Anda di halaman 1dari 5

STATUS GIZI, MENARCHE, SLTP PERKOTAAN, SLTP PEDESAAN

Usia menarche saat ini cenderung lebih awal bila dibandingkan dengan generasi
sebelumnya. Membaiknya standar kehidupan dewasa ini juga berpengaruh terhadap
perbeikan gizi masyarakat serta menurunya usia menarche. Penelitian ini bertujuan untuk
menggambarkan status gizi, menguji pergedaan status gizi, menggambarkan usia
datangnya menarche, menguji perbedaan rata-rata usia datangnya menarche serta menguji
hubungan antara status gizi dengan kejadian (status dan usia) menarche pada siswi SLTP
perkotaan dan pedesaan di Pekalongan.

Jenis penelitian adalah analitik menggunakan metode survei dengan pendektan cross
sectional. Analisis dat menggunakan Chi Square Two Sample untuk emnguji perbedaan
status gizi, Mann-Whitney Untuk untuk menguji perbedaan rata-rata usia menarche,
koefisien kotingensi untuk menguji hubungan status gizi dengan status menarche serta
korelasi Rank Spearmen untuk menguji hbu antara status gizi dengan usia menarche,
masing-masing dengan tingkat kepercayaan 95%. Faktor pemicu dikendalikan dengan
menggunakan analisis berstrata.

Penelitian dilakukan pada satu SLTP perkotaan dan satu SLTP pedesan di Pekalongan.
Cesar sample dihitung dengan umus Estmasi Perbedaan Dua Proporsi yaitu sebesar 1159
responden per kelompok serta dipilih sesuai dengan criteria inklusi. Kejadian (status dan
usia) menarche sebagia variabel terikat dan status gizi (IMT) sebagai variabel bebas.
Variabel perancunya adalah status social ekonomi yang ditentukan dengan pendapatan
per kapita per bualn, gnetik yaitu usia menarche ibu responden serta lokasi siswa
(perkotaan atau pedesaan).

Dari 161 responden yang berasal dari siswi SLTP perkotaan didapatkanrr status gizi
(IMT) adalah 20,56 (SD=3,05) sedangkan dari 160 responden siswi SLTP pedesaan rata-
rata status gizi (IMT) adalah 19,08 (SD=2,55). Hasil uji statistik membuktiakn adanya
perbedaan status gizi antara siswi SLTP perkotaan dan SLTP pedesaan
(X<sup>2</sup>=18,118; p=0,0001) dimana status gizi siswi SLTP perkotaan lebih baik
dibandingakan dengan status gizi siswi SLTP pedesaan. Rata-rata usia menarche siswi
SLTP perkotaan adalah 11,93 tahun (SD=1,00) sedangkan siswi SLTP pedesaan rata-rata
usia menarchenya adalah 13,08 tahun (SD=0,85). Terdapat perbedaan rata-rata usia
menarche antara siswi SLTP perkotaan dan siswi SLTP pedesaan (z=-7,127; p=0,0001).
Hal iniberarti bahwa datangnya menarche siswi SLTP perkotaan lebih awal dibandingkan
dengan usia menache siswi SLTP pedesaan.

Status gizi mempengaruhi status menarche baik siswi SLTP perkotaan


(C=0,605;p=0,0001) maupun siswi SLTP pedesaan (C=0,458;p=0,0001). Status gizi juga
berhubungan dengan usia menarche baik pada siswi SLTP perkotaan (r=-
0,609;p=0,0001) ataupun siswi SLTP pedesaan (r=-0,309;p=0,0004). Semakin tinggi
status gizi responden akan semakin awal mendapatkan menarche. Status social ekonomi
dan genetik tidak menjadai faktor perancu dalam hubungan status gizi dengan kejadian
menarche sedangkan lokasi siswa menjadi faktor perancu.

Disarankan agar pendidikan seks atau explanatory reproduksi sebaiknya mulai diberikan
sebelum anak masuk SLTP (pada saat SD) terutama didaerah perkotaan.

USIA MENARCHE REMAJA

Menurut WHO, yang disebut remaja adalah mereka yang berada pada tahap transisi
antara masa kanak-kanak dan dewasa, yaitu mereka yang berumur 10-19 tahun (Depkes,
1993). Masa remaja adalah masa peralihan dari anak ke dewasa baik secara jasmani
maupun rohani. Tahapan ini sangat menentukan bagi pribadi remaja dimana terjadi
perubahan besar dan cepat dalam proses pertumbuhan fisik, kognitif dan
psikososial/tingkah laku. Perubahan fisik/jasmani seperti berat badan, ukuran anggota
badan dan sebagainya; serta perubahan yang lain seperti berfikir/kecerdasan, bertingkah
laku, perasaan/kejiwaan yang berjalan secara bertahap sesuai dengan umurnya (BKKBN,
2000).

Berbagai penelitian menunjukkan bahwa faktor yang berhubungan dengan usia menarche
antara lain adalah pengaruh genetik, kondisi sosial ekonomi, kesehatan umum,
kesejahteraan, status gizi, jenis latihan fisik tertentu dan jumlah anggota keluarga.
Penelitian Burhanuddin (2007) menemukan bahwa dari 400 orang pelajar putri Bugis
Kota dan Desa di Sulawesi Selatan yang sudah menarche berusia antara 10.62 tahun
sampai 15.71 tahun. Hal ini meliputi kelompok Kota 200 orang dengan usia rata-rata
12,93 tahun dan kelompok Desa 200 orang dengan usia rata-rata 13,18 tahun pada pelajar
putri Bugis. Disimpulkan bahwa ditemukan perbedaan berat badan, status gizi, status
sosial ekonomi dan aktivitas fisik responden terhadap pencapaian usia menarche pada
pelajar putri Bugis Kota dan Desa di Sulawesi Selatan.

Ditemukan parameter pembeda terkuat melalui analisis diskriminan adalah berat badan,
sebagai pemicu percepatan usia menarche. Melalui analisis jalur terdapat aspek yang
berpengaruh langsung terhadap pencapaian usia menarche yaitu: (1) berat badan (2)
status gizi dan (3) status sosial ekonomi orang tua. Sedangkan faktor yang berpengaruh
secara tidak langsung adalah aktivitas fisik responden melalui (1) aktivitas fisik
(Burhanuddin, 2007).

1. Remaja

Masa remaja merupakan masa transisi yang unik dan ditandai oleh berbagai perubahan
fisik, emosi dan psikis. Masa remaja yaitu usia 10-19 tahun, merupakan masa yang
khusus dan penting, karena merupakan periode pematangan organ reproduksi manusia,
dan sering disebut masa pubertas. Masa remaja merupakan periode peralihan dari masa
anak ke masa dewasa (Depkes RI, 2001).

Menurut ciri perkembangannya, masa remaja dibagi menjadi tiga tahap, yaitu : (1). Masa
remaja awal (10-12 tahun); (2) Masa remaja tengah (13-15 tahun); (3) Masa remaja akhir
(16-19 tahun). Ciri khas tahap remaja awal antara lain: lebih dekat dengan teman sebaya,
ingin bebas, lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya dan mulai berpikir abstrak.
Ciri khas tahap remaja tengah antara lain: mencari identitas diri, timbulnya keinginan
untuk kencan, mempunyai rasa cinta yang mendalam, mengembangkan kemampuan
berpikir abstrak, berkhayal tentang aktifitas seks. Ciri khas tahap remaja akhir antara lain:
pengungkapan kebebasan diri, lebih selektif dalam mencari teman sebaya, mempunyai
citra jasmani dirinya, dapat mewujudkan rasa cinta, mampu berpikir abstrak (Depkes RI,
2001b).

Terjadinya pertumbuhan fisik yang cepat pada remaja, termasuk pertumbuhan organ-
organ reproduksi (organ seksual) untuk mencapai kematangan, sehingga mampu
melangsungkan fungsi reproduksi. Perubahan itu ditandai dengan munculnya tanda-tanda
sebagai berikut: tanda-tanda seks primer, yaitu yang berhubungan langsung dengan organ
seks yaitu terjadinya haid pada remaja puteri (menarche) dan terjadinya mimpi basah
pada remaja laki-laki (Depkes RI, 2001b).

Proses perubahan kejiwaan berlangsung lebih lambat dibandingkan perubahan fisik yang
meliputi : (1) Perubahan emosi, sehingga remaja menjadi sensitif (mudah menangis,
cemas, frustasi dan tertawa; agresif dan mudah bereaksi terhadap rangsangan luar yang
berpengaruh, sehingga misalnya mudah berkelahi. (2). Perkembangan intelegensia,
sehingga remaja menjadi: mampu berpikir abstrak, senang memberi kritik, ingin
mengetahui hal-hal baru, sehingga muncul perilaku ingin mencoba-coba (Depkes RI,
2001b).

2. Menarche

Menarche didefinisikan sebagai pertama kali menstruasi, yaitu keluarnya cairan darah
dari alat kelamin wanita berupa luruhnya lapisan dinding dalam rahim yang banyak
mengandung pembuluh darah. Sudah lebih dari setengah abad rata-rata usia menarche
mengalami perubahan, dari usia 17 tahun, menjadi 13 tahun, secara normal menstruasi
awal terjadi pada usia 11 – 16 tahun (Kartono, 1992).

Menstruasi atau haid mengacu kepada pengeluaran secara periodik darah dan sel-sel
tubuh dari vagina yang berasal dari dinding rahim wanita. Menstruasi dimulai saat
pubertas dan menandai kemampuan seorang wanita untuk mengandung anak, walaupun
mungkin faktor-faktor kesehatan lain dapat membatasi kapasitas ini. Menstruasi biasanya
dimulai antara umur 10 dan 16 tahun, tergantung pada berbagai faktor, termasuk
kesehatan wanita, status nutrisi, dan berat tubuh relatif terhadap tinggi tubuh. Menstruasi
berlangsung kira-kira sekali sebulan sampai wanita mencapai usia 45 – 50 tahun,
tergantung pada kesehatan dan pengaruh-pengaruh lainnya. Akhir dari kemampuan
wanita untuk bermenstruasi disebut menopause dan menandai akhir dari masa-masa
kehamilan seorang wanita. Panjang rata-rata daur menstruasi adalah 28 hari, namun
berkisar antara 21 hingga 40 hari. Panjang daur dapat bervariasi pada satu wanita selama
saat-saat yang berbeda dalam hidupnya, dan bahkan dari bulan ke bulan tergantung pada
berbagai hal, termasuk kesehatan fisik, emosi, dan nutrisi wanita tersebut.
Menstruasi merupakan bagian dari proses reguler yang mempersiapkan tubuh wanita
setiap bulannya untuk kehamilan. Daur ini melibatkan beberapa tahap yang dikendalikan
oleh interaksi hormon yang dikeluarkan oleh hipotalamus, kelenjar dibawah otak depan,
dan indung telur. Pada permulaan daur, lapisan sel rahim mulai berkembang dan
menebal. Lapisan ini berperan sebagai penyokong bagi janin yang sedang tumbuh bila
wanita tersebut hamil. Hormon memberi sinyal pada telur di dalam indung telur untuk
mulai berkembang. Tak lama kemudian, sebuah telur dilepaskan dari indung telur wanita
dan mulai bergerak menuju tuba Falopii terus ke rahim. Bila telur tidak dibuahi oleh
sperma pada saat berhubungan intim (atau saat inseminasi buatan), lapisan rahim akan
berpisah dari dinding uterus dan mulai luruh serta akan dikeluarkan melalui vagina.
Periode pengeluaran darah, dikenal sebagai periode menstruasi (atau mens, atau haid),
berlangsung selama tiga hingga tujuh hari. Bila seorang wanita menjadi hamil,
menstruasi bulanannya akan berhenti. Oleh karena itu, menghilangnya menstruasi
bulanan merupakan tanda (walaupun tidak selalu) bahwa seorang wanita sedang hamil.
Kehamilan dapat di konfirmasi dengan pemeriksaan darah sederhana

Beberapa wanita mengalami sebuah kondisi yang dikenal sebagai amenore, atau
kegagalan bermenstruasi selama masa waktu perpanjangan. Kondisi ini dapat disebabkan
oleh bermacam-macam faktor termasuk stres, hilang berat badan, olahraga berat secara
teratur, atau penyakit. Sebaliknya, beberapa wanita mengalami menstruasi yang
berlebihan, kondisi yang dikenal sebagai menoragi. Tidak hanya aliran darah menjadi
banyak, namun dapat berlangsung lebih lama dari periode normal (Anonim, 2008).

3. Faktor yang Berhubungan dengan Usia Menarche

Beberapa hasil penelitian terdahulu menunjukkan adanya penurunan usia menarche yang
diduga berhubungan dengan faktor endogen yaitu genetik dan faktor eksogen, yaitu status
sosial ekonomi keluarga, status gizi, keadaan keluarga, tempat tinggal, kegiatan fisik dan
keterpaparan terhadap media massa orang dewasa (Ginarhayu, 2002). Sedangkan
menurut Sanjatmiko (2004) tiga lingkungan sosial budaya bekerja secara simultan
menjadi pendukung percepatan usia menarche remaja, yaitu lingkungan rumah tangga;
lingkungan pendidikan formal dan lingkungan peer group. Dalam lingkungan rumah
tangga, faktor dominan yang menentukan seperti pola konsumsi nutrisi, media
komunikasi dan proses sosialisasi; dalam lingkungan pendidikan formal yaitu proses
sosialisasi pengetahuan formal sekolah dan non formal; sementara itu dalam lingkungan
peer group pola konsumsi nutrisi, media komunikasi serta sosialisasi dalam lingkungun
peer group merupakan faktor- faktor yang mendukung ke arah percepatan usia menarche
remaja.
Sekitar 1/3 dari jumlah penduduk Indonesia terdiri dari kelompok usia remaja yang perlu
mendapat bimbingan dan perhatian, karena pada usia tersebut merupakan periode transisi
dalam siklus hidup dari masa anak ke masa dewasa yang penuh dengan masalah dan
tantangan kehidupan (Dep Kes RI dan WHO, 2003 : 1). Fase tibanya haid ini merupakan
suatu peristiwa dimana remaja telah siap secara biologis menjalani fungsi kewanitaannya.
Semakin muda usia remaja dan semakin belum siap menerima peristiwa haid akan
semakin terasa kejam dan mengancam pengalaman menstruasi tersebut. Pengamatan
secara psikoanalitis menunjukkan bahwa ada reaksi psikis pada saat haid pertama lalu
timbul proses yang disebut sebagai komplek kastrasi atau trauma genetalia (Kartono,
1992 : 112-113).
Menstruasi yang datangnya sangat awal, dalam artian anak gadis tersebut masih sangat
muda usianya, dan kurang mendisiplinkan diri dalam hal kebersihan badan menyebabkan
menstruasi itu dialami oleh anak sebagai suatu beban baru atau sebagai satu tugas baru
yang tidak menyenangkan. Kadang muncul anggapan yang keliru yang sesuai dengan
teori cloaca yang menyatakan segala sesuatu yang keluar dari rongga tubuh itu adalah
kotor, najis, menjijikkan, serta merupakan tanda noda dan tidak suci. Dalam situasi yang
demikian menarche dihayati anak sebagai satu proses mengeluarkan sejumlah darah kotor
dari tubuhnya dimana ia harus menyingkir, menyendiri, atau harus diisolir. Maka kelak
ketika ia telah menjadi dewasa, ia selalu cenderung untuk menghindari setiap kontak
dengan orang lain, jika ia tengah mendapatkan haidnya. Reaksi individual anak gadis
pada saat menarche berbeda-beda atau bervariasi. Pada umumnya mereka diliputi
kecemasan berupa fobia atau berwujud minat yang sangat berlebihan terhadap badan
sendiri dalam bentuk hypochondria. Bisa juga berwujud rasa bersalah atau berdosa yang
sangat ekstrim yang kemudian menjadi reaksi paranoid (Kartono, 1992 : 114-118).
Beberapa perubahan mental lain yang terjadi adalah berkurangnya kepercayaan diri
(malu, sedih, khawatir dan bingung) (BKKBN, 2001 :5). Dengan demikian perlu
diberikan pendidikan tentang menarche kepada remaja putri sebelum mereka menghadapi
menarche.

http://blog.unnes.ac.id/members/erma/blogs/recent-posts

http://d3kebidanan.blogspot.com/2009/12/kti-kebidanan-study-deskriptif-usia.html

http://www.fkm.undip.ac.id/data/index.php?action=4&idx=1514

Anda mungkin juga menyukai