Anda di halaman 1dari 39

1.

DESKRIPSI LIMBAH
1.1. Data Sampel Limbah
1.1.1. Jenis Limbah
Jenis limbah yang digunakan untuk uji utama sama dengan uji pendahuluan, yaittu
limbah cair yang berasal dari air rendaman tahu.
1.1.2. Waktu pengambilan
Pengambilan limbah cair untuk uji utama tersebut dilakukan pada hari Rabu tanggal 10
september 2014 tepatnya pada pukul 11.00 W!.
1.1.3. "empat pengambilan limbah
Limbah cair ntuk uji utama uyang digunakan diambil dari tempat yang sama seperti uji
pendahuluan yaitu tahu p#ng Pak W#n#, $arangrej# %emarang.
1.1.4. &ebit limbah per hari
&ebit limbah yang dibuang adalah sekitar '00 ( 1'00 liter per hari.
1.1.5. )#t# &#kumentasi
*"erlampir+
1.2. Karakteristik Limbah
1.2.1. Karakteristik m!m
Limbah merupakan bahan yang terbuang atau dibuang dari suatu sumber hasil akti,itas
manusia maupun pr#ses alami dan atau belum mempunyai nilai ek#n#mi. Limbah yang
dihasilkan suatu usaha dapat dig#l#ngkan menurut si-atnya -isiknya yang meliputi
limbah cair, limbah padat, dan limbah gas *.tt#, 1/01+. Limbah industri pangan
merupakan limbah yang berbeban rendah dengan ,#lume cairan tinggi. 2at34at yang
terdapat dalam air limbah dapat dikel#mp#kkan menjadi //,/5 air limbah dan 0,15
bahan padat. !ahan padat tersebut dibagi menjadi dua, yaitu #rganik dan an#rganik.
!ahan padat #rganik dibedakan menjadi 1'5 pr#tein, 2'5 karb#hidrat, dan 105 lemak.
%edangkan bahan padat an#rganik terdiri dari butiran, garam, dan metal *%ugihart#,
1/06+. %elain itu menurut Jenie 7 Rahayu *1//8+, limbah cair dari peng#lahan pangan
pada umumnya mengandung nitr#gen yang rendah, !.& dan padatan tersuspensi
tinggi, serta berlangsung dengan pr#ses dek#mp#sisi yang cepat. Limbah cair segar
mempunyai p9 mendekati netral dan selama penyimpanan p9 menjadi turun.
1
2
$#mp#nen limbah cair dari industri pangan sebagian besar adalah bahan #rganik.
$andungan bahan #rganiknya yang tinggi dapat ber-ungsi sebagai sumber makanan
untuk pertumbuhan mikr#ba. %ecara garis besar, limbah cair terdiri dari air *//,/5+ dan
bahan padat *0,15+. &alam bentuk cair dan padat ini terdapat bahan #rganik, yaitu
pr#tein *1'5+, karb#hidrat *2'5+, lemak *105+ dan bahan an#rganik, yaitu butiran
garam dan metal *%ugihart#, 1/06+.
"ahu merupakan salah satu jenis makanan yang dibuat dari kedelai yang tersusun dari
k#mp#nen( k#mp#nen yang berupa: pr#tein berkisar 403105, karb#hidrat berkisar 2'3
'05, lemak berkisar 03125, dan sisanya berupa kalsium, besi, -#s-#r, dan ,itamin.
Pr#tein merupakan k#mp#nen yang d#minan di dalam tahu. Pr#tein adalah senya;a
#rganik yang mengandung at#m karb#n, hidr#gen, #ksida, dan nitr#gen *Ratnani, 2011+.
<enurut %ugihart# *1/06+, air limbah yang sudah tercemar dapat diidenti-ikasi
berdasarkan dari kekeruhan, air, ;arna, bau yang ditimbulkan, rasa dan juga indikasi
lainnya. <ahida *1//2+ mengungkapkan bah;a terdapat syarat limbah yang dapat
dibuang ke saluran umum, yaitu :
"emperaturnya tidak b#leh terlalu tinggi, dimana pada umumnya dibatasi 1003
110=), karena limbah yang panas dapat merusak bet#n dan l#gam dalam
saluran>pipa pembuanngan.
$#nsentrasi 4at berlemak dalam limbah pada umumya maksimal 100 mg>l atau
kurang.
"idak terdapat kandungan gas3gas beracun, berbau, menghasilkan bau keras,
serta tidak mengandung gas yang mudah terbakar>meledak.
Limbah tidak b#leh bersi-at asam>basa keras, dimana p9 yang baik berkisar
antara p9 ',' dan p9 /.
<emiliki ukuran seragam dari kecepatan hidr#lisis dan k#mp#sisi limbah.
"idak terdapat kandungan 4at padat yang dapat mengendap dan berdaya berat
spesi-ik tinggi *misalnya pasir dan silik#n, ;#l, rambut, kain dan bahan kasar
lainnya+.
"erdapat beberapa tingkatan dalam pr#ses peng#lahan air limbah menurut ?intings
*1//2+ dan %ugihart# *1/06+, yaitu :
a. Pre-treatment
Pada tingkatan ini padatan dapat berupa lumpur, sisa kain, p#t#ngan kayu, pasir,
sisa pembersihan daging dan lainnya. Pada umumnya, bahan tersebut dapat dengan
8
mudah diidenti-ikasikan sebab dengan mata dapat terlihat dengan mudah pada air
yang k#t#r. %edangkan bahan lain yaitu lapisan minyak atau lemak pada permukaan
air. Pada pr#ses peng#lahan pre-treatment biasanya digunakan saringan yang agak
kasar, akan tetapi dipilih yang tidak mudah berkarat. %aringan ini diperiksa secara
berkala untuk mengambil bahan yang tertinggal di saringan *residu+ sehingga tidak
memperlambat aliran air. Peng#lahan tingkat pre-treatment akan berpengaruh pada
hasil peng#lahan tingkat primer.
b. Primary Treatment
Padatan yang halus, 4at pe;arna yang larut maupun tersuspensi dimana 4at34at
tersebut tidak terjaring pada penyaringan a;al perlu dihilangkan untuk
memudahkan pr#ses peng#lahan selanjutnya. !iasanya primary treatment
dilakukan dengan dua met#de, yaitu met#de peng#lahan secara -isik dan met#de
peng#lahan secara kimia. Peng#lahan secara -isik merupakan pengendapan yang
terjadi secara gra,itasi, sedangkan pr#ses peng#lahan secara kimia yaitu dengan
cara mengendapkan bahan padatan dengan penambahan bahan kimia. @danya
reaksi antara bahan pengendap dengan senya;a kimia dapat mengakibatkan bahan
butiran bertambah besar sehingga berat jenisnya lebih besar dibandingkan air. @kan
tetapi tidak semua reaksi dapat berjalan dengan sempurna, maka dari itu untuk
bahan tertentu semacam senya;a kimia #rganik tidak akan dapat mengendap.
Pr#ses pengendapan terjadi apabila senya;a pencemar limbah terdiri dari bahan3
bahan #rganik seperti aluminium, besi, timbal, nikel, dan sebagainya. Penambahan
bahan pengendap akan mengakibatkan terjadinya perubahan alkalinitas air.
!uangan air yang diinginkan dalam badan air selalu netral, maka dari itu perlu
dilakukan netralisasi sesuai dengan tingkat keasaman yang diinginkan. Peng#lahan
secara -isika dimungkinkan bagi bahan kasar yang telah di#lah dengan pr#ses
pengendapan atau pengapungan. Pr#ses pengendapan *tanpa penambahan bahan
kimia+ dengan penyediaan k#lam ukuran tertentu sementara air mengalir dan
kemudian partikel3partikel akan mengendap. $eberhasilan dari pr#ses pengendapan
tergantung dari ukuran partikel, k#nsentrasi padatan, berat jenis partikel, temperatur
air limbah, retention time dan juga banyaknya udara yang k#ntak dengan air
limbah. Primary treatment dapat menghilangkan sekitar 40 5 !.& dan 6' 5 t#tal
s#lid, tergantung dari bahan alami pada limbah *P#tter, 1/06+.
c. Secondary Treatment
4
Secondary treatment dapat dilakukan dengan reduksi bahan #rganik pada limbah
dengan menggunakan mikr##rganisme yang terdapat di dalam limbah cair itu
sendiri *Jenie 7 Rahayu, 1//8+. Pada dasarnya, secondary treatment melibatkan
pr#ses bi#l#gis, bertujuan untuk menghilangkan bahan3bahan #rganik melalui
pr#ses #ksidasi bi#kimia. Pr#ses bi#l#gis ini banyak menggunakan reakt#r lumpur
akti- dan Atrickling filterB. %istem lumpur akti- merupakan salah satu jenis
peng#lahan bi#l#gis, di mana mikr##rganisme akan berada dalam pertumbuhan
tersuspensi. Pr#sesnya bersi-at aer#bik, yaitu perlu #ksigen untuk reaksi bi#l#ginya.
$ebutuhan #ksigen dapat terpenuhi dengan cara mengalirkan udara>#ksigen murni
ke dalam reakt#r bi#l#gi, sehingga cairan di dalam reakt#r dapat melarutkan
#ksigen C 2 mg>L. Jumlah ini merupakan kebutuhan minimum yang diperlukan
mikr#ba di dalam lumpur akti- *Ratnani, 2011+. &alam pr#ses lumpur akti-, air
buangan akan masuk ke dalam tangki aerasi, tempat mikr##rgansime
mengk#nsumsi buangan #rganis dan akan membentuk sel3sel baru. 9asilnya adalah
akan muncul endapan pada bagian dasar bak. !agian yang tebal pada dasar
kemudian diambil kembali yang merupakan bi#masa mikr##rganisme dalam
lumpur akti- *?intings, 1//2+.
d. Tertiary Treatment
<enurut @rpah *1//8+, pada tingkat lanjutan *tertiary treatment+ ini terutama
digunakan untuk menghilangkan senya;a3senya;a kimia an#rganik *seperti
kalsium, kalium, -#s-#r, sul-at, nitrat+ serta senya;a #rganik. "erjadinya pr#ses
-isika, kima dan bi#l#gis pada peng#lahan tingkat lanjut ini antara lain -iltrasi atau
penyaringan, destilasi, pengapungan atau floating, pembekuan, striping, dan
sebagainya. &imana pr#ses kimia meliputi penyerapan atau ads#rbsi karb#n akti-,
pengendapan dengan bahan kimia, pertukaran i#n, elektr#kimia, #ksidasi dan
reduksi. %edangkan pr#ses bi#l#gis yaitu dengan pr#ses penelitian bakteri dan
nitri-ikasi ganggang.
d. &esin-eksi
"ujuan dilakukannya desin-eksi adalah untuk menghilangkan atau minimal
menurunkan mikr#bia pat#gen pada limbah pangan. D#lk 7 Wheeler *1//8+
menyatakan bah;a desin-eksi merupakan pr#ses penting dalam pengendalian
penyakit, dikarenakan tujuannya adalah perusakan agen3agen pat#gen. <ekanisme
kerja dari desin-ektan dilakukan dengan cara merusak pr#tein sel, membran sel
'
ataupun pada gen yang khas sehingga dapat berakibat kematian atau mutasi.
%edangkan menurut %ugihart# *1/06+, mekanisme pembunuhan ini sangat
dipengaruhi #leh k#ndisi 4at pembunuh dan mikr##rganisme itu sendiri. !anyaknya
4at pembunuh kimia termasuk kl#rin dan k#mp#nennya yang mematikan bakteri
dapat menginakti-kan en4im utama, sehingga dapat terjadi kerusakan pada dinding
sel mikr##rganisme seperti yang dilakukan apabila digunakan radiasi atau panas.
e. Peng#lahan Lanjutan
&ari setiap tahap pada peng#lahan air limbah maka hasilnya merupakan lumpur
dimana lumpur tersebut perlu diadakan peng#lahan khusus. 9al tersebut bertujuan
agar lumpur yang dihasilkan dapat diman-aatkan kembali dalam keperluan yang
berman-aat yaitu seperti untuk penimbunan pupuk, membuat k#lam, dan pengisian
tanah yang cekung *land filling+. Perlakuan terhadap air limbah dengan cara -isika,
dapat melalui pr#ses peng#lahan secara mekanis dengan atau tanpa penambahan
bahan kimia yang meliputi penyaringan, penghancuran, perataan air, pencampuran,
penggumpalan, pengendapan, pengapungan dan juga penapisan.
Penyaringan
"ujuan dari penyaringan adalah untuk pemisahan padatan tidak larut dan juga
bahan kasar lainnya yang biasanya memiliki ukuran yang cukup besar,
sehingga padatan tersebut tertahan dan -iltratnya turun. !ahan penyaring yang
sering digunakan adalah ka;at stainless steel berupa anyaman, plat karb#n
*ukuran kasar, sedang dan halus+, kain polyster serta ka;at tembaga
*?intings, 1//2+.
Penggumpalan
&alam air terdapat partikel(partikel yang larut dan juga partikel yang tidak
larut. Partikel yang tidak larut akan mengambang dalam air ataupun
membentuk endapan di dasar ;adah. &engan adanya penambahan 4at kimia
tertentu maka partikel ini akan bereaksi membentuk partikel yang berukuran
besar atau menggumpal dan karena beratnya sendiri akan mengendap. !ahan
kimia yang digunakan untuk penggumpalan adalah aluminium sul-at atau
-err# sul-at. %edangkan untuk mempercepat reaksi maka digunakan bantuan
pengaduk dengan kecepatan yang diatur *?intings, 1//2+.
<enurut $usnaedi *1//0+, terdapat beberapa -akt#r yang dapat mempengaruhi
k#agulasi, yaitu :
E-ek p9
1
Pada setiap jenis air terdapat sedikitnya satu range p9 yang tepat untuk k#agulasi
dan -l#kulasi dalam ;aktu singkat dengan d#sis yang diberikan, dengan
dilaksanakan dalam 4#na #ptimum.
E-ek garam
Pengaruh garam pada pr#ses k#agulasi yaitu dapat merubah rentang p9 untuk
k#agulasi, ;aktu -l#kulasi, d#sis k#agulan #ptimum, dan juga sisa k#agulan dalam
air setelah dilakukan peng#lahan.
E-ek pengadukan
Pengadukan yang cepat dibutuhkan pada penambahan k#agulan agar distribusi
k#agulan lebih merata. Pada tahap kedua pengadukan bertujuan untuk pr#ses
k#agulasi dengan kecepatan rendah sehingga menghasilkan kesatuan dari k#l#id3
k#l#id yang tidak stabil.
.ksigen terlarut diperlukan dalam respirasi mikr##rganisme aer#b dan mikr##rganisme
aer#b lainnya. !agaimanapun juga #ksigen hanya dapat sedikit larut di dalam air.
$eberadaan #ksigen terlarut dalam air limbah sangat diperlukan dalam mencegah
terbentuknya bau yang tidak diinginkan *"ch#ban#gl#us, 1/01+. "ujuan dilakukannya
aerasi adalah untuk meningkatkan kandungan .
2
yang terlarut, meningkatkan e-ekti,itas
pr#ses selanjutnya dan juga memperkecil !.& dan F.&, selain itu juga
menghilangkan bahan #rganik. @erasi juga diperlukan untuk memperbanyak mikr#ba
yang memiliki si-at aer#bik yang akan digunakan untuk mencerna air limbah
*%ugihart#, 1/06+.
%uhardi *1//1+ mengungkapkan bah;a buangan limbah cair yang diinginkan dalam
badan air selalu netral, maka dari itu perlu dilakukan netralisasi sesuai dengan tingkat
keasaman yang dikehendaki. D#lk 7 Wheeler *1//8+ menambahkan bah;a k#nsentrasi
air limbah n#rmal memiliki tingkat keasaman yang berkisar antara 1,' ( 0,'. <aka dari
itu, air yang memiliki tingkat keasaman yang tinggi akan dapat mengakibatkan
kehidupan makhluk dalam air menjadi terancam. .leh karenanya, netralisasi p9 juga
dilakukan untuk menghindari ancaman pada lingkungan sekitar.
1.2.2. Karakteristik "isika#i
<enurut Gt#m# *1//0+, limbah memiliki karakteristik -isika;i yang dapat diamati
secara langsung dengan alat indera manusia, dimana penentuan derajat kek#t#ran dari
limbah cair dipengaruhi #leh adanya si-at -isik yang terlihat. %i-at -isik limbah cair
6
sendiri meliputi adanya kandungan 4at padat, suhu, kekeruhan, ;arna dan bau.
%ugihart# *1/06+ juga menambahkan kandungan 4at padat berhubungan dengan jumlah
padatan t#tal, karakteristik dari padatan tersuspensi, dan karakteristik pengendapan dari
padatan itu sendiri.
3 Warna
&ari hasil pengamatan, diketahui bah;a limbah yang berasal dari rumah perendaman
tahu adalah kuning kec#klatan. Warna limbah tersebut dapat menunjukkan kualitas dari
limbah itu sendiri dikarenakan memberikan petunjuk jumlah benda yang tersuspensi
dan juga terlarut. Warna yang dihasilkan dari limbah cair ini tidak dapat digunakan
untuk penentuan apakah limbah berbahaya atau tidak *Jenie 7 Rahayu, 1//8+.
%astra;ijaya *1//1+ menambahkan bah;a ;arna dari air limbah cair dapat dapat
menunjukan rusak tidaknya suatu limbah, dimana apabila air limbah tersebut ber;arna
gelap berarti limbah tersebut telah membusuk. Penentuan dari limbah cair dapat
menggunakan k#mparat#r ;arna dan juga skala standar. %elain itu, %uhardi *1//1+ juga
mengatakan bah;a bahaya atau tidaknya suatu limbah dapat dilihat dari ;arna limbah,
dimana limbah yang ber;arna hitam memiliki kandungan Pb yang tinggi, sedangkan
limbah yang ber;arna kuning memiliki kandungan )e yang tinggi dan limbah yang
ber;arna biru memiliki kandungan Fu yang tinggi.
3 $ekeruhan
$ekeruhan dapat menjadi standar dari karakteristik -isik suatu limbah, dimana suatu
tingkat kekeruhan yang sebenarnya dapat diukur dengan menggunakan
spektr#-#t#meter. Limbah yang masih keruh, harus dijernihkan terlebih dahulu dengan
cara pengendapan padatan, kemudian diukur kembali dengan spektr#-#t#meter
*%uhardi, 1//1+. <enurut %ugihart# *1/06+, kekeruhan disebabkan #leh adanya benda3
benda yang tercampur atau adanya benda k#l#id di dalam air. Jenie 7 Rahayu *1//8+
mengatakan bah;a dengan mengetahui dan melihat tingkat kekeruhan suatu limbah
cair, maka akan dapat mengetahui apakah padatan #rganik atau an#rganik banyak atau
tidak dalam limbah cair tersebut. ?intings *1//2+ menambahkan bah;a kekeruhan
limbah cair terjadi dikarenakan adanya penguraian 4at tertentu seperti bahan #rganik,
jasad renik, lumpur, tanah liat serta benda3benda lainnya yang melayang atau terapung
yang bentuknya sangat halus sekali.
0
Pr#ses penyerapan *ads#rbsi+ merupakan pr#ses mengumpulkan benda3benda yang
terlarut yang terdapat pada larutan diantara dua permukaan. !anyaknya bahan padat
digunakan sebagai bahan penyerap untuk mengurangi tingkat kekeruhan suatu cairan.
!ahan penyerap dengan harga yang mahal pada umumnya memiliki luas permukaan
yang lebih luas setiap unitnya, dimana peningkatan dari luas permukaan dilakukan
melalui pembelahan bahan adsorbent. Pr#ses penyerapan juga ber-ungsi sebagai
penjernihan limbah cair. Penjernihan air limbah bertujuan untuk mengurangi peng#t#r
seperti bahan #rganik, partikel dan benda yang tidak dapat diuraikan
*nonbiodegradable+ dan juga gabungan antara bau, rasa dan ;arna. $arb#n akti-
alamiah merupakan padataan yang biasanya berbentuk butiran karb#n maupun bubuk
karb#n yang digunakan untuk peng#lahan air limbah dan setelah dipergunakan dapat
diakti-kan kembali. $arb#n akti- mempunyai daya serap yang baik karena memiliki luas
permukaan yang besar, dan dapat mengikat benda3benda #rganik dan partikel3partikel
lain dengan baik *%ugihart#, 1/06+.
<enurut <elita dan "uti *2008+, karb#n akti- dibagi atas 2 tipe, yaitu:
1. $arb#n akti- sebagai pemucat, biasanya berbentuk p#;der yang sangat halus,
diameter p#ri mencapai 1000 @rmstr#ng. $arb#n akti- berbentuk p#;der biasanya
digunakan dalam -ase cair dan ber-ungsi untuk memindahkan 4at34at penganggu
yang menyebabkan ;arna dan bau yang tidak diharapkan serta membebaskan
pelarut dari 4at34at penganggu dan kegunaan lain yaitu pada industri kimia dan
industri baru.
2. @rang akti- sebagai penyerap uap, biasanya berbentuk granular yang sangat keras
diameter p#ri berkisar antara 103200 @rmst#rng. $arb#n akti- berbentuk granular
memiliki tipe p#ri lebih halus, digunakan dalam -ase gas, ber-ungsi untuk
memper#leh kembali pelarut, katalis, pemisahan dan pemurnian gas.
%elain itu, karb#n akti- bubuk menunjukkan kemampuan lebih tinggi dalam mereduksi
l#gam terlarut. Perbedaan jenis karb#n akti- ini berimplikasi pada perbedaan luas
pemukaan akti- karb#n akti-, yang mana keduanya mempengaruhi laju di-usi l#gam
berat terlarut ke dalam pusat karb#n akti- *%uprihatin dan ndrasti, 2010+.
3 !au
?intings *1//2+ mengungkapkan bah;a bau dari limbah dapat menunjukkan bah;a
limbah tersebut masih baru ataukah sudah mengalami pr#ses pembusukkan dikarenakan
/
penyimpanan. %elama penyimpanan, bau busuk dapat saja muncul dikarenakan adanya
pembusukan maupun kerusakan pr#tein, campuran nitr#gen, sul-ur dan -#s-#r atau
bahan #rganik lainnya pada limbah. !au tersebut timbul dikarenakan adanya kegiatan
mikr##rganisme yang menguraikan 4at #rganik sehingga menghasilkan gas tertentu.
%elain itu, timbulnya bau juga dapat dikarenakan #leh terjadinya reaksi kimia yang
menghasilkan gas. $uat tidaknya bau yang dihasilkan limbah tergantung dari banyak
dan juga jenis gas yang ditimbulkan.
@pabila limbah memiliki bau yang sangat menyengat, maka dipastikan limbah tersebut
banyak mengandung bahan #rganik. !au pada limbah itu sendiri disebabkan #leh
adanya pr#ses degradasi bahan #rganik #leh suatu mikr##rganisme. *%uhardi, 1//1+.
!au busuk pada air buangan industri tahu disebabkan adanya pr#ses pemecahan pr#tein
yang mengandung sul-ur atau sul-at tinggi #leh mikr#ba alam. Padatan yang terlarut dan
tersuspensi dalam air limbah pabrik tahu menyebabkan air keruh. 2at yang
menyebabkan air keruh adalah 4at #rganik atau 4at3 4at tersuspensi dari tahu atau
kedelai yang tercecer sehingga air limbah berubah menjadi seperti emulsi keruh.
*Ratnani, 2011+.
3 "emperatur
&ari hasil pengukuran suhu dengan menggunakan term#meter, maka diketahui bah;a
suhu limbah dari RP9 tahu adalah 4/HF. "emperatur berperan penting dalam penentuan
kehidupan air dan dapat mempengaruhi tingkat #ksigen terlarut *Jenie 7 Rahayu, 1//8+.
<ahida *1//2+ menambahkan bah;a pada suhu tinggi, yaitu 10HF maka akan
menunjukkan bah;a terdapat akti,itas bi#l#gis yang semakin meningkat, dan pada suhu
ruang, yaitu 26HF maka akan menunjukkan adanya pr#ses pembusukan dari limbah
tersebut. %uhu juga dapat digunakan untuk melihat kecenderungan dari akti,itas3
akti,itas kimia;i dan bi#l#gis, tekanan uap, pengentalan, tegangan permukaan dan
nilai3nilai penjenuhan dari benda padat dan gas. Pengentalan dapat digunakan untuk
mengatur sedimentasi. Pada suhu tinggi, pengentalan berkurang dan menghasilkan
peningkatan sedimentasi. "ingkat #ksidasi 4at #rganik pada suhu tinggi lebih besar
dibandingkan pada suhu rendah. %edangkan suhu yang tinggi dapat membunuh
mikr##rganisme pengurai yang dapat menyebabkan akti,itas bi#l#gis menurun.
<enurut ?intings *1//2+, temperatur air limbah akan dapat mempengaruhi kecepatan
10
reaksi kimia dalam air. %astra;ijaya *1//1+ mengatakan bah;a suhu tinggi pada
buangan atau limbah harus di;aspadai dikarenakan dapat mengancam kelangsungan
hidup bi#ta yang ada di badan air dan juga dapat memicu perkembangan mikr#bia yang
tidak menguntungkan.
1.2.2.1. Ka$%!$&a$ Pa%ata$ 'erlar!t '(tal) Pa%ata$ 'ers!spe$si %a$ '(tal
Pa%ata$
a. Total Solid *"%+
<enurut 9ammer 7 9ammer *1//1+ untuk mengukur jumlah padatan yang terdapat
dalam limbah cair maka digunakan analisa t#tal padatan, t#tal padatan tersuspensi dan
juga t#tal padatan terlarut. &imana t#tal padatan merupakan bahan yang tertinggal
setelah e,ap#rasi sampel atau air limbah dan juga pengeringan dalam #,en, dengan
sejumlah ,#lume tertentu yang diletakkan dalam ca;an p#rselen. @ir diuapkan dari
ca;an dengan pengeringan dalam #,en setidaknya selama 1 jam pada suhu 108310' F,
kemudian didinginkan dalam desikat#r dalam berat k#nstan. <iligram t#tal residu sama
dengan perbedaan antara berat ca;an setelah didinginkan dengan berat ca;an k#s#ng.
Padatan t#tal termasuk padatan tersuspensi t#tal, yaitu yang tertahan -ilter, dan padatan
terlarut t#tal, yaitu yang dapat mele;ati -ilter 2,0 Im atau dengan ukuran yang lebih
kecil dibandingkan dengan ukuran p#ri3p#ri -ilter *%astra;ijaya, 1//1+.
b. Total Suspended Solid (TSS)
9ammer 7 9ammer *1//1+ mengatakan bah;a "%% merupakan parameter yang
digunakan dalam mende-inisikan limbah cair dalam industri. Padatan tersuspensi dalam
air pada umumnya mengandung -it#plankt#n, 4##plankt#n, lumpur, sisa tanaman dan
he;an, k#t#ran manusia, k#t#ran he;an, serta limbah industri. "%% biasanya diberikan
dalam mg>lt atau bagian>juta *!pj+. %ebagai c#nt#h, air dengan "%% 200 menunjukkan
bah;a dalam 1 liter terdapat 200 mg padatan terlarut. "#tal padatan tersuspensi
mempengaruhi ketransparanan dan juga ;arna air. %i-at transparan ada hubungan
dengan pr#dukti-itas yang tinggi, dimana cahaya tidak akan dapat menembus dalam
jumlah banyak apabila k#nsentrasi bahan tersuspensi tinggi. %elain itu, ;arna air juga
ada hubungannya dengan kualitas air *%astra;ijaya, 1//1+.
c. Total Dissolved Solid *"&%+
11
<enurut %astra;ijaya *1//1+, "&% menggambarkan jumlah kepekatan padatan yang
berada pada suatu sampel air, dimana "&% dinyatakan dalam mg>l atau bagian>juta
*!pj+. Penentuan padatan terlarut t#tal dapat menentukkan kualitas air dengan cepat.
Jenie 7 Rahayu *1//0+ mengungkapkan bah;a padatan terlarut t#tal atau residu yang
dapat disaring ditetapkan dengan berat yang telah disaring dan die,ap#rasi atau sebagi
perbedaan antara residu setelah e,ap#rasi den berat padatan tersuspensi t#tal. <aka dari
itu, p#lutan sulit dihilangkan dari air limbah. Penanganan t#tal padatan terlarut dengan
menggunakan mikr##rganisme yang umumnya terdapat dalam air limbah, bertujuan
untuk k#n,ersi bahan partikulat.
9ammer 7 9ammer *1//1+ menambahkan bah;a padatan terlarut dan padatan yang
tidak terlarut mengacu pada materi yang tertahan dan mele;ati -ilter. !ahan yang tidak
terlarut *residu yang tidak tersaring+ tidak ditentukan secara langsung tetapi dihitung
dengan mengurangkan k#nsentrasi t#tal padatan tersuspensi dari k#nsentrasi t#tal
padatan. "ch#ban#gl#us *1/01+ mengatakan bah;a -raksi padatan yang dapat mele;ati
saringan terdiri atas padatan k#l#id dan padatan terlarut. )raksi padatan k#l#id
merupakan padatan yang mempunyai diameter sekitar 1 milimikr#n hingga 1 mikr#n.
%edangkan untuk padatan terlarut tersusun atas i#n3i#n dan m#lekul3m#lekul #rganik
maupun an#rganik yang terlarut dalam air. )raksi padatan k#l#id tidak dapat dipisahkan
dengan cara pengendapan tanpa perlakuan khusus. Pada umumnya, #ksidasi bi#l#gi
atau k#agulasi yang diikuti dengan pengendapan, diperlukan untuk memisahkan partikel
tersebut.
1.2.3. Karakteristik Kimia#i
Limbah cair tahu mengandung senya;a #rganik yang tinggi dan sedikit mengandung
senya;a an#rganik. $etika limbah cair tahu dibuang ke sungai, maka akan terjadi
peruraian senya;a k#mplek menjadi senya;a yang lebih sederhana. Pr#ses peruraian
bahan #rganik #leh mikr##rganisme aer#b memerlukan #ksigen dalam jumlah besar
untuk memper#leh energi. 9al ini menyebabkan terjadinya penurunan k#nsentrasi
#ksigen terlarut di dalam air. Penurunan yang mele;ati ambang batas akan
mengakibatkan kematian bi#ta air lain akibat kekurangan #ksigen. $etika #ksigen
terlarut tidak tersedia lagi, peruraian 4at #rganik dilakukan #leh mikr##rganisme
anaer#b yang mengeluarkan gas asam sul-ida *92%+ dan gas metana *F94+ yang berbau
12
seperti telur busuk. "ingginya k#nsentrasi 4at #rganik dalam limbah cair tahu termasuk
kandungan am#niak akan menyebabkan terjadi penurunan kandungan #ksigen dalam air
sehingga kebutuhan #ksigen bi#l#gi dan kebutuhan #ksigen kimia dalam perairan tinggi
*Ratnani, 2011+.
@ir limbah yang mengandung bahan kimia;i tentunya dapat merugikan lingkungan.
!ahan #rganik terlarut dapat mengurangi #ksigen dalam limbah serta dapat
menimbulkan rasa serta bau yang kurang sedap. Limbah akan lebih berbahaya lagi
apabila di dalam limbah tersebut mengandung suatu 4at beracun. !ahan3bahan kima
yang terkandung dalam limbah, yaitu bahan #rganik *pr#tein, karb#hidrat, lemak,
maupun minyak+, deterjen, kl#rida, sul-ur, l#gam berat, -#s-#r, maupun gas *%ugihart#,
1/06+. %ecara umum, bahan #rganik dalam air limbah mengandung sekitar 403105
pr#tein, 2'3'05 karb#hidrat, serta 105 lemak atau minyak. @pabila semakin banyak
kandungan dan jenis bahan #rganik yang terkandung dalam limbah, maka akan semakin
sulit pula pengel#laan air limbah tersebut, dikarenakan beberapa 4at tidak dapat
diuraikan #leh mikr#ba *?intings, 1//2+. !erdasarkan te#ri dari Ryadi *1/04+, si-at
kimia limbah cair meliputi p9, Chemical Oygen Demand *F.&+, dan !iochemical
Oygen Demand *!.&+. &alam limbah cair terdapat 4at34at #rganik yang mengandung
unsur karb#n *F+, hydr#gen *9+, #ksigen *.+, nitr#gen *J+, dan sebagainya. .ksigen
umumnya dipergunakan untuk penguraian senya;a3senya;a #rganik. Pengukuran nilai
!.& didasarkan pada kebutuhan #ksigen yang terlarut dalam limbah cair yang
digunakan untuk menguraikan senya;a #rganik dengan bantuan mikr##rganisme pada
k#ndisi tertentu *?intings, 1//2+.
Pada limbah cair perendaman tahu, dilakukan analisa terhadap karakteristik kimia;i,
yaitu :
1. F.& *Chemical Oygen Demand+
<enurut %uhardi *1//1+, prinsip dari Chemical Oygen Demand *F.&+ atau kebutuhan
#ksigen kimia;i yaitu jumlah atau banyaknya #ksigen *biasanya dalam ppm atau mg>L+
yang diperlukan dalam k#ndisi khusus dalam pr#ses penguraian bahan #rganik secara
kimia;i. Penguraian benda #rganik tersebut melalui pr#ses #ksidasi dengan
menggunakan agen #ksidasi kuat dalam suasana asam. %ecara luas, F.& digunakan
sebagai ukuran besarnya pencemaran air limbah d#mestik dan juga air limbah industri.
Gntuk uji F.&, diperlukan bahan #ksidasi seperti p#tasium dichr#mate, yang
18
merupakan suatu campuran yang relati- mudah dan dapat diper#leh dalam keadaan yang
sangat murni. Pada uji F.&, dilakukan penambahan larutan kalium bikr#mat dan
merkuri sul-at yang bertujuan untuk menyebabkan terjadinya reaksi reduksi ( #ksidasi
menghasilkan .n yang merupakan #ksigen bebas yang nantinya akan diukur dengan
titrasi i#d. Reaksi #ksidasi ( reduksi tersebut dapat terjadi karena kalium bikr#mat
merupakan senya;a yang bersi-at #ksidat#r kuat. Reaksi #ksidasi ( reduksi tersebut
dapat berlangsung #ptimal dalam k#ndisi asam *%uhardi, 1//1+. Jenie 7 Rahayu *1//8+
menambahkan bah;a penggunaan katalis perak sul-at dan merkuri sul-at bertujuan
untuk mengatasi gangguan kl#rida dan menjamin #ksidasi senya;a3senya;a ben4ene
dan am#nia tidak diukur dalam uji ini.
!erdasarkan te#ri dari %uhardi *1//1+, F.& dengan nilai yang tinggi mengidenti-iksi
adanya pencemaran air #leh 4at34at #rganik yang umumnya dapat berasal dari berbagai
sumber seperti limbah pabrik, limbah rumah tangga, dan sebgainya. "erdapat 2 jenis 4at
#rganik dalam air, yaitu 4at #rganik yang mudah dicerna #leh mikr#ba *seperti gula3gula
sederhana+ dan 4at #rganik yang sulit dicerna *seperti lignin, selul#sa, dan minyak+.
&asar penentuan t#tal 4at #rganik adalah dengan meng#ksidasi dengan menggunakan
#ksidat#r berupa $
2
Fr
2
.
6
. !anyaknya #ksidat#r $<n.
4
atau $
2
Fr
2
.
6
yang digunakan
dalam pr#ses #ksidasi sebanding dengan banyaknya t#tal 4at #rganik yang ter#ksidasi.
Jilai F.& akan selalu lebih tinggi dibandingkan dengan nilai !.&. 9al tersebut
dikarenakan #leh beberapa -akt#r yaitu bahan kimia tersebut tahan #ksidasi bi#kimia
tetapi tidak tahan #ksidasi kimia *seperti lignin+, bahan kimia dapat di#ksidasi secara
kimia dan peka #ksidasi bi#kimia tetapi tidak dalam uji !.& ' hari *seperti selul#sa,
lemak berantai panjang atau sel( sel mikr#ba+, serta terdapat bahan t#ksik dalam limbah
yang dapat mengganggu uji !.& tetapi tidak untuk uji F.& *Jenie 7 Rahayu, 1//8+.
<eskipun met#de F.& tidak dapat mengukur limbah yang di#ksidasi secara bi#l#gi,
akan tetapi met#de ini lebih praktis. Gntuk limbah yang spesi-ik serta pada -asilitas
penanganan limbah yang spesi-ik sangat dimungkinkan untuk memper#leh hubungan
antara nilai3nilai F.& dan !.&. <et#de F.& memiliki keuntungan yaitu cepat, lebih
teliti *sekitar 05+ dan memberikan perkiraan kebutuhan #ksigen t#tal dari suatu limbah.
Perubahan nilai F.& dan !.& suatu limbah dapat terjadi selama penanganan. Limbah
yang tidak diberi penanganan banyak mengandung bahan yang tidak ter#ksidasi secara
bi#l#gis dan akan meningkat karena residu massa sel dari respirasi. F.& dan !.& akan
14
meningkat seiring dengan semakin stabilnya bahan yang ter#ksidasi secara bi#l#gi
*Jenie 7 Rahayu, 1//8+.
2. !iological Oygen Demand *!.&+
!iological Oygen Demand *!.&+ adalah suatu analisa empiris dengan dasar
pendekatan secara gl#bal pr#ses bi#l#gis yang benar3benar terjadi di alam. Jumlah
#ksigen yang dibutuhkan #leh mikr##rganisme untuk menguraikan 4at #rganis dan 4at
tersuspensi di dalam air limbah disebut dengan angka !.&. Penguraian ini terjadi
secara alami, dimana badan air yang tercemari dapat berakibat pada kematian bakteri.
9al ini akan menyebabkan terjadinya pr#ses #ksidasi yang dapat mengakibatkan
kematian ikan3ikan di perairan. %elain itu, suasana yang anaer#b dapat menyebabkan
bau yang busuk pada air *@laerts 7 $urniaka, 1/04+. Jenie 7 Rahayu *1//8+
menambahkan bah;a #ksigen sangat dibutukan dalam pr#ses #ksidasi bahan #rganik.
Pengujian !.& umumnya dilakukan untuk mengindikasi kasar jumlah kandungan
bahan #rganik di dalam sampel limbah.
Pengujian !.& selama ' hari dengan suhu 20
0
F dilakukan dengan menggunakan
sampel yang disimpan di dalam b#t#l kedap udara. %tabilisasi yang sempurna dapat
membutuhkan ;aktu lebih dari 100 hari pada suhu 20
0
F. nkubasi yang terlalu lama
tersebut menjadi tidak praktis untuk penentuan yang dilakukan secara rutin. .leh karena
itu, "ssociation of Official "nalytical *@.@F+ menyarankan peri#de inkubasi ' hari dan
dikenal dengan sebutan !.&
'
. Penguraian bi#l#gi pada pengujian !.&
'
tidak dapat
berjalan secara maksimal. @kan tetapi, senya;a3senya;a #rganik tersebut tetap dapat
menurunkan kualitas air. <aka dari itu, perlu diketahui k#nsentrasi #rganik dalam
limbah dan setelah masuk dalam perairan sungai atau danau *%astra;ijaya, 1//1+.
Pada pengujian !.&, temperatur yang digunakan adalah 1/321
#
F dalam inkubat#r atau
#aterbath$ Pengujian !.& bertujuan untuk menentukan kebutuhan #ksigen relati- dari
effuluent yang telah di#lah dan air yang terp#lusi. @kan tetapi, tes ini juga nilainya
terbatas dalam mengukur kebutuhan #ksigen sesungguhnya pada permukaan air
*9ammer 7 9ammer, 1//1+. <enurut Jenie 7 Rahayu *1//8+, uji !.& memiliki
beberapa kelemahan, yaitu -ase lag yang tidak dapat diprediksi panjangnya sehingga
dapat terjadi sebelum pertumbuhan akti- dimulai. Panjang lag akan berpengaruh pada
nilai !.& ' hari dengan cara menggeser kur,a sepanjang sumbu ;aktu.
1'
@laerts 7 $urniaka *1/04+ menambahkan bah;a terdapat ' jenis gangguan yang
umumnya terdapat dalam analisa !.&, yaitu :
Pr#ses nitri-ikasi
Pr#ses ini dapat terjadi di dalam b#t#l dari hari ke (2 s>d hari ke 10. Pr#ses ini juga
membutuhkan #ksigen. %emakin banyak reaksi nitri-ikasi terjadi, maka #ksigen
yang akan dianalisa dalam tes !.& akan semakin tidak teliti. <aka dari itu, dalam
analisa !.&, pertumbuhan bakteri penyebab nitri-ikasi harus dihalangi dengan
inhibit#r, ;alaupun kemungkinan suhu yang tinggi seperti di daerah tr#pis juga akan
meningkatkan pr#ses nitri-ikasi ini.
2at beracun yang dapat memperlambat pertumbuah bakteri sehingga analisa !.&
menjadi tidak teliti.
$eluarnya #ksigen dari dalam b#t#l
Gntuk mencegah keluarnya #ksigen di dalam b#t#l maka b#t#l harus ditutup rapat (
rapat, dan gelembung udara tidak b#leh berada di dalam b#t#l. 9al tersebut
disebabkan karena dengan adanya gelembung udara akan menyebabkan
kemungkinan terjadinya penggunaan #ksigen #leh k#ntaminan seperti ganggang dan
lumut. <aka dari itu, penyimpanan b#t#l harus diletakkan di tempat yang gelap.
Jutrien
Jutrien merupakan salah satu syarat kehidupan bakteri ( bakteri yang akan dianalisa
kebutuhan #ksigennya.
Fara pembenihan bakteri yang c#c#k dalam air limbah.
"ch#ban#gl#us *1/01+ mengungkapkan bah;a keberadaan #ksigen terlarut dalam air
limbah sangat diperlukan untuk mencegah terbentuknya bau yang tidak diinginkan. @ir
buangan dengan !.& tinggi yang langsung dibuang keperairan atau badan air dapat
mengganggu keseimbangan ek#l#gik. %elain itu, dapat pula menyebabkan kematian
bi#ta perairan. %ecara umum, nilai !.&
'
adalah sekitar 40031000 mg>l pada inlet dan
diba;ah '0 mg>l pada #ulet tangki aerasi.
8. p9
<enurut %uhardi *1//1+, p9 meter terdiri dari alat penera *p#tensi#meter+ dan dua buah
elektr#da, dimana saat alat ini dihubungkan dengan sumber tenaga, maka rantainya akan
menjadi tertutup. @liran listrik diketahui dari g#yangan jarum pada alat penera yang
menggambarkan besarnya kadar i#n 9. $adar p9 yang baik adalah p9 yang masih
memungkinkan kehidupan bi#l#gis di dalam air tersebut berjalan dengan baik. @ir
11
limbah dengan k#nsentrasi tidak netral akan menyulitkan pr#ses bi#l#gis sehingga
mengganggu pr#ses penjernihan. %elain itu, air buangan yang mempunyai p9 tinggi
atau rendah menjadikan air buangan steril dan sebagai akibatnya akan membunuh
mikr##rganisme air yang diperlukan. %emakin kecil suatu p9, maka akan semakin asam
air limbah tersebut *%ugihart#, 1/06+.
9idr#gen bebas atau i#n hidr#ksil selalu ada dalam pemisahan m#lekul3m#lekul larutan
cairan, maka dengan kelebihannya tersebut, salah satu m#lekul dapat menyebabkan
larutan menjadi asam atau alkali. @ir limbah d#mestik yang n#rmal biasanya memiliki
si-at agak basa. <ahida *1//2+ mengungkapkan bah;a apabila p9 mendekati ', maka
tingkat keasaman pencernaan menjadi tidak n#rmal. &an apabila p9 kurang dari ' atau
lebih dari 10, maka pr#ses aer#bik bi#l#gis akan menjadi kacau. 9ammer 7 9ammer
*1//1+ mengungkapkan bah;a nilai keasaman limbah cair ditentukan #leh banyaknya
i#n hidr#gen yang larut dalam air. $#nsentrasi air n#rmal memiliki tingkat keasaman
berkisar antara 1,' ( 0,'. @ir yang mempunyai tingkat keasaman yang tinggi
mengakibatkan kehidupan makhluk dalam air menjadi terancam. @ir menjadi asam
karena adanya buangan yang mengandung asam seperti asam sul-at dan asam kl#rida.
%edangkan buangan yang bersi-at basa *alkalis+ bersumber dari buangan yang
mengandung bahan #rganik seperti senya;a karb#nat, bikarb#nat dan hidr#ksida.
$easaman air yang rendah membuat air sukar berbuih karena mengandung 4at seperti
kalium dan natrium *?intings, 1//2+.
1.2.4. Karakteristik Bi(l(&is
<ikr#ba menjadi salah satu dasar -ungsi#nal dalam penanganan air limbah. @ir limbah
perlu diperiksa kualitas bi#l#gisnya, dimana hal tersebut bertujuan untuk memisahkan
bakteri3bakteri pat#gen yang berada dalam limbah tersebut *%ugihart#, 1/06+.
Peng#lahan air limbah secara bi#l#gis meman-aatkan kegiatan mikr##rganisme dalam
air dalm merubah senya;a3senya;a kimia yang terdapat dalam air menjadi senya;a
lain. <ikr##rganisme tersebut akan mengk#nsumsi bahan3bahan #rganik dan
menghasilkan bi#massa sel yang baru. <ikr#ba juga meman-aatkan energi yang
dihasilkan dari reaksi #ksidasi untuk metab#lismenya *Edah;ati 7 %uprihatin, 200'+.
@erasi merupakan suatu mekanisme untuk mengetahui karakteristik bi#l#gi dari suatu
limbah. @erasi adalah suatu sistem #ksigenasi melalui penangkapan .
2
dari udara pada
16
air #lahan yang akan dipr#ses *$usnaedi, 1//0+. @erasi bertujuan untuk membunuh
mikr##rganisme yang bersi-at aer#bik. !akteri merupakan salah satu mikr##rganisme
yang sebagian besar bersi-at aer#bic dan merupakan parameter terpenting dalam sistem
penanganan air limbah. $eberadaan bakteri dalam air limbah perlu ditangani lebih
lanjut, dikarenakan beberapa bakteri memiliki si-at pat#genik dan kultur bakteri dapat
digunakan untuk menghilangkan bahan #rganik dan mineral3mineral yang tidak
diinginkan di dalam air limbah *Jenie 7 Rahayu, 1//8+.
<enurut %unu *2001+, -akt#r3-akt#r yang mempengaruhi jumlah dan jenis
mikr##rganisme yang terdapat di dalam air adalah sumber air, k#mp#nen nutrien dalam
air, k#mp#nen beracun, #rganisme air, serta -akt#r -isik *seperti suhu, p9, tekanan
#sm#tik, tekanan hidr#statik, aerasi, dan penetrasi sinar matahari+. <enurut Jenie 7
Rahayu *1//8+, dalam mengatasi mikr##rganisme pada sistem peng#lahan limbah,
dapat dilakukan dengan disin-eksi yang merupakan pr#ses membunuh jasad renik
bersi-at pat#gen, baik secara kimia maupun -isik. %eluruh desin-ektan e-ekti- terhadap
sel ,egetati- kecuali pada sp#ranya. )ungsi dari desin-ektan pada limbah cair ataupun
pada air adalah untuk mereduksi k#nsentrasi bakteri termasuk bakteri pat#gen. !akteri
pat#gen dapat tahan selama beberapa hari pada permukaan air yang tergantung pada
k#ndisi lingkungan, p9, suhu, nutrisi, k#mpetisinya dengan mikr#ba lain, kemampuan
membentuk sp#ra dan ketahanannya dengan senya;a penghambat.
!erdasarkan te#ri dari %ugihart# *1/06+, desin-eksi dapat merusak langsung dinding sel
bakteri dan mekanisme pembunuhan sangat dipengaruhi k#ndisi 4at pembunuhnya dan
mikr##rganisme itu sendiri. !irdi *1/6/+ mengungkapkan bah;a desin-ektan tidak
berarti dapat membunuh semua mikr#ba dalam medium yang diperlukan. <enurut Jenie
7 Rahayu *1//8+, hal(hal yang perlu diperhatikan dalam mengunakan desin-ekstan
adalah t#ksisitas terhadap mikr##ganisme pada k#nsentrasi rendah, harus larut dalam air
agar penggunaannya e-ekti-, stabilitas selama penyimpanan, tidak beracun terhadap
manusia dan he;an, h#m#genitas, t#ksisitas terhadap mikr##rganisme pada suhu kamar,
kemampuan penetrasi, tidak k#r#si- atau tidak menimbulkan ;arna, kemampuan
menghilangkan bau, kemampuan sebagai detergen, serta ketersediaan.
Penggunaan kl#rin sebagai desin-ektan merupakan #ksidat#r yang dapat bereaksi
dengan beberapa k#mp#nen #rganik pada limbah. &isin-eksi menggunakan kl#rin
10
biasanya diberikan pada air limbah yang relati- jernih *tidak terlalu keruh+ dan pada air
yang mengandung suspensi padatan sedikit atau tidak terlalu tinggi *biasanya relati-
rendah+. $l#rinasi merupakan salah satu pr#ses yang cukup e-ekti- apabila digunakan
dalam mengatasi limbah cair. %ehingga aplikasi kl#rin biasanya dilakukan setelah
limbah melalui beberapa tahapan penghilangan padatan dan penjernihan. $l#rin banyak
digunakan dalam mengatasi bau yang timbul dari limbah dan untuk mereduksi jumlah
bakteri *Jenie 7 Rahayu, 1//8+. 9ammer 7 9ammer *1//1+ mengatakan bah;a kl#rin
dapat menimbulkan e-ek samping seperti meninggalkan residu yang mempengaruhi
kehidupan air serta bersi-at karsin#genik. Fairncr#ss 7 )eachem *1//8+ menambahkan
bah;a kl#rin e-ekti- untuk membunuh bakteri dan ,irus pada p9 rendah dan lebih
e-ekti- pada suhu yang hangat.
Pemusnahan mikr#ba #leh senya;a kl#rin dipengaruhi #leh k#nsentrasi p9, suhu dan
kemurnian air. @pabila k#nsentrasinya semakin besar, maka semakin besar juga p9nya,
dan daya pemusnahannya semakin kecil. %edangkan apabila suhunya semakin tinggi,
maka semakin besar pula daya pemusnahannya. @danya suatu gugusan #rganik dalam
air dapat mengurangi daya pemusnahan, dikarenakan banyak kl#rin terikat pada 4at34at
tersebut. Pr#ses ini dikenal dengan Kbreak pointL, yaitu suatu keadaan yang menyatakan
bah;a sisa kl#rin yang bebas dalam air mencapai k#nsentrasi terendah *%uhardi, 1//1+.
%teel *1/10+ menambahkan bah;a e-isiensi desin-ektan kl#rin berhubungan secara
langsung dengan p9 air. Pada nilai p9 yang tinggi e-isiensi desin-ektan akan semakin
kecil. !erikut merupakan mekanisme pemusnahan mikr#bia dengan kl#rin antara lain :
a. Reaksi #ksidasi.
<ikr#bia *k#mp#nen tidak jenuh+ M .
*n+
ter#ksidasi, mikr#ba mati.
b. <ikr#ba *en4im+ M kl#rin en4im inakti-, mikr#ba mati.
c. <ikr#ba *pr#tein+ M kl#rin pr#tein menggumpal, permeabilitas membran
terganggu mikr#ba mati.
2. PEMBAHASA*
&alam praktikum ini, dilakukan peng#lahan limbah terhadap limbah cair dengan
menggunakan beberapa treatment. &imana limbah cair yang digunakan #leh kel#mp#k
&4 dan &' adalah limbah cair perendaman tahu. Pada praktikum ini, setiap kel#mp#k
melakukan treatment yang berbeda3beda. %ebelum dilakukan treatment, uji pendahuluan
dilakukan terlebih dahulu yang hasilnya nanti akan dibandingkan dengan hasil limbah
yang telah ditreatment. !eberapa parameter yang menjadi pembanding dalam praktikum
ini adalah parameter -isik dan kimia, sedangkan parameter bi#l#gi tidak diamati lebih
lanjut dalam praktikum ini.
2.1. Karakteristik "isik
3 Ba!
!au merupakan salah satu indikat#r yang digunakan dalam menilai suatu limbah yang
dihasilkan #leh limbah tersebut. ?intings *1//2+ menyampaikan bau yang dihasilkan
dari limbah dapat menunjukkan apakah limbah tersebut masih baru atau sudah
mengalami pembusukkan selama pr#ses penyimpanan. &imana selama pr#ses
penyimpanan, biasanya kemunculan bau busuk dapat dikarenakan adanya pr#ses
pembusukan atau kerusakan pr#tein, campuran nitr#gen, sul-ur dan juga -#s-#r atau
bahan #rganik lainnya pada limbah. %elain itu, bau juga dapat ditimbulkan karena hasil
kegiatan mikr##rganisme dalam penguraian 4at serta adanya reaksi kimia yang
menimbulkan gas. $ekuatan bau limbah dihasilkan tergantung dari jenis dan banyaknya
gas yang ditimbulkan.
<enurut %uhardi *1//1+, bau dapat diukur dengan cara e,aluasi sens#ri yaitu dengan
indera pembau yang kita miliki, selai itu kita juga dapat menggunakan alat yang disebut
?F *?as Chromatography+ yang ber-ungsi untuk menganalisa senya;a3senya;a
penyebab bau. %ugihart# *1/06+ mengatakan hampir sebagian besar limbah industri
pangan berupa limbah #rganik yang bersi-at biodegradable *mengandung pr#tein dan
karb#hidrat yang tinggi+, dimana dapat diuraikan #leh alam dengan bantuan
mikr##rganisme. <ahida *1//2+ menambahkan bah;a sebagian besar dari bau yang
tidak sedap disebabkan #leh karena adanya campuran dari nitr#gen, sul-ur dan -#s-#r
dan juga berasal dari pembusukan pr#tein dan bahan #rganik lain yang terdapat dalam
air limbah, dan biasanya bau yang paling menyengat berasal dari hidr#gen sul-ida.
1/
20
$#nsentrasi am#niak kira3kira 0,086 mg>l dapat menimbulkan bau am#niak yang sedikit
menyengat, k#nsentrasi hidr#gen sul-ida 0,0011 mg>l dapat menyebabkan bau khas telur
busuk, 0,0021 mg>l karb#n disul-ida dapat menimbulkan bau yang tidak enak dan juga
bau yang memuakkan.
@nalisa bau yang diper#leh pada kel#mp#k &4 dan &' pada limbah perendaman tahu
sebelum treatment adalah sangat berbau dan setelah treatment adalah berbau. <enurut
<ahida *1//2+ bau pada limbah cair disebabkan karena adanya campuran dari nitr#gen,
sul-ur dan -#s-#r dan juga berasal dari pembusukan pr#tein dan bahan #rganik lain #leh
mikr##rganisme. Penurunan bau yang tidak terlalu signi-ikan dapat dikarenakan pada
tahapan disin-eksi, mikr##rganisme tidak tereduksi semua sehingga masih terdapat
metab#lism mikr#ba. &isin-eksi merupakan tahap yang penting untuk menghilangkan
mikr##rganisme yang merugikan dengan merusak membran sel atau pr#tein sel atau
pada gen yang khas. <ekanisme pembunuhan sangat dipengaruhi k#ndisi 4at
pembunuhnya dan mikr##rganisme itu sendiri *%ugihart#, 1/06+. %elain itu, dapat
terjadi karena sp#ra mikr#ba masih dapat bertahan setelah dilakukannya tahapan
disin-eksi. %emua desin-ektan e-ekti- terhadap sel ,egetati- tetapi tidak selalu e-ekti-
terhadap sp#ranya. !ahan kimia menimbulkan pengaruh yang lebih selekti- terhadap
jasad renik dibandingkan dengan perlakuan -isik seperti panas dan radiasi *)ardia4,
1//2+. !erdasarkan penjelasan diatas maka setelah dilakukan treatment seharusnya
limbah menjadi tidak berbau, dimana hilangnya bau dari limbah cair tersebut
dikarenakan limbah telah melalui berbagai tahapan treatment seperti ads#rbsi, aerasi
dan desin-eksi. &imana untuk pr#ses ads#rpsi dengan menggunakan karb#n akti- dapat
menyerap bahan #rganik dan bau sehingga akan menurunkan bau dari limbah *?intings,
1//2+. Pr#ses aerasi dapat mengurangi bahan #rganik dalam limbah cair dikarenakan
dengan adanya aerasi, maka pertumbuhan mikr##rganisme aer#b yang dapat
menguraikan bahan #rganik dapat di#ptimalkan. &engan adanya pertumbuhan
mikr##rganisme aer#b tersebut, bahan #rganik dapat dicerna *Jenie 7Rahayu, 1//8 dan
%ugihart#, 1/06+. %edangkan desin-eksi dapat membunuh mikr##rganisme pembusuk
sehingga tidak terjadi pr#ses pembusukan lebih lanjut *?intings, 1//2+.
3 +ar$a
Parameter lainnya yang diamati adalah ;arna, dimana ;arna yang dihasilkan #leh
limbah tersebut dapat menunjukkan kualitas dari limbah itu sendiri dikarenakan
21
memberikan petunjuk jumlah benda yang tersuspensi dan juga terlarut *Jenie 7 Rahayu,
1//8+. <enurut %astra;ijaya *1//1+ ;arna dari air limbah dapat menunjukkan
kekuatannya, dimana apabila air limbah tersebut ber;arna gelap berarti limbah tersebut
telah membusuk. Penentuan dari limbah cair dapat menggunakan k#mparat#r ;arna dan
juga skala standar. %elain itu, %uhardi *1//1+ juga mengatakan bah;a bahaya atau
tidaknya suatu limbah dapat dilihat dari ;arna limbah, dimana limbah yang ber;arna
hitam memiliki kandungan Pb yang tinggi, sedangkan limbah yang ber;arna kuning
memiliki kandungan )e yang tinggi dan limbah yang ber;arna biru memiliki
kandungan Fu yang tinggi.
Gntuk analisa ;arna diper#leh hasil pada kel#mp#k &4 dan &' sebelumnya adalah
ber;arna kuning kec#klatan dan sesudahnya adalah kuning. <enurut Jenie dan Rahayu
*1//8+ ;arna dari limbah selain menunjukkan kualitas dari limbah itu sendiri karena
memberikan petunjuk jumlah benda yang tersuspensi dan terlarut. Warna dari limbah
cair ini tidak dapat menentukan bahaya atau tidaknya suatu limbah cair, namun ;arna
dari air limbah dapat menunjukkan kekuatannya, di mana bila ;arnanya ber;arna gelap
itu berarti limbah tersebut sudah busuk. @ir limbah yang sudah basi atau busuk
ber;arna gelap.Warna air memberi petunjuk akan jumlah benda yang tersuspensi dan
terlarut. Pr#ses perubahan dari ;arna disebabkan karena dilakukannya serangkaian
tahapan pr#ses yang bertujuan untuk menjernihkan limbah. "erutama pr#ses ads#rbsi
(tertiary treatment) dimana pr#ses ini merupakan pr#ses penyerapan *ads#rbsi+ juga
dapat ber-ungsi sebagai pr#ses penjernihan limbah cair. Penjernihan air limbah
dipergunakan untuk mengurangi peng#t#ran bahan #rganik, partikel termasuk benda
yang tidak dapat diuraikan *nonbiodegradable+ ataupun gabungan antara bau, ;arna
dan rasa. <enurut %ugihart# *1/06+, pr#ses penyerapan *ads#rbsi+ adalah pr#ses
mengumpulkan benda ( benda terlarut yang terdapat dalam larutan antara dua
permukaan. Pr#ses penyerapan tersebut terjadi pada seluruh permukaan benda, maka
yang sering terjadi adalah bahan padat yang menyerap partikel yang berada di dalam air
limbah.
3 Keker!ha$
$ekeruhan dapat menjadi standar dari karakteristik -isik suatu limbah, dimana suatu
tingkat kekeruhan yang sebenarnya dapat diukur dengan menggunakan
spektr#-#t#meter *%uhardi, 1//1+. <enurut %ugihart# *1/06+, kekeruhan disebabkan
22
#leh adanya benda3benda yang tercampur atau adanya benda k#l#id di dalam air. Jenie
7 Rahayu *1//8+ mengatakan bah;a dengan mengetahui dan melihat tingkat kekeruhan
suatu limbah cair, maka akan dapat mengetahui apakah padatan #rganik atau an#rganik
banyak atau tidak dalam limbah cair tersebut. Pr#ses penyerapan ber-ungsi sebagai
penjernihan limbah cair. Penjernihan air limbah bertujuan untuk mengurangi peng#t#r
seperti bahan #rganik, partikel dan benda yang tidak dapat diuraikan
*nonbiodegradable+ dan juga gabungan antara bau, rasa dan ;arna *%ugihart#, 1/06+.
9asil analisa kekeruhan yang diper#leh sebelum dan sesudah treatment pada kel#mp#k
&4 dan &' adalah sama yaitu tetap keruh. %eharusnya, dari te#ri yang ada, pr#ses
k#agulasi akan menjernikan limbah cair yang keruh. 9al tersebut dapat disebabkan #leh
pr#ses penggumpalan yang kurang sempurna karena dilakukan pendiaman dengan
;aktu yang singkat yaitu hanya 80 menit. <enurut <ahida *1//2+, pr#ses k#agulasi
dapat mempercepat pr#ses sedimentasi. &imana pr#ses sedimentasi dilakukan dengan
cara menginkubasi limbah yang telah ditambah k#agulan selama 24 jam. %elain itu,
kekeruhan yang tidak menurun dapat dikarenakan pr#ses3pr#ses dalam penanganan
limbah itu sendiri yang mendukung pr#ses ads#rbsi agar dapat menghasilkan limbah
yang bening, antara lain pretreatment *-iltrasi+, primary treatment *k#agulasi+, dan
secondary treatment *aerasi+. %ugihart# *1/06+ menyampaikan untuk dapat memisahkan
padatan yang terdapat dalam suatu larutan atau limbah dilakukanlah pr#ses
penyaringan. Pr#ses penyaringan dilakukan dengan mempergunakan kain saring dan
juga kertas saring yang berukuran 0,6 mm atau lebih besar. Penyaringan dapat dilakukan
dengan lebih baik bila ditambah satu tahap pendahuluan yaitu k#agulasi agar padatan
terlarut yang sulit untuk disaring dapat menggumpal terlebih dahulu sehingga akan lebih
mudah dipisahkan dari bagian cair sehingga dapat mengurangi kekeruhan limbah cair
tersebut.
3 S!h!
%uhu dapat berperan penting dalam penentuan makhluk apa yang dapat hidup di air
yang telah diukur suhunya. %elain itu, suhu juga dapat mempengaruhi tingkat #ksigen
yang terlarut *Jenie 7 Rahayu, 1//8+. <enurut ?intings *1//2+, temperatur air limbah
akan dapat mempengaruhi kecepatan reaksi kimia serta tata kehidupan dalam air.
%astra;ijaya *1//1+ mengatakan bah;a suhu tinggi pada buangan atau limbah harus
28
di;aspadai dikarenakan dapat mengancam kelangsungan hidup bi#ta yang ada di badan
air dan juga dapat memicu perkembangan mikr#bia yang tidak menguntungkan.
9asil analisa suhu yang diper#leh pada hasil limbah cair perendaman tahu semua
kel#mp#k sama, yaitu 81
#
F dimana sebelumnya suhu limbah a;al sebelum dilakukan
treatment adalah 4/
#
F. 9asil yang sama itu dikarenakan pada kel#mp#k &4 dan &'
menggunakan sumber limbah cair perendaman tahu yang sama. !iasanya limbah
d#mestik memiliki suhu yang mendekati netral, yaitu antara 1' ( 2'
#
F. %uhu tersebut
berada diba;ah suhu #ptimum untuk pertumbuhan bakteri, tetapi bukan hambatan
utama dalam rancangan unit atau #perasinya *Jenie 7 Rahayu, 1//8+. %uhu yang
dihasilkan kel#mp#k &4 dan &' berada diatas suhu pertumbuhan #ptimum bakteri
dimana hal tersebut baik untuk perairan tempat pembuangan limbah. %uhu yang
dihasilkan juga tidak terlalu tinggi dimana menurut <ahida *1//2+ pada suhu tinggi,
yaitu 10HF maka akan menunjukkan bah;a terdapat akti,itas bi#l#gis yang semakin
meningkat, dan pada suhu ruang, yaitu 26HF maka akan menunjukkan adanya pr#ses
pembusukan dari limbah tersebut.
%elain itu, ketidaksesuaian hasil pengamatan karakteristik sens#ri *berupa ;arna,
kekeruhan dan bau yang meliputi indera pengelihatan dan penciuman praktikan+ dari
pengamatan tiap kel#mp#k serta dari te#ri yang ada juga dapat disebabkan karena uji
sens#ri bersi-at subjekti-. E,aluasi sens#ri yaitu dimana e,aluasi sens#ri atau sering
disebut #rgan#leptik adalah ilmu pengetahuan yang menggunakan indera manusia untuk
mengukur tekstur, penampakan, ar#ma dan -la,#r pr#duk pangan. E,aluasi sens#ri
biasanya dilakukan #leh penguji yang sering disebut sebagai panelis dimana pada
dasarnya penilaian yang dilakukan tiap panelis akan berbeda3beda atau bersi-at subjekti-
*Eb##k pangan, 2001+.
2.1.1. '(tal Pa%ata$
2.1.1.1. Total Solid
"#tal padatan adalah residu yang tertinggal setelah air limbah dikeringkan dalam ca;an
dengan #,en pada suhu 108310' F. <iligram t#tal residu sama dengan perbedaan
antara berat ca;an sebelum dengan berat ca;an k#s#ng *9ammer 7 9ammer, 1//1+.
Fara yang dapat digunakan adalah dengan cara kimia, yaitu k#agulasi dengan bahan
kimia tertentu *k#agulan+. Fara ini dapat mengurangi k#nsentrasi 4at pencemar dalam
24
limbah. Jamun cara ini menyebabkan adanya unsur baru dalam air limbah *%ugihart#,
1/06+. Pr#ses k#agulasi adalah pengumpalan melalui reaksi kimia. Partikel atau k#l#id
masing3masing memiliki muatan listrik yang t#lak men#lak, sehingga tidak dapat
menyatu menjadi partikel yang lebih besar yang dapat mengendap tetapi tetap dalam
bentuk suspensi. !ahan penggumpal merupakan garam l#gam yang bereaksi dengan
basa di dalam air untuk menghasilkan kumpulan hidr##ksida l#gam yang tidak dapat
larut *!uckle et al$, 1/06+.
Pada praktikum ini, k#agulan yanng digunakan adalah Fa*.9+
2,
ditambahkan sebanyak
'0 gram dalam 1 liter air limbah. %etelah itu, di lakukan jar test 100 rpm selama 1 menit
dan dilanjutkan 2' rpm selama 1' menit. Fara ini sesuai dengan te#ri dari $usnaedi
*1//0+ yang mengatakan bah;a pengadukan yang cepat dibutuhkan pada penambahan
k#agulan agar distribusi k#agulan lebih merata. %edangkan pengadukan kedua
dimaksudkan untuk pr#ses k#agulasi dengan kecepatan rendah untuk menghasilkan
kesatuan dari k#l#id3k#l#id yang tidak stabil.
&ari hasil pengamatan dapat dilihat bah;a nilai total solid kel#mp#k &4 dan &'
mengalami kenaikan setelah pr#ses treatment% yaitu dari 12.'00 mg>L menjadi 62.'00
mg>L untuk &4 dan dari 14.2'0 mg>L menjadi 46.'00 mg>L untuk &'. 9al ini
disebabkan karena menurut Jenie 7 Rahayu *1//8+, sebelum dilakukan pr#ses
peng#lahan (treatment), residu yang diper#leh setelah pr#ses pengeringan berasal dari
partikel tersuspensi dan terlarut dalam air limbah tahu a;al. %edangkan setelah pr#ses
treatment, total solid tidak hanya berasal dari partikel tersuspensi dan terlarut dalam air
limbah tahu a;al, namun juga berasal dari k#agulan yang ditambahakan dalam hal in
adalah Fa*.9+
2.
%elain itu, kenaikan ini juga berasal dari karb#n akti- yang
ditambahkan ketika dilakukan pr#ses treatment *abs#rbsi+$ Jika dibandingkan, dari
kel#mp#k &4 dan &' yang mengalami kenaikan lebih signi-ikan adalah kel#mp#k &4.
9al ini disebabkan karena ketika pr#ses abs#rbsi, karb#n akti- yang ditambahkan berupa
granula, sedangkan untuk &' karb#n akti- yang ditambahkan berupa serbuk. %ehingga
jumlah padatan didalam air limbah tahu setelah dilakukan pr#ses treatment meningkat
dan nilai total solid pun meningkat pula dari sebelumnya.
%elain itu ?intings *1//2+ juga menambahkan peningkatan nilai t#tal padatan
memungkinkan adanya partikel karb#n akti- yang ikut terlarut dan partikel3partikel
2'
limbah yang terurai sehingga menyebabkan terlarut. $arb#n akti- yang digunakan pada
pr#ses ads#rpsi memiliki at#m3at#m yang bersi-at saling tarik menarik. $etika karb#n
akti- dimasukkan ke dalam limbah cair perendaman tahu, tidak ada partikel padatan3
padatan tersuspensi dan padatan3padatan terlarut yang menarik at#m karb#n akti-
tersebut, sehingga karb#n akti-lah yang menarik padatan3padatan tersuspensi dan
padatan3padatan terlarut.
2.1.1.2. Total Suspended Solid
<enurut pendapat dari Jenie 7 Rahayu *1//8+ menyatakan bah;a total suspended solid
merupakan residu yang tidak dapat disaring dan dapat ditetapkan dengan penyaringan
,#lume air limbah yang digunakan melalui penyaring membrane dalam ca;an ?#uch.
%ugihart# *1/06+ menambahkan bah;a berat kering didapatkan satu jam pada suhu 1083
10'
#
F. <enurut %astra;ijaya *1//1+ limbah cair yang ber;arna semakin keruh
memiliki nilai pr#dukti,itas yang tinggi dibandingkan dengan limbah cair yang
ber;arna lebih bening. Limbah perendaman tahu memiliki ;arna yang keruh. 9al
tersebut sesuai dengan pendapat %astra;ijaya *1//1+ bah;a ;arna limbah dapat
dipengaruhi #leh adanya padatan terlarut *total dissolved solid+ dan tersuspensi *total
suspended solid+ dalam limbah cair.
Pada pengujian total suspended solid atau padatan tersuspensi t#tal, berdasarkan dari
hasil pengamatan didapatkan nilai "%% dengan sampel limbah tahu pada kel#mp#k &4
dan &' berbeda. Pada kel#mp#k &4 sebelum sampel ditreatment didapatkan hasil
sebesar /'0 mg>L dan pada &' sebesar /00 mg>L. 9asil setelah diberikan perlakuan
dengan pemanasan didapatkan hasil yang berbeda, pada kel#mp#k &' memiliki nilai
total suspended solid yang lebih tinggi dibandingkan dengan &4, yaitu sebesar 2800
mg>L. @danya perbedaan pada hasil pengamatan dapat dikarenakan pr#ses penyaringan
yang dilakukan kel#mp#k &4 dan &' berbeda. Pada kel#mp#k &4 menggunakan
granula karb#n, sedangkan &' adalah dengan serbuk karb#n. &ari hasil data
pengamatan didapatkan bah;a nilai "%% setelah diberikan perlakuan mengalami
peningkatan hasil. <enurut Jenie 7 Rahayu *1//8+ hasil setelah treatment mengalami
penurunan dibandingkan sebelum k#agulasi. $#agulasi dengan menggunakan Fa*.9+
2
dapat menggumpalkan dan mengendapkan padatan3padatan tersuspensi dan terlarut
yang akan bergabung menjadi satu, sehingga berat jenisnya menjadi besar dan dapat
21
diendapakan. 9asil "%% kel#mp#k &' lebih tinggi dibandingkan &4, sehingga akan
menghasilkan hasil penyaringan yang lebih baik dibandingkan &4. 9al tersebut
dikarenakan adanya padatan dalam air limbah tahu tersaring.
Padatan3padatan tersuspensi dan padatan3padatan terlarut akan bergabung menjadi satu
sehingga berat jenisnya menjadi besar dan dapat diendapkan. %elain itu penggunaan
karb#n akti- pada pr#ses ads#rpsi memiliki at#m3at#m yang bersi-at saling tarik
menarik. %ehingga ketika karb#n akti- dimasukkan ke dalam limbah cair perendaman
tahu, tidak ada partikel padatan3padatan tersuspensi dan padatan3padatan terlarut yang
menarik at#m karb#n akti- tersebut, sehingga karb#n akti-lah yang menarik padatan3
padatan tersuspensi dan padatan3padatan terlarut *?intings, 1//2+. &engan adanya
pr#ses di atas, terdapat padatan3padatan dari k#agulan dan karb#n akti- serta sisa
mikr##rganisme yang mati, yang berukuran kecil dan tersuspensi dalam cairan sehingga
tidak hilang dengan penyaringan hanya dengan menggunakan kertas saring seperti yang
dilakukan dalam praktikum. %eharusnya, untuk peng#lahan limbah yang benar3benar
baik, penyaringan dilakukan dengan menggunakan saringan berlapis. &engan adanya
partikel3partikel tersuspensi yang mele;ati kertas saring itulah maka "%% dalam limbah
cair tersebut mengalami peningkatan.
)akt#r lain yang dapat mempengaruhi adalah dari penambahan bahan kimia yang dapat
menyebabkan padatan t#tal yang tersuspensi lebih banyak dikarenakan bahan kimia
tertahan dalam kertas saring. <enurut te#ri ?intings *1//2+ nilai "%% limbah yang
rendah akan menjadikan limbah aman untuk dibuang diperairan bebas. %enya;a
#rganik yang semakin sedikit dapat dengan mudah dihancurkan #leh mikr##rganisme
yang berperan. Pada pr#ses pengendapan atau k#agulasi dengan menggunakan Fa*.9+
2
akan membuat padatan terendapkan, sehingga seharusnya nilai dari padatan tersuspensi
t#tal adalah semakin rendah dibandingkan dengan sebelum pemberian treatment atau
perlakuan.
2.1.1.3. Total Dissolved Solid
<enurut %astra;ijaya *1//1+, "&% menggambarkan jumlah kepekatan padatan yang
berada pada suatu sampel air. Penentuan padatan terlarut t#tal dapat menentukkan
kualitas air dengan cepat. Jenie 7 Rahayu *1//0+ mengungkapkan bah;a padatan
terlarut t#tal atau residu yang dapat disaring ditetapkan dengan berat yang telah disaring
26
dan die,ap#rasi atau sebagi perbedaan antara residu setelah e,ap#rasi dan berat padatan
tersuspensi t#tal. <aka dari itu, p#lutan sulit dihilangkan dari air limbah. Penanganan
t#tal padatan terlarut dengan menggunakan mikr##rganisme yang umumnya terdapat
dalam air limbah, bertujuan untuk k#n,ersi bahan partikulat. 9ammer 7 9ammer
*1//1+ menambahkan bah;a padatan terlarut dan padatan yang tidak terlarut mengacu
pada materi yang tertahan dan mele;ati -ilter. !ahan yang tidak terlarut *residu yang
tidak tersaring+ tidak ditentukan secara langsung tetapi dihitung dengan mengurangkan
k#nsentrasi t#tal padatan tersuspensi dari k#nsentrasi t#tal padatan.
&ari analisa "% dan "%%, didapatkan nilai pada analisa Total Disolved Solid *"&%+,
yaitu pada kel#mp#k &4 dan &' juga mengalami peningkatan, dimana pada kel#mp#k
&4 dari 11''0
mg
>
L
menjdai 60'00
mg
>
L,
sedangkan pada kel#mp#k &' dari 188'0
mg
>
L
menjdai 4'200
mg
>
L
. %ehingga, diketahui bah;a nilai "&% yang dihasilkan kel#mp#k &'
lebih rendah dibandingkan nilai "&% yang dihasilkan kel#mp#k &4. Gntuk peningkatan
yang terjadi, dikarenakan adanya pr#ses k#agulasi yang dilakukan pada tahap primary
treatment belum cukup e-ekti-. &imana pada tahap ini, limbah yang sudah ditambahkan
dengan k#agulan tidak b#leh langsung disaring akan tetapi didiamkan dahulu selama 24
jam. 9al ini sesuai dengan te#ri yang diungkapkan #leh <ahida *1//2+ yang
menyatakan bah;a pr#ses k#agulasi dapat mempercepat pr#ses sedimentasi. &imana
pr#ses sedimentasi dilakukan dengan cara menginkubasi limbah yang telah ditambah
k#agulan selama 24 jam. $emudian cairan limbah tersebut di-iltrasi menggunakan
kertas saring. Pr#ses penyaringan ini bertujuan untuk menangkap sedimen3sedimen
*padatan+ yang telah mengendap sebelumnya. %elain itu peningkatan t#tal padatan
terlarut ini juga dapat disebabkan #leh karena adanya penambahan senya;a kimia
selama treatment dilakukan, dimana senya;a tersebut terlarut dalam air sedangkan
limbah cair sendiri //5 terdiri dari air sehingga nilai "&% relati- tinggi.
&ari hasil analisa padatan, didapatkan bah;a nilai "%, "%% dan "&% kel#mp#k &'
lebih rendah dibandingkan &4. 9al tersebut dapat dikarenakan penggunaan karb#n akti-
yang berbeda dimana &' menggunakan karb#n akti- berbentuk serbuk, sedangkan pada
&4 menggunakan bentuk granula. <enurut <elita dan "uti *2008+, karb#n akti- dibagi
atas 2 tipe, yaitu:
20
8. $arb#n akti- sebagai pemucat, biasanya berbentuk p#;der yang sangat halus,
diameter p#ri mencapai 1000 @rmstr#ng. $arb#n akti- berbentuk p#;der biasanya
digunakan dalam -ase cair dan ber-ungsi untuk memindahkan 4at34at penganggu
yang menyebabkan ;arna dan bau yang tidak diharapkan serta membebaskan
pelarut dari 4at34at penganggu dan kegunaan lain yaitu pada industri kimia dan
industri baru.
4. @rang akti- sebagai penyerap uap, biasanya berbentuk granular yang sangat keras
diameter p#ri berkisar antara 103200 @rmst#rng. $arb#n akti- berbentuk granular
memiliki tipe p#ri lebih halus, digunakan dalam -ase gas, ber-ungsi untuk
memper#leh kembali pelarut, katalis, pemisahan dan pemurnian gas.
%elain itu, karb#n akti- bubuk menunjukkan kemampuan lebih tinggi dalam mereduksi
l#gam terlarut. Perbedaan jenis karb#n akti- ini berimplikasi pada perbedaan luas
pemukaan akti- karb#n akti-, yang mana keduanya mempengaruhi laju di-usi l#gam
berat terlarut ke dalam pusat karb#n akti- *%uprihatin dan ndrasti, 2010+. %ehingga, dari
kedua te#ri diatas, diketahui bah;a karb#n akti- berbentuk serbuk lebih tepat digunakan
pada limbah cair rendaman tahu yang berada dalam -ase cair dan kegunaannya untuk
mereduksi padatan terlarut dibandingkan karb#n akti- dalam bentuk granular yang biasa
digunakan untuk -ase gas,
2.2. Karakteristik Kimia#i
2.2.1. pH
%atra;ijaya *1//1+ mengungkapkan bah;a air limbah yang terlalu asam atau terlalu
basa, jika dibuang secara langsung ke air, maka akan mengganggu kehidupan bi#ta air.
Pada perc#baan ini, p9 limbah cair dari perendaman tahu diukur dengan menggunakan
alat p9 meter. p9 meter terdiri atas alat penera *p#tensi#meter+ dan dua buah elektr#da.
<enurut %uhardi *1//1+, prinsip kerja alat tersebut adalah p9 meter dihubungkan
dengan sumber tenaga maka terdapat rantai tertutup. .leh karena itu, ada aliran listrik
yang dapat diketahui dari g#yangan jarum yang terdapat pada alat penera dimana
menggambarkan besarnya kadar i#n 9. !aku <utu Limbah *!<L+ bagi usaha dan >
atau kegiatan peng#lahan daging, termasuk limbah cair dari perendaman tahu memiliki
syarat p9 dari limbah itu sendiri, yaitu antara 1,0 ( /,0.
!erdasarkan perc#baan yang dilakukan, Pada pengamatan p9 limbah, didapatan pada
kel#mp#k &4 p9 a;al limbah adalah 4,1 dan setelah dilakukan netralisasi menjadi 1,0.
2/
%edangkan pada kel#mp#k &' p9 a;al adalah 4,62' dan menjadi 6,04 setelah adanya
netralisasi. &ari perc#baan tersebut, limbah cair dari perendaman tahu sesuai dengan
baku mutu limbah yang ditetapkan, sehingga sebenarnya limbah cair tersebut tidak
memerlukan treatment tetapi dalam praktikum ini dilakukan pr#ses treatment untuk
membuat p9 menjadi netral sehingga lebih aman bagi lingkungan. %etelah melalui
pr#ses treatment, rata3rata p9 pada limbah cair dari perendaman tahu adalah p9 netral.
<enurut %atra;ijaya *1//1+, apabila air limbah yang terlalu asam atau terlalu basa, jika
dibuang secara langsung ke air, maka akan mengganggu kehidupan bi#ta air sehingga
air limbah tersebut memerlukan pr#ses netralisasi terlebih dahulu. Pada perc#baan ini,
dapat ditarik kesimpulan bah;a setelah treatment% limbah cair telah aman bagi
lingkungan dikarenakan p9 yang dimiliki #leh limbah cair tersebut bersi-at netral.
2.2.2. A$alisa Ka$%!$&a$ Chemical Oxygen Demand ,-.D/
<enurut %uhardi *1//1+, F.& *Chemical Oygen Demand+ merupakan jumlah .
2
yang
dibutuhkan untuk menguraikan benda #rganik secara kimia;i, yang dinyatakan dalam
ppm atau mg>l. Gji F.& bertujuan untuk mengetahui berapa jumlah #ksigen yang
diperlukan agar #ksidasi kimia;i dalam sampel dapat terjadi. .ksidasi kimia;i yang
terjadi pada sampel akan mengubah bahan #rganik menjadi F.
2
dan 9
2
. *9ammer 7
9ammer, 1//1+. F.& umumnya digunakan untuk mengukur kekuatan pencemaran air
limbah. &ari pengamatan limbah sebelum diberi treatment% terlihat jika nilai F.& yang
didapat #leh kel#mp#k &4 adapau 1000 mg>L, dan kel#mp#k &' adalah 1100 mg>L.
Jilai yang diper#leh ini melebihi nilai F.& yang tertera pada !<L *!aku <utu
Limbah+, dimana batasan F.& limbah tahu adalah 26' mg>L *Perda, 2012+. .leh sebab
itu perlu dilakukan treatment air limbah tahu agar dapat diper#leh nilai F.& yang
memenuhi standar yang berlaku.
Langkah kerja yang dilakukan dalam uji F.& adalah sebagai berikut, mula3mula 10 ml
sampel air limbah tahu yang sudah selesai di#lah diencerkan hingga 100 ml dengan
penambahan akuades. Pengenceran bertujuan untuk mengurangi kepekatan sampel.
9asil pengenceran kemudian diambil sebanyak 10 ml lalu ditambahkan 1 ml 9g%.
4
pekat dan 20 ml $
2
Fr
2
.
6
0,0' J. Penambahan $
2
Fr
2
.
6
bertujuan untuk menjadi agen
peng#ksidasi karena $
2
Fr
2
.
6
memiliki si-at sebagai #ksidat#r kuat. Penambahan 9g%.
4
pekat bertujuan untuk memberikan suasana asam pada sampel. Penambahan kedua
80
larutan ini menyebabkan terjadinya reaksi reduksi3#ksidasi yang menghasilkan .
n
*#ksigen bebas+. <enurut %uhardi *1//1+, reaksi antara kalium bikr#mat dan merkuri
sul-at dapat terjadi karena kalium bikr#mat merupakan senya;a yang bersi-at #ksidat#r
kuat dan reaksi reduksi3#ksidasi tersebut berlangsung dengan baik pada suasana asam
yang diberi merkuri sul-at. &itambahkan #leh Jenie 7 Rahayu *1//8+, kalium bikr#mat
dan merkuri sul-at dapat mengatasi gangguan kl#rida dan mencegah kesalahan
pengukuran karena senya;a ben4ene dan am#nia. Jumlah $
2
Fr
2
.
6
yang digunakan
ekui,alen dengan jumlah t#tal 4at #rganik yang dapat di#ksidasi secara kimia;i.
<enurut 9ammer 7 9ammer *1//1+, reaksi yang terjadi dalam pr#ses #ksidasi3reduksi
ini adalah sebagai berikut:
!ahan #rganik M Fr
2
.
6

32
M 9
M
F.
2
M 9
2
. M 2 Fr
M8

%etelah dilakukan penambahan 9g%.
4
pekat dan $
2
Fr
2
.
6
, dilakukan pemanasan selama
10 menit. Pemanasan bertujuan untuk meningkatkan kecepatan reaksi reduksi3#ksidasi
yang terjadi. 9al ini dapat terjadi karena pemanasan menyebabkan m#lekul kedua
senya;a bereaksi dan terjadi tumbukan antar m#lekul, sehingga energi kinetikpun
meningkat dan kecepatan reaksi bertambah *%uhardi, 1//1+. %etelah pemanasan selesai,
larutan didiamkan hingga dingin. "ujuan didiamkannya larutan hingga dingin adalah
karena pada uji F.& indikat#r titrasi yang digunakan adalah amilum yang mudah rusak
pada suhu tinggi.
%etelah dingin, larutan diambil 10 ml dan ditambahkan dengan 1,' ml $ 105. <enurut
%uhardi *1//1+, 4at peng#ksida kuat seperti kalium bikr#mat dapat dianalisis dengan
penambahan kalium i#dida. Penambahan ini akan mengakibatkan adanya i#d yang
dibebaskan karena reaksi antara larutan asam dengan i#dida akibat adanya 4at
peng#ksidasi. %elain itu, penambahan $ juga menimbulkan reaksi antara i#n $ dengan
.
n
, dimana reaksi tersebut juga menghasilkan i#n i#dida bebas yang jumlahnya
ekui,alen dengan jumlah .
n
yang membebaskannya. #d yang dibebaskan ini nantinya
dapat diukur dengan met#de titrasi.
%esaat sebelum titrasi, dilakukan penambahan amilum sebanyak 2 ml, kemudian larutan
dititrasi dengan Ja
2
%
2
.
8
0,1 J hingga mencapai titik akhir titrasi biru tua. <enurut
%uhardi *1//1+, titrasi menggunakan natrium ti#sul-at dengan indikat#r amilum dapat
mengetahui banyaknya i#d bebas yang dihasilkan pada pr#ses sebelumnya. Reaksi
antara i#n i#d bebas dengan indikat#r amilum menghasilkan ;arna biru tua yang timbul
81
karena adanya reaksi antara m#lekul pati dengan i#din. Warna biru tua yang tidak hilang
ini menandakan titik akhir titrasi. D#lume natrium ti#sul-at yang dibutuhkan untuk
titrasi sama dengan dengan jumlah i#d bebas dan juga sebanding dengan jumlah .
n
yang terkandung dalam limbah. %etelah titik akhir titrasi tercapai, dilakukan perhitungan
nilai F.& dalam ppm menggunakan rumus. Rumus yang digunakan sudah sesuai te#ri
9ammer 7 9ammer *1//1+, dimana menurutnya F.& dihitung berdasarkan perbedaan
antara jumlah titran yang digunakan untuk blank# dan sampel, lalu dibagi dengan
,#lume sampel kemudian dikalikan dengan n#rmalitas titran. Perc#baan dilakukan
sebanyak 2 N ulangan dan hasilnya dirata3rata. Pembuatan blank# dilakukan dengan
langkah kerja serupa dengan langkah kerja uji F.&.
&ari hasil pengamatan terlihat jika nilai F.& yang diper#leh kel#mp#k &4 adalah
10.000 mg>L, dan kel#mp#k &' adalah 2.000 mg>L. "erlihat jika setelah dilakukan
treatment, justru terjadi peningkatan nilai F.&. 9al ini tidak sesuai dengan te#ri,
dimana pada praktikum ini telah dilakukan tahapan treatment seperti penyaringan
dengan kain saring dan kertas saring *pre-treatment+, pengendapan *primary treatment+,
aerasi *secondary treatment+, ads#rpsi dengan karb#n akti- *tertiary treatment+,
desin-eksi dengan kl#rin, dan juga netralisasi p9. <asing3masing perlakuan ber-ungsi
untuk membuat air buangan limbah menjadi lebih aman untuk dibuang ke lingkungan,
sehingga seharusnya nilai F.& mengalami penurunan yang signi-ikan. 9al ini
didukung te#ri <ahida *1//2+ dimana menurutnya perlakuan seperti pengendapan dan
pengk#agulasian seharusnya membuat terjadinya pembentukan gumpalan3gumpalan
padatan yang lebih besar dari padatan yang berpartikel kecil dan halus, dimana 4at padat
tersebut juga mengandung 4at34at #rganik. .leh sebab itu seharusnya penggumpalan
akan menurunkan nilai F.& limbah. &itambahkan #leh %ugihart# *1/06+, perlakuan
seperti aerasi dapat memperbanyak mikr#ba yang bersi-at aer#bik yang dapat mencerna
bahan #rganik dalam limbah dan menurunkan nilai F.&. &itambahkan lagi #leh $asam
*200'+, pr#ses ads#rpsi menurutnya daat menyebabkan m#lekul masuk ke p#ri3p#ri
adsorbent *karb#n akti-+ dan dapat menurunkan F.&. &ari hasil pengamatan juga
terlihat jika kel#mp#k &' memiliki nilai F.& yang lebih rendah dibandingkan
kel#mp#k &4. 9al ini disebabkan karena karb#n akti- yang digunakan #leh kel#mp#k
&' berupa serbuk, sedangkan kel#mp#k &4 menggunakan karb#n akti- yang berbentuk
granula. <enurut $asam *200'+, salah satu karakteristik karb#n akti- yang
82
berk#ntribusi terhadap tingkat ads#rpsi merupakan ukuran partikel dan luas permukaan
partikel, dimana menurutnya tingkat ads#rpsi karb#n akti- berbentuk serbuk lebih cepat
dibanding bentuk granular. 9asil yang diper#leh sudah sesuai te#ri, dimana kel#mp#k
&' yang menggunakan karb#n akti- serbuk mendapat nilai F.& yang lebih rendah.
@kan tetapi secara keseluruhan dibanding limbah yang belum di#lah, nilai F.& yang
diper#leh tidak sesuai dengan te#ri yang didapat.
$emungkinan terbesar kesalahan disebabkan karena kesalahan saat menentukan titik
akhir titrasi. Pr#ses titrasi seharusnya dihentikan ketika ;arna biru tua sudah mulai
nampak, namun pada saat praktikum seringkali titrasi masih dilanjutkan meskipun
;arna sudah menjadi biru. 9al ini bisa mengakibatkan hasil yang diper#leh melampaui
nilai yang seharusnya didapat, karena ,#lume natrium ti#sul-at yang digunakan terus
bertambah, sehingga hasil yang didapat justru menunjukkan peningkatan setelah
dilakukan treatment$ $emungkinan kesalahan lainnya adalah k#ndisi limbah yang
diper#leh saat perancangan perc#baan dan uji F.& yang terakhir berbeda. Pada tahap
perancangan perc#baan, bau yang diper#leh adalah sangat berbau, dimana bau yang
dimaksud masih d#minan bau air rendaman tahu. Jamun pada saat pengambilan limbah
untuk praktikum selanjutnya, bau limbah yang diper#leh sangat berbau sekali dimana
bau limbah sangat asam. 9al ini menunjukkan jika k#ndisi limbah yang dipakai pada
kedua pengukuran F.& berbeda, sehingga hasil yang diper#leh juga tidak dapat
dibandingkan secara ideal. Perbedaan k#ndisi limbah dikarenakan pada l#kasi
pengambilan limbah tahu, limbah umumnya masih digunakan untuk pr#ses pemasakan
tahu hari berikutnya. @pabila tidak ada pesanan tahu, maka limbah dibiarkan tanpa
diberi peng#lahan apapun. @da kemungkinan limbah yang dipakai pada praktikum uji
F.& yang kedua berusia lebih lama dibanding limbah yang dipakai pada praktikum
perancangan perc#baan, sehingga nilai F.&nya jauh lebih tinggi.
2.2.3. A$alisa Ka$%!$&a$ Biochemical Oxygen Demand ,B.D/
@ngka !.& adalah jumlah #ksigen yang digunakan #leh 4at #rganik terlarut dan
bagaimana 4at #rganik tersuspensi dalam air. Pemeriksaan !.& ber-ungsi untuk
mengetahui beban pencemaran sistem peng#lahan air. !.& ditentukan sebagai jumlah
#ksigen yang dibutuhkan bakteri dalam menyeimbangkan 4at #rganik yang dapat
dibusukkan dalam keadaan aer#bik. Gji c#ba !.& tergantung pada penentuan #ksigen
88
yang larut *<ahida, 1//2+. Gji !.& yang dilakukan adalah !.&
0
dan !.&
'
. Gji !.&
' hari *!.&
'
+ sering digunakan untuk mengukur p#lusi pada air limbah. nkubasi
berlangsung selama ' hari pada suhu 20=F. Jilai !.&
'
hanya dapat me;akili sebagian
kecil dari seluruh !.& secara lengkap sehingga !.&
'
bukan merupakan suatu ukuran
yang lengkap dari kekuatan air limbah, mutu dan tingkat pencemaran *<ahida, 1//2+.
%elama ' hari #ksidasi berlangsung secara sempurna sebesar 103605. Jika ;aktu
inkubasi 20 hari maka #ksidasi berlangsung sempurna sebesar /'3//5. Perbedaan
temperatur akan memberikan hasil yang berbeda karena reaksi bi#kimia dipengaruhi
#leh temperatur *"ch#ban#gl#us, 1/01+.
!ahan yang digunakan adalah limbah cair peng#lahan tahu. Limbah cair peng#lahan
tahu mengandung bahan #rganik, !.& serta F.& yang cukup tinggi. Limbah cair ini
dihasilkan dari pencucian, perebusan, pengepresan dan pencetakan. !ahan #rganik yang
terkandung adalah pr#tein, karb#hidrat, lemak dan pr#tein. Presentase bahan #rganik
yang paling besar adalah pr#tein dan lemak. %ementara k#mp#nen terbesar dalam
limbah cair tahu adalah nitr#gen. Limbah cair tahu memiliki p9 yang rendah yaitu 43'
sehingga apabila dibuang langsung ke perairan dapat menimbulkan pencemaran.
Limbah cair yang dihasilkan mengandung padatan tersuspensi dan terlarut. Limbah
tersebut akan mengalami perubahan yang dapat menimbulkan gangguan terhadap
kesehatan *9erlambang, 2002+.
Peng#lahan limbah yang dilakukan adalah air limbah sebanyak 100 ml diencerkan
menggunakan air aerasi hingga ,#lumenya mencapai 1000 ml. @ir aerasi disiapkan
dengan cara 1000 ml aOuades dimasukkan ke dalam ember. $emudian ditambahkan 1
ml bu--er ph#sphate, 1 ml <g%.
4
, 1 ml FaFl
2
dan 1 ml )eFl
8
. $emudian dipasang
aerat#r dan pr#ses aerasi dibiarkan berjalan selama 80 menit. Penggunaan air aerasi
ber-ungsi untuk menjamin tersedianya udara sehingga tidak terbentuk endapan di
bagian ba;ah. @danya endapan menyebabkan pemberian #ksigen ke dalam sel bakteri
tertahan sehingga tercipta suasana anaer#b yang menyebabkan timbulnya bau busuk
dalam air limbah *%ugihart#, 1/06+. &alam pembuatan air aerasi digunakan bahan
kimia. !ahan kimia yang digunakan adalah 1 ml bu--er, 1 ml <g%.
4
, 1 ml FaFl
2
, dan 1
ml )eFl
8
. Penambahan ini sesuai dengan te#ri dimana dalam pr#ses penyempurnaan
aerasi, perlu ditambahkan larutan bu--er ph#sphat p9 6,2 dan 1 ml larutan <g%.
4
84
2,2'5 untuk setiap 1 liter air suling untuk aerasi. %elain itu perlu memperhatikan suhu
aOuades yang digunakan yaitu 20 1 F *%uhardi, 1//1+.
$emudian, 100 ml sampel air limbah yang telah diencerkan dimasukkan ke dalam b#t#l
c#klat sampai penuh hingga tidak terdapat udara dalam b#t#l. %ampel disimpan dalam
ruang gelap selama ' hari dan dinamakan sampel !.&
'
. Penyimpanan dalam b#t#l
c#klat ber-ungsi agar temperature penyimpanan. tetap stabil. %uhu yang disarankan
adalah 20
0
F. Penyimpanan di ruang gelap ber-ungsi untuk menghindari paparan sinar
matahari yang bisa menyebabkan kenaikan suhu, $enaikan suhu yang tejadi dapat
memicu terjadinya nitri-ikasi. Paparan sinar matahari juga dapat menimbulkan
gelembung udara dalam b#t#l yang dapat digunakan #leh k#ntaminan. %elain disimpan
di tempat gelap b#t#l harus dipastikan tertutup rapat untuk mencegah keluarnya #ksigen
dari dalam b#t#l *@laerts 7 %antika, 1/04+.
%ampel yang masih tersisa diambil 400 ml dimasukkan dalam erlenmenyer dan
ditambah 8 ml $ dan 8 ml <n%.
4
, diaduk dan didiamkan selama 1' menit. %etelah itu,
ditambah dengan 8 ml 9
2
%.
4
pekat dan diaduk kembali. &iambil sebanyak 20 ml dan
dimasukkan dalam erlenmeyer. $emudian dititrasi dengan larutan Ja
2
%
2
.
8
0,01 J
sampai ber;arna kuning pucat. $emudian ditambahkan 2 ml atau 0 tetes amilum sesaat
sebelum titrasi kemudian dititrasi dengan larutan Ja
2
%
2
.
8
0,01 J sampai ;arna larutan
menjadi bening. Perc#baan ini dilakukan sebanyak 2 kali ulangan dan disebut !.&
0
.
Perlakuan yang sama juga dilakukan untuk sampel !.&
'
. "ujuan pengenceran adalah
untuk mengantisipasi limbah berkekuatan tinggi seperti limbah peng#lahan pangan dan
limbah he;an *Jenie 7 Rahayu, 1//8+. %ampel yang telah diencerkan disimpan di
dalam b#t#l c#klat dan diletakkan di tempat yang tidak terkena sinar matahari.
Penambahan $ ber-ungsi menghasilkan reaksi antara i#n $ dengan #ksigen bebas, di
mana semakin banyak i#n $ yang bereaksi dengan #ksigen bebas, maka semakin
banyak i#din yang dibebaskan. Jumlah i#din bebas ini sama dengan jumlah #ksigen
bebas dalam limbah. Penambahan <n%.
4
ber-ungsi agar dapat di#ksidasi #leh #ksigen
sehingga timbul endapan <n.
2
. Penambahan asam sul-at ber-ungsi menghasilkan
suasana asam pada larutan sehingga pr#ses #ksidasi berjalan lebih baik. %aat titrasi
titran yang dipakai adalah Ja
2
%
2
.
8
yang ber-ungsi menangkap i#din yang dibebaskan.
Penggunaan amilum ber-ungsi sebagai indikat#r yang membantu menentukan titik akhir
titrasi. @milum memberikan ;arna biru ketika bereaksi dengan i#din bebas. $etika
8'
seluruh i#din telah ditangkap #leh Ja3ti#sul-at maka ;arna biru pada larutan akan
hilang *@laerts 7 %antika, 1/04+.
Reaksi dari titrasi tersebut adalah:
<n%.
4
M 2 $.9 P <n*.9+
2
M $
2
%.
4
<n*.9+
2
M Q .
2
P <n.
2
M 9
2
.
<n.
2
M $ M 2 9
2
. P <n*.9+
2
M
2
M 2 $.9

2
M 2 %
2
.
8

(2
P %
4
.
1
3
M 2
(
Pada pengujian !.&
'
hanya dilakukan pada limbah yang telah mengalami treatment
sehingga kami tidak dapat membandingkan hasil uji !.&
'
sebelum dan sesudah
treatment$ Jilai !.& yang dihasilkan #leh kel#mp#k &4 adalah 21 mg>L sementara
kel#mp#k &' adalah sebesar 1'1,' mg>L. %ementara baku mutu pada limbah cair
peng#lahan tahu untuk nilai !.& adalah maksimal 1'0 mg>L. !erdasarkan baku mutu
tersebut berarti nilai !.& yang dihasilkan #leh kel#mp#k &' melebihi batas.
!erdasarkan data tersebut dapat diketahui juga bah;a jenis limbah yang sama dapat
menghasilkan nilai !.& yang berbeda. 9al ini dapat disebabkan karena dalam
treatment digunakan karb#n akti- yang berbeda yaitu granula untuk kel#mp#k &4 dan
serbuk untuk kel#mp#k &'. %erbuk memiliki luas permukaan yang lebih besar.
%ementara karb#n akti- yang berbentuk granula memiliki luas permukaan k#ntak yang
lebih kecil. %eharusnya nilai !.& yang dihasilkan kel#mp#k &' lebih rendah daripada
kel#mp#k &4 karena karb#n akti- dalam bentuk serbuk luas permukaannya lebih besar
sehingga dapat mengikat benda #rganic serta partikel lain dengan baik *%ugihart#,
1/06+.
%eharusnya dengan adanya treatment, nilai !.& limbah akan mengalami penurunan.
9al ini disebabkan selama peng#lahan dilakukan k#agulasi, aerasi dan desin-eksi.
Perlakuan k#agulasi menyebabkan terjadinya gumpalan yang lebih besar.
Penggumpalan 4at padat yang juga mengandung 4at #rganik dapat menurunkan nilai
!.& *<ahida, 1//2+. @erasi diperlukan untuk memperbanyak mikr#ba aer#bik untuk
mencerna bahan #rganik dalam limbah *%ugihart#, 1/06+. 9asil !.& yang mengalami
penurunan menunjukkan bah;a kandungan nutrient dalam air limbah tidak bisa lagi
digunakan #leh bakteri untuk reaksi #ksidasi yang membutuhkan #ksigen. 9al ini
terjadi karena sebagian bakteri pengurai telah ikut mati saat penambahan desin-eksi
pada pr#ses treatment. &esin-eksi adalah suatu pr#ses untuk membunuh jasad renik
yang bersi-at pat#genik. <ekanisme pembunuhan sangat dipengaruhi k#ndisi 4at
81
pembunuhnya dan mikr##rganisme itu sendiri. !anyak 4at pembunuh termasuk kl#rin
dan k#mp#nennya mematikan bakteri dengan cara menginakti,asi en4im utama
sehingga terjadi kerusakan dinding sel *%ugihart#, 1/06+.
&alam perc#baan ini terdapat -akt#r yang dapat mempengaruhi hasil pengukuran !.&
adalah suhu penyimpanan. $#ndisi suhu yang disarankan ialah 20
0
F. Jamun pada
prakteknya penyimpanan b#t#l gelap berisi sampel limbah dilakukan di lemari tertutup
dengan b#t#l ditata berjajar. Penyimpanan tersebut memang dapat menghindarkan
sampel dari cahaya namun juga menimbulkan suhu penyimpanan yang tinggi. %elain itu
suhu yang digunakan selama penyimpanan dalam praktikum ini belum tentu seragam
antar kel#mp#k. <enurut "ch#ban#gl#us *1/01+ temperatur dalam sampel harus dijaga
dalam keadaan yang k#nstan agar hasil yang diper#leh akurat. Penggunaan temperatur
yang berbeda akan memberikan hasil yang berbeda karena reaksi bi#kimia tergantung
pada temperatur. %aat terjadi pr#ses nitri-ikasi selama ' hari penyimpanan limbah dapat
menyebabkan data !.& tidak akurat. @pabila penutupan b#t#l kurang rapat maka udara
*#ksigen+ dari luar dapat masuk. $eberadaan #ksigen dapat memicu terjadinya
nitri-ikasi. %emakin banyak reaksi nitri-ikasi maka #ksigen yang akan dianalisa dalam
tes !.& semakin tidak teliti. &alam analisa !.& pertumbuhan bakteri penyebab
nitri-ikasi harus dihalangi dengan inhibit#r selain dengan perbaikan teknik penyimpanan
sampel *@laerts 7 %antika, 1/04+.
F.& juga mengukur senya;a3senya;a #rganik yang tidak dapat dipecah seperti pelarut
pembersih dan bahan yang dapat dipecah secara bi#l#gik seperti yang diukur dalam uji
!.& *%uhardi, 1//1+. Jilai !.& selalu lebih kecil daripada nilai F.& yang diukur
pada senya;a #rganik yang dapat diuraikan maupun senya;a #rganik yang tidak dapat
terurai *?intings, 1//2+. <enurut Jenie 7 Rahayu *1//8+, nilai3nilai F.& selalu lebih
tinggi dari nilai !.&. 9al ini disebabkan karena pada uji F.&, bahan kimia yang tahan
terhadap #ksidasi bi#kimia tetapi tidak terhadap #ksidasi kimia, seperti lignin terhitung
dalam uji F.& kemudian, bahan kimia yang dapat di#ksidasi secara kimia dan peka
terhadap #ksidasi bi#kimia tetapi tidak dalam uji !.& ' hari, seperti selul#sa, lemak
berantai panjang atau sel3sel mikr#ba juga terhitung dalam uji F.&, juga terdapat
bahan t#ksik dalam limbah yang akan mengganggu uji !.& tetapi tidak untuk uji F.&.
9al tersebut sesuai dengan hasil perc#baan kel#mp#k &4 dan &' dengan bahan limbah
86
cair perendaman tahu, dimana setelah dilakukan treatment nilai F.& yang ada lebih
tinggi *ribuan mg>l+ dibandingkan nilai !.& yang dihasilkan yaitu pada kel#mp#k &'
dalam ratusan mg>l bahkan pada kel#mp#k &4 hanya dalam puluhan mg>l.
3. KESIMPLA*
Treatment yang dilakukan untuk meng#lah limbah cair dari perendaman tahu
adalah -iltrasi% k#agulasi, aerasi, ads#rbsi, desin-eksi, dan netralisasi.
)iltrasi bertujuan untuk memisahkan benda terapung *k#t#ran+ dan yang
mengendap *pasir+, sehingga dapat mengurangi jumlah padatan dan kekeruhan
limbah.
$#agulasi bertujuan untuk menghilangkan 4at34at padat #rganik yang ada di dalam
limbah melalui pengendapan menggunakan k#agulan.
@erasi ber-ungsi untuk menambahkan #ksigen ke dalam air limbah sehingga dapat
digunakan #leh mikr##rganisme aer#b untuk menguraikan k#mp#nen3k#mp#nen
#rganik dalam limbah.
@ds#rbsi ber-ungsi untuk menjernihkan air limbah karena dapat mengurangi
peng#t#r seperti bahan #rganik, partikel teruraikan dan yang tidak, serta gabungan
antara bau, ;arna dan rasa.
&esin-eksi bertujuan untuk mematikan bakteri pat#gen dengan cara inakti,asi
en4im utama, sehingga akan merusak dinding sel mikr#ba.
Jetralisasi bertujuan supaya air limbah yang ada tidak bersi-at asam ataupun basa.
Padatan t#tal *"%+ merupakan residu yang tertinggal setelah pr#ses e,ap#rasi atau
pengeringan sampel dalam #,en pada temperatur tertentu.
Padatan tersuspensi *"%%+ merupakan residu yang tidak dapat disaring,
penentuannya dengan menyaring sejumlah ,#lume limbah melalui -ilter membran
dalam ca;an.
Padatan terlarut t#tal *"&%+ merupakan residu yang dapat disaring, ditetapkan
sebagai selisih antara berat residu setelah penguapan dan berat padatan tersuspensi
t#tal.
Chemical Oygen Demand *F.&+ merupakan banyaknya #ksigen yang dibutuhkan
dalam ppm atau mg>l untuk menguraikan benda #rganik secara kimia;i.
!iochemical Oygen Demand *!.&+ merupakan jumlah atau banyaknya #ksigen
terlarut yang digunakan dalam reaksi kimia atau kegiatan mikr#bi#l#gi.
Penurunan hasil !.& menunjukkan bah;a kandungan nutrient dalam air limbah
tidak bisa lagi digunakan #leh bakteri untuk reaksi #ksidasi yang membutuhkan
#ksigen.
%etelah dilakukan treatment, limbah yang tadinya sangat berbau menjadi berbau
dikarenakan limbah telah melalui berbagai tahapan treatment seperti ads#rbsi,
aerasi dan desin-eksi.
80
8/
%etelah dilakukan treatment, ;arna limbah cair yang diper#leh menjadi kuning
dikarenakan adanya penggunaan karb#n akti-.
9asil analisa suhu yang diper#leh pada hasil limbah cair perendaman tahu semua
kel#mp#k, yaitu 81
#
F.
!erdasarkan perc#baan, umumnya nilai "%, "%%, dan "&% mengalami kenaikan.
$arb#n akti- berbentuk serbuk lebih e-ekti- menurunkan padatan dibandingkan
karb#n akti- granular.
%etelah melalui pr#ses treatment, p9 pada limbah cair dari perendaman tahu
menjadi netral, sesuai dengan !aku <utu Limbah.
Penurunan F.& pada limbah setelah treatment, disebabkan karena dilakukannya
pr#ses k#agulasi dan aerasi.
%emakin tinggi nilai F.& suatu limbah maka menunjukkan semakin tinggi pula
tingkat cemaran pada air limbah tersebut.
$andungan !.& yang tinggi menyebabkan mutu air limbah semakin rendah.
!erdasarkan !aku <utu Limbah *!<L+ pada limbah tahu, air limbah yang dibuang
ke lingkungan harus memiliki kandungan maksimal !.&
'
1'0 mg>L, F.& 26'
mg>L, "%% 100 mg>L, dam p9 1,03/,0.
%emarang, 28 %eptember 2014
Praktikan: @sisten &#sen:
1. Renata <eilani 12.60.008/ 3 <elita J#,eliani @.
2. Der#nika $ris 9apsari 12.60.00'/
8. %el,i Elim %. 12.60.00/0
4. 9ana <elinda 12.60.0114
'. @nt#n %eptian 12.60.0111

Anda mungkin juga menyukai