Anda di halaman 1dari 5

Activase (Alteplase) adalah aktivator plasminogen jaringan yang dihasilkan oleh teknologi DNA

rekombinan. Ini adalah glikoprotein steril, yang dimurnikan dari 527 asam amino. Disintesis
menggunakan DNA komplementer (cDNA ) untuk jaringan alami manusia -jenis aktivator plasminogen
diperoleh dari galur sel melanoma manusia. Proses produksi melibatkan sekresi enzim alteplase ke
dalam media kultur dengan dibentuk galur sel mamalia (sel indung telur hamster Cina) di mana cDNA
untuk alteplase telah dimasukkan secara genetic.
Farmakologi Klinik
Activase adalah enzim (serine protease) yang memiliki sifat fibrin- yang disempurnakan melalui konversi
plasminogen menjadi plasmin. Hal ini menghasilkan konversi terbatas plasminogen tanpa adanya fibrin.
Ketika diperkenalkan ke dalam sirkulasi sistemik pada konsentrasi farmakologis, Activase mengikat fibrin
dalam trombus dan mengubah plasminogen menjadi plasmin terperangkap.Hal ini diawali fibrinolisis
lokal dengan proteolisis sistemik terbatas. Setelah pemberian 100 mg Activase, terjadi penurunan (16% -
36%) dalam sirkulasi fibrinogen.1,2 Dalam uji coba terkontrol, 8 dari 73 pasien (11%) menerima Activase
(1,25 mg / kg berat badan lebih dari 3 jam ) mengalami penurunan fibrinogen di bawah 100 mg / dL.

Sifat Fisikokimia alteplase
Kelarutan : pada produk dipengaruhi arginin
Bobot molekul : 59042,30 g/mol
Titik leleh 600C
Gen pengkode t-PA terletak di kromosom nomor 8
Mengandung I4 ekson

Penggunaan Alteplase (Recombinant Tissue Plasminogen Activator (rt-PA))
pada terapi Acute Ischemic Stroke
Stroke merupakan penyebab kematian terbesar di seluruh dunia, setelah penyakit kardiovaskuler
dan kanker. Secara umum, stroke dapat dibedakan menjadi ischemic dan hemorrhage. Penanganan
stroke ischemic pada reperfusi awal (onset simptom kurang dari tiga jam) dengan tissue
plasminogen activator (tPA) telah terbukti dapat menurunkan resiko kecatatan akibat stroke
ischemic. Sedangkan penggunaan antiplatelet digunakan sebagai pencegahan sekunder pada stroke
ischemic. Penurunan tekanan darah pada periode stroke akut (tujuh hari pertama) dapat
menurunkan aliran darah pada serebral dan menurunkan perburukan simptom.
sasaran terapi :
Pembuluh darah yang mengalami sumbatan (stroke ischemic) dan menghentikan pendarahan yang
terjadi pada pembuluh darah (stroke hemorrhage).
Tujuan terapi :
Tujuan terapi pada ischemic stroke akut adalah mengurangi terjadinya kerusakan neurologi dan
menurunkan resiko kematian serta kecacatan seumur hidup. Mencegah terjadinya komplikasi
sekunder pada organ gerak dan cacat neurologic serta untuk mencegah terjadinya stroke berulang.
Strategi terapi :
Pendekatan pertama yang dilakukan pada pasien yang diduga mengalami stroke akut adalah
memastikan bahwa pasien telah mendapatkan bantuan pada pernafasan dan kerja jantung serta
segera lakukan determinasi dengan menggunkan CT scan untuk menentukan penyebabnya. Pasien
yang mengalami peningkatan tekanan darah, tidak perlu diterapi terlabih dahulu asalkan tekanan
darah tidak mencapai 200/120mmHg atau mempunyai riwayat acute myocardial infarction (AMI),
pulmonary edema, hypertensive encephalopathy. Jika tekanan darah diterapi, maka gunakan
senyawa parenteral , short-acting (labetalol, niordipine, dan nitroprusside).
NON-FARMAKOLOGIS :
Jika terjadi infarction yang lebar, bias digunakan craniectomy untuk membebaskan (menurunkan)
peningkatam tekanan. Pada beberapa kasus cerebral infraction dengan peningkatan yang cukup
signifikan, maka dapat dilakukan operasi decompressi.
FARMAKOLOGIS :
Pada dasarnya hanya ada dua jenis senyawa farmakologis (obat) yang direkomendasikan dengan
level rekomendasi A, yaitu recombinant tissue plasminogen activator (rtPA) pada 3 jam onset dan
aspirin ada 48 jam.
-Alteplase (recombinant tissue plasminogen activator (rt-PA))
Indikasi : terapi trombolitik pada myocardial infraction akut dan pada massive pulmonary embolism
akut dengan haemodynamic instability. Terapi pada ischemic stroke akut. Terapi harus dilakukan
selama tiga (3) jam onset terjadinya simptom dan setelah dipastikan tidak mengalami intracranial
hemorrage stroke dengan CT scan.
Kontra Indikasi : sama halnya dengan senyawa trombolitik, rtPA tidak boleh digunakan pada pasien
yang mengalami resiko tinggi haemorhage, pasien yang menerima antikoagulan oral (warfarin),
menunjukkan atau mengalami perburukan pendarahan, punya riwayat stroke atau kerusakan
susunan saraf pusat, Haemorhage retinopathy, sedang mengalami trauma pada external jantung
(<10 hari), arterial hipertensi yang tidak terkontrol, adanya infeksi bakteri endocarditis, pericarditis,
pancreatitis akut, punya riwayat ulcerative gastrointestinal disease selama 3 bulan terakhir,
oesophageal varicosis, arterial aneurisms, arterial/venous malformation, neoplasm dengan
peningkatan resiko pendarahan, pasien gangguan hati parah termasuk sirosis hati, portal
hypertension (oesophageal varices) dan hepatitis aktif, setelah operasi besar atau mengalami trauma
yang signifikan pada 10 hari, pendarahan cerebral, punya riwayat cerebrovascular disease,
intracranial neoplasm, arteriovenous malformation, pendarahan internal aktif.
Dosis : dosis yang direkomendasikan 0,9mg/kg (dosis maksimal 90 mg) secara infusi selama 60
menit dan 10% dari total dosis diberikan secara bolus selama 1 menit. Pemasukan dosis 0,09 mg/kg
(10% dari dosis 0,9mg/kg) secara iv bolus selama 1 menit, diikuti dengan 0,81 mg/kg (90% dari
dosis 0,9mg/kg) sebagai kelanjutan infus selama lebih dari 60 menit. Heparin tidak boleh dimulai
selama 24 jam atau lebih setelah penggunaan alteplase pada terapi stroke.
Aturan Pakai : diberikan sesegera mungkin dalam 3 jam onset simptom.
Efek Samping :
1% sampai 10% : kardiovaskular (hipotensi), susunan saraf pusat (demam), dermatologi
(memerah(1%)), gastrointestinal (GI hemorrhage (5%), nausea, vomiting), hemotologi (pendarahan
mayor (0,5%), pendarahan minor (7%)), reaksi alergi (anaphylaxis, urticaria(0,02%), intracranial
haemorrhage (0,4% sampai 0,87%, jika dosis 100mg)
Faktor Resiko :
a. Kehamilan; Berdasarkan Drug Information Handbook menyatakan Alteplase termasuk dalam
kategori C. Maksudnya adalah pada penelitian dengan hewan uji terbukti terjadi adverse event pada
fetus ( teratogenik atau efek embriocidal) tetapi tidak ada kontrol penelitian pada wanita atau
penelitian pada hewan uji dan wanita pada saat yang bersamaan. Obat dapat diberikan jika terdapat
kepastian bahwa pertimbangan manfaat lebih besar daripada resiko pada janin.
Pada BNF disebutkan bahwa Alteplase berpeluang menyebabkan pemisahan prematur plasenta pada
18 minggu pertama. Secara teoritis bisa menyebabkan fetal haemorrhage selama kehamilan, dan
hindarkan penggunaannya selama postpartum.
b. Gangguan hati; hindari penggunaannya pada pasien gangguan hati parah.
Bentuk Sediaan : injeksi, serbuk kering.
Nama Generik : Alteplase.
Nama Dagang : Actylise (Boehringer Ingelheim) serbuk injeksi 50mg/vial
Kandungan tiap pack :
1 vial injeksi : t-PA rekombinan 50 mg
1 vial pelarut : air steril untuk injeksi 50 mL
1 kit
Penyimpanan :
24 jam dalam lemari es dan 8 jam pada suhu <30C
Lindungi dari cahaya
Gunakan segera setelah rekonstitusi,jika tidak, penyimpanan kondisi penyimpanan tidak tahan lebih
lama dari 24 jam suhu 2-8 C

Catatan : karakteristik pasien yang dapat diterapi dengan Alteplase (rt-PA) :
1. Terdiagnosis ischemic stroke.
2. Tanda-tanda neurologis tidak bisa terlihat jelas secara spontan.
3. Simptom stroke tidak mengarah pada subarachnoid hemorrhage.
4. Onset simptom kurang dari 3 jam sebelum dimulai terapi dengan Alteplase.
5. Tidak mengalami trauma kepala dalam 3 bulan terakhir.
6. Tidak mengalami myocardial infarction dalam 3 bulan terakhir.
7. Tidak terjadi gastrointestinal hemorrhage atau hemorrhage pada saluran kencing dalam 21 hari
terakhir.
8. Tidak melakukan operasi besar dalam 14 hari terakhir.
9. Tidak mengalami arterial puncture pada tempat-tempat tertentu dalam 7 hari terakhir.
10. Tidak mempunyai riwayat intracranial hemorrhage.
11. Tidak terjadi peningkatan tekanan darah (sistolik kurang dari 185 mmHg dan diastolik kurang
dari 110 mmHg).
12. Tidak terbukti mengalami pendarahan aktif atau trauma akut selama pemeriksaan.
13. Tidak sedang atau pernah mengkonsumsi antikoagulan oral, INR 100 000 mm3.
16. Kadar glukosa darah >50 mg/dL (2.7 mmol/L).
17. Tidak mengalami kejang yang disertai dengan gangguan neurologi postictal residual.
18. Hasil CT scan tidak menunjukkan terjadinya multilobar infarction (hypodensity kurang dari 1/3
cerebral hemisphere).

Cara penggunaan Alteplase:
1. Apabila tidak ada kontra indikasi, maka pasang selang infus:
Tahap I: pasang selang infus untuk Alteplase.
Tahap II: pasang selang infus untuk komplikasi yang mungkin terjadi.
2. Dosis yang dianjurkan yaitu:
Sebanyak 0,9 mg/Kg per berat badan (diinfus lebih dari 60 menit, sedangkan 10% dari dosis total
yang diberikan sebagai bolus intravenous selama 1 menit).

Pasien harus dirawat di ruang "Critical Care" untuk menilai fungsi neurologik, tekanan darah serta
fungsi kardiovaskuler. Para dokter harus memantau komplikasi serta menanganinya. Efektifitas
terapi Trombolisis ini tergantung pada kriteria inklusi dan eksklusi. Tidak boleh diberikan terapi lain
seperti: Antiplatelet atau Antikoagulan karena akan meningkatkan resiko perdarahan
Alteplase cukup aman serta efektif bila diberikan pada pasien yang memenuhi kriteria serta kurang
dari onset 3 jam. Pemberian alternatif Indra arterial Trombolisis dengan dosis lebih rendah dapat
diberikan secara selektif pada onset 3 - 6 jam dan sumbatan terjadi pada daerah Arteri Cerebri
Media.

Anda mungkin juga menyukai