Anda di halaman 1dari 11

MODEL RANCANGAN PEMBELAJARAN DICK AND CAREY

Menurut Gafur dalam Soeharto ( 1988: 12) definisi desain instruksional adalah
keseluruhan proses analisis kebutuhan dan tujuan belajar serta pengembangan teknik
mengajar untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Termasuk didalamnya adalah pengembangan
paket pembelajaran, kegiatan mengajar, uji coba, revisi, dan kegiatan mengevaluasi hasil
belajar.
Perancangan bahan pembelajaran dan lingkungan belajar bisa berpedoman pola pikir
dan prosedur yang berbeda ( Molenda & Boling, 2008:103).
Perancangan pembelajaran dapat dijadikan titik awal upaya perbaikan kualitas
pembelajaran. Ini berarti bahwa perbaikan kualitas pembelajaran harus diawali dari
perbaikan kualitas desain pembelajaran dan merancang pembelajaran dengan pendekatan
sistem (Degeng, 1999: 2). Desain sistem pembelajaran merupakan proses sistematik yang
dilakukan dengan menerjemahkan prinsip prinsip belajar dan pembelajaran untuk
diaplikasikan ke dalam bahan ajar dan kegiatan pembelajaran (Pribadi, 2009: 82).
Hakikat pendekatan sistem adalah membagi proses perencanaan pembelajaran
kedalam langkah langkah, menyusun langkah langkah secara logis dan menggunakan hasil
tiap tiap langkah sebagai masukan langkah berikutnya ( Molenda & Boling, 2008:104).
Ada banyak model desain yang menggunakan pendekatan sistem. Desain tersebut
berbeda dalam jumlah dan nama langkah langkahnya, serta fungsi masing masing langkah
yang direkomendasikan ( Molenda & Boling, 2008:110).
Komponen sekaligus merupakan langkah-langkah utama dari model desain sistem
pembelajaran yang dikemukakan oleh Dick dan Carey dalam Dick, et al,. (2001) terdiri atas :
1. Mengidentifikasi tujuan pembelajaran
2. Melakukan analisis pembelajaran
3. Menganalisis karakteristik siswa dan konteks pembelajaran
4. Merumuskan tujuan pembelajaran khusus
5. Mengembangkan instrumen penilaian
6. Mengembangkan strategi pembelajaran
7. Mengembangkan dan memilih materi ajar
8. Merancang dan mengembangkan evaluasi formatif
9. Melakukan revisi terhadap program pembelajaran
10. Merancang dan mengembangkan evaluasi sumatif
Langkah-langkah pengembangan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi tujuan pembelajaran
Tujuan pembelajaran idealnya diperoleh dari analisa kebutuhan yang benar
benar mengindikasikan adanya suatu masalah yang pemecahannya adalah dengan
memberikan pembelajaran (Dick, et al, 2001: 19).
Sasaran akhir dari suatu pembelajaran adalah tercapainya tujuan pembelajaran
umum, oleh karena itu dalam merancang pembelajaran harus memperhatikan secara
mendalam rumusan tujuan pembelajaran umum yang akan ditentukan.
2. Melakukan analisis pembelajaran
Tujuan utama analisis pembelajaran adalah mengidentifikasi pengetahuan dan
ketrampilan yang harus ada pada pembelajaran (Dick, et al, 2001: 37) Karena prosesnya
relatif kompleks, analisis pembelajaran terhadap tujuan pembelajaran umum dapat dilakukan
melalui dua tahap : 1) menggolongkan pernyataan tujuan umum menurut jenis kapabilitas
belajar. 2) melakukan analisa lanjutan untuk mengidentifikasi ketrampilan
bawahan. Keduanya merupakan proses analisa pembelajaran.
Pembelajaran ketrampilan psikomotor biasanya memerlukan perpaduan ketrampilan
intelektual dan ketrampilan motorik. Langkah pertama untuk analisa dilakukan dengan
menerapkan prosedur analisis hierarkis (Dick, et al, 2001: 81).
3. Menganalisis karakteristik siswa dan konteks pembelajaran
Selain melakukan analisis tujuan pembelajaran, hal penting yang perlu dilakukan
dalam menerapkan model ini adalah analisis terhadap karakteristik siswa yang akan belajar
dan konteks pembelajaran. Kedua langkah ini dapat dilakukan secara bersamaan atau paralel.
Analisis konteks meliputi kondisi-kondisi terkait dengan keterampilan yang dipelajari oleh
siswa dan situasi yang terkait dengan tugas yang dihadapi oleh siswa untuk menerapkan
pengetahuan dan keterampilan yang dipelajari. Analisis terhadap karakteristik siswa meliputi
kemampuan aktual yang dimiliki oleh siswa, gaya belajar, dan sikap terhadap aktivitas
belajar. Identifikasi yang akurat tentang karakteristik siswa yang akan belajar dapat
membantu perancang program pembelajaran dalam memilih dan menentukan strategi
pembelajaran yang akan digunakan.
4. Merumuskan tujuan pembelajaran khusus
Perumusan tujuan khusus pembelajaran merupakan pernyataan tentang apa yang akan
dicapai siswa setelah mereka selesai mengikuti kegiatan pembelajaran. Dalam merumuskan
tujuan pembelajaran khusus, ada beberapa hal yang perlu mendapatkan perhatian, yaitu :
a. menentukan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh siswa setelah menempuh
proses pembelajaran.
b. kondisi yang diperlukan agar siswa dapat melakukan unjuk kemampuan dari pengetahuan
yang telah dipelajari. Komponen kondisi dalam tujuan pembelajaran khusus menyebutkan
sesuatu yang secara khusus diberikan atau tidak diberikan ketika pebelajar menampilkan
perilaku yang ditetapkan dalam tujuan (Degeng, 1999: 2). Komponen kondisi bisa berupa
bahan dan alat, informasi dan lingkungan.
c. indikator atau kriteria yang dapat digunakan untuk menentukan keberhasilan siswa dalam
menempuh proses pembelajaran. Kriteria yang relevan tersebut dapat berupa kecermatan,
waktu (kecepatan), kesesuaian dengan prosedur, kuantitas atau kualitas hasil akhir (Degeng,
1999: 5).
5. Mengembangkan instrumen penilaian
Berdasarkan tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan, langkah selanjutnya adalah
mengembangkan alat atau instrumen penilaian yang mampu mengukur pencapaian hasil
belajar siswa. Yang perlu diperhatikan dalam menentukan instrumen evaluasi yang akan
digunakan adalah instrumen harus dapat mengukur performa siswa dalam mencapai tujuan
pembelajaran yang telah dirumuskan. Beberapa tujuan pembelajaran tidak bisa diukur
dengan tes obyektif tetapi harus diukur unjuk kerja dengan pengamatan penilai. Untuk
membuat instrumen penilaian ini harus dilakukan pemberian skor untuk tiap langkah yang
dilakukan oleh pebelajar (Dick, et al, 2001:173).
Tes acuan patokan disusun secara langsung untuk mengukur tingkah laku yang
digambarkan dalam tujuan. Ada empat jenis tes acuan patokan :
a. Tes perilaku awal atau entry behavior test. Tes ini diberikan sebelum mulai pembelajaran.
Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah pebelajar telah menguasai ketrampilan yang
menjadi prasyarat bagi pembelajaran.
b. Tes pendahuluan atau pre test, adalah tes acuan patokan yang diperlukan untuk mengetahui
profil pebelajar sehubungan dengan analisis pembelajaran. Pre test tidak selalu harus
dilakukan. Pada saat topic yang akan dipelajari merupakan sesuatu yang baru, maka
hasilnya pre test kadang tidak bisa menggambarkan kemampuan pebelajar yang sebenarnya.
Hal ini karena pebelajar mungkin menebak jawaban tes.
c. Latihan adalah tes yang bertujuan untuk membuat pebelajar berpartisipasi aktif dalam
pembelajaran. Latihan bisa membuat pebelajar mengulang kembali pengetahuan dan
ketrampilan baru sekaligus menilai tingkat pemahaman dan ketrampilannya sendiri.
Pembelajar menggunakan hasil latihan untuk memberikan umpan balik dan memonitor
kecepatan pembelajaran.
d. Post test adalah tes acuan patokan yang mencakup seluruh tujuan pembelajaran yang
mencerminkan hasil belajar yang dilakukan siswa. Meskipun begitu, tujuan awal post
test adalah untuk mengidentifikasi bagian pembelajaran yang tidak berhasil.
Keempat jenis tes itu dimaksudkan untuk digunakan selama proses desain
pembelajaran (Dick, et al, 2001: 147-148).
Item tes dan tugas harus sesuai dengan : 1) tujuan sementara dan tujuan akhir
pembelajaran, 2) karakteristik dan kebutuhan pebelajar seperti tingkat penguasaan bahasa,
tingkat perkembangan pebelajar, tingkat motivasional dan ketertarikan, pengalaman dan latar
belakang dan kebutuhan khusus pebelajar (Dick, et al, 2001: 151-153). Desainer juga harus
membuat keadaan pada saat tes sama dengan saat belajar. Item tes dan tugas harus realistis
atau autentik. Pebelajar juga harus diberi petunjuk sebelum menjawab soal.
6. Mengembangkan strategi pembelajaran
Berdasarkan informasi yang telah dikumpulkan sebelumnya, perancang program
pembelajaran dapat menentukan strategi yang akan digunakan dalam pembelajaran.
Strategi yang digunakan disebut strategi pembelajaran atau instructional strategy.
Asal konsep strategi pembelajaran adalah the events of instruction yang digambarkan oleh
Gagne dalam bukunya Condition of Learning. Dick and Carey mengelompokkan kegiatan
itu dalam lima komponen yaitu: 1) aktivitas pra pembelajaran, 2) penyajian materi atau isi, 3)
partisipasi pebelajar, 4) penilaian dan 5) aktifitas lanjutan (Dick, et al, 2001: 189).
Aktivitas pra pembelajaran dilakukan dengan memotivasi siswa, menginformasikan
tujuan pembelajaran dan menginformasikan ketrampilan prasyarat pada pebelajar.
Selanjutnya dilakukan penyajian materi. Kegiatan ini bukan hanya untuk menjelaskan
konsep konsep baru saja, tetapi juga menjelaskan hubungan antar konsep. Desainer juga
memutuskan berapa jenis dan jumlah contoh yang akan diberikan untuk tiap tiap konsep.
Salah satu komponen yang paling kuat dalam proses pembelajaran adalah latihan
dengan umpan balik. Desainer harus memberikan aktivitas yang relevan dengan tujuan
disertai dengan umpan balik atau informasi tentang unjuk kerja mereka. Sedangkan untuk
kegiatan lanjutan, desainer meninjau lagi strategi secara keseluruhan untuk menentukan
berhasilnya proses belajar.
7. Mengembangkan dan memilih bahan ajar
Bahan ajar memuat isi yang akan digunakan pebelajar untuk mencapai
tujuan. Termasuk didalamnya adalah tujuan khusus dan tujuan umum dan semua yang
mendukung terjadinya proses belajar dalam diri pebelajar. Bahan ajar juga berisi informasi
yang akan digunakan pebelajar untuk memandu kemajuan mereka selama
pembelajaran. Semua bahan ajar juga harus dilengkapi dengan tes obyektif atau pengukuran
kemampuan pebelajar. Termasuk didalamnya adalah soal pre test dan post test.
Selain bahan ajar, diperlukan juga petunjuk penggunaan bagi pembelajar dan
pebelajar (Dick, et al, 2001: 245)
8. Merancang dan mengembangkan evaluasi formatif
Tujuan dari evaluasi formatif adalah untuk mengumpulkan data yang terkait dengan
kekuatan dan kelemahan pembelajaran. Hasil dari proses evaluasi formatif dapat digunakan
sebagai masukan atau input untuk memperbaiki draf paket pembelajaran. Meskipun tujuan
utamanya adalah mendapat data dari pebelajar tetapi tinjauan dari orang lain yang juga ahli
merupakan hal yang penting (Dick et al, 2001: 285)
Tiga jenis evaluasi formatif dapat diaplikasikan untuk mengembangkan produk atau
program pembelajaran, yaitu :
Evaluasi perorangan
Evaluasi kelompok kecil
Evaluasi lapangan
Evaluasi perorangan merupakan tahap pertama dalam menerapkan evaluasi formatif.
Evaluasi ini dilakukan melalui kontak langsung dengan minimal tiga orang calon pengguna
program untuk memperoleh masukan tentang kesalahan kesalahan yang tampak dalam bahan
ajar dan memperoleh petunjuk awal daya guna bahan ajar dan reaksi pebelajar pada isi bahan
ajar. Untuk tahap ini dipilih satu orang pebelajar yang memiliki kemampuan diatas rata-rata,
satu orang berkemampuan sedang dan satu orang berkemampuan dibawah rata-rata.
Evaluasi kelompok kecil dilakukan dengan mengujicobakan program terhadap
kelompok kecil calon pengguna. Evaluasi ini dilakukan untuk menentukan efektivitas
perubahan yang telah dibuat setelah evaluasi perorangan dan mengidentifikasi masalah yang
mungkin masih ada. Pada langkah ini, pebelajar bisa menggunakan bahan ajar tanpa interaksi
langsung dengan pengembang.
Evaluasi lapangan adalah uji coba program terhadap sekelompok besar calon
pengguna program sebelum program tersebut digunakan dalam situasi pembelajaran yang
sesungguhnya.

9. Melakukan revisi terhadap program pembelajaran
Langkah akhir dari proses desain pengembangan adalah melakukan revisi terhadap
draf program pembelajaran. Data yang diperoleh dari prosedur evaluasi formatif dirangkum
dan ditafsirkan untuk mengetahui kelemahan- kelemahan yang dimiliki oleh program
pembelajaran. Evaluasi formatif tidak hanya dilakukan pada draf program pembelajaran saja,
tetapi juga terhadap aspek-aspek desain sistem pembelajaran yang digunakan dalam program,
seperti analisis pembelajaran, entry behavior, dan karakteristik siswa. Prosedur evaluasi
formatif, dengan kata lain, perlu dilakukan pada semua aspek program pembelajaran dengan
tujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas program tersebut.
10. Merancang dan mengembangkan evaluasi sumatif
Evaluasi sumatif merupakan jenis evaluasi yang berbeda dengan evaluasi formatif.
Jenis evaluasi ini dianggap sebagai puncak dalam aktivitas model desain pembelajaran yang
dikemukakan oleh Dick dan Carey. Evaluasi sumatif dilakukan dilakukan setelah program
selesai dievaluasi secara formatif dan direvisi sesuai dengan standar yang digunakan oleh
perancang. Evaluasi sumatif tidak melibatkan perancang program, tetapi melibatkan penilai
independen. Hal ini merupakan satu alasan untuk menyatakan bahwa evaluasi sumatif tidak
tergolong ke dalam proses desain sistem pembelajaran.
Kesepuluh langkah desain yang dikemukakan di atas merupakan sebuah prosedur
yang menggunakan pendekatan sistem dalam mendesain sebuah program pembelajaran.
Setiap langkah dalam desain sistem pembelajaran ini memiliki keterkaitan satu sama lain.
Output yang dihasilkan dari suatu langkah akan digunakan sebagai input bagi langkah-
langkah selanjutnya.

MODEL ASSURE DALAM P&P
Model Assure


Perancangan Pengajaran dan Pembelajaran

Reka bentuk pengajaran bilik darjah melibatkan tugas guru merancang, memilih dan
menilai media pengajaran. Bagi melaksanakan tugas ini , guru boleh mengaplikasikan
beberapa model yang sesuai.

Sesuatu pengajaran yang terancang rapi akan menghasilkan pembelajaran yang
berkesan. Pengajaran berasaskan media tidak terkecuali memerlukan perancangan yang
rapi dan tersusun.
Perancangan yang dimaksudkan ialah susunatur pengajaran agar pembelajaran dapat
berlaku secara berstruktur. Gagne (1985) menyatakan pembelajaran berlaku sebagai
satu proses yang berkembang secara berperingkat. Justeru itu penyampaian pengajaran
perlu disusun secara berperingkat-peringkat.

Peringkat-peringkat berkenaan adalah
1. Tarik perhatian pelajar.
2. Beritahu objektif pembelajaran.
3. Cungkil dan kaitkan pengetahuan sedia ada pelajar.
4. Sampaikan isi pelajaran/ bahan pemgajaran dan pembelajaran.
5. Bimbing pembelajaran pelajar.
6. Uji penguaswaan pembelajaran pelajar melalui aktiviti.
7. Beri maklum balas tentang penguasaan pembelajaran pelajar.
8. Taksir pencapaian pelajar.
9. Tingkatkan ingatan dan pemidahan pembelajaran.
Model ASSURE dapat membantu guru merancangan pengajaran yang dapat
memanfaatkan penggunaan media.

Model ASSURE memberi fokus kepada perancangan pengajaran pembelajaran
berasaskan media dalam bilik darjah. Model ini dapat membantu guru merancangan
pengajaran berasaskan media dalam bilik darjah masing-masing.

Model ASSURE
Aplikasi model ASSURE mengandungi enam langkah yang dapat menjamin kejayaan.

1. Analyse Learners (Analisis Pelajar)
2. State Objectives ( Nyatakan objektif/hasil pembelajaran)
3. Select methods, media and materials ( Pilih kaedah, media dan bahan
sumber)
4. Utilize media and materials ( Guna media dan bahan sumber)
5. Require learner participation (Libatkan pelajar dalam pembelajaran)
6. Evaluate and revise (Nilai dan semak semula)
1. Analisis Pelajar
Menganalisis kumpulan sasaran atau pelajar.adalah penting ntuk membantu kita
merancang pengajaran pembelajaran yang sesuai bagi mereka. Pelajar dapat dianalisis
berdasarkan aspek-aspek berikut:
1. Ciri-ciri umum pelajar.
2. Pengetahuan dan pengalaman sedia ada.
3. Gaya belajar

Ciri-ciri umum pelajar
Ciri umum pelajar termasuklah umur, tahun, kelas, aliran, jantina,
penempatan/daerah/kawasan, budaya dan seumpamanya/ Pemilihan kaedah, sumber
dan bahan dapat disesuaikan dengan jenis pelajar yang dikenalpasti. Pelajar yang lemah
dalam penguasaan bahasanya dapat dibantu pembelajarannya melalui penggunaan
gambar, bahan konkrit dan aktiviti tanpa media cetak.

Pengetahuan sedia ada
Setiap pelajar mempunyai pengalaman yang berbeza. Analisis pengetahuandan
pengalaman sedia ada pelajar dapat membantu guru menyediakan pengajaran yang
bermanfaat kepada pelajar. Guru boleh mengenalpasti pengetahuan sedia pelajar
melalui ujian praunit yang akan dipelajarinya, mengkaji pencapaian pembelajaran unit
terlebih dahulun mengadakan sesi soaljawab di dalam kelas. Apabila guru ada maklumat
tentang pengetahuan dan pengalaman pelajar tentang topikyang akan dipelajari,
mudahlah bagi guru untuk memilih pengisian sumber pembelajaran dan kaedah yang
sesuai yang akan digunakan.

Gaya Pembelajaran Pelajar
Pelajar mempunyai gaya pembelajaran yang tersendiri. Gaya pembelajaran individu
merujuk kepada cara yang paling sesuai dan berkesan untuk individu itu menguasai
pembelajaran. Pengetahuan tentang gaya pembelajaran pelajar dapat membantu guru
merancang pengajaran dan pembelajaran yang efektif.Model Dunn dan Dunn, model
Honey dan Mumford, dan model Mutiple Intelligence Gadner adalah beberapa contoh
model gaya pembelajaran pelajar. Gaya pembelajaran individu mempengaruhi cara
individu memproses maklumat, membentuk persepsi merupakan faktor motivasi dan
tingkah laku belajar.

2. Nyatakan Objektif/Hasil Pembelajaran
Objektif pengajaran dan pembelajaran perlu dinyatakan secara jelas.Ini adalah sebagai
hala tuju pengajaran dan pembelajaran.Penekanan kepada apa yang pelajar boleh buat
selepas menjalani proses pembelajaran. Oleh itu objektif mesti spesifik.

Pernyataan objektif dapat membantu guru memilih media dan kaedajh penyampaian
yang sesuai. Dengan itu guru dapat menentukan langkah aktiviti pemgajaran dan
pembelajaran. Guru tidak mungkin dapat menilai pencapaian pelajar tanpa menyatakan
objektif terlebih dahulu.

Dalam hal ini, pernyataan objektif yang baik mengandungi empat kriteria berikut:
1. Siapakah yang hendak dicapai? (Kumpulan sasar)
2. Apakah yang hendak dicapai? 9Apakah bentuk pelakuan baru)
3. Bagaimana hendak dicapai? (Apakah syarat pelakuan)
4. Aoakah tahap pencapaian minimum? (standard pencapaian)

Siapakah yang hendak dicapai? (Kumpulan sasar)
Fokus penulisan pbjektif ialah pembelajaran.Kumpulan sasar yang dimaksudkan ialah
pelajar. Pembelajaran akan berlaku sekiranya pelajar terlibat aktif dalam aktiviti
pembelajaran sama ada secara mental ataupun fizikal.

Apakah yang hendak dicapai? 9Apakah bentuk pelakuan baru)
Apakah yang hendak dicapai adalah merujuk kepada pelajar.Tingkah laku yang
dinyatakan dalam objektif pengajaran dan pembelajaran hendaklah yang dapat dilihat
dan diukur pencapaiannya. Tingkah laku ini juga hendaklah yang wajar dan berasas
situasi sebenar.Antara perkataan yang sesuai digunakan ialah
melakar
menamakan
meramal
membaca
menjawab
melukis
menilai
melabel
menjelas

Situasi dan Syarat Perlakuan
Apakah syarat pelakuan? Pencapaian objektif pengajaran dan pembelajaran hendaklah
termasuk syarat bagaimana tingkahlaku itu baru yang dapat diperhatikan.Penyataan
syarat pencapaian objektif ini dapat membantu guru menyediakan suasana, langkah
pengajaran dan pembelajaran


Bagaimana hendak dicapai? (Apakah syarat pelakuan)
Situasi atau syarat pelakuan bermaksud penyataan pencapaian syarat objektif dapat
membantu guru menyediakan suasana, langkah-langkah pembelajaran dan media yang
sesuai.

Aoakah tahap pencapaian minimum? (standard pencapaian)
Darjah pencapaian minimum atau standard pencapaian merujuk kepada darjah
ketepatan, kualiti atau kuantititingkah laku, tempuh masa yang ditetapkan dan
sebagainya.Penyataan pengukuran pencapaian ini akan membolehkan guru
menyediakan tindak susulan bagi membantupelajar yang belum mencapai objektig
pengajaran dan pembelajaran dalam bentuk aktiviti pemulihan dan juga aktiviti
pengayaan. Penulisan tahap pencapaian boleh dalam bentuk kualitatif atau kuantatif.
Contih penulisan objektif pengajaran dan pembelajaran
Pada akhir pengajaran dan pembelajaran pelajar dapat
melabel nama negeri-negeri yang diketuai oleh sultan pada lakaran peta Malaysia
sekurang-kurannya 7 dari 9 negeri dengan betu.
Menamakan secara lisan sekurang-kurangnya tujuh negeri di Malaysia yang
mempunyai sultan.
3. Pemilihan Kaedah, Media dan Bahan Sumber
Setiap perancangan pengajaran yang baik akan memerlukan pemilihan media, kaedah
dan bahan sumber dibuat secara sistematik dan terancang. Proses pemilihan tersebut
merangkumi aspek-aspek berikut:
Membuat keputusan tentang kaedah yang paling sesuai dengan objektif yang
hendak dicapai.
Memilih format media yang sesuai dengan kaedah yang dipilih.
Memilih, mengubahsuai atau mereka bentuk bahan sumber pembelajaran.
Menurut Mc Alpine & Wetson (1994) dipetik oleh Hwinich et al (1999), untuk memilih
bahan sumber yang sesuaim soalan-soalan berikut perlu ditanya.
Adakah bahan ini menepati kurikulum?
Adakah isipelajaran menepati kurikulum?
Adakah laras bahasanya jelas?
Adakah bahan ini menarik dan dapat memotivasikan pelajar?
Adakah bahan ini dapat menarik pelgelibatan pelajar?
Adakah bahan ini berkualiti?
Adakah bukti yang menunjukkan bahan ini berkesan?
Adakah bahan ini bebas daripada iklan dan kecenderungan memihak?
Adakah ada panduan pengguna?

Memilih bahan sumber sedia ada yang menepati kriteria dan objektif pengajaran dan
pembelajaran dapat menjimatkan masa.

4. Gunakan Media dan Bahan Sumber

Langkah seterusnya ialah bagaimana media dan bahan sumber pengajaran dan
pembelajaran dapat dimanfaatkan oleh guru dan pelajar. Bagi memasyikan kejayaan
penggunaan media dan bahan, sumber tindakan-tindakan berikut perlu dilakukan oleh
guru.

Semak/pratonton/kaji bahan sumber sebelum digunakan di dalam kelas. Guru hendaklah
menhkaji/menyemak/menonton bahan sumber yang telah dipilih sebelum digunakan. Ini
dapat membantu guru memastikan bahan tersebut nemar-benar sesuai dengan
kumpulanpelajarm objektif pengajaran dan pembelajaran.
Sediakan bahan untuk penggunaan dalam kelas.
Sediakan persekitaran yang sesuai untuk pembelajaran.
Sediakan pengalaman pembelajaran bagi pelajar.
5. Libatkan pelajar dalam pembelajaran

Sesuatu pembelajaran yang melibatkan pelajar beraktiviti atau berfikir secara aktif akan
menghasilkan perubahan tingkah laku yang kekal. Ini disokong oleh semua teori
pembelajaran seperti teori behavioris dan juga teori kognitif. Pengalaman rasa berjaya
pelajar akan dapat mengekalkan motivasi pelajar terhadap aktiviti pembelajaran.
Latihan dalam bentuk perbincangan, latih tubi, latihan bertulis, permainan bahasa dan
sebagainya dapat terus mengekalkan pengelibatan pelajar dalam aktiviti pembelajaran.

Penyediaan media dan bahan sumber yang sesuai sebenarnya dapat membantu dan
mengekalkan pengelibatan pelajar dalam ptoses belajar, Gambar foto, slaidm gambar
bersiri, video dapat mencetuskan perbincangan dalam kumpulan, dapat menjana idea
dan juga aktiviti penyelesaian masalah.

6. Nilai dan Semak Semula

Ini merupakan langkah terakhir dalam Model ASSURE. Sebenarnya langkah ini
menyentuh dua aspekpenilaian aiitu penilaian pembelajaran dan penilaian pengajaran.
Penilaian seharusnya dibuat sepanjang proses pengajaran dan pembelajaran untuk
memastikan pemilihan objektif, media dan bahan sumber sesuai dengan keupayaan
pelajar.

Anda mungkin juga menyukai