PENDAHULUAN
Anak yang berjumlah 30% dari seluruh penduduk Indonesia merupakan aset negara
yang paling berharga dan oleh karena itulah fokus pada anak dalam segala aspek berarti
memperhitungkan aset tersebut dan perhatian khusus padanya dalam perhitungan
jangka panjang akan sangat berarti dalam pembangunan nasional jangka panjang bangsa dan
negara.1 Convention on the Right of the Child, suatu deklarasi PBB tahun 1990, diikuiti
dengan Millenium Development Goals (MDGS) tahun 2000-2015, kemudian kesepakatan
sidang PBB khusus yaitu A World Fit for the Children tahun 2001 untuk menciptakan dunia
yang cocok untuk tumbuh kembang anak dan terakhir hasil olahan sebuah Komite Nasional
yang mengembangkan sebuah Program Nasional Bagi Anak Indonesia (PNBAI) tahun 2015
merupakan dasar yang kuat untuk bergerak cepat memenuhi kebutuhan anak dalam tumbuh
kembangnya menuju kedewasaan prima.1
Dalam situasi tingkat ekonomi dan kesehatan negara kita maka pencegahan
primer merupakan cara yang terbaik sebagai prioritas dalam memperbaiki situasi dewasa ini
dan salah satunya berkat kemajuan yang luar biasa dalam ilmu dan teknologi kedokteran
adalah imunisasi yang merupakan alternatif yang paling efektif dan efisien dilihat dari sudut
ekonomi untuk dilaksanakan secara nasional.1 Dalam lingkup pelayanan kesehatan, bidang
preventif merupakan prioritas utama. Imunisasi merupakan salah satu bentuk intervensi
kesehatan yang sangat efektif dalam upaya menurunkan angka kematian bayi dan balita.
Untuk dapat melakukan pelayanan imunisasi yang baik dan benar diperlukan pengetahuan
dan ketrampilan tentang vaksin (vaksinologi,ilmu kekebalan (imunologi) dan cara atau
prosedur pemberian vaksin yang benar. Dengan melakukan imunisasi terhadap seorang anak,
tidak hanya memberikan perlindungan pada anak tersebut, tetapi juga berdampak kepada
anak lainnya karena terjadi tingkat imunitas umum yang meningkat dan mengurangi
penyebaran infeksi.2
DEFINISI
Imunisasi adalah cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang terhadap suatu
penyakit sehingga bila kelak terpajan penyakit tersebut ia tidak menjadi sakit. Kekebalan
yang diperoleh dari imunisasi dapat berupa kekebalan aktif dan kekebalan pasif. Tujuan dari
1
pemberian imunisasi adalah mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang dan
menghilangkan penyakit tersebut pada sekelompok masyarakat (populasi) bahkan dunia.
Seperti terlihat pada keberhasilan vaksin variola3.
Imunisasi dibagi menjadi imunisasi pasif dan aktif. Imunisasi pasif adalah
pemindahan, factor kekebalan atau transfer antibodi pada seseorang yang membutuhkan.
Imunisasi aktif adalah pemberian vaksin (antigen) yang dapat merangsang pembentukan
imunitas (antibodi) dari sistem imun dalam tubuh. Perbedaan antara imunisasi aktif dan pasif
dapat dilijhat pada tabel di bawah ini.
Tabel 1 Perbedaan imunisasi aktif dan imunisasi pasif
Imunisasi aktif
Imunisasi pasif
imunogen
dimasukkan
imunodefisiensi
Mahal
Perhatikan keamanan
Murah
Aman
RESPON IMUN
Respon imun adalah respon system pertahanan tubuh berupa urutan kejadian yang
komplek terhadap stimulasi antigen (Ag) yang bertujuan untuk mengeliminasi antigen
tersebut.Pada dasarnya system pertahanan tubuh dibedakan dalam system imunnon spesifik
dan spesifik. Sistem imun non spesifik disebut juga imunitas non adaptif atau innate
immunity atau artinya tidak ditujukan hanya untuk satu macam antigen tetapi untuk berbagai
macam antigen. System imun spesifik atau system imun adaptif ditujukan khusus untuk satu
macam antigen.3
2
Jalur aktivasi respon imun spesifik terdiri dari dua fase, yaitu fase afektor (afferent)
dan efektor (efferen) seperti tampak pada gambar 1
Live attenuated
Inactivated
Organisme hidup
Tidak
membuat
sakit,
tidak
mutasi
Terpengaruh
oleh
antibodi
yang
beredar
Tidak
dipengaruhi
antibodi,
Campak
Gondongan
Rubella
Polio
Rotavirus
Vaksin
fraksional
Hep
B,
Toksoid
difteri,
tetatus,
botolinum
Bakteri hidup
pneumokokus,
Hib
BGC
Polisakarisa
murni
meningokokus,
Polisakarida konjugasi
: Hib,
meningokokus
JADWAL IMUNISASI
UmurSebelum 1 tahun
SekolahDasar (BIAS)
Bulan
Kelas
Lahir 2
Hepatitis B (Uniject)
Polio (OPV)
BCG
DTP/Hepatitis B
Campak
dT
JADWALTAHUN2012
BCG
Dosis 0,05 ml untuk bayi kurangdari1 tahun dan 0,1 mluntuklebihdari 1 th,pelarut
NaCl 0.9 %
Bila diberikan pada umurlebihdari3 bulan lakukan uji tuberkulin terlebih dahulu
Formatted: Font: 12 pt
HEPATITIS B
Pemberian 3 kali.
Bayi lahir dari ibu HbsAg negatif atau tidak diketahui atau negatif
HB-1 diberikan vaksin rekombinan HB 10 mgintramuskular, dalam waktu 12
jam setelah lahir
HB-2 diberikan umur 1bulan dan dosis ketiga umur 3-6 bulan
Apabila pada pemeriksaan selanjutnya diketahui ibu HbsAg-nya positif,
segera berikan 0,5 ml HBIG (sebelum 1 minggu)
Ulangan Hepatitis B
Booster pada usia 5 tahun tidak diperlukan,hal ini didasarkan pada hasil
penelitian di Thailand bahwa pada anak yang telah memperoleh imunisasi
dasar hepatitis B sebanyak 3 kali, pada umur 5 tahun 90,7% masih memiliki
titer anti HBs protektif, mengingat epidemiologi di Indenesia mirip dengan di
Thailand maka dapat disimpulkan imunisasi ulang pada usia 5 tahun tidak
diperlukan.
Idealnya dilakukan pemerikasaan anti HBs pada usia 5 tahun
Jika sampai 5 tahun imunisasi (-) maka dilakukan catch-up vaccination, yaitu
pemberian imunisasi dengan jadwal 3 kali pemberian.
Ulangan vaksinasi hepatitis-B 4 dapat dipertimbangkan 10-12 tahun , jika
kadar anti HBs < 10g/ml
Jadwal imunisasi hepatitis B Departemen Kesehatan adalah usia saat lahir dengan
uniject, kemudian usia 2 bulan, 3 bulan dan 4 bulan dengan vaksinasi kombinasi
Pemberian 3 kali sejak umur 2 bulan (minimal 6 minggu), interval 4-8 mgg (terbaik 8
minggu)
Ulangan / Booster
DTP-4 dapat diberikan 1 tahun setelah DTP-3 (18-24 bulan)
DTP-5 dapat diberikan saat masuk sekolah umur 5 tahun
Pada Program Imunisasi Nasional
Tidak ada ulangan pada usia 18-24 bulan
Apabila pada Umur 5 tahun belum DTP-5 maka diberikan imunisasi
Td (BIAS/kelas 1 umur 7 tahun)
Vaksinasi penguat Td diberikan pada saat BIAS/kelas 6 umur 12
tahun.
Dosis 0,5 ml diberikan i.m
Bentuk kombinasi DTwP/Hep B, DTaP/Hib, DTwP/Hib, DTaP/IPV,
DTaP/HiB/IPV
Dibawah ini beberapa contoh sediaan vaksin difteri.
10
TETANUS
11
POLIO
Ada 2 bentuk vaksin polio yaitu Oral polio vaccine (OPV) dan inactivated polio vaccine
(IPV)
Ada keuntungan dan kerugian dari kedua vaksin tersebut seperti tampak pada tabel di
bawah ini
Oral polio vaccine (OPV)
Keuntungan
Diperoleh imunitas humoral dan
lokal
Imunitas mukosa usus
Kerugian
Risiko VAPP, resipien dan kontak
Risiko cVDPV
Kontraindikasi
Pemberian mudah
Murah
pd
imunokompromais
Kegagalan vaksinasi (pada diare,
muntah)
Contact immunity
Kerugian
12
untuk
Produksi baru
pasien
imunokompromais
Ada kemasan kombinasi
Menimbulkan herd Immunity
Termostabil
Dosis
13
Efek samping yang dapat terjadi saat pemberian vaksinasi OPV adalah Vaccine
VDPV
Terjadi
di
daerah
imunisasi rendah
cakupan
Contoh kejadian VAPP dilaporkan pada beberpa negara, di India dilaporkan terjadi 181
VAPP dari 125 juta anak kurang dari % tahun dalam 1 tahun atau kurang lebih 1,45 per
1000000 anak atau 7 per 1000000 kelahiran. Di amerika latin dilporkan sekitar 45 kasus.
Angka kejadian lebih kecil ada di eropa dan Amerika. Di Korea dilaporkan juga terjadi
VAPP pada tahun 2003sesuai laporan National Committee on Certification of Poliomyelitis. 4
CAMPAK
Rutin diberikan saat usia 9 bulan dengan dosis 0,5 ml secara subkutan dalam.
Pelarutnya adalah aquabidest.
Imunisasi ulangan diberikan saat usia sekolah, hal ini didasarkan pada
1. Survei 4 provinsi 18,6% -32,6% anak sekolah mempunyai kadar campak
dibawah batas perlindungan
2. Dijumpai kasus campak pada anak sekolah
3. Beberapa provinsi ada KLB campak
Apabila anak mendapatkan imunisasi MMR pada usia 15-18 bulan dan ulangan umur 6
tahun maka ulangan campak (-)
14
Haemophillusinfluenzaetipe b (Hib)
Di Indonesia terdapat 2 jenis Hib konjugat
1. Hib berisi PRP-T (capsular polysaccharide polyribosyl ribitol phospate konjugasi
sengan protein tetanus)
2. PRP-OMP (PRP berkonjugasi dengan outer membrane protein complex)
Jadwal imunisasi
Dosis 0,5 ml diberikan secara intra muskular, imunisasi ulangan diberikan saat usia 18
bulan, tetapi jika anak datang pada usia 1-5 tahun imunisasi ulangan tidak diberikan.
Contoh kemasan vaksin Hib
Pneumokokus
Vaksin ini mulai dianjurkan tahun 2007 sesuai dengan Rekomendasi satgas Imunisasi
IDAI 30 April 2006
Di Indonesia terdapat 2 vaksin
1. PPV23
2. PCV7 PCV10
Perbedaan PPV dan PCV tampak pada tabel dibawah ini
15
T cell independent
< 2 th imunogenik
Nama : Pneumo-23
Imunisasi Ulangan
(bulan)
2-6
7-11
12-23
> 24
1 dosis
Cara pemberian
Dosis pertama diberikan setelah usia lebih dari 6 minggu
BBLR (<1500gr) vaksin diberikan umur kronologik 6-8 minggu
Dapat diberikan bersama imunisasi lain
Terdapat kelompok resiko tingi pada usia 24-59 bulan, yaitu
penyakit kronis
infeksi HIV
16
4 dosis PCV7
1 dosis PCV7
Belum pernah
17
INFLUENZA
Mulai direkomendasi sejak 2006 sesuai jadwal satgas Imunisasi IDAI periode 2006
Merupakan vaksin trivalen yang terdiri dari 2 virus influenza subtipe A (H3N2 dan
H1N1)influenza subtipe B
Komposisi vaksin Indonesia : (Rekomendasi WHO 2010/2011)
Vaksin ini mulai diberikan usia 6-23 bulan dan tiap tahun
Indikasi pemberian Anak sehat, anak beresiko, ataupun anak tinggal dengan kelompok
resiko
Vaksin yang diberikan pada tahun ini tidak boleh untuk tahun depan
Dosis pemberiannya adalah sebagai berikut :
umur 6-35 bulan : 0,25 ml
Umur > 3 tahun : 0,5 ml
Umur < 8 tahun : pemberian pertama 2 dosis, selanjutnya 1 dosis (interval 4-8
mgg)
Cara pemberiannya secara intra muskular di paha anterolateral atau deltoid.
MMR
Vaksin ini mulai diberikan pada umur 15-18 bulan dengan
campak, dosis pemberinnya adalah 0,5 ml subkutandan diberikan dosis ulangan pada
usia 6 tahun.
Contoh vaksin MMR
18
TIFOID
Ada 2 jenis
1. Vaksin capsular Vi polysacharideyang diberikan pada umur lebih dar i2 th
dengan dosis 0,5 ml secara i.m dengan dosis ulangan tiap 3 tahun.
2. Vaksin Tifoid oral Ty21adiberikan pada umur lebih dari 6 thkapsul, diberikan
dalam 3 dosis dengan interval selang sehari (1,3,5), vaksin ulangan pada umur 35 th
HEPATITIS A
Vaksin ini diberikan didaerah yang under exposure
Terdapat dua bentuk vaksin yaitu Hepatitis A monovalent dan Kombinasi HepB/HepA yang
berisi HepB 10 gr dan HepA 720 ELISA units dalam kemasan prefilled syringe 0,5ml.
Untuk Kemasan : liquid 1dosis/vial prefilled syringe 0,5ml
Dosis pediatric 720 ELISA unit diberikan 2 kali dengan interval 6-12bulan secara intra
muskular di daerah deltoid. sedangkan Untuk dewasa >19 th 1440 ELISA unit
19
VARICELA
diberikan mulai umur 1 tahun sesuai dengan Satgas Imunisasi IDAI Juni 2010. Alasan
pemberian sebagai berikut :
1. Jika cakupan imunisasi pada anak tidak baik maka epidemiologinya aka bergeser
menjadi banyak pada dewasa.
2. dampak varisela dewasa lebih berat pada anak, sehingga Jika terjadi waktu
kehamilandapat terjadi sindroma varicela kongenital dengan mortalitas yang tinggi
3. penularan terbanyak di Taman Kanak kanak.
Jadwal pemberiannya pada usia lebih dari 1 tahun dan untuk pencegahan dapat
dilakukan pada anak yang kontak dengan varicella diberikan < 72 jam. Dosis yang
diberikan: 0,5 ml subkutan dan pada anak>13 tahun diberikan: 2x dengan jarak 4-8
minggu.
ROTAVIRUS
Terdapat 2 Jenis vaksin yaitu monovalen dan pentavalen.
20
Dosis pemberiannya :
A. Monovalen secara oral 2kali pemberian dengan pemberian pertama umur 6-14 mgg
dan dosis kedua interval 4 minggu
B. Pentavalen dengan pemberian 3 kali. Pemberian pertama 6-12 minggu dilanjutkan
dengan interval ke-2 dan ke-3 selama 4-10 mgg.
varicella
dan
meningokokus,
vaksin
polisakarida
hanya
3. Intrakutan
Untukinjeksi intradermal vaksin BCG dengan jarum 26 atau27 gauge, panjang jarum
dianjurkan 10 mm. Teknik injeksi intradermal memerlukan pelatihan khusus sehingga
hanya boleh dilakukan oleh petugas kesehatan yang terlatih
4. Subkutan
Suntikan SC biasanya diberikan pada sudut 45 pada kulit.Standar jarum untuk
pemberian vaksin oleh SC injeksi adalah 25 atau 26panjang jarum, 16 mm.4
Beberapa tehnik Posisi untuk Vaksinasi
1. Cuddle position for infants (posisi berpelukan)
Posisi ini biasanya digunakan pada anak kurang dari 12 bulan
2. Positioning infant on an examination table
3. Cuddle position for older child
4. Prone position across the lap for ventrogluteal vaccination4
1.
2.
22
5.
2. Musculus deltoideus
23
Mengetahui Jenis :8
Live attenuated
Bakteri Vaksin
Viral Vaksin
BCG
MMR, Varisela,
Yellowfever, OPV
dilemahkan)
Inaktivated
(bakteri, virus
pneumococcus
influenza
ataukomponennya yang
dibuat tidak aktif)
WHOLE CELL
WHOLE VIRUS
24
BCG,Pertusis,Cholera,Live typhoid
TOXOID
Tetanus, Diphteria, Pertusis, Toxin
SURFACE Ag
Acellular pertusis
POLYSACCHARIDE
Meningo,Pneumo,TyphimVi
Measles,Mumps,Rubella,Varicella,Poliomyeli
tis IPV,OPVYellow fever ,Rabies,Hepatitis
A.
SPLIT VIRUS
Influenza
RECOMBINANT SURFACE Ag
Hepatitis B
CONJUGATE POLYSACCHARIDE
Hib
Berlaku umum untuk semua vaksin DtaP/DTP, OPV, IPV, MMR, Varisela,
Hib,Hepatitis B
Indikasi Kontra
tersebut berikutnya
vaksin
tanpa demam
Prematuritas
DTP sebelumnya
Kehamilan ibu
Perhatian khusus
penyebab lain
DtaP/DTP
Menyusui
HIVserumah
Imunodefisiensi
Diare ringan
Imunodefisiensi (keganasan
positif
Menyusui
26
imunosupresi berat)
Perhatian Khusus
Trombositopenia
Alergi telur
Perhatian Khusus
Tidak ada
Tidak ada
Hepatitis B
Indikasi Kontra
Kehamilan
Varisela
Indikasi Kontra
Kehamilan
Infeksi HIV
Imunodefisiensi (keganasan
hematologi atau tumor
padat,imunodefisiensi kongenital,
terapiimunosupresan jangka
panjang)
Perhatian Khusus
27
Alergi atau asma, kecuali jika diketahui ada alergi terhadap komponenkhusus dari
vaksin
Sakit ringan dengan infeksi pernafasan atau diare dengan suhudibawah 38,5 0C
Pengobatan antibiotik
Dugaan infeksi HIV ataupositif terinfeksi HIV dengan tidak menunjukkan tandatanda AIDS
Sakit kronis seperti penyakit jantung kronis, paru-paru, ginjal atau hati
Kurang gizi
Menurut Komite Nasional Pengkajian dan Penanggulangan KIPI (KN PP KIPI),KIPI adalah
semua kejadian sakit dan kematian yang terjadi dalam masa 1 bulansetelah imunisasi. Pada
keadaan tertentu lama pengamatan KIPI dapat mencapaimasa 42 hari (arthritis kronik pasca
vaksinasi rubella), atau bahkan 42 hari(infeksi virus campak vaccine-strain pada pasien
imunodefisiensi pascavaksinasi campak, dan polio paralitik serta infeksi virus polio vaccinestrain pada
resipien
non
imunodefisiensi
atau
resipien
imunodefisiensi
pasca
vaksinasi polio).
Penyimpanan vaksin
2. Reaksi suntikan
Semua gejala klinis yang terjadi akibat trauma tusuk jarum suntik baik langsung maupun
tidak langsung harus dicatat sebagai reaksi KIPI. Reaksisuntikan langsung misalnya rasa
sakit, bengkak dan kemerahan pada tempatsuntikan, sedangkan reaksi suntikan tidak
langsung misalnya rasa takut, pusing, mual, sampai sinkope.
3. Induksi vaksin (reaksi vaksin)
Gejala KIPI yang disebabkan induksi vaksin umumnya sudah dapatdiprediksi terlebih
dahulu karena merupakan reaksi simpang vaksin dansecara klinis biasanya ringan.
Walaupun demikian dapat saja terjadi gejalaklinis hebat seperti reaksi anafilaksis sistemik
dengan resiko kematian.Reaksi simpang ini sudah teridentifikasi dengan baik dan
tercantum dalam petunjuk pemakaian tertulis oleh produsen sebagai indikasi kontra,
indikasikhusus, perhatian khusus, atauberbagai tindakan dan perhatian spesifik lainnya
termasuk kemungkinan interaksi obat atau vaksin lain. Petunjuk iniharus diperhatikan dan
ditanggapi dengan baik oleh pelaksana imunisasi.
4. Faktor kebetulan (koinsiden)Seperti telah disebutkan di atas maka kejadian yang timbul
ini terjadi secarakebetulan saja setelah diimunisasi. Indikator faktor kebetulan ini ditandai
dengan ditemukannya kejadian yang sama disaat bersamaan pada kelompok populasi
setempat dengan karakterisitik serupa tetapi tidak mendapatkan imunisasi.
5. Penyebab tidak diketahuiBila kejadian atau masalah yang dilaporkan belum dapat
dikelompokkankedalam salah satu penyebab maka untuk sementara dimasukkan
kedalamkelompok
ini
sambil
menunggu
informasi
lebih
lanjut.
Biasanya
29
Kontrol infeksi
Cuci tangan
Sarung tangan
Pemilihan spuit
kemudian lepaskan
2) Vaksin
- Mengetahui persiapan pemberian vaksin6,9
30
Vaksin (yang bukan cairan) dapat disimpan di freezer atau pd +2Csampai +8C
Setelah dicampur segara disuntikkan; buang setelah 6 jam atau setelah selesai
Jenis Vaksin
Suhu Penyimpanan
Umur Vaksin
BCG
+2 s/d +8C
1 tahun
-15s/d -25C
1 tahun
DPT
+2 s/d +8C
2 tahun
Hepatitis B
+2 s/d +8C
26 bulan
TT
+2 s/d +8C
2 tahun
31
DT
+2 s/d +8C
2 tahun
OPV
+2 s/d +8C
6 bulan
2 tahun
+2 s/d +8C
2 tahun
2 tahun
Campak
Termos,ice-packed,es batu
Peralatan vaksinasi (cuci tangan, pemotong ampul, alat suntik sekali pakai, kapas
alkohol, plester, kotak limbah)
Adrenalin
kortikosteroid
oksigen
Vaksin (yang bukan cairan) dapat disimpan di freezer atau pada +2C
Mini Freezer
Vaksin Carrier
Thermos
32
Cold Box
Cold Pack
Resipien
-
Persiapan pemberian :
Anamnesis :
-
Umur
Riwayat KIPI
Pemeriksaan fisik
Informed consent11
Menjelaskan tentang manfaat dan risiko vaksinasi disampaikan dengan empatiBukan
dengan cara menghakimi (nonjudgmental approach) menggunakanistilah awam dan
sederhana
33
34
35
36
DAFTAR PUSTAKA
1. Ranuh IGN. Immunization : The Future Health Investment. Dalam : Update
onImmunization. Lab/ SMF IKA Universitas Brawijaya. Malang: Penerbit Citra
Malang,2011. h. 1-62.
2. Ranuh
IGN.
Imunisasi
Upaya
Pencegahan
Primer.
Dalam
Ranuh
I,
37
DA.
Penyimpanan
dan
Transportasi
Vaksin.
Dalam
Ranuh
I,
I,
Suyitno,
Hadinegoro
SRS,
Kartasasmita
CB,
Ismoedijanto,
38