Anda di halaman 1dari 5

1.

Tembakau
Tanaman tembakau merupakan tanaman semusim, dalam dunia pertanian tergolong
tanaman perkebunan tetapi bukan merupakan kelompok tanaman pangan.Tanaman tembakau
dibudidayakan dalam pertanian untuk dimanfaatkan daunnya sebagai pembuatan rokok.
Spesies tanaman tembakau yang pernah ada di dunia ini diperkirakan mencapai lebih dari 20
jenis, di mana persebaran geografis sangat mempengaruhi cara bercocok tanam serta spesies,
varietas yang diusahakan, dan mutu yang dihasilkan.Klasifikasi tanaman tembakau dalam
sistematika tumbuhan sebagai berikut:
Regnum :Plantae
Divisio :Magnoliophyta
Kelas :Magnoliopsida
Ordo :Solanales
Famili :Solanaceae
Sub Famili :Nicotianae
Genus :Nicotiana L.
Spesies :N. tabaccum, N. Rustica
(Tassew, 2007).
Tanaman tembakau dapat tumbuh optimal pada daerah dengan ketinggian kurang dari
700 m diatas permukaan laut dengan temperatur lebih dari 22
o
C dan curah hujan rata-rata
2000mm/tahun.Sedang tembakau pada dataran tinggi sangat baik bila ditanam didaerah
dengan curah hujan rata-rata 1500 3500 mm/tahun (Cahyono, 1998).

2. Kandungan Kimia Tembakau
Alkaloid yang penting pada tembakau adalah nikotin. Nicotiana rustica L
mengandung kadar nikotin yang tinggi (max n = 16%) biasanya digunakan untuk membuat
abstrak alkoloid (sebagai bahanbaku obat dan isektisida), jenis ini banyak berkembang di
Rusia dan India. Nicotiana tabacum L mengandung kadar nikotin yang rendah (min n =
0,6%) jenis ini umumnya digunakan sebagai bahan baku pembuatan rokok.Nikotin (-pyridil-
-N-methyl pyrrolidine) merupakan senyawa organik spesifik yang terkandung dalam daun
tembakau. Apabila dihisap senyawa ini akan menimbulkan rangsangan psikologis bagi
perokok dan membuatnya menjadi ketagihan. Selama ini yang terjadi adalah tembakau mutu
tinggi pada umumnya mengandung nikotin dan senyawa aromatisnya tinggi. Faktor
lingkungan yang berpengaruh terhadap kadar nikotin antara lain tipe tanah, ketinggian
tempat, kerapatan populasi tanaman, dosis pupuk dan jenis lahan. Tembakau yang ditanam
pada tanah berat berkadar nikotin lebih rendah dibanding yang ditanam di tanah lempung.
Kadar nikotin tembakau cenderung meningkat bila ditanam di daerah yang lebih tinggi.
Semakin banyak populasi tanaman per hektar kadar nikotin semakin rendah, dan semakin
tinggi dosis pemupukan nitrogen kadar nikotin semakin tinggi. Kadar nikotin tembakau yang
ditanam di lahan sawah lebih rendah dibanding di lahan tegal (Chitra, 2012).
Asam organik yang paling banyak terdapat pada tembakau krosok adalah asam
aksalat. Zat-zat anorganik umumnya lebih banyak pada lembaran daun dibandingkan pada
tangakai daun. Kadar abu pada daun bagian bawah sekitar dua kali lebih besar daripada daun
bagian atas, tetapi sebaliknya dengan kadar nikotin dan gula umumnya semakin besar dengan
semakin tingginya letak daun.
Tabel 1.Komposisi daun tembakau hijau
Persenyawaan
Persen (%) berat kering daun hijau
Tembakau cerutu Tembakau sigaret
Selulosa dan lignin 9.5 10.0
Pektin 7.0 7.0
Tanin 2.0 2.0
Karbohidrat 23.0 23.0
Asam-asam organic 13.0 13.0
Protein 17.3 12.2
Alkaloid 3.0 1.3
Minyak atsiri, gum dan resin 7.0 7.0
Lain - lain 17.7 24.5
(Matnawi, 1997)
3. Jenis jenis Tembakau Daerah Di Indinesia
Berbagai jenis tembakau dengan berbagai kegunaannya diusahakan diIndonesia, baik
oleh rakyat maupun oleh perusahaan. Secara umum tembakau di Indonesia dapat dipisahkan
menurut musim tanamnya yaitu:

1. Tembakau Voor-Oogst
Tembakauini biasanya dinamakan tembakau musim kemarau atau
onberegend.Artinya, jenis tembakau yang ditanam pada waktu musim penghujan dan dipanen
pada waktu musim kemarau.
2. Tembakau Na-Oogst
Tembakau Na-Oogst adalah jenis tembakau yang ditanam pada musim kemarau,
kemudian dipanen atau dipetik pada musim penghujan.
3. Tembakau Bawah Naungan (TBN)
Merupakan tembakau yang dibudidayakan pada daerah-daerah yang tidak memiliki
suasana Cloudinnes, yang mana disuatu daerah tempat/lahan untuk penanaman tembakau
kurang mendapatkan pancaran sinar matahari (matahari tertutup awan) dalam jumlah yang
banyak. Untuk itu solusinya adalah dengan cara cloudiness buatan yang mana diusahakan
dengan membuat naungan.
(Matnawi, 1997)
Beberapa jenis tembakau yang sering dibudidayakan antara lain Tembakau Besuki ,
Deli dan Lombok, bahkan baru baru ini deterapkan suatu sistem penanaman tembakau
dengan menggunakan naungan. Tembakau yang ditanam dibawah naungan ini biasanya
diusahakan pada daerah-daerah yang tidak memiliki suasana Cloudiness, yaitu daerah-daerah
yang dapat menerima sinar matahari dalam jumlah banyak.Sehingga pada daerah-daerah
yang mendapatkan sinar matahari yang banyak tersebut dibuatlah naungan untuk mencapai
Cloudiness tiruan atau buatan.Daerah Sumatera (Deli) misalnya.Tembakau Bawah Naungan
(TBN) atau Vorstenlanden Bawah Naungan (VBN) ini dibudidayakan dalam rangka mencari
alternatif menghadapi masalah produksi dan pemasaran tembakau Besuki Na-oogst(Setiadji,
2003).
4. Mutu Tembakau
Mutu tembakau adalah sejumlah kumpulan sifat fisik, kimia, dan organoleptik dari
tembakau yang menjadikan bahan tersebut dikehendaki ataupun tidak dikehendaki sesuai
dengan tujuan penggunaannya.Beberapa aspek utama yang sering digunakan sebagai faktor
penentu mutu tembakau adalah letak daun dan daya pijar. Unsur-unsur penentu mutu daun
tembakau antara lain :
a) Ukuran, bentuk, dan letak daun, Merupakan unsur mutu yang penting karena menentukan
rendemen yaitu banyaknya daun yang akan dibuat dari tiap helai daun. Selain itu juga
merupakan pertimbangan untuk komponen rokok cerutu. Di Indonesia daun berdasarkan
letaknya mulai dari bawah ke atas terdiri dari, daun koseran (1 5 helai), daun kaki (6 13
helai), daun tengah (14 22 helai), dan daun pucuk (sekitar helai tatau lebih). Bentuk daun
koseran umumnya tipis dan bulat, daun kaki agak tebal dan bulat, daun tengah tebal dan bulat
panjang, sedangkan daun pucuk paling tebal dan agak memanjang (Tjiptadi, 1985).
b) Mutu bakar (Burning Qualities), Beberapa sifat yang tercakup dalam hal ini adalah daya
pijar atau daya membara, kerataan membara, kecepatan membara, sempurnanya pembakaran,
dan keteguhan abu.
a. daya membara, adalah sifat membara secara terus menerus tanpa menimbulkan nyala
api.
b. Kecepatan membara, dinyatakan dalam detik pada tembakau yang terbakar per satuan
jarak tertentu.
c. Sempurnanya pembakaran adalah habis atau berabunya bagian tembakau yang
terbakar sehingga tinggal sisa pembakaran berupa abu.
d. Keteguhan abu, ditunjukkan dengan panjang abu yang masih dapat melekat pada
rokok atau cerutu selama pembakaran.
c) Warna, merupakan sifat dasar yang dimiliki setiap jenis tembakau. Warna krosok
tembakau Virginia umumnya kuning limau sampai kuning emas. Jenis cerutu umumnya
berwarna lebih gelap, dari coklat muda sampai coklat tua. Penilaian warna ditantukan
pengamatan visual.
d) Aroma, Dengan fermentasi yang berhasil, krosok akan mempunyai aroma yang baik.
Aroma yang paling penting adalah yang timbul jika tembakau dibakar. Aroma ini merupakan
hasil destilasi kering dari bahan-bahan gum (gummy material). Kandungan protein tinggi
menimbulkan bau tidak enak, tetapi dalam jumlah sedikit mempunyai pengaruh positis
terhadap aroma tembakau.
e) Rasa, Krosok yang belum mangalami fermentasi mempunyai rasa kasar, mentah dan pahit.
Fermentasi akan menghilangkan rasa tersebut. Sejumlah tertentu alkaloid diperlukan untuk
memperoleh kenikmatan dalam mengisap rokok. Namun kadar alkaloid yang terlalu tinggi
menyebabkan rasa mengganggu.
f) Sifat higroskopis, Sifat higroskopis tergantung pada jenis dan tingkat mutu tembakau.
Tembakau yang terlalu higroskopis peka terhadap minyak. Sifat higroskopis mempunyai
hubungan dengan kadar nitrat di dalam tangkai daun.
(padmo, 1991)



DAFTAR PUSTAKA
Cahyono. 1998. Cahyono, bambang.1998.Tembakau Budi Daya dan Analisis Usaha Tani.Yogyakarta:
Kanisius.
Chitra S, Sivaranjani K. 2012. A comparative phytochemical analysis of tobacco and its natural extract-
an eccentric approach. International Journal of Pharmacy and Pharmaeutical Sciences 4: 1-2

Matnawi, 1997. Matnawi, H. 1997. Budi Daya Tembakau Bawah Naungan. Yogyakarta: Kanisius.
Padmo, S dan Djatmiko, E. 1991.Tembakau : Kajian Sosial-Ekonomi.Yogyakarta. Aditya Media.

Setiadji. 2003. Setiadji. 2003. Teknologi Pengolahan Tembakau. Jember: THP FTP Universitas
Jember.
Tassew Z. 2007. Levels of nicotine in Ethiopian tobacco leaves . Addis Ababa: Addis Ababa
University.
Tjiptadi, W. 1985.Pengokohan Tembakau Agroindustri. Bogor: Fateta IPB.

Anda mungkin juga menyukai