Besi adalah salah satu elemen kimia yang dapat ditemui pada hampir setiap tempat di Bumi, pada semua lapisan geologis dan badan air. Pada umumnya, besi yang ada di dalam air dapat bersifat : 1. Terlarut sebagai Fe 2+ (Fero) atau Fe 3+ (Feri) 2. Tersuspensi sebagai butiran koloid (diameter < 1 m) atau lebih besar seperti Fe 2 O 3 , FeO, Fe(OH) 3 dan sebagainya. 3. Tergabung dengan zat organik atau zat padat yang inorganik (seperti tanah liat). Pada air permukaan jarang ditemukan kadar besi (Fe) lebih besar dari 1 mg/l tetapi di dalam air tanah kadar besi (Fe) dapat jauh lebih tinggi. Pada air yang tidak mengandung oksigen (O 2 ) seperti seringkali air tanah, besi berada sebagai Fe 2+ (fero) yang cukup terlarut, sedangkan pada air sungai yang mengalir dan terjadi aerasi, Fe 2+ teroksidasi menjadi Fe 3+ . Fe 3+ ini sulit larut pada pH 6-8 (kelarutan hanya di bawah beberapa m/l), bahkan dapat menjadi ferihidroksida (Fe(OH) 3 ) atau salah satu jenis oksida yang merupakan zat padat dan bisa mengendap. Demikian pula dalam air sungai, besi berada sebagai Fe 2+ , Fe 3+ terlarut dan Fe 3+ dalam bentuk senyawa organis berupa koloid (Alaerts, 1984).
b. Pengaruh Besi dan Mangan dalam Air Menurut Breland and Robinson, adanya besi dan mangan dalam jumlah yang melebihi baku mutu dalam suatu suplai air dapat mengakibatkan masalah bagi konsumen (Benefield,1982). Masalah yang ditimbulkan oleh adanya besi dan mangan dalam air, diantaranya : 1. Konsentrasi besi dalam jumlah besar memberi rasa dan bau pada air. 2. Air menjadi keruh dan berwarna kuning kecoklatan sampai kehitaman. 3. Produk-produk seperti kertas tekstil atau kulit bisa menjadi tak berwarna (luntur atau pudar) 4. Peralatan-peralatan rumah tangga seperti wastafel dari porselen, bak mandi, barang- barang yang terbuat dari kaca dan juga alat-alat makan menjadi ternoda. 5. Besi dapat mempercepat penyumbatan pada sistem perpipaan
Penjelasan : Air tanah mengandung besi terlarut berbentuk fero (Fe2+) akan teroksidasi menjadi ferihidroksida (Fe(OH)3). Ferihidroksida dapat mengendap dan berwarna kuning kecoklatan. Hal ini yang menyebabkan terdapat noda peralatan dan cucian. Bakteri besi (Crenothrix dan Gallionella) memanfaatkan besi fero (Fe2+) sebagai sumber energy untuk pertumbuhannya dan mengendapkan ferihidroksida. Pertmbuhan bakteri besi yang terlalu cepat (karena adanya besi fero) menyebabkan diameter pipa berkurang dan lama kelamaan pipa akan tersumbat.
c. Metode Penurunan Kadar Besi dan Mangan Metode untuk mengurangi kadar besi dan mangan dalam air tanah menurut Reh (1972), bahwa proses yang dapat dilakukan untuk menurunkan besi dan mangan dalam air (Benefield,1982) adalah : 1. Aerasi dan oksidasi Pada prinsipnya aerasi sama dengan oksidasi, proses pengurangan besi dilakukan melalui presipital Fe(OH) 3 yang terbentuk akibat oksidasi terhadap ion-ion (Fe2+) hingga terendapkan sesuai dengan reaksi sebagai berikut : 2Fe 2+ + 1,5O 2 + 3H 2 O 2 Fe(OH) 3
Penambahan O 2 pada aerasi terutama untuk menaikkan angka valensi ion Fe 2+ yang larut dalam air menjadi Fe 3+ yang tidak larut dalam air sehingga dapat dipisahkan melalui pengendapan. 2. Pertukaran ion Pertukaran ion adalah proses pemindahan ion dengan mempergunakan media pertukaran ion. Disini ion-ion besi bertukar dengan ion-ion aktif yang terletak pada ujung-ujung resin atau media penukar ion, dan menempel pada media pemindah. 3. Stabilisasi Proses stabilisasi bertujuan mengikat ion-ion besi menjadi ion-ion kompleks yang terdispersi pada air. Dipakai sodium hexathomphate dengan dosis 5 mg/l Fe sebagai ion pengikat. Proses stabilisasi dilakukan pada air berkadar besi tidak lebih dari 1 mg/l. Perlakuan di atas hanya untuk menghindarkan terjadinya akumulasi ion-ion besi pada peralatan sistem distribusi air. d. Aerasi Istilah aerasi secara umum dapat didefinisikan sebagai berikut : 1. Menurut Scott (dalam Benefield,1982). Aerasi adalah suatu proses dimana air dibawa pada kontak langsung dengan udara untuk mengubah konsentrasi substansi volatile yang terkandung dalam air 2. Menurut OConnor (dalam Benefield,1982). Aerasi adalah pemasukan oksigen dari udara ke dalam larutan. Sehingga pengertian aerasi disini dapat diartikan sebagai suatu proses dimana gas, biasanya udara dan air berada di dalam suatu kontak antara satu dengan yang lain dengan tujuan untuk memindahkan zat-zat yang mudah menguap ke dalam air. Dan zat-zat yang mudah menguap tersebut meliputi oksigen, karbondioksida, nitrogen, hydrogen sulfide, methan dan berbagai komponen anorganic yang menyebabkan bau dan rasa dalam proses aerasi. (Popel,1974).
e. Tujuan aerasi Tujuan dari aerasi adalah menghilangkan rasa dan bau (yang disebabkan hydrogen sulfide dan komponen organik) dengan oksida/ valatilisasi, mengoksidasi Fe, transfer O 2 ke dalam air dan membebaskan volitali gas dari dalam air. Oksidasi Fe dapat berjalan dengan baik pada pH 7,5-8 dalam waktu 15 menit. Endapan besi yang terbentuk dapat dihilangkan dengan koagulan dan filtrasi. Aerasi mampu mengendapkan besi jika tidak ada zat organik jenis humik dan fulvik acid (jika ada zat tersebut akan membentuk senyawa kompleks dengan besi yang tidak dapat mengendap secara sempurna setelah aerasi, dan biasanya ikatan kompleks ini berwarna, selain itu memperlambat proses oksidasi).
f. Teknik dan Metode Aerasi Teknik operasional aerasi dapat dikelompokkan dalam beberapa jenis : 1. Aerasi secara mekanik dengan surface aerator 2. Aerasi dengan udara paksaan (bubble aerator) 3. Aerasi dengan metode jatuhan (gravity aerator)
Aerasi metode jatuhan dapat dilakukan dengan berbagai jenis yaitu : 1. Aerasi jatuh bertingkat (cascade aerator) 2. Aerasi aliran dalam talang dengan pelimpah 3. Aerasi susunan nampan (Tray aeration) Praktikum Aerasi Susunan Nampan (Tray Aeration) a. Alat dan bahan 1. Alat : a) 2 Kerangka kayu sebagai penyangga tray dengan masing-masing tinggi 170 cm dan 200 cm b) 8 buah nampan dengan ukuran 28 cm 20,5 cm c) 2 buah bak penampung hasil aerasi d) 2 buah botol ukuran 140 ml e) 1 gulung kawat f) Bahan-bahan bekas berkarat g) Gelas ukur h) Solder i) Penggaris j) Gunting k) Stopwatch 2. Bahan : a) 10 liter air bersih b) 8 buah spons ukuran 30 cm 23 cm dengan tebal 0,7 cm b. Langkah kerja 1. Membuat air mengandung besi dengan cara : a) Menyiapkan 10 liter air bersih pada bak; b) Memasukkan benda-benda berkarat ke dalam bak dan direndam selama 3 hari; c) Air yang siap digunakan sebagai bahan aerasi dipindahkan ke dalam botol air mineral.
2. Membuat tray aerator dengan cara : a) Melubangi nampan dengan solder di bagian tengah sebanyak 6 buah lubang dengan diameter masing-masing 0,5 cm dan di bagian pinggir nampan juga dilubangi sebagai tempat mengaitkan nampan ke penyangga; b) Merangkai alat dengan 2 variasi yang telah ditentukan yaitu Kerangka kayu I dengan tinggi 170 cm disusun untuk 3 buah nampan dengan jarak antar nampan 30 cm, sedangkan kerangka kayu II dengan tinggi 200 cm disusun untuk 5 buah nampan dengan jarak antar nampan yang sama dengan kerangka kayu I yaitu 30 cm; c) Meletakkan spons di dalam masing-masing nampan. d) Meletakkan bak di bagian bawah penyangga untuk menampung hasil air aerasi. 3. Proses kerja alat tray aerator yaitu : a) Air baku dituangkan diatas media aerator secara bersamaan antara media variasi 1 dan variasi 2. Waktu yang dibutuhkan dari masing-masing air baku pada tiap media mulai dituang ke dalam media aerator hingga air tertampung semua di wadah dihitung dengan stopwatch. b) Air baku mengalir secara perlahan melewati masing-masing nampan yang dilengkapi spons. Dibagian bawah aerator, diberi wadah sebagai tempat air hasil aerasi. c) Setelah semua air hasil aerasi tertampung dalam wadah, stopwatch dihentikan, dan air diukur jumlahnya dengan gelas ukur. Tujuannya untuk membandingkan jumlah air sebelum dan sesudah proses aerasi. Selain itu, tingkat kejernihan air hasil aerasi pada masing-masing media dibandingkan untuk mengetahui efektivitas kinerja masing-masing media. d) Selama air baku mengalami kontak dengan udara, terjadi penurunan kadar besi (Ferro) dalam air baku, sehingga air yang diperoleh kadar besinya (Ferro) lebih rendah dari awalnya.
Nampan 1 Nampan 2 Nampan 4 Nampan 5 Nampan 3 Bak hasil 4 cm 30 cm Penyangga tray 200 cm 30 cm 30 cm 30 cm 30 cm Nampan 1 Nampan 2 Nampan 3 Bak hasil 4 cm 30 cm 30 cm 30 cm Penyangga tray 170 cm d = 0,5 cm TABEL HASIL PRAKTIKUM No Kriteria Sebelum melewati aerator Variasi 1 Variasi 2 1 Volume air baku (ml)
2 Volume air baku setelah melewati alat
3 Waktu yang dibutuhkan untuk melewati aerator -
KEKURANGAN DAN KELEBIHAN MEDIA DAFTAR PUSTAKA Mirwan, M. 2010. Penurunan Konsentrasi Besi (Fe) dan Mangan (Mn) pada Air Tanah dengan Sistem Menara Aerasi. [serial online]. http://eprints.upnjatim.ac.id/4407/1/(II- 10)_Mandiri_Mirwan.pdf [29 Oktober 2014]. Abuzar, S. S., Putra, Y. D., Emargi, R. E. 2012. Koefisien Transfer Gas (K La ) pada Proses Aerasi Menggunakan Tray Aerator Bertingkat 5 (Lima). Jurnal Teknik Lingkungan, 9 (2): 155-163. Sutrisno, J.. Removal Kadar Besi (Fe) dalam Air Bersih secara Spray Aetarot disertai Pembubuhan Kaporit. Jurnal Teknik, 8 (2).