TOPIK : TMJ DAN KELAINAN-KELAINANNYA YANG MENYEBABKAN
MALOKLUSI SKENARIO II BLOK 3.5.9
Narasumber : drg Nur Masita Silviana, SpOrt
Kelompok: Anggota : 1. Elvira Budianto (105070400111002) 2. Dhiaz Praptomo H. (105070400111004) 3. Din Asri Islami (105070400111014) 4. Sabilla Febrianita H. (105070400111018)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2012
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang1 1.2 Rumusan Masalah..1 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Klasifikasi gangguan TMJ 2.1.1 Nyeri pada TMJ dan otot mastikasi2 2.1.2 Pertumbuhan abnormal3 2.1.3 Kelainan letak pada sendi temporomandibular4 2.1.4 Degenerative joint disease atau inflamasi.4 2.1.5 Dislokasi..4 2.1.6 Ankylosis.4 2.1.7 Neoplasia6 2.1.8 Infeksi..6 2.1.9 Crossbite anterior..6 2.1.10 Lebar lengkung yang tidak sesuai..8 2.1.11 Buccal crossbite (scissors bite)...9 2.1.12 Menegakkan molar yang miring..9 BAB III KESIMPULAN.12 DAFTAR PUSTAKA.13
BAB II PEMBAHASAN
Bila dilihat perawatan ortodontik pada orang dewasa dengan gejala disfungsi sendi temporo-mandibular, yaitu termasuk ortodonti Interseptik di mana maloklusinya sudah terjadi. 2.1 Klasifikasi gangguan TMJ Ogus dan Toller (1990) mengklasifikasikan gangguan TMJ berdasarkan frekuensinya sering timbul. Kelainan yang sering terjadi yaitu disfungsi dari TMJ, susunan dalam bagian sendi yang tidak tepat, penyakit degenerasi, dan trauma. Kelainan yang jarang terjadi yaitu ankylosis, peradangan, cacat kongenital, dan cacat perkembangan, tumor, osteoma, kondroma, kondrosarkoma, karsinoma sekunder. Myofacial paindysfunction merupakan gangguan pada otot akibat mekanisme para fungsional (misal bruxism), akibat gangguan psikologis seperti depresi dan stress. Gejala dari sindrom ini dapat berupa sakit pada palpasi sendi atau pada otot-otot mastikasi, pembatasan dan deviasi gerakan mandibula, adanya suara sendi, dan kadang-kadang sakit kepala. Sindrom rasa sakit-disfungsi dibentuk oleh beberapa gejala antara lain adalah kliking (clicking) sendi, ketidak mampuan untuk membuka mulut lebar-lebar dan rasa sakit yang berhubungan dengan sendi dan otot kunyah (Ogus dan Toller, 1990; Gray,dkk., 1994 ; Dimittroulis dan Dolwick, 1995 ) Gangguan TMJ merupakan kumpulan kondisi klinis yang mempengaruhi otot-otot mastikasidan atau sendi temporomandibular dan struktur terkait yang menghasilkan rasa nyeri dan atau disfungsi. Gangguan TMJ merupakan kombinasi keadaan patologis dari sendi temporomandibular dan otot-otot mastikasi. Gambaran klinis gangguan TMJ meliputi : nyeri pada otot mastikasi, nyeri pada sendi TMJ, bunyi pada sendi, gerak rahang yang terbatas, dan deviasi pada pergerakan rahang. Gejala awal gangguan TMJ yaitu kliking atau krepitus yang dapat disertai rasa nyeri atau sensitif pada daerah kondilus atau otot pengunyahan (Hedge, 2005; Delcanho, 1994; Nazrudin 2002) 2.1.1 Nyeri pada TMJ dan otot mastikasi
Nyeri pada TMJ adalah Suatu gejala klinis yang sifatnya sangat subyektif, sangat tergantung pada pengalaman masing-masing dengan keluhan yang berbeda-beda. Nyeri orofasial merupakan istilah umum untuk menyatakan adanya masalah di sekitarjaringan mulut dan wajah, termasuk otot-otot mastikassi dan sendi TMJ. Banyak faktor telah diduga potensial menyebabkan terjadinya nyeri orofasial yang terkait dengan disfungsi sendi temporomandibular. Kelainan dalam hubungan kontak oklusal antara geligi bawah dan geligi atas, serta maloklusi orthodontik sering disebut sebagai penyebab utama (Mardjono,2003) Rasa nyeri atau disfungsi secara langsung berkaitan dan bertambah parah oleh karena berfungsinya rahang atau pengujian fungsional otot-otot mastikasi atau struktur persendian dan bukan karena penyakit lokal seperti karies yang melibatkan gigi dan struktur rongga mulut. Rasa nyeri biasanya timbul saat mengunyah, berbicara dan fungsi- fungsi rahang lainnya (solberg, 1986; Yap and Ho, 1999). Apabila ada gigi hilang atau dicabut atau sesuatu hal tidak diganti, maka terjadi aktivitas otot yang menyimpangdengan tekanan yang berlebihan. Secara bertahap, keadaan ini akan menimbulkan kelelahan pada otot yang secara klinis terungkap sebagai nyeri. Kejang otot kunyah merupakan hal pertama yang berpengaruh pada gejala sindrom rasa nyeri-disfungsi. Rasa nyeri pada atau didekat sendi disebabkan oleh fungsi yang tidak terkoordinasi atau tidak harmonis dari otot-otot mandibula (Schwartz dkk,.1975 cit. Ogusdan Toller,1990; Mardjono,2003) 2.2.2 Pertumbuhan abnormal Gangguan pertumbuhan pada sistem mastikasi dibagi kedalam 2 kategori umum menurut jaringan yang terlibat:: - Gangguan pada tulang - Gangguan pada otot Gangguan Kongenital dan Perkembangan Tulang diantaranya agenesis (tidak tumbuh), hypoplasia (perkembangan yang tidak sempurna), hyperplasia (pertumbuhan yang berlebihan), atau neoplasia (pertumbuhan yang tidak terkontrol). Trauma merupakan salah satu fantor penyebab terutama pada sendi seseorang yang masih muda bisa ditandai dengan hypoplasia pada kondilusnya, yang mengakibatkan
ketidakseimbangan pola pertumbuhannya. Pada akhirnya ini akan mengakibatkan pergeseran mandibula yang berhubungan dengan maloklusi. Ketidakseimbangan pola pertumbuhan mungkin juga mengakibatkan rheumatoid arthritis dari perkembangan yang cepat.Trauma dapat menyebabkan reaksi hyperplastic, yang mengakibatkan pertumbuhan yang berlebihan pada tulang. Ini biasanya dapat dilihat pada tempat fracture yang sudah lama. .
Suatu perubahan fungsi atau rasa sakit yang ada bukan yang utama dalam perubakan struktur. Ketidakseimbangan klinis mungkin berhubungan dengan perubahan struktur dan juga menunjukan berhentinya pertumbuhan atau perkembangan. Radiograph padaTMJ, sebagaimana CT scans, sangat penting dan mengidentifikasi perubahan struktur tulang . 2.2.3 Kelainan letak pada sendi temporomandibular Disc displacement Permukaan posterior dari disc menipis dan inferior retrodiscal lamina dan lateral distal dan lateral ligamen memanjang, maka disc akan bergeser melalui permukaan artikularis dari kondilus 2.2.4 Degenerative joint disease atau inflamasi Bukan merupakan gangguan pada sendi temporalnya, kelainan ini jarang di temui pada penderita kelainan pada sendit temporomandibularnya. Perawatan Obat anti inflamasi. Untuk mengurangi inflamasi (peradangan) dan rasa sakit, dokter gigi mungkin akan menyarankan aspirin atau obat anti inflamasi nonsteroid lainnya, misalkan ibuprofen (Advil, Motrin, dll) 2.2.5 Dislokasi Kelainan lain dapat berupa dislokasi dimana di bagi atas 2 bagian: Dislokasi tanpa adanya pengurangan atau reduksi dan dislokasi dengan adanya pengurangan atau reduksi. 2.2.6 Ankylosis Merupakan penyakit yang menyebabkan keterbatasan padasaat pembukaan mulut yang di sebabkan oleh kelainan dari TMJ. dimana ankylosis terbagi atas 2 yaitu: 1.Extracapsular ankylosis
2.Intracapsular ankylosis Fibrous ankylosis Bony ankylosis Intracapsular ankylosis. Intracapsular ankylosis, atau penyatuan dari sendi, dapat menyebabkan pembukaan/depresi pada mandibula berkurang. Intracapsular ankylosis timbul akibat penyatuan dari kondilus, disk, dan kompleks fossa, juga merupakan hasil dari pembentukan jaringan fibrosa, penyatuan tulang, atau kombinasi keduanya. Penyebabnya yang paling umum mencakup macrotrauma, paling sering berhubungan dengan fraktur kondilar.Penyebab lain dari ankylosis juga karena sebelumnya menjalani perawatan surgical yang menimbulkan bekas/goresan dan juga infeksi. Evaluasi pada pasien memperlihatkan pembatasan pada pembukaan maksimal yang cukup parah, penyimpangan pada sisi yang kena, dan ekskursi lateral pada sisi kontralateral. Ankylosis yang disebabkan jaringan fibrosa, mobilitas rahangnya lebih besar daripada ankylosis yang disebabkan oleh penyatuan tulang. Extracapsular ankylosis. Ankylosis tipe ini biasanya melibatkan prosessus koronoid dan otot temporalis. Penyebab yang paling sering dari ankylosis extracapsular antara lain, pembesaran dari prosessus koronoid, atau hiperplasia, dan trauma pada area lengkung zygomatic. Infeksi di sekitar otot temporalis juga dapat menghasilkan ankylosis extracapsular.Pasien ini biasanya mempunyai pembatasan pada pembukaan mulut dan penyimpangan pada sisi yang kena. Pada kasus ini, sangat jarang terjadi restriksi total pada pembukaan, dan pembatasan gerakan lateral dan protrusif biasanya menunjukkan tidak adanya ankylosis intracapsular. Trauma / Fraktur Luka pada bagian TMJ khususnya kondilus, bisa disebabkan oleh mekanisme yang sangat bervariasi. Pada orang dewasa, penyebab dari fraktur ini sebagian besar disebabkan oleh kecelakaan kendaraaan bermotor, kekerasan, kecelakaan kerja, serta kecelakaan saat melakukan olahraga, faktor lain yang juga menjadi penyebabfraktur ini adalah jatuh. Lindahl, membagi gaya traumatic penyebab luka pada kondilus ke dalam tiga kategori. Pertama adalah energy yang yang dikeluarkan oleh masing masing individu karena objek bergerak. Luka jenis ini digolongkan kedalam luka pukulan wajah oleh karena tinju,
pemukul baseball, atau objek lain. Luka yang kedua adalah luka ketika seorang individu yang bergerak mengenai benda yangdiam, sebagai contoh ketika seorang anak terjatuh dan dagu menghantam aspal. Mekanisme jenis ini secara klasik di deskripsikansebagai parade ground fracture. Kategori yang terakhir adalah energi yang merupakan kombinasi dari yang pertama dan kedua, seperti pada kecelakaan ketika seorang pengendara mobil menabrak mobil dari arah yang berlawanan, dan biasanya menyebabkan lukayang lebih berat. 2.2.7 Neoplasia Neoplasma pada TMJ sangatlah jarang. Kadang-kadang menimbulkan restriksi/pembatasan pada pembukaan rahang dan sakit pada sendi. Tumor di dalam TMJ mengakibatkan kelainan pada kondilus dan hubungan fossa serta dapat mengakibatkan ankylosis intracapsular.
2.2.8 Infeksi Infeksi pada TMJ juga sangat jarang ditemukan, bahkan pada kasus trauma atau pengobatan surgical pada area ini.Perluasan dari proses infeksi pada telinga kadang melibatkanTMJ dan mengakibatkan ankylosis intracapsular. Selama masa akut dari gejala disfungsi mandibula , metoda seperti splinting, latihan- latihan dan perawatan menggunakan panas, sering digunakan dengan tidak memperhatikan maloklusi yang ada. Macam-macam kelainan yang menimbulkan gejala disfungsi sendi temporo mandibular : 2.2.9 Cross Bite Anterior Kebanyakan pasien yang mendapatkan perawatan ketidaksesuaian oklusi secara ortodontik mempunyai gejala cross bite anterior. Penyembuhan ortodontik lebih disukai karena : Penghilangan gangguan oklusal, dengan penggerindaan gigi depan kurang disukai dengan alasan estetik/keindahan.
Stabilitas oklusi tidak mungkin didapatkan setelah penggerindaan. Setelah gigi yang mengganggu digerinda tidak ada oklusal stop. - KASUS 1. Wanita umur 37 tahun dikonsulkan ke Departemen Stomatognatik Fisiologi oleh dokter giginya karena selama 2 tahun ia merasakan sakit yang intermiten pada muka sebelah kanan. Pemeriksaan klinik msmperlihatkan kekendoran otot temporal sebelah kanan, otot pterygoid lateral dan otot leher. Juga terdapat "clicking" (bunyi gemeletuk)di kedua sendi temporomandibular. Gigi I1 atas mengalami cross bite,mengganggu posisi mandibula paling belakang. Rahang bawah terpaksa bergeser ke anterior, sehingga jarak anteroposterior antara posisi paling belakang dari mandibula dan posisi antar edge adalah 2 mm. Perawatan ortodontik yang dilakukan adalah ekspansi ke sagital dari lengkung gigi atas dengan busur labial, sehingga terdapat ruangan gigi I, yang berjejal pindah ke labial. Selama perawatan harus dibebaskan dari beberapa gangguan oklusal dengan melakukan bagian penggerindingan oklusal.
- KASUS 2. Wanita umur 35 tahun mengeluh bruxism di malam hari dan clenching di siang hari dalam keadaan stress. Pagi hari ia mengalami kelelahan pada sendi temporo mandibular dan muka. Tak merasa sakit kepala setiap hari selama 6 bulan terakhir ini. Banyak otot-otot mengendur pada palpasi, yaitu otot tempora dan pterygoid lateral kiri dan kanan, maseter kanan dan otot digastrikus kiri. Sendi temporo mandibular sebelah kiri juga sakit pada palpasi dan terdapat clicking di kedua sendi. Gerakan membuka, menutup dan protrusi tidak teratur. Pasien mempunyai mandibula yang asimetris di mana hal ini menyebabkan cross bite C kiri atas dan P1. Kaninus ini mengganggu posisi paling belakang dari mandibula. Hal ini mengakibatkan pergeseran mandibula ke kiri ke dalam posisi antar tonjol dan cenderung untuk mengunci oklusi. Insisif lateral atas hilang secara kongenital. Pasien dirawat dengan splin dan latihan-latihan untuk membuat gerakan-gerakan yang dapat meningkatkan kondisinya tapi tidak menghilangkan gejala ataupun problema oklusinya. perawatan ortodontik dilakukan dengan menggunakan busur labial pada rahang
atas, untuk memberikan tempat yang akan mengganti I2 dan menggerakkan C atas ke labial. Perawatan ini berlangsung selama 9 bulan, akan menghilangkan rasa sakit dan gangguan pada pasien. Setelah perawatan, termasuk penempatan 2 inlay bridge yang kecil di depan atas, is merasakan sakit kepala hanya sekali sebulan. 2.2.10 Lebar Lengkung (Arch Width) Yang Tidak Sesuai. Macam lain dari maloklusi yang memerlukan perawatan ortodontik adalah kasus ketidaksesuaian antara lebar lengkung rahang atas dan bawah. Pada kasus seperti ini, penghilangan gangguan oklusal dengan penggerindaan berarti bahwa banyak jaringan gigi yang harus dibuang. Penggerindaan harus juga dilakukan secara praktis di semua gigi dan juga gigi lateral. KASUS Gadis umur 17 tahun telah mempunyai gejala selama tiga bulan yaitu rasa sakit di sebelah bawah kanan dan disertai dengan sukarnya membuka mulut. Pasien mengira bahwa hal itu berhubungan dengan kebiasaannya melakukan clenching. Pemeriksaan klinis memperlihatkan adanya pengurangan kapasitas membuka mulut dan semua gerakan mandibula di sertai dengan rasa sakit di daerah maseter kanan. Lengkung gigi atas lebih sempit dibandingkan dengan bawah, ada pergeseran ke lateral 1,5 mm dari garis tengah antara oklusi sentrik dan posisi mandibula paling belakang. Perawatan dimulai dengan pemasangan splint dan latihan-latihan. Hal ini mengurangi rasa sakit pada waktu pergerakan dan sedikit membantu gerakan membuka mulut. Tidak memungkinkan menghilangkan gangguan dari tonjol melalui penggerindaan, karena sejumlah besar gigi harus digerinding. Pilihan lain adalah dengan memperlebar lengkung gigi atas dengan ekspansi yang dipasang pada garis tengah. Pelebaran yang memakan waktu 5 bulan ini, menghilangkan pergeseran ke lateral, sehingga menghasilkan hubungan antar tonjol yang sesuai. Hal ini tetap stabil selama satu tahun setelah retensi dihentikan dan berakhir dalam waktu enam bulan. Semua gejala disfungsi pasien hilang selama ekspansi aktif. 2.2.11 Buccal Cross Bite (Schissors Bite). Gigi posterior dengan bukal cross bite dapat menimbulkan gangguan tonjol (interference) selama gerakan meluncur. Upaya untuk menghilangkan gangguan ini adalah dengan
penggerindaan yang berarti "extensive grinding". Keterbatasan yang lain adalah tidak adanya oklusi stop setelah penggerindaan dengan konsekuensi elongasi dan timbul kembali gangguan. Pada kasus ini penghilangan gangguan dengan pencabutan lebih disukai. KASUS Gadis usia 19 tahun hanya mempunyai gejala subyektif yang ringan, tetapi ia tidak mampu menentukan posisi antar tonjol yang sesuai, hal ini dianggap sebagai masalah. Ia sadar bahwa ia mempunyai kebiasaan mengerot-ngerot pada malam hari dan clenching pada siang hari. Secara klinis ada sedikit rasa sakit pada palpasi otot temporal kanan dan otot pterygoid lateral. Ia juga merasakan sakit yang ringan pada kedua sisi dari wajah selama pergerakan mandibula. Oklusinya adalah post normal dan kekurangan tempat telah menggeser P bawah ke lingual sehingga ada hubungan bukal cross bite antara P atas dan P bawah. P kiri atas miring ke bukal. Latihan otot dapat menghilangkan kekenduran otot dan rasa sakit dari pasien, tetapi ia terus mengeluh tentang posisi antar tonjol yang tidak sesuai. Perawatan ortodonti dilakukan dengan ekspansi lengkung gigi bawah ke sagital dengan busur labial. Secara bersamaan plat rahang atas dipasang. Plat ini mempunyai bite plane anterior sehingga gigi posterior tidak beroklusi. Juga digunakan busur labial untuk mendorong gigi P kiri atas ke lingual. Setelah 13 bulan perawatan, cross bite hilang disertai dengan posisi antar tonjol dan posisi mandibula paling belakang yang stabil. Pasien merasa puas dengan hasil tersebut. Tidak ada upaya yang dilakukan untuk merawat oklusi post normal atau deep bite, karena dianggap tidak penting untuk memperoleh oklusi yang sesuai.
2.2.12 Menegakkan Molar yang miring. Kemiringan ke mesiolingual dari gigi M2 atau M3 setelah kehilangan M1 atau M2 sering menimbulkan gangguan dan dapat mengakibatkan pembuatan jembatan menjadi sukar atau tidak mungkin dilakukan. KASUS Laki-laki usia 34 tahun kehilangan M1 kiri bawah dan ini menyebabkan M2 miring ke mesial. Pasien merasa adanya penambahan atrisi gigi posterior kiri, gigi-gigi ini lemah di
pagi hari. Pada palpasi otot maseter kiri dan kedua sendi temporomandibula agak sakit dan terdapat krepitasi di kedua sendi ini. Perawatan ortodontik dilakukan dengan busur labial bawah dilengkapi dengan pemasangan per-per untuk menegakkan gigi yang disolder pada band dari M1 kanan dan M2 kiri yang dipakai selama empat bulan dan diikuti oleh pemasangan bridge di kedua sisi rahang bawah dan mahkota pada segmen lateral rahang atas. Perawatan ortodontik ini menghilangkan gangguan oklusal, menghilangkan gejala-gejalanya dan mempermudah dilakukannya perawatan protetik. Keuntungan besar dari perawatan ortodontik dalam menghilangkan gangguan tonjol pada pasien dewasa dengan gangguan fungsi pada sistem pengunyahan adalah tidak adanya gigi yang harus dicabut. Oleh karena itu, perawatan ortodontik dipilih bila penggerindaan dapat mengganggu faktor estetik, contohnya : 1. Cross bite anterior. 2. Pengurangan permukaan oklusal secara besar-besaran. 3. Pasien dengan lebar lengkung rahang yang tidak sesuai. Keuntungan lain dari pergerakan gigi ini adalah bawah gigi dapat ditempatkan pada posisi tertentu sehingga kestabilan oklusal tercapai. Gigi yang cros-bite,contohnya,dapat dipindahkan ke posisi baru yang dapat membantu kestabilan oklusal dari gigi-gigi secara keseluruhan dan tidak dapat terjadi elongasi. Kalau hanya dilakukan penggerindaan nada gigi yang mengganggu pada keadaan cross bite akan mempunyai risiko elongasi di masa yang akan datang dan timbul lagi interference. Keadaan lain di mana perawatan ortodontik dapat membantu stabilitas oklusi gigi adalah dengan menegakkan gigi yang miring. Tipe perawatan ortodontik yang sederhana pada beberapa kasus dapat menghasilkan perbaikan yang cukup banyak bahkan pada beberapa kasus suatu keadaan yang dramatik bagi pasien. Gejala disfungsi mandibula mempunyai banyak penyebab, termasuk faktor mental dan penyakit umum yang dapat menambah ketidaksesuaian oklusal. Oleh karena itu, perawatan ortodontik tidak dapat diharapkan untuk berhasil pada semua pasien tetapi sebaiknya dipertimbangkan alternatif lain dari bentuk-bentuk terapi pada beberapa pasien
BAB III KESIMPULAN
Kelainan pada TMJ meliputi: 1. Nyeri pada TMJ dan otot mastikasi 2. Pertumbuhan abnormal 3. Kelainan letak pada sendi temporomandibular 4. Degenerative joint disease atau inflamasi 5. Dislokasi 6. Ankylosis 7. Neoplasia 8. Infeksi 9. Crossbite anterior 10. Lebar lengkung yang tidak sesuai 11. Buccal crossbite (scissors bite) 12. Menegakkan molar yang miring
DAFTAR PUSTAKA
1. Graber, T.M. : Orthodontics; Principle and Practice. 2nd ed., Philadelphia & London, W.B. Saunders Co. ,1966 x + 922 h. (h. 59-6, 165). 2. Ingervall, B. : Orthodontic Treatment in Adults with Temporomandibular Dysfunction Symptome. J, of Orthodontic, 73 : 551-9, N0.5, May 1978. 3. Williamson, E.H. : Temporomandibular Dysfunction Pretreatment Adolescent Patients. J, of Orthodontic 72 : 429-33, No-4, October 1977.