FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI 2013-2014 Jl. Letjen Suprapto, Cempaka Putih. Jakarta 10510
1. LIPOPROTEIN
Semua bermula dari lemak (fat) yang terkandung dalam makanan yang kita konsumsi. Lipid yang terkandung dalam makanan tersebut harus didistribusikan ke seluruh jaringan tubuh. Namun Lipid tidak bisa larut dalam air, yang merupakan bahan dasar plasma darah (plasma darah digunakan sebagai pengangkut). Akhirnya terjadi pengggabungan lipid nonpolar (triasilgliserol dan ester kolesteril) dengan lipid amfipatik (fosfolipid dan kolesterol) serta protein dan terbentuklah Lipoprotein. Lipoprotein dapat bercampur dengan air. Lipoprotein terdiri dari inti nonpolar, lapisan permukaan lipid amfipatik, dan protein. Inti nonpolarnya terdiri dari ester kolesteril dan triasilgliserol. Sedangkan lapisan lipid amfipatik nya disusun oleh kolestrol bebas dan fosfolipid. Protein pada Lipoprotein disebut apolipoprotein atau apoprotein. Ada dua jenis apoprotein dalam Lipoprotein, yaitu apoprotein peripheral dan apoprotein integral. Apoprotein pada Lipoprotein memiliki beberapa peran: Membentuk sebagian struktur Lipoprotein Sebagai kofaktor enzim Sebagai ligan untuk interaksi dengan reseptor lipoprotein di jaringan Jenis apoprotein menentukan jenis Lipoprotein yang berbeda. Karena distribusi apoprotein menentukan karakteristik Lipoprotein. Lipid utama yang terkandung dalam Lipoprotein adalah triasilgliserol (16%), fosfolipid (30%), kolesterol (14%) dan ester kolesteril (36%), dan asam lemak bebas (4%). Asam lemak bebas adalah lemak plasma yang paling aktif.
Figure 1 Struktur Lipoprotein. Sumber: Google Image
Sejauh ini telah ditemukan empat kelompok utama Lipoprotein, yaitu kilomikron, VLDL (very low density lipoprotein), LDL (low density lipoprotein), dan HDL (high density lipoprotein). 1.1 Kilomikron Kilomikron adalah lipolrotein yang berasal dari penyerapan triasilgliserol di usus. Lipid utama kilomikron adalah triasilgliserol. Apoprotein yang terdapat pada kilomikron antara lain Apo A, C, E, dan B-48. Kilomikron berfungsi untuk menyalurkan triasilgliserol dari usus ke hati. Selanjutnya triasilgliserol tersebut akan dihidrolisis menjadi gliserol dan asam lemak bebas oleh enzim lipoprotein lipase Pembentukan kilomikron terjadi pada sel usus. Tahap pembentukannya adalah sebagai berikut Pertama RE kasar memproduksi Apo B. Lalu Apo B akan menuju RE halus. Di RE halus, Apo B akan bergabung dengan lipid. Setelah RE halus, selanjutnya akan masuk ke badan golgi. Pada badan golgi akan terjadi penambahan residu karbohidrat. Setelah itu, semua campuran tersebut akan mengalami pinositosis terbalik menuju pembuluh limfa dan masuk ke pembuluh limfa sebagai kilomikron. Sebagian kilomikron akan disalurkan ke jaringan-jaringan tubuh, sebagian akan menuju hati. 1.2 VLDL (very low density lipoprotein) VLDL adalah lipoprotein yang bertugas menyalurkan triasilgliserol dari hati ke jaringan. VLDL ada yang ditemukan di limfa sekitar usus, namun kebanyakan ditemukan di hati. VLDL disintesis di sel parenkim hati. Lipid utama yang terkandung dalam VLDL adalah triasilgliserol. Apoprotein yang terdapat pada VLDL adalah Apo E, C, dan B-100. Proses pembentukan VLDL sama dengan kilomikron, hanya saja sintesis VLDL bertempat di hati.
Figure 2 Sintesis VLDL. Sumber: Google Image
1.3 LDL (low density lipoprotein) LDL merupakan bentuk tahap akhir metabolism VLDL. Setiap LDL bersumber dari satu precursor VLDL. LDL berfungsi mengalirkan kolestrol dari hati ke jaringan . Lipid utama dalam LDL adalah kolesterol. Apoprotein yang terkandung dalam LDL adalah B- 100 dan Apo C. 1.4 HDL (high density lipoprotein) HDL terlibat dalam metabolism VLDL, kilomikron, dan kolesterol. HDL bertugas membawa kolesterol dari jaringan ke hati. Lipid utama yang terkandung dalam HDL adalah fosfolipid. Apoprotein yang terkandung dalam HDL adalah Apo A,C, dan E. Fungsi utama HDL adalah sebagai tempat penyimpanan apo C dan apo E yang dibutuhkan dalam metabolisme kilomikron dan VLDL. Apo C dan E disintesis di haTI dan dipindahkan dari HDL hati ke HDL usus ketika HDL usus ini memasuki plasma. HDL disintesis di hati dan di usus.
Table 1. Komponen Lipoprotein dalam plasma manusia
CM VLDL LDL HDL Density (g/ml) < 0.94 0.94-1.006 1.006-1.063 1.063-1.210 Diameter () 6000-2000 600 250 70-120 Total lipid (wt%) * 99 91 80 44 Triacylglycerols 85 55 10 6 Cholesterol esters 3 18 50 40 Cholesterol 2 7 11 7 Phospholipids 8 20 29 46 * Most of the remaining material comprises the various apoproteins.
2. METABOLISME KILOMIKRON DAN VLDL
Triasilgliserol diangkut dari usus dalam bentuk kilomikron dan dari hati dalam bentuk VLDL. Kilomikron ditemukan di dalam kilus yang dibentuk oleh limfa yang ada di sekitar usus. Kilomikron bertugas mengangkut semua lipid dari makanan ke sirkulasi. VLDL terkadang juga ditemukan di kilus. Namun kebanyakan VLDL ditemukan di hati. VLDL adalah pengangkut triasilgliserol dari hati ke jaringan ekstrahepatik. VLDL dan kilomiron sama-sama terbentuk dari apo B. Apo B mengangung karbohidrat sekitar 5% yang berupa mannose, galaktosa, fukosa, glukosa, glukosamin, dan asam sialat. Pada abetalipoprotonemua tidak terbentuk lipoprotein yang mengandung apo B sehingga terjadi penimbunan butiran lipid di usus dan hati. Hati tidak memetabolisme kilomikron dan VLDL secara signifikan. Oleh karena itu asam lamk di hati berasal dari metabolismenya di jaringan ekstrahepatik. Triasilgliserol dari kilomikron dan VLDL dihidrolisis oleh suatu enzim bernama lipoprotein lipase. Enzim ini terdapat pada dinding kapiler darah. Melekat oada endotel melalui rantai proteoglikan heparin sulfat bermuatan negatif. Kofaktor enzim ini adalah fosfolipid dan apo C-II, sementara inihibitor nya adalah apo A-II dan C-III. Hidrolisis berlangsung saat lipoprotein melekat pada enzim lipoprotein lipase. Triasilgliserol dihidrolisis secara bertahap hingga akhirnya menjadi asam lemak bebas dan gliserol. Sebagian asam lemak bebas kembali ke sirkulasi dan bergabung dengan albumin. Asam lemak lainnya menuju jaringan adiposit. Pada keadaan lapar, asam lemak bebas plasma meningkat sedangkan triasilgliserol plasma menurun. Akhirnya akan terjadi uptake asam lemak bebas dari jaringan adiposit ke jantung. Selanjutnya asam lemak tersebut akan digunakan untuk membuat triasilgliserol plasma. Setelah terjadi reaksi dengan lipoprotein lipase, sebagian besar triasilgliserol kilomikron habis digunakan dan apo C lenyap. Akhirnya terbentuk kilomikron sisa yang relative kaya akan ester kolesteril dan kolesterol sebagai reaksi atas berkurangnya triasilgliserol. Perubahan seru[a terjadi pada VLDL atau IDL (intermediate density lipoprotein). Lipoprotein diserap oleh hati melalui endositosis yang diperantarai reseptor, dan ester kolesteril serta triasilgliserol yang diperantarai oleh apo E. Reseptor tersebut adalah dua reseptor dependen-apoE yang bernama reseptor LDL (apo B-100, E) dan LRP (protein terkait reseptor-LDL). Lipase hati berperan sebagai ligan untuk mempermudah penyerapan sisa dan sebagai oenghidrolisis fosfolipid dan triasilgliserol sisa.
Figure 3 Metabolisme kilomikron. Sumber: Google image.
Figure 4 Metabolisme VLDL. Sumber: Google image
3. METABOLISME LDL
Sebagian besar LDL dibentuk dari VLDL dan mungkin pula dari kilomikron. Sebagian LDL ada diproduksi hati. LDL memiliki tempat pengikatan spesifik pada jaringan tertentu. Banyaknya tempat pengikatan LDL di permukaan sel diatur oleh kebutuhan seluler terhadap kolesterol untuk keperluan membran dan sintesis hormone steroid. Sekitar 50% LDL didegradasi di jaringan ekstrahepatik dan 50% di degradasi jaringan intra hepatik. LDL merupakan tahap akhir dari metabolism VLDL (figure 4).
4. METABOLISME HDL Semua sel berinti mensintesis kolesterol, tetapi hepatosit dan enterosit saja efektif dapat mengeluarkan kolesterol dari tubuh, baik di empedu maupun lumen usus. Dalam hati, kolesterol disekresi ke empedu, baik secara langsung atau setelah konversi ke asam empedu. Kolesterol dalam sel perifer diangkut dari membran plasma pada sel perifer ke hati dan usus oleh proses yang disebut "kolesterol transportasi terbalik" yang difasilitasi oleh HDL
Figure 5 Metabolisme HDL. Sumber: Google image
Partikel HDL yang baru disintesis oleh usus dan hati. Segera setelah disekresikan apoA-I dengan cepat memperoleh fosfolipid dan kolesterol tanpa esterifikasi dari tempat sintesisnya (usus atau hati). Proses ini menghasilkan pembentukan partikel HDL discoidal, yang kemudian merekrut kolesterol tanpa esterifikasi tambahan dari perifer. Dalam partikel HDL, kolesterol yang diesterifikasi dengan enzim lesitin-kolesterol acyltransferase (LCAT), plasma terkait dengan HDL, dan ester kolesterol yang hidrofobik pada inti dari partikel HDL. Karena HDL memperoleh banyak ester kolesterol sehingga bentuknya lebih bulat dari lipoprotein yang lain dan apolipoproteins dan lipid tambahan akan ditransfer ke partikel dari permukaan kilomikron dan VLDL selama lipolisis. Kolesterol HDL diangkut ke hepatosit oleh baik dengan jalur langsung maupun tidak langsung. Kolesterol ester pada HDL dapat ditransfer ke apoB yang mengandung lipoprotein dalam pertukaran dengan trigliserida oleh protein transfer kolesterol ester (CETP). Ester kolesterol kemudian dihilangkan dari peredaran sistemik oleh reseptor LDL yang mediasi endositosis. Kolesterol HDL juga dapat diambil langsung oleh hepatosit melalui reseptor scavenger B1 (SR-B1), reseptor pada permukaan sel yang memediasi transfer selektif lipid ke sel.
5. PERAN HATI DALAM TRANSPOR DAN METABOLISME LIPID
Fungsi utama hati da;am metabolisme lipid meliputi: Mmepermudah pencernaan dan penyerapan lipid dengan menghasilkan empedu yang mengandung kolesterol dan garam empedu yang di sintesis di hati de novo atau dari penyereapan kolesterol lipoprotein Secara aktif membentuk dan mengoksidasi asam lemak Mengubah asam lemak menjadi badan keton (ketogenesis) Bagian integral dari sintesis dan metabolism lipoprotein plasma Asam lemak bebas dari jaringan adiposa dan asam lemak rantai sedang atau pendek yang diserap di usus diangkut ke hati. Triasilgliserol, kolesterol, dan fosfolipid disintesis di hati dari asam lemak dan berikatan secara kompleks dengan protein akseptor lemak spesifik membentuk VLDL (very low density lipoprotein) yang memasuki plasma. Faktor-faktor yang meningkatkan sintesis triasilgliserol maupun sekresi VLDL oleh hati mencakup keadaan kenyang, konsumsi diet kaya karbohidrat, tingginya kadar asam lemak bebas plasma, konsumsi etanol, dan adanya insulin dengan kadar tinggi dan glucagon dengan kadar rendah yang meningkatkan sintisis dan esterifikasi asma lemak serta menghambat oksidasinya. Hati juga terlibat dalam proses metabolism IDL dan LDL. 5.1 Ketogenesis Pengontrolan mula mula dilaksanakan di jaringan adiposa. Ketosis tidak terjadi secara in vivo kecuali terdapat kenaikan asam lemak bebas di dalam darah yang timbul dari proses lipolisis triasilgliserol di jaringan adiposa. Asam lemak bebas merupakan prekursor badan keton di hati. Baik dalam keadaan kenyang maupun lapar, hati mengekstraksi sekitar 30 % atau lebih asam lemak bebas yg melintasinya, sehingga pada konsentrasi asam lemak yang tinggi, aliran asam lemak yang melintasi hati sangat besar. Karena itu, faktor yang mengatur mobilisasi asam lemak bebas dari jaringan adiposa sangat penting dalam mengatur ketogenesis. Salah satu dari dua peristiwa yang akan dialami oleh asam lemak bebas setelah diambil oleh hati dan sesudah diaktifkan menjadi asil-koA, yaitu asam lemak bebas itu akan mengalami b-oksidasi menjadi CO 2 atau esterifikasi menjadi triasilgliserol dan fosfolipid. Terdapat regulasi masuknya asam lemak ke lintasan oksidatif oleh carnitine palmitoyltransferase-I (CPT-I), dan sisanya di esterifikasi. Aktivitas enzim itu rendah pada saat kenyang yang menyebabkan penurunan oksidasi asm lemak, dan meninggi pada saat lapar yang memungkinkan peningkatan oksidasi asam lemak. Malonil-koA, yaitu intermediet awal dalam biosintesis asam lemak, dibentuk oleh Asetil-KoA karboksilase pada keadaan kenyang dan merupakan inhibitor CPT-I yg poten. Pada keadaan ini, asam lemak bebas akan memasuki sel hati dengan konsentrasi rendah dan hampir seluruhnya akan mengalami esterifikasi menjadi asilgliserol serta diangkut keluar dari hati dalasm bentuk VLDL ( very low density lipoprotein ). Meskipun demikian, dengan meningkatnya konsentrasi asam lemak bebas pada onset terdapatnya kelaparan, enzim asetil-KoA karboksilase akan dihambat secara langsung oleh Asil-KoA dan [malonil-KoA] akan menurun sehingga melepaskan hambatannya terhadap CPT-I dan memungkinkan lebih banyak senyawa asil-KoA yang mengalami b-oksidasi. Peristiwa ini akan didorong kembali pada keaadaan kelaparan oleh penurunan rasio [insulin]/[glukagon]. Akibat langsung penurunan ini berupa inhibisi asetil-KoA karboksilase di hati oleh fosforilasi kovalen. Jadi b-oksidasi dari asam lemak bebas dikontrol oleh pintu gerbang CPT-I ke dalam mitokondria dan keseimbangan ambilan asam lemak bebas yang tidak teroksidasi akan mengalami esterifikasi. Selanjutnya, asetil-KoA yang terbentuk dari b-oksidasi akan teroksidasi dalam siklus asam sitrat, atau memasuki lintasan ketogenesis untuk membentuk badan keton. Bersamaan dengan meningkatnya kadar asam lemak serum, maka secara proporsional akan lebih banyak lagi asam lemak bebas yang dikonversi menjadi badan keton dan lebih sedikit yang teroksidasi lewat siklus asam sitrat menjadi CO 2. Pemisahan asetil-KoA antara lintasan ketogenik dan lintasan oksidasi menjadi CO 2 diatur begitu rupa sehingga total energi bebas yang ditangkap dalam bentuk ATP sebagai hasil asam lemak bebas tetap konstan. Keadaan ini dapat dipahami kalau kita menyadari bahwa oksidasi lengkap 1 mol palmitat melibatkan produksi netto 129 mol ATP lewat b-oksidasi dan produksi CO 2 dalam siklus asam sitrat, sementara hanya 33 mol ATP yang dihasilkan kalau asetoasetat merupakan produksi akhir dan hanya 21 mol ATP kalau 3-hidroksibutirat merupakan produk akhir. Jadi, ketogenesis dapat dianggap sebagai suatu mekanisme yang memungkin hati untuk mengoksidasi asam lemak dengan jumlah yang meningkat di dalam sistem fosforilasi oksidatif yang terangkai erat, tanpa meningkatkan pengeluaran energi totalnya. Beberapa hipotesis lainnya telah diajukan untuk menjelaskan penyimpangan oksidasi asam lemak dari pembentukan CO 2 menjadi ketogenesis. Secara teoritis, penurunan konsentrasi oksaloasetat, khususnya di dalam mitokondria, dapat mengganggu kemampuan siklus asam sitrat untuk memetabolisasi asetil KoA. Penurunan ini bisa terjadi karena peningkatan rasio [NADH]/[NAD + ] yang disebabkan oleh meningkatnya b-oksidasi. Keadaan ini akan mempengaruhi keseimbangan antara oksaloasetat dan malat, yang akan menurunkan konsentrasi oksaloasetat. Akan tetapi, utter dan keech memperlihatkan bahwa enzim piruvat karboksilase yang mengatalisis perubahan piruvat menjadi oksaloasetat diaktifkan oleh asetil-KoA. Akibatnya, kalau asetil-KoA terdapat dalam jumlah yang berarti, harus ada oksaloasetat dalam jumlah yang cukup untuk memulai reaksi kondensasi pada siklus asam sitrat. 6. PERLEMAKAN HATI Perlemakan hati adalah penumpukan lipid, terutama triasilgliserol, di hati karena sebab tertentu. Penimbunan lipid di hati dapat menyebabkan perubahan fibrotic yang terjadi pada sel-sel yang berkembang menjadi sirosis dan gangguan fungsi hati. Perlemakan dibagi menjadi dua kategori berdasarkan penyebabnya. Yaitu perlemakan hati yang berhubungan dengan adanya kenaikan kadar asam lemak bebas dalam plasma darah dan perlemakan hati yang berkaitan dengan adanya hambatan dalam pembentukan lipoprotein lipase di dalam sirkulasi. 6.1 Perlemakan hati yang karena kenaikan kadar asam lemak bebas dalam plasma darah Peningkatan asam lemak bebas plasma dapat disebabkan oleh peningkatan mobilisasi lemak dari jaringan adipose atau karena peningkatan hidrolisis lipoprotein (triasilgliserol kilomikron) oleh lipoprotein lipase di dalam sirkulasi. Jika asam lemak bebas plasma meningkat hingga VLDL tidak bisa mengimbangi hidrolisisnya, akan terjadi penumpukan triasilgliserol di hati. 6.2 Perlemakan hati karena adanya hambatan pembentukan lipoprotein lipase di sirkulasi Hambatan pembentukan lipoprotein lipase berkaitan dengan adanya defisiensi factor lipotropic yang bernama kolin. Defisiensi kolin akan mengakibatkan tertimbunnya triasilgliserol di dalam hati. 6.3 Karena etanol Selain dua sebab diatas, ternyata adanya etanol di dalam tubuh juga dapat mengakibatkan perlemakan hati. Perlemakan hati karena etanol terutama terjadi pada pencandu alkohol. Perlemakan disebabkan oleh kombinasi gangguan oksidasi asam lemak dan meningkatnya lipogenesis yang disebabkan oleh perubahan potensial redoks [NADH]/[NAD+] di hati. Oksidasi etanol oleh alkohol dehydrogenase menyebabkan produksi berlebihan NADH.
Figure 6 Oksidasi ethanol menghasilkan NADH. Sumber: Google image NADH yang dihasilkan tersebut bersaing dengan pereduksi substrat lain sehingga menghambat oksidasi substrat tersebut dan menyebabkan peningkatan esterifikasi asam lemak menjadi triasilgliserol sehingga terjadi perlemakan hati
7. JARINGAN ADIPOSA DAN MOBILISASI LEMAK Di dalam jaringan adipose, simpanan triasilgliserol bersifat dinamis. Artinya triasilgliserol tersebut terus menerus mengalami hidrolisis dan esterifikasi. Esterifikasi diatur oleh penyediaan gliserol-3-fosfat. Sedangkan hidrolisis dikontrol oleh lipase peka hormone. Kedua proses tersebut menentukan pool asam lemak bebas yang dapat ditemukan di jaringan adipose. Pool asam lemak bebas tersebut berhubungan juga dengan kadar asam lemak bebas pada plasma darah, bahkan sampai jaringan.
7.1 Metabolisme di jaringan adiposa Sebagian besar asam lemak yang disimpan dalam jaringan adipose berasal dari lipoprotein kaya trigliserida yang berada dalam sirkulasi. VLDL dan chylomicron dihidrolisis oleh lipoprotein lipase (LPL) yang terletak di endothelium kapiler pada jaringan lemak dan hati menghasilkan asam lemak, dan sebagian besarnya akan ditransportasikan menuju jaringan adipose. Jaringan adipose juga mampu membentuk asam lemak dari asetat. Insulin, yang menginduksi kerja LPL juga memfasilitasi glucose untuk dikirimkan ke jaringan adipose dimana glucose akan dirubah menjadi alfa gliceryl fosfat yang mrupakan salah satu bahan utama untuk esterifikasi asam lemak menjadi trigliserida. Glukosa juga berkontribusi dalam sintesis asam lemak dalam kondisi tertentu. Dengan dimediasi oleh hormone intraseluler yang sensitif terhadap sistem lipase, asam lemak bebas dan gliserol dimobilisasi menuju plasma dengan cara menghidrolisis trigliserida yang tersimpan. Hormon yang menstimulasi hidrolisis trigliserida adalah epinephrine, norepinephrin, ACTH, glucagon,dan hormone pertumbuhan. Epinephrine dan norepinephrine bekerja sebagai akibat perangsangan secara simpatis. Kedua hormone ini bekerja. Stres juga bisa menyebabkan sejumlah kortikotropin dilepaskan oleh hipofisis anterior., mengakibatkan korteks adrenal mensekresi glukokortikoid ekstra. Kedua hormone tersebut bekerja bersama dengan efek ketogenik. Hormon pertumbuhan mempunyai kerja yang sama namun lebih lemah pengaruhnya dibandingkan kedua hormone tersebut. Hormon tiroid, bekerja secara tidak langsung mellaui metabolism yang diatur oleh hormone ini. Jaringan adipose dipersarafi oleh sistem saraf autonom, yang memperlihatkan control sistem saraf pusat terhadap mobilisasi asam lemak. Kebanyakan dari stimulus meningkatkan aktivitas dari adenilate siklase yang berakibat meningkatnya aktvitas cAMP. Aktivitas cAMP mengaktifkan protein kinase yang menrubah trigliserida menjadi bentuk aktifnya. Fosforilasi ini bersifat reversible selama ada kerja enzim fosfatase, sehingga memungkinkan terjadinya control terhadap irama lipolisis. Fosfodiesterase bisa menghambat pengiriman sinyal cAMP dengan menghidrolisis nuleotida siklik. Penghambatan fosfodiesterase oleh kafein dan theophylline mendukung adanya stimulasi hormonal terhadap lipolisis. Stimulasi hormonal dan neuronal ini dioposisi oleh kerja insulin. Proliferasi Adiposa Pada bulan pertama kehidupan adipose akan menambah kapasiatsa penyimpanannya dengan hipertrofi. Pada anak yang tidak obesitas, ukuran sel lemak akan berkurang hingga usia 1 tahun, sedangkan hipertrofi akan terus berlanjut pada anak yang obesitas. Penambahan jumlah sel adipose terjadi dari usia 1 tahun hingga preadolescence, akan terjadi lebih agresif pada anak yang obesitas. Jaringan adipose merupakan 10% komposisi tubuh bayi ketika lahir. Ketika dewasa, laki- laki akan mempunyai bobot jaringan adipose 10-15 % dengan persebaran terbanyak dibagian truncal sedangkan pada wanita mempunyai bobot 15-20% komposisi tubuh dengan persebaran terpusat di alat gerak dan wilayah gluteal. Pusat Saraf yang Mengatur Asupan Makanan Sensai lapar disebabkan oleh keinginan akan makanan dan beberapa pengaruh fisiologis lainnya, seperti kontraksi ritmis lambung dan kegelisahan yang menyebabkan seseorang mencari suplai makanan yang adekuat. Beberapa pusat saraf di hypothalamus ikut serta dalam pengaturan asupan makanan. 1. Nukleus lateral hypothalamus berfungsi sebagai pusat makan. Perangsangan akan mengakibatkan hewan makan dengan rakus(hiperfagia), dan destruksi mengakibatkan hewan hilangnya nafsu makan dan pengurusan serta pelemahan tubuh (inanisi), suatu keadaan yang ditandai dengan penurunan berat badan, kelemahan otot, dan penurunan metabolism. Bekerja dengan membangkitkan dorongan motorik untuk mencari makanan. 2. Nukleus Ventromedial hypothalamus berfungsi sebagai pusat kenyang. Perangsangan bagian ini mengakibatkan kenyang yang penuh hingga afagia, dan destruksi mengakibatkan hiperfagia bahkan 4 kali normal 3. Nukleus Paraventrikular, jika lesi menimbulkan hiperfagia dan nucleus dorsomedial yang jika lesi menimbulkan afagia. 4. Nucleus arkuata, tempat berbagai hormone yang dilepaskan saluran pencernaan, dan jaringan adipose berkumpul untuk mengatur asupan makanan dan keluaran energy. Nukleus-nukleus tersebut memfalisitasi terjadinya reaksi kimiawi dalam pengaturan asupan makanan dan persepsi kenyang dan mempengaruhi sekresi-sekresi hormone yang terlibat dalam pengaturan keseimbangan energy dan metabolism, meliputi sekresi yang berasal dari kelenjar tiroid dan adrenal, serta sel-sel pulau pancreas. Dalam mengatur asupan makanan hypothalamus menerima sinyal saraf dari: 1. Saluran pencernaan yang memberikan informasi sensorik mengenai isi lambung 2. Sinyal kimia dari zat nutrisi dalam darah (glukosa, asam lemak, dan asam amino) yang menandakan rasa kenyang (teori 3. Sinyal dari hormone gastrointestinal 4. Sinyal dari hormone yang dilepaskan oleh jaringan lemak 5. Sinyal dari korteks serebri (penglihatan, penciuman, dan pengecapan) Pusat makan dan kenyang mempunyai kepadatan reseptor yang tinggi akan hormone- hormon tersebut. Sebagian zat mampu memengaruhi nafsu makan dan rasa lapar, yang dibagi menjadi 2 kelompok: 1) zat oreksigenik, yang menstimuli rasa lapar dan 2) zat anoreksigenik yang menghambat rasa lapar. Menurunkan Nafsu Makan Meningkatkan Nafsu Makan Alfa MSH Neuropeptida Y (NPY) Leptin AGRP Serotonin Hormon pemekat melanin (MCH) Norepinephrin Oreksin A dan B Corticotropin-releasing hormone ENdorfin Insulin Galanin (GAL) Kolesistikinin Asam amino (Asam glutamate dan GABA) Peptida Mirip Glukagon Kortisol CART Ghrelin PYY
Neuron dan Neurotransmitter di Hipothalamus yang merangsang atau menghambat perilaku makan Nukleus arkuatus merupakan sasaran bagi hormone-hormon yang mengatur nafsu makan seperti leptin, insulin, kolesistokinin (CCK), dan ghrelin. Nukelus arkuatus mempunyai 2 jenis neuron yang yang berperan penting dalam mekanisme nanfsu makan dan pengeluaran energi: 1. Neuron proopiomelanokortin (POMC) yang memproduksi alfa melanosit stimulating homon (alfa MSH), bersama dengan cocaine, dan amphetamine related transcript (CART). Aktivasi neuron ini akan mengurangi asupan makanan dan meningkatkan pengeluaran energy. Neuron POMC melepaskan alfa MSH yang akan bekerja pada reseptor melanokortin pada nukelus paraventrikuler. Walaupun ada setidaknya 5 subtipe reseptor melanokortin (MCR), MCR 3 dan MCR 4 merupakan tipe paling utama untuk mekanisme ini. Aktivasi reseptor-reseptor tersebut akan mengurangi asupan makanan dan pada saat yang bersamaan akan meningkatkan pengeluaran energy. Inhibisi pada kedua reseptor, akan menunjukkan efek yang berkebalikkan. Pengaruh aktivasi reseptor ini sebagian atau sepenuhnya diperantai oleh aktivasi jaras saraf yang berjalan dari nuklues paraventrikuler ke nucleus traktus solitaries dan menstimulasi sistem saraf simpatis dan pemakaian energi. Sistem melanokortin sangat berperan dalam pengaturan penyimpanan energy. Dan defek pada penghantaran sinyal di jaras melanokortin terlihat pada obesitas yang sangat ekstrem. Mutasi MCR-4 merupakan penyebab monogenic yang umumnya dijumpai pada penderita obesitas. Dan Mutasi MCR-4 menyebabkan 5-6 % kasus obesitas parah dengan onset dini sejak masa anak-anak. Sebaliknya, aktivasi yang berlebihan berakibat pada anoreksia yang terkait dengan infeksi berat dan kanker. 1. Neuron yang memproduksi zat oreksigenik neuropeptida Y (NPY) dan agouti- related protein (AGRP). Aktivasi neuron ini akan mengakibatkan kebalikan neuron POMC. AGRP merupakan antagonis ilmiah terhadap MCR-3 dan MCR-4 dan kemungkinan akan meningkatkan perilaku makan dengan menghambat alfa MSH menstimulasi reseptor melanokortin. Pembentukan AGRP yang berlebihan akibat mutasi gen menimbulkan perilaku makan yang berlebihan dan obesitas. Bila simpanan energi dalam tubuh rendah, maka neuron akan mengeluarkan NPY yang merangsang nafsu makan. Pada saat yang sama POMC dikurangi. Pusat Saraf yang Mempengaruhi Proses Mekanik Makan Mekanika proses makanan sepeti mengeluarkan liur, menjilat bibirnya, mengunyah makanan dan menelan, sesungguhnya siatur oleh pusat saraf di batang otak. Pusat makanan yang lain mengatur jumlah asupan makanan dan membangkitkan pusat-pusat makan tersebut agar kerja mekanik proses makan dapat dilakukan. Pusat saraf lain diatas hipotalamus seperti amigdala dan korteks prefontral yang berdekatan dengan hipotalamus berperan dalam pengaturan nafsu makan. Sebagian Amigdala merupakan bagian nervus olfaktoruius, lesi destruktif menunjukkan bahwa sebagian amigdala memicu perilaku makan, sedangkan sebagian lagi menghambat. Beberapa area juga bisa membangkitkan kerja mekanik proses makan. Pengaruh penting dari destruksi amigdala adalah kebutaan psikis dalam pemilihan makanan yang menentukan jenis dan kualitas makanan yang dimakan. Faktor-faktor yang mempengaruhi asupan makanan: 1. Jangka Pendek Perubahan pendek diperlukan untuk menghntikan proses makan apabila seseorang telah makan dalam jumlah yang cukup. Perubahan pada penyimpanan energy dan absorbi zat gizi membutuhkan waktu lama untuk melakukan inhibisi pada proses makan. Namun seseorang tidak boleh makan berlebihan, untuk itu harus ada mekanisme yang mengontrolnya, yaitu: 1. Pengisian saluran cerna. Bila saluran cerna menjadi teregang, terutama lambung dan duodenum, sinyal inhibisi akan dihantarkan melalui nervus vagus untuk menekan pusat makan. 2. Faktor hormonal. Kolesistokinin (CCK) dilepaskan sebagai respon terhadap lemak yang masuk ke duodenum dan memiliki efek langsung ke pusat makan untuk mengurangi perilaku makan terutama dengan mengaktivasi jaras melanokortin. Peptida YY (PYY) disekresikan dari seluruh saluran cerna, terutama ileum dan kolon. Asupan makanan akan merangsang pelepasan PYY, dan kadarnya dalam darah akan mencapai puncak setalah 1-2 jam setelah makan. Kadar puncak PYY dipengaruhi oleh jumlah kalori yang masuk dan komposisi makanan, dengan kadar lebih tinggi jika banyak lemak. Peptida mirip glucagon juga disekresikan usus, yang akan meningkatkan produksi insulin. Peptide-peptida ini cenderung menekan nafsu makan. Ghrelin, merupakan hormone yang terutama dihasilkan oleh sel oksintik lambung dan usus. Kadar hormone ini meningkat saat berpuasa, meingkat sesaat sebelum makan dan menurun setelah makan, mengisyaratkan mungkin hormone ini berperan dalam nafsu makan. 1. Reseptor Mulut Mengukur Jumlah Asupan Makanan Hewan dengan fistula esophagus, tetap akan mengalami pengurangan rasa lapar ketika sejumlah makanan melewati mulutnya. Hal ini memunculkan dugaan faktor mulut juga berpengaruh terhadap nafsu makan, namun inhibisi pada proses ini hanya berlangsung singkat. 1. Jangka Panjang 1. Kadar Glukosa, Asam Lemak, dan Asam amino. Peningkatan ketiga zat tersebut dalam darah ikut menekan nafsu makan dan apabila kekurangan salah satu dari tiga zat tersebut akan menimbulkan nafsu makan. Hal ini terkait akan teori glukostatik, lipostatik, dan aminostatik. Penelitian juga menemukan bahwa: 1) Peningkatan kadar gula darah akan meningkatkan kecepatan bangkitan neuron glukoreseptor dipusat kenyang di nucleus ventromedial dan paraventrikular. 2) peningkatan kadar gu;a juga menurunkan bangkitan neuron glukosensitif di pusat lateral. 2. Pengaturan Suhu Interaksi pengatur suhu dan pengatur makanan di hipotalamus menyebabkan saat dingin orang akan cenderung lebih lapar dibandingkan ketika terpapar udara panas. Hal ini penting karena peningkatan asupan makanan pada hewan kedinginan dibutuhkan untuk meningkatkan kecepatan metabolism tubuh dan menyediakan banyak lemak, untuk mengurangi rasa dingin. 1. Sinyal Umpan Balik dari Jaringan Adiposa Leptin merupakan hormone peptide yang dilepaskan sel adiposity. Semakin banyak sel adiposity maka akan semakin banya dihasilkan leptin yang kemudian bersirkulasi menembus swar darah otak melalui difusi terfasilitasi dan menempati reseptor leptin pada berbagai tempat di hypothalamus terutama neuron POMC dan neuron di paraventrikular. Efeknya adalah: 1) Penurunan NPY ndan AGRP 2) Aktivasi POMC dan pelepasan alfa MSH 3) Peningkatan corticotrophin-releasing hormone 4) Peningkatan saraf simpatis 5) Penurunan sekresi insulin Leptin berusaha menyampaikan ke otak bahwa energy telah tersimpan dalam jumlah yang cukup. Defek pada reseptor leptin mengakibat seseorang atau hewan hiperfagia berat dan obesitas. Namun, pada orang obesitas, tidak ditemukan defisiensi leptin, sehingga resistensi leptin menjadi faktor yang paling mungkin 7.2 Esterifikasi dan hidrolisis pada jaringan adiposa
Triasilgliserol yang ada di jaringan adipose di hidrolisis oleh enzim lipase peka hormon. Triasilgliserol pun pecan menjadi gliserol dan asam lemak bebas. Karena di jaringan adiposa tidak terdapat enzim gliserol kinase, gliserol tidak dapat diubah menjadi gliserol 3-fosfat di adipose sehingga gliserol pun menuju jaringan lain yang memiliki gliserol kinase (contohnya hati dan ginjal). Begitu sampai di jaringan tersebut, gliserol akan diubah menjadi gliserol 3-fosfat oleh gliserol kinase. Lalu gliserol 3-fosfat akan bergabung dengan asil KoA dan beresterifikasi menghasilkan triasilgliserol. Asil KoA berasal dari asam lemak bebas hasil hidrolisis triasilgliserol di jaringan adiposa tadi yang telah bergabung dengan asil KoA sintetase. Sete;ah triasilgliserol terbentuk, triasilgliserol tersebut kembali ke jaringan adiposa. Selanjutnya proses tersebut akan diulang kembali
7.3 Pengaruh hormon terhadap mobilisasi lemak
Karena Insulin Kerja utama hormon insulin adalah menghambat aktivitas enzim lipase peka-hormon. Dengan terhambatnya enzim ini, berarti lipolisis berkuran. Jika lipolisis berkurang, maka jumlah asam lemak bebas dan gliserol di jaringan adipose pun berkurang. Jadi hormone insulin menghambat pengeluaran asam lemak bebas dari jaringan adiposa. Jaringan adipose adalab jaringan yang paling sensitive terhadap insulin Karena hormone lainnya (Epinefrin, Norepinefrin, ACTH, TSH, GH, Vasopresin) Hormon-hormon tersebut meningkatkan aktivitas enzim adenilat siklase yang akhirnya meningkatkan produksi senyawa cAMP. cAMP mengaktifkan enzim protein kinase untuk mengaktifkan lipase peka hormon. Jika enzim tersebut aktif, maka lipolisis pun meningkat. Sehingga terjadi peningkatan pembebasan asam lemak bebas oleh jaringan adiposa.
7.4 Mekanisme yang mengontrol metabolisme jaringan adipose Ada mekanisme keseimbangan energi dalam mempertahankan berat tubuh konstan tersebut, energi yang masuk harus setara dengan energi yang dikeluarkan. Ketika kesimbangan energi ini terganggu maka dapat menyebabkan berbagai masalah terkait berat seperti obesitas. Berat tubuh seseorang diatur oleh suatu sistem yang kompleks yang mencakup faktor utama maupun fakto r periferalnya. Ada dua hormon yang memiliki peranan penting dalam regulasi asupan makanan yaitu leptin dan grelin. Kedua hormon ini memiliki jalur berbeda untuk menuju otak khususnya hipotalamus (Klok et al. 2006). Salah satu hormon yang berperan dalam regulasi penurunan berat badan adalah hormon leptin. Hormon tersebut diatur secara alami dalam mengontrol berat normal tubuh (Galland 2011). Hormon leptin merupakan hormon yang disekresikan jaringan adiposa (Galland 2011). Selain di jaringan adiposa, leptin juga diproduksi di perut, mammary epithelium, plasenta dan jantung (Klok et al. 2006). Hormon ini dapat menjadikan otak menangkap sinyal betapa banyak jumlah lemak di dalam tubuh. Hormon leptin diregulasikan dalam metabolisme pemecahan lemak. Peningkatan hormon leptin akan meningkatkan laju metabolisme ini dan laju metabolisme ini akan menurun jika jumlah leptin berkurang (Galland 2011). Leptin membutuhkan reseptor leptin agar dapat bereaksi, LEPR. Gen LEPR berlokasi di kromosom 1 dengan 18 ekson dan 17 intron. Reseptor yang paling utama dan digunakan secara terus menerus adalah reseptor LEP-Rb. Reseptor tersebut diekspresikan di hipotalamus dan serebelum. Selain disitu, LEP-Rb juga diekspresikan di vaskulatur manusia, perut dan plasenta. Leptin dikeluarkan ke dalam sitem sirkulasi oleh jaringan adiposa. Serum dan plasma leptin tertinggi terdapat pada orang yang memiliki BMI (Body mass index) tertinggi dan total persen lemak tubuh yang dimiliki. Leptin juga dapat menyebrangi Blood brain barrier (BBB) dan cairan cerebral spinal (CSF) yang juga dipengaruhi dari tingkat BMI. Setelah dikeluarkan oleh jaringan adiposa, leptin akan memberi sinyal ke otak dan memberikan informasi terkait status persediaan energi di dalam tubuh. Informasi ini yang dapat menyebabkan penurunan nafsu makan dan peningkatan pengeluaran energi dari lemak yang tersedia. Kadar leptin di dalam tubuh dipengaruhi berbagai faktor. Faktor-faktor tersebut yaitu sediaan energi, asupan makanan, gender, umur, olahraga, serapan glukosa. Semakin besar energi yang disimpan semakin besar jumlah leptin yang dikeluarkan. Jumlah leptin pada wanita lebih tinggi dibandingkan pada pria. Pengaruh leptin juga semakin menurun ketika usia menua. Studi regulasi leptin yang dilakukan pada tikus dan mencit menyebutkan setelah leptin dikeluarkan oleh jaringan adiposa ke aliran darah, leptin kemudian menyebrangi penghalang darah-otak (BBB) dan berikatan dengan reseptor leptin hipotalamik. Leptin yang terikat pada reseptor tersebut mempengaruhi aktivitas neuron hipotalamus dan ekspresi neuropeptida oreksigenik dan anoreksigenik. Peptida oreksigenik dalam beberapa tingkat dipengaruhi grelin, termasuk neuropeptida Y (NPY), hormon konsentrasi melanin, AgRP, galanin, GALP. Hormon grelin di hipotalamus dapat menghambat kerja leptin. Peptida anoreksigenik, ekspresinya dikendalikan oleh leptin. Selain leptin, ada POMC, CART, neurotensin, CRH dan BDNF. Perlakuan (treatment) leptin menghasilkan dalam jangka waktu panjang dapat menurunkan nafsu makan, berat badan berkurang, aktivitas fisik meningkat, terjadi perubahan fungsi dan metabolisme endokrin .Pada jangka waktu pendek, leptin yang dihasilkan dari perut dapat mengontrol jumlah asupan makanan yang bisa diterima. Peranan leptin jangka pendek tersebut ditunjukkan oleh peptida usus yang menginduksi pelepasan gastric leptin. Sekresi gastrik leptin ini distimulus oleh insulin (Klok et al. 2006). Fungsi hormon leptin yang dapat membantu menurunkan nafsu makan dan berat badan dimanfaatkan perusahaan obat dan kosmetik untuk melangsingkan tubuh. Sayangnya, fungsi hormon leptin dapat terganggu. Meskipun secara normal tubuh memproduksi leptin dan meregulasikannya untuk mempertahankan berat tubuh, terkadang, tubuh juga tidak dapat merespon perintah atau sinyal dari hormon ini (Galland 2011). Jika kondisinya seperti itu, maka tidak lain tubuh sudah resistan terhadap leptin (leptin resistance). Resisten leptin ini dapat menyebabkan terjadinya obesitas. Pengamatan pada penderita obesitas menunjukkan bahwa serum dan plasma leptin lebih rendah dibandingkan bukan penderita obesitas (Klok et al. 2006) Resisten leptin ini terjadi disebabkan oleh pola hidup di zaman modern ini. Konsumsi junkfood, tidak pernah atau hanya sesekali olahraga, terlalu stres dan kurang tidur dapat menyebabkan tubuh resisten terhadap leptin. Sejumlah penelitian mengemukakan tidur malam sekitar 7-8 jam rata-rata dapat menaikkan leptin namun jika kurang tidur, aktivitas leptin melambat sehingga tubuh mengalami peningkatan berat badan (Galland 2011). Pada tikus DIO, resisten leptin ini terjadi karena adanya aktivasi sinyal STAT3 oleh leptin periferal. Selain itu, situs resisten spesifik berkorelasi terhadap peningkatan SOCS3 di ARC ke inti hipotalamik. Ekspresi SOCS3 ini di ARC menyebabkan resisten leptin (Mnzberg et al. 2005). 8. JARINGAN ADIPOSA COKLAT Jaringan lemak coklat (Brown Adipose Tissue=BAT) berperan khusus dalam produksi panas (termogenesis). BAT tidak ditemukan pada orang atau hewan dewasa, tetapi ditemukan pada fetus atau bayi yang baru lahir, kemudian pada mammalia kecil yang hidup pada lingkungan yang dingin, dan pada binatang yang melakukan hibernasi. Jaringan lemak tersebut rata-rata mempunyai diameter 30-40um, lebih kecil dibandingkan dengan lemak putih yang berdiameter 60-100m (Fonseca-Alanis, et al. 2007). Jaringan lemak mempunyai droplet lemak sitoplasma dalam berbagai ukuran yang bervariasi, sitoplasma relatif banyak, membulat dan inti eccentric sedang dan terdapat sejumlah mitokondria dimana melepaskan panas melalui oksidadsi asam lemak (Cannon dan Nedergaard, 2004). Pembentukan kalori (kalorigenesis) dijamin oleh uncoupling protein-1 (UCP-1 atau termogenin) dimana dilokasikan pada membran mitokondria internal dan bekerja seperti channel proton, pelepasan energi potensial dengan mengakumulasi proton di dalam intermembran selama siklus krebs, memindahkannya from f1f2 compound (ATP sintase), mencegah sintesis ATP dan membuangnya sebagai panas (Cannon and Nedergaard, 2004). Konsentrasi yang tinggi pada oksidase cytochrome di dalam mitokondria memmberikan kontribusi warna yang gelap (Curi et al. 2002 dalam Cannon dan Nedergaard, 2004). Adiposit coklat sebagai unit thermogenic diletakan di pusat (Gambar 6). Berdasarkan gambar jelas bahwa jaringan adipose tidak bekerja sebagai insulasi, aktivitasnya di kontrol oleh serabut saraf, dan jaringan adipose bergantung pada kecukupan oksigen dan substrat (lipid) yang ada pada kapiler sekeliling sel (Fawcett, 1952), untuk penghantaran produk panas ke organisme. Selanjutnya meskipun sel-sel adiposit coklat merupakan volume utama pada jaringan, adiposit coklat diperkirakan sel-sel yang minoritas pada jaringan (Geloen, et al. 1990). Dalam jumlah yang besar sel-sel adiposit coklat berada pada kapiler-kapiler sel-sel endotelial dan sel-sel intersitial. Jaringan adiposa coklat hanya ditemukan pada satu tempat tertentu di dalam tubuh (Gambar 6), adiposit coklat mungkin teridentifikasi dalam kelompok yang sama dengan jaringan adipose putih derajatnya bervariasi pada hewan dan strain hewan yang berbeda (Cannon dan Nedergaard, 2004).
Informasi temperatur tubuh, status makanan dan cadangan energi tubuh di koordinasi di dalam area di otak diperkirakan bagian ventromedial hypothalamic nucleus (VMN). Ketika ada suatu alasan yang meningkatkan laju pembakaran makanan (efesiensi metabolik menurun) atau peningkatan laju produksi panas, signal ditransmisikan melalui sistem saraf sympathetic ke adiposit coklat. Pelepasan transmiter norepineprin (NE), menginisiasi pemecahan trigliserida di dalam adiposit coklat, terutama melalui reseptor 3-adrenergic. Signal intraseluler ditransmisikan melalui cAMP dan protein kinase A, mengarah pada pelepasan trigliserida (TG) menjadi asam lemak (FFA) yang merupakan substrat untuk thermogenesis dan dalam beberapa bentuk sebagai pengatur aktivitas uncoupling protein-1 (UCP1, thermogenin). Pembakaran asam lemak dalam rantai respirasi (respiratory chain = RC) melepaskan H_ dan UCP1, selanjutnya mitokondria membakar substrat, dilepaskan dalam bentuk produksi ATP, yang berperan sebagai H_transporter. Hasilnya bahwa peningkatan ketersediaan makanan dan oksigen dalam darah yang terkumpul dalam jaringan akan dibakar, yang akhirnya terjadi peningkatan produksi panas. Peranan jaringan adiposa coklat dalam metabolisme energi total pada hewan mammalia kecil sangat penting. Pada keadaan temperatur sekeliling normal, mendekati setengah dari metabolisme energi hewan tersebut mungkin dikaitkan dengan aktivitas jaringan adiposa coklat, dan pada mammalia kecil yang hidup di lingkungan yang dingin, penggunaan energi diperoleh dari jaringan adiposa coklat. Kapasitas jaringan untuk metabolisme hewan meningkat sebagai efek dari kondisi lingkungan (Cannon dan Nedergaard, 2004). Unit terkecil dari termogenic fungsional jaringan adiposa coklat adalah adiposit coklat. Faktor yang mempengaruhi adiposit coklat yaitu norepineprin. Secara fisiologis, peranan norepineprin pengaruhnya tidak hanya pada proses termogenic akut saja, juga berperan untuk mengawasi proliferasi sel, diferensiasi sel lebih lanjut, dan apoptosis (Cannon dan Nedergaard, 2004). Pematangan adiposit coklat, sebagai akibat interaksi tiga tipe reseptor adrenergic yaitu , 1, dan 2. Tipe reseptor tersebut mempunyai aktivitas signal yang berbeda pada asiposit coklat
DAFTAR PUSTAKA Hardjasasmita, H Pantjita. 1993. Ikhtisar Biokimia Dasar B. Balai Penerbit FKUI. Jakarta http://lipidlibrary.aocs.org/Lipids/lipoprot/index.htm http://nyayotonyo.wordpress.com/2010/12/09/metabolisme-adiposa-dan-mekanisme-kenyang/ http://fatimah210992.wordpress.com/2013/06/22/hormon-leptin-mekanisme-dan-pengaruhnya/ http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._BIOLOGI/197003311997022- HERNAWATI/FILE_11.pdf Murray, Robert K, Daryl K Granner, Victor W. Rodwell. 2013. Biokimia Harper, EGC. Jakarta