Bagian-bagian lintasan visual Mata merupakan alat optik yang mempunyai sistem lensa(kornea, humor aquos, lensa dan badan kaca), diafragma, dan film untuk membentuk bayangan(retina). Selanjutnya dari retina rangsangan akan diteruskan ke otak untuk disadari melewati lintasan visual. Lintasan visual dimulai dari sel-sel ganglioner diretina dan diakhiri pada polus posterior korteks oksipitalis. Dengan demikian lintasan visual terdiri dari sel-sel ganglioner di retina, nervus opticus, chiasma opticus, traktus opticus, corpus genikulatum lateral dan radiasio optika dan koreteks oksipitalis. Sel-sel ganglioner di retina Pada retina dibedakan retina bagian nasal dan bagian temporal dengan batas vertikal yang ditarik melalui makula lutea. Demikian pula terdapat pembagian retina bagian atas dan bagian bawah dengan garis yang ditarik juga melewati makula lutea. Akson sel-sel ganglioner akan berkumpul pada diskus opticus(papila nervi optisi) dengan penataan berikut ini. Berkas papilomakular akan berada dibagian temporal diskus opticus. Berkas arkuata superior akan berada dipolus superior diskus. Berkas arkuata inferior akan berada dipolus inferior diskus. Serabut radier yang erasal dari nasal papil akan berada dibagian nasal. Pada perjalanan akson selanjutnya menuju korpus genikulatum lateral serabut-serabut(akson) tadi akan mengalami sedikit pemutaran (terpilin) sehingga terjadi perubahan penataan pada lintasan berikutnya. Nervus opticus Didalam nervus opticus serabut saraf dari retina juga mengalami penataan tertentu yaitu yang berasal dari makula akan berada disentral, yang berasal dari retina bagian nasal berada di medial, yang berasal dari retina bagian atas(baik dari nasal ataupun temporal) berada diatas, dan yang berasal dari bagian bawah retina berada di bawah. Kiasma opticum Kiasma (artinya berbentuk huruf X) optikum merupakan tempat bersatunya nervus optikus intrakranial kanan dan kiri. Dengan demikian jumlah serabut saraf pada kiasma optikus adalah sebesar 2,5 juta akson. Kiasma opticus kira-kira berada diatas sela tursica, tetapi kadang-kadang agak ke belakang atau agak ke depan. Pada kiasma optikum, serabut saraf yang berasal dari retina bagian temporal tidak menyilang. Sedangkan yang berasal dari retina bagian nasal mengadakan persilangan. Dengan demikian kiasma optikum merupakan suatu hemidekusasio(menyilang separuh) 1 Traktus optikus Traktus optikus merupakan bagian dari N II setelah meninggalkan kiasma optikum. Ada dua traktus optikus yaitu kanan dan kiri. Traktus optikus kanan terbentuk dari serabut saraf dari retina mata kanan bagian temporal dan retina mata kiri bagian nasal, demikian pulansebaliknya untuk traktur optikus kiri. Dengan demikian traktus optikus kanan untuk menghantarkan rangsang dari lapang pandang kiri dan traktus optikus kiri untuk lapang pandang kanan. Korpus genikulatum lateral Korpus genikulatum lateral merupakan tempat berakhirnya nervus optikus(tepatnya traktus optikus) yang menghantarkan rangsang cahaya untuk berganti neuron disini. Nervus optikus yang membawa serabut aferen pupil tidak berakhir disini, tetapi berakhir pada nukleus edinger westphal sebelummencapai korpus genikulatum lateral(pada lintasan pupil). Pada korpus genikulatum lateral terdapat penataan retinotopik yang pasti artinya daerah retina tertentu adalah bersesuaian dengan tempat tertentu pada korpus genikulatum lateral. Pada korpus genikulatum lateral terdapat rotasi 90, sehingga serabut dari retina bagian atas terdapat dimedial dan yang berasal dari retina bagian bawah akan terletak dilateral. Radiasio optika dan korteks oksipitalis Radiasio optika disebut pula radiasiongenikulokalkarina atau traktus genikulokalkarina. Badan sel serabut ini berada pada korpus genikulatum lateral dan aksonnya berakhir didaerah korteks oksipitalis. Pada saat serabut keluar dari korpus genikulatum lateral, terjadi rotasi balik, sehingga serabut yang bersesuaian dengan retina bagian atas akan trdapat dibagian atas radiasio optika dan korteks kalkarina, dan yang bersesuaian dengan retina bagian bawah akan terdapat dibagian bawah radiasio optika dan korteks kalkarina. Radiasio optika berjalan kebelakang, berkas bagian atas akan melewati lobus parietalis dan berkas bagian bawah akan melewati lobus temporalis dan melingkupi kornu inferior dan posterior ventrikulus lateralis untuk selanjutnya berakhir pada korteks visual. Vaskularisasi lintasan visual Karena gangguan vaskular sering menjadi penyebab adanya gangguan lintasan visual, maka vaskularisasi lintasan visual penting untuk diketahui. Sebagian besar lintasan visual mempunyai lebih dari satu sumber vaskularisasi dan secara ringkas adalah sebagai berikut. Sel-sel ganglion pada retina divaskularisasi oleh arteria sentralis retina. Diskus optikus mendapat vaskularisasi dari cabang arteria sentralis retina dan arteri siliaris posterior. Nervus optikus daerah orbita mendapat vaskularisasi dari arteria oftalmika dengan anastomosis vena meninges. Nervus optikus intrakanalikulernmendapat vaskularisasi dari cabang-cabang pia dari arteri karotis interna. Nervus optikus intrakranial divaskularisasi oleh vasa-vasa kecil dari arteri karotis interna, arteria serebri media dan arteria komunikans anterior. Kiasma optikum terutama divaskularisasi oleh vasa-vasa dari arteria karotis interna dan arteria komunikans anterior. Traktus opticus divaskularisasi dari aa choroidales anterior. Radiasio optika dan korteks oksipitalis divaskularisasi oleh arteria serebri media dan posterior. 1
II. DEFINISI yaitu suatu sindrom yang ditandai oleh kerusakan bundel papillomacular,scotoma pusat maupun cecocentral, dan pengurangan penglihatan warna. Baik toksisitas dan gizi buruk, bertindak secara mandiri atau bersama-sama, telah terlibat dalam patogenesis gangguan ini. 2
III. ETIOLOGI Ada beberapa penyebab neuropati optik toksik. Di antaranya adalah: konsumsi metanol (alkohol kayu), glikol etilen (antibeku otomotif), disulfiram (digunakan untuk mengobati alkoholisme kronis), hydroquinolones terhalogenasi (obat amebicidal),etambutol dan isoniazid (pengobatan TB), dan antibiotik seperti linezolid dan kloramfenikol . Tembakau juga merupakan penyebab utama dari neuropati optik toksik. 2
Agents that Can Cause Toxic Optic Neuropathy 3
Methanol Ethylene glycol (antifreeze) Chloramphenicol Isoniazid Ethambutol Digitalis Chloroquine Streptomycin Amiodarone Quinine Sulfonamides Melatonin with Zoloft (sertraline, Pfizer) in a high-protein diet Carbon monoxide Lead Mercury Thallium (alopecia, skin rash, severe vision loss) Malnutrition with Vincristine and methotrexate (chemotherapy medici nes) vitamin B-1 deficiency Pernicious anemia (vitamin B-12 malabsorption phenomenon) Radiation (unshielded exposure to >3,000 rads).
Metanol Methanol (methyl alcohol =wood alcohol) merupakan cairan tidak berwarna, mudah menguap dalam suhu kamar dan merupakan bahan yang banyak dipakai dalam industri sebagai bahan yang banyak dipakai dalam industri bahan pelarut, seperti pembersih kaca, pembersih cat, dll .Bahan ini juga sering dipakai pengganti alkohol oleh pecandu- pecandualkohol, karena harganya relatif murah. 4 Di dalam tubuh metanol mudah terabsorbsi dan dengan cepat akan terdistribusi kedalam cairan tubuh. Keracunan metanol dapat menimbulkan gangguan kesadaran (inebriation). Metanol sendiri sebenarnya tidak berbahaya, yang berbahaya adalah metabolitnya dan dapat menyebabkan asidosis metabolic, kebutaan yang permanen serta kematian dapat terjadi setelah periode laten selama 6 30 jam. Berat ringannya gejala akibat keracunan metanol tergantung dari besarnya kadar metanol yang tertelan. Dosis toksik minimum (kadar keracunan minimal) metanol lebih kurang 100 mg/kg dan dosis fatal keracunan metanol diperkirakan 20 240 ml (20 150g). 4
IV. PATOFISIOLOGI Metanol memiliki toksisitas yang rendah. Efek yang besar diakibatkan oleh akumulasi asam formic hasil dari metabolisme metanol. Ketika dimakan, metanol dengan cepat diserap oleh traktus gastrointestinal dan dimetabolisme dihati. Pada langkah pertama degradasi, metanol ditransformasikan menjadi formaldehid dengan bantuan enzim alkohol dehydrogenase(ADH). Reaksi ini berjalan lebih lambat dibanding langkah berikutnya yaitu transformasi formaldehid menjadi asam formic dengan bantuan aldehid dehidrogenase. Ini dapat menjelaskan alasan latensi gejala antara waktu memakan dengan efek. Waktu paruh formaldehid diperkirakan 1-2 menit. Asam format lebih jauh dioksidasi menjadi carbon dioksida dan air oleh tetrahidrofolat. Metabolisme asam format sangat lambat. Oleh karena itu asam format sering terakumulasi di tubuh. Yang menghasilkan asidosis metabolik. Kerusakan mata yang disebabkan oleh metanol sudah dijabarkan akan tetapi meknisme dibelakang fenomena tersebut masih belum dipahami. Kehilangan penglihatan disebabkan oleh interupsi dari fungsi mitokondria didalam saraf optic, menghasilkan hiperemia, edema dan atrofi saraf optik. 5 Demielinisasi saraf optic telah dilaporkan diakibatkan oleh asam formic yang mendestruksi mielin. Kerusakan mayor terjadi di saraf optic retrolaminar dengan pembengkakan intra axonal dan destruksi organel. Sedikit atau tidak ada perubahan pada retina. 5 Metanol juga menganggu basal ganglia, kerusakan berupa perdarahan atau bukan perdarahan pada putamen juga merupakan masalah yang biasa terjadi pada intoksikasi berat. Hasil dari kerusakan tersebut dapat menyebabkan parkinson atau gambaran klinik berupa distonia atau hipokinetia. 5 Predileksi atau mekanisme terjadinya toksisitas pada putamen belum dimengerti. Beberapa postulat bahwa neuron striatal memiliki bermacam sensitivitas pada metabolit toxic metanol akan tetapi ini belum di buktikan. 5
V. MANIFESTASI KLINIK Gejala inisial secara umum terjadi 12-24 jam setelah tertelan. Interval diantara masuknya dan timbulnya gejala berkorelasi dengan volume metanol yang tertelan dan sejumlah etanol yang ditelan, hambatan kompetisi diantara 2 jenis. Metanol dalam darah kadarnya meningkat dalam 30-90 menit setelah tertelan dan tidak ada korelasi waktu untuk munculnya gejala. Pada awalnya akan terjadi ganguan pada saluran cerna dengan gejala- gejala : sakit perut, mual dan munta-muntah. Selanjutnya terjadi depresi susunan syaraf pusat dan akan terlihat gejala-gejala yang mirip dengan gejala-gejala keracunan alkohol (etanol) yaitu: sakit kepala, pusing, sakit otot, lemah, kehilangan kesadaran dan kejang-kejang ini berlangsung selama1224jam. 5,6
Pada tahap selanjutnya jika korban tidak segera mendapat pertolongan yang tepat akan terjadi : Kerusakan syaraf optik dengan gejala-gejala : dilatasi pupil, penglihatan menjadi kabur dan akhirnya kebutaan yang permanen. kehilanganpenglihatan simetris bilateral tanpa rasa sakit menyebabkan scotoma pusat atau cecocentral. Awalnya,hanya satu mata mungkin terlibat. Pasien secara bertahap mengalami progresif kabur yang terjadi dipusat penglihatan mereka. Akhirnya, mengaburkan akan muncul di kedua mata menyebabkanpenurunan kedua mata menyebabkan penurunan visi yang mungkin baik akut atau kronis. ketajamanVisual mungkin berbeda dari pengurangan minimal tidak ada persepsi cahaya, dengan sebagian besarpasien menyajikan visi 20/200 atau lebih baik. Dyschromatopsia hadir dini dan mungkin merupakangejala awal. Beberapa pasien melihat bahwa warna-warna tertentu tidak lagi cerah dan tajam sepertisebelumnya. Ketika siswa dinilai mereka lamban terhadap cahaya. Pada tahap awal, disk optik mungkinnormal atau sedikit hyperemic. perdarahan disk kecil mungkin ada. Selanjutnya, tergantung pada toksinyang bersangkutan, disc pucat temporal diikuti dengan atrofi optik terjadi. Lebih khusus, serat bundelpapillomacular terpengaruh. bidang Visual cacat biasanya hadir dan muncul sebagai scotoma pusat ataucecocentral.
Metabolisme acidosis dengan gejala-gejala : mual, muntah, pernafasan menjadi lebih dalam dan lebih cepat, tekanan darah menurun, syok kemudian koma dan akhirnya meninggal. 6,7
manifestasi neurologi secara initial, gejala intoksikasi metanol serupa dengan intoksikasi etanol, sering dengan disinhibisi dan ataxia. Mengikuti periode laten, pasien dapat sakit kepala, mual, muntah, atau nyeri epigastrium. Pada tahap lanjut akan timbul gelisah secara cepat berkembang menjadi koma. Kejang dapat terjadi, secara umum sebagai komplikasi metabolik atau sebagai hasil dari kerusakan parenkim otak. Kasus polyneuropati axonal dilaporkan dihubungkan dengan pajanan kronik. Motor neuron disease seperti amyotropic lateral sclerosis di dokumentasikan. 6
VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG Profil ginjal Metanol yang tertelan secara signifikan menyebabkan asidosis metabolik yang dimanifestasikan sebagai rendahnya serum bikarbonat. Kadar bikarbonat biasanyamenur un <15mEq/ L. Anion gap ditingkatkan secara sekunder pada level laktat dan keton yang tinggi. Ini mungkin diakibatkan oleh akumulasi asam formic. Peningkatan anion gap sebesar 10 mOsml/l, biasanya sudah dianggap sebagai keracunan metanol. 5,7 osmolaritas serum metanol yang tertelan menyebabkan peningkatan osmolar gap, jadi dalam kasus stupor yang tidak diketahui penyebabnya, periksa osmolar gap seharusnya dikerjakan rutin. Akan tetapi osmolar gap bukan temuan spesific karena ini dapat positif pada berat molekul rendah seperti etanol, alkohol jenis lain, manitol, glisin, lipid atau protein. 5,7 Osmolar gap dapat dihitung menggunakan rumus. Untuk menemukan osmolar gap, dilakukan pengukuran osmolaritas plasma. Pengukuran osmolalitas membutuhkan pengukuran serum glukosa dan rumusnya berupa: Calculated osmolality (mOsm/kg) = 2(Na + ) + (glucose/18) + (blood urea nitrogen [BUN]/2.8) Serum amilase Perdarahan pankreatitis dideskripsikan pada 2/3 pasien dengan keracunan metanol. Serum methanol Diagnosis definitive keracunan metanol membutuhkan konfirmasi berupa peningkatan level metanol serum dengan gas cromatography. Kadar puncak terjadi pada 60-90 menit setelah tertelan, tapi ini tidak berkorelasi dengan tingkat toksisitas dan bukan indikator yang baik untuk prognosis. Kadar metanol serum >20 mg/dl sudah dapat dianggap toksik. Peningkatan > 40 mg/dL merupakan keracunan berat. Electroretinography/visual evoked response Dua kasus toksisitas metanol dievaluasi dengan studi ini. Temuan karakteristik dihubungkan dengan hasil patologis dan postulat. Kehilangan sensitivitas retina dihubungkan dengan skotoma pada tiap pasien. Pada penambahan, pengurangan amplitudo ditemukan pada tes respon visual evoked, meskipun latensi tetap normal. 5 CT Scanning dan MRI Metanol dapat menganggu basal ganglia, khusunya putamen, karena kemampuan teknik neuroimaging, kerusakan putamen mudah dideteksi lebih cepat pada praktek dibanding waktu yang lalu. 5 CT scanning CT scan dapat mengambarkan perubahan karakteristik dari nekrosis putamen bilateral dengan bermacam tingkat hemoragik. Dan kadang mencakup substasnsi putih otak. Akan tetapi lesi ini tidak dapat dilokalisasikan dengan baik dibandingkan temuan oleh MRI. Lebih dari itu sring CT Scan awal normal dan beberapa hari dapat berlalu sebelum lesi menjadi jelas MRI Temuan karakteristik adalah necrosis putamen bilateral dengan atau tanpa perdarahan, mungkin merupakan hasil dari efek toksik langsung metabolit metanol. Temuan ini tidak spesific untuk toksisitas metanol karena ini terdapat pada penyakit lain. Seperti penyakit wilson, penyakit leigh dan stroke. Temuan lain yang dapat digambarkan termasuk perdarahan cerebral dan intraventricular, edema serebral difus, nekrosis serebellar, nekrosis putih subcortical, nekrosis saraf optic dan peningkatan lesi nekrotik. Pada pengamatan 4 pasien , MRI menunjukan perubahan di putamen pada 4 pasien setelah 2 minggu intoksikasi metanol. Tiga dari pasien ini memiliki lesi putih pada lobus occipital/ lobus frontal. Menariknya, pada pasien yang sembuh tanpa gejala ekstrapiramidal, lesi kemunduran dalam beberapa minggu. Penulis merekomendasikan MRI sebagai alat penentu prognostik dan sebagai sarana membedakan keracunan metanol dari kondisi lain, seperti hipoglikemia dan keracunan karbon monoksida. 5
VII. DIAGNOSIS Gejala utama keracunan metanol adalah gangguan visus dan asidosis metabolik. Tanda- tanda keracunannya sendiri sering didahului dengan periodelaten selama 40 menit 72 jam, dimana penderita sama sekali tidak menunjukkangejala-gejala apapun. Keracunan ringan: rasa lelah, nyeri kepala, nausea, dan penglihatan kabur temporer, setelah periode laten. Keracunan sedang: nyeri kepala hebat, dizziness, Hasil pemeriksaan fisik pada keracunan methanol biasanya tidak spesifik. Midriasis yang menetap merupakan tanda keracunan berat. Atropi saraf optic merupakan tanda lanjut. Penyebab kematian dalam kasus fatal ialah berhentinya pernafasan secara mendadak. Merupakan hal yang sangat perlu untuk menentukan kadar methanol dalam darah secepat mungkin bila diduga suatu keracunan methanol. Bila dugaan klinik keracunan methanol cukup kuat, pengobatan tidak bolehterlambat. mual, muntah, dan depresi SSP. Gangguan visus dapat menetap 2-6 hari. Keracunan berat: gejala diata sdengan cepat makin menghebat, dengan pernapasan cepat akibat asidosis, siano sis, koma, hipotensi, midriasis, dan hiperemis. Beberapa jam pertama setelah keracunan, timbul gejala-gejala inabriationdan gastritis. Asidosis biasanya belum timbul. Setelah periode laten selama 30 jam, mulai timbul gejala-gejala asidosis metabolik akibat meningkatnya anion gap yang hebat, gangguan visus, kebutaan, kejang-kejang, koma dan kematian bisa terjadi setiap saat. Periode laten bisa berlangsung lebih lama, bila metanol diminum bersama-sama etanol. 7
VIII. PENATALAKSANAAN Pengobatan Resusitasi Pengobatan pertama untuk keracunan methanol, seperti pada keadaan kritis keracunan,ialah untuk menyelenggarakan pernafasan, dengan melakukan trakeotomi bila perlu. Muntah dapat dibuat pada pasien yang tidak koma, tidak mengalami kejang, dan tidak kehilangan reflex muntah. Bila salah satu dari kontraindikasi ini ada, maka harus dilakukan intubasi endotrakeal dan bilasan lambung dengan selang berdiameter besar setelah saluran nafas terlindungi. 6,7
Ada tiga cara yang spesifik untuk keracunan methanol berat; penekanan metabolism oleh alcohol dehidrogenase untuk pembentukan produkproduk toksiknya, dialysis untuk meningka tkan bersihan methanol dan produk toksiknya, serta alkalinasi untuk menetralkan asidosis metabolic.
Antidotum etanol Karena etanol berkompetisi untuk alcohol dehidrogenase, yang bertanggung jawab untuk memetabolisme methanol menjadi asam format, perlu untuk menjenuhkan enzim ini denganetanol yang kurang toksik. Metabolism etanol yang dicirikan tergantung pada dosis da n variabilitas yang disebabkan oleh asupan etanol kronis memerlukan pemantauan yang berulang-ulang untuk meyakinkan konsentrasi yang alcohol yang tepat. pada intoksikasi berat, etanol absolut(50-60ml) dilarutkan dalam 500ml dekstrose 5%, diberikan i.v dalam waktu 30menit. Selanjutnya diikuti 12 ml etanol absolut setiap jam. Pada keracunan ringan,etanol dapat diberikan peroral. Dosis oral dimulai dengan 1,5 mg/kg dalam larutan5%, diikuti 0,5-1ml/kg tiap 2 jam peroral selama 4 hari. Indikasi : riwayat minum met anol , osmol ar gap > 5 mOsm/ dL, asi dosi s met abol i k dan osm. gap > 5 - 10mOsm/dL, kadar metanol darah> 20 mg/dL. 6, 7
4-Metilpirazol suatu penghambat alcohol dehidrogenase yang kuat, dapat berguna sebagai penunjang dalam keracunan methanol bila tersedia penuh untuk digunakan manusia. Akhir-akhir ini, obat ini tergolong sebagai orphan drug.
Alkalinisasi adalah terapi yang paling lama dipakai bertujuan untuk mengatasi asidosis dan diperlukan dosis yang sangat besar dari sodium bikarbonat. Karena sistem-sistem yang bergantung pada folat bertanggung jawab dalam oksidasi pembentukan asam format menjadiCO2 pada manusia, maka mungkin berguna untuk memberikan asam folat kepada pasien-pasienyang keracunan methanol, meskipun belum pernah diuji secara lengkap dalam uji klinik. asidosis metabolik diatasi dengan sodium bikarbonat.Kor eksi asidosis dilakukan berdasarkan pemeriksaan AGD. Atasikoma dankeja ng bila ada. Bila penderita kedinginan berikan selimut hangat. Pada penderita yang gelisah dapt diberikan sodium phenobarbital 100 mg tiap 6-12 jam, atau diazepam 10 mg i.v perlahan-lahan. 6,7
Eliminasi Emesis dankumbah lambung secepat mungkin, karen metanol cepat diserap dalam lambung. Karbonaktif kurang efektif untuk menyerap metanol tetapi bahan ini dapatmenghambat penye rapan metanol dalam lambung. 7
Hemodialisis Dengan dimulainya prosedur dialysis, maka etanol akan hilang dalam dialisat. Dialysis direkomendasikan untuk pasien yang mengalami gangguan penglihatan, kadar methanol dalamdarah 50 mg % atau >40 mg/dl, menelan lebih dari 60 ml methanol dan asidosis berat yang tidak dapatdikoreksi dengan bikarbonat, osmolar gap > 10mOsml/L. Dialisis dilakukan sampai kadar metanol < 20 mg/dL. 7
IX. PROGNOSIS
Keracunan metanol dapat mengakibatkan kebutaan permanen. Kemungkinan penglihatan normal sangat kecil apabila terlambat ditangani, karena akan terjadi kerusakan mata progresif. Dalam waktu kurang lebih 3 bulan saraf mata akan menjadi atrofi dan tidak berfungsi lagi 7
X. DIAGNOSIS BANDING
Neuropati toksik ischemic Definisi Optic neuropati adalah keadaan dimana terjadi penurunan daya penglihatan dan defek lapang pandang yang disertai pembengkakan diskus optikus. Anterior Iskemik Optik Neuropati (AION) adalah penyebab utama akut optik neuropati pada penderita usia lanjut. Dapat dikategorikan sebagai non-arteritik atau arteritik yangkemudiandihubungkan degan giant cell arteritis. Mempunyai karakteristik penurunan kemampuan penglihatan yang disertai dengan pembengkakan diskus optikus yang menjadi pucat dan kadang terdapat perdarahan pada lapisan neuroretinal dan jugaterdapat eksudat.Kehilangan penglihatan biasanya terjadi secara mendadak dan menetap, mungkin dapatmembaik pada beberapa minggu atau bulan setelah onset. 8 Etiologi Penyebab dan kondisi yang berhubungan dengan anterior iskemik optic neuropati berdasarkan Walsh dan Hoyts Clinical Neuro-opthalmology adalah
1. Vascular a. Giant cell arteritis b. Post imunisasi c. Sifilis d. Radiasi nekrosis e. SLEf f. Vasculitis alergi 2. Sistemik vaskulopatia a. Hipertensi b. Diabetes mellitus c. Migraine d. Atherosclerosis 3. Hematologi a. Polisitemia vera b. Defisiensi G-6-PD c. Penyakit Sickle cell 4. Ocular a. Post katarak b. Glaucoma
Gejala Klinis - ketajaman penglihatan yang turun mendadak disertai dengan skotoma ( defek lapang pandang) sesuai dengan gambaran serat saraf retina / kadang-kadang altitudinal. - Bila disertai nyeri atau nyeri tekan kulit kepala maka diagnosis arteritis sel raksasa. - Serangan-serangan gelap yang berlangsung beberapa detik atau menit yang kemudiankembali menjadi normal (Amaurosis Fugaks). - Lempeng optik yang membengkak dan mengalami perdarahan dengan retina dan pembuluh darah retina normal. Pada ION arteritis, lempeng dapat terlihat pucat. - Lempeng pada mata kontralateral memiliki mangkuk optik yang kecil pada penyakitnonarteritis. - Pada arteritis biasanya selalu didahului oleh demam dan rasa sakit kepala yang sangat,lemah badan, disertai mialgia otot-otot, seperti: otot bahu,leher serta tungkai atas - Pada pemeriksaan didapatkan edema papil saraf optik yang sekoral/tidak menyeluruh, pada keadaan lanjut papil menjadi pucat dan edema berkurang. Pemeriksaan Penunjang Pada pasien dengan neuropati optik iskemik nonarteritis termasuk : 1.Hitung darah lengkap untuk menyingkirkan anemia 2.Pemeriksaan tekanan darah 3.Pemerisaan gula darah 4.Led dan protein reaktif-C untuk memeriksa arteritis sel raksasa Penatalaksanaan Jenis arteritis diberi kortikosteroid yang mempunyai efek anti- inflamasi dan memodifikasi respon imunitastubuh. Methylprednisolone dapat menurunkan inf lamasi dengan mesupresi migrasidarileukosit PMN dan meningkatkan permeabilitas kapiler. Diberikan secara intravenadengan dosis 1 gram selama 3 hari dilanjutkan dengan prednisone 100 mg selama 10 hari. 8
Neuritis optik Etiologi Idiopatik, permulaan penyakit multipel sklerosis, atau akibat infeksi morbili atau cacar air pada anak, penyakit mielin saraf, anemia pernisiosa, diabetes melitus, dan intoksikasi.
Manifestasi Klinis Kehilangan penglihatan mendadak dalam beberapa jam sampai hari yang mengenai satu atau kedua mata, dengan usia terutama 18-45 tahun, sakit pada rongga orbita terutama pada pergerakan mata, penglihatan warna terganggu, gangguan lapang pandang, dan tanda Uhthoff (penglihatan turun setelah olahraga atau suhu tubuh naik). Tajam penglihatan turun maksimal 2 minggu kemudian kembali normal setelah beberapa minggu. Pada satu mata terlihat adanya defek pupil Marcus Gunn, sel radang di dalam badan kaca, dan edema papil dengan perdarahan atau berangsur-angsur pucat (atrofi) dengan batas kabur. Pada neuritis retrobulbar gambaran fundus sama sekali normal. 9
Pemeriksaan Penunjang Pada funduskopi terlihat hiperemia dan pelebaran vena-vena besar sebagai tanda dini papilitis. Batas lempeng optik tidak jelas, terdapat edema papil serta eksudat retina. Untuk mencari penyebabnya dilakukan pemeriksaan foto rontgen kanal optik, sela tursica, atau tomografi komputer orbita dan kepala.
Penatalaksanaan Pengobatan kausal tergantung etiologi, biasanya melalui pemberian kortikosteroid atau ACTH, namun harus dirujuk segera. Pada keadaan akut bila visus sama atau lebih baik dari 20/40 maka dilakukan pengamatan saja. Bila visus sama atau kurang dari 20/50, maka diamati saja atau diberikan metilprednisolon 250 mg intravena tiap 6 jam selama 3 hari, disusul tablet prednison 1 mg/kg BB selama 11 hari kemudian dilakukan tapering off selama 4 hari. Diberikan juga antibiotik untuk menahan infeksi penyebab, vasodilator, dan vitamin. 9
Glaukoma absolut
Definisi Glaukoma absolut adalah merupakan stadium akhir glaukoma(sempit/terbuka)dimana sudah terjadi kebutaan akibat tekanan bola mata dan memberikan gangguan fungsi lanjut(visus=0). Gejala Klinis pada Glaukoma Absolut : c. Kornea terlihat keruh d. bilik mata dangkal e. Papil atrofi dengan ekskavasi glaukomatosa f. Mata keras seperti batu dengan rasa sakit Pemeriksaan glaukoma : e. Tonometri (untuk mengukur TIO) f. Gonioscopy (untuk melihat sudut BMD) g. Funduscopy (menilai diskus optikus) h. Perimetri (menilai lapang pandang) Penata laksanaan : 1. Medikamentosa Supresi produksi aqueus : Solusi timolol maleat 0,25%, Acetazolamid per or al 125- 250 mg Fasilitas outflow aqueous : Pilokarpine 0,5-6%` Pengobatan glaukoma absolut dapat dengan memberikan sinar beta padabadan siliar untuk menekan fungsi badan siliar, alkohol retrobulbar. 2. Terapi bedah dan laser Terapi bedah khusus untuk glaukoma absolut yaitu cyclocryo coagulationyaitu dengan merusak corpus siliaris sehingga produksi HA menurun,Enukleasi bila terapi tidak berhasil. 10
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA (UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA) Jl. Terusan Arjuna No.6 Kebon Jeruk Jakarta Barat
KEPANITERAAN KLINIK CASE KECIL ILMU PENYAKIT MATA FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA RS MARDI RAHAYU, KUDUS, JAWA TENGAH
Nama : Angellina Wiyanda Nim : 11-2011-091 Tandatangan
............................................
Dr Pembimbing : Dr Rosa, Sp.M
.............................................
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn S Umur : 51 tahun Alamat : Jekulo Tambak RT 03 RW 02, Jekulo, Kudus Jenis kelamin : Laki-laki Agama : Kristen Pekerjaan : Guru Tanggal masuk RS : 23Februari 2013 Tanggal pemeriksaan : 25 Februari 2013 Pemeriksa : Angellina Moderator : Dr Rosa, Sp.M
II. PEMERIKSAAN SUBJEKTIF
Auto anamnesis tanggal : 25 Februari 2013, jam 16.00
Keluhan utama Tidak dapat melihat sejak 2 hari smrs
Riwayat penyakit sekarang 3 hari smrs, pasien mengeluh mual dan sakit perut setelah mengkonsumsi minuman oplosan arak dengan sprite. Pasien sempat sakit kepala dan bicara tidak nyambung. Namun saat itu pasien masih dapat melihat dengan jelas. 2 hari smrs, pasien mulai mengeluh penglihatan terasa kabur pada kedua mata secara bersamaan, Namun masih dapat melakukan aktivitas. Penglihatan kabur secara menyeluruh tidak dari pinggir atau dari tengah duluan. Tidak ada nyeri pada mata, tidak ada rasa silau. kemudian sore harinya pasien mengatakan penglihatan mendadak menjadi gelap.
Riwayat Penyakit Dahulu Pasien megatakan tidak pernah mengalami hal serupa sebelumnya walaupun setelah mengkonsumsi minuman keras. Pasien menyangkal memiliki darah tinggi, kencing manis. Pasien memiliki riwayat alergi ikan.
Riwayat Penyakit Keluarga Tidak ada keluarga yang memiliki penyakit dengan keluhan yang sama dengan pasien.
III. PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis Keadaan Umum : Tampak sakit ringan Tanda Vital Tekanan darah : 120/80 mmHg Nadi : 68x/menit Respiration rate : 20x/menit Suhu : 36,5C Kepala : Normocepali, rambut hitam, distribusi merata Telinga : Normotia, serumen (-), secret (-) Hidung : Deviasi septum (-), secret (-) Tenggorokkan : Tonsil T1/T1, faring hiperemis (-) Thoraks, Jantung : BJ I-II regular, murni, gallop (-), murmur (-) Paru : SN vesikuler, wheezing (-), ronki (-) Abdomen : Nyeri tekan (-), bising usus (+) 7x/menit, supel. Ekstremitas : Akral hangat, udem -/-.
STATUS OPHTHALMOLOGIS
Papil pucat dan batas tidak jelas
OS OD Pupil midriasis OD PEMERIKSAAN OS 0 Visus 0 Tidak dikoreksi Koreksi Tidak dikoreksi Gerak bola mata normal. Enopthalmus (-) Exopthalmus (-) Strabismus (-)
Bulbus Oculi Gerak bola mata normal. Enopthalmus (-) Exopthalmus (-) Strabismus (-) Nyeri Tekan (-) Edema(-) Blefarospasme (-) Lagopthalmus (-) Ektropion (-) Entropion (-)
Pupil Reguler Letak sentral, tampak jernih Diameter 5 mm Refleks pupil L/TL : (-/-) Jernih Lensa Jernih Jernih Vitreus Jernih Positif, cermelang Fundus Refleks Positif, cermelang Papil saraf tampak pucat dan batas tidak jelas Eksudasi - , arteri : vena = 2:3, perdarahan - , neovaskularisasi - Retina Papil saraf tampak pucat dan batas tidak jelas Eksudasi - , arteri : vena = 2:3, perdarahan - , neovaskularisasi - Tidak dilakukan Tekanan Intra Okuler Tidak dilakukan Normal Sistem Lakrimasi Normal Tidak dinilai Tes Konfrontasi Tidak dinilai
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG 24 februari 2013 Analisa gas darah PH : 7,587 HCO3 : 33,1 mmol/l BE b : 11,5 mmol/l
V. RESUME Subjektif Laki-laki,51 tahun datang dengan keluhan kedua mata tidak dapat melihat sejak 2 hari smrs. Awal berupa rasa kabur yang dengan cepat berubah menjadi tidak bisa melihat.nyeri(-),silau(-), riwayat mengkonsumsi minuman oplosan arak dengan sprite 3hari smrs,mual(+) dan sakit perut(+),sakit kepala dan bicara tidak nyambung.
Objektif ODS Visus 0/0 Ukuran pupil 5mm/5mm Refleks cahaya pupil langsung -/- Refleks cahaya pupil tidak langsung -/- Fundus refleks positif cemerlang Retina : papil pucat, batas tidak jelas, perdarahan(-), udem (-)
VI. DIAGNOSIS BANDING 1. ODS Neuropati optic toksik et causa atrofi papil 2. ODS Neuropati optic ischemic 3. ODS neuritis optik 4. ODS glaukoma absolut
VII. DIAGNOSIS KERJA ODS Neuropati optik toksik et causa atrofi papil Dasar Diagnosis: - Anamnesis: a. Penglihatan hilang mendadak b. Riwayat Minum minuman oplosan c. Tidak nyeri - Pemeriksaan status generalis: Tidak ada - Pemeriksaan status ophtalmikus ODS Visus: 0 Ukuran pupil 5mm/5mm Refleks cahaya pupil langsung -/- Refleks cahaya pupil tidak langsung -/- Fundus refleks positif cemerlang Retina : papil pucat, batas tidak jelas, perdarahan(-), udem (-)
VIII. PENATALAKSANAAN Non-medika mentosa - Resusitasi - Hemodialisa Medika mentosa 1. Sodium bikarbonat 50 dalam NACL 500 dalam 20 tpm 2. etanol absolut(50-60ml) dilarutkan dalam 500ml dekstrose 5%, diberikan i.v dalam waktu 30menit
IX. PROGNOSIS OD OS Ad visam ad malam ad malam Ad Sanam ad malam ad malam Ad Cosmetikum Ad bonam Ad bonam Ad Vitam Dubia Ad malam Dubia Ad malam
X. USUL - Dilakukan pemeriksaan CT scan - Dilakukan pemeriksaan tonometri XI. SARAN - Tidak mengkonsumsi minuman keras
PEMBAHASAN Pada pasien ini diagnosis neuropati optik toxic et causa intoksikasi metanol disebabkan adanya keluhan kedua mata mengalami penurunan penglihatan mendadak tanpa disertai mata merah setelah mengkonsumsi minuman oplosan. Seperti banyak teori mengatakan bahwa banyak minuman keras menggunakan metanol. Penurunan penglihatan yang tiba-tiba ini sesuai dengan waktu absorpsi metanol yaitu 6-30 jam dimana pada pasien ini pada 12 jam pertama menunjukan gejala-gejala prodromal berupa mual, sakit perut, sakit kepala setelah itu setelah 24 jam pasien mulai merasakan penglihatannya kabur dan kemudian hilang total. Pada pemeriksaan fisik didapatkan pupil dilatasi yang diakibatkan efek metanol yang bersifat simpatomimetik sehingga pupil berdilatasi. Selain itu pada pemeriksaan didapatkan papil berwarna pucat dan batasnya tidak jelas. Ini menunjjukan adanya atrofi saraf optik. Atrofi ini disebabkan kerusakan interupsi dari fungsi mitokondria didalam saraf optic, menghasilkan hiperemia, edema dan atrofi saraf optik. Kemudian terjadi Demielinisasi saraf optic telah dilaporkan diakibatkan oleh asam formic yang mendestruksi mielin. Kerusakan mayor terjadi di saraf optic retrolaminar dengan pembengkakan intra axonal dan destruksi organel. Sedikit atau tidak ada perubahan pada retina. Karena atrofi pada saraf optik sehingga terjadi gangguan pada lintasan visual sehingga menyebabkan penglihatan menurun. Diagnosa banding pasien ini adalah neuropati optik ischemic dikarenakan adanya penurunan penglihatan mendadak namun diagnosa ini disingkirkan karena pasien tidak memiliki faktor resiko berupa hipertensi ataupun DM selain itu pada pemeriksaan funduskopi tidak didapatkan edema papil dan perdarahan peripapil. Diagnosa neuritis optik disingkirkan karena pada pasien tidak terdapat sakit pada rongga orbita terutama pada pergerakan mata, penglihatan warna terganggu, gangguan lapang pandang, dan tanda Uhthoff (penglihatan turun setelah olahraga atau suhu tubuh naik).kemudian pada pemeriksaan tidak didapatkan edema dan perdarahan. Diagnosa glaukoma absolut diambil karena visus pasien nol. Namun diagnosa glaukoma absolut dapat disingkirkan karena Kornea tidak terlihat keruh, bilik mata tidak dangkal, tidak ada Mata keras seperti batu dengan rasa sakit. Pada pasien ini dilakukan hemodialisa karena terdapat gangguan penglihatan dan menelan metanol dalam jumlah yang banyak (>60ml). Selain itu pada pasien diberikan sodium bikarbonat untuk mengkoreksi asidosis metabolik pasien akibat akumulasi asam formic hasil pemecahan metanol. Karena bikarbonat dapat menetralkan sifat asam dengan sistem buffer. etanol absolutdiberikan karena pasien mengalami keracunan berat sehingga diharapkan pemberian etanol berkompetisi untuk alcohol dehidrogenase, yang bertanggung jawab untuk memetabolisme methanol menjadi asam format, perlu untuk menjenuhkan enzim ini dengan etanol yang kurang toksik. Pemeriksaan CT Scan diusulkan karena pada pasien dengan intoksikasi metanol didapatkan perdarahan putamen bilateral sehingga perlu diwaspadai. Pemeriksaan tonoetri dilakukan untuk menyingkirkan diagnosa glaukoma absolut. Prognosis pada pasien ini adalah ad malam karena kerusakan saraf optik bersifat ireversible sehingga penglihatan tidak dapat membaik.
DAFTAR PUSTAKA
1.Suhardjo, Hartono. Ilmu Kesehatan Mata. Edisi 1. Yogyakarta:FKUGM.2007.h. 197-9 2. Toxic neuropati optik diunduh dari http://www.scribd.com/doc/53041222/Toxic-neuropati- optik 3.handbook of ocular disease management diunduh dari http://cms.revoptom.com /handbook/ oct02_sec6_2.html 4. Mc Graw Hill Lange, Poisoning & Drug Overdose, Kent R. Olson fifth edition, by the Faculty, Staff, and Associateds of the California Poison Control System. 5. metanol toxicity medication diunduh dari http://emedicine.medscape.com/article/1174890- medication#2 6. keracunan metanol diunduh dari http://www.scribd.com/doc/53041221/keracunan-metanol 7. Tjokroprawiro, A. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Surabaya: Airlangga University Press 8. optic neuropati ischemic diunduh dari http://www.scribd.com/doc/53041232/optic- neuropati-ischemic 9. neuritis optic diunduh dari http://www.scribd.com/doc/53041452/neuritis-optic 10. glaukoma absolut diunduh dari http://www.scribd.com/doc/53141221/glaukoma
PR Dr Rosa
1. Sebutkan kelainan mata dengan pupil lonjong? - Coloboma Koloboma adalah defek perkembangan yang mempunyai bentuk defek pada suatu sektor iris. Suatu lubang pada substansi iris, atau lekukan pada tepi pupil. Koloboma simpleks sering diwariskan sebagai suatu sifat autosom dominan dan mungkin terjadi sendirian atau terkait dengan anomali lain. Koloboma iris mungkin merupakan bagian dari koloboma yang luas yang menyangkut fundus dan saraf optik sebagai akibat dari kelainan penutupan fissura embrionik. Koloboma dapat terjadi pada struktur bola mata, seperti retina, iris, dan pada beberapa kasus yang sangat jarang, kelopak mata atau diskus optikus. Koloboma dapat timbul pada salah satu atau kedua bola mata dan beratnya bervariasi tergantung dari lokasi koloboma; bila terjadi pada iris cenderung lebih besar berpengaruh pada segi kosmetik sedangkan bila terjadi pada retina atau saraf optikus biasanya menyebabkan kehilangan lapang pandang yang berat.
- Iridodialisis Iridodialisis adalah keadaan dimana iris terlepas dari pangkalnya sehingga bentuk pupil tidak bulat dan pada pangkal iris terdapat lubang. Trauma tumpul dapat mengakibatkan robekan pada pangkal iris sehingga bentuk pupil menjadi berubah. Perubahan bentuk pupil maupun perubahan ukuran pupil akibat trauma tumpul tidak banyak mengganggu tajam penglihatan penderita. Pasien akan melihat ganda dengan satu matanya. Pada iridodialisis akan terlihat pupil lonjong. Biasanya iridodialisis terjadi bersama-sama dengan terbentuknya hifema.
- Glaukoma akut sudut tertutup Pada pemeriksaan fisik mata didapatkan edema palpebra, hyperemis konjungtiva, kornea tampak buram, bilik mata depan dangkal, pupil melebar lonjong vertikal atau midriasis yang hampir total akibat kelumpuhan ringan (parese) otot sfingter pupil., refleks pupil lamban atau tidak ada, tekanan intra okuler meningkat tinggi sekali jauh diatas 21mmHg (normal: 15-21 mmHg)Kronik Pada keadaan ini, iris secara bertahap akan menutup aliran, sehingga tidak ada gejala yangnyata. Seringkali terdapat gejala penurunan penglihatan pada kedua bola mata. Jika ini terjadi, maka akan terbentuk jaringan parut diantara iris dan aliran, dan tekan dalam bola mata tidak meningkat sampai terdapat jumlah jaringan parut yang banyak.Plateau Iris Plateu iris adalah keadaan dimana central COA normal tetapi anterior dari COA sangat dangkal oleh karena kelainan congenital pada iris. Pasien dengan plateau iris biasanya tidak memberikan gejala sampai terjadi akut atau subakut galukoma sudut tertutup.
2. Apa yang dimaksud dengan skotoma dan jelaskan macam-macam skotoma? Kelainan lapangan pandang yang bersifat lokal dapat dibagi menjadi beberapa macam antara lain kelainan daerah Bjerrum dan daerah perifer yang disebabkan oleh kerusakan serabut saraf akan terlihat sebagai skotoma.
Skotoma adalah suatu daerah dengan defek lapangan pandang yang normal. Skotoma daerah Bjerrum, yang menurut letaknya dapat dibedakan menjadi : a. Nasal step atas dan bawah yang dibagi oleh meridian horizontal yang menggambarkan berakhirya serabut saraf pada rafe horizontal disebabkan karena turunnya sensitivitas pada tempat masuknya serabut saraf. b. Defek arkuata atas dan bawah merupakan perluasan dari skotoma Bjerrum yang kemudian menjadi satu sebagai lengkungan di sebelah atas atau bawah titik fiksasi. c. Skotoma arkuata daerah Bjerrum berupa skotoma-skotoma parasentral pada daerah 10 0 - 20 0 dari ttik fiksasi akibat kerusakan serabut saraf arkuata atas dan bawah. Skotoma yang terkecil terdapat pada sekitar bintik buta. d. Skotoma parasentral adalah skotoma yang mengenai daerah yang berbatasan dengan titik fiksasi tetapi tidak mengenai titik fiksasi. e. Skotoma sekosentral merupakan skotoma yang mengenai bintik buta dan titik fiksasi. f. Perluasan bintik buta karena terdapat skotoma-skotoma di sekitar bintik buta. g. Barring of blind spot yaitu bintik buta keluar dari isopter disertai depresi isopter sentral.
Gambar skotoma sekosentral pada kampus visi
Gambar skotoma sentral Skotoma daerah perifer meliputi : a. Depresi/penumpulan nasal, merupakan tanda awal penurunan lapangan pandang pada glaucoma, bila terjadi bersamaan dengan kerusakan serabut saraf merupakan tanda patognomonis untuk glaucoma. b. Nasal step atas dan bawah biasanya gambarannya berbentuk baji. Nasal step terjadi paling awal oleh karena penurunan sensitivitas semua serabut saraf. Adanya gambaran nasal step berguna untuk menegakkan diagnosa glaucoma apabila gambaran yang lain meragukan. c. Defek sektor pada bagian temporal biasanya terjadi pada stadium akhir perjalanan penyakit, tetapi gambaran hanya ada pada beberapa kasus.
Gambar skotoma perifer 3. Pada Intoksikasi Metanol modalitas yang terbaik antara MRI dan CT scan adalah? CT scan dapat menunjukkan perubahan karakteristik dari nekrosis putamen bilateral dengan derajat perdarahan yang bervariasi. Namun lebih sering hasil CT scan normal. MRI adalah metode imaging yang lebih sensitive dalam mendiagnosa keracunan methanol. MRI menciptakan gambar yang dapat menunjukkan perbedaan sangat jelas dan lebih sensitive untuk menilai anatomi jaringan lunak dalam tubuh, terutama otak, sumsum tulang belakang, anatomi dan kelainan dalam rongga dada, payudara , organ organ dalam perut, pembuluh darah, dan jantung. Selain itu faktor kelebihan yang dimiliki-nya, terutama kemampuannya membuat potongan koronal, sagital, aksial dan oblik tanpa banyak memanipulasi posisi tubuh pasien sehingga sangat sesuiai untuk diagnostik jaringan lunak. Pada keracunan methanol yang baru berlangsung selama empat minggu, MRI telah dapat menunjukkan adanya perubahan pada putamen dan juga lesi yang berwarna putih pada lobus frontal atau oksipital.MRI dapat digunakan untuk membedakan keracunan methanol dengan kondisi lain seperti hipoglikemik dan keracunan karbon monoksida. Temuan patologis paling karakteristik setelah keracunan methanol adalah adanya daerahnekrosis pada putamen, dimana juga terdapat perdarahan dengan derajat yang bervariasi.Gambaran ini bisa terlihat pada pasien yang bertahan setelah 24 jam, nekrosis juga dapat terlihat pada substansia alba pada pasien yang bertahan lebih dari beberapa hari