Anda di halaman 1dari 36

19

BAB II
KAJIAN TEORITIS


2.1. Sifat Fisik Material
Beberapa sifat fisik material yang penting untuk diperhatikan dalam
pekerjaan pemindahaan tanah adalah sebagai berikut:
Penomoran bab dan subbab dalam karangan ilmiah yang berupa penomoran
dengan sistem angka adalah sebagai berikut:
BAB II ...
2.1. ...
2.1.1. ...
2.1.2. ...
2.1.2.1. ..
2.2. ...

1. Pengembangan material
2.1.1. Pengembangan Material
Pengetikan alenia baru dimulai pada ketukan keenam dari tepi kiri.
Huruf awal setiap kata pada anak subbab ditulis dengan huruf
kapital.
20

Pengembangan material adalah perubahan berupa penambahan atau
pengurangan volume material (tanah) yang berubah dari bentuk aslinya.
Dari faktor tersebut bentuk material dibagi dalam 3 keadaan yaitu:
a) Keadaan asli (Bank Condition)
2.1.1.1. Keadaan Asli (Bank Condition)
Keadaan material yang masih alami dan belum mengalami
gangguan teknologi disebut keadaan asli (bank). Dalam keadaan seperti
ini butiran-butiran yang dikandungnya masih terkonsolidasi dengan
baik. Ukuran tanah demikian biasanya dinyatakan dalam ukuran bank
measure atau Bank Cubic Meter (BCM) yang digunakan sebagai dasar
perhitungan jumlah pemindahan tanah.
b) Keadaan Gembur (Loose Condition)
Yaitu keadaan tanah setelah diadakan pengerjaan. Material yang
tergali dari tempat asalnya akan mengalami perubahan volume
(mengembang). Hal ini disebabkan adanya penambahan rongga udara
diantara butiran-butiran tanah. Dengan demikian volumenya menjadi
lebih besar. Ukuran volume tanah dalam keadaan lepas biasanya
dinyatakan dalam loose measure atau Loose Cubic Meter (LCM).
Dengan demikian dapat dimengerti bahwa LCM mempunyai nilai yang
lebih besar dari BCM. Penggunaan kata Dengan demikian pada
kalimat terakhir sebaiknya diganti dengan kata Maka karena pada
awal kalimat sebelumnya sudah terdapat kata yang sama.

21

c) Keadaan Padat (Compact)
Keadaan padat adalah keadaan tanah setelah ditimbun kembali
dengan disertai usaha pemadatan. Perubahan volume terjadi karena
adanya penyusutan rongga udara diantara partikel-partikel tanah
tersebut. Dengan demikian volumenya berkurang, sedangkan beratnya
tetap. Ukuran volume tanah dalam keadaan padat biasanya dinyatakan
dalam compact measure atau Compact Cubic Meter (CCM).
2. Berat Material 2.1.2. Berat Material
Berat adalah sifat yang dimiliki oleh setiap material. Kemampuan
suatu alat berat untuk melakukan pekerjaan seperti mendorong,
mengangkut, dan lain-lain, akan dipengaruhi oleh berat material tersebut.
Berat material ini akan berpengaruh terhadap volume yang diangkut atau
didorong oleh alat berat. Pada saat sebuah dump truck mengangkut tanah
dengan berat 1,5 ton/m
3
, alat dapat bekerja dengan baik. Tetapi pada saat
mengangkut tanah seberat 1,8 ton/m
3
, ternyata alat berat mengalami beban
berat sehingga alat berat terlihat berat mengelindingkan rodanya.
3. Bentuk Material 2.1.3. Bentuk Material
Faktor ini berpengaruh terhadap banyak sedikitnya material tersebut
dapat menempati suatu ruangan tertentu. Apabila material dengan kondisi
butiran beragam, kemungkinan besar isinya dapat sama (senilai) dengan
volume ruangan yang ditempatinya. Sedangkan material yang berbongkah-
bongkah akan lebih kecil dari nilai volume ruangan yang ditempati. Oleh
22

karena itu, pada material jenis ini akan berbentuk rongga-rongga udara yang
memakan sebagian besar isi ruangan.
4. Kohesivitas (Daya Ikat) Material 2.1.4. Kohesivitas (Daya Ikat) Material
Kohesivitas material adalah daya lekat atau kemampuan saling
mengikat diantara butir-butir material itu sendiri. Sifat ini jelas berpengaruh
terhadap alat, misalnya pengaruhnya terhadap spillage factor (faktor
pengisian). Material dengan kohesivitas tinggi akan mudah menggunung,
dengan demikian apabila material itu berada pada suatu tempat, akan
munjung. Volume material yang menempati ini ada kemungkinan bisa
melebihi volume ruangan, misalnya tanah liat. Sedangkan material dengan
kohesivitas rendah, misalnya pasir, apabila menempati suatu ruangan akan
sukar menggunung, melainkan permukaannya cenderung rata.
5. Kekerasan Material
Material keras akan lebih sukar dipecahkan, digali atau dikupas oleh
alat berat. Hal ini akan menurunkan produktivitas alat. Batuan dalam
pengertian earth moving terbagi dalam 3 batuan dasar, yaitu:
a. Batuan beku 2.1.5.1. Batuan Beku : sifat keras, padat, pejal dan
kokoh.
b. Batuan sedimen 2.1.5.2. Batuan Sedimen : merupakan perlapisan
dari yang lunak hingga keras.
c. Batuan metamorf 2.1.5.3. Batuan Metamorf : umumnya perlapisan
dari yang keras, padat dan tidak teratur.
23

Pengukuran kekerasan tanah dapat dilakukan dengan cara ripper,
seismic (suara atau getaran), dan soil investigation drill (pengeboran).
6. Daya Dukung Tanah 2.1.6. Daya Dukung Tanah
Daya dukung tanah didefenisikan sebagai kemampuan tanah untuk
mendukung alat yang ada di atasnya. Jika suatu alat berada di atas tanah,
maka alat tersebut akan memberikan ground pressure, sedangkan
perlawanan yang diberikan oleh tanah adalah daya dukung. Jika pressure
alat lebih besar dari daya dukung tanah, maka alat tersebut akan terbenam.
Demikian pula sebaliknya, alat akan berada dalam keadaan aman untuk
dioperasikan apabila pressure alat lebih kecil dari daya dukung tanah
dimana alat tersebut berada. Hal ini perlu dicermati oleh setiap pelaksanaan
di lapangan untuk menghindari kerugian yang akan diderita oleh
perusahaan.
2.2. Proses Land Clearing, Pengupasan Topsoil serta Pengupasan
Overburden
1. Pembersihan Lahan (Land Clearing) 2.2.1. Pembersihan Lahan (Land
Clearing)
Land Clearing adalah pembersihan lahan area penambangan dari
pepohonan ataupun semak belukar yang dapat mengganggu aktivitas
penambangan. Pepohonan (tidak berbatang kayu keras) yang dipisahkan
ini nantinya dapat dimanfaatkan sebagai humus pada saat pelaksanaan
reklamasi. Gambar proses Land Clearing dapat dilihat pada gambar 2.1.
24


Gambar 2.1 Land Clearing


2. Pengupasan Tanah Pucuk (Topsoil) 2.2.2. Pengupasan Tanah Pucuk (Top
Soil) Kata Topsoil harusnya dipisah Top Soil
Pengupasan topsoil top soil adalah pengupasan tanah pucuk yang
bersifat humus. Biasanya top soil top soil berada 0-0,5 m dari permukaan
tanah. Tanah humus ini dilestarikan agar tidak hilang unsur haranya,
gunanya untuk kegiatan reklamasi pada akhir kegiatan penambangan.
Pengupasan Top Soil top soil ini dilakukan sampai batas lapisan subsoil,
yaitu pada kedalaman dimana telah sampai di lapisan batuan penutup
(tidak mengandung unsur hara). Tanah pucuk yang telah terkupas
selanjutnya ditimbun dan dikumpulkan pada lokasi tertentu yang dikenal
25

dengan istilah Top Soil Bank (TSB). Untuk selanjutnya tanah pucuk yang
terkumpul di Top Soil Bank pada saatnya nanti, akan dipergunakan
sebagai lapisan teratas pada lahan disposal yang telah berakhir dan
memasuki tahapan program reklamasi. Sehingga daerah bekas lahan
tambang dapat dipergunakan seperti sebelum kegiatan penambangan
berlangsung seperti untuk kegiatan perkebunan, lapangan olahraga, hutan
lindung, dan lain-lain. Gambar pengupasan top soil dapat dilihat pada
gambar 2.2.

Gambar 2.2 Pengupasan Top Soil

3. Pengertian Kegiatan Pengupasan Lapisan Penutup
Pengupasan Overburden adalah pengupasan tanah penutup yang
bersifat tidak humus yang menutupi perlapisan batubara. Overburden
26

adalah tanah penutup awal sebelum ditemukannya seam seam batubara
awal. Interburden adalah tanah penutup diantara dua buah seam. Gambar
kegiatan pengupasn lapisan tanah penutup (overburden) dapat dilihat
pada gambar 2.3.

Gambar 2.3 Pengupasan Overburden
Pengertian kegiatan pengupasan lapisan tanah penutup yaitu
pemindahan suatu lapisan tanah atau batuan yang berada di atas
cadangan bahan galian, agar bahan galian tersebut menjadi tersingkap.
Untuk mewujudkan kondisi kegiatan pengupasan lapisan tanah penutup
yang baik diperlukan alat yang mendukung dan sitematika pengupasan
yang baik. Dalam pengupasan overburden di PT. Cipta Kridatama
menggunakan metoda konvensional. Yaitu menggunakan kombinasi alat-
alat pemindahan tanah mekanis (alat gali, alat muat, alat angkut) seperti
kombinasi antara Bulldozer, Wheel Loader, dan Dump Truck. Bila
27

material tanah penutup lunak bisa langsung menggunakan alat gali muat,
sedangkan apabila materialnya keras mungkin digemburkan terlebih
dahulu menggunakan Ripper, baru kemudian dimuat dengan alat muat ke
alat angkut, dan selanjutnya diangkut ke tempat pembuangan atau
disposal area menggunakan alat angkut. Lokasi salah satu disposal area
PT. Cipta Kridatama dapat dilihat pada gambar 2.4.

Gambar 2.4 Disposal Area

2.3. Klasifikasi Sumberdaya dan Cadangan
Kriteria dan klasifikasi sumberdaya dan cadangan dapat dijelaskan
dengan pengadopsian data klasifikasi dari United Nation Economic and
Social Council (1997) tidak ada nomor halaman kutipan. Adapun
pembagian sumberdaya (resource) dan cadangan (reserve) berdasarkan
klasifikasi sebagai berikut :
a). Sumberdaya Batubara Hipotetik (Hypothetical Coal Resource) 2.3.1.1
Sumberdaya Batubara Hipotetik (Hypothetical Coal Resource)
28

Jumlah batubara didaerah penyelidikan atau bagian dari daerah
penyelidikan yang ditaksir berdasarkan data yang memenuhi syarat-
syarat yang di tetapkan untuk tahap penyelidikan survey tinjau.
b). Sumberdaya Tereka (Inferred Coal Resource)
Jumlah batubara didaerah penyelidikan atau bagian dari daerah
penyelidikan yang ditaksir berdasarkan data yang memenuhi syarat-
syarat yang di tetapkan untuk tahap penyelidikan penyelidikan prospeksi.
c). Sumberdaya Tertunjuk (Indicated Coal Resource)
Jumlah batubara didaerah penyelidikan atau bagian dari daerah
penyelidikan yang ditaksir berdasarkan data yang memenuhi syarat-
syarat yang di tetapkan untuk tahap eksplorasi pendahuluan.
d). Sumberdaya Terukur (Measured Coal Resource)
Jumlah batubara didaerah penyelidikan atau bagian dari daerah
penyelidikan yang ditaksir berdasarkan data yang memenuhi syarat-
syarat yang di tetapkan untuk tahap eksplorasi rinci.
e). Sumberdaya Terkira (Probable Coal Resource)
Sumberdaya batubara tertunjuk dan sebagian sumberdaya terukur,
tetapi berdasarkan kajian kelayakan semua faktor terkait yang telah
terpenuhi sehingga hasil kajian dinyatakan layak.
f). Cadangan terbukti (Proved Coal Reserve)
Sumberdaya batubara terukur yang berdasarkan kajian kelayakan
semua faktor terkait yang telah terpenuhi sehingga hasil kajian
dinyatakan layak.
29

Alur dari kriteria sumberdaya hingga dapat dikatakan dan
berpotensi menjadi cadangan dapat dilihat pada gambar Modifying
Factor pada gambar 2.5 pada halaman 29.

Sumber : JORC Code, 2004
Gambar 2.5. Modifying Factor

Klasifikasi sumberdaya batubara merupakan upaya pengelompokan
sumberdaya batubara sesuai keyakinan geologi dan kelayakan ekonomi.
Persyaratan jarak titik informasi untuk setiap kondisi geologi dan kelas
sumberdaya diperlihatkan pada tabel 2.1






30


Tabel 2.1 Jarak Titik Informasi Berdasarkan Kondisi Geologi

Sumber : BSN 199

Tahap eksplorasi batubara berdasarkan klasifikasi sumberdaya dan
cadangan dikutip dari Standar Nasional Indonesia (1999) tidak ada nomor
halaman sumber, dilaksanakan melalui empat tahap yaitu:
1) Survei Tinjau 2.3.2.1. Survei Tinjau
Merupakan tahap eksplorasi paling awal dengan tujuan mengidentifikasi
daerah daerah yang secara geologis terdapat endapan batubara yang
potensial untuk penyelidikan lebih lanjut serta mengumpulkan informasi
tentang kondisi geografi, tataguna lahan, serta kesampaian daerah.
Kegiatan penyelidikan antara lain studi geologi regional, penaksiran,
penginderaan jauh, dan metode tak langsung lainnya serta inspeksi
lapangan pendahuluan yang menggunakan peta dasar dengan skala
sekurang-kurangnya 1 : 100.000.


31

2) Prospeksi
Kegiatan pada tahap ini antara lain : Pemetaan geologi dengan skala
minimum 1 : 50.000, pengukuran penampang stratigrafi, pembuatan
paritan, pembuatan sumuran, pemboran uji, percontoan dan analisis.
3) Eksplorasi Pendahuluan
Tahap eksplorasi ini dimaksud untuk mengetahui gambaran awal bentuk
tiga dimensi endapan batubara meliputi ketebalan lapisan, bentuk,
korelasi, sebaran, struktur, kuantitas dan kualitas. Kegiatan penyelidikan
antara lain: pemetaan geologi dengan skala minimum 1:10.000,
pemetaan topografi, pemboran dengan jarak yang sesuai dengan kondisi
geologi, penampang geofisika, pembuatan sumuran.
4) Eksplorasi Rinci
Tahap eksplorasi ini dilakukan untuk mengetahui kuantitas dan kualitas
serta model tiga dimensi endapan secara lebih rinci.
Tabel Klasifikasi Cadangan dan Sumberdaya Mineral SNI dapat
dilihat pada tabel 2.2.







32

Tabel 2.2. Klasifikasi Cadangan dan Sumberdaya Mineral SNI

Sumber : Klasifikasi Cadangan dan Sumberdaya Mineral Standar Nasional Indonesia 1997

Dalam penetapan cadangan selain parameter penetapan sumber daya
(Standar Nasional Indonesia, 1997) dalam penetapan cadangan selain
parameter penetapan sumber daya menurur Standar Nasional Indonesia
(1997:..) maka harus ditambahkan parameter :
1. Aspek teknik 2.3.3.1. Aspek Teknik
a. Sistim penambangan 2.3.3.1.1. Sistem Penambangan
Perlu dipertimbangkan mengenai pemilihan/penerapan pemilihan
atau penerapan sistim sistem penambangan, apakah tambang terbuka,
bawah tanah, hydraulic, dan sebagainya karena sangat tergantung pada
33

jenis dan variasi bahan galian, hal ini akan berpengaruh pada
mineable reserves dan recovery penambangan nantinya.
Pada penambangan secara terbuka, perlu mempertimbangkan
adanya kemungkinan dilakukan penambangan bawah tanah,
berdasarkan keberadaan dan penyebaran bahan galian, agar recovery
penambangan lebih besar. Perlu dipertimbangkan kemungkinan ada
sistem penambangan lanjutan, untuk meningkatkan perhitungan
jumlah cadangan.
b. Sistim pengolahan dan pemurnian Sistem Pengolahan dan Pemurnian
Sistim pengolahan dan pemurnian harus menggunakan teknologi
yang tepat karena rangkaian proses produksi yang efisien dapat
meningkatkan nilai cadangan.
c. Sistim pengangkutan Sistem Pengangkutan
Sistim pengangkutan harus menggunakan metode yang tepat dan
dilakukan secara efektif dan efisien untuk mengurangi kehilangan
material selama pengangkutan sehingga dapat meningkatkan nilai
recovery.
d. Nisbah Pengupasan (SR)
Nisbah pengupasan harus diupayakan sebesar mungkin dengan
meningkatkan penggunaan metode dan teknologi peralatan
penambangan yang lebih efisien serta dilakukannya pengawasan yang
efektif.

34

e. Kadar Batas Rata-rata Terendah (COG)
Penetapan nilai COG harus diupayakan serendah mungkin dengan
mengupayakan penggunaan teknologi penambangan/pengolahan
penambangan atau pengolahan yang lebih efektif dan efisien.
2. Aspek ekonomi 2.3.3.2. Aspek Ekonomi
a. Infrastruktur 2.3.3.2.1. Infrastruktur
Keberadaan dan kelengkapan infrastruktur harus diuraikan secara rinci
dan jelas seperti tersedianya sarana, jalan, listrik, serta jaringan
pemasaran karena bisa mempengaruhi kelas cadangan.
b. Tenaga kerja Tenaga Kerja
Komposisi dan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan harus
dipertimbangkan sesuai dengan keahlian.
c. Harga komoditas bahan galian Harga Komoditas Bahan Galian
Penetapan harga awal komoditas dilakukan pada saat penetapan
cadangan pada waktu itu. Fluktuasi harga komoditas di pasar domestik
dan internasional dapat mempengaruhi kelas sumber daya dan
cadangan.
d. Jenis produk sampingan dan produk akhir Jenis Produk Sampingan
dan Produk Akhir
Perlu diperhitungkan jenis produk sampingan yang bernilai ekonomis
pada saat itu dan produk akhir, apakah berupa material langsung atau
produk pengolahan.

35

e. Nilai dan prospek bahan galian Nilai dan Prospek Bahan Galian
Perlunya dilakukan kajian nilai dan prospek bahan galian agar
diperoleh hasil prediksi secara cermat.
3. Aspek Sosial
Perlunya informasi rencana pengelolaan dan penanganan
lingkungan sesuai dengan peraturan yang berlaku diantaranya : limbah,
tanah penutup, air keluaran tambang, penurunan kualitas air permukaan,
amblesan, longsor, penanganan tailing, reklamasi, dll.
4. Aspek hukum Aspek Hukum
Semua kegiatan usaha pertambangan harus mematuhi perundangan
yang berlaku dan hukum adat setempat.
2.4. Konsep Pemodelan Sumberdaya
Pemodelan sumberdaya yang dibuat merupakan pendekatan dari
kondisi geologi, pemodelan tersebut memberikan :
1) Taksiran jumlah sumberdaya batubara (tonnase). 2.4.1. Taksiran jumlah
sumberdaya batubara (tonnase).
2) Perkiraan bentuk tiga dimensi sumberdaya batubara, jumlah cadangan
dengan kaitannya dengan perhitungan umur tambang.
3) Batas-batas kegiatan penambangan yang dibuat berdasarkan taksiran
sumberdaya.
4) Hasil perhitungan stripping ratio.


36

2.5. Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Jumlah Cadangan
1) Densitas 2.5.1. Densitas
Densitas batubara merupakan perbandingan berat dan volume dalam
satu satuan. Densitas ini ikut mempengaruhi jumlah cadangan batubara itu
sendiri, karena jumlah cadangan berbanding lurus dengan volume dan
densitas tersebut.
2) Daerah Pelapukan
Daerah pelapukan adalah suatu daerah dimana lapisan batubara yang
ada mengalami pelapukan sehingga lapisan batubara ini ikut
mempengaruhi jumlah cadangan dan biasanya dianggap sebagai lapisan
tanah penutup.
3) Faktor Koreksi
Nilai faktor koreksi ini didapat berdasarkan keadaan topografi daerah
penyelidikan, struktur geologi yang bekerja di daerah tersebut, erosi yang
terjadi, jarak antar lubang bor, dan faktor lain-lain yang ikut
mempengaruhi jumlah cadangan batubara. Untuk mendapatkan jumlah
cadangan pasti, total tonase dikalikan dengan nilai faktor koreksi yang
telah dikurangi dengan total persentase (100 %).
2.6. Sistem penambangan
2.6.1. Open Pit Mining
Open pit mining adalah penambangan secara terbuka dan pengertian
umum. Metode ini dilakukan dengan cara mengupas terlebih dahulu lapisan
material penutup batubara kemudian dilanjutkan dengan menambang
37

batubaranya. Gambar visual dari tata cara kegiatan sistem penambangan
tambang terbuka (open pit) dapat dilihat pada gambar 2.6.

Sumber : Google.com
Gambar 2.6 Open Pit
Penambangan tipe open pit biasanya dilakukan pada endapan batubara
yang mempunyai lapisan tebal dengan arah batubara miring kebawah dan
dilakukan dengan mengunakan beberapa bench (jenjang).
2.6.2. Strip Mining
Tipe penambangan terbuka yang diterapkan pada endapan batubara
yang lapisannya datar dan dekat dengan permukaan tanah. Kegiatan
penambangan dilakukan dengan cara menggali tanah penutup yang dibuang
pada daerah yang tidak di tambang. Setelah endapan batubara dari hasil
galian pertama diambil, kemudian disusul dengan pengupasan berikutnya
yang sejajar dengan pengupasan pertama dan tanah penutupnya dibuang
38

ketempat penggalian pertama. Untuk pemilihan metode ini perlu
diperhatikan bahwa :
a. 2.6.2.1. Bahan galian relatif mendatar
b. Bahan galian cukup kompak
c. Bahan galian tabular, berlapis
d. Kemiringan relatif, lebih cocok untuk horizontal atau sedikit
miring
e. Kedalaman kecil (nilai ekonomi tergantung stripping ratio,
teknologi peralatan)
Gambar visual dari tata cara sistem penambangan Strip Mining dapat
dilihat pada gambar 2.7.

Sumber : Google.com
Gambar 2.7. Strip Mining




39

2.7. Teori Strip, Panel, Blok, dan Solid Teori Strip, Panel, Blok, dan Solid
Endapan batubara dibagi menjadi bagian-bagian yang lebih kecil,
yaitu pit pit (tambang), panel panel, strip strip, blok, dan solid solid.
a. 2.7.1. Pit Pit
Penambangan batubara dibagi menjadi beberapa pit pit untuk
memudahkan pelaksanaan kegiatan penambangan, pembangian pit
terutama didasarkan pada pencapaian target produksi akan nilai kalori dari
batubara yang akan ditambang.
b. Strip
Pembagian bakal blok penambangan yang berpatok pada arah strike
batubara. Panjang dan lebar setiap strip bisa diatur sesuai dengan luasan
yang diinginkan.
c. Panel Panel
Pembagian bakal blok penambangan yang berpatok pada arah dip
batubara. Panjang dan lebar setiap panel bisa diatur sesuai dengan luasan
yang diinginkan.
d. Blok
Blok merupakan perpotongan antara panel dan strip sehingga membentuk
persegi dengan luasan perpotongan antara strip dan panel.
e. Solid
Solid adalah suatu object 3D yang terdiri dari suatu rangkaian polygon
yang saling berpotongan yang membentuk dan menutup object tersebut
menjadi bentuk blok 3D. Solid dibuat dengan cara memproyeksikan batter
block terhadap suatu surface atau suatu bench tertentu.
40

2.8. Perhitungan Sumberdaya dan Cadangan Batubara
Secara umum, pemodelan dan perhitungan cadangan batubara dan
overburden memerlukan data-data dasar sebagai berikut :
a. 2.8.1.1. Peta Topografi
b. Data penyebaran singkapan batubara
c. Data dan sebaran titik bor
d. Peta geologi lokal
e. Peta situasi dan data-data yang memuat batasan-batasan alamiah
seperti aliran sungai, jalan, perkampungan, dan lain-lain.
Data penyebaran singkapan batubara berguna untuk mengetahui
cropline batubara, yang merupakan posisi dimana penambangan dimulai.
Dari pemboran diperoleh hasil berupa data elevasi atap (roof) dan lantai
(floor) batubara. Peta situasi dan data-data yang memuat batasan-batasan
alamiah berguna untuk menentukan batas (boundry) perhitungan cadangan.
Endapan batubara yang tidak dapat dihitung karena batasan-batasan alamiah
tersebut tidak diperhitungkan dalam perhitungan cadangan.
Dari data-data dasar tersebut akan dihasilkan data olahan, yaitu data
dasar yang diolah untuk mendapatkan model endapan batubara secara 3
(tiga) dimensi untuk selanjutnya akan dilakukan perhitungan cadangan
endapan batubara. Data olahan tersebut terdiri atas :
1) 2.8.2.1. Peta Isopach; merupakan peta yang menunjukan
menunjukkan kontur penyebaran ketebalan batubara. Data ketebalan
batubara pada peta ini merupakan tebal sebenarnya yang dapat
41

diperoleh dari data bor, uji paritan, uji sumur, atau dari singkapan.
Peta ini juga dapat disusun dari kombinasi peta iso kontur struktur.
Selain itu, tujuan penyusunan peta ini adalah untuk menggambarkan
variasi ketebalan batubara dibawah permukaan.
2) Peta Kontur Struktur; menunjukan menunjukkan kontur elevasi yang
sama dari top atau bottom batubara. Untuk elevasi top atau bottom
batubara diperoleh dari data bor. Peta kontur struktur berguna untuk
mengetahui arah jurus masing-masing seam batubara, sekaligus
sebagai dasar untuk menyusun peta.
3) Peta Iso Kualitas; menunjukan kontur hasil analisis parameter kualitas
batubara. Peta ini berguna untuk menentukan daerah-daerah yang
memenuhi syarat kualitas untuk ditambang.
4) Peta Iso Overburden; menunjukan kontur ketebalan overburden yang
sama. Ketebalan tersebut dapat diperoleh dari data bor atau dari data
peta iso struktur dimana ketebalan overburden dapat dihitung dari
perpotongan kontur iso struktur dengan kontur topografi. Peta Iso
overburden cukup penting sebagi dasar evaluasi cadangan selanjutnya,
dimana ketebalan tanah penutup ini dapat digunakan sebagai batasan
awal dari penentuan pit potensial.
5) Penampang Geologi; Disusun dari kombinasi antara peta cropline
batubara dengan data pemboran (log bor). Perlapisan batubara disusun
dengan melakukan interpolasi antar data seam pada setiap titik bor
yang berdekatan. Garis penampang sebaiknya selalu diusahakan tegak
42

lurus jurus cropline batubara. Selanjutnya penampang seam batubara
berguna untuk memudahkan perhitungan sumberdaya sekaligus
cadangan batubara dengan metoda mean area. Selain itu juga
digunakan untuk menghitung cadangan tertambang (mineable reserve)
dengan memasukan asumsi sudut lereng dengan SR.
2.9. Faktor Pembatas Dalam Penentuan Cadangan Tertambang
Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, bahwa tidak mungkin akan
diperoleh cadangan tertambang 100% dari cadangan insitu insitu, dimana
akan terjadi dilution dilution sepanjang tahap penambangan. Sebelum mulai
menghitung suatu nilai cadangan tertambang, maka faktor utama yang harus
dikuantifikasi, yaitu Faktor Losses.
Faktor Losses yaitu faktor-faktor kehilangan cadangan akibat tingkat
keyakinan geologi maupun akibat teknis penambangan. Beberapa faktor
losses (Simanjuntak, 1994) adalah :
a. 2.9.1.1. Geological Losses, yaitu faktor kehilangan akibat adanya
variasi ketebalan, parting, maupun pada saat pengkorelasian lapisan
batubara.
b. Mining Losses, yaitu faktor kehilangan akibat teknis penambangan,
seperti faktor alat, faktor safety, dll.
c. Processing Losses, yaitu faktor kehilangan akibat diterapkannya
metoda pencucian batubara atau kehilangan pada proses lanjut di
Stockpile.
43

Faktor-faktor pembatas pada umumnya sudah cukup jelas. Dalam
penerapannya, faktor-faktor pembatas tersebut akan menjadi Pit Limit dalam
panambangan. Sedangkan faktor-faktor losses diterapkan pada saat proses
perhitungan cadangan, dan dapat dikuantifikasi besar nilai losses tersebut.
Berikut akan diuraikan contoh cara pengkuantifikasian faktor losses
tersebut.
a. 2.9.2.1. Geological Losses
Biasanya untuk kemudahan, langsung diambil nilai umum yaitu 5
10%. Namun dapat juga dengan memperhatikan pola variasi ketebalan
batubara, yaitu dengan bantuan analisis statistik. Parameter statistik yang
dapat digunakan adalah : standard deviasi, koefisien variasi, atau standard
error.
b. Mining Losses
Secara umum, untuk metoda Strip Mining digunakan mining losses
sebesar 10%, sedangkan untuk tambang bawah tanah digunakan mining
losses sebesar 40-50% yaitu (metoda Long Wall mempunyai Recovery 60-
70%, metoda Room & Pillar mempunyai Recovery 50-60%), untuk auger
mining digunakan mining losses sebesar 60-70% (atau Recovery 30-40%
sesuai dengan spesifikasi perlatannya). Untuk metoda Strip Mining (open
pit), kadang-kadang juga digunakan pendekatan ketebalan lapisan yang
akan ditinggalkan, yaitu 10 cm pada roof& 10 cm pada floor. Jika
ketebalan lapisan hanya 1 m, maka Mining Losses = 20%., sedangkan jika
44

ketebalan lapisan adalah 2 m maka Mining Losses = 10%., dan jika
ketebalan lapisan adalah 5 m maka Mining Losses = 4%.
c. Processing Losses (yield)
Sangat tergantung pada hasil uji ketercucian (washability test),
dimana harga perolehan (yield) ditentukan dari hasil uji tersebut.
2.10. Perancangan Tambang Menggunakan Software MineScape
Dalam perancangan tambang digunakan perangkat lunak minescape.
Sebelum melakukan perancangan tambang, perlu dilakukan pemodelan
geologi, baik topografi maupun struktur lapisan endapan batubara.
Pemodelan geologi ini bertujuan untuk mendapatkan data dalam melakukan
penaksiran cadangan batubara, yang memenuhi syarat untuk dilakukan
penambangan. Perangkat lunak minescape digunakan agar mempermudah
proses pemodelan geologi, maupun dalam penaksiran sumberdaya dan
cadangan batubara, dan memilih daerah yang lebih prospek sehingga
menghasilkan proses penambangan yang layak. Sesuai batasan stripping
ratio yang ditetapkan. Minescape merupakan software mining system
terpadu yang dirancang khusus untuk pertambangan. Minescape mampu
meningkatkan semua aspek informasi teknis suatu lokasi tambang mulai
dari data eksplorasi, perancangan tambang jangka pendek, penjadwalan
jangka panjang dan sampai ke penjadwalan produksi tambang. Beberapa
sub menu dari perangkat lunak Minescape yang digunakan untuk melakukan
perancangan tambang, yaitu :

45

1) Stratmodel 2.10.1 Stratmodel
Setelah pembuatan peta topografi, dilanjutkan dengan pengolahan
data pemboran collar, yang meliputi: nama titik bor, koordinat titik bor,
elevasi titik bor, kedalaman lubang bor, ketebalan dan nama seam batubara
yang didapat dari hasil log bor, data litologi meliputi: nama titik bor,
lapisan atas (roof), kedalaman lapisan bawah (floor), nama seam, batubara
yang dapat dari hasil log bor dan data lotologi.
Dalam pengolahan data pemboran, juga disertakan data kualitas
batubara yang meliputi: nama titik bor, nama seam batubara, kedalaman
lapisan atas (roof) kedalaman lapisan bawah (floor), relative density, total
moisture, inherent moisture, total sulphur, kandungan abu (ash), dan
calorific value atau kalori batubara. Hasil pengolahan data lubang bor dan
data kualitas batubara tersebut menghasilkan gambar subcrop line batubara
yang berupa garis-garis yang menghubungkan outcrop bagian floor
batubara pada lapisan dibawah topografi atau surface. subcrop line ini
digunakan untuk menentukan arah penyebaran batubara dan mengetahui
daerah yang paling banyak terdapat endapan batubara.
Penaksiran jumlah cadangan yang dapat ditambang pada daerah
penelitian dilakukan dengan lebih detail, sehingga diharapkan dapat
menghasilkan jumlah cadangan batubara yang mineable cukup besar untuk
memenuhi target produksi. Pemodelan geologi selanjutnya yakni
pembentukan kontur struktur batubara lapisan bawah (floor) sebagai acuan
perhitungan jumlah cadangan batubara yang layak ditambang dan
46

pembuatan desain geometri penambangan. Pembuatan kontur struktur
dilakukan pada setiap seam batubara. Pertama dilakukan interpolasi data
pemboran yang membentuk kontur struktur batubara bagian bawah (floor)
kemudian dilakukan pemodelan tiga dimensi dengan membentuk triangle
dari kontur struktur batubara bagian bawah (floor) tersebut. Hasil dari
pembuatan kontur struktur bagian bawah lapisan batubara (floor)
merupakan tampilan perlapisan batubara yang berbentuk bidang yang
membatasi lapisan batubara bagian bawah dengan lapisan batuan atau
interburden. Untuk data pemboran dan peta titik log bor tidak dibahas
dalam penelitian ini dikarenakan tidak diberikannya data pemboran dan
peta titik bor tersebut. Dalam penelitian ini hanya diberikan data kontur
struktur dari pihak owner. Peta kontur struktur pada software MineScape
dapat dilihat pada lampiran
2) Open Cut Open Cut
Merupakan salah satu aplikasi yang terdapat dakam dalam minescape
untuk pembuatan desain geometri penambangan. Desain geometri
penambangan dilakukan setelah mendapatkan daerah yang memiliki
stripping ratio sesuai dengan yang telah ditetapkan. Daerah-daerah
tersebut kemudian dibentuk menjadi blok-blok penambangan dengan
penamaan missal misalnya : Blok 01, Blok 02, dan seterusnya. Setiap
blok-blok tersebut dibatasi oleh poligon dengan luasan yang berbeda-beda.
Batas luas wilayah penambangan (pit limit) dan batas elevasi
penambangan dapat ditentukan.
47

2.11.Pemodelan Endapan Batubara dan Overburden Menggunakan Software
Minescape
Tahapan kegiatan dan pemodelan endapan batubara dapat dilakukan
dengan menggunakan software minescape. Pemodelan dengan software
minescape ini dilakukan dengan modul Stratmodel.
Stratmodel Stratmodel didasarkan pada prinsip umum stratigrafi
terutama tentang urutan lapisan yang diendapkan pada suatu periode tertentu
yang menerus atau selaras. Urutan lapisan selaras dalam stratmodel dikenal
dengan istilah conformable sequence. Secara stratigrafi conformable
sequence adalah merupakan pilih salah satu kata adalah atau merupakan
karena mengandung arti yang sama suatu paket endapan yang mempunyai
karakteristik stratigrafi dan struktural yang sama. Startmodel dapat membuat
suatu model geologi yang terdiri dari beberapa conformable sequence yang
selaras maupun tidak satu dengan lainnya.
Dalam software minescape untuk tahapan pekerjaan model geologi
terdiri atas bebrapa tahapan sebagai berikut :
a. 2.11.1.1. Validasi Data
b. Topo Model
c. Schema
d. Patahan (jika ada)
e. Model
f. Pemerikasaan Model
Dalam Software minescape data yang diperlukan antara lain :
48

a. Data Topografi
b. Data pemboran / Collar
c. Data Quality (jika ada)
d. Data Fault / patahan (jika ada)
e. Data Outcrop / singkapan / Boundary (jika ada)
2.11.1. 2.11.2.1.Topo Model
Topo model merupakan surface topografi yang akan
digunakan sebagai batas paling atas dalam permodelan. Surface topo
yang digunakan dapat berupa surface dari grid, triangle, expression,
dan lain-lain.
Tahapan pembuatan topo model adalah sebagai berikut :
2.11.2.1.1. Memasukan data topo kedalam design
Membuat sheet spesification
Membuat grid spesification
Membuat grid file
Interpolasi data ke dalam grid
2.11.2. 2.11.2.2. Schema
Schema berfungsi untuk mendefinisikan stratigafi dan
parameter-parameter model yang akan digunakan sebagai dasar
pembuatan model stratigafi. Definisi stratigafi dan model parameter
dalam schema dapat diubah-ubah atau dapat dibuat dalam berbagai
rancangan schema.
49

2.11.3. 2.11.2.3. Contour
Contour merupakan tampilan garis kontur dari setiap interval
yang didefinisikan dalam schema. Dapat dibuat dari modul
stratmodel dam dibuat untuk setiap interval maupun surface.
2.11.4. 2.11.2.4. Quality
Quality adalah definisi untuk menentukan semua parameter
yang berhubungan dengan suatu nilai kualitas batubara tertentu dan
akan diakses oleh semua modul minescape yang berhubungan
dengan quality.
Beberapa unsur Quality menurut (Modifying Factor), antara lain :
a. 2.11.2.4.1. Kalori
Kalori merupakan indikasi kandungan nilai energi yang terdapat pada
batubara, dan merepresentasikan kombinasi pembakaran dari karbon,
hidrogen, nitrogen, dan sulfur.
b. Kadar Kelembaban
Kadar kelembaban mempengaruhi jumlah pemakaian udara primernya,
pada batubara dengan kandungan uap tinggi akan membutuhkan udara
primer lebih banyak guna mengeringkan batubara tersebut.
c. Zat Terbang
Kandungan zat terbang mempengaruhi kesempurnaan pembakaran dan
intensitas nyala api.
d. Kadar abu dan Komposisi
50

Kandungan abu akan terbawa bersama gas pembakaran melalui ruang
bakar dan daerah konveksi dalam bentuk abu terbang atau abu dasar.
Sekitar 20% dalam bentuk abu dasar dan 80% dalam bentuk abu
terbang. Semakin tinggi kandungan abu dan tergantung komposisinya
mempengaruhi tingkat pengotoran (fouling), keausan dan korosi
peralatan yang dilalui.
e. Kadar Karbon
Nilai kadar karbon diperoleh melalui pengurangan angka 100 dengan
jumlah kadar air (kelembaban), kadar abu, dan jumlah zat terbang. Nilai
ini semakin bertambah seiring dengan tingkat pembatubaraan. Kadar
karbon dan jumlah zat terbang digunakan sebagai perhitungan untuk
menilai kualitas bahan bakar, yaitu berupa nilai fuel ratio sebagaimana
dijelaskan di atas.
f. Kadar Sulfur
Kandungan sulfur berpengaruh terhadap tingkat korosi sisi dingin yang
terjadi pada elemen pemanas udara, terutama apabila suhu kerja lebih
rendah dari letak embun sulfur, disamping berpengaruh terhadap
efektifitas penangkapan abu pada peralatan electrostatic precipator.
g. Ukuran Batubara
Ukuran butir batubara dibatasi pada rentang butir halus dan butir kasar.
h. Tingkat Ketegerusan
Kinerja pulveriser atau mill dirancang pada nilai HGI tertentu. Untuk
HGI lebih rendah, kapasitasnya harus beroperasi lebih rendah dari nilai
51

standarnya pula untuk menghasilkan tingkat kehalusan (fineness) yang
sama
2.12. Konsep Perhitungan Sumberdaya dan Cadangan Menggunakan
Software Minescape
Penghitungan cadangan dilakukan dengan aplikasi modul Open Cut,
dengan beberapa tahapan, yaitu :
a. 2.12.1.1. Penentuan Pit Potensial
b. Pembuatan blok tambang dengan spesifikasi tertentu
c. Penghitungan cadangan per blok tambang
d. Akumulasi cadangan seluruh blok
Dalam menentukan jumlah cadangan per blok tambang, aplikasi
modul Open cut menggunakan tahapan sebagai berikut :
1) 2.12.2.1.Perhitungan luas area batubara per blok
Luas areal yang dihitung merupakan luas areal yang memiliki seam
batubara, sedangkan daerah yang tidak memiliki batubara tidak
dihitung.
2) Penghitungan volume batubara per blok
Luas areal tersebut akan dikalikan dengan ketebalan sebenarnya (true
thickness) dari seam batubara sehingga didapat volume seam batubara
per blok.
3) Penghitungan insitu mass per blok
Volume batubara per blok akan dikalikan dengan relatif density blok
yang didapat dari quality model.

52

2.13. Konsep Penentuan Kondisi Batas Untuk Perhitungan Cadangan
Geometri lereng merupakan salah satu faktor penting dalam
perhitungan cadangan. Hal ini berkaitan dengan perhitungan ekonomi
cadangan bahan galian tersebut. Penentuan pit limit, desain pit, serta besar
sudut lereng yang dibuat merupakan faktor-faktor yang perlu diperhatikan.
Untuk menentukan pit limit, dapat digunakan perhitungan stripping ratio.
Dengan melihat volume overburden yang harus dikupas untuk mendapatkan
tonase batubara, maka diketahui pada pit limit mana yang menghasilkan
keuntungan.
Pit limit sebagai salah satu kondisi batas untuk perhitungan cadangan
perlu didefinisikan dengan menggunkan model. Gambar 2.8 menunjukan
cara menggunakan pit limit untuk mendapatkan final pit dengan
memperhitungkan faktor ekonomi. Perhitungan dilakukan secara berulang-
ulang hingga mendapatkan stripping ratio yang sesuai. Dengan
mengekspresikannya dalam suatu model, maka geometri pit limit dapat
diubah-ubah untuk menghasilkan stripping ratio yang diinginkan. Gambar
Penentuan Final Pit Limit dapat dilihat pada gambar 2.8.
53


Sumber : Hustrulid, 1995
Gambar 2.8 Penentuan Final Pit Limit
2.14. Kerangka Pikiran
Untuk menjelaskan gambaran konsep tentang permasalahan yang akan
diteliti:



Studi Literatur
Pengumpulan Data
Data Primer :
Rancangan Teknis Penambangan
1. Tata letak pit
2. Batas boundry
3. Pembagian blok
Data Sekunder :
1. Data kontur
2. Data peta topograpi
3. Data geologi regional
4. Curah hujan dan work
hours plan
Produksi dan Perhitungan Cadangan
Batubara serta Overburden
Menggunakan Software Minescape
Metoda Reserve Solid
54


1. Perhitungan cadangan batubara dan
overburden menggunakan minescape
metoda reserve solid
2. Pemodelan endapan batubara menggunakan
Software Minescape
3. Perhitungan rencana jam kerja
4. Perhitungan target produksi pengupasan
overburden
1. Jumlah cadangan batubara dan overburden
yang didapatkan menggunakan Software
Minescape
2. Efesiensi waktu produksi kerja
3. Target produksi pengupasan overburden
Gambar 2.9 Kerangka Pikiran

Anda mungkin juga menyukai