Anda di halaman 1dari 8

PERTEMUAN 13

SAK ETAP
Terdapat tiga pilar standar akuntansi di indonesia yaitu:
1. SAK Umum (IFRS)
2. SAK ETAP
3. SAK Syariah
Apakah SAK ETAP telah digunakan oleh UKM bagaimana dengan LPD?
Karakteristik LKM di Indonesia menurut ADB adalah sebagai berikut:
1. Menyediakan beragam jenis pelayanan keuangan yang relevan atau sesaui dengan
kebutuhaan riil masyarakat
2. Melayani kelompok masyarakat yang berpenghasilan rendah
3. Menggunakan prosedur dan mekanisme yang kontekstual dan fleksibel agar lebih mudah
dijangkau pleh masyarakat miskin yang membutuhkan
Pola pola keuangan mikro di Indonesia:
1. Saving Ledd Mikro Finance
Pola yang berbasis anggota. Contohnya adalah kelompok swadaya masyarakat.
2. Credit Ledd Mikro Finance
Pola keuangan yang sumber keuangannyayang bukan berasal dari usaha mikro tetapi
sumber lain. Contohnya adalah Badan Kredit Desa.
3. Mikro Banking
Bank yang difungsikan untuk melayani keuangan mikro. Contohnya adalah BRI untuk
desa.
4. Pola HubunganBank dengan Kelompok
Menurut Kementrian Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Menkop dan UKM) bahwa
yang dimaksud usaha kecil termasuk UMI (Usaha Mikro). Entitas usaha yang memiliki kekayaan
bersih paling banyak Rp 200 juta tidak termasuk tanah dan bangunan, tempat usaha serta
memiliki penjualan paling banyak Rp 1 M. BPS memberikan definisi UKM berdasarkan
kuantitas tenaga kerja yang mana usaha kecil merupakan entitas usaha yang memiliki tenaga
kerja 5 10 orang.


UKM
Secara umum persoalan Lemabaga Keuangan di desa dapat didefinisikan menjadi 3 aspek
sebagai berikut:
1. Masalah aspek kredit
2. Posisi tawar dan informasi masyarakat pedesaan yang rendah menyebabkan rawan
terhadap praktik manipulasi dari lembaga keungan formal / semi formal
3. Informasi yang asimetris dari pemberi pinjaman kredit terhadap peminjaman
Pada umumnya lembaga keuangan dipedesaan dibagi menjadi 3 yakni:
1. Lembaga Keuangan Formal
2. Lembaga Keuangan Semiformal
3. Lembaga Keuangan Mikro
IFRS for SMES
(Small and Medium Sized Enterprises)

IFRS for SMES SAK ETAP


LPD ?
Tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan standar akuntansi bagi:
1. Pengguna (user) pelaporan keuangan entitas swasta
2. Meringankan beban pelaporan keuangan entitas swasta melalui pendektan biaya manfaat

Perda Provinsi Bali
No. 2 Tahun 1988
No. 8 Tahun 2002
LPD
1. Untuk mendukung pembangunan ekonomi pedesaan melalui peningkatan kebiasaan
menabung masyarakat desa
2. Menyediakan kredit bagi usaha skala kecil untuk menghapuskan bentuk eksploitasi dalam
hubungan kredit
3. Untuk menciptakan kesempatan
Perda Provinsi Bali
No. 3 Tahun 2007
No. 11 Tahun 2013
Faktor yang mempengaruhi praktek akuntansi
1. Lingkungan sosial
2. Politik
3. Budaya
4. Ekonomi
Tingkat pertumbuhan pembangunan sumber pelunasan tingkat inflasi sistem perpajakan
Karakteristik SAK ETAP
1. Stand alone acc. Standart (Tidak mengacu SAK Umum)
2. Mayoritas menggunakan historical cost concept
3. Hanya mengatur transaksi yang umum dilakukan
Manfaat SAK ETAP
1. Menyusun laporan keuangan sendiri
2. Dapat diaudit
3. Lebih mudah memperoleh pinjaman untuk tujuan pengembangan usaha
4. Tidak menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum bagi pengguna
Bagaimana LPD menjadi sebuah entitas yang bersedia untuk menerapkan SAK ETAP
1. Diperlukan sosialisasi dan kampanye yang intens tentang pentingnya laporan keuangan
secara rutin sehingga dapat diaudit dan mendapat opini auditor
2. SAK ETAP disajikan lebih sederhana, mudah dimengerti, mudah diperoleh, murah dan
terjangkau
3. SAK ETAP yang dikembangkan harus mendapat pengakuan Bank dan Pemerintah
Saran untuk LPD
1. Penggunaan SAK ETAP pada LPD bisa menyediakan pelaporan keuangan LPD menjadi
lebih transfaran, komprehensif, relevan, dan realiabel
2. Selain itu dengan menyediakan SAK ETAP LPD sebagai usaha milik desa bisa
dibandingkan dengan usaha usaha lain
3. LPD menggunakan dasar pengakuan akuntansi accrual basis yang merajuk pada SAK
ETAP
SAK Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (ETAP)

Diterbitkan pada 17 Juli 2009 dan berlaku efektif pada 01 Januari 2011. PSAK IFRS
dan SAK ETAP disusun dan diterbitkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan
Akuntan Indonesia (DSAK IAI). Terdiri dari 17 orang mewakili: Akuntan Publik, Akademisi,
Akuntan Sektor Publik, dan Akuntan Manajemen. Hasilnya adalah PSAK dan ISAK.
SAK ETAP: Standar akuntansi keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik.
ETAP adalah entitas yang: (1) tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan; dan (2)
menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum (general purpose financial statement) bagi
pengguna eksternal. Contoh pengguna eksternal adalah pemilik yang tidak terlibat langsung
dalam pengelolaan usaha, kreditur, dan lembaga pemeringkat kredit. SAK ETAP menggunakan
acuan IFRS for Small Medium Enterprises (SME) yang lebih sederhana antara lain:
(1) Aset tetap, tidak berwujud menggunakan harga perolehan.
(2) Entitas anak tidak dikonsolidasi tetapi sebagai investasi dengan metode ekuitas.
(3) Mengacu pada praktik akuntansi yang saat ini digunakan.
(4) Laporan keuangan sesuai SAK ETPA menyajikan informasi mengenai posisi keuangan,
kinerja, dan arus kas entitas yang berguna bagi pengguna luas.
Diharapkan dengan adanya SAK ETAP, perusahaan kecil dan menengah dapat menyusun
laporan keuangannya sendiri dan dapat diaudit untuk mendapatkan opini audit. Informasi
keuangan yang sederhana tetapi memberikan informasi yang andal. SAK ETAP disusun dengan
mengadopsi IFRS for SME dengan modifikasi sesuai dengan kondisi Indonesia.

Ruang Lingkup SAK ETAP
Digunakan untuk entitas tanpa akuntabilitas publik yaitu:
(1) Entitas yang tidak memiliki akuntabilitas publik,
(2) Tidak menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum (general purpose financial
statement) bagi pengguna eksternal,
(3) entitas dengan akuntabilitas publilk signifikan boleh menggunakan SAK ETAP jika diijinkan
oleh otoritas berwenang. SE No.11/37/DKBU Bank Indonesia tanggal 31 Desember 2009 yang
menetapkan standar akuntansi keuangan untuk BPR adalah SAK ETAP dan SE No.
12/14/DKBU Bank Indonesia tanggal 1 juni 2010 yang menetapkan penggunaan Pedoman
Akuntansi Bank Perkreditas Rakyat (PA BPR) yang diberlakukan sejak 1 Januari 2010.

Isi SAK ETAP
Terdiri dari 30 Bab & Daftar Istilah

Bab 1 Ruang lingkup
Bab 2 Konsep dan prinsip pervasive
Bab 3 Pernyajian laporan keuangan
Bab 4 Neraca
Bab 5 Laporan laba rugi
Bab 6 Laporan perubahan ekuitas dan
laporan laba rugi dan
Bab 7 Laporan arus kas
Bab 8 Catatan atas Laporan Keuangan
Bab 9 Kebijakan Akuntansi, Estimasi, dan
Kesalahan
Bab 10 Investasi pada Efek Tertentu
Bab 11 Persediaan
Bab 12 Investasi pada Entitas Asosiasi dan
Entitas Anak
Bab 13 Investasi pada Joint Venture
Bab 14 Properti Investasi Bab
Bab 15 Aset Tetap Bab
Bab 16 Aset Tidak Berwujud Bab
17 Sewa
Bab 18 Kewajiban Diestimasi dan
Kontinjensi
Bab 19 Ekuitas
Bab 20 Pendapatan
Bab 21 Biaya Pinjaman
Bab 22 Penurunan Nilai Aset
Bab 23 Imbalan Kerja
Bab 24 Pajak Penghasilan
Bab 25 Mata Uang Pelaporan
Bab 26 Transaksi dalam Mata Uang Asing
Bab 27 Peristiwa setelah Akhir Periode
Pelaporan
Bab 28 Pengungkapan Pihak - pihak yang
Mempunyai Hubungan Istimewa
Bab 29 Ketentuan Transisi
Bab 30 Tanggal Efektif
Daftar Istilah
Penyajian Laporan Keuangan
Entitas harus membuat suatu pernyataan eksplisit dan secara penuh (explicit and unreserved
statement) atas kepatuhan terhadap SAK ETAP dalam catatan laporan keuangan. Terdiri dari:
1. Penyajian Wajar
Laporan keuangan menyajikan dengan wajar posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus
kas suatu entitas. Penyajian wajar mensyarakatkan penyajian jujur atas pengaruh transaksi,
peristiwa, dan kondisi lain yang sesuai dengan definisi dan kriteria pengakuan asset, kewajiban,
penghasilan, dan beban.
Penyajian wajar posisi keuangan, kinerja keuangan dan arus kas. Entitas yang menggunakan
SAK ETAP harus secara eksplisit menyatakan secara penuh atas kepatuhan terhadap SAK ETAP
dalam catatan laporan keuangan. Entitas harus menilai kelangsungan usaha pada saat menyusun
laporan keuangan. Entitas menyajikan laporan keuangan minimal satu kali dalam setahun.
Informasi komparatif dengan periode sebelumnya dengan keunggulan yang sama. Pos-pos yang
material disajikan terpisah.
2. Kepatuhan terhadap SAK ETAP
Entitas yang laporan keuangannya mematuhi SAK ETAP harus membuat suatu
pernyataan eksplisit dan secara penuh (explicit and unreserved statement) atas kepatuhan
tersebut dalam catatan atas laporan keuangan. Laporan keuangan tidak boleh menyatakan
mematuhi SAK ETAP kecuali jika mematuhi semua persyaratan dalam SAK ETAP.
3. Kelangsungan Usaha
Pada saat menyusun laporan keuangan, manajemen entitas yang menggunakan SAK
ETAP membuat penilaian atas kemampuan entitas melanjutkan kelangsungan usahanya.
4. Frekuensi Pelaporan
Entitas menyajikan secara lengkap laporan keuangan (termasuk informasi komparatif)
minimum satu tahun sekali.
5. Konsistensi Penyajian
Penyajian dan klasifikasi pos-pos dalam laporan keuangan antar perioda harus konsiseten
kecuali (a) terjadi perubahan yang signifikan atas sifat operasi entitas atau perubahan penyajian
atau pengklasifikasian bertujuan menghasilkan penyajian lebih baik sesuai kriteria pemilihan dan
penerapan kebijakan akuntansi, aatau (2) SAK ETAP mensyaratkan suatu perubahan penyajian.

Penyajian dan klasifikasi pos-pos harus konsisten, kecuali:
Terjadi perubahan signifikan operasi entitas atau perubahan tersebut menghasilkan
penyajian yang lebih andal dan relevan.
SAK ETAP mensyaratkan perubahan penyajian.
Reklasifikasi harus dilakukan retrospektif, kecuali tidak praktis dapat secara prospektif.
Jika prospektif: diungkapkan sifat reklasifikasi dan jumlah pos yang direklasifikasi serta
alasannya.
6. Informasi Komparatif
Informasi harus diungkapkan secara komparatif dengan perioda sebelumnya kecuali
dinyatakan lain oleh SAK ETAP (termasuk informasi dalam laporan keuangn dan catatan atas
laporan keuangan).
7. Materialitas dan Agregasi
Pos-pos yang material disajikan terpisah dalam laporan keuangan, sedangkan yang tidak
material digabungkan dengan jumlah yang memiliki sifat atau fungsi yang sejenis. Kelalalian
dalam mencantumkan atau kesalahan dalam mencatat suatu pos dianggap material jika, baik
secara individua maupun bersama-sama, dapat memengaruhi pengguna laporan keuangan dalam
penggambilan keputusan ekonomi. Besaran dan sifat unsur tersebut dapat menjadi factor
penentu.
8. Identifikasi Laporan Keuangan Lengkap
Terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas,
catatan atas laporan keuangan. Perubahan perioda laporan keuangan sehingga perioda laporan
berbeda, maka ETAP mengungkapkan:
Fakta tersebut.
Alasan penggunaan perioda yang lebih pendek atau lebih panjang.
Fakta bahwa jumlah informasi komparatif dalam laporan keuangan yang terkait tidak dapat
diperbandingkan.
Identifikasi secara jelas setiap komponen laporan keuangan.
Informasi berikut, jika perlu, pada setiap halaman:
Nama entitas pelapor dan perubahan dalam nama tersebut sejak laporan perioda terakhir;
tanggal atau periode yang dicakup oleh laporan keuangan, mana yang lebih tepat bagi setiap
komponen laporan keuangan;
mata uang pelaporan, seperti didefinisikan dalam Bab 25 Mata Uang Pelaporan;
pembulatan angka yang digunakan dalam penyajian laporan keuangan.
Catatan laporan keuangan:
domisili , bentuk hukum dan alamat kantor yang terdaftar;
Penjelasan sifat operasi dan aktivitas Utama.

Kebijakan Akuntansi
Pemilihan dan penerapan kebijakan akuntansi, yang terdiri dari perubahan estimasi dan
Koreksi kesalahan periode lalu. Kebijakan akuntansi adalah prinsip, dasar, konvensi, aturan dan
praktik tertentu yang diterapkan oleh suatu entitas dalam menyusun dan menyajikan laporan
keuangannya. Jika SAK ETAP secara spesifik mengatur transaksi, kejadian atau keadaan
lainnya, maka entitas harus menerapkan SAK ETAP. Namun, jika dampak tidak material maka
entitas tidak perlu mengikuti persyaratan dalamSAK ETAP. Jika transaksi, peristiwa tidak diatur
spesifik dalam SAK ETAP, maka manajemen dengan menggunakan judgementnya
mengembangkan dan menerapkan suatu kebijakan akuntansi yang menghasilkan informasi:
(1) relevan bagi pemakai untuk kebutuhan pengambilan keputusan ekonomi; dan
(2) andal yaitu dalam laporan keuangan yang menyajikan dengan jujur posisi keuangan, kinerja
keuangan, dan arus kas dari suatu entitas
(3) mencerminkan substansi ekonomi dari transaksi, peristiwa dan kondisi lainnya, serta tidak
hanya mencerminkan bentuk hukumnya
(4) netral yaitu bebas dari bias
(5) mencerminkan kehati-hatian
(6) bersifat lengkap dalam semua hal yang material
Acuan dalam membuat pertimbangan (Bab 9.5):
persyaratan dan panduan dalam SAK ETAP yang berhubungan dengan isu yang serupa dan
terkait.
definisi, kriteria pengakuan dan konsep pengukuran untuk aset, kewajiban, pendapatan dan
beban dan prinsip-prinsip pervasif di Bab 2 Konsep dan Prinsip Pervasif.
PSAK non ETAP dan panduan tambahan dapat dijadikan rujukan, namun tidak boleh
bertentangan dengan Bab 9.5

Anda mungkin juga menyukai