur untuk mensuplai peralatan dan
material, dsb. Sumuran permanen dibuat bila masih tetap berfungsi setelah
terowongan mulai digunakan untuk keperluannya, misal sebagai sarana ventilasi.
o Pilot tunnel
Pillot tunnel digali paralel pada jarak 25 meter dari sumbu terowongan yang
direncanakan dengan ukuran 2 x 2 m2 3 x 3 m2. Penggalian pada terowongan
utama sendiri dilakukan dengan metoda drift.
Pada interval tertentu dibuat cross cut memotong sumbu utama rencana. Bila
cross cut mencapai drift, proses pelebaran dimulai dari titik ini dengan dua
heading face. Bila cross cut mencapai titik dimana drift belum mencapai titik ini,
maka drift heading dilakukan dengan titik potongan melintang.

Gambar 2.7. Pilot tunnel
Keuntungan dari metode ini adalah efektif untuk terowongan yang lintasannya
panjang, dengan topografi yang tidak memungkinkan untuk membuat sumuran,
pilot tunnel dengan sendirinya merupakan sistem ventilasi, mucking dapat
dilakukan dengan cepat. Sedangkan kerugiannya adalah pekerjaannya
memerlukan lebih banyak waktu, biaya dibandingkan dengan metoda penggalian
lainnya.
Drill and Blast
Drill and Blast adalah metode yang melibatkan bahan peledak. Pengeboran dilakukan
untuk membuata lubang tembak pada batuan dan tanah sebelum peledakan selanjutnya.
Kebanyakan dalam konstruksi terowongan batuan melibatkan jenis material yang berbeda
atau material yang perbedaannya sangat ekstrim,. Jika dibandingkan dengan hasil Tunnel
Boring Machine, hasil peledakan memberikan kemajuan yang significant namun vibrasi
yang ditimbulkan besar.
Bored Tunnelling
Bored tunnelling dengan menggunakan Tunnel Boring Machine (TBM) banyak
digunakan dalam pembuatan terowongan. TBM akan cocok untuk metode penggalian
terowongan yang terdiri dari batuan yang seragam dan tidak diperlukan adaya
penyanggaan. Meskipun demikian, batuan yang terlalu keras dapat mengharuskan
menggunakan TBM dengan rock cutter dan kesalahan dalam pemilihahan rock cutter
akan menyebabkan inefficient dan tidak ekonomis dan kemungkinan akan membutuhkan
waktu yang lama daripada metode drill and blast
Sequential Excavation Method
Metode ini banyak dikenal sebagai New Austrian Tunneling Methode (NATM).
Penggalian terowongan dibagi menjadi beberapa bagian. Bagian ini digali dan diberikan
penyanggaan sesuai dengan keadaan batuan. Beberapa peralatan penambangan seperti
roadheaders dan backhoe umumnya digunakan dalam penggalian terowongan. Proses ini
membutuhkan kondisi yang benar-benar kering untuk mengaplikasikan NATM sehingga
penurunan muka air tanah sebelum proses penggalian. Proses lain yang berhubungan
dengan memodifikasi massa batauan seperti grouting dan groundd freezing yang
umumnya adalah metode yang digunnakan untuk menstabilkan massa batuan. Metode ini
mungkin membutuhkan waktu yang lama namun sangat berguna pada area yang banyak
struktur rekahan.
2. 4 Klasifikasi Massa Batuan
Palmstorm (2001) menjelaskan konsep massa batuan yang batuan yang idealnya merupakan
susunan dari system blok-blok dan fragmen-fragmen batuan yang dipisahkan oleh bidang-bidang
diskontinu yang masing-masing saling bergantung sebagai sebuah kesatuan unit.

Gambar 2.8. Konsep pembentukan massa batuan
Adanya bidang diskontinu ini membedakan kekuatan massa batuan dengan kekuatan batuan utuh
atau intact rock. Massa batuan akan memiliki kekuatan yang lebih kecil dibandingkan dengan
batuan utuh. Variasi yang besar dalam hal komposisi dan struktur dari batuan serta sifat dan
keberadaan bidang diskontinu yang memotong batuan akan membawa komposisi dan struktur
yang kompleks terhadap suatu massa batuan.
DIskontinu yang terdapat pada massa batuan menurunkan kekuatan massa batuan. Dari
perbedaan kekuatan massa batuan inilah yang menjadi dasar dari klasifikasi massa batuan.
Berikut ini akan dijelaskan 2 tipe klasifikasi massa batuan, yaitu RMR dan Q system.

2. 4. 1 RMR
Sistem RMR pertama kali di perkenalkan oleh Bieniawski pada tahun 1973. Enam parameter
geoteknik yang digunakan untuk mengklasifikan massa batuan (Erlingsson) adalah kuat tekan
uniaksial, nilai RQD, spasi diskontinuitas, kondisi diskontinuitas, kondisi air tanah, dan orientasi
diskontinuitas.

Gambar 2.9. Parameter RMR

Gambar 2.10. Parameter pengurangan RMR
Hasil dari klasifikasi RMR diberikan dalam jumlah dari 0-100. Lalu dari nilai akhir ini akan
menentukan kelas-kelas batuan tersebut dan sifat-sifatnya seperti pada table berikut ini.

Gambar 2.11. Klasifikasi RMR


Gambar 2.12. Roof span vs Stand up time

Kemajuan dari terowongan sangat dipengaruhi oleh posisi diskontinuitas. Berikut ini adalah table
yang menunjukkan pengaruh dari diskontinuitas terhadap kemajuan dari terowongan.

Gambar 2.13. Efek Diskontinuiti pada terowongan
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, klasifikasi massa batuan dipengaruhi oleh kekuatan
massa batuan. Oleh karena itu berikut ini adalah table hubungan klasifikasi RMR dengan
ekskavasi terowongan dan system support yang dibutuhkan.

Gambar 2.14. Excavation dan Support dengan sistem RMR

2. 4. 2 Q-System
Q-System digunakan dalam klasifikasi massa batuan sejak tahun 1980 di Iceland. Sistem ini
pertama kali dikembangkan oleh Barton et al. di 1974 berdasarkan pengalaman pembuatan
terowongan terutama di Norwegia dan Finlandia. Dalam sistem ini, diperhatikan diskontinuitas
dan joints. Angka dari Q bervariasi dari 0.001-1000 dan dihitung dengan menggunakan
persamaan berikut ini:

Dimana, RQD adalah Rock Quality Designation; Jn adalah joint set number; Jr adalah joint
roughness number; Ja adalah joint alteration number; Jw adalah joint water reduction number;
dan SRF adalah stress reduction factor.
RQD

Gambar 2.15. RQD
Jn

Gambar 2.16. Jn
Jr
SRF
J
x
J
J
x
J
RQD
Q
w
a
r
n


Gambar 2.17. Jr
Ja

Gambar 2.18. Rock Wall Contact

Gambar 2.19. Rock wall contact before 10 cm shear

Gambar 2.20. No rock wall contact when sheared





Jw

Gambar 2.21. Jw
SRF

Gambar 2.22. SRF (1)







Gambar 2.23. SRF (2)

ESR

Gambar 2.24. ESR
Jika nilai dari persamaan Q system telah ditemukan, maka system support dapat ditentukan
berdasarkan grafik berikut ini.

Gambar 2.25. Reinforcement Categories


2. 5 Underground Support Method
Perkuatan batuan digunakan untuk meningkatkan kestabilan bukaan bawah tanah. Penyeledikan
investigasi digunakan untuk menentukan karakteristik dari massa batuan dari lubang bukaan dan
desain dibuat untuk menangani berbagai kondisi geologi pada terowongan. Kondisi geologi
sering berubah seiring dengann kemajuan terowongan sehingga dibutuhkan dukungan yang
flexibel yang langsung dapat menyesuaikan dengan kondisi yang dihadapi (Palmstom & Nilsen,
2000).
Rock Bolt dan Shotcrete merupakan perkuatan batuan yang sering digunakan pada terowongan
bawah tanah di Islandia dan negara scandinavian. Shotcrete ribs pertama kali digunakan sebagai
metode perkuatan terowongan pada Hvalfjordur pada tahun 1996 (hardarson 2011).

2. 5. 1 Rock Bolt
Perkembangan baut batuan (Rock Bolt) dimulai dari tahun 1920an dan menjadi metode support
yang paling dominan dalam konstuksi terowongan bawah tanah (Luo,1999). Rock Bolting
merupakan metode perkuatan yang paling umum untuk perkuatan batuan. Rock bolt biasanya
digunakan sebagai initial support (perkuatan awal) pada face tunnel selain itu juga digunakan
sebagai final support (Palmstom & Nilsen, 2000). Setelah mengamankan batuan yang lepas
dengan spot-bolting, kemudian dipasang sistematik bolting.

Gambar 2.26. Rock Bolting
Persamaan dibawah ini untuk menentukan panjang dai Rock Bolt yang digunakan (Palmstom,
2000) untuk single loose block :

Pada Norwegian Tunnel untuk menentukan panjang rock bolt digunakan persamaan :

Jenis-jenis rock bolt dapat dibedakan menjadi:
Mechanically anchored rockbolts
Expansion shell rockbolt anchors mempunyai berbagai macam model tapi prinsip
dasarnya tetaplah sama. Seperti terlihat pada gambar dibawah, komponen expansion shell
rockbolt anchors adalah tapered cone dengan benang internal dan sepasang wedges yang
ditahan dengan bail. Expansion shell rockbolt ini bekerja dengan baik pada batuan yang
keras akan tetapi tidak begitu efektive pada batuan yang berjoint dan batuan yang lunak
(softrocks), karena deformasi dan runtuhnya batuan yang kontak dengan wedge grips.

Gambar 2.27. Mechanically anchored rockbolts

Gambar xx. Tipical rockbolt dan dowel yang mangatur pada berbagai runtuhan batuan
Resin anchored rockbolts
Secara teknis anchored rockbolt mempunyai kecenderungan untuk melonggar karena
getaran yang disebabkan oleh peledakan atau ketika dipasang pada batuan yang lemah.
Sehingga, untuk mengatasi hal ini dapat digunakan resin anchored rockbolts.
Resin ini dibentuk dari dua komponen yaitu resin dan katalis pada tempat yang berbeda.
Komponen ini didorong yang mengakibatkan selubung plastik rusak dan resin dan katalis
bercampur menjadi satu. Pencampuran resin ini terjadi dalam beberapa menit (tergantung
pada spesifikasi dari resin campuran).

Gambar 2.28. Resin katrid yang digunakan pada rockbolt
Rockbolt jenis ini dapat bekerja untuk sebagian besar jenis batuan, termasuk batuan lemah.

Gambar 2.29. Typical set-up for creating a resin anchored and grouted rockbolt.
Grouted dowels
Ketika kondisi pemasangan dukungan dapat dilakukan pada face terowongan, atau untuk
mengantisipasi stres perubahan yang terjadi pada tahap pertambangan kemudian, dowels
dapat digunakan. Perbedaan penting antara sistem rockbolt dan dowels ini adalah bahwa
rockbolts dikencangkan menerapkan kekuatan positif untuk batu, sementara
dowels tergantung pada pergerakan di batu untuk memperkuat dowels.

Gambar 2.30. Grouted dowels

Fricton dowels atau Split set stabilisers
Split set stabilisers dikembangkan oleh Scott (1976-1983) dan dibuat serta didistribusikan
oleh Ingersoll-Rand. Komponen split set terdiri dari steel tube dan face plate. Cara
memasangnya dengan menekannya masuk melalui lubang kecil.


Gambar 2.31. Split set stabilisers
Karena sistemnya yang mudah dan sederhana untuk dipasang, split set stabilisers banyak
digunakan oleh penambang di seluruh dunia.
Swellex dowels
Swellex dowels dikembangan oleh Atlas Copco. Dowels tersebut dapat berukuran
mencapai 12 meter dengan diameter tube berkisar 42 mm yang dipasang dengan
dimasukkan pada lubang sekitar 32- 39 mm.

Gambar 2.32. Atlas Copco Swellex dowels




2. 5. 2 Shortcrete
Shotcrete merupakan bahan pelapis dinding terowongan yang terbuat dari komposit agregat dan
semen dengan campuran bahan aditif yang berfungsi sebagai perkuatan terowongan. Teknik
pengaplikasiannya dengan cara ditembakkan dengan tekanan dan kecepatan tinggi mencapai
6000psi.
Sesaat begitu shotcrete disemprot, permukaan batuan tambang akan mengalami hidrasi/naiknya
suhu campuran shotrete akibat dari digunakannya campuran gamping pada semen dan campuran
kimia lain. Ketika hidrasi terjadi semua campuran yang menggumpal akan meleleh menjadi
semacan lem yang akan mengikat kuat satu sama lain terutama dengan permukaan lubang galian.
Setelah semua celah di antara shotcrete dan batuan tertutup terciptalah perkuaatan yang akan
menyangga dinding lubang bukaan dari potensi bahaya yang mungkin timbul seperti runtuh.
Meskipun mahal secara biaya, cara ini sangat efektif dan praktis untuk digunakan di tambang
bawah tanah. Keuntungan lainya adalah dampak psikologis dari para pekerja bawah tanah.
Karena shotcrete tidak punya kecenderungan untuk runtuh secara massal,terutama jika pada
proses penyemprotannya benar, yaitu disemprot secara merata dan memutar, tanpa adanya
penumpukan terutama pada bagian dinding. Namun, shotcrete memiliki kelemahan yaitu tidak
memberi tanda-tanda sebelum terjadi failure. Material hancuran dari shotcrete juga tidak bisa
digunakan kembali.
Berdasarkan teknik pengaplikasiannya, shotcrete dapan dibedakan menjadi:
Shotcrete kering (dry shotcrete)
Pada shotcrete kering, air ditambahkan di ujung nozzle yang berisi bahan campuran
shotcrete dengan udara bertekanan tinggi. Keuntungannya, banyaknya campuran air
dapat ditentukan pada saat shotcrete akan diaplikasikan.








Gambar 2.33. Pembuatan shotcrete kering

Shotcrete basah (wet shotcrete).
Pada shotcrete basah, bahan campuran shotcrete telah dicampur pada mixer truck
mounted mixer) sebelum dibawa ke area kerja. Udara bertekanan ditambahkan diujung
nozzle untuk menembakkan shotcrete ke permukaan batuan.








Gambar 2.34. Contoh mesin pengaduk shotcrete basah
Hasil akhir dari kedua jenis shotcrete ini mirip. Hanya saja penggunaan di tambang lebih banyak
menggunakan shotcrete kering karena perlengkapan alat untuk shotcrete kering lebih kecil
daripada shotcrete basah yang membutuhkan ruang besar untuk truk pengaduknya.

2. 5. 3 Wiremesh
Wiremesh biasanya menggunakan kombinasi antara bolts dan shorcrete. Perkuatan fiber
shortcrete dapat membantu mengurangi beban yang diterima wiremesh selama pemasangan.
Selain itu wiremesh juga biasanya digunakan dalam pengkombinasian shortcrete ribs dan lattice
griders untuk dalam pendistribusian gaya massa batuan.

Gambar 2.35. Wiremesh
Wiremesh digunakan jika gaya kohesi antara shortcrete dan batuan tersebut rendah dan dapat
mengakibatkan runtuhan pada shortcrete. Hal ini dapat disebabkan oleh daerah yang sangat
basah, banyak joint atau pada batuan sediment.
Kelebihan dari penggunaan wiremesh antara lain adalah meningkatkan shear strength dan
ductility dari shotcrete lining dan mengurangi reruntuhan dari shorcrete selama proses
shotcreting. Selain itu penggunaan wiremesh juga memberikan kekurangan seperti memakan
waktu lama selama pemasangan dan memungkinkan pembongkaran steel fiber.

2. 5. 4 Lattice girders
Lattice girder digunakan sejak tahun 1970an. Lattice grider digunakan untuk menggantikan
fungsi dari steel archers karena lebih ringan dan lebih flexibel dari stell archers. Lattice girders
bisa digunakan dalam temporary support atau bagian dari permanen lining.
Keuntungan dari penggunaan lattice grider adalah:
Mudah dan cepat dalam pemasangan
Solid support untuk spliting bolts
Dapat menyangga sementara shotcrete sebelum mengeras mencapai kekuatannya sebagai
penyangga primer
Mempunyai kapasitas momen yang besar
Namun, lattice grider juga memberikan kekurangan seperti membutuhkan waktu perangkaian
sebelum digunakan. Umumnya waktu yang dibutuhkan untuk merangkai lattice grider sudah
diperkirakan sebelum kontruksi terowongan.
Lattice grider dapat dibagi menajdi beberapa tipe, seperti:
Three-chord lattice grider
Mempunyai sisi segitiga yang terdiri dari 1 batang berdiameter lebih besar (25-40mm)
pada bagian atas dan dua batang dengan diameter yang lebih kecil (10-12mm). Antara
batang atas dengan 2 batang dibawahnya dihubungkan dengan batang berbentuk
sinusoidal dengan diameter 10-12mm.


Gambar 2.36. Three cord lattice grider

Four-chord lattice girder
Mempunyai empat batang berdiameter 20-40mm yang dihubungkan oleh batang
berbentuk sinusoidal dengan diameter 16mm.

Prosedur pemasangan lattice griders sangat berkaitan dengan keadaan geologi dan tujuan
pemasangannya, dimana dapat menjadi penyangga batuan sementara maupun sebagai lapisan
akhir penyangga batuan. Berikut ini merupakan sepuluh prosedur pemasangan lettice grider.
1. Scaling, merupakan langkah awal di setiap penyanggaan batuan. Langkah ini
meminimalkan risiko runtuhnya shotcrete dan membuat lingkungan kerja di terowongan
menjadi lebih aman. Melakukan scaling pada under break juga harus dilakukan sebelum
shotcrete.

Gambar 2.37. Scaling

2. Shotcrete lapisan pertama, merupakan penyangga awal yang berfungsi untuk
mengamankan tembok dan atap terowongan. Namun tidak termasuk ke dalam
perhitungan bearing capacity karena tebalnya yang beragam. Berat shotcrete terkadang
dapat mengakibatkan tegangan geser yang terlalu besar pada batuan sehingga dapat
menyebakan runtuhnya shotcrete dan batuan tersebut. Karena itu proses pelapisan oleh
shotcrete dimulai dari lantai atau batuan keras lalu perlahan melapisi unsupported area.

Gambar 2.38. Shotcrete lapisan pertama

3. Pemasangan lettice grider, biasanya merupakan strukur penyangga pertama yang
dipasang setelah proses shotcrete lapisan pertama dilakukan. Lettice grider dirakit di
lantai terowongan, lalu diangkat ke bagian atap terowongan dengan menggunakan
excavator atau drill rig. Pemantauan oleh surveyor atau lacer guidance system dilakukan
untuk memastikan grider terpasang pada posisi yang tepat.

Gambar 2.39. Pemasangan lettice grider

4. Pengencangan (pemantapan) lettice grider pada dinding dan atap terowongan. Semua
grider harus dikencangkan serapat mungkin terhadap lantai terowongan. Hal ini berfungsi
untuk mencegah ujung-ujung grider meluncur lepas dari dinding terowongan jika timbul
gaya dari massa batuan terhadap grider. Pemasangan tambahan baut batuan (rock bolt)
dapat dilakukan jika terdapat batuan kompak yang keras pada profil terowongan.

5. Wire mesh, biasanya dipasang di belakang lettice grider yang berfungsi untuk
memberikan tegangan tarik kepada shotcrete yang terletak diantara grider dan juga
membantu mentransfer beban ke bearing unit utama. Sementara itu rebar harus dipasang
untuk menyatukan setiap sambungan pada grider agar kapasitas regangan dan momen
grider menyatu pula.

6. Dilakukan pelapisan wiremesh dan lettice grider dengan shotcrete. Pada prosedur ini
grider hanya tertanam setengah oleh shotcrete untuk mencegah grider mengalami
kelebihan beban karena shotcrete yang tidak menempel pada batuan.

Gambar 2.40. Pelapisan dengan shotcrete

7. Pada tahap ini grider digunakan sebagai cantilever untuk spiling bolts yang digunakan
untuk menyangga batuan pada tahap peledakan selanjutnya. Lubang pada spiling bolts
dibor melalui sela-sela lettice grider dan baut yang terpasang. Dengan memasang spilling
bolts yang kencang, batuan di atasnya harus disangga dan peluang overbreak telah
dikurangi.

Gambar 2.41. Pemasangan spilling bolts

8. Pada tahap ini proses kemajuan terowongan sudah dapat dilakuakan.
9. Setelah mengulangi prosedur 1-5 di atas, lettice grider yang telah terpasang sebelumnya
harus dihubungkan dengan lettice grider yang baru dengan menggunakan side bar
penyambung dan dilapisi dengan shotcrete. Lapisan penyanggaan yang berkelanjutan
dibuat dengan menyambungkan semua grider dengan menggunakan side bar
penyambung.
10. Satu tahap pemasangan lettice grider telah selesai. Tahap 6-10 dapat diulang untuk
pemasangan lattice grider yang berikutnya.

Gambar 2.42. Lattice grider tertanam penuh oleh shotcrete





2. 6 Peledakan Bawah Tanah
Peledakan bawah tanah secara garis besar dilakukan untuk dua tujuan yaitu untuk:
Meledakkan batuan dengan tujuan membuat gudang, jalan, saluran, terowongan pipa, dan
lubang bukaan.
Meledakkan batuan dengan tujuan mengambil material dengan ukuran kecil (operasi
penambangan).

Dalam membuat terowongan dengan peledakan bawah tanah, perlu dilakukan siklus kerja seperti
berikut ini :
Pemboran
Kegiatan membor batuan untuk membuat lubang tembak yang akan diisi bahan peledak
sesuai arah kemajuan yang diinginkan dengan menggunakan alat jumbo drill.
Pemuatan bahan peledak
Setelah dibuat lubang tembak sesuai dengan rencana, maka langkah selanjutnya adalah
mengisi lubang tembak dengan bahan peledak dengan jumlah yang didapatkan melalui
perhitungan.
Peledakan
Setelah bahan peledak terangkai mulai dari ANFO, primer, non electric detonator,
detonating cord, electric detonator, sampai ke blasting machine, maka peledakan sudah
siap untuk dilaksanakan dengan syarat tidak pekerja dan alat di front kerja serta
memastikan rangkaian sudah benar.
Pembersihan asap
Hasil samping dari peledakan berupa asap-asap beracun yang dapat membahayakan
pekerja. Karenanya diperlukan pembersihan asap dengan menghidupkan suction fan
sehingga asap beracun dapat terhisap dan dikeluarkan.
Scaling
Sangat sering di lapangan jika hasil peledakan kurang sesuai dengan apa yang diinginkan,
salah satunya adalah kehadiran fragmentasi batuan yang masih menggantung di atap dan
dinding terowongan. Diperlukanlah kegiatan pembersihan fragmentasi yang seperti itu
dengan suatu cara yang biasa disebut scaling. Scaling bisa dilakukan dengan
menggunakan alat jumbo drill sehingga batuan yang menggantung bisa dijatuhkan dan
membuat front kerja menjadi lebih aman,
Pemuatan dan pengangkutan
Setelah front kerja aman, maka selanjutnya adalah mengangkut fragmentasi batuan agar
front kerja bersih. Pemuatan dan pengangkutan biasa dilakukan dengan alat LHD (Load,
Haul, Dump).
Penyanggaan
Untuk mempersiapkan front kerja agar dapat dikerjakan lagi, maka langkah terakhir
adalah melakukan penyanggaan agar lebih memastikan front kerja lebih aman.
Penyanggaan yang diaplikasikan bisa berupa penyanggaan besi baja (steel ribs),
penyanggaan kayu, maupun mesh.





2. 6. 1 Dasar-dasar Peledakan Bawah Tanah

Karena keterbasan ruang pada tambang bawah tanah, maka arah peledakan dan arah lemparan
batuan harus benar-benar dikontrol, yaitu tepat di depan bidang ledak (face tambang atau
opening). Salah satu caranya adalah penggunaan detonator dengan waktu tunda yg panjang
(Long Period Detonator). Penggunaan Long Period Detonator digunakan agar batuan diberi
kesempatan untuk terlempar akibat meledaknya lubang pertama, sehingga tercipta bidang bebas
kedua, dan kemudian baru lubang kedua meledak, menciptakan bidang bebas ketiga, dan lubang
tiga meledak, dan seterusnya.

Sehingga, inti dari penggunaan Long Period Detonator adalah untuk memberikan kesempatan
kepada batuan untuk terlempar terlebih dahulu sehingga terbentuk bidang bebas baru. Bidang
bebas ini sangat penting sebagai bidang arah pelemparan batuan. Apabila bidang bebas tidak ada,
maka getaran peledakan akan disalurkan ke struktur solid di sekitar terowongan dan bisa
berbahaya. Kalau di tambang terbuka, bidang bebas merupakan lereng tambang yang akan
diledakan dan langit sehingga kontrol peledakannya tidak terlalu rumit seperti peledakan bawah
tanah.

Karena pengisian bahan peledak untuk peledakan bawah tanah horizontal, maka bidang bebasnya
juga harus horizontal menembus terowongan (searah drilling). Oleh karena itu pada peledakan
bawah tanah, bidang bebas pertama dibuat terlebih dahulu dengan cara membuat lubang kosong
(dengan cara dibor) dengan kedalaman yang sama dengan kedalaman pemboran, tapi
diameternya merupakan fungsi dari kedalaman pemboran tersebut.

2. 6. 2 Lubang Tembak

Efisiensi peledakan dalam terowongan sangat tergantung pada suksesnya peledakan cut. Cut
sendiri dapat dibuat dalam beberapa jenis pada lubang tembak, dan penanamannya disesuaikan
dengan jenis cut yang dibentuk.

Posisi cut dapat disembarang tempat tapi hal tersebut akan mempengaruhi beberapa fakto seperti
lemparan, powder factor, dan jumlah lubang tembak per round peledakan. Posisi cut dekat
dinding dapat mengurangi jumlah lubang tembak dalam round. Agar arah peledakan ke depan
dan tumpukan di tengah, cut biasanya diletakkan di tengah-tengah penampang dan agak ke
bawah sehingga powder facor akan lebih sedikit karena semua stopping ke arah bawah.

Hal hal yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan tipe cut, antara lain adalah:
Kondisi batuan yang akan ditembus
Bentuk dan ukuran terowongan
Kemajuan yang di targetkan, yaitu besarnya kemajuan setiap sisi peledakan yang
ditentukan oleh kedalaman cut

Kemudian berikut ini adalah faktor yang biasa digunakan untuk merencanakan cut:
Diamater lubang kosong
Burden
Charge Concentration
Ketepatan pemboran utamanya untuk lubang tembak terdekat dari lubang kosong.
Jenis-jenis cut yang dapat digunakan dalam peledakan bawah tanah antara lain adalah:

1. Drag Cut
Tipe ini biasa digunakan pada batuan dengan struktur perlapisan, misalnya batuan serpih.
Lubang cut dibuat menyudut terhadap bidang perlapisan pada bidang tegak lurus,
sehingga batuan akan terbongkar menurut bidang perlapisan. Tipe cut seperti ini cocok
untuk terowongan berukuran kecil (lebar 1,5 2 m) dimana kemajuan yang besar tidak
terlalu penting.

2. Fan Cut
Pola ini cocok digunakan pada struktur batuan berlapis lapis dan sudah jarang
digunakan. Pada tipe fan cut lubang tembak dibuat menyudut dan berada pada bidang
mendatar. Setelah cut diledakan maka batuan yang ada diantara dua garis lubang cut
akan terbongkar. Selanjutnya lubang-lubang easer dan trimmer akan memperbesar
bukaan cut sampai pada bentuk geometri pada terowongan.

3. V Cut
V cut sering dipakai dalam peledakan pada terowongan. Lubang tembak pada pola ini
diatur sedemikian rupa sehingga tiap dua lubang membentuk V. Sebuah cut dapat terdiri
dari dua atau tiga pasang V, masing-masing pada posisi horizontal. Lubang lubang
tembak pada cut biasanya dibuat membentuk sudut 60
0
terhadap permukaan terowongan.
Dengan demikian, panjang kemajuan tergantung pada lebar dari terowongan, karena
panjang batang bor terbatas pada lebar tersebut. Satu atau dua lubang tembak yang lebih
pendek (burster) dapat dibuat di tengah cut untuk memperbaiki hasil fragmentasi.

Gambar 2.43. V Cut

4. Pyramid Cut
Terdiri dari 4 buah lubang tembak yang saling bertemu pada 1 titik di tengah
terowongan. Untuk batuan yang keras, banyaknya lubang Cut dapat ditambah menjadi 6
buah.


5. Burn Cut
Berbeda dengan pola pola cut sebelumnya, dimana lubang cut membentuk sudut satu
sama lain dan tegak lurus dengan permukaan terowongan. Pada pola burn cut, ada
beberapa lubang cut yang tidak di isi dengan bahan peledak yang berfungsi sebagai
bidang bebas terhadap lubang cut yang terisi. Lubang kosong dapat dibuat lebih dari satu
dengan ukuran yang lebih besar dari pada lubang cut yang terisi.

Gambar 2.44 Burn Cut

6. Large Hole Cut
Metode ini mirip dengan burn cut, terdiri dari satu atau lebih lubang kosong yang
berdiameter besar, dikelilingi oleh lubang-lubang bor berdiameter kecil yang berisi bahan
peledak. Burden antara lubang lubang yang terisi dengan lubang kosong relatif kecil.
Selanjutnya lubang lubang ledak diatur dalam segi empat yang mengelilingi bukaan.
Jumlah segi empat dalam cut dibatasi oleh ketentuan batuan burden dalam segi empat
terakhir tidak melebihi burden dari lubang stoping.

Gambar 2.45 Large Hole Cut

2. 6. 3 Lubang Kosong

Lubang kosong adalah lubang yang ukurannya relatif lebih besar dibandingkan lubang tembak
lainnya. Biasanya lubang kosong dibuat sebagai bidang bebas yang pertama. Keberhasilan suatu
round tergantung diameter lubang besar atau kosong. Diameter lubang kosong dapat dibor makin
dalam sehingga kemajuan bisa makin besar, sedangkan jika diameter lubang kosong kecil amak
kemajuannya semakin kecil.

2. 6. 4 Geometri Peledakan Bawah Tanah

Berikut ini merupakan geometri peledakan bawah tanah,
Cut
Terdiri dari empat lubang tembak untuk satu cut. Banyaknya penggunaan cut disesuaikan
dengan dalamnya kemajuan yang diinginkan.
Stoping
Stoping terdiri dari tiga bagian downward stoping, horizontal stoping, upward stoping.
Downward stoping adalah stoping yang berada di bawah roof dan di atas cut arah
peledakannya adalah ke bawah. Horizontal stoping adalah stoping yang berada di sebelah
kiri dan kanan cut, arah peledakannya ke samping. Sedangkan upward stoping adalah
stoping yang berada di bawah cut, sering juga merupakan bagian dari lifter.
Contour
Contour adalah bagian terluar dalam peledakan bawah tanah. Terdiri dari roof dan wall.
Lifter
Lifter merupakan bagian terbawah dalam peledakan bawah tanah.

Keempat bagian atau zona tersebut dapat digambarkan seperti gambar di bawah ini.

Gambar 2.46 Geometri Peledakan Bawah Tanah

Tahap-tahap perhitungan dalam kasus peledakan bawah tanah adalah sebagai berikut:
1. Menentukan muatan bahan peledak sebagai fungsi dari jarak pusat ke pusat lubang untuk
berbagai diameter lubang

Gambar 2.47. Grafik bahan peledak
Pilihlah dari garis diagonal dimana a = 1.5 (jarak yang tepat sehingga tidak akan terjadi
kerusakan breakage ataupun tidak terlalu jauh sehingga hasil bisa lebih optimal).
Selanjutnya tentukan diameter lubang kosong yang digunakan. Setelah tahu keduanya,
cari titik potongnya kemudian tarik garis ke kiri untuk mengetahui muatan bahan
peledak, dan tarik garis ke bawah untuk menentukan jarak maksimum antar lubang.

2. Menentukan fungsi burden maksimum untuk berbagai lebar bukaan

Gambar 2.48. Grafik Burden

Dari garis diagonal pilih B = W yang artinya burden sama dengan lebar bukaan,
selanjutnya plot muatan bahan peledak dari perhitungan sebelumnya, cari titik potongnya
kemudian tarik garis ke bawah sehingga didapatkanlah burden maksimum untuk berbagai
lebar bukaan dalam berbagai zona.

3. Perhitungan stemming.
Stemming adalah banyaknya material selain bahan peledak yang digunakan untuk
menutup lubang tembak sehingga hasil peledakannya dapat lebih optimal. Stemming
merupakan fungsi dari maksimum burden. Persamaan untuk menghitungnya adalah h =
0.5 B.

4. Perancanaan cut

Gambar 2.49. Perencanaan Cut
Bujursangkar 1 (Gambar kiri atas)

Bujursangkar 2 (Gambar kanan atas)

Bujursangkar 3 (Gambar kiri bawah)

Bujursangkar 4 (Gambar kanan bawah)


Keterangan
a : Burden pada bujursangkar pertama
B : Burden pada bujursangkar kedua, dan seterusnya
c-c : Jarak antara lubang kosong dengan lubang tembak pada bujursangkar
kedua, dst
W : Jarak antar lubang tembak pada setiap bujursangkar.

5. Perencanaan stoping dan contour.
Berdasarkan dari burden maksimum yang didapatkan sebelumnya.

Gambar 2.50. Perencanaan Stoping dan Contour

Dapat dicari spasi dan burden untuk setiap bagian stoping dan kontur. Kemudian dengan
mengetahui dimensi setiap stoping dan kontur, spasi, dan burden, maka dapat
direncanakan penggunaan jumlah lubang tembak.

6. Menentukan pola penyalaan dari rancangan yang telah dibuat.

Gambar 2.51 Pola Penyala

Anda mungkin juga menyukai

  • Pendahuluan Tunneling - Waterways
    Pendahuluan Tunneling - Waterways
    Dokumen6 halaman
    Pendahuluan Tunneling - Waterways
    Maulana Nata Nugraha
    Belum ada peringkat
  • Q System
    Q System
    Dokumen6 halaman
    Q System
    Maulana Nata Nugraha
    Belum ada peringkat
  • Timah
    Timah
    Dokumen1 halaman
    Timah
    Maulana Nata Nugraha
    Belum ada peringkat
  • Timah
    Timah
    Dokumen1 halaman
    Timah
    Maulana Nata Nugraha
    Belum ada peringkat
  • Batubara (Cont)
    Batubara (Cont)
    Dokumen15 halaman
    Batubara (Cont)
    Maulana Nata Nugraha
    Belum ada peringkat
  • BATUBARA
    BATUBARA
    Dokumen7 halaman
    BATUBARA
    Maulana Nata Nugraha
    Belum ada peringkat