Anda di halaman 1dari 21

LIPOPROTEIN

Fadhila Ayu Safirina


1102013101
FK A






FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI
2013-2014
Jl. Letjen Suprapto, Cempaka Putih. Jakarta 10510



1. LIPOPROTEIN

Semua bermula dari lemak (fat) yang terkandung dalam makanan yang kita konsumsi.
Lipid yang terkandung dalam makanan tersebut harus didistribusikan ke seluruh jaringan
tubuh. Namun Lipid tidak bisa larut dalam air, yang merupakan bahan dasar plasma
darah (plasma darah digunakan sebagai pengangkut). Akhirnya terjadi pengggabungan
lipid nonpolar (triasilgliserol dan ester kolesteril) dengan lipid amfipatik (fosfolipid dan
kolesterol) serta protein dan terbentuklah Lipoprotein. Lipoprotein dapat bercampur
dengan air.
Lipoprotein terdiri dari inti nonpolar, lapisan permukaan lipid amfipatik, dan protein. Inti
nonpolarnya terdiri dari ester kolesteril dan triasilgliserol. Sedangkan lapisan lipid
amfipatik nya disusun oleh kolestrol bebas dan fosfolipid. Protein pada Lipoprotein
disebut apolipoprotein atau apoprotein. Ada dua jenis apoprotein dalam Lipoprotein,
yaitu apoprotein peripheral dan apoprotein integral.
Apoprotein pada Lipoprotein memiliki beberapa peran:
Membentuk sebagian struktur Lipoprotein
Sebagai kofaktor enzim
Sebagai ligan untuk interaksi dengan reseptor lipoprotein di jaringan
Jenis apoprotein menentukan jenis Lipoprotein yang berbeda. Karena distribusi
apoprotein menentukan karakteristik Lipoprotein.
Lipid utama yang terkandung dalam Lipoprotein adalah triasilgliserol (16%),
fosfolipid (30%), kolesterol (14%) dan ester kolesteril (36%), dan asam lemak bebas
(4%). Asam lemak bebas adalah lemak plasma yang paling aktif.


Figure 1 Struktur Lipoprotein. Sumber: Google Image

Sejauh ini telah ditemukan empat kelompok utama Lipoprotein, yaitu kilomikron, VLDL (very
low density lipoprotein), LDL (low density lipoprotein), dan HDL (high density lipoprotein).
1.1 Kilomikron
Kilomikron adalah lipolrotein yang berasal dari penyerapan triasilgliserol di usus. Lipid
utama kilomikron adalah triasilgliserol. Apoprotein yang terdapat pada kilomikron antara
lain Apo A, C, E, dan B-48. Kilomikron berfungsi untuk menyalurkan triasilgliserol dari
usus ke hati. Selanjutnya triasilgliserol tersebut akan dihidrolisis menjadi gliserol dan
asam lemak bebas oleh enzim lipoprotein lipase
Pembentukan kilomikron terjadi pada sel usus. Tahap pembentukannya adalah sebagai
berikut
Pertama RE kasar memproduksi Apo B. Lalu Apo B akan menuju RE halus. Di RE halus,
Apo B akan bergabung dengan lipid. Setelah RE halus, selanjutnya akan masuk ke badan
golgi. Pada badan golgi akan terjadi penambahan residu karbohidrat. Setelah itu, semua
campuran tersebut akan mengalami pinositosis terbalik menuju pembuluh limfa dan
masuk ke pembuluh limfa sebagai kilomikron. Sebagian kilomikron akan disalurkan ke
jaringan-jaringan tubuh, sebagian akan menuju hati.
1.2 VLDL (very low density lipoprotein)
VLDL adalah lipoprotein yang bertugas menyalurkan triasilgliserol dari hati ke jaringan.
VLDL ada yang ditemukan di limfa sekitar usus, namun kebanyakan ditemukan di hati.
VLDL disintesis di sel parenkim hati. Lipid utama yang terkandung dalam VLDL adalah
triasilgliserol. Apoprotein yang terdapat pada VLDL adalah Apo E, C, dan B-100. Proses
pembentukan VLDL sama dengan kilomikron, hanya saja sintesis VLDL bertempat di
hati.


Figure 2 Sintesis VLDL. Sumber: Google Image

1.3 LDL (low density lipoprotein)
LDL merupakan bentuk tahap akhir metabolism VLDL. Setiap LDL bersumber dari satu
precursor VLDL. LDL berfungsi mengalirkan kolestrol dari hati ke jaringan . Lipid
utama dalam LDL adalah kolesterol. Apoprotein yang terkandung dalam LDL adalah B-
100 dan Apo C.
1.4 HDL (high density lipoprotein)
HDL terlibat dalam metabolism VLDL, kilomikron, dan kolesterol. HDL bertugas
membawa kolesterol dari jaringan ke hati. Lipid utama yang terkandung dalam HDL
adalah fosfolipid. Apoprotein yang terkandung dalam HDL adalah Apo A,C, dan E.
Fungsi utama HDL adalah sebagai tempat penyimpanan apo C dan apo E yang
dibutuhkan dalam metabolisme kilomikron dan VLDL. Apo C dan E disintesis di haTI
dan dipindahkan dari HDL hati ke HDL usus ketika HDL usus ini memasuki plasma.
HDL disintesis di hati dan di usus.

Table 1. Komponen Lipoprotein dalam plasma manusia

CM VLDL LDL HDL
Density (g/ml) < 0.94 0.94-1.006 1.006-1.063 1.063-1.210
Diameter () 6000-2000 600 250 70-120
Total lipid (wt%) * 99 91 80 44
Triacylglycerols 85 55 10 6
Cholesterol esters 3 18 50 40
Cholesterol 2 7 11 7
Phospholipids 8 20 29 46
* Most of the remaining material comprises the various apoproteins.








2. METABOLISME KILOMIKRON DAN VLDL

Triasilgliserol diangkut dari usus dalam bentuk kilomikron dan dari hati dalam bentuk
VLDL. Kilomikron ditemukan di dalam kilus yang dibentuk oleh limfa yang ada di
sekitar usus. Kilomikron bertugas mengangkut semua lipid dari makanan ke sirkulasi.
VLDL terkadang juga ditemukan di kilus. Namun kebanyakan VLDL ditemukan di hati.
VLDL adalah pengangkut triasilgliserol dari hati ke jaringan ekstrahepatik. VLDL dan
kilomiron sama-sama terbentuk dari apo B. Apo B mengangung karbohidrat sekitar 5%
yang berupa mannose, galaktosa, fukosa, glukosa, glukosamin, dan asam sialat. Pada
abetalipoprotonemua tidak terbentuk lipoprotein yang mengandung apo B sehingga
terjadi penimbunan butiran lipid di usus dan hati.
Hati tidak memetabolisme kilomikron dan VLDL secara signifikan. Oleh karena itu asam
lamk di hati berasal dari metabolismenya di jaringan ekstrahepatik.
Triasilgliserol dari kilomikron dan VLDL dihidrolisis oleh suatu enzim bernama
lipoprotein lipase. Enzim ini terdapat pada dinding kapiler darah. Melekat oada endotel
melalui rantai proteoglikan heparin sulfat bermuatan negatif. Kofaktor enzim ini adalah
fosfolipid dan apo C-II, sementara inihibitor nya adalah apo A-II dan C-III.
Hidrolisis berlangsung saat lipoprotein melekat pada enzim lipoprotein lipase.
Triasilgliserol dihidrolisis secara bertahap hingga akhirnya menjadi asam lemak bebas
dan gliserol. Sebagian asam lemak bebas kembali ke sirkulasi dan bergabung dengan
albumin. Asam lemak lainnya menuju jaringan adiposit.
Pada keadaan lapar, asam lemak bebas plasma meningkat sedangkan triasilgliserol
plasma menurun. Akhirnya akan terjadi uptake asam lemak bebas dari jaringan adiposit
ke jantung. Selanjutnya asam lemak tersebut akan digunakan untuk membuat
triasilgliserol plasma.
Setelah terjadi reaksi dengan lipoprotein lipase, sebagian besar triasilgliserol kilomikron
habis digunakan dan apo C lenyap. Akhirnya terbentuk kilomikron sisa yang relative
kaya akan ester kolesteril dan kolesterol sebagai reaksi atas berkurangnya triasilgliserol.
Perubahan seru[a terjadi pada VLDL atau IDL (intermediate density lipoprotein).
Lipoprotein diserap oleh hati melalui endositosis yang diperantarai reseptor, dan ester
kolesteril serta triasilgliserol yang diperantarai oleh apo E. Reseptor tersebut adalah dua
reseptor dependen-apoE yang bernama reseptor LDL (apo B-100, E) dan LRP (protein
terkait reseptor-LDL). Lipase hati berperan sebagai ligan untuk mempermudah
penyerapan sisa dan sebagai oenghidrolisis fosfolipid dan triasilgliserol sisa.


Figure 3 Metabolisme kilomikron. Sumber: Google image.

Figure 4 Metabolisme VLDL. Sumber: Google image



3. METABOLISME LDL

Sebagian besar LDL dibentuk dari VLDL dan mungkin pula dari kilomikron. Sebagian
LDL ada diproduksi hati. LDL memiliki tempat pengikatan spesifik pada jaringan
tertentu. Banyaknya tempat pengikatan LDL di permukaan sel diatur oleh kebutuhan
seluler terhadap kolesterol untuk keperluan membran dan sintesis hormone steroid.
Sekitar 50% LDL didegradasi di jaringan ekstrahepatik dan 50% di degradasi jaringan
intra hepatik. LDL merupakan tahap akhir dari metabolism VLDL (figure 4).

4. METABOLISME HDL
Semua sel berinti mensintesis kolesterol, tetapi hepatosit dan enterosit saja efektif dapat
mengeluarkan kolesterol dari tubuh, baik di empedu maupun lumen usus. Dalam hati,
kolesterol disekresi ke empedu, baik secara langsung atau setelah konversi ke asam
empedu. Kolesterol dalam sel perifer diangkut dari membran plasma pada sel perifer ke
hati dan usus oleh proses yang disebut "kolesterol transportasi terbalik" yang difasilitasi
oleh HDL


Figure 5 Metabolisme HDL. Sumber: Google image

Partikel HDL yang baru disintesis oleh usus dan hati. Segera setelah disekresikan apoA-I
dengan cepat memperoleh fosfolipid dan kolesterol tanpa esterifikasi dari tempat
sintesisnya (usus atau hati). Proses ini menghasilkan pembentukan partikel HDL
discoidal, yang kemudian merekrut kolesterol tanpa esterifikasi tambahan dari perifer.
Dalam partikel HDL, kolesterol yang diesterifikasi dengan enzim lesitin-kolesterol
acyltransferase (LCAT), plasma terkait dengan HDL, dan ester kolesterol yang
hidrofobik pada inti dari partikel HDL. Karena HDL memperoleh banyak ester kolesterol
sehingga bentuknya lebih bulat dari lipoprotein yang lain dan apolipoproteins dan lipid
tambahan akan ditransfer ke partikel dari permukaan kilomikron dan VLDL selama
lipolisis.
Kolesterol HDL diangkut ke hepatosit oleh baik dengan jalur langsung maupun tidak
langsung. Kolesterol ester pada HDL dapat ditransfer ke apoB yang mengandung
lipoprotein dalam pertukaran dengan trigliserida oleh protein transfer kolesterol ester
(CETP). Ester kolesterol kemudian dihilangkan dari peredaran sistemik oleh reseptor
LDL yang mediasi endositosis. Kolesterol HDL juga dapat diambil langsung oleh
hepatosit melalui reseptor scavenger B1 (SR-B1), reseptor pada permukaan sel yang
memediasi transfer selektif lipid ke sel.

5. PERAN HATI DALAM TRANSPOR DAN METABOLISME LIPID

Fungsi utama hati da;am metabolisme lipid meliputi:
Mmepermudah pencernaan dan penyerapan lipid dengan menghasilkan empedu
yang mengandung kolesterol dan garam empedu yang di sintesis di hati de novo
atau dari penyereapan kolesterol lipoprotein
Secara aktif membentuk dan mengoksidasi asam lemak
Mengubah asam lemak menjadi badan keton (ketogenesis)
Bagian integral dari sintesis dan metabolism lipoprotein plasma
Asam lemak bebas dari jaringan adiposa dan asam lemak rantai sedang atau pendek yang
diserap di usus diangkut ke hati. Triasilgliserol, kolesterol, dan fosfolipid disintesis di hati
dari asam lemak dan berikatan secara kompleks dengan protein akseptor lemak spesifik
membentuk VLDL (very low density lipoprotein) yang memasuki plasma. Faktor-faktor
yang meningkatkan sintesis triasilgliserol maupun sekresi VLDL oleh hati mencakup
keadaan kenyang, konsumsi diet kaya karbohidrat, tingginya kadar asam lemak bebas
plasma, konsumsi etanol, dan adanya insulin dengan kadar tinggi dan glucagon dengan
kadar rendah yang meningkatkan sintisis dan esterifikasi asma lemak serta menghambat
oksidasinya. Hati juga terlibat dalam proses metabolism IDL dan LDL.
5.1 Ketogenesis
Pengontrolan mula mula dilaksanakan di jaringan adiposa. Ketosis tidak terjadi
secara in vivo kecuali terdapat kenaikan asam lemak bebas di dalam darah yang
timbul dari proses lipolisis triasilgliserol di jaringan adiposa. Asam lemak bebas
merupakan prekursor badan keton di hati. Baik dalam keadaan kenyang maupun
lapar, hati mengekstraksi sekitar 30 % atau lebih asam lemak bebas yg melintasinya,
sehingga pada konsentrasi asam lemak yang tinggi, aliran asam lemak yang melintasi
hati sangat besar. Karena itu, faktor yang mengatur mobilisasi asam lemak bebas dari
jaringan adiposa sangat penting dalam mengatur ketogenesis.
Salah satu dari dua peristiwa yang akan dialami oleh asam lemak bebas setelah
diambil oleh hati dan sesudah diaktifkan menjadi asil-koA, yaitu asam lemak bebas
itu akan mengalami b-oksidasi menjadi CO
2
atau esterifikasi menjadi triasilgliserol
dan fosfolipid. Terdapat regulasi masuknya asam lemak ke lintasan oksidatif oleh
carnitine palmitoyltransferase-I (CPT-I), dan sisanya di esterifikasi. Aktivitas
enzim itu rendah pada saat kenyang yang menyebabkan penurunan oksidasi asm
lemak, dan meninggi pada saat lapar yang memungkinkan peningkatan oksidasi asam
lemak. Malonil-koA, yaitu intermediet awal dalam biosintesis asam lemak, dibentuk
oleh Asetil-KoA karboksilase pada keadaan kenyang dan merupakan inhibitor CPT-I
yg poten. Pada keadaan ini, asam lemak bebas akan memasuki sel hati dengan
konsentrasi rendah dan hampir seluruhnya akan mengalami esterifikasi menjadi
asilgliserol serta diangkut keluar dari hati dalasm bentuk VLDL ( very low density
lipoprotein ). Meskipun demikian, dengan meningkatnya konsentrasi asam lemak
bebas pada onset terdapatnya kelaparan, enzim asetil-KoA karboksilase akan
dihambat secara langsung oleh Asil-KoA dan [malonil-KoA] akan menurun sehingga
melepaskan hambatannya terhadap CPT-I dan memungkinkan lebih banyak senyawa
asil-KoA yang mengalami b-oksidasi. Peristiwa ini akan didorong kembali pada
keaadaan kelaparan oleh penurunan rasio [insulin]/[glukagon]. Akibat langsung
penurunan ini berupa inhibisi asetil-KoA karboksilase di hati oleh fosforilasi
kovalen. Jadi b-oksidasi dari asam lemak bebas dikontrol oleh pintu gerbang CPT-I
ke dalam mitokondria dan keseimbangan ambilan asam lemak bebas yang tidak
teroksidasi akan mengalami esterifikasi.
Selanjutnya, asetil-KoA yang terbentuk dari b-oksidasi akan teroksidasi dalam siklus
asam sitrat, atau memasuki lintasan ketogenesis untuk membentuk badan keton.
Bersamaan dengan meningkatnya kadar asam lemak serum, maka secara
proporsional akan lebih banyak lagi asam lemak bebas yang dikonversi menjadi
badan keton dan lebih sedikit yang teroksidasi lewat siklus asam sitrat menjadi CO
2.
Pemisahan asetil-KoA antara lintasan ketogenik dan lintasan oksidasi menjadi CO
2
diatur begitu rupa sehingga total energi bebas yang ditangkap dalam bentuk ATP
sebagai hasil asam lemak bebas tetap konstan. Keadaan ini dapat dipahami kalau kita
menyadari bahwa oksidasi lengkap 1 mol palmitat melibatkan produksi netto 129
mol ATP lewat b-oksidasi dan produksi CO
2
dalam siklus asam sitrat, sementara
hanya 33 mol ATP yang dihasilkan kalau asetoasetat merupakan produksi akhir dan
hanya 21 mol ATP kalau 3-hidroksibutirat merupakan produk akhir. Jadi,
ketogenesis dapat dianggap sebagai suatu mekanisme yang memungkin hati untuk
mengoksidasi asam lemak dengan jumlah yang meningkat di dalam sistem fosforilasi
oksidatif yang terangkai erat, tanpa meningkatkan pengeluaran energi totalnya.
Beberapa hipotesis lainnya telah diajukan untuk menjelaskan penyimpangan oksidasi
asam lemak dari pembentukan CO
2
menjadi ketogenesis. Secara teoritis, penurunan
konsentrasi oksaloasetat, khususnya di dalam mitokondria, dapat mengganggu
kemampuan siklus asam sitrat untuk memetabolisasi asetil KoA. Penurunan ini bisa
terjadi karena peningkatan rasio [NADH]/[NAD
+
] yang disebabkan oleh
meningkatnya b-oksidasi. Keadaan ini akan mempengaruhi keseimbangan antara
oksaloasetat dan malat, yang akan menurunkan konsentrasi oksaloasetat. Akan tetapi,
utter dan keech memperlihatkan bahwa enzim piruvat karboksilase yang mengatalisis
perubahan piruvat menjadi oksaloasetat diaktifkan oleh asetil-KoA. Akibatnya, kalau
asetil-KoA terdapat dalam jumlah yang berarti, harus ada oksaloasetat dalam jumlah
yang cukup untuk memulai reaksi kondensasi pada siklus asam sitrat.
6. PERLEMAKAN HATI
Perlemakan hati adalah penumpukan lipid, terutama triasilgliserol, di hati karena sebab
tertentu. Penimbunan lipid di hati dapat menyebabkan perubahan fibrotic yang terjadi
pada sel-sel yang berkembang menjadi sirosis dan gangguan fungsi hati. Perlemakan
dibagi menjadi dua kategori berdasarkan penyebabnya. Yaitu perlemakan hati yang
berhubungan dengan adanya kenaikan kadar asam lemak bebas dalam plasma darah dan
perlemakan hati yang berkaitan dengan adanya hambatan dalam pembentukan lipoprotein
lipase di dalam sirkulasi.
6.1 Perlemakan hati yang karena kenaikan kadar asam lemak bebas dalam plasma darah
Peningkatan asam lemak bebas plasma dapat disebabkan oleh peningkatan mobilisasi
lemak dari jaringan adipose atau karena peningkatan hidrolisis lipoprotein (triasilgliserol
kilomikron) oleh lipoprotein lipase di dalam sirkulasi. Jika asam lemak bebas plasma
meningkat hingga VLDL tidak bisa mengimbangi hidrolisisnya, akan terjadi penumpukan
triasilgliserol di hati.
6.2 Perlemakan hati karena adanya hambatan pembentukan lipoprotein lipase di sirkulasi
Hambatan pembentukan lipoprotein lipase berkaitan dengan adanya defisiensi factor
lipotropic yang bernama kolin. Defisiensi kolin akan mengakibatkan tertimbunnya
triasilgliserol di dalam hati.
6.3 Karena etanol
Selain dua sebab diatas, ternyata adanya etanol di dalam tubuh juga dapat mengakibatkan
perlemakan hati. Perlemakan hati karena etanol terutama terjadi pada pencandu alkohol.
Perlemakan disebabkan oleh kombinasi gangguan oksidasi asam lemak dan
meningkatnya lipogenesis yang disebabkan oleh perubahan potensial redoks
[NADH]/[NAD+] di hati. Oksidasi etanol oleh alkohol dehydrogenase menyebabkan
produksi berlebihan NADH.

Figure 6 Oksidasi ethanol menghasilkan NADH. Sumber: Google image
NADH yang dihasilkan tersebut bersaing dengan pereduksi substrat lain sehingga
menghambat oksidasi substrat tersebut dan menyebabkan peningkatan esterifikasi
asam lemak menjadi triasilgliserol sehingga terjadi perlemakan hati

7. JARINGAN ADIPOSA DAN MOBILISASI LEMAK
Di dalam jaringan adipose, simpanan triasilgliserol bersifat dinamis. Artinya
triasilgliserol tersebut terus menerus mengalami hidrolisis dan esterifikasi. Esterifikasi
diatur oleh penyediaan gliserol-3-fosfat. Sedangkan hidrolisis dikontrol oleh lipase peka
hormone. Kedua proses tersebut menentukan pool asam lemak bebas yang dapat
ditemukan di jaringan adipose. Pool asam lemak bebas tersebut berhubungan juga dengan
kadar asam lemak bebas pada plasma darah, bahkan sampai jaringan.

7.1 Metabolisme di jaringan adiposa
Sebagian besar asam lemak yang disimpan dalam jaringan adipose berasal dari
lipoprotein kaya trigliserida yang berada dalam sirkulasi. VLDL dan
chylomicron dihidrolisis oleh lipoprotein lipase (LPL) yang terletak di endothelium
kapiler pada jaringan lemak dan hati menghasilkan asam lemak, dan sebagian besarnya
akan ditransportasikan menuju jaringan adipose. Jaringan adipose juga mampu
membentuk asam lemak dari asetat. Insulin, yang menginduksi kerja LPL juga
memfasilitasi glucose untuk dikirimkan ke jaringan adipose dimana glucose akan dirubah
menjadi alfa gliceryl fosfat yang mrupakan salah satu bahan utama untuk esterifikasi
asam lemak menjadi trigliserida. Glukosa juga berkontribusi dalam sintesis asam lemak
dalam kondisi tertentu.
Dengan dimediasi oleh hormone intraseluler yang sensitif terhadap sistem lipase, asam
lemak bebas dan gliserol dimobilisasi menuju plasma dengan cara menghidrolisis
trigliserida yang tersimpan. Hormon yang menstimulasi hidrolisis trigliserida adalah
epinephrine, norepinephrin, ACTH, glucagon,dan hormone pertumbuhan.
Epinephrine dan norepinephrine bekerja sebagai akibat perangsangan secara simpatis.
Kedua hormone ini bekerja. Stres juga bisa menyebabkan sejumlah kortikotropin
dilepaskan oleh hipofisis anterior., mengakibatkan korteks adrenal mensekresi
glukokortikoid ekstra. Kedua hormone tersebut bekerja bersama dengan efek
ketogenik. Hormon pertumbuhan mempunyai kerja yang sama namun lebih lemah
pengaruhnya dibandingkan kedua hormone tersebut. Hormon tiroid, bekerja secara tidak
langsung mellaui metabolism yang diatur oleh hormone ini.
Jaringan adipose dipersarafi oleh sistem saraf autonom, yang memperlihatkan control
sistem saraf pusat terhadap mobilisasi asam lemak. Kebanyakan dari stimulus
meningkatkan aktivitas dari adenilate siklase yang berakibat meningkatnya aktvitas
cAMP. Aktivitas cAMP mengaktifkan protein kinase yang menrubah trigliserida
menjadi bentuk aktifnya. Fosforilasi ini bersifat reversible selama ada kerja enzim
fosfatase, sehingga memungkinkan terjadinya control terhadap irama lipolisis.
Fosfodiesterase bisa menghambat pengiriman sinyal cAMP dengan menghidrolisis
nuleotida siklik. Penghambatan fosfodiesterase oleh kafein dan theophylline mendukung
adanya stimulasi hormonal terhadap lipolisis. Stimulasi hormonal dan neuronal ini
dioposisi oleh kerja insulin.
Proliferasi Adiposa
Pada bulan pertama kehidupan adipose akan menambah kapasiatsa penyimpanannya
dengan hipertrofi. Pada anak yang tidak obesitas, ukuran sel lemak akan berkurang
hingga usia 1 tahun, sedangkan hipertrofi akan terus berlanjut pada anak yang obesitas.
Penambahan jumlah sel adipose terjadi dari usia 1 tahun hingga preadolescence, akan
terjadi lebih agresif pada anak yang obesitas.
Jaringan adipose merupakan 10% komposisi tubuh bayi ketika lahir. Ketika dewasa, laki-
laki akan mempunyai bobot jaringan adipose 10-15 % dengan persebaran terbanyak
dibagian truncal sedangkan pada wanita mempunyai bobot 15-20% komposisi tubuh
dengan persebaran terpusat di alat gerak dan wilayah gluteal.
Pusat Saraf yang Mengatur Asupan Makanan
Sensai lapar disebabkan oleh keinginan akan makanan dan beberapa pengaruh fisiologis
lainnya, seperti kontraksi ritmis lambung dan kegelisahan yang menyebabkan seseorang
mencari suplai makanan yang adekuat.
Beberapa pusat saraf di hypothalamus ikut serta dalam pengaturan asupan makanan.
1. Nukleus lateral hypothalamus berfungsi sebagai pusat makan. Perangsangan akan
mengakibatkan hewan makan dengan rakus(hiperfagia), dan destruksi
mengakibatkan hewan hilangnya nafsu makan dan pengurusan serta pelemahan
tubuh (inanisi), suatu keadaan yang ditandai dengan penurunan berat badan,
kelemahan otot, dan penurunan metabolism. Bekerja dengan membangkitkan
dorongan motorik untuk mencari makanan.
2. Nukleus Ventromedial hypothalamus berfungsi sebagai pusat
kenyang. Perangsangan bagian ini mengakibatkan kenyang yang penuh hingga
afagia, dan destruksi mengakibatkan hiperfagia bahkan 4 kali normal
3. Nukleus Paraventrikular, jika lesi menimbulkan hiperfagia dan nucleus
dorsomedial yang jika lesi menimbulkan afagia.
4. Nucleus arkuata, tempat berbagai hormone yang dilepaskan saluran pencernaan,
dan jaringan adipose berkumpul untuk mengatur asupan makanan dan keluaran
energy.
Nukleus-nukleus tersebut memfalisitasi terjadinya reaksi kimiawi dalam pengaturan
asupan makanan dan persepsi kenyang dan mempengaruhi sekresi-sekresi hormone yang
terlibat dalam pengaturan keseimbangan energy dan metabolism, meliputi sekresi yang
berasal dari kelenjar tiroid dan adrenal, serta sel-sel pulau pancreas.
Dalam mengatur asupan makanan hypothalamus menerima sinyal saraf dari:
1. Saluran pencernaan yang memberikan informasi sensorik mengenai isi lambung
2. Sinyal kimia dari zat nutrisi dalam darah (glukosa, asam lemak, dan asam amino)
yang menandakan rasa kenyang (teori
3. Sinyal dari hormone gastrointestinal
4. Sinyal dari hormone yang dilepaskan oleh jaringan lemak
5. Sinyal dari korteks serebri (penglihatan, penciuman, dan pengecapan)
Pusat makan dan kenyang mempunyai kepadatan reseptor yang tinggi akan hormone-
hormon tersebut. Sebagian zat mampu memengaruhi nafsu makan dan rasa lapar, yang
dibagi menjadi 2 kelompok: 1) zat oreksigenik, yang menstimuli rasa lapar dan 2) zat
anoreksigenik yang menghambat rasa lapar.
Menurunkan Nafsu Makan Meningkatkan Nafsu Makan
Alfa MSH Neuropeptida Y (NPY)
Leptin AGRP
Serotonin
Hormon pemekat melanin
(MCH)
Norepinephrin Oreksin A dan B
Corticotropin-releasing hormone ENdorfin
Insulin Galanin (GAL)
Kolesistikinin
Asam amino (Asam glutamate
dan GABA)
Peptida Mirip Glukagon Kortisol
CART Ghrelin
PYY

Neuron dan Neurotransmitter di Hipothalamus yang merangsang atau menghambat
perilaku makan
Nukleus arkuatus merupakan sasaran bagi hormone-hormon yang mengatur nafsu makan
seperti leptin, insulin, kolesistokinin (CCK), dan ghrelin. Nukelus arkuatus mempunyai
2 jenis neuron yang yang berperan penting dalam mekanisme nanfsu makan dan
pengeluaran energi:
1. Neuron proopiomelanokortin (POMC) yang memproduksi alfa melanosit
stimulating homon (alfa MSH), bersama dengan cocaine, dan amphetamine
related transcript (CART). Aktivasi neuron ini akan mengurangi asupan makanan
dan meningkatkan pengeluaran energy.
Neuron POMC melepaskan alfa MSH yang akan bekerja pada reseptor melanokortin
pada nukelus paraventrikuler. Walaupun ada setidaknya 5 subtipe reseptor melanokortin
(MCR), MCR 3 dan MCR 4 merupakan tipe paling utama untuk mekanisme ini. Aktivasi
reseptor-reseptor tersebut akan mengurangi asupan makanan dan pada saat yang
bersamaan akan meningkatkan pengeluaran energy. Inhibisi pada kedua reseptor, akan
menunjukkan efek yang berkebalikkan. Pengaruh aktivasi reseptor ini sebagian atau
sepenuhnya diperantai oleh aktivasi jaras saraf yang berjalan dari nuklues paraventrikuler
ke nucleus traktus solitaries dan menstimulasi sistem saraf simpatis dan pemakaian
energi.
Sistem melanokortin sangat berperan dalam pengaturan penyimpanan energy. Dan defek
pada penghantaran sinyal di jaras melanokortin terlihat pada obesitas yang sangat
ekstrem. Mutasi MCR-4 merupakan penyebab monogenic yang umumnya dijumpai pada
penderita obesitas. Dan Mutasi MCR-4 menyebabkan 5-6 % kasus obesitas parah dengan
onset dini sejak masa anak-anak. Sebaliknya, aktivasi yang berlebihan berakibat pada
anoreksia yang terkait dengan infeksi berat dan kanker.
1. Neuron yang memproduksi zat oreksigenik neuropeptida Y (NPY) dan agouti-
related protein (AGRP). Aktivasi neuron ini akan mengakibatkan kebalikan
neuron POMC.
AGRP merupakan antagonis ilmiah terhadap MCR-3 dan MCR-4 dan kemungkinan akan
meningkatkan perilaku makan dengan menghambat alfa MSH menstimulasi reseptor
melanokortin. Pembentukan AGRP yang berlebihan akibat mutasi gen menimbulkan
perilaku makan yang berlebihan dan obesitas.
Bila simpanan energi dalam tubuh rendah, maka neuron akan mengeluarkan NPY yang
merangsang nafsu makan. Pada saat yang sama POMC dikurangi.
Pusat Saraf yang Mempengaruhi Proses Mekanik Makan
Mekanika proses makanan sepeti mengeluarkan liur, menjilat bibirnya, mengunyah
makanan dan menelan, sesungguhnya siatur oleh pusat saraf di batang otak. Pusat
makanan yang lain mengatur jumlah asupan makanan dan membangkitkan pusat-pusat
makan tersebut agar kerja mekanik proses makan dapat dilakukan. Pusat saraf lain diatas
hipotalamus seperti amigdala dan korteks prefontral yang berdekatan dengan hipotalamus
berperan dalam pengaturan nafsu makan. Sebagian Amigdala merupakan bagian nervus
olfaktoruius, lesi destruktif menunjukkan bahwa sebagian amigdala memicu perilaku
makan, sedangkan sebagian lagi menghambat. Beberapa area juga bisa membangkitkan
kerja mekanik proses makan. Pengaruh penting dari destruksi amigdala adalah kebutaan
psikis dalam pemilihan makanan yang menentukan jenis dan kualitas makanan yang
dimakan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi asupan makanan:
1. Jangka Pendek
Perubahan pendek diperlukan untuk menghntikan proses makan apabila seseorang telah
makan dalam jumlah yang cukup. Perubahan pada penyimpanan energy dan absorbi zat
gizi membutuhkan waktu lama untuk melakukan inhibisi pada proses makan. Namun
seseorang tidak boleh makan berlebihan, untuk itu harus ada mekanisme yang
mengontrolnya, yaitu:
1. Pengisian saluran cerna. Bila saluran cerna menjadi teregang, terutama lambung
dan duodenum, sinyal inhibisi akan dihantarkan melalui nervus vagus untuk
menekan pusat makan.
2. Faktor hormonal.
Kolesistokinin (CCK) dilepaskan sebagai respon terhadap lemak yang masuk ke
duodenum dan memiliki efek langsung ke pusat makan untuk mengurangi perilaku
makan terutama dengan mengaktivasi jaras melanokortin.
Peptida YY (PYY) disekresikan dari seluruh saluran cerna, terutama ileum dan kolon.
Asupan makanan akan merangsang pelepasan PYY, dan kadarnya dalam darah akan
mencapai puncak setalah 1-2 jam setelah makan. Kadar puncak PYY dipengaruhi oleh
jumlah kalori yang masuk dan komposisi makanan, dengan kadar lebih tinggi jika banyak
lemak.
Peptida mirip glucagon juga disekresikan usus, yang akan meningkatkan produksi
insulin. Peptide-peptida ini cenderung menekan nafsu makan.
Ghrelin, merupakan hormone yang terutama dihasilkan oleh sel oksintik lambung dan
usus. Kadar hormone ini meningkat saat berpuasa, meingkat sesaat sebelum makan dan
menurun setelah makan, mengisyaratkan mungkin hormone ini berperan dalam nafsu
makan.
1. Reseptor Mulut Mengukur Jumlah Asupan Makanan
Hewan dengan fistula esophagus, tetap akan mengalami pengurangan rasa lapar ketika
sejumlah makanan melewati mulutnya. Hal ini memunculkan dugaan faktor mulut juga
berpengaruh terhadap nafsu makan, namun inhibisi pada proses ini hanya berlangsung
singkat.
1. Jangka Panjang
1. Kadar Glukosa, Asam Lemak, dan Asam amino. Peningkatan ketiga zat
tersebut dalam darah ikut menekan nafsu makan dan apabila kekurangan
salah satu dari tiga zat tersebut akan menimbulkan nafsu makan. Hal ini
terkait akan teori glukostatik, lipostatik, dan aminostatik. Penelitian juga
menemukan bahwa: 1) Peningkatan kadar gula darah akan meningkatkan
kecepatan bangkitan neuron glukoreseptor dipusat kenyang di nucleus
ventromedial dan paraventrikular. 2) peningkatan kadar gu;a juga
menurunkan bangkitan neuron glukosensitif di pusat lateral.
2. Pengaturan Suhu
Interaksi pengatur suhu dan pengatur makanan di hipotalamus menyebabkan saat dingin
orang akan cenderung lebih lapar dibandingkan ketika terpapar udara panas. Hal ini
penting karena peningkatan asupan makanan pada hewan kedinginan dibutuhkan untuk
meningkatkan kecepatan metabolism tubuh dan menyediakan banyak lemak, untuk
mengurangi rasa dingin.
1. Sinyal Umpan Balik dari Jaringan Adiposa
Leptin merupakan hormone peptide yang dilepaskan sel adiposity. Semakin banyak sel
adiposity maka akan semakin banya dihasilkan leptin yang kemudian bersirkulasi
menembus swar darah otak melalui difusi terfasilitasi dan menempati reseptor leptin
pada berbagai tempat di hypothalamus terutama neuron POMC dan neuron di
paraventrikular. Efeknya adalah:
1) Penurunan NPY ndan AGRP
2) Aktivasi POMC dan pelepasan alfa MSH
3) Peningkatan corticotrophin-releasing hormone
4) Peningkatan saraf simpatis
5) Penurunan sekresi insulin
Leptin berusaha menyampaikan ke otak bahwa energy telah tersimpan dalam jumlah
yang cukup. Defek pada reseptor leptin mengakibat seseorang atau hewan hiperfagia
berat dan obesitas. Namun, pada orang obesitas, tidak ditemukan defisiensi leptin,
sehingga resistensi leptin menjadi faktor yang paling mungkin
7.2 Esterifikasi dan hidrolisis pada jaringan adiposa

Triasilgliserol yang ada di jaringan adipose di hidrolisis oleh enzim lipase peka hormon.
Triasilgliserol pun pecan menjadi gliserol dan asam lemak bebas. Karena di jaringan
adiposa tidak terdapat enzim gliserol kinase, gliserol tidak dapat diubah menjadi gliserol
3-fosfat di adipose sehingga gliserol pun menuju jaringan lain yang memiliki gliserol
kinase (contohnya hati dan ginjal). Begitu sampai di jaringan tersebut, gliserol akan
diubah menjadi gliserol 3-fosfat oleh gliserol kinase. Lalu gliserol 3-fosfat akan
bergabung dengan asil KoA dan beresterifikasi menghasilkan triasilgliserol. Asil KoA
berasal dari asam lemak bebas hasil hidrolisis triasilgliserol di jaringan adiposa tadi yang
telah bergabung dengan asil KoA sintetase.
Sete;ah triasilgliserol terbentuk, triasilgliserol tersebut kembali ke jaringan adiposa.
Selanjutnya proses tersebut akan diulang kembali


7.3 Pengaruh hormon terhadap mobilisasi lemak

Karena Insulin
Kerja utama hormon insulin adalah menghambat aktivitas enzim lipase peka-hormon.
Dengan terhambatnya enzim ini, berarti lipolisis berkuran. Jika lipolisis berkurang,
maka jumlah asam lemak bebas dan gliserol di jaringan adipose pun berkurang. Jadi
hormone insulin menghambat pengeluaran asam lemak bebas dari jaringan adiposa.
Jaringan adipose adalab jaringan yang paling sensitive terhadap insulin
Karena hormone lainnya (Epinefrin, Norepinefrin, ACTH, TSH, GH, Vasopresin)
Hormon-hormon tersebut meningkatkan aktivitas enzim adenilat siklase yang akhirnya
meningkatkan produksi senyawa cAMP. cAMP mengaktifkan enzim protein kinase
untuk mengaktifkan lipase peka hormon. Jika enzim tersebut aktif, maka lipolisis pun
meningkat. Sehingga terjadi peningkatan pembebasan asam lemak bebas oleh jaringan
adiposa.

7.4 Mekanisme yang mengontrol metabolisme jaringan adipose
Ada mekanisme keseimbangan energi dalam mempertahankan berat tubuh konstan
tersebut, energi yang masuk harus setara dengan energi yang dikeluarkan. Ketika
kesimbangan energi ini terganggu maka dapat menyebabkan berbagai masalah terkait
berat seperti obesitas. Berat tubuh seseorang diatur oleh suatu sistem yang kompleks
yang mencakup faktor utama maupun fakto r periferalnya. Ada dua hormon yang
memiliki peranan penting dalam regulasi asupan makanan yaitu leptin dan grelin. Kedua
hormon ini memiliki jalur berbeda untuk menuju otak khususnya hipotalamus (Klok et al.
2006). Salah satu hormon yang berperan dalam regulasi penurunan berat badan adalah
hormon leptin. Hormon tersebut diatur secara alami dalam mengontrol berat normal
tubuh (Galland 2011).
Hormon leptin merupakan hormon yang disekresikan jaringan adiposa (Galland 2011).
Selain di jaringan adiposa, leptin juga diproduksi di perut, mammary epithelium, plasenta
dan jantung (Klok et al. 2006).
Hormon ini dapat menjadikan otak menangkap sinyal betapa banyak jumlah lemak di
dalam tubuh. Hormon leptin diregulasikan dalam metabolisme pemecahan lemak.
Peningkatan hormon leptin akan meningkatkan laju metabolisme ini dan laju
metabolisme ini akan menurun jika jumlah leptin berkurang (Galland 2011).
Leptin membutuhkan reseptor leptin agar dapat bereaksi, LEPR. Gen LEPR berlokasi di
kromosom 1 dengan 18 ekson dan 17 intron. Reseptor yang paling utama dan digunakan
secara terus menerus adalah reseptor LEP-Rb. Reseptor tersebut diekspresikan di
hipotalamus dan serebelum. Selain disitu, LEP-Rb juga diekspresikan di vaskulatur
manusia, perut dan plasenta.
Leptin dikeluarkan ke dalam sitem sirkulasi oleh jaringan adiposa. Serum dan plasma
leptin tertinggi terdapat pada orang yang memiliki BMI (Body mass index) tertinggi dan
total persen lemak tubuh yang dimiliki. Leptin juga dapat menyebrangi Blood brain
barrier (BBB) dan cairan cerebral spinal (CSF) yang juga dipengaruhi dari tingkat BMI.
Setelah dikeluarkan oleh jaringan adiposa, leptin akan memberi sinyal ke otak dan
memberikan informasi terkait status persediaan energi di dalam tubuh. Informasi ini yang
dapat menyebabkan penurunan nafsu makan dan peningkatan pengeluaran energi dari
lemak yang tersedia.
Kadar leptin di dalam tubuh dipengaruhi berbagai faktor. Faktor-faktor tersebut yaitu
sediaan energi, asupan makanan, gender, umur, olahraga, serapan glukosa. Semakin besar
energi yang disimpan semakin besar jumlah leptin yang dikeluarkan. Jumlah leptin pada
wanita lebih tinggi dibandingkan pada pria. Pengaruh leptin juga semakin menurun ketika
usia menua.
Studi regulasi leptin yang dilakukan pada tikus dan mencit menyebutkan setelah leptin
dikeluarkan oleh jaringan adiposa ke aliran darah, leptin kemudian menyebrangi
penghalang darah-otak (BBB) dan berikatan dengan reseptor leptin hipotalamik. Leptin
yang terikat pada reseptor tersebut mempengaruhi aktivitas neuron hipotalamus dan
ekspresi neuropeptida oreksigenik dan anoreksigenik.
Peptida oreksigenik dalam beberapa tingkat dipengaruhi grelin, termasuk neuropeptida Y
(NPY), hormon konsentrasi melanin, AgRP, galanin, GALP. Hormon grelin di
hipotalamus dapat menghambat kerja leptin. Peptida anoreksigenik, ekspresinya
dikendalikan oleh leptin. Selain leptin, ada POMC, CART, neurotensin, CRH dan BDNF.
Perlakuan (treatment) leptin menghasilkan dalam jangka waktu panjang dapat
menurunkan nafsu makan, berat badan berkurang, aktivitas fisik meningkat, terjadi
perubahan fungsi dan metabolisme endokrin .Pada jangka waktu pendek, leptin yang
dihasilkan dari perut dapat mengontrol jumlah asupan makanan yang bisa diterima.
Peranan leptin jangka pendek tersebut ditunjukkan oleh peptida usus yang menginduksi
pelepasan gastric leptin. Sekresi gastrik leptin ini distimulus oleh insulin (Klok et al.
2006).
Fungsi hormon leptin yang dapat membantu menurunkan nafsu makan dan berat badan
dimanfaatkan perusahaan obat dan kosmetik untuk melangsingkan tubuh. Sayangnya,
fungsi hormon leptin dapat terganggu. Meskipun secara normal tubuh memproduksi
leptin dan meregulasikannya untuk mempertahankan berat tubuh, terkadang, tubuh juga
tidak dapat merespon perintah atau sinyal dari hormon ini (Galland 2011). Jika
kondisinya seperti itu, maka tidak lain tubuh sudah resistan terhadap leptin (leptin
resistance). Resisten leptin ini dapat menyebabkan terjadinya obesitas. Pengamatan pada
penderita obesitas menunjukkan bahwa serum dan plasma leptin lebih rendah
dibandingkan bukan penderita obesitas (Klok et al. 2006)
Resisten leptin ini terjadi disebabkan oleh pola hidup di zaman modern ini. Konsumsi
junkfood, tidak pernah atau hanya sesekali olahraga, terlalu stres dan kurang tidur dapat
menyebabkan tubuh resisten terhadap leptin. Sejumlah penelitian mengemukakan tidur
malam sekitar 7-8 jam rata-rata dapat menaikkan leptin namun jika kurang tidur,
aktivitas leptin melambat sehingga tubuh mengalami peningkatan berat badan (Galland
2011). Pada tikus DIO, resisten leptin ini terjadi karena adanya aktivasi sinyal STAT3
oleh leptin periferal. Selain itu, situs resisten spesifik berkorelasi terhadap peningkatan
SOCS3 di ARC ke inti hipotalamik. Ekspresi SOCS3 ini di ARC menyebabkan resisten
leptin (Mnzberg et al. 2005).
8. JARINGAN ADIPOSA COKLAT
Jaringan lemak coklat (Brown Adipose Tissue=BAT) berperan khusus dalam produksi
panas (termogenesis). BAT tidak ditemukan pada orang atau hewan dewasa, tetapi
ditemukan pada fetus atau bayi yang baru lahir, kemudian pada mammalia kecil yang
hidup pada lingkungan yang dingin, dan pada binatang yang melakukan hibernasi.
Jaringan lemak tersebut rata-rata mempunyai diameter 30-40um, lebih kecil
dibandingkan dengan lemak putih yang berdiameter 60-100m (Fonseca-Alanis, et al.
2007). Jaringan lemak mempunyai droplet lemak sitoplasma dalam berbagai ukuran yang
bervariasi, sitoplasma relatif banyak, membulat dan inti eccentric sedang dan terdapat
sejumlah mitokondria dimana melepaskan panas melalui oksidadsi asam lemak (Cannon
dan Nedergaard, 2004). Pembentukan kalori (kalorigenesis) dijamin oleh uncoupling
protein-1 (UCP-1 atau termogenin) dimana dilokasikan pada membran mitokondria
internal dan bekerja seperti channel proton, pelepasan energi potensial dengan
mengakumulasi proton di dalam intermembran selama siklus krebs, memindahkannya
from f1f2 compound (ATP sintase), mencegah sintesis ATP dan membuangnya sebagai
panas (Cannon and Nedergaard, 2004). Konsentrasi yang tinggi pada oksidase
cytochrome di dalam mitokondria memmberikan kontribusi warna yang gelap (Curi et al.
2002 dalam Cannon dan Nedergaard, 2004).
Adiposit coklat sebagai unit thermogenic diletakan di pusat (Gambar 6). Berdasarkan
gambar jelas bahwa jaringan adipose tidak bekerja sebagai insulasi, aktivitasnya di
kontrol oleh serabut saraf, dan jaringan adipose bergantung pada kecukupan oksigen dan
substrat (lipid) yang ada pada kapiler sekeliling sel (Fawcett, 1952), untuk penghantaran
produk panas ke organisme. Selanjutnya meskipun sel-sel adiposit coklat merupakan
volume utama pada jaringan, adiposit coklat diperkirakan sel-sel yang minoritas pada
jaringan (Geloen, et al. 1990). Dalam jumlah yang besar sel-sel adiposit coklat berada
pada kapiler-kapiler sel-sel endotelial dan sel-sel intersitial. Jaringan adiposa coklat
hanya ditemukan pada satu tempat tertentu di dalam tubuh (Gambar 6), adiposit coklat
mungkin teridentifikasi dalam kelompok yang sama dengan jaringan adipose putih
derajatnya bervariasi pada hewan dan strain hewan yang berbeda (Cannon dan
Nedergaard, 2004).

Informasi temperatur tubuh, status makanan dan cadangan energi tubuh di koordinasi di
dalam area di otak diperkirakan bagian ventromedial hypothalamic nucleus (VMN).
Ketika ada suatu alasan yang meningkatkan laju pembakaran makanan (efesiensi
metabolik menurun) atau peningkatan laju produksi panas, signal ditransmisikan melalui
sistem saraf sympathetic ke adiposit coklat. Pelepasan transmiter norepineprin (NE),
menginisiasi pemecahan trigliserida di dalam adiposit coklat, terutama melalui reseptor
3-adrenergic. Signal intraseluler ditransmisikan melalui cAMP dan protein kinase A,
mengarah pada pelepasan trigliserida (TG) menjadi asam lemak (FFA) yang merupakan
substrat untuk thermogenesis dan dalam beberapa bentuk sebagai pengatur aktivitas
uncoupling protein-1 (UCP1, thermogenin). Pembakaran asam lemak dalam rantai
respirasi (respiratory chain = RC) melepaskan H_ dan UCP1, selanjutnya mitokondria
membakar substrat, dilepaskan dalam bentuk produksi ATP, yang berperan sebagai
H_transporter. Hasilnya bahwa peningkatan ketersediaan makanan dan oksigen dalam
darah yang terkumpul dalam jaringan akan dibakar, yang akhirnya terjadi peningkatan
produksi panas. Peranan jaringan adiposa coklat dalam metabolisme energi total pada
hewan mammalia kecil sangat penting. Pada keadaan temperatur sekeliling normal,
mendekati setengah dari metabolisme energi hewan tersebut mungkin dikaitkan dengan
aktivitas jaringan adiposa coklat, dan pada mammalia kecil yang hidup di lingkungan
yang dingin, penggunaan energi diperoleh dari jaringan adiposa coklat. Kapasitas
jaringan untuk metabolisme hewan meningkat sebagai efek dari kondisi lingkungan
(Cannon dan Nedergaard, 2004).
Unit terkecil dari termogenic fungsional jaringan adiposa coklat adalah adiposit coklat.
Faktor yang mempengaruhi adiposit coklat yaitu norepineprin. Secara fisiologis, peranan
norepineprin pengaruhnya tidak hanya pada proses termogenic akut saja, juga berperan
untuk mengawasi proliferasi sel, diferensiasi sel lebih lanjut, dan apoptosis (Cannon dan
Nedergaard, 2004). Pematangan adiposit coklat, sebagai akibat interaksi tiga tipe reseptor
adrenergic yaitu , 1, dan 2. Tipe reseptor tersebut mempunyai aktivitas signal yang
berbeda pada asiposit coklat





















DAFTAR PUSTAKA
Hardjasasmita, H Pantjita. 1993. Ikhtisar Biokimia Dasar B. Balai Penerbit FKUI. Jakarta
http://lipidlibrary.aocs.org/Lipids/lipoprot/index.htm
http://nyayotonyo.wordpress.com/2010/12/09/metabolisme-adiposa-dan-mekanisme-kenyang/
http://fatimah210992.wordpress.com/2013/06/22/hormon-leptin-mekanisme-dan-pengaruhnya/
http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._BIOLOGI/197003311997022-
HERNAWATI/FILE_11.pdf
Murray, Robert K, Daryl K Granner, Victor W. Rodwell. 2013. Biokimia Harper, EGC. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai

  • Bab II
    Bab II
    Dokumen1 halaman
    Bab II
    dhilasafirina
    Belum ada peringkat
  • Analisis Mahasiswa Departemen Teknik Elektro
    Analisis Mahasiswa Departemen Teknik Elektro
    Dokumen2 halaman
    Analisis Mahasiswa Departemen Teknik Elektro
    dhilasafirina
    Belum ada peringkat
  • Fisiologi Dan Aliran Cairan Serebrospinal
    Fisiologi Dan Aliran Cairan Serebrospinal
    Dokumen6 halaman
    Fisiologi Dan Aliran Cairan Serebrospinal
    dhilasafirina
    Belum ada peringkat
  • Statistik 2
    Statistik 2
    Dokumen25 halaman
    Statistik 2
    Ananda Sekarni Fauzia
    Belum ada peringkat
  • Narocob Agama
    Narocob Agama
    Dokumen13 halaman
    Narocob Agama
    dhilasafirina
    Belum ada peringkat
  • Pidato Bahasa Indonesia
    Pidato Bahasa Indonesia
    Dokumen1 halaman
    Pidato Bahasa Indonesia
    dhilasafirina
    Belum ada peringkat
  • Sdmnviw
    Sdmnviw
    Dokumen4 halaman
    Sdmnviw
    dhilasafirina
    Belum ada peringkat
  • Penda Hulu An
    Penda Hulu An
    Dokumen4 halaman
    Penda Hulu An
    dhilasafirina
    Belum ada peringkat
  • Drter
    Drter
    Dokumen2 halaman
    Drter
    dhilasafirina
    Belum ada peringkat
  • Sdfwegh
    Sdfwegh
    Dokumen3 halaman
    Sdfwegh
    dhilasafirina
    Belum ada peringkat
  • Narocob Agama
    Narocob Agama
    Dokumen13 halaman
    Narocob Agama
    dhilasafirina
    Belum ada peringkat
  • Narocob Agama
    Narocob Agama
    Dokumen13 halaman
    Narocob Agama
    dhilasafirina
    Belum ada peringkat
  • Comment Present As I
    Comment Present As I
    Dokumen4 halaman
    Comment Present As I
    dhilasafirina
    Belum ada peringkat
  • Lirik
    Lirik
    Dokumen2 halaman
    Lirik
    dhilasafirina
    Belum ada peringkat
  • Enoki Take
    Enoki Take
    Dokumen4 halaman
    Enoki Take
    dhilasafirina
    Belum ada peringkat
  • Eko Nomi
    Eko Nomi
    Dokumen4 halaman
    Eko Nomi
    dhilasafirina
    Belum ada peringkat
  • Comment Present As I
    Comment Present As I
    Dokumen4 halaman
    Comment Present As I
    dhilasafirina
    Belum ada peringkat
  • BIOOOO
    BIOOOO
    Dokumen4 halaman
    BIOOOO
    dhilasafirina
    Belum ada peringkat
  • Table Script
    Table Script
    Dokumen10 halaman
    Table Script
    dhilasafirina
    Belum ada peringkat
  • Soalbio Rhodophyta
    Soalbio Rhodophyta
    Dokumen1 halaman
    Soalbio Rhodophyta
    dhilasafirina
    Belum ada peringkat
  • Anatomi
    Anatomi
    Dokumen4 halaman
    Anatomi
    dhilasafirina
    Belum ada peringkat
  • Table Script
    Table Script
    Dokumen10 halaman
    Table Script
    dhilasafirina
    Belum ada peringkat
  • Narocob Agama
    Narocob Agama
    Dokumen13 halaman
    Narocob Agama
    dhilasafirina
    Belum ada peringkat
  • LK BFC 2012 (Tanpa Foto)
    LK BFC 2012 (Tanpa Foto)
    Dokumen8 halaman
    LK BFC 2012 (Tanpa Foto)
    dhilasafirina
    Belum ada peringkat
  • SASBEL1
    SASBEL1
    Dokumen1 halaman
    SASBEL1
    dhilasafirina
    Belum ada peringkat
  • Eko Nomi
    Eko Nomi
    Dokumen4 halaman
    Eko Nomi
    dhilasafirina
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen7 halaman
    Cover
    dhilasafirina
    Belum ada peringkat
  • JENTIR
    JENTIR
    Dokumen6 halaman
    JENTIR
    dhilasafirina
    Belum ada peringkat
  • BLIND SIDE (Rumah Tangga Kacau)
    BLIND SIDE (Rumah Tangga Kacau)
    Dokumen3 halaman
    BLIND SIDE (Rumah Tangga Kacau)
    dhilasafirina
    Belum ada peringkat
  • KONJUGASI VERB BAHASA JERMAN
    KONJUGASI VERB BAHASA JERMAN
    Dokumen3 halaman
    KONJUGASI VERB BAHASA JERMAN
    dhilasafirina
    Belum ada peringkat