Anda di halaman 1dari 4

Pada tahun 1818 Essay on the shaking palsy, James Parkonson pertama kali menjelaskan

tentang beberapa kumpulan gejala penyakit yang dinamai dengan namanya. Dia
mengidentifikasi 6 kasus, tiga kasus yang dia periksa sendiri, sementara tiga kasus lainnya
diamati di jalanan London. Penyakit ini juga disebut sebagai paralysis agitans, Pada akhir
abad 19, Charcot menyebut Parkinson sebagai penyakit Maladie de Parkinson atau
Penyakit Parkinson (PD). Charcot juga mengenali bentuk non-tremulos dari PD dan
menyatakan bahwa penyakit dengan perlambatan gerakan harus dipisahkan dengan penyakit
dengan kelemahan kekuatan otot, istilah ini biasanya digunakan untuk Parkonson. Setelah
100 tahun lebih berlalu (1919) setelah deskripsi awal terhadap Parkinson ebelum dikenal
oasien dengan nama PD, dimana terjadi penyakit disertai hilangnya sel pada substansia nigra,
dan setelah 140 tahun berlalu (1957) sebelum dopamin ditemukan sebagai neurotransmitter
putative oleh Carisson dan teman-temannya di Lund, Swedia. Penemuan oleh Ehringer dan
Hornykiewicz di tahun 1960, kosentrasi dopamin semakin
Gambaran Klinis
Terdapat empat gambaran cardinal dari PD dapat dikelompokkan dengan akronim TRAP,
Tremor at Rest (Tremor saat istirahat), Rigiditas (Kaku), Akinesia (atau bradykinesia), dan
ketidakstabilan postural. Selain itu, postur fleksi dan freezing (blok motoris) dimasukkan
sebagai gejala diantara gambaran klasik parkinsonism, dimana PD merupakan bentuk yang
paling utama. Karena adanya profil dan gaya hidup yag berbeda pada pasien yang terkena
PD, gangguan motoris dan non-motoris harus dipantau pada konteks kebutuhan dan tujuan
pengobatan pasien.
Sejumlah skala penilaian digunakan untuk pemantauan gangguan dan disabilitas pada pasien
dengan PD, namun kebanyakan skala ini masih belum dipantau terkait validitas dan
reliabilitas. Skala Hoehn dan Yahr biasanya digunakan untuk membandingkan kelompok
pasien dan menyediakan penilaian kasar untuk progsifitas penyait, dimulai dari stadium 0
(tidak ada tanda dari gejala) hingga stadum 5 (harus menggunakan kursi roda dan
membutuhkan pertolongan untuk menuju te pat tidur). Unified Parkinsons Disease Rating
Scale (UPDRS) merupakan skala yang sering digunakan untuk penialaian disabilitas dan
gangguan. Penelian yang dibuat dengan menggunakan UPDRS untuk mendeteksi
progresifitas dari PD menunjukkan bahwa jalur perjalanan PD bukan bersifat linerar dan
tingkat deteriotasi beragam dan lebih cepat pada awal fase penyakit, dan pada pasien dengan
Postural Instability Gait Difficulty (PIGD)


Bradikinesia
Bradikinesia merupakan perlambatan gerakan dan merupakan gambaran karatekristik klinis pada PD, walaupun gejala ini
juga dapat terlihat pada penyakit lain, termasuk depresi. Bradikinesia merupakan kelainan pada basal ganglia, dan
menyebabkan seseorang sulit untuk merenakan, memulai, dan melakukan gerakan dan sulit melakukan pekerjaan secara
terus menerus atau berulang. Maniestasi awal dari gejala berupa perlambatan pada saat melakukan aktifitas kehidupan
sehari-hari serta gerakan dan reaksi yang lambat. Gejala lainnya seperti kesulitan untuk mempertahankan gerakan motoris
yang baik (cth saat memasang kancing, atau memakai pakaian). Manifestasi lain dari bradikinesia termasuk hilangnya
gerakan dan postur yang spontan, drooling (ngile/meneteskan air liur) karena gangguan saat menelan, disarthria monotonik
dan hipotonik, hilangnya ekspresi wajah (hipomimia), dan penurunan frekuensi berkedip, serta penurunan ayunan tangan
saat berjalan. Bradikinesia merupakan gejala PD yang paling mudh dikenali, dimana gejala ini dapat muncul sebelum
dilakukan pemeriksaan neurologis yang lengkap. Penilaian dari bradikinesia termasuk penilaian saat pasien melakukan
gerakan tangan yang cepat dan berulag (tepuk tangan, genggaman tangan, supinasi-pronasi tangan), dan gerakan tumit,
dimana pengamatan yang dilakukan tidak hanya untuk perlambatan gerakan namun penurunan amplitido gerakan.
Serupa dengan gejala parkinson lainnya, bradikinesia bergantung kepada status emosional dari pasien. Sebagai contoh,
pasien yang tidak bisa bergerak yang teralih perhatiannya bisa melakukan gerakan cepat seperti menangkap bola (atau tiba-
tiba berlari ketika ada orang yang berteriak kebakaran). Fenomena ini (kinesia paradoxica) menunjukkan bahwa pasien
dengan PD mempunyai masih mempunyai program motoris namun terdapat kesulitan dalam mengakses gerakan ini tanpa
adanya pemicu eksternal, seperti suara yang keras, musik, atau gambaran visual yang membutuhkan mereka untuk bergerak
menghindari sesuatu.

Walaupun patofisiologi dari bradikinesia masih belum jelas, gambaran cardinal gejala ini terhadap PD tampaknya
berhubungan dengan tingkat defisiensi dopamin. Teori ini didukung dengan pemantauan dari penurunan densitas neuronal
dari substansia nigra pada pasien lansia dengan parkinsonim berdasarkan diagnosis parkinson. Selain itu, emisi tomography
positor pada pasien dengan PD emenunjukkan penurunan dari masukan F-fluorodopa di striatum dan kompleks accumens-
caudate sering terjadi pada beberapa tingkatan bradikinesia.
Dapat diperkirakan bahwa bradikinesia merupakan hasil dari gangguan aktifitas korteks motoris normal yang diperantarai
oleh penurunan fungsi dopaminergik. Dalam penelitian untuk catatan penilaian dari neuron kortikal tunggal pada tikus
dengan haloperidol induced bradykinesia (bradikinesia yang diinduksi dengan penggunaan haloperidol), penurunan dari
jumlah haloperidol yang diberikan berhubungan dengan bradikinesia. Penelitian neuroimaging fungsional juga menyatakan
bahwa gangguan terkait sistem kortikal dan subkortikal yang beregulasi terhadap parakemeter kinemaatik dari gerakan
(seperti velositas [kecepatan]). Sebaliknya, perekrutan di berbagai area premotor, seperti area yang bertanggung jawab untk
kontrol visuomotoris, malah menunjukkan peningkatan. Secara anaomis, penurunan ini tampaknya berlokasi terutama di
bagian putamen dan globus pallidus, yang menyebabkan penurunan kekuatan otot pada awal gerakan dimulai. Analisis
dengan pencatatan elektromyographic tidak bisa untuk menunjukkan apakah otot mampu mengeluarkan kekautan yang
cukup dan mempertahankannya dalam gerakan yang luas dan cepat. Karena pasien PD mengalami penurunan aktiitas
electromyography, pasien membutuhkan waktu untuk melakukan gerakan yang lebih luas/lebar.












Tremor
Tremor pada saat istirahat merupakan gejala yang paling umum dan mudah untuk dikenali pada PD. Tremor bersifat
unilateral, terjadi dengan frekuensi antara 4-6 Hz, dan hampir selalu mengenai bagian distal ekstremitas. Tremor pada lengan
(hand tremor) dijelaskan sebagai tremor supinasi-pronasi (pill rolling) yang meyebar dari satu tangan ke tangan lainya.
Tremor saat istirahat (rest tremor) pada pasien PD juga dapat mengenai bagian bibir, dagu, rahang, dan kaki, namun tidak
seperti tremor essensial lainnya, tremor ini jarang mengenai bagian leher/kepala atau suara. Pasien yang mengalami tremor
pada kepala biasanya mengalami tremor essensial, distonia cervical, atau keduanya, daripada mengalami PD. Rest tremor
biasanya hilang pada saat tidur dan melakukan kegiatan. Beberapa pasien juga melaporkan adanya internal shaking (rasa
gemetar internal) yang tidak dikaitkan dengan tremor yang umumnya terlihat. Tremor PD biasnaya berbeda dari tremor
essensial lainnya berdasarkan beberapa gambaran ini (Tabel 2).
Selama beberapa tahun dan dekade terakhir, beberapa pasien dengan PD mempunyai riwayat tremor postural, yang
fenomenanya serupa dengan tremor essensial, sebelum onset tremor parkinsional atau gambaran PD lainnya. Peneliti dan
yang lainnya juga menyediakan bukti yang menunjukkan bahwa tremor essensial merupakan faktor resiko dari PD

Selain rest tremor, banyak pasien dengan PD juga mengalami tremor postural yang lebih sering dan mengganggu
dibandingkan rest tremor dan juga dapat menjadi manifestasi awal dari penyakit parkinson. Parkinson related postural tremor
(re-emergent tremor) dapat dibedakan dari tremor essensial dengan adanya tremor yang biasanya tertunda setelah pasien
melakukan peregangan pada posisi horizontal. Karena re-emergent tremor dapat terjadi dengan frekuensi yang sama dengan
rest treor klasik dan menunjukkan respon terhadap terapi dopamin, gejala ini jarang disamakan dengan rest tremor tipikal.
Terdapat beberapa petunjuk untuk mendiagnosis essensial tremor yang menyertai PD, termasuk riwayat pernah mengalami
tremor yang lama, riwayat kelaurga dengan tremor, tremor kepala dan suara, dan tidak ada kekuatan ketika lengan
diregangkan dalam posisi horizontal di depan tubuh, walaupun beberapa pasien juga mempunyai re-emergent tremor yang
berhubungan PD, lengan mengalami termor saat menulis dan melakukan gerakan memutar serta perbaikan dari tremor dapat
dicapai dengan menggunakan alkohol atau beta-blocker.
\
Tingkat kejadian rest tremor bervariasi diantara pasien dan pada saat perjalanan penyakit. Pada salah satu penelitian, Hughes
dkk melaporkan bahwa 69% pasien dengan PD mengalami rest tremor pada onset penyakit, dan 75% mengalami tremor saat
perjalanan penyakit ini. Tremor hilang pada penyakit yang lama terjadi di 9% pasien. Peneliti lainnya melaporkan dimana
terdapat sejumlah kecil pasien (11%) yang tidak mengalami tremor, walaupun penelitian prospektif pada pasien dengan
menggunakan autopsi untuk membuktikan penyakit ini menyatakan bahwa 100% dari pasien mengalai tremor pada beberapa
bagian. Penelitian patologi klinis juga menunjukkan bahwa pasien PD akan mengalami tremor akibat degenerasi dari
sekelompok neuron bagian otak tengah (A8), dimana area ini juga terkena pada pasien tanpa gejala tremor.
Rigiditas
Rigiditas ditandai dengan peningkatan resistensi, dan biasanya disertai dengan fenomena cogwheel [roda bergerigi], dan
biasanya dihubungkan dengan tremor yang mendasari, dan terjadi melalui beberapa gerakan pasif dari bagian tubuh (fleksi,
ekstensi, atau rotasi dari sendi). Hal ini dapat terjadi pada bagian prosimal tubuh (leher, bahu, dan pinggang), dan distal
(pergelangan tangan dan kaki). Manuver tertentu (cth gerakan volunter dari bagian tubuh yang kontralateral), yang disebut
manuver Froment, biasanya dapat meningkatkan rigiditas dan berguna untuk mendeteksi kasus rigiditas ringan.











Rigiditas dapat dihubungkan dengan nyeri, rasa nyeri pada bahu merupakan manifestasi awal yang paling sering terjadi pada
PD, walaupun biasanya juga salah didiagnosis sebagai arthritis, bursitis, dan cedeera otot orrotator. Penelitian prospektif dari
6038 orang (dengan usia berkisar 685 tahun) tanpa adanya bukti mengalami demensia atau parkinson pada awalnya
menunjukkan adanya kekakuan, tremor, dan gangguan keseimbangan dapat dikaitkan dengan peningkatan resiko dari PD
(hazard ratios 2.11, 2.09 dan 3.47). Diantara penelitian cohort, 56 kasus baru PD diidentifikasi melakukan pemantauan
setidaknya 5.8 tahun,

Deformitas Poutral
Rigiditas pada leher dan pinggang (rigiditas aksial) dapat terjadi, dan menyebabkan postur aksial abnormal (seperti
enterocollin, scoliosis). Deformitas postural yang disebabkan oleh gerakan fleksi leher dan pinggang, serta bahu dan lutut
sering dihubungkan dengan rigiditas PD. Namun, postur fleksi biasanya terjadi pada akhir perjalanan penyakit. Striatal limb
defmorities (seperti striatal hand, striatal toe) juga dapat terjadi pada beberapa pasien. Striatal hand (lengan) biasanya
ditandai dengan deviasi ulnar pada tangan, fleksi dari sendi metacarpophalangeal dan ekstensi dari bagian proksimal dan
fleksi pada bagian distal persendian interphalagenal (gambar 1A): striatal foot (kaki) ditandai dengan ekstensi atau fleksi dari
jari kaki (Gambar 1B). Pada salah satu penelitian, striatal toe (ekstensi dari jempol) dilaporkan terjadi pada 21% pasien yang
didiagnosa klins dengan PD. Pasien dengan deformitas striatal biasanya lebih muda dan lebih awal mengalami onset dari
gejala parkinsonian.

Gangguan skeletal lainnya termasuk fleksi leher yag ekstrim (dropeed head atau bent spine), fleksi bagian pinggang
(camptocormia) dan scoliosis. Camptocormia ditandai dengan fleksi ekstri dari bagian throracolumbar. Kondisi ini
diperberat dengan berjalan dan membaik pada saat duduk, berbaring dengan posisi supine atau dengan meregangkan bagian
pinggang ketika pasien bersandar ke dinding serta berjalan pada posisi yang lebih tinggi atau di meja (Gambar 2A-C). Selain
pada PD, penyebab dari camptocormia termasuk distonia dan extensor truncal myopathy. Deformitas pinggang lainnya
adalah Pisa Syndrome, yang ditandai dengan posisi pinggang yang miring, terutama pada saat duduk atau berdiri.
Postural instability
Postural instability due to loss of postural reflexes is generally a
manifestation of the late stages of PD and usually occurs after
the onset of other clinical features. The pull test, in which the
patient is quickly pulled backward or forward by the shoulders,
is used to assess the degree of retropulsion or propulsion,
respectively. Taking more than two steps backwards or the
absence of any postural response indicates an abnormal postural
response. Postural instability (along with freezing of gait) is the
most common cause of falls and contributes significantly to the
risk of hip fractures.52 The long latency to the onset of falls
differentiates PD from other neurodegenerative disorders, such
as progressive supranuclear palsy (PSP) and multiple systems
atrophy (MSA).53 In one study, the average time from onset of
symptoms to the first fall was 108 months in patients with PD
compared with 16.8

Anda mungkin juga menyukai